Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANIKA FLUIDA DAN HIDROLIKA

Kelompok III:

1. Andhika Jitendriya 1172005015


2. Nabiel Ali 1172005012
3. Richa Andreina 1172005013
4. Sarah Maulina 1172005016
5. Wahyuni Nur Setyowati 1172005017

PJ Kelompok : Halberto Sidiq

LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA II


JURUSAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS BAKRIE
2019
H.10 – Bendung Dasar

10.1. Tujuan Praktikum


- Menentukan koefisien kontraksi dari pengukur debit berbentuk segi
empat;
- Menentukan koefisien kontraksi dari pengukur debit berbentuk segi tiga.

10.2. Teori Dasar


Bendungan secara sederhana didefinisikan sebagai sebuah dinding untuk
menahan air (Scott, 2001). Bendungan mempunyai beberapa bagian, yaitu
sebagai berikut:

Gambar 1. Bagian-bagian Bendung Dasar

a. Ambang Tetap
Bangunan air ini dibangun melintang sungai dan sengaja dibuat untuk
meninggikan muka air dengan ambang tetap sehingga air sungai dapat
disadap dan dialirkan secara gravitasi ke jaringan irigasi (Mawardi,
2010). Ada beberapa jenis ambang tetap berdasarkan pelimpahnya yang
sering digunakan diantaranya :
- Pelimpah Lurus, pelimpah yang umumnya banyak digunakan dan
dikembangkan untuk bendung tetap.
- Pelimpah Lengkung, pelimpah alternatif lain dari bentuk lurus.
- Pelimpah berbentuk Gergaji, pelimpah yang diperlukan bila panjang
ambang tidak mencukupi dan biasanya untuk sungai dengan lebar yang
kecil tapi debit airnya besar.

Gambar 1. Bentuk-bentuk Ambang Tetap

b. Mercu Bendung
Pada umumnya ada dua tipe mercu untuk bendung pelimpah, yaitu tipe
bulat dan tipe ogee. Kedua bentuk mercu tersebut dapat dipakai baik
untuk konstruksi beton maupun pasangan batu ataupun bentuk
kombinasi dari keduanya. Kemiringan maksimum muka bendung bagian
hilir untuk kedua tipe mercu adalah 1:1. (Standar Perencanaan Irigasi,
Kriteria Perencanaan bagian Bangunan Utama KP-02)
- Mercu bulat pada sungai akan banyak memberikan keuntungan karena
bangunan ini akan mengurangi tinggi muka air hulu selama banjir.
- Mercu ogee berbentuk tirai luapan bawah dari bendung ambang tajam
aerasi.

Gambar 2. Bentuk-bentuk Mercu Bendung


c. Tembok Pangkal
Tembok pangkal berfungsi sebagai pembatas, pengarah arus dan
longsoran teing sungai di hilir bangunan dan pencegah aliran samping.
Tembok pangkal bisa diuraikan lagi sesuai fungsinya menjadi Tembok
Sayap Hilir, Tembok Pangkal, Tembok Sayap Udik dan Pengarah Arus.
- Tembok pangkal bendung adalah tembok yang berada di kiri kanan
pangkal bendung dengan tinggi tertentu yang menghalangi luapan aliran
pada debit desain tertentu ke samping kiri dan kanan.
- Tembok sayap udik adalah tembok sayap yang menerus ke udik dari
tembok pangkal dengan bentuk dan ukuran yang disesuaikan dengan
fungsinya sebagai pengarah arus, pelindung tebing dan atau pelindung
tanggul penutup dari arus yang deras.

