Disusun oleh:
ANIS AZIZA ZUMROTURIDA
NPM. 17.01.07.001
SARJANA TERAPAN
TEKNIK PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK NEGERI CILACAP
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN MAGANG INDUSTRI
PROSES PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INSTALASI PENGOLAHAN AIR
LIMBAH
DI PT. FIRMENICH AROMATICS INDONESIA
Karawang International Industri City (KIIC), Jl. Maligi VIII Lot S-1, Desa
Margakaya, Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang, Jawa Barat 41361
Mengetahui,
Mengesahkan,
Ka. Prodi Teknik Pengendalian Pencemaran Lingkungan
Sebagai salah satu persyaratan dan penulisan dalam laporan kegiatan magang industri
sesuai dengan ketentuan dan etika keilmuan kepenulisan
Yang bertanda tangan dibawah ini:
NAMA : ANIS AZIZA ZUMROTURIDA
NPM : 17.01.07.001
Program Studi : D IV Teknik Pengendalian Pencemaran Lingkungan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan Laporan Magang Industri
dengan judul “PROSES PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INSTALASI
PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI PT. FIRMENICH AROMATICS
INDONESIA” ini berdasarkan hasil penelitian, pemikiran dan pemaparan asli dari
saya sendiri,baik untuk naskah laporan maupun kegiatan-kegiatan magang lainnya
yang tercantum sebagai bagian dan Laporan Magang Industri ini. Jika terdapat karya
orang lain, saya akan mencantumkan sumber secara jelas.
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN................................................................iii
KATA PENGANTAR................................................................................................iv
UCAPAN TERIMAKASIH........................................................................................v
DAFTAR ISI..............................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................ix
DAFTAR TABEL.......................................................................................................xi
DAFTAR ISTILAH...................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................1
1.2 TUJUAN MAGANG......................................................................................2
1.3 RUANG LINGKUP........................................................................................2
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN..........................................................3
2.1 Sejarah Perusahaan.........................................................................................3
2.2 Lokasi Perusahaan..........................................................................................5
2.3 Visi Misi Perusahaan......................................................................................5
2.4 Stuktur Organisasi Perusahaan.......................................................................6
2.5 Produk Perusahaan..........................................................................................8
2.6 Jenis Produk....................................................................................................8
BAB III LANDASAN TEORI..................................................................................10
3.1 Sistem Management Lingkungan.................................................................10
3.2 Pencemaran Lingkungan...............................................................................14
3.3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja................................................................18
3.4 Standart Operasional Prosedur (SOP)...........................................................20
3.5 Penialaian Proper..........................................................................................22
BAB IV HASIL PELAKSANAAN MAGANG INDUSTRI..................................25
4.1 Waste Water Treatment Plant.......................................................................25
4.2 Standart Operational Procedur (SOP) dan Instruksi Kerja (IK)...................36
4.3 Dokumen Kelesamatan Kesehatan Kerja yang ada di WWTP.....................45
4.4 Analisa Daily Report Waste Water Treatment Plant....................................45
4.5 Analisi Evaluasi Dokumen UKL UPL..........................................................64
BAB V PENUTUP.....................................................................................................68
5.1 KESIMPULAN.............................................................................................68
5.2 SARAN.........................................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................71
LAMPIRAN...............................................................................................................73
DAFTAR GAMBAR
Tujuan ISO 14001 Sistem Manajemen Lingkungan pada dasarnya ada tiga, yaitu:
Adapun sumber sumber pencemar air yaitu antara lain sebagai berikut:
1 Limbah industri / produksi / pertambangan
2 Limbah domestic / sanitasi
3 Limbah pertanian
4 Perawatan/pembersihan alat
5 Transportasi air
6 Erosi sediment (akibat gundulnya hutan)
Indikator Pencemaran Air yang telah tercemar akan mengalami perubahan.
Perubahan perubahan itu merupakan indicator air telah tercemar. Adapun indicator air
yang telah tercemar antara lain:
a. Perubahan suhu
b. Perubahan pH
c. Perbedan fisik
d. Timbulnya endapan, koloidal, bahan terlarut
e. Terdapat mikroorganisme
f. Meningkatnya radioaktif air lingkungan
Dampak pencemaran air tidak hanya sekedar bau atau keruh saja namun masih
ada dampak kandungan yang tidak terlihat secara visual sehingga menimbulkan
dampak yang lain. Adapun dampak pencemaran air antara lain sebagi berikut:
a. Nilai estetika air turun
Nilai estetika air akan turun akibat bau, warna dan kualitas air turun. Sehingga
secara visual dapat mengurangi nilai estetika pada air. Apabila sungai atau badan air
lainnya tercemar, kotor akibat tumpukan sampah ataupun akibat limbah cair yang
dibuang sembarang maka nilai estetika menurun.
b. Kualitas air tanah menurun
Kualitas air tanah menurun akibat pencemaran dengan kandungan logam berat
dan bau. Sehingga apabila air tanah akan digunakan kembali maka harus di treatment
terlebih dahulu.
c. Dampak terhadap kehidupan biota air
Kehidupan biota air terganggu akibat tumbuhnya algae yang berlebih, sehingga
kandungan oksigen menurun.biota air mengalami kematian, karena kontaminasi air
limbah.
d. Dampak terhadap kesehaatan
Air merupakan komponen utama di kehidupan. Sehingga apabila kualitas air
turun maka kesehatan juga menurun. Kesehatan pada makhluk hidup terganggu tidak
hanya terhadap manusia saja namun pada hewan juga terganggu akibat air yang
dikonsumsi dan dipakai kualitas menurun, apabila kualitas air turun maka penyakit
akan mudah menyebar.
Konsep pengendalian pencemaran air, Adapun konsep pengendalian pencemaran air
yaitu sebagai berikut:
a. Mengurangi atau menghilangkan sumber-sumber polusi. Misalnya pengurangan
jumlah penggunaan pupuk, dengan mengurangi penggunaaan pupuk kimia pasti
akan dapat mengurangi pencemar air secara tidak langsung.
b. Mendaur ulang buangan sehingga diharapkan limbah yang dihasilkan dapat di
daur ulang
c. Mencari bahan-bahan pengganti yang ramah lingkungan.misalnya mengganti
detergen yang ramah lingkungan. Sehingga mudah diuraikan bakteri
d. Mengembalikan secara alami , fungsi air sebegai pembersih. Adapun misalnya
yaitu mengembalikan wetlands
e. Meniru fungsi air sebagai pembersih alami dengan cara mengontrol.
Metode pengolahan air limbah yang dapat dilakukan untuk menurunkan nilai polutan
terhadap limbah yang ada antara lain:
a. Metode Fisika
Metode kimia yaitu metode dalam pengolahan air limbah dengan berdasarkan
sifat sifat fisik polutan dengan medianya. Adapun contoh metode fisika yatu
sedimentasi, filtrasi, dan flotasi
b. Metode Kimia
Metode kimia ini sering digunakan karena karakteristiknya lebit berat. Sehngga
perlu dilakukan metode kimia agar air limbah setelah di olah sesuai baku mutu atau
regulasi yang berlaku. Adapun contok metode kimia yaitu antara lain
elektrokoagulasi-flotasi,elektrostatik, dan foto katalis
c. Metode Biologi
Metode Biologi ini merupakan metode yang paling ramah lingkungan namun
tidaak semua karakteristik limbah dapat diolah dengan metode biologi, metode
biologi ini biasanya untuk limbah dengan karakterisik limbah organik. Untuk
mendegradasi polutan menggunakan mikroorganismejenis mikroorganisme yang
digunakan yaitu aerob dan anaerob.
