Anda di halaman 1dari 6

DAYA DUKUNG TANAH (DENGAN ALAT SONDIR)

Daya Dukung Tanah.


Kapasitas/Daya dukung tanah merupakan salah satu hal penting dalam perencanaan
pondasi. Untuk merencanakan pondasi yang aman dan ekonomis, dibutuhkan data hasil
penyelidikan lapisan tanah pendukung pondasi. Ada beberapa metode penyelidikan tanah
yang lazim dilakukan antara lain uji penetrasi sondir (CPT), pemboran/sampling untuk uji
laboratorium dan uji SPT. Untuk bangunan berskala kecil seperti bangunan perumahan
dengan lebar pondasi yang relatif kecil, informasi mengenai karakteristik lapisan tanah
tidak perlu mencakup kedalaman yang besar (kedalaman sekitar dua kali lebar pondasi
biasanya dianggap sudah cukup memadai). Untuk kondisi seperti ini, alat tersebut di atas
kurang praktis dan relatif mahal. Penelitian ini mengkaji kapasitas dukung tanah lanau
dengan menggunakan parameter hasil uji Dynamic Cone Penetrometer (DCP) dengan
pertimbangan alat ini jauh lebih cepat dan murah dalam penggunaannya (Jones, 2004). Data
uji DCP terlebih dahulu dikorelasikan dengan data uji Sondir (CPT), hasilnya 80 dikonversi
sebagai parameter kapasitas dukung pondasi.

1. TUJUAN

Untuk mengetahui besarnya:


- Perlawanan penetrasi konus (qc)
- Hambatan lekat tanah (lf)
- Jumlah hambatan lekat (JHL)
- Friction Ratio (FR)

RUANG LINGKUP
Melakukan pengetesan dan menggambarkan grafik : qc, JHL, lf dan FR dari hasil tes di
lapangan.

DASAR TEORI
Yang dimaksud dengan qc adalah perlawanan penetrasi konus atau perlawanan tanah
terhadap ujung konus yang dinyatakan dalam gaya per satuan luas (kg/cm2).
JHL adalah jumlah hambatan lekat perlawanan geser tanah terhadap selubung biconus yang
dinyatakan dalam gaya per satuan panjang (kg/cm).

qt  Ft = qc  Fc + Fm  lf
Fm  lf = qt  Ft - qc  Fc FtFc
(qt-qc) Fc
lf = (tiap 1 cm)
Fm
20 (qt -qc) Fc
LF = 20  lf = (tiap 20 cm)
Fm
i
JHL =  LF
n
di mana:
Ft = Luas penampang torak/piston hidrolik = 10 cm2.
Fc = Luas conus  10 cm2.
Fm = Luas dari mantle/selimut biconus.
qt = Perlawanan penetrasi conus beserta geseran (tahanan total).
qc = Perlawanan penetrasi conus (tahanan conus).
lf = Hambatan lekat setempat tiap 1 cm.
LF = Hambatan lekat setempat tiap 20 cm.
JHL = Jumlah kumulatif hambatan lekat.

2. ALAT DAN BAHAN

1. Mesin sondir ringan (2.5 ton).


2. Pipa sondir lengkap dengan batang dalam.
3. Manometer masing-masing 2 buah dengan kapasitas sesuai dengan sondir ringan yaitu:
0 - 60 kg/cm2 dan 0 - 250 kg/cm2.
4. Conus dan biconus.
5. 4 buah angker dengan perlengkapannya.
6. Kunci-kunci pipa, kunci-kunci Inggris, dan kunci-kunci lainnya.
7. Alat-alat pembersih, olie, minyak hidrolik (Castrol olie).

