ARCHIEPLAN
Metoda pengujian penetrometer konus menerus semi statis seringkali disebut dengan
istilah “Dutch Cone Test” atau “Cone Penetration Test” atau disingkat dengan CPT.
Sedangkan di Indonesia dikenal dengan nama “Penyondiran”. Metoda ini banyak digunakan
di Eropa dan telah diterima baik di Amerika Serikat. Dengan metoda ini dimungkinkan
eksplorasi yang cepat dan ekonomis pada tanah yang cukup dalam (dari lunak sampai
sedang) dan untuk menentukan daya dukung lapisan tanah secara rinci.
Alat Sondir kapasitas 2,5 ton, 5,0 ton atau 10,0 ton
• Batang sondir terdiri dari batang luar dan batang dalam dengan panjang masing-
masing 1 meter.
• Konus (mantle cone) / Bikonus (friction cone)
• Manometer dengan kapasitas 0 – 60 kg/cm2 dan 0 – 250 kg/cm2
• Angker spiral + kunci sayap
• Perlengkapan lain seperti : Kunci-kunci pipa, minyak hidrolik (castor oil), oli, kain
pemebersih, sikat kawat, water pass, kunci penarik dan penekan, kunci plunyer
(piston), dan lain-lain.
Bahan :
3. Langkah Kerja
1. Bersihkan lokasi pengujian lalu pasanglah dua atau empat jangkar spiral (angkur)
sesuai dengan kondisi tanah dengan jarak tertentu agar cocok dengan kaki sondir.
2. Jepitlah rangka sondir pada jangkar tersebut, lalu atur posisi sondir agar tegak lurus
dengan cara mengendurkan kunci tiang samping lalu gunakan waterpass untuk
mengontrolnya.
3. Buka baut penutup lubang pengisian oli dan buka kedua keran manometer, lalu
pasang kunci piston pada ujung piston.
4. Tekan berkali-kali kunci piston ke atas sampai oli keluar semua.
5. Setelah oli yang lama habis, isilah oli (castor oil) dari lubang pengisian sampai penuh,
gerakkan kunci piston naik turun secara perlahan untuk menghilangkan gelembung
udara. Setelah tidak ada gelembung udara tutup kembali lubang pengisian tadi.
6. Tutup salah satu keran manometer, tekan kunci piston pada alas rangka, perhatikan
kenaikan jarum manometer hentikan penekanan dan tahan (kunci) stang pemutar
apabila jarum akan mencapai 25% ke maksimal manometer. Bila terjadi penurunan
pada jarum manometer berarti ada kebocoran antara lain pada sambungan, buat
penutup oli atau pada seal piston. Lakukan hal yang sama untuk manometer lainnya.
7. Pasang friction cone/mantle cone pada draad batang sondir berikut batang dalamnya.
8. Dorong treker pada posisi lubang terpotong lalu putarlah engkol pemutar sampai
menyentuh ujung atas batang dalam sondir. Percobaan dan pembacaan sudah siap
dilakukan.
9. Beri tanda pada tiang sondir tiap 20 cm dengan mengunakan spidol atau kapur untuk
mengetahui saat dilakukan pembacaan manometer.
10. Engkol pemutar kembali diputar sehingga friction cone atau mantle cone masuk ke
dalam tanah. Setelah mencapai batas 20 cm (lihat tanda spidol/kapur), engkol pemutar
sedikit ke arah berlawanan. Treker ditarik ke depan dalam posisi lubang bulat.
11. Buka keran manometer.
12. Engkol pemutar diputar kembali sehingga batang dalam tertekan ke dalam tanah
dengan kecepatan kurang lebih 2 cm/detik. Batang dalam akan menekan piston lalu
akan menekan oli di dalamnya, tekanan yang terjadi akan terbaca di manometer.
Mantle cone atau konus hanya akan mengukur tahanan ujung konus (PK ; Perlawanan
Konus) sedangkan friction cone atau bikonus akan mengukur tahanan ujung konus
dan gesekan selimut konus terhadap tanah.
13. Tekan batang sondir, catat angka penunjukkan pertama pada manometer sebagai nilai
perlawanan ujung konus. Teruskan sampai jarum manometer bergerak untuk yang
kedua kalinya. Catat pembacaan kedua ini sebagai jumlah perlawanan (JP ; Jumlah
Perlawanan) yaitu Perlawanan Konus dan Hambatan Lekat.
14. Lakukan penekanan dengan hati-hati dan amati selalu jarum manometer. Bila
diperkirakan tekanan akan melebihi kapasitas manometer, tutup keran manometer dan
buka kran manometer yang berkapasitas besar.
15. Batang sondir jangan menyentuh piston karena dapat menyebabkan kelebihan tekanan
secara drastis dan akan merusak manometer.
