Anda di halaman 1dari 9

INVENTARISASI TANAMAN POTENSIAL PENYERAP LIMBAH CAIR

INDUSTRI RUMAH TANGGA DI KECAMATAN RUMBAI PEKANBARU

*Ermina Sari
*
Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lancang Kuning
erminasari@yahoo.com

Abstract: This research was conducted to study the ability of local aquatic makrophyte to reduce
the concentration of pollutant from home industry wastewater (laundry) through phytoremediation
process. Parameters observed in this research were physico-chemistry characteristics of
wastewater laundry. Based on characteristics analysis of wastewater laundry at 4 stations in
Rumbai Pekanbaru, there were found that the wastewater categorized as polluted. There were four
local aquatic makrophytes found from the identification; they were melati air (Echinodorus
palaefolius), enceng gondok (Eichhornia crassipes) kayu apu (Pistia stratiotes) dan kangkung air
(Ipomoea aquatic). The ability of phytoremediation process of aquatic makrophyte to increased the
quality of wastewater laundry were analyzed for 20 days. After 20 days, the local aquatic
makrophyte were reduced the physico-chemistry parameters of wastewater laundry. Kangkung air
(Ipomoea aquatic) gave the highest ability to reduce the concentration of phosphate of wastewater
laundry as compared to the other.
Key Words : Phytoremediation, wastewater laundry

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan tumbuhan air (aquatic
makrophyte) lokal untuk menyerap limbah cair industri rumah tangga (laundry) melalui
fitoremediasi untuk menurunkan polutan. Parameter yang dianalisis dalam penelitian ini
meliputi parameter fisika dan kimia limbah cair laundry. Berdasarkan hasil analisis
karakteristik limbah cair laundry di empat stasiun yang terdapat di kecamatan Rumbai,
Pekanbaru, diperoleh data bahwa limbah yang dibuang ke perairan termasuk katagori
tercemar. Identifikasi tumbuhan yang memiliki potensi diperoleh empat jenis tanaman air
lokal diantaranya melati air (Echinodorus palaefolius), enceng gondok (Eichhornia
crassipes) kayu apu (Pistia stratiotes) dan kangkung air (Ipomoea aquatic). Kemampuan
fitoremediasi tumbuhan air dalam memperbaiki kualitas limbah cair laundry diamati
selama 20 hari. Setelah 20 hari, tanaman air mampu menurunkan parameter fisika dan
kimia limbah cair laundry. Kangkung air (Ipomoea aquatic) mampu menurunkan kadar
fosfat lebih efektif dibandingkan 3 tanaman air lainnya.
Kata kunci : Fitoremediasi, Limbah cair laundry