3.3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dalam suatu perusahaan pasti akan mengutamakan keselamatan kesehatan
kerja. Dam kelematan kesehatan kerja di suatu perusahaan terdaapat yang mananya
sistem manajemen keselamatan kesehatan kerja yang telah tercantum pada PP no 50
tahun 2012 tentang penerapan sistem keselamatan kesehatan kerja. Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat SMK3
adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien dan produktif (PP No.50 tahun 2012). Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Tenaga Kerja adalah setiap
orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa
baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Penilaian
terhadap SMK3 ini biasanya sering disebut Audit SMK3. Menurut PP No.50 tahun
2012 Audit SMK3 adalah pemeriksaan secara sistematis dan independen terhadap
pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan untuk mengukur suatu hasil kegiatan yang
telah direncanakan dan dilaksanakan dalam penerapan SMK3 di perusahaan.
Tujuan penerapan SMK3 di sebuah industri untuk meningkatkan efektifitas
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur,
dan terintegrasi. mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat
pekerja/serikat buruh; serta menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan
efisien untuk mendorong produktivitas.(Era konsultan)
Berdasarkan PP No 50 tahun 2012, tentang implementasi SMK3 pada pasal 5
yang menerangkan bahwa perusahaan harus menerapkan SMK3. Kewajiban tersebut
sebagaimana diatur bagi perusahaan dengan ketentuan : Memperjakan karyawan /
buruh minimal 100 orang atau mempunyai tingkat bahaya tinggi dalam proses
bisnisnya. Selain sebagai syarat tender di project pemerintahan , Implementasi SMK3
akan sangat membantu dalam “accident prevention” suatu perusahaan. Penerapan
SMK3 adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan
kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara aman dan sehat tanpa membahayakan
dirinya maupun masyarakat sekelilingnya sehingga diperoleh produktivitas kerja
yang optimal. Menurut Permenakertrans, SMK3 adalah bagian dari sistem
manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya kerja yang aman, efisien, dan
produktif. Untuk menjamin penerapan dan keperluan administratif Sistem
Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja wajib dilakukan sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Perlu dilakukan audit sertifikasi oleh lembaga yang berwenang.
Dalam audit sertifikasi SMK3 dilakukan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.
50 Tahun 2012. Dengan kategori sebagai berikut Dalam audit sertifikasi SMK3
dilakukan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012. Dengan kategori
sebagai berikut:
1. Tingkat awal dengan pemenuhan terhadap 64 kriteria audit SMK3
2. Tingkat transisi dengan pemenuhan terhadap 122 kriteria Audit SMK3
3. Tingkat lanjutan dengan pemenuhan terhadap 166 kriteria Audit SMK3
Untuk perusahaan yang melakukan penerapan dengan tingkat lanjuatan akan
mendapatkan bendera sebagai penghargaan:
1. Untuk tingkat pencapaian penerapan 60 – 84% diberikan sertifikat dan bendera
perak
2. Untuk tingkat pencapaian penerapan 85 – 100% diberikan sertifikat dan bendera
emas
3.4 Standart Operasional Prosedur (SOP)
Menurut Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, Permenpan No.PER/21/M-
PAN/11/2008, SOP memiliki banyak manfaat bagi perusahaan dan organisasi, SOP
merupakan standarisasi cara yang dilakukan karyawan dalam menyelesaikan
pekerjaan khusus, mengurangi kesalahan, dan kelalaian. Membantu karyawan
menjadi lebih mandiri sehingga dapat mengurangi keterlibatan pimpinan dalam
pelaksanaan proses sehari-hari. Meningkatkan akuntabilitas dengan
mendokumentasikan tanggung jawab khusus dalam melaksanakan tugas.
Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan memberikan karyawan cara konkrit
untuk memperbaiki kinerja, serta membantu mengevaluasi usaha yang telah
dilakukan. Menciptakan bahan-bahan training yang dapat membantu pegawai baru
untuk cepat melakukan tugasnya. Menyediakan pedoman bagi setiap karyawan di unit
pelayanan dalam melaksanakan pemberian pelayanan sehari-hari. Menghindari
tumpang tindih pelaksanaan tugas pemberian pelayanan. Membantu penelusuran
kesalahan prosedural dalam memberikan pelayanan. Menjamin proses pelayanan
tetap berjalan dalam berbagai situasi.(Standar Operasional Prosedur, jurnal
Entrepreneur)
Penggunaan SOP dalam suatu perusahaan memiliki beberapa fungsi penting
yang akan memengaruhi keberhasilan aktivitas perusahaan. Antara lain :
a. Rujukan Pengetahuan bagi Kegiatan Operasional yang Selalu di-update
Alur proses dalam pengolahan limbah cair perusahaan dengan meningkatkan
kualitas air maka dalam kurun waktu tertentu terdapat perubahan proses yang
dilakukan. Standard Operational Procedure sebaiknya harus selalu diperbarui jika
ada alur kerja yang berubah sewaktu-waktu, sehingga ada pembaruan yang didasari
oleh keputusan auditor jaminan mutu.
b. Arsip Pelacakan Kegiatan Operasional, Penilaian, dan Perbaikan
Dengan adanya bukti, perusahaan memiliki bukti nyata bukti nyata bagi alur
pekerjaan yang membutuhkan arsip, di mana biasanya SOP memiliki formulir kerja
seperti berita acara presentasi produk oleh para staf marketing, bukti pengiriman,
berita acara kunjungan, dan lain sebagainya. Dengan adanya, audit jaminan mutu
berkala secara eksternal maupun internal sebagai bahan penilaian hingga perbaikan
untuk penyempurnaan yang harus dilakukan.
Dalam pembuatan SOP, berikut ini adalah beberapa cara pembuatan SOP yang
bisa dijadikan acuan perusahaan:
a. Pembentukan & Pembagian Tim Khusus Pembuatan SOP
Anda dapat mulai membuat SOP dengan pembuatan tim khusus perancangan
SOP. Di mana, tim ini terdiri dari tenaga kompeten dari setiap divisi atau departemen
perusahaan.
b. Tentukan Sasaran Penerapan SOP
Sebelum Anda membuatnya, tentukan terlebih dulu siapa sasaran pembuatan
SOP ini Apakah divisi atau departemen di perusahaan yang memang perlu
menggunakan standar operasional prosedur (SOP). Biasanya SOP ini digunakan
untuk karyawan yang bekerja harus sesuai standar, misalnya analis laboratorium.
