Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANIKA FLUIDA DAN HIDROLIKA


MODUL H.08 GESEKAN DALAM PIPA

KELOMPOK: 2
Verbi Fernendi 1172005008
Adinda Ayu Z 1172005010
Amanda Felia F 1172005011
Dinda Widiastuti 1172005009
Maria Cintya N 1172005007

PJ Laporan : Verbi Fernendi


Asisten Modul : Firda Aulia Sartika
Tanggal Praktikum : 20 April 2019
Tanggal Disetujui :
Nilai Laporan :
Paraf Asisten :

LABORATORIUM HIDROLIKA, HIDROLOGI DAN SUNGAI


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
2019
8.1. TUJUAN PERCOBAAN

 Menyelidiki perubahan tekanan akibat adanya gesekan dalam pipa bundar dengan
kecepatan aliran rata-rata.
 Menunjukkan adanya aliran laminar dan turbulen.

8.2. TEORI PERCOBAAN

Kehilangan tekanan aliran di dalam pipa timbul akibat adanya gesekan di dalam
pipa. Makin tinggi kecepatan aliran, kehilangan tekanan makin besar.

Gambar 1

Pada gambar H. 08. 1 tampak kehilangan energy (hf) sama dengan kehilangan
tekanan (h2-h1), karena kecepatan sepanjang pipa konstan.

Menurut Poiseuille untuk aliran laminer :

ℎ 32.𝑣.𝑉.𝐿
𝑓=
𝑔.𝐷 2

Dimana :

hf = h1-h2 v = kecepatan aliran rata-rata

k = dynamic viscosity L = panjang pipa

ρ = massa jenis cairan D = diameter pipa

V = kinematic viscosity g = percepatan gravitasi bumi


Darcy dan Weisback memberikan hubungan antara kehilangan tekanan dan
kecepatan aliran turbulen sebagai berikut :

𝑓.𝐿.𝑣 2
hf = 2.𝑔.𝐷

f = faktor gesekan

Bila persamaan Poiseuille dan Darcy-Weisback disatukan maka :

32.𝑣.𝑉.𝐿 4.𝑓.𝐿.𝑣 2
𝑔.𝐷 2
= 2.𝑔.𝐷

16 𝑣 16 𝐷.𝑉
f= 𝐷.𝑉
= 𝑅𝑒 → (𝑅𝑒 = 𝑣
)

Re = bilangan Reynold

Gesekan aliran merupakan hambatan berupa gesekan dalam pipa fluida yang
mengakibatkan berkurangnya laju aliran dan penurunan tekanan. Besarnya hambatan
aliran karena gesekan sangat tergantung dari kekasaran dinding pipa. Dari hasil
bebagai percobaan diketahui bahwa makin kasar dinding pipa makin besar terjadinya
penurunan atau kehilangan tekanan aliran (Sihombing, 2010). Gesekan antara aliran
fluida dengan permukaan sudut-sudut dinding pompa menyebabkan sebagian energy
yang diangkut oleh aliran air hilang untuk mengatasi gesekan-gesekan
tersebut. (Soekardi, 2015).
Sifat aliran fluida dalam pipa dapat dibedakan menjadi (Academia,2017),
a.Aliran laminer.
Kondisi aliran dengan garis-garis aliran mengikuti jalur yang sejajar sehingga tidak
terjadi percampuran antara bidang-bidang geser fluida. Dengan jenis aliran ini maka
partikel-partikel fluida mengalir secara sejajar dengan sumbu tabung. Aliran ini
terjadi jika viskositas fluida tinggi dan kecepatan fluida rendah. Aliran laminar
memiliki bilangan Re < 2300 (Sumantri, 2012).
pewarna (tinta) lintasan gerak partikel
dalam aliran

Gambar 2 Aliran Laminer


b. Aliran turbulen.
Kondisi aliran dengan garis-garis aliran yang saling bersilangan sehingga terjadi
percampuran antara bidang-bidang geser di dalam fluida. Aliran ini terjadi jika
viskositas fluida rendah dan kecepatan fluida tinggi. Aliran turbulen memiliki
bilangan Re > 4000 (Young, 2007).