1
menghilangkan dan memperbaiki kondisi
PENDAHULUAN tanah, sludge, kolam, sungai dari kontaminan
disebut dengan Fitoremediasi.
Tingginya laju pertumbuhan industri Fitoremediasi adalah teknologi proses
dan penduduk pada sisi lainnya mempunyai dengan menggunakan vegetasi (tanaman)
potensi untuk mencemari sumberdaya air untuk menghilangkan dan memperbaiki
yang ada. Padahal sumber daya air kondisi tanah, sludge, kolam, sungai dari
merupakan faktor penting bagi kehidupan kontaminan (Melethia dkk, 1996). Metode
manusia. Untuk itulah sumberdaya air yang fitoremediasi sangat berkembang pesat
terbatas tersebut perlu dikonservasi, baik dari karena metoda ini mempunyai beberapa
segi kuantitas maupun kualitas. keunggulan diantaranya secara finansial
Konservasi sumber daya air dari segi relatif murah bila dibandingkan dengan
kualitas menjadi lebih penting karena sumber metoda konvensional biaya dapat dihemat
daya air yang terbatas akan menjadi tidak sebesar 75-85%.
bernilai apabila kualitasnya terus
mengalami penurunan, sehingga tidak dapat
memenuhi standard baku mutu yang Mekanisme Kerja Tanaman
ditetapkan.
Upaya mengendalikan kualitas sumber Mekanisme kerja fitoremediasi terdiri
daya air merupakan tanggung jawab seluruh dari beberapa konsep dasar yaitu:
unsur yang ada, sehingga berkewajiban untuk fitoekstraksi, fitovolatilisasi, fitodegradasi,
mengolah limbah cair yang dihasilkan fitostabilisasi, rhizofiltrasi dan interaksi
terlebih dahulu sebelum dilepas ke badan air. dengan mikroorganisme pendegradasi
Yang menjadi permasalahan adalah adanya polutan. (Kelly, 1997).
air buangan industri yang mengalir yang Pada penelitian fitoremediasi di
akhirnya masuk ke sungai sehingga lapangan ada beberapa persyaratan bagi
mencemari kualitas air sungai. Menurut Brix tanaman yang akan digunakan dalam
(1993), untuk pengolahan limbah cair harus penelitian tersebut.. Menurut Youngman
melalui berbagai langkah pengolahan atau (1999) untuk menentukan tanaman yang
disebut sebagai “multistages macrophyte- dapat digunakan pada penelitian
based system”. Langkah pertama yang harus fitoremediasi dipilih tanaman yang
dilakukan adalah untuk pengendapan bahan mempunyai sifat:
padatan secara mekanis, selanjutnya adalah 1) Cepat tumbuh.
untuk menghilangkan padatan tersuspensi, 2) Mampu mengkonsumsi air dalam jumlah
BOD, dan unsur N dan P-Organik, sedangkan yang banyak pada waktu yang singkat.
langkah ketiga adalah proses nitrifikasi dan 3) Mampu meremediasi lebih dari satu
menurunkan kadar BOD, langkah keempat polutan.
adalah proses denitrifikasi dan 4) Toleransi yang tinggi terhadap polutan.
menghilangkan unsur P-Anorganik, dan
langkah terakhir adalah proses oksigenasi dan METODE PENELITIAN
menghilangkan unsur N dan P-Anorganik.
Sebelum upaya tersebut berjalan, perlu Waktu dan Tempat Penelitian
dilakukan upaya pendahuluan berupa
inventarisasi tumbuhan air yang memiliki Penelitian ini akan dilakukan pada
potensi, baik dilihat dari kemungkinan bulan September – Desember 2013. Tempat
kemampuannya untuk menyerap limbah penelitian adalah di Universitas Lancang
maupun faktor daya tumbuhnya berkaitan Kuning, Pekanbaru, Riau. Lokasi
dengan daya serap hara yang terkandung pengumpulan sampel di Kecamatan Rumbai,
dalam limbah cair. teknologi proses dengan Pekanbaru, Propinsi Riau.
menggunakan vegetasi (tanaman) untuk