Dimana harus sesuai prosedur saat melakukan pekerjaan sehingga hasil yang
didapatkan lebih akurat.
c. Penentuan Waktu dan Tempat Penerapan SOP
Hal penting selanjutnya yang harus Anda perhatikan dalam pembuatan SOP
adalah dengan memperkirakan waktu pelaksanaannya setelah persetujuan atau
verifikasi atas SOP yang dibuat termasuk tempat yang cocok yakni divisi masing-
masing.
d. Mendokumentasikan Jenis Kegiatan Operasional per Divisi
Setelah tim memetakan alur kerja di tiap departemen yang dipegangnya, catat
apa saja jenis kegiatan operasional yang selalu dilakukan. Pencatatan ini dalam
bentuk detail dan penjelasan. Misalnya mencatat pekerjaan apa saja yang teah
dilakukan dalam buku khusus.
e. Menyusun Alur Kerja, Instruksi Kerja, dan Formulir Pendukung
Untuk mempermudah karyawan Anda dalam memahami isi dari SOP, Anda
bisa membuat SOP dengan menggunakan flowchart beserta penjelasannya. Instruksi
kerja ialah penjelasan detail dari alur kerja. Di mana, formulir pendukung digunakan
sebagai arsip yang akan menjadi bukti nyata dari kegiatan operasional.
f. Tukar Pendapat Sesama Tim & Libatkan Pelaksana SOP
Dalam pembuatan SOP, Anda bisa meminta pendapat kepada beberapa tim, ini
bisa menjadi masukan yang baik untuk pembuatan SOP. Selain meminta pendapat
tim, Anda juga bisa meminta bantuan kepada karyawan Anda yang melaksanakan
SOP tersebut untuk memberikan masukan dan saran ketika menemukan suatu
tindakan yang dirasa kurang.
g. Evaluasi dan Perbaikan Jika Ada Rekonstruksi atau Uji Coba
Setelah SOP berjalan dengan baik, Anda bisa melakukan pengajuan SOP di
setiap divisi untuk mengetahui keberhasilannya. Dengan melakukan evaluasi secara
rutin, Anda bisa segera melakukan pergantian SOP ketika menemukan poin di dalam
SOP yang dirasa sudah tidak relevan lagi. Apalagi saat ini zaman menjadi cepat
berubah, ini juga memengaruhi SOP itu sendiri.
h. Verifikasi dari Sosialisasikan Kepada Karyawan
Setelah proses uji coba dinyatakan tidak ada masalah di dalam pelaksanaannya,
maka manajer Quality Management Representative perusahaan berhak melakukan
verifikasi dan memberikan persetujuan atas SOP itu sendiri. Kemudian, jangan lupa
untuk membuat sosialisasi SOP dengan melakukan rapat yang melibatkan semua
divisi untuk memastikan bahwa implementasi memang sudah sangat siap.
i. Pemantauan dan Analisis
Setelah SOP berhasil diimplementasi di dalam perusahaan. Beberapa bulan
setelahnya, Anda bisa melakukan pemonitoran yang harus dilakukan untuk menilai
apakah ada kendala atau tidak, juga untuk melihat kriteria yang tepat, tidak efektif,
dan sebagainya.
3.5 Penialaian Proper
Mekanisme dan kriteria dalam penilaian pencapaian Proper sebagai
berikut(Yeni, n.d.):
a. Proper Emas
Perusahaan Telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan
dan melakukan upaya-upaya pengembangan masyarakat secara berkesinambungan.
b. Proper Hijau
Perusahaan yang telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang
dipersyaratkan, telah mempunyai:
a. Keanekaragaman Hayati
b. Sistem Manajemen Lingkungan
c. 3R Limbah Padat
d. 3R Limbah B3
e. Konservasi Penurunan Beban Pencemaran Air
f. Penurunan Emisi
g. Efisiensi Energi
c. Proper Biru
Perusahaan Telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan yang dipersyaratkan
sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku (telah memenuhi semua aspek
yang dipersyaratan oleh KLH) ini adalah nilai minimal yang harus dicapai oleh
semua perusahaan dalam bidang:
a. Penilaian Tata Kelola Air
b. Penilaian Kerusakan Lahan
c. Pengendalian Pencemaran Laut
d. Pengelolaan Limbah B3
e. Pengendalian Pencemaran Udara
f. Pengendalian Pencemaran Air
g. Implementasi AMDAL
d. Proper Merah
Perusahaan sudah melakukan upaya pengelolaan lingkungan, akan tetapi baru
sebagian mencapai hasil yang sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan dalam bidang:
a. Penilaian Tata Kelola Air
b. Penilaian Kerusakan Lahan
c. Pengendalian Pencemaran Laut
d. Pengelolaan Limbah B3
e. Pengendalian Pencemaran Udara
f. Pengendalian Pencemaran Air
g. Implementasi AMDAL
e. Proper Hitam
peringkat paling bawah dalam mengelola lingkungan, Belum melakukan upaya dalam
pengelolaan lingkungan sebagaimana yang dipersyaratkan sehingga berpotensi
mencemari lingkungan , dan beresiko untuk ditutup ijin usahanya oleh KLH dalam
bidang:
a. Penilaian Tata Kelola Air
b. Penilaian Kerusakan Lahan
c. Pengendalian Pencemaran Laut
d. Pengelolaan Limbah B3
e. Pengendalian Pencemaran Udara
f. Pengendalian Pencemaran Air
g. Implementasi AMDAL
Kriteria ketaatan digunakan untuk pemeringkatan adalah biru, merah dan hitam .
Sedangkan kriteria penilaian aspek lebih dari yang dipersyaratkan (beyond
compliance) adalah hijau dan emas.
BAB IV
HASIL PELAKSANAAN MAGANG INDUSTRI
Pada tahun 2020 terdapat pemasangan jalur pipa air panas yang dialirkan ke
post treatment sehingga temperature air yang dibuang tidak setinggi yang air panas
inlet.
Gambar 4. flow Proses Pengolahan Limbah Cair tahun 2020
Dari Improvement yang telah dilakukan pada tahun 2020 hingga tahun 2021 ini
proses pengolahan air limbah yang sekarang yaitu alurnya prosesnya yaitu Sumber
limbah cair akan di tampung sementara di PIT PRODUKSI, PIT DOMESTIK, PIT
DOMESTIK ENGINERING, PIT ECOBULK kemudian dari masing masing pit yang
ada diteruskan ke PIT 1,2,3 dan di proses untuk menurunkan kadar COD, TSS, dan
meningkatkan kada DO dan menetrakan pH sehingga pemberian bakteri untuk
menguraikan polutan diperlukan dan NaOH untuk menetralkan atau mendekati netral
pada pH limbah yang terlalu asam sehingga bakeri pengurai polutan tidak terlalu
berat bekerja akibat pH yang terlalu ekstrim. Kemudian dari Pit 1,2,3 menuju Pit
Ekualisasi dengan melewati alat screen terlebih dahulu sehingga kotoran kotoran
yang cukup besar dapat terpisah. Di Pit Ekualisasi ini dijaga nilai DO dan pH ,
dengan adanya pH yang terpantau secara oto,atis apabila nilai pH rendah maka
NaOH akan tersuplay. Dari Pit Ekualisasi Transfer ke Aerasi 1 untuk menurunkan
kadar COD dan meningkatkan kembali nilai DO. Selanjutnya secara overflow menuju
ke sedimentasi 2 yang keudian di transfer ke Aerasi 2 yang dimana bakteri lebih
stabil dan kembali dengan tujuan menurunkan kadar COD. Dari Aerasi 2 secara
overflow menuju ke sedimen 3. Apabila sedimen 3 telah penuh secara overflow juga
menuju pit pra flokulasi dan koagulasi. Pit ini menampung dari pit sedimentasi 3
dimana secara otomatis apabila menyetul level control pompa akan bekerja