zat pewarna (tinta) lintasan gerak partikel


dalam aliran

Gambar 3 Aliran Turbulen


c.Aliran transisi.
Kondisi aliran peralihan dari aliran laminer menjadi aliran turbulen atau
sebaliknya. Aliran transisi adalah rejim yang terjadi antara aliran laminar dan aliran
turbulen. Jadi aliran transisi adalah proses diantara terjadinya aliran laminar ke aliran
turbulen. Aliran transisi memiliki bilangan Re antara 2300 – 4000 (Ilhami, 2011).
zat pewarna (tinta) lintasan gerak partikel
dalam aliran

Gambar 4 Aliran Transisi

Rumus-rumus yang digunakan :


a. Tentukan viskositas (υ) air dengan menggunakan data suhu pada tabel atau
grafik.
Q
V 
b. Kecepatan Α

ΔT. Τ
 f 
c. Angka gesekan 0,5. .V atau
2
0,5. .V 2

f . .V 2

d. Tegangan geser 8
V .D
Re 
e. Bilangan Reynolds 

Re < 2000 = Aliran laminer


Dimana : 2000 < Re < 4000 = Aliran transisi
Re > 4000 = Aliran turbulen

Bilangan Reynolds merupakan suatu parameter similaritas aliran yang


menjelaskan gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda bergerak relative terhadap
fluida yang melingkupinya. Bilangan ini berbanding lurus dengan ukuran benda
maupun kerapatan dan kecepatan relative fluida tersebut, dan berbanding terbalik
dengan viskositas fluida (Wright, 2006).
Menurut Wibishana (2009) bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia
terhadap viskos yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan
suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan ini digunakan untuk mengidentifikasikan jenis
aliran yang berbeda. Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:

𝑉 𝑥 𝑑 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑥 𝑝 𝑎𝑖𝑟
𝑅𝑒 =
𝜇
Menurut Reynolds, ada tiga factor yang mempengaruhi keadaan aliran yaitu
kekentalan zat cair, rapat massa zat cair, dan diameter pipa. Viskositas Fluida Fluida
adalah benda yang dapat mengalami perubahan bentuk secara terus menerus karena
gaya gesek yang bekerja terhadapnya. Sifat yang erat hubungannya dengan definisi
ini adalah viskositas. Harga viskositas fluida mungkin dipengaruhi oleh besar dan
lama aksi gaya yang bekerja terhadapnya.Viskositas fluida juga dipengaruhi
oleh tekanan dan temperatur. Densitas Fluida, disamping viskositas, sifat fluida yang
penting lainnya adalah densitas (masa persatuan volume). Seperti viskositas,
karakteristik gas dan cairan dalam sifat densitas ini bebeda satu dengan
lainnya. Densitas gas sangat dipengaruhi oleh tekanan dan temperaturnya, karena itu
gas juga disebut fluida termampatkan (compressible fluid). Hubungan antara
densitas dengan tekanan dan temperatur gas banyak dibahas dalam bidang
termodinamika, misalnya Hukum Gas Ideal dan persamaan Van Der Waals. Densitas
cairan sedikit sekali dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur, karena itu cairan
disebut juga fluida tak termampatkan (incompressible fluid). Bedasarkan sifat
kemampatan ini, aliran fluida dibagi menjadi dua, yaitu aliran fluida termampatkan
dan tak termampatkan. Seringkali bila perubahan temperatur dan tekanan relatif
kecil, permasalahan aliran gas diselesaikan dengan cara untuk fluida tak
termampatkan.
Neraca massa, fluida dinamik adalah fluida bergerak. Umunya fluida bergerak dari
satu tempat ke tempat yang lain dengan suatu alat mekanik seperti pompa atau
blower, oleh perbedaan gravitasi, atau dengan tekanan, dan mengalir melalui sistem
perpipaan atau alat proses (Welty, 2006).
Transisi dari aliran laminar ke turbulen sering terjadi sangat tiba-tiba. Pola
aliran yang stabil pada laju rendah dapat tiba-tiba menjadi tidak stabil ketika
mencapai laju kritis. Ketidakteraturan dalam pola aliran dapat disebabkan oleh
kekasaran dinding pipa, perbedaan densitas fluida, dan masih banyak factor lain.
Pada laju aliran rendah, gangguan tidak terlalu berpengaruh; pola aliran stabil dan
cenderung tetap pada keadaan laminar. Tetapi ketika laju kritis dicapai, pola aliran
menjadi tidak stabil. Gangguan tidak lagi dianggap tidak berpengaruh, tetapi
bertambah sampai merusak seluruh pola aliran laminar (Young, 2007).