2
Prosedur Penelitian 2. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan
tumbuhan air dengan media penyaring
Penelitian ini dilakukan dengan cara : dalam menyerap bahan pencemar,
1. Pengambilan sampel tumbuhan air yang dilakukan analisis sidik ragam dengan
memiliki kriteria banyak terdapat di media penyaring sebagai petak utama
Kecamatan Rumbai dan kemungkinan dan tumbuhan air sebagai anak petak.
memiliki potensi untuk menyerap Untuk mengetahui pengaruh perlakuan
limbah. terhadap penurunan kadar parameter
2. Identifikasi tumbuhan untuk dilakukan uji berpasangan nilai tengah
menentukan jenis tumbuhan dengan uji Duncan pada taraf
berdasarkan nomor sampel yang ada. signifikansi 5 %.
3. Analisis tumbuhan berdasarkan literatur
(kriteria) yang ada, untuk menentukan HASIL DAN PEMBAHASAN
apakah tumbuhan air yang dijadikan
sampel memiliki kemampuan untuk Identifikasi Tanaman Air Lokal
dapat menyerap limbah.
Tanaman air ini merupakan tanaman
Teknik Pengumpulan Data liar yang banyak terdapat di perairan, sungai,
waduk, selokan dan kolam di Rumbai,
Tahap persiapan meliputi survey Pekanbaru. Tanaman air yang berhasil
identifikasi lokasi titik pengambilan sampel diidentifikasi diantaranya enceng gondok,
limbah cair yang akan diseleksi sebagai kayu apu, kangkung air, dan melati air.
sumber limbah cair untuk penelitian.
Pertimbangan penetapan titi-titik 1. Eceng gondok
pengambilan sampel air limbah adalah bahwa Eceng gondok hidup mengapung di air dan
lokasi pengambilan sampel diduga kadang-kadang berakar dalam tanah.
mengalami pencemaran oleh limbah cair dari Tingginya sekitar 0,4 - 0,8 meter. Tidak
beberapa aktivitas yang berada dalam daerah mempunyai batang. Daunnya tunggal dan
penelitian. Tahap identifikasi dilakukan berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya
untuk menentukan jenis tumbuhan yang meruncing, pangkal tangkai daun
didapat. menggelembung. Permukaan daunnya licin
Tahap pelaksanaan penelitian dan berwarna hijau. Memiliki bunga
dilakukan untuk mengetahui kemampuan majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya
tumbuhan air beradaptasi terhadap limbah berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat
cair yang digunakan dari lokasi yang akan dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang
ditentukan. Seleksi tumbuhan ini dilakukan tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan
dalam wadah yang terbuat dari ember plastik akar serabut
yang telah diisi dengan air limbah dari
masing-masing lokasi mencapai ketinggian 2. Kayu apu
14 cm. Pengamatan dilakukan selama 30 Kayu apu mempunyai banyak akar tambahan
hari. yang penuh dengan bulu-bulu akar yang
halus, panjang dan lebat. Bentuk dan ukuran
Teknik Analisa Data daunnya sangat bervariasi, dapat menyerupai
sendok, lidah atau rompong dengan ujung
1. Analisis parameter fisika, kimia dan daun yang melebar. Warna daunnya hijau
biologi, dilakukan berdasarkan metode muda makin ke pangkal makin putih.
standar dilaksanakan di Laboratorium Susunan daun terpusat berbentuk roset.
Ekologi dan Manajemen Lingkungan Batangnya sangat pendek, bahkan terkadang
Perairan Faperika, UR. tidak tampak sama sekali. Buah bininya
berbiji banyak dan akan pecah bila telah

3
masak. Selain berkembang biak dengan biji, 4. Melati air
kayu apu juga berkembang biak dengan Bunga melati air berwarna putih dan
stolon muncul sepanjang waktu. Bunga inilah yang
digunakanuntuk perbanyakan. Setelah mekar
3. Kangkung air dan keluar tunasnya, kemudian keluar daun.
Tanaman Kangkung mempunyai Satu pucuk bisa berisi 3 tunas. Perawatan
daun licin dan berbentuk mata panah, melati air relatif mudah, yang penting cukup
sepanjang 5 – 6 inci. Tumbuhan ini memiliki air, tidak kering kerontang
batang yang menjalar dengan daun berselang
dan batang yang menegak pada pangkal Karakteristik Limbah Cair Industri
daun. Tumbuhan ini berwarna hijau pucat. Rumah Tangga yang Dibuang ke Perairan
kangkung air memiliki karangan bunga di
ketiak, bentuk payung atau mirip terompet, Pengambilan sampel limbah cair
berbunga sedikit. Terdapat daun pelindung industri rumah tangga yang dibuang
tetapi kecil, daun kelopak bulat telur keperairan adalah pencucian pakaian
memanjang tetapi tumpul. Tonjolan dasar (laundry). Empat lokasi laundry yang diambil
bunga bentuk cincin, tangkai putik berbentuk di Kecamatan Rumbai, Pekanbaru.
benang, kepala putik berbentuk bola rangkap. Hasil pengukuran parameter fisika
Bentuk buahnya bulat telur yang di dalamnya dan kimia limbah laundry yang dihasilkan
berisi 3-4 butir biji. dari ke empat lokasi disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1
Hasil Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia limbah laundry
Baku
Parameter Satuan Sts 1 Sts 2 Sts 3 Sts 4
Mutu*
Fisika :
o
Suhu C T+3 30.2 30.4 30.2 30.3
Kekeruhan NTU 5 35 130 60 12
Kimia :
TSS mg/L 50 18 49 49 17
BOD5 mg/L 2 12.4 2.0 13.5 10.0
COD mg/L 10 58.80 70.56 41.16 29.40
Fosfat mg/L 0.2 4.15 4.18 4.12 4.30
pH 6–9 9 8 8 8
*PP No 82 (2001) dan Permenkes RI No. 492 (2010)