mentransfer menuju ke koagulasi dan flokulasi yang kemudian menuju pit
sedimentasi 1 secara overflow. Dalam pit sedimentasi 1 ini terdapat air panas yang
berasal dari sealing water secara kandungannya masih memenuhi baku mutu namun
karena temperaturnya melebihi yang regulasi sehingga perlu di turunkan. Selain itu
dengan ditambahnya sealing water ini dapat ngurangi kadar COD dan TSS yang akan
pada air olahan WWTP dengan prinsip pengenceran. Dari sedimentasi 1 menuju
secara overflow menuju pit yang kemudian ditransfer dengan pompa secara otomatis
menuju filtrasi (sand filter dan karbon filter). Setelah melalui proses filtrasi kemudian
menuju control tank dan keluar rillis ke saluran KIIC. Adapun skema flow proses
sebagai berikut:
Penuangan Manual
Nutrien
Sealing water CDL Produksi CDL Produksi PP Transfer Dust Blowdown Boiler
Pit
Pit Domestik Pit Produksi Ecobulk TPS B3 Eyeshower
Engineering
Chemical
Pit 1 Pit 2 Pit 3
Storage
Screen
NaOH
Bak Equalisasi Pompa dosing dari ruang pelarutan
Sedimentasi 2 Blower
Injek Udara
Aerasi 2
Sedimentasi 3
Koagulasi dan
flokulasi
Sedimentasi 1
Filter WWTP
Penambahan
Sludge Holding
PAC
Jalur Air Limbah
Feeding Chemical dan Biowaste
Outlet WWTP Return Air Limbah Sludge
Sludge thickener
Jalur Sludge
Return Sludge Halus
Jalur Udara
Filter press
Pit
Pit Domestik Pit Produksi Ecobulk TPS B3 Eyeshower
Engineering
Chemical
Pit 1 Pit 2 Pit 3
Storage
Penambahan bakteri
Screen
FOG, WWTP
NaOH
Bak Equalisasi
Aerasi 1
Penambahan bakteri
FOG, WWTP
Sedimentasi 2
Aerasi 2
Sedimentasi 3
Koagulasi dan
flokulasi
Sedimentasi 1
Filter WWTP
Penambahan
Sludge Holding
PAC
Jalur Air Limbah
Feeding Chemical dan Biowaste
Outlet WWTP Return Air Limbah Sludge
Sludge thickener
Jalur Sludge
Return Sludge Halus
Filter press
Gambar 4. Diagram Proses Pengolahan Limbah Cair dalam SOP tahun 2021
Walaupun Instruksi Kerja (IK) merupakan dokumen yang mendukung
dokumen SOP dimana dokumen IK lebih banyak karena setiap pekerjaan yang ada di
WWTP memiliki langkah kerja masing-masing.
4.2.1 Deskripsi dan Prosedur Pengoperasian
Air Limbah yang ada di PT. Firmenich Aromatic Indonesia dihasilkan oleh
proses produksi, domestic maupun yang lain. Pada proses waste water treatment
plant yang dilakukan pada PT. Firmenich Aromatic Indonesia dihasilkan oleh
produksi CDL, produksi PP, transfer manual dust, blowdown boiler, pit domestic, pit
engineering, sealing water dan reject RO water, chemical storage, TPS B3, dll)
4.2.1.1 Deskripsi unit pengoperasian
a. Sump Pit – (Pit Produksi, Pit 1, Pit 2, Pit 3)
Air limbah yang bersumber dari produksi (CDL, PP, Mix Dust dan Outlet
overflow return sealing water), domestik, Pit Engineering, dan Pit Chemical Storage
ditampung sementara di sump pit sebelum dialirkan kedalam proses pengolahan air
limbah. Aliran air dari Pit produksi akan dipompa masuk kedalam sump pit yang
telah dilengkapi water level control pada ke Pit 1, Pit 2, dan Pit 3. Kapasitas
penampungan untuk Pit 1 sebesar 126,36 m3 , Pit 2 sebesar 126,36 m3 , dan Pit 3
sebesar 249,48 m3. Setiap pit penampungan ini dilengkapi dengan alarm level,
dimana semua alarm memiliki total setting level pada titik 100 m3. Jika air limbah
yang tertampung didalam salah satu bak pit mencapai level yang ditentukan yaitu
mencapai ketinggina kurang dari 50 cm maka alarm level bak pit akan berbunyi,
maka operator bertugas untuk segera memindahkan supply pada bak lainnya, dan
menghentikan supply air limbah ke bak tersebut. Jika semua bak pit terisi sampai
alarm berbunyi maka operator segera menginformasikan pada spv WWTP atau
Manager Utillity agar dapat menghentikan supply limbah dari produksi. Pemantauan
yang dilakukan pada sump pit adalah kondisi pompa dan level air sesuai dengan Form
Daily Inspection WWTP. Untuk keadaan darurat (emergency) diterangkan lebih
lanjut pada Working Instruction Emergency WWTP.(Dokumen SOP WWTP PT.
Firmenich Aromatics Indonesia Indonesia, 2020)
b. Screen
Berfungsi untuk menyaring padatan di air limbah dilengkapi dengan tampungan
padatan dan/atau serpihan padatan lain yang akan menganggu proses selanjutnya.
Pemantauan yang dilakukan pada Screen adalah kondisi kebersihan screen dan
instalasinya sesuai dengan Form Daily Inspection WWTP.
c. Bak Equalization
Berfungsi untuk membuat kondisi air yang homogen baik secara kuantitas
(debit, m3/jam) maupun kualitas air limbah sebelum masuk ke sistem pengolahan
selanjutnya. Bak Equalization ini digunakan dengan tujuan jika terjadi shock loading
(akibat adanya fluktuasi air limbah) dapat dicegah. Shock loading itu sendiri adalah
keadaan dimana air limbah yang masuk pada waktu tertentu sangat besar sekali
secara debit atau sangat buruk sekali secara kualitas sehingga dapat merusak kinerja
sistem pengolahan berikutnya. Karena desain dari intalasi pengolahan air limbah ini
adalah didasarkan atas debit rata-rata dan kualitas air limbah rata-rata. Pada bak
Equalization dilakukan penambahan bakteri biowaste FOG untuk menguraikan lemak
dan minyak yang masuk. Untuk pembuatan bakteri dijelaskan dalam working
instruction. Pemantauan yang dilakukan adalah pengecekan kadar COD, TSS, DO
dan pH untuk Daily Inspection dalam Report Daily. Melakukan pemantauan sesuai
dengan Form Inspection Performance WWTP serta Form Daily Inspection WWTP
berupa debit air. Monitoring proses untuk Bak Equalis dilakukan setiap hari.
d. Aerasi 1
Aerasi 1 ini berfungsi sebagai proses penguraian air limbah dengan bantuan
bakteri aerobik. Proses Aerasi 1 merupakan proses pendegradasi air limbah pertama
dalam proses Waste Water Treatment. Proses Aerasi 1 merupakan proses lumpur aktif
dimana air limbah akan di degradasi dengan bakteri yang terdapat pada lumpur aktif
tersebut. Proses awal terbentuknya lumpur aktif dilakukan menggunakan proses jar
tes dimana limbah organik akan ditampung pada tangki dengan ditambah kultur
bakteri aerobik yang dijaga/dipertahankan dalam suspense fidding bakteri dengan
Biowaste WWTP. Pemantauan jumlah koloni/populasi bakteri akan tercatat dalam
Form Daily Inspection WWTP. Proses aerobik pada Aerasi 1 memerlukan supply
udara dengan menggunakan surface aerator dengan tujuan agar bakteri dalam air
masih mendapatkan oksigen untuk berkembang biak. Pemantauan yang dilakukan
pada Aerasi 1 adalah pengecekan kadar MLSS, SV30 (Sludge Volume 30 menit),
DO, suhu, warna, bau dan pH sesuai dengan Form Inspection Performance WWTP,
Form Daily Inspection WWTP, dan Form Monitoring Sludge Aerasi WWTP.
Monitoring proses untuk bak Aerasi 1 dilakukan setiap hari.
e. Sedimentasi 2
Sedimentasi 2 ini memiliki fungsi untuk memisahkan lumpur (bakteri) dan
lumpur (bakteri mati) dari air limbah yang telah diolah dengan proses aerobic (Aerasi
1). Sebagian lumpur aktif yang tidak dapatmengendap pada proses sedimentasi
dipompa kembali ke bak aerasi 1 sebagai bahan umpan bakteri pada aerasi 1, untuk
menjaga supaya konsentrasi masa mikroorganisme (bakteri) pada bak aerasi 1 tetap
terjaga (dapat dilihat pada nilai SV 30). Sedangkan sebagian lumpur yang dapat
mengendap (bakteri mati) akan dipompa ke sludge holding tank lalu akan di proses
sesuai jalur sludge. Monitoring proses untuk bak Sedimentasi 2 dilakukan setiap hari.
Hal itu mencangkup pencatatan kualitas air limbah (COD dan TSS).
f. Aerasi 2
Aerasi 2 ini berfungsi sebagai proses penguraian air limbah dengan bantuan
bakteri aerobik. Proses Aerasi 2 merupakan proses pendegradasi air limbah kedua
dalam proses waste water treatment. Proses Aerasi 2 merupakan proses lumpur aktif
dimana air limbah akan di degradasi dengan bakteri yang terdapat pada lumpur aktif
tersebut. Perbedaan antara Aerasi 1 dan Aerasi 2 terletak pada kadar input air limbah,
dimana air limbah yang akan di degradasi konsentrasinya jauh lebih rendah dari pada
aerasi 2. Proses awal terbentuknya lumpur aktif dilakukan menggunakan proses
jartest dimana limbah organic akan ditampung pada tangki dengan ditambah kultur
bakteri aerobik yang dijaga/dipertahankan dalam suspense fidding bakteri dengan
Biowaste WWTP. Pemantauan jumlah koloni/populasi bakteri akan tercatat dalam
Form Daily Inspection WWTP. Proses aerobik pada Aerasi 2 memerlukan supply
udara dengan menggunakan surface aerator dengan tujuan agar bakteri dalam air
masih mendapatkan oksigen untuk berkembang biak. Pemantauan yang dilakukan
pada Aerasi 2 adalah pengecekan kadar MLSS, SV30 (Sludge Volume 30 menit),
DO, suhu, warna, bau dan pH sesuai dengan Form Inspection Performance WWTP,
Form Daily Inspection WWTP, dan Form Monitoring Sludge Aerasi WWTP.
Monitoring proses untuk bak Aerasi 1 dilakukan setiap hari.
g. Sedimentasi 3
Sedimentasi 3 ini memiliki fungsi untuk memisahkan lumpur (bakteri) dan
lumpur (bakteri mati) dari air limbah yang telah diolah dengan proses aerobic (Aerasi
2). Sebagian lumpur aktif yang tidak dapat mengendap pada proses sedimentasi
dipompa kembali ke bak aerasi 2 sebagai bahan umpan bakteri pada aerasi 2, untuk
menjaga supaya konsentrasi masa mikroorganisme (bakteri) pada bak aerasi 2 tetap
terjaga (dapat dilihat pada nilai SV 30). Sedangkan sebagian lumpur yang dapat
mengendap (bakteri mati) akan dipompa ke sludge holding tank lalu akan di proses
sesuai jalur sludge. Monitoring proses untuk bak Sedimentasi 1 dilakukan setiap hari.
Hal itu mencangkup pencatatan kualitas air limbah (COD dan TSS).
h. Koagulasi dan Flokulasi
Koagulasi berfungsi untuk mendestabilkan polutan di air limbah supaya bisa
diikat dengan PAC sehingga membentuk flok. Sedangkan flokulasi berfungsi sebagai
unit untuk membentuk flok yang lebih besar dengan menambahkan flokulan (PE) ke
dalam bak flokulasi. Pembuatan larutan kimia PAC untuk proses koagulasi dan
polimer untuk proses flokulasi dijelaskan di working instruction. Pemantauan yang
dilakukan sesuai dengan Form Daily Inspection WWTP.
i. Sedimentasi 1
Proses yang dilakukan pada sedimentasi 1 sama dengan proses yang terjadi
pada sedimentasi 2,dan 3. Dengan adanya sedimentasi 1 ini bertujuan untuk
menambah waktu proses pengendapan sludge pada air limbah dan air return sealing
water, sehingga sludge yang terserap dan tertarik pada sludge holding tank
merupakan sludge tanpa adanya mikroorganisme (bakteri) yang tercampur pada
sludge tersebut. Danjuga untuk jalur air limbah yang telah terpisah dengan sludge
akan di filter dengan filter sand dan carbon. Monitoring proses untuk bak Sedimentasi
2 dilakukan setiap awal shift 1.
j. Filter
Berfungsi sebagai unit penyaringan akhir, dilengkapi dengan bak feed filter
untuk penampungan air limbah yang akan dipompakan ke filter WWTP. Filter yang
ada berupa sand filter yang berfungsi untuk menyaring padatan atau endapan yang
masih terbawa serta carbon filter yang berfungsi untuk menyerap warna dan bau pada
air limbah sebelum dikeluarkan ke WWTP kawasan melalui bak kontrol tank dan
control KIIC. Monitoring proses untuk bak filter carbon dan sand dilakukan setiap
hari. Hal itu mencangkup visual (warna, bau, busa), dan pengecekan periode proses
(backwash, rinsing, service). Untuk menjaga filter berfungsi dengan semestisnya
dilakukan proses backwash sand dan filter carbon setiap hari sesuai dengan
IK Backwash Filter WWTP.
k. Sludge Holding Tank
Berfungsi sebagai tempat penampung sludge sementara sebelum diolah lebih
lanjut. Monitoring proses untuk bak sludge holding tank dilakukan setiap hari. Hal itu
mencangkup visual (warna, bau, busa), kondisi sludge (bau, warna, kandungan air).
Pada proses antara sludge holding tank dengan sludge thickener dilakukan
penambahan chemical PAC, dengan tujuan agar sludge yang nantinya akan di press
menggunakan filter press merupakan sludge dengan padatan yang solid.
l. Sludge Thickener
Berfungsi Sebagai tempat pemisahan antara air dan lumpur sebelum di press
pada proses selanjutnya. Monitoring proses untuk bak sludge thickener dilakukan
setiap hari. Hal itu mencangkup visual (warna, bau, busa), kondisi sludge (bau,
warna, kandungan air).
m. Filter Press
Berfungsi sebagai unit pemisahan air dengan sludge dengan cara di press.
Detail proses filter press dijelaskan dalam working instruction. Lumpur yang
dihasilkan merupakan limbah B3 yang nantinya akan diserahkan pada pihak ke-3
untuk dilakukan pengelolaan lebih lanjut, detail penjelasan handling serta
penyimpanan sementara sludge filter press dijelaskan dalam working instruction.
Pemantauan dilakukan untuk sludge hasil filter press sesuai dengan IK Pengoperasian
Filter Press.
4.2.1.2 Pemeliharaan dan Perbaikan unit WWTP
Pemeliharaan dan Perbaikan unit di WWTP ada beberapa hal yang harus di
perhatikan, Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Lakukan pemantauan secara berkala yang dilakukan oleh operator WWTP
sesuai dengan Form Daily Inspection WWTP.