8.3. ALAT-ALAT PERCOBAAN

1. Meja hidrolika
2. Stopwatch
3. Gelas ukur
4. Alat peraga gesekan dalam pipa
5. Pompa

Gambar 5 Instrumen Percobaan Gaya Gesek dalam Pipa

Keterangan gambar :

1. Pipa aliran masuk


2. Pipa masuk tangki
3. Pipa pengalir keluar tangki
4. Pengatur tekanan
5. Pipa uji (ϕ 2mm)
6. Manometer air raksa
7. Manometer air
8. Pengatur tekanan
9. Katup pengatur aliran
10. Kaki penyangga
11. Tangki
12. Katup keluar/ masuk udara
13. Pompa tangan
14. Pipa pelimpas

8.4. CARA KERJA PERCOBAAN

A. Pembacaan manometer raksa :


1. Mengukur panjang pipa uji (5), dan temperature air
2. Menghubungkan alat percobaan dengan meja hidrolika
3. Menyambungkan ujung pipa (3) dengan suplai dari meja hidrolika
4. Membuka katup pengatur aliran pada ujung pipa (9) dan pada meja hidrolika,
biarkan air mengalir sampai seluruh udara terdesak keluar
5. Menutup kembali kedua katup, manometer air raksa (6) pada saat ini harus
dalam keadaan seimbang
6. Membuka katup pengatur aliran pada meja hidrolika
7. Kemudian membuka katup pada ujung pipa (9) sedikit demi sedikit
8. Mencatat beda tinggi manometer air raksa
9. Mengukur debit aliran dengan menggunakan gelas ukur dan stopwatch
10. Melakukan langkah 7 s/d 10 untuk berbagai tekanan

B. Pembacaan manometer air


1. Menutup kembali kedua katup, pipa masuk dari meja hidrolika (3) dilepaskan
kemudian disambungkan dengan aliran masuk dari tangki (11)
2. Menyuplai dari meja hidrolika dihubungkan ke tangki
3. Membuka katup pengatur aliran pada meja hidrolika sehingga air melimpas
melalui pipa pelimpas (4)
4. Mengatur tinggi manometer air (7) sehingga berada di tengah-tengah skala
dengan menggunakan pompa (13)
5. Membuka katup pengatur aliran pada ujung pipa (9) sedikit
6. Mencatat beda tinggi manometer air
7. Mengukur debit aliran dengan menggunakan gelas ukur dan stopwatch
8. Melakukan langkah 5 s/d 8 untuk berbagai beda tekanan
8.5. DATA PERCOBAAN

Mercury
Water
Manometer
Manometer Volume Time Volume Time
No Reading
Reading (mm)
(mm)
1 2 (m3) (s) 1 2 (m3) (s)

1 238 253 0,00003 30,13 298 281 0,000088 5,42

2 232 258 0,000051 30,06 302 276 0,00011 5,43

3 227 261 0,000078 30,30 307 271 0,000142 5,36

4 223 265 0,000113 30,46 316 261 0,00017 5,39

5 216 270 0,00013 30,36 324 255 0,0002 5,49

Tabel 1 Data Percobaan Air dan Raksa

 L pipa = 0.5 m
 ∅ pipa = 0.003 m
 𝑣 = 0.836 𝑥 10−7 𝑚2 ⁄𝑠
 𝑔 = 9.81 𝑚⁄𝑠 2
 L pipa = 0.5 m
 Φ pipa = 0.003 m
 v = 0.836 x 10-7 m2/s
 g = 9.80665 m/s2
8.5. PENGOLAHAN DATA PERCOBAAN

Wat
er h1 h2 hf Q A V f Re
No mm mm m [m3/s] [m2] [m/s]
1,0033 0,000007 0,142016 87,55192 5,10E
0,015
4E-06 065 204 757 +02
1 270 285
1,6721 0,000007 0,236678 63,04565 8,49E
0,030
3E-06 065 153 586 +02
2 262 292
2,5742 0,000007 0,364367 37,24087 1,31E
0,042
6E-06 065 647 94 +03
3 255 297
3,7417 0,000007 0,529613 29,37850 1,90E
0,070
2E-06 065 851 046 +03
4 240 310
4,2904 0,000007 0,607279 30,64392 2,18E
0,096
3E-06 065 412 362 +03
5 227 323
Rata
0,05
2 hf Rata2 0,375991
06
: V: 053