Kualitas air limbah di keempat tinggi. Akan tetapi tingginya padatan terlarut
stasiun melampaui baku mutu yang telah tidak selalu diikuti dengan tingginya
ditetapkan. Kekeruhan yang paling tinggi di kekeruhan (Syafrani, 2007). Total padatan
atas baku mutu yaitu pada stasiun 2 (130 tersuspensi (TSS) merupakan bahan-bahan
NTU) diikuti berturut-turut stasiun 3 (60 tersuspensi yang terdiri dari lumpur, pasir
NTU), 1 (35 NTU) dan 4 (12 NTU). halus, serta jasad-jasad renik yang
Kekeruhan dapat disebabkan oleh bahan- mempunyai ukuran lebih besar dari 1 µm.
bahan organic dan anorganik yang Kadar TSS dari keempat stasiun masih
tersuspensi dan terlarut seperti lumpur, pasir dibawah batas baku mutu yang telah
halus, plankton, dan mikroorganisme. ditetapkan. Kadar TSS di stasiun 2 dan 3
Padatan tarsuspensi mempunyai korelasi perlu diantisipasi karena mendekati ambang
dengan kekeruhan. Semakin tinggi nilai batas baku mutu yang diizinkan.
padatan tersuspensi, nilai kekeruhan semakin

4
Kebutuhan oksigen biologi atau BOD angka di atas 4 mg/L sementara baku mutu
merupakan gambaran kadar bahan organic, yang ditetapkan untuk keberadaan fosfat
yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh sebesar 0.2 mg/L.
mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan Derajat keasaman mencirikan suatu
organic menjadi karbondioksida dan air keseimbangan antara asam dan basa dalam
(Davis dan Cornwell, 1991). Kadar BOD dari air. Nilai pH air kurang dari 5.0 atau lebih
keempat stasiun masih diatas baku mutu yang dari 9.0, dianggap telah tercemar sehingga
ditetapkan kecuali pada stasiun 2 kadar BOD biota air akan terganggu dan tidak layak
berada pada batas maksimum baku mutu digunakan untuk keperluan rumah
yang ditetapkan. tangga.Perubahan keasaman air baik kea rah
Kebutuhan oksigen kimiawi (COD) asam maupun kea rah alkalis pada suatu
jumlah oksigen yang diperlukan untuk perairan perlu dicermati, sehingga ekosistem
mengurai seluruh bahan organik yang perairan tidak terganggu. Hasil analisis
terkandung dalam air (Boyd, 1990). Hal ini parameter air limbah laundry menunjukkan
karena bahan organik yang ada sengaja diurai keempat stasiun masih berda di batas baku
secara kimia dengan menggunakan oksidator mutu yang ditetapkan. Namun perlu
kuat kalium bikromat pada kondisi asam dan diantisipasi agar pH air limbah tidak melebihi
panas dengan katalisator perak sulfat (Boyd, batas baku mutu air limbah yang diizinkan.
1990; Metcalf & Eddy, 1991), sehingga
segala macam bahan organik, baik yang Fitoremediasi Limbah Laundry
mudah urai maupun yang kompleks dan sulit Menggunakan Tanaman Air Lokal
urai, akan teroksidasi. Dengan demikian,
selisih nilai antara COD dan BOD Kemampuan tanaman air lokal dalam
memberikan gambaran besarnya bahan menurunkan parameter pencemaran
organik yang sulit urai yang ada di perairan. menunjukkan adanya perubahan kualitas
Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar limbah cair. Hal ini sangat penting untuk
biasanya kurang dari 20 mg/L. Kadar COD melihat bagaimana tanaman air lokal mampu
dari keempat stasiun yang dianalisis berada digunakan sebagai pengendali limbah cair
di atas baku mutu yang ditetapkan. Kadar yang dapat mengurangi terjadinya
tertinggi pada stasiun 2 (70.56 mg/L) diikuti pencemaran di perairan. Pengamatan pada
berturut-turut stasiun 1 (58.80 mg/L), 3 ( percobaan ini dilakukan secara periodik yaitu
41.16 mg/L) dan stasiun 4 (29.40 mg/L). 0, 10 dan 20 hari. Parameter yang diamati
Kadar fosfat dari keempat stasiun yang meliputi parameter fisika dan kimia
dianalisis berada jauh di atas baku mutu yang (Tabel.2).
ditetapkan. Semua stasiun menunjukkan