2. Jika dalam pemantauan ditemukan ketidaksesuaian dengan standar yang
ditentukan dalam form, maka operator WWTP wajib melaporkan ke
atasannya untuk di follow up lebih lanjut.
3. Lakukan kalibrasi terhadap instrumen-instrumen terkait seperti alat
laboratorium, alat ukur, dan flowmeter untuk menjaga validasi instrumen.
4.2.1.3 Pengendalian Kondisi Darurat
Pengendalian Kondisi Darurat juga perlu diperhatikan, dalam dokumen SOP
terdapat point pengendalian kondisi darurat, adapun pengendalian kondisi darurat
tersebut sebagai berikut:
10
0
1 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
6.5
5.5
4.5
4
1 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
pH Aerasi 2
9
8.5
7.5
6.5
6
1 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
7.3
7.2
7.1
6.9
6.8
6.7
1 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Selain parameter pH yang dikontrol terdapat parameter yang lain yang setiap
hari dicek dan analisi secara internal untuk menjaga keadaan bakteri dan kualitas air
pengolahan. Parameter selanjutnya adalah kandungan COD pada Pit Ekualisasi, Pit
Sedimentasi 2, Pit Sedimentasi 3 dan Air effluent KIIC. Chemical Oxygen Demand
(COD) adalah jumlah total oksigen yang dibutuhkan dalam mengoksidasi bahan
organik dalam air limbah secara kimiawi (Turnip & Turnip, 2020). Sehingga
semakin tinggi nilai COD maka limbah bakteri membutuhkan Oksigen lebih besar
yang berarti konsentrasi limbah masih pekat. Hasil pengukuran nilai COD
menunjukkan bahwa nilai polutan organik dalam air limbah sedangkana perbedaan
Nilai COD menunjukkan bahwa beban cemaran yang terkandung dalam air limbah
berbeda (Rusdiana et al., 2020). Nilai COD menurun disebabkan bahan padatan yang
ada dalam air limbah tersebut mengendap karena telah melewati proses sedimentasi
(Zuhdi et al., 2020) Adapun grafik data menunjukkan sebagai berikut:
COD Ekualisasi
30000.00
25000.00
20000.00
15000.00
10000.00
5000.00
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
20000.00
15000.00
10000.00
5000.00
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
1000.00
800.00
600.00
400.00
200.00
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
15300
10300
5300
300
Maret April Mei Juni
Disolved Oxigen (DO) merupakan kadar oksigen terlarut dalam air. Kadar DO
berfluktuasi tergantung pada massa air, aktivitas fotosintesis dan respirasi (Ningrum
et al., 2020). Maka dengan kadar DO yang cukup maka bakteri aerob akan dengan
mudah mendegradasikan polutan yang ada di dalamnya.
DO Ekualisasi
4.00
3.50
3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
DO Aerasi 1
4.00
3.50
3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
parameter fisika TSS pada kadar yang tinggi pada umumnya akan lebih keruh
namun penyataan ini tidak bisa dijadikan acuan mutlak (Wahyu et al., 2020). Menurut
(Kautsar et al., 2021) Total Suspended Solid (TSS) menunjukkan kandungan partikel
padat dalam air limbah, TSS merupakan senyawa organik berupa padatan. khususnya
pengolahan dengan proses biologi, konsentrasi TSS yang tinggi sangat dihindarkan
karena memerlukan waktu lebih lama untuk menguraikannya. Proses aerasi yang baik
dalam bak aerasi sangat membantu proses degradasi partikel padat.
TSS Ekualisasi
1200.00
1000.00
800.00
600.00
400.00
200.00
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
TSS Sedimentasi 3
500.00
450.00
400.00
350.00
300.00
250.00
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Analisa air limbah yang dilakukan oleh pihak ketiga yang telah bersertifikasi
sehingga hasilnya dapat dipertanggung jawabkan, hasil analisa air limbah luaran
proses WWTP dibandingkan dengan regulasi dikeluarkan oleh pihak KIIC sebagai
berikut:
Tabel 4. Baku mutu air limbah dan metode pengujian pihak SRIBANGUN
FISIK
0
1. Suhu ( C) 38 SNI 06-6989.23-2005
2. Padatan terlarut (mg/L) 2000 SNI 6989.27:2019
3. Padatan tersuspensi (mg/L) 200 SNI 6989.3:2019
4. Warna (PtCo) 300 SNI 6989.80:2011
KIMIA
1. pH SNI 6989.11:2019
2. Besi Terlarut (mg/L) SNI 6989.4:2009
3. Mangan terlarut (mg/L) SNI 6989.5:2009
4. Barium (mg/L) SNI 06.6989.39-2005
5. Tembaga (mg/L) SNI 6989.6:2009
6. Seng (mg/L) SNI 6989.7:2009
7. Krom heksavalen (mg/L) SNI 6989.71:2009
8. Krom Total (mg/L) SNI 6989.17:2009
9. Kadmium (mg/L) SNI 6989.16:2009
10 Raksa (mg/L) APHA 3112 B-2017
. Timbal (mg/L) 6-9 SNI 6989.8:2009
11 Timah (mg/L) 5 APHA 3113 B-2017
. Arsen (mg/L) 2 APHA 3113 B-2017
12 Selenium (mg/L) 2 APHA 3113 B-2017
. Nikel (mg/L) 2 SNI 6989.18:2009
13 Kobalt (mg/L) 5 SNI 6989.68:2009
. Sianida (mg/L) 0,1 SNI 6989.77:2011
14 Sulfida (mg/L) 0,5 SNI 6989.70:2009
. Fluorida (mg/L) 0,05 SNI 06-6989.29-2005
15 Klorin bebas (mg/L) 0,002 WI-M-77-SB
. 0,1 (Spektrofotometri)
16 Ammonia total (mg/L) 2 SNI 06-6989.30-2005
. Nitrat (mg/L) 0,1 SNI 6989.79:2011
17 Nitrit (mg/L) 0,05 SNI 06-6989.9-2004
. BOD (mg/L) 0,2 SNI 6989.72.2009
18 COD (mg/L) 0,4 SNI 6989.73.2009
. Surfactant (mg/L) 0,05 SNI 06-6989-51-2005
19 Fenol (mg/L) 0,05 SNI 06-6989.21-2004
. Minyat Nabati (mg/L) 2 SNI 6989 .10:2011
20 Minyak Mineral (mg/L) 1 SNI 6989.10:2011
.
20
21 20
. 1
22 300
. 500
23 5
. 0,5
24 5
. 10
25
.
26
.
27
.
28
.
29
.