Gambar 3. Bentuk-bentuk Tembok Pangkal

d. Peredam Energi
Bangunan peredam energi bendung adalah struktur dari bangunan di
hilir tubuh bendung yang terdiri dari berbagai bentuk dan di kanan
kirinya dibatasi oleh tembok pangkal bendung dilanjutkan dengan
tembok sayap hilir dengan bentuk tertentu. Fungsi peredam energi yaitu
untuk meredam energi air akibat pembendungan, agar air di hilir
bendung tidak menimbulkan penggerusan setempat yang
membahayakan struktur. Ada beberapa bentuk peredam energi yang
biasa digunakan diantaranya :
- Peredam Energi Lantai Hilir dengan Ambang Akhir berfungsinya untuk
meredam energi air agar tidak menimbulkan penggerusan setempat yang
membahayakan bangunan bagian hilir. Pada tipe ini pemecahan energi
air ditimbulkan terutama oleh gesekan air dengan air, lantai dan dinding
bangunan. Aliran yang keluar ke sungai dari bangunan diratakan oleh
ambang akhir yang berkotak-kotak. Tipe ini dipilih untuk peredam
energi bendung yang berlokasi di sungai-sungai dengan angkutan
sedimen dominan fraksi kerikil dan pasir.
- Peredam Energi Cekung berfungsi untuk menjauhkan kedung
penggerusan setempat dari bangunan dan menghindarkan benturan batu
langsung pada permukaan bangunan.
- Peredam Energi Berganda adalah banguna peredam energi berganda
sangat cocok dibangun di sudetan sungai dengan ketinggian lebih dari
10 m. Keuntungan pemakaian tipe ini antara lain yaitu pematahan energi
yang besar karena dua ruang olakan sehingga penggerusan setempat
menjadi lebih dangkal, jauh lebih stabil karena bentuknya yang besar,
dan kerusakan lantai dan tubuh bendung akibat terjunan air dapat
dihindari.
- Peredam Energi Tipe USBR yaitu peredam energi dikembangkan oleh
USBR (United States Bureau of Reclamation) dengan kriteria desain
yang bisa dilihat pada Hydraulic Design of Stilling Basin and Energy
Dissipators. (Peterka, 1963)

Gambar 4. Bentuk-bentuk Peredam Energi

Rectangular Notch adalah salah satu jenis aliran terbuka. Aliran pada saluran
terbuka merupakan pernurunan Fluida dengan kecepatan (Density) yang berbeda.
Biasanya pada saluran terbuka, fluida itu adalah udara dan air dimana kecepatan
udara yang lebih kecil dari pada kecepatan air. Pada bendung dasar ini, digunakan
2 rumus sesuai bentuknya, yaitu sebagai berikut :
a. Lubang Segi Empat
2
𝑄 = 𝐶𝑑. . 𝐵. √2. 𝑔. √𝐻³
3
Keterangan :
 Q : Debit aliran yang melimpas diatas dasar lubang
 Cd : Koefisien kontraksi
 B : Lebar lubang
 H : Head diatas dasar lubang
 g : 9,81 m/ s²
b. Lubang Segi Tiga
8 𝜃
𝑄 = 𝐶𝑑. . √2. 𝑔. tan . √𝐻⁵
15 2
Keterangan :
 Q : Debit aliran yang melimpat diatas dasar lubang
 Cd : Koefisien kontraksi
 ϴ : Sudut bukaan segi tiga
 H : Head diatas dasar lubang

10.3.Alat dan Bahan


Alat :
1. Meja hidrolika
2. Dinding Peredam
3. Alat duga dengan perlengkapan yang berbentuk jarum atau pancing
4. Bendung dasar
5. Stop Watch

Gambar 5.3. Alat yang digunakan pada pratikum


10.4. Cara Kerja
Adapun langkah kerja yang praktikan lakukan adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan meja hidrolika dan alat-alat bendung dasar. Lalu
menggunakan lubang segi empat terlebih dahulu;
2. Mengatur alat-alat peraga. Sebaiknya alat ditempatkan ditengah antara
bendung dasar dan dinding peredam;
3. Mengalirkan air kedalam saluran hingga melimpas melalaui bendung
dasar;
4. Menutup katup pengatur aliran dan mengdiamkan sampai air diatas
lubang bukaan tepat berhenti melimpas;
5. Membuka sekrup halus A lalu set 0 jarum atau pancing pada alat duga
dengan kondisi langkah 4 di atas;
6. Membuka sekrup halus C untuk menaikkan jarum atau pancing setingga
5 mm (Head = 5 mm);
7. Mengalirkan kembali alirar. Mengatur besar kecilnya debit aliran untuk
mendapatkan harga head (H) yang telah dinaikkan. Hal ini dapat
dilakukan dengan melihat ujuang jarum pada alat duga tepat pada
permukaan air;
8. Mencatat volume yang melimpas dalam waktu tertentu untuk
mendapatkan debit alirannya;
9. Mengulangi langkah (6-8) umtuk setiap kenaikan Head kira-kira 5 mm.
Hal ini dilakukan sampai Head-nya tdak memungkinkan untuk
dinaikkan lagi;
10. Mengulangi langkah 1-9 untuk lubang segi tiga.