16. Putar kembali engkol pemutar berlawanan arah lalu pindahkan kembali posisi treker
ke posisi lubang terpotong. Lakukan penekanan kembali pada jarak 20 cm berikutnya.
17. Setelah mencapai kedalaman 1 meter, batang sondir perlu ditambah. Caranya terlebih
dahulu naikkan piston penekan supaya batang sondir dapat disambung. Gunakan
kunci pipa untuk mengencangkannya.
18. Setelah mencapai kedalaman tanah keras, tahanan ujung konus telah menunjukkan
angka yang lebih besar dari 150 kg/cm2 tiga kali berturut-turut (untuk sondir
kapasitas 2,5 ton) atau lebih besar dari 500 kg/cm2 (untuk sondir kapasitas 10 ton)
penyelidikan boleh dihentikan.
4. Keselamatan Kerja
5. Perawatan
• Batang sondir yang telah dipakai harus segera dibersihkan dari kotoran/tanah yang
melekat. Setelah dibersihkan, lumurjan oli secukupnya agar tidak berkarat.
• Konus atau bikonus yang telah dipakai harus segera dibersihkan. Setelah dibersihkan
coba digerak-gerakkan untuk memastikan tidak terjadi kemacetan. Apabila terjadi
kemacetan, buka rangkaian alat tersebut dan rendam dalam minyak tanah lalu disikat
dengan hati-hati. Lumuri oli yang masih baru, kemudian dirangkai kembali dan
simpan di suatu tempat tertutup.
• Tambahkan grease/stempet pada gigi penggerak alat sondir bagian atas bila
kondisinya sudah mengering.
• Jika terjadi kebocoran oli yang diakibatkan seal oli yang sudah robek, segera ganti
dengan seal yang baru.
• Bersihkan mata bor dan stang bor setiap kali selesai digunakan.
• Lumuri dengan oli secukupnya untuk menghindari karat
• Sebelum digunakan, tabung sampel harus dalam keadaan bersih dan bagian dalamnya
diberi pelumas sehingga tanah dapat masuk dan keluar dengan mudah.
Lokasi Sondir dipilih berdasarkan kondisi medan tanah yang hrus benar-benar datar.
Biasanya kesalahan memilih lokasi titik sondir menyebabkan kestabilan alat dalam berdiri
mudah terganggu apalagi jarum manometer menyentuh angka konus di atas 100 kg/cm2. Di
satu sisi hal itu akan meyebabkan gangguan pada alat sondir tanah (CPT).
Pada penyelidikan tanah menggunakan sondir ini, rumus yang digunakan adalah:
-Local Friction
Penurunan rumus :
- σ= P/A, Luas ujung konus = 10 cm2
- σ = P/10
- Bacaan1 : 10C=P
- Bacaan 2 : 10 (C+F) =P
- Friksi = 10 (C+F) – 10C
= 10 F
- Luas Bikonus = 100 cm3
qs = 10F/100=0.1 F
Dimana:
- qs : Local friction (kg/cm2).
- C : Cone Resistance, pembacaan pertama (kg/cm 2).
- (C+F) : Total Resistance, pembacaan kedua (kg/cm 2).
- Friction ( Hambatan Lekat )
- fr = qs/C x 100%
1.00
2.00
2.00
3.00
4.00
Kedalaman, m
Kedalaman, m
4.00
Series1
Series2
5.00
6.00
6.00
7.00
8.00
8.00
9.00 10.00
0.0 500.0 1000.0 1500.0 2000.0 2500.0
Geser Total (Tf) , kg/cm
1.00
2.00
2.00
3.00
4.00
Kedalaman, m
Kedalaman, m
4.00
Series1
Series2
5.00
6.00
6.00
7.00
8.00
8.00
9.00 10.00
0.0 500.0 1000.0 1500.0 2000.0 2500.0
Geser Total (Tf) , kg/cm
1,00
2,00 2,00
3,00
4,00 4,00
5,00
6,00 6,00
7,00
Kedalaman, m
Kedalaman, m
8,00 8,00
Series1
9,00
Series2
10,00 10,00
11,00
12,00 12,00
13,00
14,00 14,00
15,00
16,00 16,00
17,00
18,00 18,00
0,0 500,0 1000,0 1500,0 2000,0 2500,0
1,00
2,00 2,00
3,00
4,00 4,00
5,00
6,00
6,00
7,00
8,00
8,00