Dengan baku mutu yang telah disesuaikan dengan regulasi KIIC pengujian atau
analisa limbah dilakukan oleh pihak SRIBANGUN menggunakan metode tersebut
dan mendapatkan hasil analisa limbah influent domestik, influent limbah produksi dan
effluent air sebagai berikut:
Tidak hanya dari pihak SRIBANGUN pihak Dinas Lingkungan Hidup dan
Kebersihan Kabupaten Karawang juga melakukan analisa effluent limbah, berikut
baku mutu yang disesuaikan dengan regulasi KIIC dan metode yang digunakan Dinas
Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Karawang untuk analisa Effluen air
limbah:
Tabel 4. Baku Mutu dan Metode yang dihunakan oleh DLHK Kab.Karawang
FISIK
1. Suhu (0C) 38 SNI 06-6989.23-2005
2. Padatan terlarut (mg/L) 2000 SNI 6989.27:2019
3. Padatan tersuspensi (mg/L) 200 SNI 6989.3:2019
4. Warna (PtCo) 300 IKA.23 (Spektrofotometri)
KIMIA
1. Ph 6-9 SNI 06-6989.11:2004
2. BOD5 (mg/L) 300 SNI 06-6989.72:2009
3. COD (mg/L) 500 IKA.29 (Elektrokimia)
4. Besi (Fe) (mg/L) 5 SNI 6989.4:2009
5. Mangan (Mn) (mg/L) 2 SNI 6989.5:2009
6. Tembaga (Cu) (mg/L) 2 SNI 6989.6:2009
7. Seng (Zn) (mg/L) 5 SNI 6989.7:2009
8. Kromium Heksavalen (Cr) (mg/L) 0,1 SNI 6989.71:2009
9. Krom Total (Cr) (mg/L) 0,5 SNI 6989.17:2009
10. Cadmium (mg/L) 0,05 SNI 6989.16:2009
11. Timbal (mg/L) 0,1 SNI 6989.8:2009
12. Nikel (mg/L) 0,2 SNI 6989.18:2009
13. Kobalt (mg/L) 0,4 SNI 6989.68:2009
14. Klorin (mg/L) 1 IKM.2.6 (Spektrofotometri)
15. Minyak Lemak (mg/L) - SNI 06-6989.10:2004
16. Amonia Total (NH3-N) (mg/L) 20 SNI 06-6989.30:2005
17. Nitrit (NO3-N) (mg/L) 1 SNI 06-6989.9:2004
18. Sulfida (mg/L) 0,05 IKM.2.20 (Spektrofotometri)
19. Fenol (mg/L) 0,5 IKM.2.24 (Spektrofotometri)
Dari metode yang telah disebutkan yang digunakan oleh pihak Dinas Lingkungan
Hidup dan Kebersihan Kabupaten Karawang yang telah disesuaikan regulasi pihak
KIIC, mendapatkan hasil sebagai berikut:
UKL UPL tak hanya dibuat oleh usaha dalam fase perencanaan suatu proyek
guna mendapatkan izin saja. Dokumen ini juga wajib diajukan oleh usaha-usaha
yang telah berjalan tetapi belum memilikinya. UKL UPL tetap berlaku sejak suatu
usaha didirikan selama pelaku usaha tidak mengganti lokasi usaha, proses, serta
bahan baku.
Kehadiran dokumen UKL dan UPL sangat penting tak hanya untuk
keberlangsungan usaha semata tetapi juga bagi lingkungan. Setiap usaha yang
didirikan tentu memiliki hubungan dengan alam. Karena itu, perlu dilakukan
identifikasi agar diketahui apakah kegiatan usaha tersebut bisa menimbulkan efek
negatif bagi alam maupun makhluk hidup. Bila sudah memiliki dokumen UKL UPL,
maka selalu pemilik usaha, Anda bisa meminimalkan dampak kerusakan lingkungan
yang mungkin saja muncul ketika usaha berjalan.
Dokumen UKL dan UKL juga penting dimiliki oleh sebuah usaha untuk
meningkatkan citranya di mata masyarakat dan investor. Ketika sudah mengantongi
UKL UPL, maka usaha Anda dianggap layak dan sesuai standar yang ditetapkan
pemerintah. Lebih dari itu, dokumen ini sangat berguna saat pelaksanaan sistem
pemantauan (monitoring) rutin yang dilakukan oleh pemerintah seiring waktu
berjalan. Monitoring ini dilakukan agar baik pemilik usaha maupun pemerintah bisa
mengetahui apakah ada perubahan kualitas lingkungan dari waktu ke waktu. Dengan
pengetahuan tersebut, kedua belah pihak dapat memutuskan apa langkah yang akan
diambil.
Seluruh point yang ada dalam formulir UKL-UPL telah terpenihi sehingga
ketaatan PT. Firmenich Aromatics Indonesia sudah memenuhi . dibuktikan juga
pelaporan implementasi UKL-UPL belum ada tindakan serius dari pihak Dinas
Lingkungan Hidup yang menandakan pelanggaran atau ketidaktaatan hukum.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Kegiatan Magang Industri yang selama 5 bulan, dari bulan februari hingga
bulan juli merupakan kegiatan yang sangat menarik, dimana dengan adanya Magang
Industri penulis mengetahui bagaimana kondisi ditempat kerja dan kegiatan yang
dilakukan oleh para pekerja yang ada di area kerja. Adapun kegiatan selama 5 bulan
yang telah dilakukan yaitu mendapat ilmu mengenai proses pengolahan air limbah.
Limbah yang diproses melalui tahapan-tahapan yaitu dari collecting kemudian ke bak
Ekualisasi untuk dilakukan penambahan NaOH apabila pH limbah terlalu rendah
hingga mendekati pH normal setelah itu di treatment dengan metode biological,
dengan Aerasi sehingga polutan yang ada di air limbah dapat digredasi oleh bakteri
yang ada. Dan menghasilkan air luaran yang memenuhi baku mutu.
Pengolahan air limbah bertujuan untuk menghilangkan parameter pencemar
yang ada di dalam air limbah sampai batas yang diperbolehkan untuk dibuang ke
badan air sesuai dengan syarat baku mutu yang diijinkan atau sampai memenuhi
kualitas tertentu untuk dimanfaatkan kembali. Pengolahan air limbah secara garis
besar merupakan upaya pemisahan padatan tersuspensi (solid–liquid separation),
pemisahan senyawa koloid, serta penghilangan senyawa polutan terlarut. Ditinjau dari
jenis prosesnya , pengolahan air limbah dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu
proses pengolahan secara fisika, proses secara kimia,serta proses pengolahan secara
biologis. Melalui metode screening merupakan contoh proses fisika, kemudia dengan
penambahan atau inject NaOH merupakan salah satu proses kimia yang ada dalam
proses pengelolaan air limbah dan proses secara biologi dalam proses ini yaitu pada
proses Aerasi menggunakan bakteri Biowaste yang merupakan bakteri Aerob.
Data pengujian eksternal dari influent dan effluent yang dilakukan oleh pihak
ketiga SRIBANGUN yang dilakukan setiap bulannya sebagai laporan untuk
pembuatan dokumen UKL UPL. Adapun data yang influent dan effluent. Pengecekan
data effluent air limbah dilakukan 1 kali dalam setiap semester atau 6 bulan sekali
sedangkan untuk effluean air limbah yang dialirkan ke KIIC dilakukan penggecekan
atau pengujian setiap bulan sekali. Hasil data effluent yang diuji di bulan juni untuk
implementasi UKL UPL. Dari hasil yang didapatkan dari hasil analisis pengambilan
sampel dari pihak ketiga yaitu pihak SRIBANGUN dan DINAS LINGKUNGAN
HIDUP Kabupaten Karawang menunjukkan nilai dibawah baku mutu yang ditetapkan
oleh regulasi pihak Kawasan KIIC. Dari hasil analis nilai menunjukkan seluruh
parameter menunjukkan nilai bibawah baku mutu regulasi yang diberikan oleh KIIC
sehingga layak dan diperbolehkan untuk dialirkan menuju kawasan. Selain
mempelajari proses alur proses pengolahan limbah cair juga mendapat ilmu mengenai
implementasi dokumen UKL-UPL bagaimana penyusunan dan apa saja yang ada
didalam dokumen tersebut. Dokumen K3 atau Keselamatan Kesehatan Kerja di
sebuah perusahaan juga merupakan dokumen penting sehingga setiap tempat atau
setiap area kerja pasti memiliki dokumen mengenai K3 yaitu berupa Dokumen RA
(Risk Assessment ) dimana diperbaharui dan dilakukan pengecekan atau audit
internal yang disebut TBRA walk yang dilakukan setiap 3 bulan sekali. Selama
pelaporan implementasi dokumen UKL-UPL yang dilakukan setiap semester atau 6
bulan sekali hingga saat ini PT. Firmenich Aromatics Indonesia masih mentaati
hukum/regulasi yang ada.
Keterhubungan antara Dokumen UKL UPL terhadap Proper yaitu point-point
yang sudah tercapai yang berada dalam dokumen UKL UPL. Dari pencapaian yang
ada dalam dokumen UKL UPL maka Perusahaan ini menurut penulis telah mendapat
peringkat Proper biru karena Perusahaan ini telah memenuhi kirteria atau pada
penialaian tersebut.adapun kriteria Proper biru sebagai berikut:
a. Penilaian Tata Kelola Air
b. Penilaian Kerusakan Lahan
c. Pengendalian Pencemaran Laut
d. Pengelolaan Limbah B3
e. Pengendalian Pencemaran Udara
f. Pengendalian Pencemaran Air
g. Implementasi AMDAL/UKL UPL pada Kawasan
5.2 SARAN
PT. Firmenich Aromatics Indonesia dengan sertifikat SMK3 yang didapatkan
berupa emas dan pelaporan implementasi UKL-UPL yang hasilnya memenuhi syarat
tanpa ada pelanggaran hukum sebaiknya juga mengajukan sebagai peserta PROPER
sehingga terdapat program dalam bidang perlindungan lingkungan hidup, konservasi
lingkungan, dan pengelolaan lingkungan hidup yang lebih baik. Penggunaan aplikasi
atau sistem input data ke elektronik pada pengisian daftar stock bahan kimia, daily
report, kegiatan maintenance, kegiatan perbaikan dan validasi kalibrasi perlu
dilakukan sehingga saat adanya audit hanya perlu membuka 1 file yang berisi
dokumen yang lengkap dan ringkas. Dan yang tidak penting pula mengenai laporan
ini alangkah baiknya suatu saat nanti apabila dijadikan sebagai acuan maka perlu
dikonsultasikan ke dosen atau pembimbing sehingga lebih lengkap dan lebih sesuai
dengan apa yang telah dikerjakan.
DAFTAR PUSTAKA
arifudin, A., Setiyono, S., Priyanto, F. E., & Sulistia, S. (2020). Evaluasi Instalasi
Pengolahan Air Limbah Industri Pengolahan Makanan. Jurnal Air Indonesia,
11(1), 32–37. Https://Doi.Org/10.29122/Jai.V11i1.3935
Era, K. (N.D.). Sistem Manajemen K3.
Http://Www.Erakonsultan.Com/Implementasi-Smk3/.
Estu, P. G. P. (2021). Presentasion Of History Waste Water Treatment Plant - Firsea
Rev.
Fitria, L., Teknik, J., & Universitas, L. (2021). Dokumen Sop Wwtp. Jurnal
Teknologi Lingkungan Lahan Basah, 09(2), 51–61.
Indonesia, P. F. A. (2020). Dokumen Sop Wwtp Versi 4 Tahun 2020. Dokumen Sop,
1–8.
Info@Mutuinstitute.Com. (2021). Sistem Manajemen Lingkungan. 25 February.
Https://Mutuinstitute.Com/Post/Iso-14001-Sistem-Manajemen-Lingkungan/
Kautsar, M. L., Hartono, D. M., & Dahlan, A. V. (2021). Pengaruh Debit Terhadap
Kinerja Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik : Studi Kasus Gedung A Di
Jakarta. 6(September 2019), 220–230.
Mutuinstitute. (N.D.). Dokumen Ukl Upl. Https://Mutuinstitute.Com/Post/Apa-Itu-
Ukl-Dan-Upl/
Ningrum, Y. D., Ghofar, A., & Haeruddin. (2020). Efektivitas Eceng Gondok
( Eichhornia Crassipes ( Mart .) Solm ) Sebagai Fitoremediator Pada Limbah
Cair Produksi Tahu. Maquares, 9(2), 97–106.
Rusdiana, E., Mu’tamar, M. F. F., & Hidayat, K. (2020). Analisis Faktor-Faktor
Penjernihan Limbah Cair Unit Pengolahan Limbah Cair Industri Gula (Studi
Kasus Pg Xyz). Agroindustrial Technology Journal, 4(1), 1.
Https://Doi.Org/10.21111/Atj.V4i1.4093
Smarandana, G., Momon, A., & Arifin, J. (2021). Penilaian Risiko K3 Pada Proses
Pabrikasi Menggunakan Metode Hazard Identification , Risk Assessment And
Risk Control ( Hirarc ). 7(1), 56–62.
Standar Operasional Prosedur. (N.D.). Jurnal Entrepreneur.
Https://Www.Jurnal.Id/Id/Blog/Sop-Perusahaan/
Turnip, F. R., & Turnip, M. C. D. I. (2020). Studi Literatur Pengaruh Srt Dan Laju
Aerasi Terhadap Penyisihan Surfaktan, Cod, Bod, Dan Nutrien (Nh3 , Po4 )
Pada Air Limbah Domestik Menggunakan Sistem Lumpur Aktif. Tugas Akhir,
146–146. Https://Doi.Org/10.18356/70f31899-Ru
Wahyu, W., Mas, M., Palimbunga, Aris S., & Daroji, M. (2020). Instalasi Waste
Water Treatment Plant (Wwtp) Untuk Menurunkan Total Suspended Solid
Sesuai Baku Mutu Pada Air Sump Yang Berkadar Silika Tinggi. PROSISDING
TPT XXIX PERHAPI 2020, 271–280.
Yeni, E. E. (n.d.). All About Kriteria Peringkat PROPER Emas, Hijau, Biru, Merah
dan Hitam. http://www.trainingproper.com/all-about-kriteria-peringkat-proper-
emas-hijau-biru-merah-dan-hitam/
Zuhdi, M. S., Anggraini, A., & Widyastuti, F. K. (2020). Optimalisasi pH pada Waste
Water Treatment Limbah Pengolahan Pelumas Bekas Dengan Analisa COD,
BOD, TSS, dan NH3. Sentikuin, 3, 3–8.
PP No.22 Tahun 2021 Peraturan Pemerintah (PP) tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
PP no 50 tahun 2012 Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja
UU No.32 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 14 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
LAMPIRAN
Lampiran Data Hasil Analisa Air Limbah Influent (SRIBANGUN)
Limbah cair domestik
limbah cair Produksi
Lampiran Data Hasil Analisa Air Limbah Effluent (SRIBANGUN)
Lampiran Data Hasil Analisa Air Limbah Effluent (DLHK Kab. Karawang)
Lampiran Dokumentasi Kegiatan Magang
No Kegiatan Dokumentasi
1. Kegiatan maintenance pit
produksi (pengecekan)
5. Perbedaan warna
menunjukkan perbedaan nilai
COD pada sampel tersebut
6. Kegiatan maintenance
pembersihan dan pengecekan
kondisi pompa pada pit 2