Tabel 2 Pengolahan Data Percobaan Air

Merc
ury h1 h2 hf Q A V
f Re
[m
No
m] [mm] [m] [m3/s] [m2] [m/s]
1,6603 0,00000 2,35014 0,76729 7,90E
0,036
8E-05 7065 4881 6967 +03
1 306 270
2,1568 0,00000 3,05288 0,82099 1,03E
0,065
6E-05 7065 4282 956 +04
2 320 255
2,7843 0,00000 3,94099 0,70488 1,32E
0,093
1E-05 7065 6073 9754 +04
3 334 241
3,3333 0,00000 4,71809 0,67161 1,59E
0,127
3E-05 7065 389 5663 +04
4 352 225
3,7037 0,00000 5,24232 0,68108 1,76E
0,159
E-05 7065 6545 1742 +04
5 367 208
Rata2 0,0 Rata2 3,86088
hf : 96 V: 9134
Tabel 3 Pengolahan Data Percobaan Raksa
Hf = ‫׀‬h1 – h2‫׀‬ (untuk air)

Hf = ‫׀‬h1 – h2‫ ׀‬x 13.6 (untuk raksa)

2𝐷.𝑔.ℎ𝑓 𝐷.𝑉
Faktor Gesekan : 𝐿𝑉 2
Bilangan Reynold : 𝑣

1. Regresi linear hubungan log hf – log v2

Untuk mengetahui ketepatan sebaran data [-0.6 ≤ R ≤ 0.6]

Manometer Air : No log V2 (x) log hf (y)


-1,69532 1,176091
1
-1,25168 1,477121
2
-0,87692 1,623249
3
-0,55208 1,845098
4
-0,43322 1,982271
5

Tabel 4 Perbandingan log V^2 dengan hf (air)


Log V^2 VS Log hf (air)
2.5
2 Grafik 1

Log hf
1.5 Linear (Grafik 1)
1
0.5
y = 0.6047x + 2.2024
0
R² = 0.9858
-2 -1.5 -1 -0.5 0
Log V2

Grafik 1 Perbandingan log V^2 dengan log hf (air)

Manometer Raksa :

No log V2 (x) log hf (y)


0,742189 1,556303
1
0,969421 1,812913
2
1,191212 1,968483
3
1,347533 2,103804
4
1,439048 2,201397
5
Tabel 5 Perbandingan log V^2 dengan log hf (raksa)

Log V^2 vs Log hf (raksa)


2.5

2
Grafik 1
1.5
Log hf

Linear (Grafik 1)
1

0.5 y = 0.8926x + 0.9129


R² = 0.9931
0
0 0.5 1 1.5 2
Log V2

Grafik 2 Perbandingan log V^2 dengan log hf (raksa)


2. Regresi linear hubungan log f – log Re

Untuk mengetahui kecepatan kritis (Vc).

Manometer Air :

No log Re (x) log f (y)


2,707253 1,942266
1
2,929073 1,799655
2
3,116455 1,57102
3
3,278874 1,46803
4
3,338304 1,486344
5
Tabel 6 Perbandingan log f dengan log Re (air)

Log f vs Log Re (air)


2.5

2 Grafik 2

1.5 Linear (Grafik 2)


Log f

1 y = -0.7905x + 4.0836
R² = 0.9673
0.5

0
0 1 2 3 4
Log Re

Grafik 3 Perbandingan log f dengan log Re (air)

Manometer Raksa :

No log Re (x) log f (y)


3,897364 -0,11504
1
4,01098 -0,08566
2
4,121876 -0,15188
3
4,200036 -0,17288
4
4,245794 -0,1668
5
Tabel 7 Perbandingan log f dengan log Re (raksa)

Log f vs Log Re (raksa)


0
3.8 3.9 4 4.1 4.2 4.3
Grafik 2
-0.05
Linear (Grafik 2)
Log f

-0.1

y = -0.2148x + 0.7412
-0.15 R² = 0.6756

-0.2
Log Re

Grafik 4 Perbandingan log f dengan log Re (raksa)

Yair = Yraksa
-0,7905x + 1,0836= -0,2148x - 2,2527
-0,5757x = -3,3406
X = 5,8026
Re = 10x = 634746,0398
𝐷.𝑉
Re = (v air = 0.836 x 10-7)
𝑣
0.003 .𝑉
634746,0398= 0.836 𝑥 10−7

V= 176,882 → Vc
3. Regresi linear hubungan log hf – log V

Untuk mengetahui perbedaan tekanan, hf, berikut kesalahan relatifnya.