Tabel 2
Hasil Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia pada masing-masing perlakuan
Hari Hari Hari
Perlakuan Parameter Satuan
ke 0 ke 10 ke 20
Fisika :
Suhu (oC) 30.4 30.1a 30.1a
Kekeruhan (NTU) 61 26a 25a
Kimia :
Tanpa TSS (mg/L) 34 17d 17d
e
tanaman BOD5 (mg/L) 34.6 31.7 31.20e
c
air COD (mg/L) 52.29 39.4 38.60c
d
Fosfat (mg/L) 4.82 4.08 4.06d
pH 8 8a 8a

5
Hari Hari Hari
Perlakuan Parameter Satuan
ke 0 ke 10 ke 20
Fisika :
Suhu (oC) 30.4 30.2b 30.2b
Kekeruhan (NTU) 61 19b 17b
Kimia :
TSS (mg/L) 34 7a 6a
Melati Air
BOD5 (mg/L) 34.6 17.5a 15.40a
COD (mg/L) 52.29 41.1d 40.23d
Fosfat (mg/L) 4.82 3.48b 3.22b
pH 8 8a 8a

Fisika :
Suhu (oC) 30.4 30.1a 30.1a
Kekeruhan (NTU) 61 19b 16b
Kimia :
Enceng TSS (mg/L) 34 10a 8a
gondok BOD5 (mg/L) 34.6 25.8d 23.40d
COD (mg/L) 52.29 35.2b 33.63b
Fosfat (mg/L) 4.82 3.66c 3.47c
pH 8 8a 8a

Fisika :
Suhu (oC) 30.4 30.1a 30.1a
Kekeruhan (NTU) 61 21a 21a
Kimia :
TSS (mg/L) 34 15c 15c
Kayu apu
BOD5 (mg/L) 34.60 22b 21.70b
COD (mg/L) 52.29 17.60a 17.34a
Fosfat (mg/L) 4.82 3.40b 3.37b
pH 8 8a 8a

Fisika :
Suhu (oC) 30.4 30.1a 30.1a
Kekeruhan (NTU) 61 19b 17b
Kimia :
Kangkung TSS (mg/L) 34 14b 12b
air BOD5 (mg/L) 34.60 24.50c 22.80c
COD (mg/L) 52.29 70.50e 66.68e
Fosfat (mg/L) 4.82 2.36a 2.25a
pH 8 8a 8a

*huruf yang sama dalam satu kolom dan parameter yang sama tidak berbeda signifikan pada taraf 5 %

Parameter Fisika yang berarti. Selama pengamatan 20 hari,


temperatur limbah berkisar antara 30.1 –
Parameter fisika yang dianalisis pada 30.4oC. Perbedaan jenis tanaman air yang
penelitian ini adalah suhu dan kekeruhan. digunakan untuk proses fitoremediasi tidak
Suhu limbah laundry selama fitoremediasi mempengaruhi suhu air limbah.
berlangsung tidak mengalami perubahan

6
Penurunan kekeruhan setelah 10 hari sehingga melati air memiliki kemampuan
sebagai pengaruh perlakuan jenis tanaman tertinggi dari perlakuan lainnya.
yang digunakan adalah : kontrol (tanpa Penurunan kadar Kebutuhan oksigen
tanaman air) sebesar 35 NTU, melati air biologi (BOD5) setelah 10 hari pengamatan
sebesar 52 NTU, enceng gondok sebesar 52 sebagai pengaruh jenis tanaman air yang
NTU, kayu apu sebesar 40 NTU dan digunakan adalah sebagai berikut : kontrol
kangkung air sebesar 52 NTU. Penurunan (tanpa tanaman air) sebesar 2.9 mg/L,
terbesar terjadi pada tanaman melati air, melati air sebesar 17.1 mg/L, enceng gondok
enceng gondok dan kangkung air. sebesar 8.8 mg/L, kayu apu sebesar 12.6
Penurunan kekeruhan pada interval mg/L dan kangkung air sebesar 10.1 mg/L.
kedua (setelah 20 hari) tidak mengalami Penurunan kadar BOD5 tertinggi yaitu pada
penurunan yang berarti dari interval pertama. tanaman melati air.
Hal ini disebabkan karena pada hari ke-20 Penurunan kadar Kebutuhan oksigen
tumbuhan air sudah mulai mati, sehingga kimia (COD) setelah 10 hari pengamatan
mengurangi kemampuannya dalam sebagai pengaruh jenis tanaman air yang
menurunkan kekeruhan. Kemampuan digunakan adalah sebagai berikut : kontrol
tumbuhan menurunkan kekeruhan diduga (tanpa tanaman air) sebesar 12.89 mg/L,
karena kemampuan tumbuhan yang melati air sebesar 11.19 mg/L, enceng
mempunyai akar mengapung pada lapisan gondok sebesar 17.09 mg/L, kayu apu
air, sehingga sangat efektif untuk menyerap sebesar 34.29 mg/L dan kangkung air sebesar
ion dan anion terlarut pada lapisan air (-) 18.21 mg/L. Penurunan kadar COD
(Syafrani, 2012). tertinggi yaitu pada tanaman kayu apu.
Penurunan kadar fosfat setelah 10 hari
Parameter Kimia pengamatan sebagai pengaruh jenis tanaman
Parameter fisika yang dianalisis pada air yang digunakan adalah sebagai berikut :
penelitian ini adalah padatan tersuspensi kontrol (tanpa tanaman air) sebesar 0.74
(TSS), kebutuhan oksigen biologi (BOD5), mg/L, melati air sebesar 1.34 mg/L, enceng
kebutuhan oksigen kimia (COD), fosfat dan gondok sebesar 1.16 mg/L, kayu apu sebesar
derajat keasaman (pH). Pada percobaan yang 1.42 mg/L dan kangkung air sebesar 2.46
dilakukan terhadap limbah cair laundry mg/L. Penurunan kadar fosfat tertinggi yaitu
dengan menggunakan empat jenis tanaman pada tanaman kangkung air.
air yang berbeda terjadi penurunan di semua Fitoremediasi fosfat dengan
parameter kimia yang di analisis setelah 10 menggunakan tanaman air dapat menyerap
hari pengamatan. fosfat (sebagai P total) dalam limbah laundry.
Penurunan kadar TSS setelah 10 hari Pada proses fitoremediasi yang memegang
pengamatan sebagai pengaruh jenis tanaman peranan penting untuk mengurangi atau
air yang digunakan adalah sebagai berikut : menyerap kandungan polutan di air limbah
kontrol (tanpa tanaman air) sebesar 17 mg/L, adalah akar. Tumbuhan dapat menyerap
melati air sebesar 27 mg/L, enceng gondok kontaminan sedalam atau sejauh akar
sebesar 24 mg/L, kayu apu sebesar 19 mg/L tanaman dapat tumbuh (Rosk, 1997).
dan kangkung air sebesar 20 mg/L. Tanaman enceng gondok misalnya mampu
Penurunan kadar TSS tertinggi yaitu pada menyerap fosfat lebih efektif dengan tingkat
tanaman melati air. efisiensi sebesar 71.65% setelah 20 hari
Menurunnya kadar TSS diduga bahwa (Stefhany et al. 2013).
akar tanaman air yang mengapung pada Penurunan parameter kimia pada
lapisan air efektif untuk menyerap ion interval kedua (setelah 20 hari) tidak
terlarut pada lapisan air. Selain itu tanaman mengalami penurunan yang berarti dari
air juga diduga mampu menyerap padatan interval pertama. Hal ini disebabkan karena
terlarut yang terdapat pada dasar media, pada hari ke-20 tumbuhan air sudah mulai

7
mati, sehingga mengurangi kemampuannya 20 hari. Untuk mengukur keefektifan
dalam menurunkan kadar polutan. tumbuhan air dalam meremediasi limbah cair
laundry dilakukan penghitungan dari analisa
Efektivitas Penurunan Parameter Fisika parameter sebelum dan setelah fitoremediasi
dan Kimia Limbah Cair Laundry oleh berakhir. Efektivitas masing-masing
Tumbuhan Air tumbuhan air yang dianalisis dapat dilihat
pada tabel berikut :
Efektivitas penurunan parameter fisika
dan kimia limbah cair laundry diukur setelah

Tabel 3
Efektivitas Penurunan Parameter Limbah Cair Laundry oleh Tumbuhan Air

Efektivitas (%)
Parameter Enceng Kangkung
Melati Air Kayu Apu
Gondok Air

Fisika
Temperatur 0.66 0.99 0.99 0.99
Kekeruhan 72.13 73.77 65.57 72.13

Kimia
TSS 82.35 76.47 55.88 64.71
BOD5 55.49 32.49 37.28 34.02
COD 23.06 35.69 66.84 - 27.52
Fosfat 33.20 28.01 30.08 53.32
pH 0 0 0 0

Sumber : Pengolahan data


laundry yang mengandung fosfat adalah
Enceng gondok lebih efektif menurunkan kangkung air (Ipomoea aquatic).
tingkat kekeruhan limbah cair laundry (73.77
%) dibandingkan 3 tumbuhan air lainnya. ACKNOWLEDGMENT
Melati air memiliki tingkat efektivitas yang
tinggi dalam menurunkan TSS limbah setelah Terima kasih kepada Direktorat
20 hari yaitu sebesar 82.35 % diikuti enceng Penelitian dan Pengabdian kepada
gondok, angkung air dan kayu apu. Masyarakat Kementrian Pendidikan dan
Kangkung air mampu menurunkan polutan Kebuadayaan yang telah membiayai
utama limbah cair laundry dalam hal ini penelitian ini (Nomor DIPA-
adalah fosfat (53.32%) lebih efektif 023.04.1.673453/2013)
dibandingkan tumbuhan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN
Brix, H. 1993. Wastewater Treatment in
Limbah cair laundry yang dihasilkan Constructed Wetlands: System
dari industri kecil yang ada di Rumbai design, removal processes, and
termasuk dalam kategori tercemar. Dari treatment performance. In Moshiri
empat jenis tanaman air yang dianalisis yamg G.A. (ed.) “Constructed Wetlands for
paling efektif meremediasi limbah cair Water Quality Improvement”. Lewis

8
Publishers, Boca Raton, California, Disposa. 2nd Edition. McGraw-Hill,
USA, pp.9-22. New York.

Haslam, S.M.1978. River Plants. Cambridge Stefhany, C.A., Mumu, S., dan Kancitra, P.
University Press, Cambridge. 396 2013. Fitoremediasi Phospat dengan
hlm. menggunakan tumbuhan Eceng
Gondok (Eichhornia crassipes) pada
Hidayati N.,2004. Fitoremediasi dan Potensi limbah cair industri kecil pakaian
Tumbuhan Hiperakumulator. Jurnal (Laundry). Jurnal Reka Lingkungan
Hayati, Vol 12 No.1 hal 35-40. No.1 Vol 1. (1-11)

Kramer, U., J.D. Cotter-Howells, J.M.


Charnock, A.J.M. Baker, J.A.C. Syafrani. 2012. Teknologi Fitoremediasi
Smith. 1996. Free histidine as a Pengolahan Limbah Cair Alami.
metal chelator in plants that MM Press, Bogor.
accumulate nickel. Nature. 379:635-
638

Marschner, H. dan V. Romheld. 1994.


Strategies of plants for aquisition of
iron. Plant Soil. 165:261-274.

McGrath, S.P., Z.G. Shen, dan F.J. Zhao.


1997. Heavy metal uptake and
chemical changes in the rhizosphere
of Thlaspi caerulescens and Thlaspi
ochroleucum grown in contaminated
soils. Plant Soil. 188:153-159

Priyanto, B. & Prayitno, J.


2006.Fitoremediasi Sebagai Sebuah
Teknologi Pemulihan Pencemaran,
Khususnya Logam berat, (Online).
(http://ltl.bppt.tripod.com/sublab/lflor
a1.htm, diakses 4 Oktober 2010).

Mehta, O. 2012. Pengolahan Limbah Cair


Industri Pulp dan Kertas Secara
Biologis Menggunakan Tumbuhan
Eceng Gondok (Eichhornia crassipes
(Mart.) Solm). Skripsi. Itenas
Bandung.

Reddy, K.R., dan DeBusk, W.F. 1985.


Nutrient removal potential of
selected aquatic macrophytes. J.
Environ. Qual. 14:459-462.

Rock, S. A. 1998. Standard Handbook of


Hazardous Waste Treatment and

Anda mungkin juga menyukai