3. METODE PENELETIAN

1. Tentukan titik sondir yang letaknya berdekatan dengan titik hand boring dan SPT
(denah lokasi digambar), usahakan letaknya bebas dari gangguan seperti: pohon, tiang
listrik, kabel tanam, bangunan bawah, dll.
2. Bersihkan lokasi sekitar titik sondir dari rumput-rumputan dan batu-batuan sehingga
didapat permukaan yang rata.
3. Pasanglah angker pada sudut-sudut segi empat 85120 cm dengan pusat segi empat
sebagai titik sondir.
4. Aturlah kedudukan mesin sondir sesuai dengan angker terpasang, pasang besi kanal
pemegang dan mur angker. Kencangkan mur serta atur mesin supaya vertikal dengan
alat water pas.
5. Pasanglah manometer dan isilah mesin sondir dengan minyak hidrolik, usahakan
supaya sistem hidrolik bebas dari gelembung udara.
6. Buka kran kedua manometer dan periksalah kerja manometer, keduanya harus
menunjukkan tekanan yang sama apabila piston hidrolik diberikan tekanan. Tutup
kembali kran-kran manometer.
7. Pasang conus pada pipa sondir kemudian hubungkan pada mesin sondir dan lakukan
penekanan pipa sondir hingga conus masuk tanah  10 cm. Cabut dan gantilah conus
dengan biconus.
8. Atur pipa sondir dengan biconusnya pada kedudukan seperti butir 7, pasang alat tekan
(ring tekan, kait tekan) dan tekanlah pipa sedalam 20 cm.
9. Siapkan tabel pembacaan, buka kran manometer 0 - 60 kg/cm 2 dan atur inner rod
supaya bersentuhan dengan tombol piston hidrolik, lakukan penekanan secara
konstan, disertai pembacaan manometer. Bacaan pertama adalah pembacaan conus
(qc) untuk penekanan  4 cm berikutnya didapat bacaan tahanan total (qt).
10. Pasang kait tekan dan lakukan penekanan pipa untuk kedalaman 20 cm berikutnya,
ulangi pembacaan manometer seperti butir 9.
11. Harus diperhatikan bila bacaan pertama maupun kedua mendekati kapasitas
manometer 60 kg/cm2, tutup kran manometer tersebut dan ganti dengan manometer 0
- 250 kg/cm2.
12. Pembacaan qc dan qt dilakukan tiap beda kedalamannya 20 cm, pembacaan
dihentikan bila:
a. Pembacaan qc tiga kali berturut-turut melebihi 150 kg/cm2.
b. Penekanan pipa sondir menghasilkan tekanan melebihi 250 kg/cm2.
c. Kedalaman maksimum 30 m.
13. Lakukan perhitungan lf, JHL, dan FR = lf/qc  100% dari qc & qt yang direkam.
14. Gambarkan grafik: qc, JHL, lf, & FR pada kertas grafik.
15. Dari grafik yang ada dan bantuan chart qc vs. FR, tentukan profil tanah lokasi titik
sondir.
4. HASIL PENGAMATAN

Materi yang harus dilaporkan sehubungan dengan praktikum ini adalah sebagai
berikut :
a. Menggambar grafik : qc, JHL, lf, & FR pada kertas grafik.
b. Menentukan profil tanah lokasi titik sondir.
c. Mengambil kesimpulan dari data yang didapat.

CONTOH PERHITUNGAN SONDIR


DATA

Kedalaman 6.00 m : qc = 65 kg / cm2


qt = 69 kg / cm2

Fc = 10 cm2
Fm = 100 cm2

PERHITUNGAN

(qt-qc) Fc
lf = Fm
= ( 69 – 65 ) x 10 / 100
= 0.4 kg / cm2

HL = lf  20
= 0.4  20
= 8 kg / cm2

JHL =  HL
= 202 kg / cm2

lf
 100%
FR = qc
= 0.4 / 65 x 100%
= 0.6154 %
5. PEMBAHASAN

Dari hasil perhitungan dan penggambaran grafik diperoleh kesimpulan:

Kedalaman qc FR Description
0.40 – 1.00 6 3.1 Clayed silty sand, loose
1.00 – 1.70 6 7.2 Silty clay, soft
1.70 – 3.00 18 1.4 Fine, medium, coarse sand, loose
3.00 – 3.50 28 1.4 Fine, medium, coarse sand, loose
3.50 – 4.20 50 1.4 Fine, medium, coarse sand, medium dense
4.20 – 6.40 50 0.7 Sandy gravel, loose
6.40 – 7.60 84 0.6 Gravel, loose
7.60 – 8.40 106 0.9 Gravelly sand, medium dense
8.40 – 9.20 104 1.3 Fine, medium, coarse sand, medium dense
9.20 – 10.0 107 1.1 Gravelly sand, medium dense
10.0 – 10.8 107 1.9 Silty sand, medium dense
10.8 – 15.0 131 1 Gravelly sand, medium dense
15.0 – 15.4 123 1.7 Silty sand, medium dense
15.4 – 16.0 99 1.7 Silty sand, medium dense
16.0 – 17.2 72.5 1.7 Silty sand, medium dense
17.2 – 18.4 80 2 Silty sand, medium dense
18.4 – 19.0 75 1.8 Silty sand, medium dense
19.0 – 20.0 95 1.4 Silty sand, medium dense

FAKTOR KESALAHAN
1. Perletakan Sondir tidak tegak lurus terhadap tanah yang diratakan/miring.
2. Batang sondir tidak tegak lurus terhadap tanah yang diratakan ketika
ditancapkan/miring.
3. Operator sondir memutarkan tuas terlalu cepat atau terlalu lambat sehingga angka yang
ditunjukkan tidak akurat.
4. Operator kurang teliti melihat perputaran jarum manometer, sehingga angka yang
tercatat tidak akurat.
5. Terdapatnya benda-benda asing di dalam tanah yang mengganggu batang sondir,
sehingga angka yang tercatat tidak akurat.
6. Baut pengunci sondir ke tanah tidak terpasang kuat, sehingga pada kedalaman tertentu
batang sondir miring.
KESIMPULAN
Dari pembahasan alat sondir ini dapat disimpulkan secara sederhana, yaitu: Dalam
pelaksanaan pengujian ada beberapa kendala di lokasi, maka setiap lokasi problematika
kendala ada dan perlu penanganan yang professional.

Anda mungkin juga menyukai