Manometer Air :

No log V (x) log hf (y)


-0,84766 1,176091
1
-0,62584 1,477121
2
-0,43846 1,623249
3
-0,27604 1,845098
4
-0,21661 1,982271
5
Tabel 8 Perbandingan log V dengan log hf (air)

log V vs log hf (air)


2.5

1.5 Grafik 3
Log hf

Linear (Grafik 3)
1
y = 1.2095x + 2.2024
0.5
R² = 0.9858
0
-1 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0
Log V

Grafik 5 Perbandingan log V dengan log hf (air)

Manometer Raksa :

No log V (x) log hf (y)


0,371095 1,556303
1
0,48471 1,812913
2
0,595606 1,968483
3
0,673767 2,103804
4
0,719524 2,201397
5
Tabel 9 Perbandingan log V dengan log hf (raksa)
log V vs log hf (raksa)
2.5

2 Grafik 3
Log hf 1.5 Linear (Grafik 3)

1
y = 1.7852x + 0.9129
0.5 R² = 0.9931
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8
Log V

Grafik 6 Perbandingan log V dengan log hf (raksa)

Air : Y = 1,2095x - 0,7976

Y = - 0,7976+1,2095x
V rata2 air (V rata2 ˂ Vc)
Log hf = a + b. log V

Hf = 10- 0,7976. 0,37591,2095

Hf = 0,0486

ℎ𝑓 𝑟𝑢𝑚𝑢𝑠−ℎ𝑓 𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎
Kesalahan Relatif hf Air : | ℎ𝑓 𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎
|𝑥 100%

: 3,952 %

Raksa : Y = 1,7852x - 2,0871 Vc (V rata2 < Vc)

Log hf = - 2,0871+ 1,7852log V

Hf = 10- 2,0871. 3,8601,7852

Hf = 0,0912

ℎ𝑓 𝑟𝑢𝑚𝑢𝑠−ℎ𝑓 𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎
Kesalahan Relatif hf Raksa : | ℎ𝑓 𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎
|𝑥 100%

: 5%
8.6. ANALISA
a. Analisa Percobaan

Percobaan H-08 ini berjudul “Gaya Gesek di Dalam Pipa” yang bertujuan untuk
menyelidiki perubahan tekanan akibat adanya gesekan dalam pipa bundar dengan
kecepatan aliran rata-rata dan juga menunjukkan adanya aliran laminar dan turbulen. Pipa
yang dimaksud dalam percobaan ini adalah pipa pada rangkaian manometer. Manometer
tersebut terbagi dua menjadi manometer air dan manometer raksa.
Hal pertama yang dilakukan adalah mengukur panjang dan diameter kedua manometer
tersebut. Untuk hal ini, panjang dan diameter antara manometer air dan manometer raksa
adalah sama. Diameter manometer diperlukan untuk mengukur luas permukaan dan
panjang manometer untuk menghitung factor gesekan (f) dan bilangan Reynold (Re). Hal
kedua adalah percobaan dengan menggunakan manometer air. Percobaan dengan
manometer air ini pertama-tama menyambungkan ujung pipa pada alat percobaan dengan
suplai dari meja hidrolika. Setelah disambungkan, katup pengalir aliran pada ujung pipa
dibuka agar udara dalam pipa terdesak keluar. Agar pendesakan udara di dalam pipa
berlangsung cepat, maka dilakukan pemompaan pada pipa. Selanjutnya, menutup kembali
katup kedua katup. Penutupan kedua katup ini dilakukan saat kedua manometer telah
berada dalam ketinggian permukaan air yang sama. Setelah manometer berada dalam
keadaan ketinggian yang sama, katup pengatur aliran pada meja hidrolika dibuka sedikit
demi sedikit. Pembacaan manometer air dilakukan pada kenaikan acak(ditentukan
asisten). Setiap kenaikan permukaan air pada manometer 1, dilakukan pembacaan tinggi
air pada manometer 2 dan diukur perbedaan tinggi air antara manometer 1 dan
manometer 2. Pada manometer air, yang mengukur tekanan pipa bagian atas adalah
manometer 1, sedangkan yang mengukur tekanan pipa bagian bawah adalah manometer
2. Untuk setiap ketinggian manometer 1 yang ditentukan, praktikan mengukur debit aliran
dengan cara mengukur volume air yang keluar dari pipa keluar aliran selama sejumlah
waktu yang tidak konstan dengan menggunakan gelas ukur. Hal ketiga adalah percobaan
dengan menggunakan manometer raksa. Langkah-langkah yang dilakukan hampir sama
dengan yang dilakukan pada percobaan menggunakan manometer air. Setiap penurunan
permukaan air pada manometer 1, dilakukan pembacaan tinggi air pada manometer 2 dan
diukur perbedaan tinggi air antara manometer 1 dan manometer 2. Pada manometer raksa,
yang mengukur tekanan pada pipa bagian atas adalah manometer 1 sedangkan yang
mengukur tekanan pada pipa bagian bawah adalah manometer 2. Pemakaian dua
manometer pada percobaan ini (manometer raksa dan manometer air) dimaksudkan untuk
membandingkan besarnya total head (hf) hasil pembacaan dari manometer air dengan
hasil pembacaan dari manometer raksa yang seharusnya bernilai sama apabila debit aliran
sama. Bila ternyata hasilnya tidak sama (terdapat perbedaan), hal ini diakibatkan karena
adanya kesalahan-kesalahan yang dilakukan praktikan saat percobaan sehingga
menyebabkan data hasil percobaan tidak tepat.
b. Analisa Grafik