10.5. Data Percobaan dan Pengolah Data


A. Data Percobaan Segi Empat
Tabel A. Data Percobaan Segi Empat
Discharge (m³/
H (mm) V (m³) Duration (s)
s)
10 0,001 6,02 0,000166113
15 0,001 5,7 0,000175439
20 0,001 5,22 0,000191571
25 0,001 6,75 0,000148148

B. Data Percobaan Segi Tiga


Tabel B. Data Percobaan Segi Tiga
Disharge (m³/
H (mm) V (m³) Duration (s)
s)
10 0,001 14,86 6,72948E-05
15 0,001 14,09 7,09723E-05
20 0,001 6,56 0,000152439
25 0,001 7,32 0,000136612
Keterangan :
 H : Tinggi skala
 V : Volume aliran
 Duration : Waktu
 Disharge : Debit yang di hasilkan

10.5.1. Koefisien Kontraksi dan Regresi Linear


10.5.1.1. Data Segi Empat
Tabel 10.5.1.1. Data Koefisien Kontraksi Segi Empat

H (m) V (m³) t (s) B (m) Q Teori Cd Teori ΣCd

0,01 0,001 6,02 0,03 8,85889E-05 1,8750982 1,0351716


0,015 0,001 5,7 0,03 0,000162748 1,0779752
0,02 0,001 5,22 0,03 0,000250567 0,7645484
0,025 0,001 6,75 0,03 0,000350179 0,4230646

10.5.1.2. Regresi Linear Segi Empat


Tabel 10.5.1.2. Data Regresi Linear Segi Empat
X Y
X² Y² XY
H Q
0,01 8,85889E-05 0,0001 7,848E-09 8,85889E-07
0,015 0,000162748 0,000225 2,6487E-08 2,44122E-06
0,02 0,000250567 0,0004 6,2784E-08 5,01135E-06
0,025 0,000350179 0,000625 1,22625E-07 8,75446E-06
Σ 0,00135 2,19744E-07 1,70929E-05

Grafik 10.5.1.2. Grafik Regresi Linear Segi Empat


𝛴𝑥𝑦 √𝑏³
-b : = 0,012661425 -Cd Pratikum : 2 = 0,000674922
𝛴𝑥² .𝐵.√2.𝑔
3

𝐶𝑑 𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖 −𝐶𝑑 𝑃𝑟𝑎𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚


-Kesalahan Relatif: | |𝑥100% = 99,93%
𝐶𝑑 𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖

10.5.1.3. Data Segi Tiga


Tabel 10.5.1.3. Data Koefisien Kontraksi Segi Tiga

H (m) V (m³) t (s) Tan (ϴ/ 2) Q Teori Cd Teori ΣCd

0,01 0,001 14,86 1 2,36237E-05 2,8486098 5,6647115


0,015 0,001 14,09 1 6,50993E-05 1,0902162
0,02 0,001 6,56 1 0,000133636 1,1407039
0,025 0,001 7,32 1 0,000233452 0,5851816

10.5.1.4. Regresi Linear Segi Tiga


Tabel 10.5.1.4. Data Regresi Linear Segi Tiga

X Y
X² Y² XY
H Q
0,01 2,36237E-05 0,0001 5,5808E-10 2,36237E-07
0,015 6,50993E-05 0,000225 4,23792E-09 9,7649E-07
0,02 0,000133636 0,0004 1,78586E-08 2,67272E-06
0,025 0,000233452 0,000625 5,45E-08 5,83631E-06
Σ 0,00135 7,71546E-08 9,72175E-06

Grafik 10.5.1.4. Grafik Regresi Linear Segi Tiga


𝛴𝑥𝑦 √𝑏⁵
-b : = 0,007201299 -Cd Pratikum : 8 𝜃 = 7,59288E-07
𝛴𝑥² .√2.𝑔.𝑡𝑎𝑛
15 2

𝐶𝑑 𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖 −𝐶𝑑 𝑃𝑟𝑎𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚


-Kesalahan Relatif: | |𝑥100% = 99,99%
𝐶𝑑 𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖

10.6. Analisa
10.6.1. Analisa Percobaan
Pratikum ini dilakukan pada Sabtu, pada 20 April 2019 di
Laboratorium Hidrolika, Hidrologi dan Sungai Universitas Indonesia.
Pratikum kali ini merupakan pratikum dengan judul Bendung Dasar dengan
tujuan menentukan koefisien kontraksi dari pengukur debit berbentuk segi
empat dan segi tiga. Pada praktikum ini, praktikan menggunakan beberapa
alat, diantara seperti Meja hidrolika,dinding peredam yang berfungsi
mengatur agar terjadi aliran yang tenang, alat duga dengan perlengkapan
yang berbentuk jarum pancing, bendung dasar dan stop watch.
Ada beberapa bagian dari alat duga dengan perlengkapan
yangberbentuk jarum pancing, yaitu Jarum yang berfungsi sebagai penanda
dengan muka air dimana jarum ini ujungnya harus berada di permukaan,
lalu sekrup pengencang yang berfungsi sebagai pengencang pada batang
skala, sekrup halus yang berfungsi sebagai pengencang pada dudukan,
selanjutnya skala yang berguna sebagai penunjuk ketinggian dalam satuan
mm dan dudukan yang berbentuk segi empat dan segi tiga. Yang terpenting
adalah penyuplai air yang berfungsi agar seperangkat alat pengukur aliran
mendapatkan suplai air..
Pada saat praktikum, menggunakan 2 jenis bentuk, yaitu segi empat
dan segi tiga. Lubang berbentuk segi empat memiliki lebar sebesar 3 cm
sedangkan lubang berbentuk segi tiga memiliki sudut bukaan sebesar 90⁰ .
Praktikan menggunakan ketinggian sebesar 10, 15, 20 dan 25 mm, dengan
volume air yaitu 1 Liter. Selanjutnya, praktikan menghitung lamanya waktu
aliran hingga penuh.
Pada lubang berbentuk segi empat, praktikan mendapatkan lamanya
waktu yang berbeda disetiap ketinggiannya. Pada ketinggan 10 mm waktu
yang dibutuhkan untuk penuh sebesar 06,02 detik. Lalu pada ketinggian 15
mm sebesar 05,70 detik. Selanjutnya pada ketinggian 20 mm yaitu sebesar
05,22 detik dan pada ketinggian 25 mm yaitu sebesar 06,75 detik.
Selanjutnya, praktikan menggantinya menggunakan lubang
berbentuk segi tiga dengan menggunakan ketinggian dan volume yang sama
dengan lubang berbentuk segi empat. Pada ketinggian 10 mm didapatkan
waktu sebesar 14,86 detik. Lalu pada ketinggian 15 mm waktu yang
dibutuhkan hingga aliran penuh sebesar 14,09 detik. Selanjutnya pada
ketinggian 20 mm waktu yang didapatkan sebesar 06,56 detik dan pada
ketinggian 25 mm sebesar 07,32 detik. Terlihat perbedaan lubang berbentuk
segi empat dan segi tiga, hal ini dikarenakan lubang berbentuk segi tiga
lebih menyempitkan aliran sehingga dibutuhkan waktu yang lebih lama
untuk penuh dibandingkan yang berbentuk segi empat. Setelah semua
percobaan selesai, praktikan meletakkan semua alat dan bahan seperti
kondisi semula.
10.6.2. Analisa Hasil
Pada pratikum ini, didapatkan data-data berupa waktu yang
dibutuhkan hingga air penuh dan juga debit aliran. Selanjutnya praktikan
mencari Koefisien kontraksi (Cd) dan regresi linear pda lubang berbentuk
segi empat dan segi tiga. Koefisien kontraksi (Cd) digunakan untuk
mengetahui perbedaan debit aliran pada pratikum dan debit aliran pada
literature. Dengan menggunakan persamaan untuk lubang segi empat (A)
dan lubang segi tiga (B) yaitu :
2 8 𝜃
A) Q = Cd. 3 . 𝐵. √ 2. 𝑔. √𝐻³ B) Q = Cd. 15 . √2. 𝑔. 𝑡𝑎𝑛 2 √𝐻⁵

Pada pratikum ini, Koefisien kontraksi teori untuk lubang berbentuk


𝐵
segi empat (Cd) didapatkan dari 2 . Dan didapatkan nilai koefisien
.𝐵.√2.𝑔.√𝐻³
3

kontraksi teori sebesar :


Tabel 10.6.2. Tabel Koefisien Kontraksi Teori Segi Empat (Cd)

Ketinggian Koefisien Debit Empiris (Cd)

10 mm 1,8750982

15 mm 1,0779752

20 mm 0,7645484

25mm 0,4230646

Sedangkan untuk grafik regresi nilai sumbu X didapatkan dari


2
ketinggian (H) dan sumbu Y dari 3
. 𝐵. √ 2. 𝑔. √𝐻³. dan juga didapatkan

koefisien kontraksi pratikum sebesar 0,000674922.


Dapat dilihat pada grafik ketinggian (H) terhadap debit (Q) yang
mengikuti garis linear. Ini dikarenakan dari perhitungan data bahwa
perbedaan setiap waktu tidak terlalu signifikan setiap ditambahkan
ketinggian. Lalu, terlihat juga pada kesalahan relatif pada lubang segi empat
yang memiliki nilai kesalahan relatif yang besar, hal ini bisa dikarenakan
kesalahan praktikan dalam membaca waktu yang menyebabkan kesalahan
dalam memulai dan mematikan stopwatch dan kesalahan dalam membaca
volume meter.
Selanjutnya, praktikan mencari Koefisien kontraksi teori untuk
𝑄
lubang berbentuk segi tiga (Cd) didapatkan dari 8 𝜃 . Dan
.tan .√2.𝑔.√𝐻⁵
5 2

didapatkan nilai koefisien kontraksi teori sebesar :


Tabel 10.6.2. Tabel Koefisien Kontraksi Teori Segi Tiga (Cd)

Ketinggian Koefisien Debit Empiris (Cd)

10 mm 2,8486098

15 mm 1,0902162

20 mm 1,1407039

25mm 0,5851816

Sedangkan untuk grafik regresi nilai sumbu X didapatkan dari


8 𝜃
ketinggian (H) dan sumbu Y dari 15 . √2. 𝑔. tan 2 . √𝐻⁵ dan didapatkan
koefisien kontraksi pratikum sebesar 7,59288E-07.
Dan dapat dilihat pada grafik ketinggian (H) terhadap debit (Q) yang
tidak terlalu mengikuti garis linear. Ini dikarenakan dari perhitungan data
bahwa perbedaan setiap waktu yang terlalu signifikan setiap ditambahkan
ketinggian. Terlihat juga pada kesalahan relatif pada lubang segi tiga yang
memiliki nilai kesalahan relatif yang besar, hal ini bisa dikarenakan
kesalahan praktikan dalam membaca waktu yang menyebabkan kesalahan
dalam memulai dan mematikan stopwatch dan kesalahan dalam membaca
volume meter.
Besarnya koefisien kontraksi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti lebar lubang pada segi empat dan segi tiga. Seperti yang diketahui
bahwa setiap bentuk memilki lebar yang berbeda-beda. Hal ini dapat
menyebabkan perbedaan untuk waktunya. Selain itu, bisa disebabkan karena
adanya tekanan pada permukaan air dan adanya perbedaan gesekan pada
dinding saluran yang menyebabkan volume air yang keluar membutuhkan
waktu.
10.6.3. Analisa Kesalahan
Pada pratikum ini terjadi beberapa kesalahan, yaitu sebagai berikut:
1. Praktikan melakukan kesalahan dalam menghitung waktu yang
dibutuhkan hingga air memenuhi penampang;
2. Praktikan melakukan kesalahan dalam membaca volume air
pada volume meter
3. Dari data yang telah diolah, praktikan mendapatkan kesalahan
relatif dalam koefisien kontraksi pada lubang segi empat sebesar
99,93% dan pada lubang segi tiga sebesar 99,99%.

10.7. Aplikasi
Pengaplikasian bendung dasar banyak dipakai pada sistem pengolahan
limbah, irigasi dan saluran pembuangan limbah. Pengukuran dapat
dilakukan dengan mengukur kecepatan aliran dengan satuan yang umum
yaitu gallon per menit (gpm) menjadi gallon per hari.

10.8. Kesimpulan
1. Dari koefisien kontraksi praktikum pada lubang berbentuk segi empat
yaitu sebesar 0,000674922 dan pada segi tiga sebesar 7,59288E-07.
2. Didapatkan kesalahan relatif yang besar pada kedua lubang, yaitu
99,93% pada lubang berbentuk segi empat dan 99,99% pada lubang
berbentuk segi tiga.

10.9. Daftar Pustaka


Pedoman Pratikum Mekanika Fluida dan Hidrolika. (2019). Depok:
Laboratorium Hidrolika, Hidrologi dan Sungai Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Mawardi, E. (2010). Desai hidraulik bendung tetap untuk irigasi teknis. Bandung:
Alfabeta.
Peterka, A. (1963). Hydraulics design of stilling basins and energy dissipators .
Denver Colorado: USBR.
Scott, J. (2001). Kamus lengkap teknik sipil . Jakarta: Erlangga.
Standar Perencanaan Irigasi, Kriteria Perencanaan bagian Bangunan Utama
KP-02. (t.thn.). Jakarta.

10.1 0.Lampiran-lampiran

Gambar 5. Batang Skala


Gambar 6. Dudukan berbentuk Segi Tiga

Anda mungkin juga menyukai