Kedalaman, m
Kedalaman, m
9,00 Series1
10,00
10,00 Series2
11,00
12,00
12,00
13,00
14,00
14,00
15,00 16,00
16,00
17,00 18,00
18,00
19,00 20,00
0,0 500,0 1000,0 1500,0 2000,0 2500,0
1,00
2,00
2,00
Kedalaman, m
Kedalaman, m
Series1
Tf
3,00
4,00
4,00
5,00 6,00
0,0 50,0 100,0 150,0 200,0 250,0 300,0 350,0 400,0 450,0
1,00
2,00
2,00
Kedalaman, m
Kedalaman, m
Series1
Tf
3,00
4,00
4,00
5,00 6,00
0,0 50,0 100,0 150,0 200,0 250,0 300,0 350,0 400,0 450,0
1,00
2,00 2,00
3,00
4,00 4,00
5,00
6,00 6,00
Kedalaman, m
Kedalaman, m
Series1
7,00
Series2
8,00 8,00
9,00
10,00 10,00
11,00
12,00 12,00
13,00
14,00 14,00
0,0 200,0 400,0 600,0 800,0 1000,0 1200,0 1400,0 1600,0 1800,0
1,00
2,00 2,00
3,00
4,00
4,00
5,00
6,00
6,00
Kedalaman, m
Kedalaman, m
7,00
Series1
8,00
Series2
8,00
9,00
10,00
10,00
11,00
12,00
12,00
13,00 14,00
14,00
15,00 16,00
0,0 500,0 1000,0 1500,0 2000,0 2500,0
1,00
2,00 2,00
3,00
4,00 4,00
5,00
6,00 6,00
7,00
Kedalaman, m
Kedalaman, m
8,00 8,00
Series1
9,00
Series2
10,00 10,00
11,00
12,00 12,00
13,00
14,00 14,00
15,00
16,00 16,00
17,00
18,00 18,00
0,0 500,0 1000,0 1500,0 2000,0 2500,0 3000,0
1,00
Kedalaman, m
Kedalaman, m
Series1
2,00 2,00
Tf
3,00
4,00 4,00
0,0 50,0 100,0 150,0 200,0 250,0 300,0 350,0 400,0 450,0
1,00
2,00
2,00
Kedalaman, m
Kedalaman, m
Series1
Tf
3,00
4,00
4,00
5,00 6,00
0,0 50,0 100,0 150,0 200,0 250,0 300,0 350,0 400,0 450,0
1,00
2,00 2,00
Kedalaman, m
Kedalaman, m
Series1
3,00
Series2
4,00 4,00
5,00
6,00 6,00
0,0 200,0 400,0 600,0 800,0 1000,0 1200,0 1400,0 1600,0
1,00
2,00 2,00
Kedalaman, m
Kedalaman, m
Series1
3,00
Series2
4,00 4,00
5,00
6,00 6,00
0,0 200,0 400,0 600,0 800,0 1000,0 1200,0
1,00
Kedalaman, m
Kedalaman, m
Series1
2,00
Series2
2,00
3,00 4,00
0,0 100,0 200,0 300,0 400,0 500,0 600,0 700,0 800,0
1,00
Kedalaman, m
Kedalaman, m
Series1
2,00
Series2
2,00
3,00 4,00
0,0 100,0 200,0 300,0 400,0 500,0 600,0
Kedalaman, m
8,00 8,00
9,00
Series1
10,00 10,00
Series2
11,00
12,00 12,00
13,00
14,00 14,00
15,00
16,00 16,00
17,00
18,00 18,00
19,00
20,00 20,00
0,0 500,0 1000,0 1500,0 2000,0 2500,0 3000,0 3500,0 4000,0 4500,0
5,00
6,00
6,00
7,00
Kedalaman, m
Kedalaman, m
8,00
8,00
9,00 Series1
10,00
10,00 Series2
11,00
12,00
12,00
13,00
14,00
14,00
15,00 16,00
16,00
17,00 18,00
18,00
19,00 20,00
0,0 500,0 1000,0 1500,0 2000,0 2500,0 3000,0 3500,0
➢ Secara umum perubahan nilai hambatan lekat kumulatif terhadap kedalaman adalah
konstan. Hal ini terlihat dari grafik jumlah hambatan lekat terhadap kedalaman tanah
yang mendekati garis lurus
➢ Jenis tanah didapat dari grafik yang ditentukan dari hasil perbandingan cone
resistance (C) dengan friction ratio (Fr).
➢ Secara umum, jenis tanah pada lokasi tes sondir tersebut seluruhnya adalah
lempung (clay). sesuai dengan grafik hubungan nilai FR dan nilai qc. dimana
korelasi dua nilai tersebut memliki qc relatif kecil dengan nilai geser yang relatif
besar. lihat lingkaran merah pada grafikhubungan tahanan konus dan friction ratio.
RAIM SONDIR I
RAIM SONDIR II
JIKOTAMO SONDIR 1
JIKOTAMO SONDIR II
WAYAUA SONDIR I
WAYAUA SONDIR II
WAYAMONA SONDIR I
WAYAMONA SONDIR II
TOMARA SONDIR I
TOMARASONDIR II
BIBINOI SONDIR II