Pada praktikum gesekan dalam pipa ini, terdapat 6 buah grafik yang terdiri
dari grafik hubungan Log Hf dengan log v2 untuk manometer air dan raksa, grafik
hubungan logaritma bilangan reynold dengan logaritma frekuensi gesekan (log Re
terhadap log f) untuk manometer air dan raksa, grafik hubungan logaritma
kecepatan dengan logaritma total head (log ν terhadap log hf) untuk manometer
air dan raksa.
Keenam grafik tersebut dibuat dengan menggunakan metode persamaan
regresi linear berdasarkan data-data praktikum yang diperoleh. Biasanya data-data
yang diukur dinamakan variabel bebas. Metode persamaan regresi linear ini
merupakan suatu metode pendekatan terhadap persebaran data-data yang diplot ke
dalam grafik. Dan terdiri dari dua variabel yang masing mewakili suatu sumbu
tersendiri. Misalkan saja sumbu x, searah bidang diagonal dan sumbu y, searah
bidang vertikal. Agar memudahkan kita dalam mengamati hasil praktikum ini,
maka kita tetapkan variabel yang searah denga sumbu x adalah merupakan
variabel yang bebas. Sebagai contoh, untuk grafik hubungan log ν2 terhadap log
hf, variabel bebasnya adalah kecepatan aliran dan variabel terikat adalah total
head. Dari grafik pertama dengan manometer air terlihat bahwa persamaan
regresinya adalah y = 0,6047x - 0,7976. Artinya, persebaran data-data antara
kecepatan aliran dan total head bila diplot ke dalam grafik dapat ditarik suatu
pendekatan/diwakili dengan persamaan regresi linear y = 0,6047x - 0,7976.
Selanjutnya hal ini kita terapkan pula untuk grafik hubungan logaritma dari
kuadrat kecepatan aliran dengan logaritma total head (log ν2 terhadap log hf)
untuk manometer air raksa, grafik hubungan logaritma bilangan reynold dengan
logaritma frekuensi gesekan (log Re terhadap log f) untuk manometer air dan
raksa, dan grafik hubungan logaritma kecepatan dengan logaritma total head (log
ν terhadap log hf) untuk manometer air dan raksa. Pada grafik log ν2 terhadap log
hf) untuk manometer air raksa diperoleh persamaan y = 0,8926x - 2,0871Grafik
yang ketiga adalah grafik antara log Re terhadap log f untuk manometer air
diperoleh persamaan y = -0,7905x + 1,0836, grafik log Re terhadap log f untuk
manometer raksa diperoleh persamaan y = -0,2148x - 2,2527. Grafik yang
selanjutnya adalah grafik antara log ν terhadap log hf, untuk manometer air
diperoleh persamaan y = 1,2095x - 0,7976dan grafik log ν terhadap log hf untuk
manometer raksa diperoleh persamaan y = 1,7852x - 2,0871. Bila dilihat dari garis
lurus y= bx + a pada tiap-tiap grafik, maka hubungan logaritma kecepatan dengan
logaritma total head baik untuk manometer air dan manometer raksa adalah
semakin besar kecepatan aliran maka nilai total head juga semakin besar.
Sedangkan, untuk hubungan logaritma bilangan reynold dengan logaritma
frekuensi gesekan baik untuk manometer air maupun raksa adalah semakin besar
nilai bilangan reynold maka faktor gesekan semakin kecil. Sedangkan, untuk
hubungan logaritma kecepatan aliran dengan logaritma frekuensi gesekan baik
untuk manometer air dan manometer raksa adalah semakin besar nilai kecepatan
aliran maka faktor gesekan pun semakin besar.
Wat
er h1 h2 hf Q A V f Re
No mm mm m [m3/s] [m2] [m/s]
1,0033 0,000007 0,142016 87,55192 5,10E
0,015
4E-06 065 204 757 +02
1 270 285
1,6721 0,000007 0,236678 63,04565 8,49E
0,030
3E-06 065 153 586 +02
2 262 292
2,5742 0,000007 0,364367 37,24087 1,31E
0,042
6E-06 065 647 94 +03
3 255 297
3,7417 0,000007 0,529613 29,37850 1,90E
0,070
2E-06 065 851 046 +03
4 240 310
4,2904 0,000007 0,607279 30,64392 2,18E
0,096
3E-06 065 412 362 +03
5 227 323
Rat Rat
0,05
a2 a2 V 0,375991
06
hf : : 053
Merc
ury h1 h2 hf Q A V
f Re
[m
No
m] [mm] [m] [m3/s] [m2] [m/s]
1,6603 0,00000 2,35014 0,76729 7,90E
0,036
8E-05 7065 4881 6967 +03
1 306 270
2,1568 0,00000 3,05288 0,82099 1,03E
0,065
6E-05 7065 4282 956 +04
2 320 255
2,7843 0,00000 3,94099 0,70488 1,32E
0,093
1E-05 7065 6073 9754 +04
3 334 241
3,3333 0,00000 4,71809 0,67161 1,59E
0,127
3E-05 7065 389 5663 +04
4 352 225
3,7037 0,00000 5,24232 0,68108 1,76E
0,159
E-05 7065 6545 1742 +04
5 367 208
Rata2 0,0 Rata2 3,86088
hf : 96 V: 9134

Apabila kita melihat kedua tabel di hasil, terlihat bahwa besar kecepatan aliran rata-rata
berbanding lurus dengan nilai Bilangan Reynold. Bilangan Reynold merupakan besaran
fisis yang tidak berdimensi. Bilangan ini dipergunakan sebagai acuan dalam membedakan
aliran laminier dan turbulen. Berikut ini merupakan ketentuan untuk menentukan jenis
aliran berdasarkan nilai Re :

 0 < Re ≤ 2000, aliran disebut laminier


 2000 < Re ≤ 3000, aliran disebut transisi antara laminer dan aliran turbulen
 Re > 3000, aliran turbulen
Fungsi dari bilangan Reynold lainnya adalah untuk mengidentifikasi jenis aliran yang
terjadi, apakah laminar atau turbulen.
Jadi kecepatan kritis adalah kecepatan yang menyebabkan suatu butiran dengan diameter
tertentu mulai bergerak. Kecepatan kritis ini pada umumnya akan dipengaruhi oleh
ukuran pipa dan jenis zat cair yang lewat dalam pipa tersebut. Pada percobaan ini,
kecepatan kritis yang diperoleh adalah 176,882 m/s.

c. Analisa Kesalahan

Dalam melakukan suatu percobaan, pasti terdapat kesalahan-kesalahan yang


mempengaruhi hasil dari percobaan itu sendiri. Begitu juga dengan percobaan kali
ini. Terdapat berbagai jenis kesalahan yang praktikan anggap mempengaruhi hasil
dari percobaan, yang pertama adalah kesalahan yang bersumber dari praktikan
sendiri, yaitu sebagai berikut:

1. Kesalahan pembacaan manometer baik pada manometer air maupun raksa yang
dilakukan oleh praktikan.
2. Penentuan penurunan atau kenaikan 10 mm pada manometer yang kurang tepat
(misalnya kelebihan atau kekurangan).
3. Pengukuran debit aliran yang kurang tepat misalnya saat mengukur waktu,
yang seharusnya 3 detik tetapi kelebihan/kekurangan

selain kesalahan praktikan juga dapat terjadi kesalahan lain yang dapat
mempengaruhi data praktikum yang diperoleh yaitu suhu dari air yang
digunakan/suhu ruangan. Pada praktikum ini, suhu air di asumsikan sekitar 28°C.
Jika pada kenyataannya berbeda, maka hal ini akan mempengaruhi viskositas
(kekentalan) dari air sehingga secara tidak langsung akan berpengaruh juga pada
kecepatan aliran dan besarnya perbedaan tekanan.
8.7. APLIKASI
aplikasi dari aliran laminar adalah saat pengecoran (Casting). Misalnya mau
ngecor semen, kita jangan terlalu terburu-buru atau cepat-cepat karena nanti
alirannya akan sangat turbulen. Dalam pengecoran jika turbulen terjadi maka akan
sangat dirugikan, yaitu terdapat ruang (udara atau gas) kosong didalam
cetakannya yang akan memperpendek umur hasil pengecoran.Sedangkan aplikasi
aliran turbulen yaitu seperti pada piston, dimana partikel didalamnya akan tidak
beraturan (saling bertumbukan) sehingga menghasilkan energi yang cukup untuk
ditransmisikan untuk menggerakkan mesin.
8.8. KESIMPULAN

Setelah melakukan pengolahan data dan analisa, dapat disimpulkan bahwa :

1. Adanya gesekan dalam pipa yang disebabkan oleh aliran yang mengalir di dalam
pipa tersebut dengan kecepatan tertentu (kecepatan aliran rata-rata) akan
menyebabkan perubahan tekanan/perbedaan tekanan antara pipa bagian atas
dengan pipa bagian bawah.
2. Terdapat aliran laminar dan aliran turbulen pada percobaan.
3. Pada saat menggunakan manometer air, aliran dalam pipa adalah laminar menuju
transisi sedangkan pada saat menggunakan manometer raksa, aliran dalam pipa
adalah turbulen.
4. Kecepatan kritis yang diperoleh pada percobaan gesekan dalam pipa adalah
176,882 m/s.
5. Bilangan Reynold dapat digunakan untuk acuan dalam mengidentifikasi aliran
laminar dan turbulen.
6. Besarnya kecepatan kritis dipengaruhi oleh ukuran pipa dan jenis zat cair yang
mengalir dalam pipa tersebut
7. hubungan logaritma kecepatan dengan logaritma total head baik untuk
manometer air dan manometer raksa adalah semakin besar kecepatan
aliran maka nilai total head juga semakin besar.
8. hubungan logaritma bilangan reynold dengan logaritma frekuensi gesekan
baik untuk manometer air maupun raksa adalah semakin besar nilai
bilangan reynold maka faktor gesekan semakin kecil
9. hubungan logaritma kecepatan aliran dengan logaritma frekuensi gesekan
baik untuk manometer air dan manometer raksa adalah semakin besar nilai
kecepatan aliran maka faktor gesekan pun semakin besar.

8.9. DAFTAR PUSTAKA

Ilhami, Dhiniah Nur, dkk. 2011. Laporan Praktikum Pendukung Proses Aliran Fluida.
Bandung: Politeknik Negeri Bandung
Sihombing, Risma. 2010. Aliran Fluida dalam Pipa. Palembang: Universitas Sriwijaya
Sumantri, Agus, dkk. 2012. Praktikum Dasar Teknik Kimia Aliran Fluida. Yogyakarta:
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Soekardi, Chandrasa. 2015. Termodinamika Dasar Mesin Konversi Energi. Yogyakarta:
CV. ANDI OFFSET
Welty,Jame R., dkk. 2006. Dasar-Dasar Fenomena Transport Edisi Keempat. Jakarta:
Erlangga
Wibhisana, Himawan, dkk. 2009. Pengaruh Variasi Bilangan Reynold terhadap
Distribusi Tegangan pada Riser Akibat Arus Laut. Malang: Universitas Brawijaya
Wright, Paul H. 2006. Pengantar Engineering Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga
Young dan Freedman. 2007. Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga

8.10. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai