Anda di halaman 1dari 139

LAPORAN MAGANG INDUSTRI

PROSES PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INSTALASI


PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI PT. FIRMENICH AROMATICS
INDONESIA
Karawang International Industri City (KIIC), Jl. Maligi VIII Lot S-1, Desa
Margakaya, Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang, Jawa Barat 41361

Disusun oleh:
ANIS AZIZA ZUMROTURIDA
NPM. 17.01.07.001

SARJANA TERAPAN
TEKNIK PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK NEGERI CILACAP
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN MAGANG INDUSTRI
PROSES PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INSTALASI PENGOLAHAN AIR
LIMBAH
DI PT. FIRMENICH AROMATICS INDONESIA
Karawang International Industri City (KIIC), Jl. Maligi VIII Lot S-1, Desa
Margakaya, Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang, Jawa Barat 41361

Laporan Kerja ini telah Disetujui dan Disahkan


Sebagai Salah Satu Syarat Kegiatan Magang Industri
Politeknik Negeri Cilacap

Mengetahui,

Pembimbing Institusi, Pembimbing Perusahaan,

Theresia Evila S.T, M.Eng Jhon Leonadus Lantang S.T


NIP. 198410252019032010

Mengesahkan,
Ka. Prodi Teknik Pengendalian Pencemaran Lingkungan

Taufan Ratri Harjanto, S.T, M.Eng


NPAK 04.17.80298
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
LAPORAN MAGANG INDUSTRI

Sebagai salah satu persyaratan dan penulisan dalam laporan kegiatan magang industri
sesuai dengan ketentuan dan etika keilmuan kepenulisan
Yang bertanda tangan dibawah ini:
NAMA : ANIS AZIZA ZUMROTURIDA
NPM : 17.01.07.001
Program Studi : D IV Teknik Pengendalian Pencemaran Lingkungan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan Laporan Magang Industri
dengan judul “PROSES PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INSTALASI
PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI PT. FIRMENICH AROMATICS
INDONESIA” ini berdasarkan hasil penelitian, pemikiran dan pemaparan asli dari
saya sendiri,baik untuk naskah laporan maupun kegiatan-kegiatan magang lainnya
yang tercantum sebagai bagian dan Laporan Magang Industri ini. Jika terdapat karya
orang lain, saya akan mencantumkan sumber secara jelas.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, apabila dikemudian


hari terdapat penyimpangan dan ketidak sesuaian dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik maupun sanksi lainnya yang berlaku di
Politeknik Negeri Cilacap.

Karawang, 10 Juli 2021


Yang Menyatakan,

ANIS AZIZA ZUMROTURIDA


NPM. 17.01.07.001
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh,


Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat taufiq serta hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan laporan magang ini dengan sebaik-baiknya. Penulisan
laporan magang ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan tugas Mata kuliah Magang Industri semester VIII Program Studi
Teknik Pengendalian Pencemaran Lingkungan di “POLITEKNIK NEGERI
CILACAP”
Laporan magang ini didasarkan atas hasil pelaksanaan kegiatan praktek kerja
lapangan/ magang selama 5 bulan, yang dimulai 15 Februari 2021 s/d 15 Juli 2021 di
“PT. FIRMENICH AROMATICS INDONESIA”.
Adanya laporan ini tidak semata-mata tanpa bantuan dari orang-orang baik
yang telah memberi kesempatan, memberikan ilmu, informasi dukungan dan doa
untuk menyelesaikan penulisan laporan ini, penulis menyadari tanpa dukungan
berbagai pihak untuk menyelesaikan penulisan laporan magang industri ini pasti
terasa berat dan sulit untuk itu penulis mengucapkan terimakasih.
Penulis mengharap dengan adanya laporan Magang Industri dapat bermanfaat
bagi siapapun yang akan atau telah menyelesaikan kegiatan Magang Industri
sehingga apabila terdapat point-point yang bermanfaat dapat dijadikan referensi
namun apabila ada kesalahan penulis memohon maaf.
UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapan terimakasih secara tulus kepada :


1. Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
melaksanakan dan menyelesaikan kegiatan Magang Industri
2. Kedua Orang Tua, Bapak dan Ibu yang selalu mendukung memberikan
kepercayaan, kebesaran hati, kasih sayang, motivasi, doa, dan mengizinkan
untuk melaksakan kegiatan Magang Industri yang berada diluar kota jauh dari
rumah dimasa pandemic.
3. Bapak Dr. Ir. Aris Tjahyanto, M.Kom selaku Direktur Politeknik Negeri
Cilacap
4. Bapak Taufan Ratri Harjanto, S.T, M.Meng selaku Ka.Prodi Teknik
Pengendalian Pencemaran Lingkungan
5. Ibu Rosita Dwitaningsih, S.Si, M.Eng selaku Koordinator Magang Industri
Prodi Teknik Pengendalian Pencemeran Lingkungan
6. Ibu Tanti Oki Maria Susanti, S.H, selaku Staf Politeknik Negeri Cilacap yang
menjembatani penulis sehingga dapat melaksanakan Magang di PT.
Firmenich Aromatics Indonesia
7. Ibu Theresia Evila Purwanti Sri Rahayu, S.T., M.Eng. selaku dosen
pembimbing magang, yang selalu memberikan energy positif
8. Ibu Tania Sisca selaku HRD yang telah menerima dan mengizinkan
melaksakan magang di PT. Firmenich Aromatics Indonesia di masa pandemi
9. Bapak A. Heru Adi Siswanto selaku Operation Directur di PT. Firmenich
Aromatics Indonesia yang telah membimbing dan mengizinkan untuk
melaksanakan magang secara Offline atau On Site
10. Bapak Jhon Leonardus Lantang Manager Divisi Engineering selaku
pembimbing magang di Industri yang memberikan masukan dan membuat
penulis lebih berkembang lebih baik, nasehat yang membangun dan ilmu out
of the box sehingga harus difikirkan secara matang dan dilaksanakannya.
11. Bapak Khamdi, Pak Nanda, Pak Aman, Pak Irwan, Pak Hendra, Pak Surya,
Pak Eka, yang mengerti area WWTP dan memberikan ilmu mengenai WWTP
12. Seluruh staf dan karyawan Divisi Engineering, Warehouse, Produksi, QC,
Administrasi, Security, Cleaning servis, Kontraktor yang telah mewarnai
hari-hari selama Magang Industri menjadi semangat tersendiri,sehingga
kegiatan Magang menjadi lebih berwarna dan berarti.
13. Mohammad Ryan Wahyudi dan Rofi Ibnu Abdillah selaku rekan yang selalu
ada dan membantu selama kegiatan Magang Industri. Dan semoga tetap akan
terjalin tali silaturahmi hingga kapanpun.
14. Dan semua pihak yang telah memberikan bantuan pada saat pelaksanaan
penulisan Laporan Magang Industri ini yang belum disebutkan satu demi satu
di laporan ini.
Akhir kata, penulis berharap kepada Allah SWT dapat berkenan membalas
kebaikan semua pihak yang telah membantu mnyelesaikan penulisan laporan, penulis
menyadari masih terdpat keterbatasan, kekurangan kemampuan dan pengetahuan.
Oleh sebab itu penulis juga mengharap kritik serta saran yang membangun guna
menyempurnakan laporan magang industi ini dimasa mendatang.
Semoga laporan Magang Industri ini dapat bermanfaat dan dapat menjadi
pedoman oleh pembaca pada umumnya maupun bagi penulis pada khususnya.

Karawang, 10 Juli 2021


Penulis

Anis Aziza Zumroturida


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN................................................................iii
KATA PENGANTAR................................................................................................iv
UCAPAN TERIMAKASIH........................................................................................v
DAFTAR ISI..............................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................ix
DAFTAR TABEL.......................................................................................................xi
DAFTAR ISTILAH...................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................1
1.2 TUJUAN MAGANG......................................................................................2
1.3 RUANG LINGKUP........................................................................................2
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN..........................................................3
2.1 Sejarah Perusahaan.........................................................................................3
2.2 Lokasi Perusahaan..........................................................................................5
2.3 Visi Misi Perusahaan......................................................................................5
2.4 Stuktur Organisasi Perusahaan.......................................................................6
2.5 Produk Perusahaan..........................................................................................8
2.6 Jenis Produk....................................................................................................8
BAB III LANDASAN TEORI..................................................................................10
3.1 Sistem Management Lingkungan.................................................................10
3.2 Pencemaran Lingkungan...............................................................................14
3.3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja................................................................18
3.4 Standart Operasional Prosedur (SOP)...........................................................20
3.5 Penialaian Proper..........................................................................................22
BAB IV HASIL PELAKSANAAN MAGANG INDUSTRI..................................25
4.1 Waste Water Treatment Plant.......................................................................25
4.2 Standart Operational Procedur (SOP) dan Instruksi Kerja (IK)...................36
4.3 Dokumen Kelesamatan Kesehatan Kerja yang ada di WWTP.....................45
4.4 Analisa Daily Report Waste Water Treatment Plant....................................45
4.5 Analisi Evaluasi Dokumen UKL UPL..........................................................64
BAB V PENUTUP.....................................................................................................68
5.1 KESIMPULAN.............................................................................................68
5.2 SARAN.........................................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................71
LAMPIRAN...............................................................................................................73
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Lokasi PT. Firmenich Aromatics Indonesia.............................................5


Gambar 2. 2 Stuktur Organisasi Perusahaan.................................................................6
YGambar 4. 1 Flow Proses Pengolahan Limbah Cair /WWTP tahun 2012................25
Gambar 4. 2 Skema Pengolahan Cair Tampak Atas tahun 2012.................................26
Gambar 4. 3 Flow Proses Pengolahan Limbah Cair tahun 2014.................................27
Gambar 4. 4 Pengolahan Limbah Cair tampak Atas tahun 2014................................27
Gambar 4. 5 Flow Proses Pengolahan Limbah Cair tahun 2015.................................28
Gambar 4. 6 Pengolahan Limbah Cair Tampak Atas tahun 2015..............................28
Gambar 4. 7 Flow Proses Pengolahan Limbah Cair tahun 2016.................................29
Gambar 4. 8 Pengolahan Limbah Cair Tampak Atas tahun 2016...............................29
Gambar 4. 9 flow Proses Pengolahan Limbah Cair tahun 2020..................................31
Gambar 4. 10 Diagram Proses Pengolahan Limbah Cair sesuai di Lapangan 2021...32
Gambar 4. 11 Diagram Proses Pengolahan Limbah Cair dalam SOP tahun 2021......37
Gambar 4. 12 Grafik pH Inlet Pit Produksi.................................................................46
Gambar 4. 13 pH Pit Ekualisasi...................................................................................47
Gambar 4. 14 pH Pit Aerasi 1......................................................................................48
Gambar 4. 15 pH Pit Aerasi 2......................................................................................48
Gambar 4. 16 pH Bak Kontrol KIIC...........................................................................49
Gambar 4. 17 Nilai COD Ekualisasi...........................................................................50
Gambar 4. 18 Nilai COD Sedimentasi 2.....................................................................51
Gambar 4. 19 Nilai COD Sedimentasi 3.....................................................................52
Gambar 4. 20 Nilai COD Bak Kontrol KIIC...............................................................53
Gambar 4. 21 Grafik Nilai COD.................................................................................53
Gambar 4. 22 Nilai DO Ekualisasi..............................................................................54
Gambar 4. 23 Nilai DO Aerasi 1.................................................................................55
Gambar 4. 24 Nilai D0 Aerasi 2..................................................................................55
Gambar 4. 25 Nilai TSS Ekualisasi.............................................................................57
Gambar 4. 26 Nilai TSS Sedimentasi 2.......................................................................58
Gambar 4. 27 Nilai TSS Sedimentasi 3.......................................................................58
Gambar 4. 28 Nilai TSS Bak Kontrol KIIC................................................................59
Gambar 4. 29 Grafik Nilai TSS...................................................................................60
DAFTAR TABEL

YTabel 4. 1 Hasil Analisa Laboratorium Eksternal Parameter Fisik...........................33


Tabel 4. 2 Baku mutu air limbah dan metode pengujian pihak SRIBANGUN...........60
Tabel 4. 3 Hasil Analisa seluruh parameter oleh pihak SRIBANGUN.......................61
Tabel 4. 4 Baku Mutu dan Metode yang dihunakan oleh DLHK Kab.Karawang......62
Tabel 4. 5 Hasil Analisa Laboratorium DLHK Kab.Karawang terhadap Effluent
limbah..........................................................................................................63
Tabel 4. 6 Form Administrasi UKL UPL....................................................................66
DAFTAR ISTILAH

B3 : Bahan Berbahaya dan Beracun


COD : Chemical Oxygen Demand
DO : Disolved Oxygen
EMS : Enviroment Management System
IK : Instruksi Kerja
K3 : Keselamatan Kesehatan Kerja
MI : Magang Industri
PP : Peraturan Pemerintah
Proper : Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan
SMK3 : Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja
SML : Sistem Manajemen lingkungan
SOP : Standart Operation Procedure
TSS : Total Suspended Solid
UKL UPL : Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan hidup
UU : Undang- Undang
WWTP : Waste Water Treatment Plant
DAFTAR LAMPIRAN

YLampiran 1 Data Hasil Analisa Air Limbah Influent (SRIBANGUN).....................73


Lampiran 2 Data Hasil Analisa Air Limbah Effluent (SRIBANGUN).......................75
Lampiran 3 Data Hasil Analisa Air Limbah Effluent (DLHK Kab. Karawang).........78
Lampiran 4 Dokumentasi Kegiatan Magang...............................................................80
Lampiran 5 Daftar Hadir Mahasiswa..........................................................................88
Lampiran 6 Uraian Kegiatan Mingguan......................................................................92
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perguruan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang
diselenggarakan untuk mempersiapkan peserta didik agar menjadi anggota
masyarakat dengan kemampuan akademis dan profesionalitas yang dapat
menerapkan, mengembangkan, serta menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan
kesenian. Lembaga perguruan tinggi sebagai wadah pembentuk sumber daya
manusia, berguna mempersiapkan dan menciptakan lulusan dengan kualitas yang
baik, serta mampu bersaing dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam pemenuhan kualitas tersebut, diperlukan adanya kajian kajian ilmiah bersifat
deskriptif argumentatif yang diformalisasikan dalam survei, penelitian, maupun
praktek kerja industri untuk menunjang dan mewujudkan lulusan berkualitas.
Politeknik sebagai salah satu pendidikan vokasi yaitu pendidikan tinggi yang
diarahkan pada penguasaan keahlian terapan tertentu, yang mencakup program
pendidikan diploma I, diploma II, diploma III, diploma IV, spesialis 1, dan spesialis
2. Pendidikan pada Politeknik Negeri Cilacap (PNC) difokuskan untuk menghasilkan
lulusan yang ber atittude, berkompeten dan siap kerja maka PNC menyelenggaran
program Magang Industri disalah satu mata kuliah. Pengalaman kerja di industri,
merupakan suatu hal yang penting dan harus dirasakan oleh setiap peserta didik.
Dalam usaha untuk mencapai sasaran tersebut, maka PNC menetapkan mata kuliah
Magang Industri (MI) bagi peserta didik, yang implementasinya disesuaiakan oleh
masing-masing Jurusan.
PT. Firmenich Aromatics Indonesia merupakan perusahaan dibidang
manufacturing and encapsulation. Dimana flavour yang didapatkan dari PT.
Firmenich kemudian dilapisi dengan bahan tertentu sehingga butiran-butiran halus
kapsul berisi flavour. Manfaatnya yaitu selain jangka simpan lebih lama dan
disesuaikan dengan jenis produk yang di konsumsi, untuk PT. Firmenich mengolah
Flavour namun bahan adiktif tambahan pada produk konsumsi. Disetiap perusahaan
ataupun industri pasti menghasilkan limbah baik padat maupun cair sehingga perlu
ditangani dengan pengolahan limbah.
Dari uraian diatas kami tertarik untuk melaksanakan Magang Industri di PT.
Firmenich Aromatics Indonesia, karena melalui Magang Industri ini kami Mahasiswa
Program Studi Sarjana Terapan Teknik Pengendalian Pencemaran Lingkungan
Politeknik Negeri Cilacap diharapkan mampu menguasai ilmu dan teknologi untuk
memanfaatkan sumber daya yang tersedia bagi masyarakat khususnya dalam bidang
Lingkungan. Kesempatan magang industri ini sangat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan yang didapat di bangku kuliah dengan kenyataan dilapangan selain itu
dalam kesempatan ini kami akan mendapat pengalaman bekerja dalam lingkup
industri.
1.2 TUJUAN MAGANG
Magang Industri bertujuan memberikan pengalaman dunia industri bagi
mahasiswa yaitu untuk:
1. Mengenalkan teknologi terkini yang digunakan industri sesuai bidangnya,
2. Mengetahui penerapan pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh di kampus
pada dunia industri,
3. Memahami tata kelola suatu industri,
4. Mengenalkan proses interaksi kerja antara mahasiswa dan karyawan industri dari
berbagai level untuk meningkatkan kemampuan interpersonal mahasiswa.
5. Menjalin kerja sama antara Politeknik Negeri Cilacap dengan Industri (PT.
Firmenich Aromatics Indonesia).
1.3 RUANG LINGKUP
Ruang lingkup kegiatan mahasiswa magang industri di PT. Firmenich
Aromatics Indonesia yaitu antara lain sebagai berikut:
 Diagram Proses Pengolahan limbah cair
 K3 industri di area WWTP
 SOP dan IK yang ada di area kerja WWTP
 Handling Chemical dan Limbah B3
 Pengetahuan mengenai dokumen UKL-UPL
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan


Firmenich SA merupakan perusahaan keluarga yang didirikan di Swiss pada
tahun 1895 oleh Mr. Firmenich, Mr. Chuit dan Mr. Naef. Awal beridirinya
Firmenich dipelopori oleh dua ahli kimia, yaitu Mr. Martin Naef dan Mr. Philippe
Chuit. Kemudian Mr. Chuit berkeluarga dengan Mrs Firmenich yang bersama
keluarganya mendirikan perusahaan keluarga dengan nama Firmenich SA. Mulanya
perusahaan ini memproduksi parfume pada tahun 1920. Pada tahun yang sama pula
seorang ahli kimia Firmenich yaitu Profesor Ruzika menemukan senyawa kimia
parfume (maskenon) dan mendapatkan nobel atas karyanya di bidang kimia. Pada
awalnya Firmenich bergerak di bidang chemical and specialities saja. Pada tahun
1939 perusahaan ini mulai menjalankan bisnis flavour dan kini bergerak di bidang
flavour, fragrance, serta chemical and specialities. Firmenich SA mulai membentuk
jaringan organisasi dan servis pada tahun 1960. Pada tahun 1984 dan 1988
perusahaan grup ini mendirikan pabrik Firanova (Citrus) di Florida dan pabrik
Firharbor di Amerika Utara. Dua tahun kemudian perusahaan ini menerapkan riset
and development (R & D) , logistik dan bioteknologi dalam memproduksi flavour,
fragrance, chemical serta specialities. Saat ini Firmenich SA telah memiliki lebih dari
60 cabang di lima benua yang terbagi dalam empat zona komersil, yaitu: Eropa,
Amerika Latin, Amerika Utara (Amerika Serikat dan Canada) dan Asia Pasifik
(Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Vietnam, Bangladesh, India,
Srilangka, Jepang, Korea Selatan, Hongkong, RRC, Taiwan, Selandia Baru dan
Australia).
PT. Firmenich Indonesia merupakan salah satu cabang Firmenich SA yang
didirikan pada tanggal 1 Juli 1994. Firmenich Indonesia merupakan perusahaan
patungan berstatus penanaman Modal Asing. Pemegang Sahamnya adalah Firmenich
Trading Corporation dan sebuah perusahaan flavour yaitu PT. Indesso Aroma. PT.
Firmenich Indonesia lazim disebut menurut singkatan resminya “Firjava” masuk
dalam zona Asia Pasifik. PT. Firmenich Indonesia bergerak di bidang flavour untuk
produk pangan dan tembakau dan fragrance untuk produk non pangan. Sebenarnya
bisnis Firmenich SA di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1994 bersamaan dengan
berdirinya PT. Indesso Aroma di Purwokerto dengan PT. Indesso Aroma sebagai
distributor tunggal produk PT. Firmenich di Indonesia. Setelah berdirinya PT.
Firmenich Indonesia, PT. Indesso Aroma telah bergeser perannya hanya sebagai
distributor tunggal untuk produk Firmenich di Indonesia. Selain menghasilkan produk
atas namanya sendiri dan co-distributor untuk produk-produk gum. Pada tanggal 14
Maret 1997, pabrik PT. Firmenich Indonesia didirikan diwilayah Cileungsi Bogor
seluas 2.4 Ha yang digunakan untuk tempat compounding flavour, gudang, kantor,
laboratorium Quality Control.
Phillip Cult dan Martin Naef mendirikan perusahaan fragrance dan flavour
kemudian pada tahun 1900 Fred Firmenich bergabung dan menjadi partner bisnis
utama. 1910 Phillip Chuit melepaskan saham kepada Fred Firmenich dan
menjadikanya sebagai pemegang saham terbesar.1970 Firmenich Swiss melakukan
Kerja sama dengan PT. Indesso Niagatama sebagai distributor produk Firmenich. PT.
Firmenich Indonesia (FIRJAVA) yang berada di Cieleungsi Bogor dibangun pada
tahun 1994. Kemudian pada tahun 2013 dilakukan Pembangunan Perusahaan PT.
Firmenich Aromatics Indonesia yang terletak di Kabupaten Karawang. PT. Firmenich
Aromatics Indonesia adalah industri kimia dasar organic yang bersumber dari hasil
pertanian serta kimia dasar organik yang menghasilkan bahan kimia khusus. PT.
Firmenich Aromatics Indonesia didirikan dengan tujuan untuk menjawab atas
meningkatnya permintaan pasar perisa di Asia karena kuantitas pasar yang
memberukan kontribusi hingga 1/3 dari transaksi dunia untuk perisa dan aroma. PT.
Firmenich Aromatics Indonesia (FirSEA – Firmenich South East Asia) merupakan
jaluk produksi Durarome® ketiga Firmenich setelah Brazil dan Amerika. Indonesia
dipilih untuk menjadi lokasi yang strategis karena letaknya yang lebih dekat dengan
jalur perdagangan dipasar Asia sehingga menghemat biaya transportasi dan
mengurangi lead time. FirSEA secara eksklusif menjadi pusat rantai pemasok pasar
perisa Firmenich untuk Kawasan Asia Tenggara dan Benua Asia umumnya seluruh
dunia.
2.2 Lokasi Perusahaan
Berlokasi di Kawasan Industri Karawang International Industri City (KIIC), Jl.
Maligi VIII Lot S-1, Desa Margakaya, Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten
Karawang, Jawa Barat.

Gambar 2. Lokasi PT. Firmenich Aromatics Indonesia


2.3 Visi Misi Perusahaan
2.3.1 VISI
Taste and Pleasure are our business we flavour our client’s product with world
class flavour encapsulation
2.3.2 MISI
 Superior services
 Great workplace through leadership character
 Value creation and pructivity culture
 Best in class QHSE
 Leading in innovation and sutainability
2.4 Stuktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi jajaran kepemimpinan yang ada di PT Firmenich Aromatics
Indonesia Karawang Jawa Barat sebagai berikut:

Gambar 2. Stuktur Organisasi Perusahaan


Adapun deskripsi dari masing-masing jabatan yaitu sebagai berikut:
Jabatan Deskripsi Pekerjaan
Operations Director a. Bertanggung jawab penuh dalam mengkoordinir
(Direktur dan mengendalikan seluruh kegiatan.
Operasional) b. Bertanggung jawab atas tercapainya tujuan
perusahaan secara keseluruhan.
c. Mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab
kepada masing-masing bagian sesuai bidangnya.
d. Menilai dan menyetujui serta merekomendasikan
semua kegiatan.
Engineering manager a. Bertanggung jawab dalam preventive
(Manajer Teknik dan Maintenance dan kalibrasi instrument.
perawatan) b. Mengatur dan memastikan jalanya aktivitas
perawatan dan perbaikan mesin produksi
Production Manager Bertanggung jawab dalam memastikan jalanya proses
(Manajer Produksi) produksi.
Planning & Logistic a. Bertanggung jawab dalam pengelolaan
Manager (Manajer pemenuhan order dari pelanggan.
Perencanaan dan b. Bertanggung jawab dalam perencanaan material
Logistik) untuk keperluan produksi
c. Memastikan jalanya aktivitas pergudangan untuk
raw material, produk jadi dan lainya.
Purchasing Manager Bertanggung jawab dalam pengadaan dan pengelolaan
(manajer pembelian supplier.
dan pengadaan)
QC Manager (Manajer a. Bertanggung jawab dalam memastikan kualitas
Pengendalian bahan baku dari produk jadi
Kualitas) b. Bertanggung jawab dalam jalanya manajemen
mutu dan keamanan pangan di perusahaan
Facility Coordinator a. Bertanggung jawab dalam segala fasilitas di
Manager (Manajer perusahaan dan pemenuhan kebutuhan karyawan
Koordinator Sarana b. Memastikan manajemen hama di perusahaan
dan Fasilitas) c. Bertanggung jawab dalam keamanan fasilitas
dan perusahaan
HSE Manager d. Bertanggung jawab dalam memastikan
(Manaje K3 dan Kesehatan dan keselamatan kerja karyawan
Lingkungan) e. Bertanggung jawab dalam pemenuhan
perusahaan terhadap regulasi dan kebijakan
pemerintah terkait K3 dan perawatan
lingkungan.
Plant Controller Bertanggung jawab dalam perhitungan harga pokok
penjualan dan biaya produksi
HR Manajer (Manajer f. Bertanggung jawab dalam seleksi perekrutan
Personalia) karyawan baru
g. Bertanggung jawab dalam pelatihan dan
pengembangan sumber daya manusia
h. Bertanggung jawab dalam penilaian karyawan.

2.5 Produk Perusahaan


Meningkatnya kebutuhan akan pangan membuat Firmenich memberikan
produk perisa dengan kualitas tinggi, memiliki umur perisa yang konsisten dan proses
pelepasan perisa yang terkendali. Agar kebutuhan pangan tersebut dapat terpenuhi,
PT. Firmenich memberikan terobosan Teknologi yang dikenal dengan teknologi
microencapsulation. Teknologi ini berkembang karena sifat flavour oil yang mudah
teroksidasi ketika bersinggungan dengan udara bebas yang akan mengurangi kualitas
perisa dan aroma dari produk. Dengan proses mengenkapsulasi flavour oil dalam
suatu matriks yang bisa dikonsumsi, diharapkan akan mampu memperpanjang umur
dari produk itu sendiri, dan mampu mengendalikan proses pelepasan perisa.
Kebutuhan konsumen yang sangat tinggi dalam pangan mendorong Firmenich untuk
lebih kompeten mengambil teknologi yang berkembang sangat pesat. Teknologi
mikroenkapsulasi menjadi referensi bahan baku suatu pangan karena menawarkan
keunggulan yang tidak dimiliki oleh teknologi non-enkapsulasi.
PT Firmenich Aromatics Indonesia memproduksi Durarome® sebagai produk
utama. Produk barang PT. Firmenich Aromatics Indonesia diproduksi dalam 2 unit
proses produksi dengan spesifikasi masing-masing. Dua unit terbagi menjadi
Continues Durarome Lines (CDL) dan Pilot plant (PP). Perbedaan dari kedua unit
diatas adalah terletak dari tujuan produksi.
2.6 Jenis Produk
2.6.1 (Continuous Durarome Line) CDL
Continues Durarome Line atau yang dikenal nama produknya Durarome ini
merupakan unit produksi untuk menghasilkan kapasitas produksi dalam skala besar
untuk setiap harinya. Dengan beberapa batch dalam sehari unit CDL mampu
memproduksi durarome dengan jumlah besar. Untuk flavour yang diproduksi dapat
diklasifikasikan seperti seperti bergamot, grape, lime, orange, jasmine, strawberry,
mint dll
Durarome® adalah produk perisa padat yang berbentuk Batangan mikrokapsul
yang dimana butiran flavour oil terkurung dalam matriks karbohidrat yang larut
dalam air. Ukuran Durarome® pada umumnya sebesar kurang dari I milimeter.
Matriks (pembungkus) yang digunakan untuk keperluan enkapsulasi flavour oil
biasanya berupa Polisakarida dan juga gula, namun ada juga jenis matriks seoerti
gula alcohol (malitol) dengan produk berupa sugar free. Flavour oil yang ter
enkapsulasi didalam matriks karbohidrat membuat Durarome® meiliki masa
kadaluarsa yang lama, dalam hal ini bisa mencapai 4 tahun dan kualitas rasa dari
flavour oil itu sendiri yang konsisten akan terjaga. Hal ini terjadi karena kemungkinan
kontak dengan udara bebas sangatlah kecil , sehingga umur dan rasa dari produk
Durarome® itu akan bertahan lama
2.6.2 Produk Pilot Plant
Pilot plant merupakan unit produksi yang berfungsi sebagai pusat Research &
Development dalam pabrik ini.kapasitas produksi untuk unit pilot plant tidak sebesar
unit CDL, pilot plant menghasilkan produk luaran yang dikeluarkan untuk konsumen
dengan merk dagang Flexarome® dan Spray Dry.
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Sistem Management Lingkungan


ISO 14001 adalah standar mengenai Sistem Manajemen Lingkungan (SML)
atau Environmental Management System (EMS) yang berlaku secara Internasional.
Ini adalah salah satu bagian dari standardisasi bagi organisasi, instansi, atau
perusahaan yang secara spesifik mengatur tentang lingkungan. Dalam hal ini. yang
dimaksud adalah segala aktivitas perusahaan dan dampak-dampaknya terhadap
lingkungan. Maka, penting bagi perusahaan untuk ikut berperan dalam menjaga
stabilitas lingkungan. ISO 14001 menetapkan standar secara efektif. Sebuah
organisasi harus memastikan dirinya telah patuh terhadap segala peraturan
lingkungan yang berlaku. Sekaligus tetap mempertimbangkan kesesuaian dengan
kegiatan operasionalnya sendiri. Cakupan standardisasi ISO cukup luas, tetapi hanya
dikhususkan pada ranah industri dan komersial. Dalam hal ini, berarti ranah industri
dan komersial di tingkat internasional.(Info@mutuinstitute.com, 2021)

Tujuan ISO 14001 Sistem Manajemen Lingkungan pada dasarnya ada tiga, yaitu:

1. Menekan dampak negatif terhadap lingkungan yang mungkin timbul akibat


kegiatan operasional organisasi.
2. Mematuhi peraturan perundangan yang berlaku dan ketentuan-ketentuan
terkait isu lingkungan.
3. Melakukan perbaikan pada aktivitas-aktivitas di atas secara berkelanjutan.

Sistem Manajemen Lingkungan (SML) atau EMS merupakan rangkaian proses


untuk membantu perusahaan memenuhi tujuannya dalam menjaga stabilitas
lingkungan yang positif. Rangkaian proses ini dilakukan melalui beberapa tahap,
mulai dari pengkajian, evaluasi, hingga menentukan cara-cara efisien untuk
meningkatkan performa lingkungan. Setiap perusahaan dapat menentukan sendiri
tujuan Sistem Manajemen Lingkungan yang diinginkan. Tentu saja dengan tetap
memperhatikan kesesuaiannya dengan kondisi internal dan eksternal. Akan tetapi,
EMS dapat membantu perusahaan menentukan kebijakan terbaik, merumuskannya
secara sistematis, serta menerapkannya dengan biaya efektif. Perusahaan dapat
memastikan segala aktivitas operasionalnya tetap bertujuan untuk menjaga stabilitas
lingkungan, termasuk menerapkannya kepada karyawan.

ISO 14001 Sistem Manajemen Lingkungan (SML) mewajibkan mengetahui


elemen-elemen dasarnya. Pasalnya, SML juga dapat digunakan untuk membantu
perusahaan dalam mengatasi masalah-masalah yang belum diatur. SML juga
membantu perusahaan dalam mengatasi masalah-masalah yang belum diatur.
Sedikitnya ada empat elemen dasar dalam memenuhi Sistem Manajemen
Lingkungan, antara lain:

a. Meninjau tentang tujuan perusahaan mengenai lingkungan.


b. Analisis dampak lingkungan dan syarat-syarat atau kewajiban mematuhi
peraturan lingkungan.
c. Menentukan tujuan dan target untuk mengurangi dampak lingkungan
sekaligus mematuhi peraturan terkait.
d. Merumuskan program-program yang sesuai dengan tujuan dan target-target di
atas.
e. Mengukur dan memantau setiap perkembangan yang terjadi dalam proses
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
f. Memastikan para karyawan memiliki kesadaran dan kompetensi lingkungan.
g. Mengulas kemajuan-kemajuan SML dan meningkatkan performanya dengan
cara melakukan perbaikan terus menerus.
EMS mencakup berbagai bentuk dampak lingkungan, seperti polusi atau
pencemaran limbah, baik pencemaran terhadap air, udara, maupun tanah. SML juga
menetapkan dampak polusi suara yang terindikasi dari tingkat kebisingan dalam
kegiatan operasional. ISO 14001 Sistem Manajemen Lingkungan akan membantu
mengatasi masalah yang tidak diatur sebelumnya. Misalnya, tentang penggunaan
sumber daya dan energi, juga mitigasi serta penyesuaian diri terhadap perubahan
iklim. Oleh karenanya, tak mungkin kriteria ISO 14001 bersifat tetap. Sebaliknya,
persyaratan dan ketentuan standarnya akan terus berubah seiring berjalannya waktu.
Perbaikan harus terus dilakukan, guna menyesuaikan diri dengan kondisi berbeda dan
berbagai permasalahan baru terkait lingkungan yang mungkin muncul di masa depan.
Sistem Manajemen Lingkungan menurut ISO 14001 Melalui tujuan-tujuan
dasar tersebut, ISO 14001 Sistem Manajemen Lingkungan mendorong perusahaan
untuk aktif dalam meningkatkan peran lingkungannya. Hal ini dilakukan melalui
rangkaian proses secara terstruktur dan berkelanjutan. Rangkaian proses yang
dimaksud dalam SML, antara lain:
Proses sertifikasi ISO 14001 dilakukan oleh pihak ketiga yang sama sekali tidak
terafiliasi dengan perusahaan. Ini dimaksudkan agar proses sertifikasi dapat
menghasilkan keputusan-keputusan yang objektif. Namun, sebelum mengajukan
sertifikasi, ada sejumlah ketentuan wajib dipenuhi perusahaan pemohon, di antaranya:
a. Komitmen dan Kebijakan
Perusahaan atau organisasi memiliki komitmen untuk meningkatkan peran
sertanya terhadap lingkungan. Salah satunya dibuktikan dengan merumuskan dan
menetapkan kebijakan-kebijakan terkait. Tentang hal ini, tanggung jawab terbesar
berada di tangan pejabat manajemen di tingkat atas.
b. Perencanaan
Kebijakan akan menentukan tahap selanjutnya, yaitu Perencanaan. Di sini
organisasi awalnya mengidentifikasi persoalan lingkungan apa saja yang muncul
sebagai akibat dari kegiatan operasionalnya. Sekaligus memastikan seberapa besar
dampak negatif yang mungkin timbul. Selanjutnya, perusahaan meneliti aspek-aspek
masalah yang paling signifikan. Lalu menentukan cara-cara untuk menyelesaikannya
berdasarkan skala prioritas. Setelah itu, baru bisa menetapkan tujuan dan target-
target. Tujuan bersifat umum, mencakup seluruh hasil akhir dari sistem manajemen
lingkungan. Sementara target bersifat khusus dan detail, merupakan bagian dari
tujuan umum.
c. Implementasi/Penerapan
Rencana diterapkan secara faktual dengan memanfaatkan segala sumber daya
yang diperlukan. Ini bisa termasuk penyuluhan dan pelatihan untuk meningkatkan
kesadaran lingkungan para karyawan. Atau hal-hal pendukung, seperti dokumentasi,
pembuatan prosedur operasi, pembuatan jalur komunikasi internal dan eksternal, dan
sebagainya.
d. Evaluasi
Tujuan keempat adalah evaluasi. Maksud evaluasi di sini berarti meninjau
pelaksanaan rencana untuk memastikan tercapai tidaknya tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Jika tidak tercapai, berarti perusahaan harus melakukan
perbaikan. Jika tercapai, bisa dilanjutkan dengan menentukan tujuan dan target-target
baru.
e. Pengkajian Kembali
Manajemen mengkaji hasil evaluasi untuk mengetahui seberapa besar peran
EMS, serta efektif tidaknya EMS diterapkan di perusahaan. Juga untuk melihat
apakah kebijakan lingkungan melalui rangkaian-rangkaian proses tadi telah sesuai
dengan nilai-nilai perusahaan.
Tahap akhir ini akan menentukan prosedur perbaikan berkelanjutan dalam
Sistem Manajemen Lingkungan yang menjadi tujuan ISO14001 SML. ISO 14001
Sistem Manajemen Lingkungan bukan sekadar label atau sertifikasi terstandar. EMS
yang diterapkan pasti akan berdampak secara positif, baik bagi lingkungan internal
perusahaan maupun secara eksternal. Bertumbuhnya tingkat kepatuhan terhadap
hukum yang berlaku.Peluang besar untuk berkarir di ranah industri bidang
lingkungan. Membantu menekan dampak negatif pada lingkungan akibat aktivitas
operasional, seperti pencemaran limbah dan efisiensi sumber daya energi.
Penghematan biaya, terutama dalam penanganan limbah. Mengurangi pengeluaran
organisasi secara umum. Meningkatkan moral dan kesadaran seluruh penghuni
organisasi mengenai tanggung jawabnya dalam menangani masalah lingkungan.
Lingkungan kinerja internal perusahaan makin kondusif. Citra perusahaan di mata
publik akan menjadi lebih baik. Mempererat hubungan dengan regulator, investor,
dan kreditur potensial.

Perusahaan telah menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan sesuai ketetapan ISO


14001. Pemberlakuan SML di perusahaan minimal telah berlangsung selama tiga
bulan. Tersedia berkas-berkas dokumentasi sesuai persyaratan, termasuk data-data
untuk membuktikan penerapan SML di perusahaan. Perusahaan sudah melaksanakan
audit internal mengenai ISO 14001. Perusahaan sudah melakukan pengkajian ulang
Sistem Manajemen Lingkungannya. Setelah perusahaan memenuhi sejumlah
ketentuan, berarti tahap berikutnya adalah menjalani audit. Dalam praktiknya, proses
audit ini terdiri dari dua tahap, yaitu:
A. Audit I
Audit pertama terdiri dari dua tahapan, yakni pemeriksaan berkas-berkas
dokumentasi yang dipersyaratkan guna menempuh permohonan sertifikasi. Kemudian
tahap kedua, yaitu audit pendahuluan atau pre-assessment untuk memeriksa
penerapan SML perusahaan telah siap dan layak diuji atau tidak.
B. Audit II
Pada tahap kedua inilah baru dilakukan penilaian secara menyeluruh terhadap
pemberlakuan SML sesuai ketetapan ISO 14001. Audit tahap kedua ini biasa juga
disebut dengan istilah main assessment. Sertifikat ISO 14001 akan segera diterbitkan
setelah perusahaan berhasil melalui dua tahapan audit di atas dengan mulus. Harap
diingat bahwa sertifikasi ISO umumnya berlaku selama tiga tahun. Apabila telah
lewat tiga tahun, berarti perusahaan harus memperbarui sertifikatnya (re-assessment)
dengan mengulangi prosedur yang sama.
3.2 Pencemaran Lingkungan
Menurut UU No.32 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 14 Pencemaran lingkungan hidup
adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen
lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku
mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Pencemaran lingkungan adalah
masalah yang akan selalu dihadapi oleh sekumpulan masyarakat yang berada disuatu
lingkungan tertentu. Pencemaran ini dapat berupa pencemaran udara, pencemaran air
ataupun pencemaran tanah. Seiring dengan berkembangnya industri dan
pembangunan yang cukup tinggi tentu saja akan semakin meningkatkan beban
pencemaran. Salah satunya adalah beban limbah cair atau air buangan yang
dihasilkan, yang akan menambah pencemaran pada perairan yang merupakan salah
satu media pembuangan dari limbah atau buangan tersebut (Arnop O, dkk. 2019)
3.1.1 Macam Macam Pencemaran Lingkungan
Pencemaran pada lingkungan terdapat beberapa macam antara lain:
a. Pencemaran Air
b. Pencemaran Udara
c. Pencemaran Tanah
3.1.2 Pencemaran Air
Pencemaran air merupakan pencemaran yang terdapat pada badan air yang
menyebabkan kualitas air turun. Pencemaran air akibat limbah cair industri, domestik,
pertanian maupun perkebunan. Selain akibat limbah cair pencemaran air dapat terjadi
karena sedikit kesadaran manusia akan buang sampah pada tempatnya.masih ada
beberapa tempat dimana manusia yang ada di daerah tersebut membuang sampah ke
sungai sehingga mencemari badan sungai sehingga air sungai tercemar. Menurut PP
no 82 tahun 2001 Pencemaran Air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia,
sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak
dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Menurut PP No.22 Tahun 2021 Bab 1
Pasal 1 Poin 36 Pencemaran Air adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga
melampaui Baku Mutu Air yang telah ditetapkan.
Sumber pencemaran air terbagi menjadi 2 sumber yaitu sumber langsung dan
sumber tidak langsung. Adapun sumber pencemar langsung yaitu pencemaran yang
berasal dari sumber tertentu contoh : Pabrik, Sistim buangan, sumur minyak. Sumber
pencemar tidak langsung dimana Pencemaran yang berasal dari penyebaran sumber
yang tidak jelas contoh : Air dari jalan, dari kegiatan pertanian.

Adapun sumber sumber pencemar air yaitu antara lain sebagai berikut:
1 Limbah industri / produksi / pertambangan
2 Limbah domestic / sanitasi
3 Limbah pertanian
4 Perawatan/pembersihan alat
5 Transportasi air
6 Erosi sediment (akibat gundulnya hutan)
Indikator Pencemaran Air yang telah tercemar akan mengalami perubahan.
Perubahan perubahan itu merupakan indicator air telah tercemar. Adapun indicator air
yang telah tercemar antara lain:
a. Perubahan suhu
b. Perubahan pH
c. Perbedan fisik
d. Timbulnya endapan, koloidal, bahan terlarut
e. Terdapat mikroorganisme
f. Meningkatnya radioaktif air lingkungan
Dampak pencemaran air tidak hanya sekedar bau atau keruh saja namun masih
ada dampak kandungan yang tidak terlihat secara visual sehingga menimbulkan
dampak yang lain. Adapun dampak pencemaran air antara lain sebagi berikut:
a. Nilai estetika air turun
Nilai estetika air akan turun akibat bau, warna dan kualitas air turun. Sehingga
secara visual dapat mengurangi nilai estetika pada air. Apabila sungai atau badan air
lainnya tercemar, kotor akibat tumpukan sampah ataupun akibat limbah cair yang
dibuang sembarang maka nilai estetika menurun.
b. Kualitas air tanah menurun
Kualitas air tanah menurun akibat pencemaran dengan kandungan logam berat
dan bau. Sehingga apabila air tanah akan digunakan kembali maka harus di treatment
terlebih dahulu.
c. Dampak terhadap kehidupan biota air
Kehidupan biota air terganggu akibat tumbuhnya algae yang berlebih, sehingga
kandungan oksigen menurun.biota air mengalami kematian, karena kontaminasi air
limbah.
d. Dampak terhadap kesehaatan
Air merupakan komponen utama di kehidupan. Sehingga apabila kualitas air
turun maka kesehatan juga menurun. Kesehatan pada makhluk hidup terganggu tidak
hanya terhadap manusia saja namun pada hewan juga terganggu akibat air yang
dikonsumsi dan dipakai kualitas menurun, apabila kualitas air turun maka penyakit
akan mudah menyebar.
Konsep pengendalian pencemaran air, Adapun konsep pengendalian pencemaran air
yaitu sebagai berikut:
a. Mengurangi atau menghilangkan sumber-sumber polusi. Misalnya pengurangan
jumlah penggunaan pupuk, dengan mengurangi penggunaaan pupuk kimia pasti
akan dapat mengurangi pencemar air secara tidak langsung.
b. Mendaur ulang buangan sehingga diharapkan limbah yang dihasilkan dapat di
daur ulang
c. Mencari bahan-bahan pengganti yang ramah lingkungan.misalnya mengganti
detergen yang ramah lingkungan. Sehingga mudah diuraikan bakteri
d. Mengembalikan secara alami , fungsi air sebegai pembersih. Adapun misalnya
yaitu mengembalikan wetlands
e. Meniru fungsi air sebagai pembersih alami dengan cara mengontrol.
Metode pengolahan air limbah yang dapat dilakukan untuk menurunkan nilai polutan
terhadap limbah yang ada antara lain:
a. Metode Fisika
Metode kimia yaitu metode dalam pengolahan air limbah dengan berdasarkan
sifat sifat fisik polutan dengan medianya. Adapun contoh metode fisika yatu
sedimentasi, filtrasi, dan flotasi
b. Metode Kimia
Metode kimia ini sering digunakan karena karakteristiknya lebit berat. Sehngga
perlu dilakukan metode kimia agar air limbah setelah di olah sesuai baku mutu atau
regulasi yang berlaku. Adapun contok metode kimia yaitu antara lain
elektrokoagulasi-flotasi,elektrostatik, dan foto katalis
c. Metode Biologi
Metode Biologi ini merupakan metode yang paling ramah lingkungan namun
tidaak semua karakteristik limbah dapat diolah dengan metode biologi, metode
biologi ini biasanya untuk limbah dengan karakterisik limbah organik. Untuk
mendegradasi polutan menggunakan mikroorganismejenis mikroorganisme yang
digunakan yaitu aerob dan anaerob.
3.3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dalam suatu perusahaan pasti akan mengutamakan keselamatan kesehatan
kerja. Dam kelematan kesehatan kerja di suatu perusahaan terdaapat yang mananya
sistem manajemen keselamatan kesehatan kerja yang telah tercantum pada PP no 50
tahun 2012 tentang penerapan sistem keselamatan kesehatan kerja. Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat SMK3
adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien dan produktif (PP No.50 tahun 2012). Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Tenaga Kerja adalah setiap
orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa
baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Penilaian
terhadap SMK3 ini biasanya sering disebut Audit SMK3. Menurut PP No.50 tahun
2012 Audit SMK3 adalah pemeriksaan secara sistematis dan independen terhadap
pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan untuk mengukur suatu hasil kegiatan yang
telah direncanakan dan dilaksanakan dalam penerapan SMK3 di perusahaan.
Tujuan penerapan SMK3 di sebuah industri untuk meningkatkan efektifitas
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur,
dan terintegrasi. mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat
pekerja/serikat buruh; serta menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan
efisien untuk mendorong produktivitas.(Era konsultan)
Berdasarkan PP No 50 tahun 2012, tentang implementasi SMK3 pada pasal 5
yang menerangkan bahwa perusahaan harus menerapkan SMK3. Kewajiban tersebut
sebagaimana diatur bagi perusahaan dengan ketentuan : Memperjakan karyawan /
buruh minimal 100 orang atau mempunyai tingkat bahaya tinggi dalam proses
bisnisnya. Selain sebagai syarat tender di project pemerintahan , Implementasi SMK3
akan sangat membantu dalam “accident prevention” suatu perusahaan. Penerapan
SMK3 adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan
kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara aman dan sehat tanpa membahayakan
dirinya maupun masyarakat sekelilingnya sehingga diperoleh produktivitas kerja
yang optimal. Menurut Permenakertrans, SMK3 adalah bagian dari sistem
manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya kerja yang aman, efisien, dan
produktif. Untuk menjamin penerapan dan keperluan administratif Sistem
Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja wajib dilakukan sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Perlu dilakukan audit sertifikasi oleh lembaga yang berwenang.
Dalam audit sertifikasi SMK3 dilakukan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.
50 Tahun 2012. Dengan kategori sebagai berikut Dalam audit sertifikasi SMK3
dilakukan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012. Dengan kategori
sebagai berikut:
1. Tingkat awal dengan pemenuhan terhadap 64 kriteria audit SMK3
2. Tingkat transisi dengan pemenuhan terhadap 122 kriteria Audit SMK3
3. Tingkat lanjutan dengan pemenuhan terhadap 166 kriteria Audit SMK3
Untuk perusahaan yang melakukan penerapan dengan tingkat lanjuatan akan
mendapatkan bendera sebagai penghargaan:
1. Untuk tingkat pencapaian penerapan 60 – 84% diberikan sertifikat dan bendera
perak
2. Untuk tingkat pencapaian penerapan 85 – 100% diberikan sertifikat dan bendera
emas
3.4 Standart Operasional Prosedur (SOP)
Menurut Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, Permenpan No.PER/21/M-
PAN/11/2008, SOP memiliki banyak manfaat bagi perusahaan dan organisasi, SOP
merupakan standarisasi cara yang dilakukan karyawan dalam menyelesaikan
pekerjaan khusus, mengurangi kesalahan, dan kelalaian. Membantu karyawan
menjadi lebih mandiri sehingga dapat mengurangi keterlibatan pimpinan dalam
pelaksanaan proses sehari-hari. Meningkatkan akuntabilitas dengan
mendokumentasikan tanggung jawab khusus dalam melaksanakan tugas.
Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan memberikan karyawan cara konkrit
untuk memperbaiki kinerja, serta membantu mengevaluasi usaha yang telah
dilakukan. Menciptakan bahan-bahan training yang dapat membantu pegawai baru
untuk cepat melakukan tugasnya. Menyediakan pedoman bagi setiap karyawan di unit
pelayanan dalam melaksanakan pemberian pelayanan sehari-hari. Menghindari
tumpang tindih pelaksanaan tugas pemberian pelayanan. Membantu penelusuran
kesalahan prosedural dalam memberikan pelayanan. Menjamin proses pelayanan
tetap berjalan dalam berbagai situasi.(Standar Operasional Prosedur, jurnal
Entrepreneur)
Penggunaan SOP dalam suatu perusahaan memiliki beberapa fungsi penting
yang akan memengaruhi keberhasilan aktivitas perusahaan. Antara lain :
a. Rujukan Pengetahuan bagi Kegiatan Operasional yang Selalu di-update
Alur proses dalam pengolahan limbah cair perusahaan dengan meningkatkan
kualitas air maka dalam kurun waktu tertentu terdapat perubahan proses yang
dilakukan. Standard Operational Procedure sebaiknya harus selalu diperbarui jika
ada alur kerja yang berubah sewaktu-waktu, sehingga ada pembaruan yang didasari
oleh keputusan auditor jaminan mutu.
b. Arsip Pelacakan Kegiatan Operasional, Penilaian, dan Perbaikan
Dengan adanya bukti, perusahaan memiliki bukti nyata bukti nyata bagi alur
pekerjaan yang membutuhkan arsip, di mana biasanya SOP memiliki formulir kerja
seperti berita acara presentasi produk oleh para staf marketing, bukti pengiriman,
berita acara kunjungan, dan lain sebagainya. Dengan adanya, audit jaminan mutu
berkala secara eksternal maupun internal sebagai bahan penilaian hingga perbaikan
untuk penyempurnaan yang harus dilakukan.
Dalam pembuatan SOP, berikut ini adalah beberapa cara pembuatan SOP yang
bisa dijadikan acuan perusahaan:
a. Pembentukan & Pembagian Tim Khusus Pembuatan SOP
Anda dapat mulai membuat SOP dengan pembuatan tim khusus perancangan
SOP. Di mana, tim ini terdiri dari tenaga kompeten dari setiap divisi atau departemen
perusahaan.
b. Tentukan Sasaran Penerapan SOP
Sebelum Anda membuatnya, tentukan terlebih dulu siapa sasaran pembuatan
SOP ini Apakah divisi atau departemen di perusahaan yang memang perlu
menggunakan standar operasional prosedur (SOP). Biasanya SOP ini digunakan
untuk karyawan yang bekerja harus sesuai standar, misalnya analis laboratorium.
Dimana harus sesuai prosedur saat melakukan pekerjaan sehingga hasil yang
didapatkan lebih akurat.
c. Penentuan Waktu dan Tempat Penerapan SOP
Hal penting selanjutnya yang harus Anda perhatikan dalam pembuatan SOP
adalah dengan memperkirakan waktu pelaksanaannya setelah persetujuan atau
verifikasi atas SOP yang dibuat termasuk tempat yang cocok yakni divisi masing-
masing.
d. Mendokumentasikan Jenis Kegiatan Operasional per Divisi
Setelah tim memetakan alur kerja di tiap departemen yang dipegangnya, catat
apa saja jenis kegiatan operasional yang selalu dilakukan. Pencatatan ini dalam
bentuk detail dan penjelasan. Misalnya mencatat pekerjaan apa saja yang teah
dilakukan dalam buku khusus.
e. Menyusun Alur Kerja, Instruksi Kerja, dan Formulir Pendukung
Untuk mempermudah karyawan Anda dalam memahami isi dari SOP, Anda
bisa membuat SOP dengan menggunakan flowchart beserta penjelasannya. Instruksi
kerja ialah penjelasan detail dari alur kerja. Di mana, formulir pendukung digunakan
sebagai arsip yang akan menjadi bukti nyata dari kegiatan operasional.
f. Tukar Pendapat Sesama Tim & Libatkan Pelaksana SOP
Dalam pembuatan SOP, Anda bisa meminta pendapat kepada beberapa tim, ini
bisa menjadi masukan yang baik untuk pembuatan SOP. Selain meminta pendapat
tim, Anda juga bisa meminta bantuan kepada karyawan Anda yang melaksanakan
SOP tersebut untuk memberikan masukan dan saran ketika menemukan suatu
tindakan yang dirasa kurang.
g. Evaluasi dan Perbaikan Jika Ada Rekonstruksi atau Uji Coba
Setelah SOP berjalan dengan baik, Anda bisa melakukan pengajuan SOP di
setiap divisi untuk mengetahui keberhasilannya. Dengan melakukan evaluasi secara
rutin, Anda bisa segera melakukan pergantian SOP ketika menemukan poin di dalam
SOP yang dirasa sudah tidak relevan lagi. Apalagi saat ini zaman menjadi cepat
berubah, ini juga memengaruhi SOP itu sendiri.
h. Verifikasi dari Sosialisasikan Kepada Karyawan
Setelah proses uji coba dinyatakan tidak ada masalah di dalam pelaksanaannya,
maka manajer Quality Management Representative perusahaan berhak melakukan
verifikasi dan memberikan persetujuan atas SOP itu sendiri. Kemudian, jangan lupa
untuk membuat sosialisasi SOP dengan melakukan rapat yang melibatkan semua
divisi untuk memastikan bahwa implementasi memang sudah sangat siap.
i. Pemantauan dan Analisis
Setelah SOP berhasil diimplementasi di dalam perusahaan. Beberapa bulan
setelahnya, Anda bisa melakukan pemonitoran yang harus dilakukan untuk menilai
apakah ada kendala atau tidak, juga untuk melihat kriteria yang tepat, tidak efektif,
dan sebagainya.
3.5 Penialaian Proper
Mekanisme dan kriteria dalam penilaian pencapaian Proper sebagai
berikut(Yeni, n.d.):
a. Proper Emas
Perusahaan Telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan
dan melakukan upaya-upaya pengembangan masyarakat secara berkesinambungan.

b. Proper Hijau
Perusahaan yang telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang
dipersyaratkan, telah mempunyai:
a. Keanekaragaman Hayati
b. Sistem Manajemen Lingkungan
c. 3R Limbah Padat
d. 3R Limbah B3
e. Konservasi Penurunan Beban Pencemaran Air
f. Penurunan Emisi
g. Efisiensi Energi

c. Proper Biru
Perusahaan Telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan yang dipersyaratkan
sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku (telah memenuhi semua aspek
yang dipersyaratan oleh KLH) ini adalah nilai minimal yang harus dicapai oleh
semua perusahaan dalam bidang:
a. Penilaian Tata Kelola Air
b. Penilaian Kerusakan Lahan
c. Pengendalian Pencemaran Laut
d. Pengelolaan Limbah B3
e. Pengendalian Pencemaran Udara
f. Pengendalian Pencemaran Air
g. Implementasi AMDAL
d. Proper Merah
Perusahaan sudah melakukan upaya pengelolaan lingkungan, akan tetapi baru
sebagian mencapai hasil yang sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan dalam bidang:
a. Penilaian Tata Kelola Air
b. Penilaian Kerusakan Lahan
c. Pengendalian Pencemaran Laut
d. Pengelolaan Limbah B3
e. Pengendalian Pencemaran Udara
f. Pengendalian Pencemaran Air
g. Implementasi AMDAL

e. Proper Hitam
peringkat paling bawah dalam mengelola lingkungan, Belum melakukan upaya dalam
pengelolaan lingkungan sebagaimana yang dipersyaratkan sehingga berpotensi
mencemari lingkungan , dan beresiko untuk ditutup ijin usahanya oleh KLH dalam
bidang:
a. Penilaian Tata Kelola Air
b. Penilaian Kerusakan Lahan
c. Pengendalian Pencemaran Laut
d. Pengelolaan Limbah B3
e. Pengendalian Pencemaran Udara
f. Pengendalian Pencemaran Air
g. Implementasi AMDAL
Kriteria ketaatan digunakan untuk pemeringkatan adalah biru, merah dan hitam .
Sedangkan kriteria penilaian aspek lebih dari yang dipersyaratkan (beyond
compliance) adalah hijau dan emas.
BAB IV
HASIL PELAKSANAAN MAGANG INDUSTRI

4.1 Waste Water Treatment Plant (WWTP)


Sejarah WWTP PT. Firmenich Aromatics Indonesia, pada tahun 2012,
merupakan awal pembangunan WWTP di PT. Firmenich Aromatics Indonesia
(Presentasi PT GPE Sejarah WWTP PT Firmenich Aromatics Indonesia ). Pada awal
WWTP ini telah dibangun menggunakan pengolahan biologis (aerob dan anaerob),
fisika (Filter, Equalis, dan Sedimentasi) dan kimia (flokulasi dan koagulasi).Pada
awal pembangunan sistem WWTP ini telah menghabiskan anggaran dana Rp.
2.400.000.000. Skema pengolahan air limbah diawal pembangunan sebagai berikut:

Gambar 4. Flow Proses Pengolahan Limbah Cair /WWTP tahun 2012


Gambar 4. Skema Pengolahan Cair Tampak Atas Tahun 2012
Kemudian pada tahun 2013 sistem WWTP di lakukan improvement dengan
menambah pompa centrifugal pada pit produksi, karena sebelumnya pit produksi
kerap luber dikarenakan pompa existing pada pit produksi jumlahnya kurang.
Sehingga dengan penambahan kapasitas pompa diharapkan tidak terjadi luber
kembali.
Pada tahun 2014, ditemukan permasalahan pada proses drying bed, dimana
sludge hasil drying bed masih tinggi (± 300 drum/bulan). Dengan demikian, biaya
pembuangan sludge pada drying bed masih kurang effisien karna kadar air yang
terdapat pada sludge masih >90%. Bukan hanya itu, waktu pengeringan yang lama
dan proses pengangkatan sludge dari dryingbed cukup susah menjadikan proses
dryingbed masih dikatakan belum effisien. Sehingga pada tahun 2014 dilakukan
improvement kembali dengan penambahan alat berupa filterpress, untuk
menggantikan Drying bed. Penambahan alat drying bed bertujuaan mengurangi kadar
air pada sludge yang akan dibuang ke pihak ketiga. Kadar air turun 80% dari kadar
air sebelumnya, sehingga kadar air pada sludge yang dibuang menjadi <70%.
Gambar 4. Flow Proses Pengolahan Limbah Cair tahun 2014

Gambar 4. Pengolahan Limbah Cair tampak Atas tahun 2014


Pada tahun 2015 terjadi perombakan dengan penambahan jumlah pit produksi
atau pit penampungan yaitu pit 1,2,dan 3. Penambahan pit ini untuk mencegah
terjadinya overload kapasitas. Penambahan pit ini dikarenakan collecting pit yang
lama kapasitasnya kurang dibanding dengan fluktuasi jumlah limbah yang tinggi.
Penambahan pit ini meluncurkan biaya hingga Rp. 1.187.189.770. sehingga
diharapkan dengan adanya penambahan pit ini dengan debit limbah yang cukup besar
dan frekuensi yang cukup banyak tidak akan terjadi overload.
Gambar 4. Flow Proses Pengolahan Limbah Cair tahun 2015

Gambar 4. Pengolahan Limbah Cair Tampak Atas tahun 2015


Pada tahun 2016, terdapat banyak perombakan disain bak. Mulai dengan
Sedimentasi 1, Conditioning tank, Sedimentasi 2, dan New Control tank. Perombakan
disain ini terjadi dikarnakan Sedimentasi 1 Sering terjadi floating sludge karna, slope
rendah mengakibatkan banyak sludge ikut keluar ke proses berikutnya. (Solusi : slope
menjadi 60 derajat). dengan begitu sludge yang ditransfer, merupakan sludge yang
berat hingga tidak terjadi floating. Selain itu pada Conditioning Tank terdapat
kendala Sludge ringan masuk ke proses UASB. Maka perlu dibuatkan sekat untuk
menahan sludge agar tidak masuk atau ikut masuk pada proses di UASB. Pada
Sedimentasi 2 juga Sering terjadi floating sludge karna, slope rendah mengakibatkan
banyak sludge ikut keluar ke proses berikutnya sehingga juga perlu dilakukan
perbaikan dengan mengubah derajad slope menjadi 60derajat. New Contorol Tank
Bak lama difungsikan sebagai bak Sedimentasi 3. Agar sedimentasi lebih optimal
pada tahun 2016 terdapat perombakan dan perubahan

Gambar 4. Flow Proses Pengolahan Limbah Cair tahun 2016

Gambar 4. Pengolahan Limbah Cair Tampak Atas Tahun 2016


Pada tahun 2017 terdapat perubahan yaitu penambahan Inverter, perluasan
office WWTP dan pelapisan FRP (Fiber Reinforced Plastic) pada Collecting Pit.
Tujuan penambahan Inverter ini untuk mereduce konsumsi listrik sehingga konsumsi
listrik lebih efisien. Tujuan pelapisan FRP pada collecting pit ini yaitu agar mencegah
terjadinya kebocoran pada Pit akibat resapan atau celah pada collecting pit. Dalam
perubahan di tahu ini tidak mengubah flow proses pengolahan limbah cair.

Pada tahun 2018 terdapat penambahan filter, pemasangan Sludge thickner,


penggunaan bakteri biowaste dan pemasangan difusser pada pit 3. Tujuan
penambahan filter yaitu untuk mendapatkan nilai COD memenuhi standar dan hasil
air yang jernih penambahan filter ini diletakkan setelah control tank. Pemasangan
sludge thickner ini bertujuan untuk menampung sludge sebelum difilter press,
diharapkan agar kadar air pada sludge berkurang. Tahun 2018 ini penggunaan bakteri
biowaste untuk mereduksi kadar COD dalam air limbah. Dengan penggunaan
biowaste ini diharapkan mengurangi penggunaan chemical sehingga penggunaan
chemical hentikan. Tujuan pemasangan diffuser di pit 3 yaitu selain untuk
menghomogenkan juga dapat meningkatkan nilai DO sehingga nilai COD turun. Pada
Pit 3 ini merupakan pit pencampuran dari limbah yang ada di Pit 1 dan Pit 2 yang
memiliki karakteristik pH limbah yang berbeda yaitu dengan pH asam dan pH basa.
Sehingga di Pit 3 dapat mendapatkan pH balance mendekati pH normal.

Pada tahun 2019 memodifikasi conditioning tank IV (gutter) dan memodifikasi


conditioning tank tahap II. Tujuan modifikasi ini yaitu menyesuaikan perubahan alur
pada tahapan proses yang dimana mengharuskan menambah sedimentasi, adapun
modifikasi dilakukan di control tank dengan disekat untuk menjadi bak sedimentasi
dan conditioning tank tahap II yaitu perbaikan karena sudah mulai keropos.

Pada tahun 2020 terdapat pemasangan jalur pipa air panas yang dialirkan ke
post treatment sehingga temperature air yang dibuang tidak setinggi yang air panas
inlet.
Gambar 4. flow Proses Pengolahan Limbah Cair tahun 2020
Dari Improvement yang telah dilakukan pada tahun 2020 hingga tahun 2021 ini
proses pengolahan air limbah yang sekarang yaitu alurnya prosesnya yaitu Sumber
limbah cair akan di tampung sementara di PIT PRODUKSI, PIT DOMESTIK, PIT
DOMESTIK ENGINERING, PIT ECOBULK kemudian dari masing masing pit yang
ada diteruskan ke PIT 1,2,3 dan di proses untuk menurunkan kadar COD, TSS, dan
meningkatkan kada DO dan menetrakan pH sehingga pemberian bakteri untuk
menguraikan polutan diperlukan dan NaOH untuk menetralkan atau mendekati netral
pada pH limbah yang terlalu asam sehingga bakeri pengurai polutan tidak terlalu
berat bekerja akibat pH yang terlalu ekstrim. Kemudian dari Pit 1,2,3 menuju Pit
Ekualisasi dengan melewati alat screen terlebih dahulu sehingga kotoran kotoran
yang cukup besar dapat terpisah. Di Pit Ekualisasi ini dijaga nilai DO dan pH ,
dengan adanya pH yang terpantau secara oto,atis apabila nilai pH rendah maka
NaOH akan tersuplay. Dari Pit Ekualisasi Transfer ke Aerasi 1 untuk menurunkan
kadar COD dan meningkatkan kembali nilai DO. Selanjutnya secara overflow menuju
ke sedimentasi 2 yang keudian di transfer ke Aerasi 2 yang dimana bakteri lebih
stabil dan kembali dengan tujuan menurunkan kadar COD. Dari Aerasi 2 secara
overflow menuju ke sedimen 3. Apabila sedimen 3 telah penuh secara overflow juga
menuju pit pra flokulasi dan koagulasi. Pit ini menampung dari pit sedimentasi 3
dimana secara otomatis apabila menyetul level control pompa akan bekerja
mentransfer menuju ke koagulasi dan flokulasi yang kemudian menuju pit
sedimentasi 1 secara overflow. Dalam pit sedimentasi 1 ini terdapat air panas yang
berasal dari sealing water secara kandungannya masih memenuhi baku mutu namun
karena temperaturnya melebihi yang regulasi sehingga perlu di turunkan. Selain itu
dengan ditambahnya sealing water ini dapat ngurangi kadar COD dan TSS yang akan
pada air olahan WWTP dengan prinsip pengenceran. Dari sedimentasi 1 menuju
secara overflow menuju pit yang kemudian ditransfer dengan pompa secara otomatis
menuju filtrasi (sand filter dan karbon filter). Setelah melalui proses filtrasi kemudian
menuju control tank dan keluar rillis ke saluran KIIC. Adapun skema flow proses
sebagai berikut:
Penuangan Manual
Nutrien
Sealing water CDL Produksi CDL Produksi PP Transfer Dust Blowdown Boiler

Pit
Pit Domestik Pit Produksi Ecobulk TPS B3 Eyeshower
Engineering

Chemical
Pit 1 Pit 2 Pit 3
Storage

Screen

NaOH
Bak Equalisasi Pompa dosing dari ruang pelarutan

Pompa dosing dari ruang pelarutan


Aerasi 1
Penambahan bakteri
FOG, WWTP

Sedimentasi 2 Blower

Injek Udara

Aerasi 2

Sedimentasi 3

Koagulasi dan
flokulasi

Sedimentasi 1

Filter WWTP
Penambahan
Sludge Holding
PAC
Jalur Air Limbah
Feeding Chemical dan Biowaste
Outlet WWTP Return Air Limbah Sludge
Sludge thickener
Jalur Sludge
Return Sludge Halus
Jalur Udara
Filter press

Pit 3 Filter press


(Liquid) (Sludge)

Gambar 4. Diagram Proses Pengolahan Limbah Cair sesuai di Lapangan 2021


Waste Water Treatment Plant yang ada di PT. Firmenich Aromatics Indonesia
merupakan bagian dari divisi Engineering dibawah naungan Utility, namun WWTP
dikelola oleh pihak ketiga yaitu PT. Gasti Parama Estu. WWTP merupakan
pengolahan limbah cair yang berasal dari seluruh proses di pabrik. dalam proses
pengolahan limbah cair terdapat 2 parameter yang digunakan sebagai baku mutu,yaitu
:
4.1.1 Parameter Fisik
Parameter fisik dari air limbah biasanya berhubungan dengan indra manusia
seperti penglihatan, sentuhan, rasa, atau penciuman. Untuk kategori ini adalah
meliputi:
- Temperatur - Warna
- Zat padat terlarut - Bau
- Zat padat tersuspensi - Turbidity (kekeruhan)
Sistem pengolahan yang umum digunakan untuk menghilangkan/ mengurangi
beban parameter fisik adalah melalui sistem koagulasi (pengadukan cepat), flokulasi
(pengadukan lambat), pengendapan (sedimentasi) dan filtrasi.
Parameter Fisik dilaporkandan dipantau dalam daily report sehingga tetap
terjaga kondisinya apabila terjadi perubahan dapat diketahui. Pengukuran tersebut
diamati setiap hari dan dilaporkan setiap bulan untuk perkembangannya. Berikut
merupakan hasil analisa parameter fisik dari pihak ketiga:
Tabel 4. Hasil Analisa Laboratorium Eksternal Parameter Fisik
Hasil
Baku Influent Influent
No Parameter
Mutu Domesti Produksi Maret April Mei
k
FISIK
1. Suhu 38 29,8 46,1 31,6 33,1 32
2. Padatan terlarut 2000 1030 3760 416 364 464
3. Padatan tersuspensi 200 30 164,4 <2,37 7,7 72
4. Warna 300 56,5 197,3 5,4 7,1 13,6
Warna dari luaran air limbah secara tertulis dalam pelaporan setiap hari
memang tidak ada namun akan terlihat dalam hasil pengujian analisa air limbah yang
dilakukan oleh pihak ketiga. Selain itu nilai temperatur dilakukan dari sebelum bulan
April namun setelah terdapat kesepakan dan rata-rata temperatur air limbah masih
aman untuk keadaan bakteri maka pengecekan termperatur sudah tidak dilakukan
untuk harian namun masih tetap dilakukan pengecekan pada hasil analisa
pengambilan sampel yang dilakukan oleh pihak ketiga. Dari hasil parameter fisika
nilai masing masing parameter setelah melalui proses pengolahan nilainya dibawah
nilai limit baku mutu. Dengan begitu air pengolah memenuhi standart dan boleh rillis
kesaluran KIIC.
4.1.2 Parameter Kimia
Parameter Kimia merupakan kandungan yang ada pada kontaminan yang dapat
diukur dengan menggunakan suatu alat tertentu. Sedangkan untuk unsur/ senyawa
yang termasuk di dalam parameter kimia meliputi:
- COD- Organik
- BOD- Amonia
- Phenol - Besi terlarut
- Nitrit- Mangan terlarut
- Nitrat - Barium, dll.
Pengolahan yang sesuai untuk mengurangi/ menghilangkan parameter-
parameter tersebut yang berlebih di dalam air antara lain dengan sistem aerasi
aerobik, koagulasi–flokulasi, filtrasi ,demineralisasi, oksidasi dan lain-lain.
Pengujian parameter kimia yang terkandung pada air limbah dilakukan
dilaboratorium atau ruang analisis berupa kandungan COD, untuk parameter kimia
lainnya dilakukan dilakukan oleh pihak ketiga

4.1.3 Sumber Limbah Cair Perusahaan


Limbah yang diolah di system WWTP PT. Fiermenich Aromatics Indonesia
bersumber dari kegiatan domestik juga kegiaatan produksi. Selain itu karena mesin
yang dalam keadan menyala maka akan mengalami peningkatan suhu akibat gesekan
mesin. Untuk itu mak mesin juga perlu didinginkan. Air yang digunakan untuk
mendinginkan sebuah mesin merupakan air yang tidak dapat dikeluarkan
kelingkungan namun harus di olah terlebih dahulu sehingga memenuhi baku mutu.
Karena air tersebut sudah terkontaminasi atau sudah dikategorikan air limbah.

Adapun sumber limbah yang masuk ke sistem WWTP antara lain:

1. Proses CIP mesin produksi


Proses CIP merupakan penyumbang limbah cair terbanyak. Dimana setiap 1
kali CIP CDL bisa hingga 50-60 m 3. Selain itu ada proses CIP dari Pilot
plan, walaupun kebutuhan CIP tidak sebanyak pada CIP CDL namun
frekuensinya lebih sering sehingga penyumbang limbah cair terbanyak pada
produksi
2. Kegiatan domestik kamar mandi
Kegiatan domstik tidak dapat dipungkiri pasti akan menghasilkan limbah cair.
Adapun kegiatan domestik yang dimaksud yaitu kegiatan cuci tangan,
kegiatan MCK dan kegiatan domestik lainnya. Limbah yang berasal dari
kegitan domestik akan ditampung terlebih dahulu di pit domestik yang
kemudian akan dipompa menuju system WWTP
3. Kantin dengan limbah cair dari pencucian piring
Kegiatan kantin ini tidak dipungkiri menghasilkan limbah cair berasal dari
wastafel pencucian piring dan juga wastafel cuci tangan yang ada di kantin.
Limbah ini termasuk dalam limbah domestik. Sehingga limbah cair dari
kantin ini akan menuju pit domestik kemudian dipompa menuju pit pada
system WWTP
4. Blowdown boiler
Blowdown boiler merupakan kegitan utility boiler. Tujuan blowdown boiler
ini yaitu membersihkan air yang ada dalam boiler agar tidak menghasilkan
kerak-kerak dan merusak mesin boiler.adapun proses blowdown boiler terjadi
2 jam sekali dan berlangsung selama 40 detik. Air blowdown boiler ini
merupakan air yang telah jenuh.
5. Air panas reject RO
Air panas yang masuk ke system WWTP merupakan air dari Rejeck RO dan
juga air dari Sealing water. Air ini secara visual tidak terlihat kerus namun
karena temperaturnya yang tinggi sehingga tidak dapat dibuang secara
langsung melainkan harus di turunkan temperaturnya. Air panas ini
sebenarnya masih dibawah baku mutu dari batas baku mutu air limbah yang
dibung ke WWTP kaawasan. Karena limbah cair yang telah di proses ini
mengikuti regulasi bahwa limbah cair yang sudah di oleh tetep harus di buang
ke saluran KIIC
6. Cleaning
Kegiatan cleaning juga menghasilkan limbah cair. Dari kegiatan cleaning
tersebut air sisaan pembersihan akan masuk kesaluran tertentu yang sudah
disediakan. Saluran tersebut langsung masuk ke pit produksi. Yang kemudian
dari pit produksi tersebut dipompa ke pit 1,2,3 .
7. Pencucian pallet
Kegiatan pencucian pallet menghasilkan limbah cair dimana akan dialirkan ke
pit ecobulk dan dilanutkan ke pit 3. Palet yang telah digunakan, dikeluarkan
dari harehouse kemudian di bawa ke tempat pencucian pallet, setelah pallet
dibersihkan kemudian dan kering di bawa kegudang.
8. Filterpreess sludge
Filterpreess merupakan alat yang ada di WWTP untuk mengelola Sludge agar
kandungan airnya berkurang. Sludge yang memiliki kandungan air tinggi akan
berpengaruh pada total penimbangan saat dipihak ketigakan. Untuk
membuang sludge diperlukan cost. Apabila kandungan air tinggi maka berat
sludge semakin tinggi dan cost yang tiingi juga. Untuk itu perlu difilterpress
agar kandungan air turun . air yang keluar dari alat filter press ini akan di
kembalikan kesistem WWTP

4.2 Standart Operational Procedur (SOP) dan Instruksi Kerja (IK)


Operasional WWTP dilakukan oleh Operator dimana jam kerja terbagi menjadi
3 shift dan setiap shift terdapat 1 operator untuk mengoperasikan dan mengawasi
sistem di WWTP. WWTP memiliki 4 orang Operator dimana akan dibagi sedemikian
rupa sehingga 1 minggu full pasti akan ada yang menjaga dan mengawasi WWTP. Di
WWTP terdapat SOP dimana SOP ini sebagai dasar menjalankan sistem WWTP
beserta penjelasan dan alur flow WWTP. Adapun SOP di WWTP yaitu sebagai
berikut:
Nutrien
Sealing water CDL Produksi CDL Produksi PP Transfer Dust Blowdown Boiler

Pit
Pit Domestik Pit Produksi Ecobulk TPS B3 Eyeshower
Engineering

Chemical
Pit 1 Pit 2 Pit 3
Storage

Penambahan bakteri
Screen
FOG, WWTP

NaOH
Bak Equalisasi

Aerasi 1
Penambahan bakteri
FOG, WWTP

Sedimentasi 2

Aerasi 2

Sedimentasi 3

Koagulasi dan
flokulasi

Sedimentasi 1

Filter WWTP
Penambahan
Sludge Holding
PAC
Jalur Air Limbah
Feeding Chemical dan Biowaste
Outlet WWTP Return Air Limbah Sludge
Sludge thickener
Jalur Sludge
Return Sludge Halus

Filter press

Pit 3 Filter press


(Liquid) (Sludge)

Gambar 4. Diagram Proses Pengolahan Limbah Cair dalam SOP tahun 2021
Walaupun Instruksi Kerja (IK) merupakan dokumen yang mendukung
dokumen SOP dimana dokumen IK lebih banyak karena setiap pekerjaan yang ada di
WWTP memiliki langkah kerja masing-masing.
4.2.1 Deskripsi dan Prosedur Pengoperasian
Air Limbah yang ada di PT. Firmenich Aromatic Indonesia dihasilkan oleh
proses produksi, domestic maupun yang lain. Pada proses waste water treatment
plant yang dilakukan pada PT. Firmenich Aromatic Indonesia dihasilkan oleh
produksi CDL, produksi PP, transfer manual dust, blowdown boiler, pit domestic, pit
engineering, sealing water dan reject RO water, chemical storage, TPS B3, dll)
4.2.1.1 Deskripsi unit pengoperasian
a. Sump Pit – (Pit Produksi, Pit 1, Pit 2, Pit 3)
Air limbah yang bersumber dari produksi (CDL, PP, Mix Dust dan Outlet
overflow return sealing water), domestik, Pit Engineering, dan Pit Chemical Storage
ditampung sementara di sump pit sebelum dialirkan kedalam proses pengolahan air
limbah. Aliran air dari Pit produksi akan dipompa masuk kedalam sump pit yang
telah dilengkapi water level control pada ke Pit 1, Pit 2, dan Pit 3. Kapasitas
penampungan untuk Pit 1 sebesar 126,36 m3 , Pit 2 sebesar 126,36 m3 , dan Pit 3
sebesar 249,48 m3. Setiap pit penampungan ini dilengkapi dengan alarm level,
dimana semua alarm memiliki total setting level pada titik 100 m3. Jika air limbah
yang tertampung didalam salah satu bak pit mencapai level yang ditentukan yaitu
mencapai ketinggina kurang dari 50 cm maka alarm level bak pit akan berbunyi,
maka operator bertugas untuk segera memindahkan supply pada bak lainnya, dan
menghentikan supply air limbah ke bak tersebut. Jika semua bak pit terisi sampai
alarm berbunyi maka operator segera menginformasikan pada spv WWTP atau
Manager Utillity agar dapat menghentikan supply limbah dari produksi. Pemantauan
yang dilakukan pada sump pit adalah kondisi pompa dan level air sesuai dengan Form
Daily Inspection WWTP. Untuk keadaan darurat (emergency) diterangkan lebih
lanjut pada Working Instruction Emergency WWTP.(Dokumen SOP WWTP PT.
Firmenich Aromatics Indonesia Indonesia, 2020)
b. Screen
Berfungsi untuk menyaring padatan di air limbah dilengkapi dengan tampungan
padatan dan/atau serpihan padatan lain yang akan menganggu proses selanjutnya.
Pemantauan yang dilakukan pada Screen adalah kondisi kebersihan screen dan
instalasinya sesuai dengan Form Daily Inspection WWTP.
c. Bak Equalization
Berfungsi untuk membuat kondisi air yang homogen baik secara kuantitas
(debit, m3/jam) maupun kualitas air limbah sebelum masuk ke sistem pengolahan
selanjutnya. Bak Equalization ini digunakan dengan tujuan jika terjadi shock loading
(akibat adanya fluktuasi air limbah) dapat dicegah. Shock loading itu sendiri adalah
keadaan dimana air limbah yang masuk pada waktu tertentu sangat besar sekali
secara debit atau sangat buruk sekali secara kualitas sehingga dapat merusak kinerja
sistem pengolahan berikutnya. Karena desain dari intalasi pengolahan air limbah ini
adalah didasarkan atas debit rata-rata dan kualitas air limbah rata-rata. Pada bak
Equalization dilakukan penambahan bakteri biowaste FOG untuk menguraikan lemak
dan minyak yang masuk. Untuk pembuatan bakteri dijelaskan dalam working
instruction. Pemantauan yang dilakukan adalah pengecekan kadar COD, TSS, DO
dan pH untuk Daily Inspection dalam Report Daily. Melakukan pemantauan sesuai
dengan Form Inspection Performance WWTP serta Form Daily Inspection WWTP
berupa debit air. Monitoring proses untuk Bak Equalis dilakukan setiap hari.
d. Aerasi 1
Aerasi 1 ini berfungsi sebagai proses penguraian air limbah dengan bantuan
bakteri aerobik. Proses Aerasi 1 merupakan proses pendegradasi air limbah pertama
dalam proses Waste Water Treatment. Proses Aerasi 1 merupakan proses lumpur aktif
dimana air limbah akan di degradasi dengan bakteri yang terdapat pada lumpur aktif
tersebut. Proses awal terbentuknya lumpur aktif dilakukan menggunakan proses jar
tes dimana limbah organik akan ditampung pada tangki dengan ditambah kultur
bakteri aerobik yang dijaga/dipertahankan dalam suspense fidding bakteri dengan
Biowaste WWTP. Pemantauan jumlah koloni/populasi bakteri akan tercatat dalam
Form Daily Inspection WWTP. Proses aerobik pada Aerasi 1 memerlukan supply
udara dengan menggunakan surface aerator dengan tujuan agar bakteri dalam air
masih mendapatkan oksigen untuk berkembang biak. Pemantauan yang dilakukan
pada Aerasi 1 adalah pengecekan kadar MLSS, SV30 (Sludge Volume 30 menit),
DO, suhu, warna, bau dan pH sesuai dengan Form Inspection Performance WWTP,
Form Daily Inspection WWTP, dan Form Monitoring Sludge Aerasi WWTP.
Monitoring proses untuk bak Aerasi 1 dilakukan setiap hari.
e. Sedimentasi 2
Sedimentasi 2 ini memiliki fungsi untuk memisahkan lumpur (bakteri) dan
lumpur (bakteri mati) dari air limbah yang telah diolah dengan proses aerobic (Aerasi
1). Sebagian lumpur aktif yang tidak dapatmengendap pada proses sedimentasi
dipompa kembali ke bak aerasi 1 sebagai bahan umpan bakteri pada aerasi 1, untuk
menjaga supaya konsentrasi masa mikroorganisme (bakteri) pada bak aerasi 1 tetap
terjaga (dapat dilihat pada nilai SV 30). Sedangkan sebagian lumpur yang dapat
mengendap (bakteri mati) akan dipompa ke sludge holding tank lalu akan di proses
sesuai jalur sludge. Monitoring proses untuk bak Sedimentasi 2 dilakukan setiap hari.
Hal itu mencangkup pencatatan kualitas air limbah (COD dan TSS).
f. Aerasi 2
Aerasi 2 ini berfungsi sebagai proses penguraian air limbah dengan bantuan
bakteri aerobik. Proses Aerasi 2 merupakan proses pendegradasi air limbah kedua
dalam proses waste water treatment. Proses Aerasi 2 merupakan proses lumpur aktif
dimana air limbah akan di degradasi dengan bakteri yang terdapat pada lumpur aktif
tersebut. Perbedaan antara Aerasi 1 dan Aerasi 2 terletak pada kadar input air limbah,
dimana air limbah yang akan di degradasi konsentrasinya jauh lebih rendah dari pada
aerasi 2. Proses awal terbentuknya lumpur aktif dilakukan menggunakan proses
jartest dimana limbah organic akan ditampung pada tangki dengan ditambah kultur
bakteri aerobik yang dijaga/dipertahankan dalam suspense fidding bakteri dengan
Biowaste WWTP. Pemantauan jumlah koloni/populasi bakteri akan tercatat dalam
Form Daily Inspection WWTP. Proses aerobik pada Aerasi 2 memerlukan supply
udara dengan menggunakan surface aerator dengan tujuan agar bakteri dalam air
masih mendapatkan oksigen untuk berkembang biak. Pemantauan yang dilakukan
pada Aerasi 2 adalah pengecekan kadar MLSS, SV30 (Sludge Volume 30 menit),
DO, suhu, warna, bau dan pH sesuai dengan Form Inspection Performance WWTP,
Form Daily Inspection WWTP, dan Form Monitoring Sludge Aerasi WWTP.
Monitoring proses untuk bak Aerasi 1 dilakukan setiap hari.
g. Sedimentasi 3
Sedimentasi 3 ini memiliki fungsi untuk memisahkan lumpur (bakteri) dan
lumpur (bakteri mati) dari air limbah yang telah diolah dengan proses aerobic (Aerasi
2). Sebagian lumpur aktif yang tidak dapat mengendap pada proses sedimentasi
dipompa kembali ke bak aerasi 2 sebagai bahan umpan bakteri pada aerasi 2, untuk
menjaga supaya konsentrasi masa mikroorganisme (bakteri) pada bak aerasi 2 tetap
terjaga (dapat dilihat pada nilai SV 30). Sedangkan sebagian lumpur yang dapat
mengendap (bakteri mati) akan dipompa ke sludge holding tank lalu akan di proses
sesuai jalur sludge. Monitoring proses untuk bak Sedimentasi 1 dilakukan setiap hari.
Hal itu mencangkup pencatatan kualitas air limbah (COD dan TSS).
h. Koagulasi dan Flokulasi
Koagulasi berfungsi untuk mendestabilkan polutan di air limbah supaya bisa
diikat dengan PAC sehingga membentuk flok. Sedangkan flokulasi berfungsi sebagai
unit untuk membentuk flok yang lebih besar dengan menambahkan flokulan (PE) ke
dalam bak flokulasi. Pembuatan larutan kimia PAC untuk proses koagulasi dan
polimer untuk proses flokulasi dijelaskan di working instruction. Pemantauan yang
dilakukan sesuai dengan Form Daily Inspection WWTP.
i. Sedimentasi 1
Proses yang dilakukan pada sedimentasi 1 sama dengan proses yang terjadi
pada sedimentasi 2,dan 3. Dengan adanya sedimentasi 1 ini bertujuan untuk
menambah waktu proses pengendapan sludge pada air limbah dan air return sealing
water, sehingga sludge yang terserap dan tertarik pada sludge holding tank
merupakan sludge tanpa adanya mikroorganisme (bakteri) yang tercampur pada
sludge tersebut. Danjuga untuk jalur air limbah yang telah terpisah dengan sludge
akan di filter dengan filter sand dan carbon. Monitoring proses untuk bak Sedimentasi
2 dilakukan setiap awal shift 1.
j. Filter
Berfungsi sebagai unit penyaringan akhir, dilengkapi dengan bak feed filter
untuk penampungan air limbah yang akan dipompakan ke filter WWTP. Filter yang
ada berupa sand filter yang berfungsi untuk menyaring padatan atau endapan yang
masih terbawa serta carbon filter yang berfungsi untuk menyerap warna dan bau pada
air limbah sebelum dikeluarkan ke WWTP kawasan melalui bak kontrol tank dan
control KIIC. Monitoring proses untuk bak filter carbon dan sand dilakukan setiap
hari. Hal itu mencangkup visual (warna, bau, busa), dan pengecekan periode proses
(backwash, rinsing, service). Untuk menjaga filter berfungsi dengan semestisnya
dilakukan proses backwash sand dan filter carbon setiap hari sesuai dengan
IK Backwash Filter WWTP.
k. Sludge Holding Tank
Berfungsi sebagai tempat penampung sludge sementara sebelum diolah lebih
lanjut. Monitoring proses untuk bak sludge holding tank dilakukan setiap hari. Hal itu
mencangkup visual (warna, bau, busa), kondisi sludge (bau, warna, kandungan air).
Pada proses antara sludge holding tank dengan sludge thickener dilakukan
penambahan chemical PAC, dengan tujuan agar sludge yang nantinya akan di press
menggunakan filter press merupakan sludge dengan padatan yang solid.
l. Sludge Thickener
Berfungsi Sebagai tempat pemisahan antara air dan lumpur sebelum di press
pada proses selanjutnya. Monitoring proses untuk bak sludge thickener dilakukan
setiap hari. Hal itu mencangkup visual (warna, bau, busa), kondisi sludge (bau,
warna, kandungan air).
m. Filter Press
Berfungsi sebagai unit pemisahan air dengan sludge dengan cara di press.
Detail proses filter press dijelaskan dalam working instruction. Lumpur yang
dihasilkan merupakan limbah B3 yang nantinya akan diserahkan pada pihak ke-3
untuk dilakukan pengelolaan lebih lanjut, detail penjelasan handling serta
penyimpanan sementara sludge filter press dijelaskan dalam working instruction.
Pemantauan dilakukan untuk sludge hasil filter press sesuai dengan IK Pengoperasian
Filter Press.
4.2.1.2 Pemeliharaan dan Perbaikan unit WWTP
Pemeliharaan dan Perbaikan unit di WWTP ada beberapa hal yang harus di
perhatikan, Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Lakukan pemantauan secara berkala yang dilakukan oleh operator WWTP
sesuai dengan Form Daily Inspection WWTP.
2. Jika dalam pemantauan ditemukan ketidaksesuaian dengan standar yang
ditentukan dalam form, maka operator WWTP wajib melaporkan ke
atasannya untuk di follow up lebih lanjut.
3. Lakukan kalibrasi terhadap instrumen-instrumen terkait seperti alat
laboratorium, alat ukur, dan flowmeter untuk menjaga validasi instrumen.
4.2.1.3 Pengendalian Kondisi Darurat
Pengendalian Kondisi Darurat juga perlu diperhatikan, dalam dokumen SOP
terdapat point pengendalian kondisi darurat, adapun pengendalian kondisi darurat
tersebut sebagai berikut:

1. Jika terjadi shockload di pengolahan WWTP, maka operator/penanggung


jawab WWTP wajib menginformasikan sesegera mungkin ke SPV/Manager
Engineering yang sedang standbye kemudian mengkonfirmasi ke bagian
produksi (SPV Produksi yang sedang stanby) dan management agar dapat
menghentikan supply water ke WWTP. Jika diperlukan, panggil pihak ke tiga
untuk pengambilan overflow waste water tersebut.

2. Jika terjadi overflow, maka operator/penangung jawab WWTP segera


menginformasikan ke SPV/Manager Engineering dan segera melakukan
tindakan penutupan supply dan penutupan pintu air saluran keluar area pabrik
agar tidak keluar area pabrik dan segera mengumpulkan tumpahan untuk
ditampung dipenampungan sementara.

3. Hal ini terlampir pada IK Kondisi Emergency WWTP


4.2.2 Dokumen Instruksi kerja (IK)
Dokumen Instruksi Kerja yang ada di area WWTP terdapat beberapa
pengelompokan yaitu sebagai berikut:
1. Dokumen IK Analisa
Dalam dokumen IK Analisa limbah WWTP yaitu berisi dokumen mengenai
analisa COD, DO, TSS, dan pH. Analisis parameter tersebut dilakukan setiap hari di
shift 1 sehingga setiap harinya dilakukan pengecekan parameter tersebut dan data
tersebut akan diolah menjadi kajian data untuk monthly report. Untuk pengecekan
dokumen IK tersebut masih sesuai atau tidak maka dilakukan audit internal yang
dimana biasannya dilakukan sebelum mendekati Audit Eksternal. Sehingga apabila
terdapat kekurangan atau ketidak sesuaian akan segera diperbaiki dan saat dilakukan
Audit Eksternal tidak terjadi temuan.
2. Dokumen IK Amergency
Dokumen IK amergency ini berisi mengenai cara apa bila terjadi kondisi
darurat langkah apa saja yang harus dilakukan maka akan tercantum pada Dokumen
IK Amergency. Adapun kondisi Amergency yang ada di WWTP yaitu apabila terjadi
tercebur dikolam atau bak selanjutnya itu kondisi amergency apabila terjadi
kebocoran atau jebol pit, meluber atau overflow. Sehingga apabila terjadi kondisi
Amergency ini untuk mengangani kondisi tersebut lebih mudah .
3. Dokumen IK pembuangan Limbah COD
Dokumen IK pembuangan limbah COD ini berisi mengenai bagaimana
pembuangan limbah hasil analisa COD yang memiliki karakteristik karsinogenik
sehingga tidak dapat dibung begitu saja. Dalam IK yang ada pembuangan masih
menggunakan Ember dan karena limbah analisa COD ini berupa botol-botol atau
kuvvet tertutup sehingga lebih mudah dengan menutup rapat kemudian dikumpulkan
di sebuah plastik hingga 1 minggu kemudian limbah analisa COD ini dibuang ke TPS
B3 dan dibuang ke pihak ketiga
4. Dokumen IK Pelarutan Kimia
Pelarutan bahan kimia yang ada di WWTP yaitu pelarutan NaOH dan PAC.
Selain itu terdapat pelarutan bakteri Biowaste. Untuk jumlah takaran bahan kimia
disesuaikan dengan kebutuhan,kebutuhan NaOH disesuaikan dengan pH yang ada di
PIT Equalis sehingga apabila mendekati normal pHnya maka otomatis supplay NaOH
akan berhenti. Penggunaan Biowaste setiap harinya 50 g bakteri FOG 50 gram
Bakteri WWTP
5. Dokumen IK Sludge
File dokumen IK Sludge terdapat 3 dokumen yaitu IK pengukuran sludge
Volume, handling sludge dan juga pengoperasian mesin filterpress.
6. Dokumen IK Penganbilan Air Limbah
Dokumen IK pengambilan air limbah ini bertujuan untuk menyesuaikan
pengambilan sampel yang sesuai dengan regulasi dari KIIC sehingga hasil yang
sampel yang didapatkan sesuai dan hasilnya akurat
4.3 Dokumen Kelesamatan Kesehatan Kerja yang ada di WWTP
Dokumen K3 yang ada di Waste Treatment Plant terdapat yang setiap 3 bulan
dilakukan audit berupa TBRA Walk secara internal oleh Divisi QHSE. Untuk
mengetahui resiko bahaya yang terdapat di area WWTP dan area kerja yang lain.
Dokumen ini mendukung untuk data dalam audit SMK3. Dalam dokumen Risk
Assesment tersebut berisi mengenai setiap potensi kecelakakan kerja dan potensi
bahaya lingkungan dan kesehatan. Sehingga setiap pekerjaan yang dilakukan di area
WWTP akan diidentifikasi Potensi Bahaya tersebut sehingga apabila sudah diketahui
Potensi Bahayanya tersebut maka dapat cegah dan dikendalikan. Terdapat 14 area
kerja dimana memiliki potensi bahaya masing-masing. Menurut (Smarandana et al.,
2021) Pengendalian Risiko yang tepat maka akan meningkatkan rasa aman terhadap
tingkat kecelakaan yang tinggi.
4.4 Analisa Daily Report Waste Water Treatment Plant
Dalam menganalisis Daily report maka dilakukan monthly report yang dimana
data dibanding dengan bulan bulan sebelumnya dengan begitu dapat dilihat
bagaimana keadaan pemrosesan limbah cair yang ada di WWTP. Adapun parameter
yang dijaga yaitu parameter pH, COD, DO serta TSS.
4.4.1 Pemantauan Parameter pH
Parameter pH merupakan derajat keasaman atau kebasaan yang yang dapat
mempengaruhi nilai kualitas air yang harus dijaga sehingga dalam rentang baku
mutu. Adapun grafik pemnatauan pH pada pengolahhan limbah cair yang industri
baik dari kegiatan domestik maupun kegiatan produksi pada industri.

pH inlet (Pit Produksi)


12

10

0
1 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Maret april mei juni

Gambar 4. Grafik pH Inlet Pit Produksi


Grafik tersebut merupakan kondisi rata-rata pH inlet pemantauan harian yang
sangat fluktuaktif, perbedaan kondisi pH juga sangat berpengaruh terhadap produksi
yang sedang diproses sehingga. Kondisi ini bisa terjadi karena proses CIP (Clean In
Place) mesin produksi untuk peralihan jenis aroma produksi. Proses CIP ini
merupakan proses pembersihan alat mesin-mesin produksi. Pada proses ini mesin-
mesin dibersihkan dengan larutan Citrit Acid kemudian dibilas dengan Larutan KOH
dan terakhir dibilas dengan air. Tujuan CIP ini agar produk berikutnya tidak
terkontaminasi dengan sifat yang ada di produk sebelumnya. Dari nilai pH inilah
yang nantinya Operator WWTP akan mengatur menuju Pit manakah limbah cair
tersebut pada saat terjadi CIP. Tidak hanya pH Pit Produksi yang dipantau namun
terdapat pH Pit Ekualisasi juga harus dijaga.
pH Ekualisasi
7
6.5
6
5.5
5
4.5
4
3.5
3
1 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Maret april mei juni

Gambar 4. pH Pit Ekualisasi


Menurut (Arifudin et al., 2020) Bak Ekualisasi merupakan cara atau teknik
untuk meingkatkan efektifitas pada proses pengolahan selnjutnya. Menurut salah satu
jurnal tentang pengolahan limbah cair secara biologi Nilai pH akan mempengaruhi
jenis mikroorganisme yang hidup di dalam reaktor. Mikroorganisme-mikroorganisme
selanjutnya akan mengurai polutan pencemar (Fitria et al., 2021). Menurut penyataan
Sayekti Nilai pH mempengaruhi proses pengolahan secara biologis, nilai pH optimum
6,5 – 8,5(Fitria et al., 2021) . Maka dengan begitu pH Pit Ekualisasi ini dijaga agar
saat ditransfer atau dipompa ke proses selanjutnya yaitu di Pit Aerasi 1 bakteri atau
mikroorganisme masih dapat berkembang biak untuk memproses air limbah. Apabila
limbah terlalu asam ataupun terlalu basa ditakutkan mikroorganisme akan mati dan
tidak dapat menguraikan polutan yang ada di air limbah ini. Secara otomatis apabila
pH terlalu asam akan di inject dengan larutan NaOH.
pH Aerasi 1
7.5

6.5

5.5

4.5

4
1 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Maret april mei juni

Gambar 4. pH Pit Aerasi 1


Dari grafik pemantauan pH pada Pit Aerasi 1 yang dimana rata rata masih
menunjukkan pH mendekai netral sehingga bakteri atau mikroorganisme pengurai
masih dapat bertahan dan tidak khawatir bakteri atau mikroorganisme akan mati.
Seperti pada pernyataan bahawa mikroorganisme atau bakteri masih dapat hidup
dalam pH 6,5-8,5.

pH Aerasi 2
9

8.5

7.5

6.5

6
1 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Maret april mei juni

Gambar 4. pH Pit Aerasi 2


Dari grafik pH Aerasi 2 kondisi bakteri juga masih dapat berkembang dengan baik
untuk menguraikan polutan yang ada didalam air limbah. Pada Aerasi 2 ini nilai pH
diangka 7 hingga 8,5 sehingga masih dalam kondisi optimal bakteri atau
mikroorganisme untuk menguraikan polutan dalam air.

pH bak kontrol KIIC


7.4

7.3

7.2

7.1

6.9

6.8

6.7
1 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Maret april mei juni

Gambar 4. pH Bak Kontrol KIIC


Dari Grafik pemantauan pH air Bak Kontrol KIIC masih memenuhi baku mutu
rata-rata berkisar di angka 7 dan tidak lebih dari pH 8. Sehingga secara penilaian
parameter pH air. Air olahan WWTP memenuhi baku mutu dan bisa rillis ke saluran
KIIC.

4.4.2 Pemantauan Parameter Chemical Oxigen Demand (COD)

Selain parameter pH yang dikontrol terdapat parameter yang lain yang setiap
hari dicek dan analisi secara internal untuk menjaga keadaan bakteri dan kualitas air
pengolahan. Parameter selanjutnya adalah kandungan COD pada Pit Ekualisasi, Pit
Sedimentasi 2, Pit Sedimentasi 3 dan Air effluent KIIC. Chemical Oxygen Demand
(COD) adalah jumlah total oksigen yang dibutuhkan dalam mengoksidasi bahan
organik dalam air limbah secara kimiawi (Turnip & Turnip, 2020). Sehingga
semakin tinggi nilai COD maka limbah bakteri membutuhkan Oksigen lebih besar
yang berarti konsentrasi limbah masih pekat. Hasil pengukuran nilai COD
menunjukkan bahwa nilai polutan organik dalam air limbah sedangkana perbedaan
Nilai COD menunjukkan bahwa beban cemaran yang terkandung dalam air limbah
berbeda (Rusdiana et al., 2020). Nilai COD menurun disebabkan bahan padatan yang
ada dalam air limbah tersebut mengendap karena telah melewati proses sedimentasi
(Zuhdi et al., 2020) Adapun grafik data menunjukkan sebagai berikut:

COD Ekualisasi
30000.00

25000.00

20000.00

15000.00

10000.00

5000.00

0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Maret april mei juni

Gambar 4. Nilai COD Ekualisasi


Dari grafik yang terlihat nilai COD di Pit Ekualisasi nilainya mencapai 20000
an yang dimana melebihi baku mutu yang ditetapkan. Nilai COD yang tinggi
dikarenakan kondisi limbah belum ada pengolahan pada proses sebelumnys. Dari
regulasi yang ada, air limbah dapat rillis ke saluran KIIC kandungan atau nilai COD
maksimal 500. Sehingga harus diolah agar nilai COD dibawah nilai dari baku mutu
yang telah ditetapkan.
COD Sedimentasi 2
25000.00

20000.00

15000.00

10000.00

5000.00

0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Maret april mei juni

Gambar 4. Nilai COD Sedimentasi 2


Dari nilai COD yang tinggi di Pit Ekualisasi, pada bak Sedimentasi 2 nilai COD
sudah mulai turun dikarenakan telah melewati proses aerasi 1 dimana bakteri atau
mikroorganisme membantu menguraikan polutan yang terkandung. selain itu dengan
proses over flow maka alirannya akan mempercepat terjadinya pengendapan. Grafik
yang fluktuatif tersebut karena setiap jenis produksi yang dihasilkan berbeda maka
karakteristik limbah juga berbeda. Dengan target karena terbatasnya kolam kolam
tersebut makan harus mengejar proses namun tetap memperhatikan parameter dengan
cara dipantau parameternya dalam Daily Report.
COD Sedimentasi 3
1200.00

1000.00

800.00

600.00

400.00

200.00

0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Maret april mei juni

Gambar 4. Nilai COD Sedimentasi 3


Sedimentasi 3 menunjukkan nilai COD turun cukup signifikan dari nilai 20000
ppm menjadi dibawah 1000 ppm sehingga pengolahan air limbah dari Aerasi 2
memang bekerja dengan cukup bagus, walaupun begitu tetap saja kadar COD di
sedimentasi 3 masih harus diturunkan agar memenuhi baku mutu yang sesuai dengan
regulasi yang ditetapkan. Efektifitas pengolahan penurunan kadar COD ini juga
pengaruh bakteri atau mikroorganisme yang membantu proses tersebut
COD Bak Kontrol KIIC
500.00
450.00
400.00
350.00
300.00
250.00
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Maret april mei juni

Gambar 4. Nilai COD Bak Kontrol KIIC


Kandungan COD dari Bak Kontrol KIIC telah menunjukkan nilai dibawah baku mutu
nilai regulasi dari KIIC. Dimana baku mutu yang ditetapkan tidak boleh melebihi
500ppm dan berkisar masih di nilai 450 ppm an masih jauh dibawah nilai regulasi.
sehingga dengan hasil tersebut menunjukkan air pengolahan masih diperbolehkan
untuk rillis ke saluran KIIC.

Grafik Nilai COD


20300

15300

10300

5300

300
Maret April Mei Juni

grafik rata rata Equalisasi grafik rata rata Sedimentasi 2


grafik rata rata Sedimentasi 3 grafik rata rata Bak Kontrol KIIC
grafik rata rata Regulasi KIIC grafik rata rata Limit Internal

Gambar 4. Grafik Nilai COD


Dari grafik tersebut dapat terlihat penurunan nilai COD dalam setiap prosesnya,
dan penurunan paling terlihat yaitu diSedimentasi 2 ke Sedimentasi 3. Penurunan
yang signifikan tersebut yaitu pengaruh aktivitas mikroorganisme atau bakteri
pengurai. Pemantauan dari bulan Maret hingga Juni keadaan nilai COD yang
dikeluarkan ke saluran KIIC masih sangat layak masih dibawah nilai regulasi dari
KIIC

4.4.3 Pemantauan parameter Disolved Oxigen (DO)

Disolved Oxigen (DO) merupakan kadar oksigen terlarut dalam air. Kadar DO
berfluktuasi tergantung pada massa air, aktivitas fotosintesis dan respirasi (Ningrum
et al., 2020). Maka dengan kadar DO yang cukup maka bakteri aerob akan dengan
mudah mendegradasikan polutan yang ada di dalamnya.

DO Ekualisasi
4.00
3.50
3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Maret April Mei Juni

Gambar 4. Nilai DO Ekualisasi


Nilai DO yang ada di Pit Ekualisasi masih di atas 2 ppm sehingga untuk bakteri
masih bisa hidup bertahan untuk menguraikan polutan. Di bak ekualisasi dengan nilai
DO tersebut akan tetap disuplai udara dari blower, sehingga kebutuhan oksigen tau
oksigen yang terlarut dalam air akan terjaga, dan pada proses selanjutnya bakteri
tidak shock akibat kadar Oksigen terlarut terlalu rendah.

DO Aerasi 1
4.00
3.50
3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Maret April Mei Juni

Gambar 4. Nilai DO Aerasi 1


Pada Aerasi 1 nilai DO masih di bawah nilai 4ppm, namun ini masih cukup
untuk bakteri agar tetap hidup. Nilai DO tersebut menunjukkan blower masih bekerja
dan masih menghasilkan udara untuk bakteri hidup.
DO Aerasi 2
4.50
4.00
3.50
3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Maret April Mei Juni

Gambar 4. Nilai D0 Aerasi 2


Nilai DO di Aerasi 2 cukup tinggi yaitu masih berkisar di atas 3 ppm dari
pemantauan harian bulan maret hingga juni masih baik. Menandakan penyebaran
udara yang ada pada aerasi 2 masih terjaga, bakteri yang ada dalam aerasi 2 cukup
mendapatkan suplay udara. Nilai DO yang fluktuaktif menunjukkan kadar politan
yang terkandung dalam bak aerasi setiap harinya berbeda dengan begitu kerja bakteri
pengurai juga berbeda. Kebutuhan oksigen dengan oksigen yang diberikan akan
berbeda sehingga hasil grafiknya fluktuatif.

4.4.4 Pemantauan Parameter Total Suspended Solid (TSS)


Parameter yang lain yang perlu di perhatikan juga yaitu parameter Total
Suspended Solid (TSS) atau padatan yang terlarut. Dengan begitu kan diketahui
seberapa banyak kandungan padatan yang terlarut pada air tersebut. Sebagai

parameter fisika TSS pada kadar yang tinggi pada umumnya akan lebih keruh
namun penyataan ini tidak bisa dijadikan acuan mutlak (Wahyu et al., 2020). Menurut
(Kautsar et al., 2021) Total Suspended Solid (TSS) menunjukkan kandungan partikel
padat dalam air limbah, TSS merupakan senyawa organik berupa padatan. khususnya
pengolahan dengan proses biologi, konsentrasi TSS yang tinggi sangat dihindarkan
karena memerlukan waktu lebih lama untuk menguraikannya. Proses aerasi yang baik
dalam bak aerasi sangat membantu proses degradasi partikel padat.

TSS Ekualisasi
1200.00

1000.00

800.00

600.00

400.00

200.00

0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Maret April Mei Juni

Gambar 4. Nilai TSS Ekualisasi


Pada Pit Ekualisasi ini nilai TSS cukup tinggi hingga mencapai angka
1000ppm, walaupun itu terjadi di bulan Juni. Dibulan bulan sebelumnya nilai TSS
pada Pit Equalisasi berkisar lebih dari 450ppm dibawah 1200ppm. Dari data tersebut
mengamang terjadi kenaikan nilai TSS di bulan juni. Kenaikan nilai TSS ini terjadi
dikarenakan terdapat improvement baru dari ppihak Produksi dengan mencairkan
limbah candy dkemudian dialirkan masuk ke WWTP dimana kegiatan itu baru
dilaksanakan sebagai percobaan. Apabila berhasil maka kan mengurangi Cost untuk
pembuangan Limbah berupa Candy.
TSS Sedimentasi 2
1000.00
900.00
800.00
700.00
600.00
500.00
400.00
300.00
200.00
100.00
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Maret April Mei Juni

Gambar 4. Nilai TSS Sedimentasi 2


Pada sedimentasi 2 nilai TSS sudah mulai menurun dari Pit Ekualisasi.
Walaupun tidak banyak dan masih di angka lebih dri 400 ppm hingga 1000 ppm
namun padatan yang terlarut sudah mulai mengendap atau didegredasi oleh Bakteri
diproses Aerasi 1. Sehingga di Pit Sedimentasi 2 ini padatan tersebut sudah mulai
mengendap.

TSS Sedimentasi 3
500.00
450.00
400.00
350.00
300.00
250.00
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Maret April Mei Juni

Gambar 4. Nilai TSS Sedimentasi 3


Nilai TSS di Sedimentasi 3 sungguh mulai turun secara drastic dari sebelumnya
masih mencapai 1000 ppm di Sedimentasi 3 nilai TSS berkisar pada 150ppm hingga
dibawah 500ppm sehingga seharusnya secara baku mutu parameter TSS sudah
mendekati nilai baku mutu dengan cara diproses dikolam aerasi 2, kandungan TSS
menurun. Menunjukkan pada aerasi 2 ini bakterinya masih banyak yang hidup.

TSS Bak Kontrol KIIC


200.00
180.00
160.00
140.00
120.00
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Maret April Mei Juni

Gambar 4. Nilai TSS Bak Kontrol KIIC


Untuk grafik TSS di Bak control KIIC ini walaupun hasilnya juga fluktuaktif namun
nilai dari parameter tersebut telah memenuhi baku mutu yang di tetntukan oleh KIIC
yaitu 200ppm sedangkan rata-rata dibawah nilai 200 ppm melainkan di berkisar 100-
180 ppm yang dimana memenuhi baku mutu dan boleh rillis disaluran KIIC. Air
effluent dialirkan menuju kesaluran khusus yang ada diseluruh pabrik yang ada di
kawasan sehingga regulasi yang digunakan merupakan regulasi dari kawasan.
Grafik TSS
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
Maret April Mei Juni

Limit Regulasi KIIC Equalisasi Sedimentasi 2


Sedimentasi 3 Bak kontrol KIIC

Gambar 4. Grafik Nilai TSS


Grafik parameter TSS dari bulan Maret hingga juni menunjukkan TSS pada Pit
Ekualisasi mengalami peningkatan hingga bulan Juni. Selain itu pada Pit Sedimentasi
2 juga mengalami kenaikan TSS dari bulan maret hingga bulan juni. Kenaikan itu
tidak berpengaruh begitu besar karena pada Proses Aerasi ke2 bakteri masih bisa
menguraikan polutan sehingga nilai TSS di sedimentasi 3 turun cukup besar dan nilai
TSS pada bak Kontrol KIIC masih di bawah baku TSS masih di bawah baku.

4.4.5 Analisa Baku Mutu Hasil Pengujian Ekternal

Analisa air limbah yang dilakukan oleh pihak ketiga yang telah bersertifikasi
sehingga hasilnya dapat dipertanggung jawabkan, hasil analisa air limbah luaran
proses WWTP dibandingkan dengan regulasi dikeluarkan oleh pihak KIIC sebagai
berikut:

Tabel 4. Baku mutu air limbah dan metode pengujian pihak SRIBANGUN

No Parameter Satuan Baku mutu Metode

FISIK
0
1. Suhu ( C) 38 SNI 06-6989.23-2005
2. Padatan terlarut (mg/L) 2000 SNI 6989.27:2019
3. Padatan tersuspensi (mg/L) 200 SNI 6989.3:2019
4. Warna (PtCo) 300 SNI 6989.80:2011
KIMIA
1. pH SNI 6989.11:2019
2. Besi Terlarut (mg/L) SNI 6989.4:2009
3. Mangan terlarut (mg/L) SNI 6989.5:2009
4. Barium (mg/L) SNI 06.6989.39-2005
5. Tembaga (mg/L) SNI 6989.6:2009
6. Seng (mg/L) SNI 6989.7:2009
7. Krom heksavalen (mg/L) SNI 6989.71:2009
8. Krom Total (mg/L) SNI 6989.17:2009
9. Kadmium (mg/L) SNI 6989.16:2009
10 Raksa (mg/L) APHA 3112 B-2017
. Timbal (mg/L) 6-9 SNI 6989.8:2009
11 Timah (mg/L) 5 APHA 3113 B-2017
. Arsen (mg/L) 2 APHA 3113 B-2017
12 Selenium (mg/L) 2 APHA 3113 B-2017
. Nikel (mg/L) 2 SNI 6989.18:2009
13 Kobalt (mg/L) 5 SNI 6989.68:2009
. Sianida (mg/L) 0,1 SNI 6989.77:2011
14 Sulfida (mg/L) 0,5 SNI 6989.70:2009
. Fluorida (mg/L) 0,05 SNI 06-6989.29-2005
15 Klorin bebas (mg/L) 0,002 WI-M-77-SB
. 0,1 (Spektrofotometri)
16 Ammonia total (mg/L) 2 SNI 06-6989.30-2005
. Nitrat (mg/L) 0,1 SNI 6989.79:2011
17 Nitrit (mg/L) 0,05 SNI 06-6989.9-2004
. BOD (mg/L) 0,2 SNI 6989.72.2009
18 COD (mg/L) 0,4 SNI 6989.73.2009
. Surfactant (mg/L) 0,05 SNI 06-6989-51-2005
19 Fenol (mg/L) 0,05 SNI 06-6989.21-2004
. Minyat Nabati (mg/L) 2 SNI 6989 .10:2011
20 Minyak Mineral (mg/L) 1 SNI 6989.10:2011
.
20
21 20
. 1
22 300
. 500
23 5
. 0,5
24 5
. 10
25
.
26
.
27
.
28
.
29
.
Dengan baku mutu yang telah disesuaikan dengan regulasi KIIC pengujian atau
analisa limbah dilakukan oleh pihak SRIBANGUN menggunakan metode tersebut
dan mendapatkan hasil analisa limbah influent domestik, influent limbah produksi dan
effluent air sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil Analisa seluruh parameter oleh pihak SRIBANGUN


Hasil
Baku Influent Influent
No Parameter Effluent Effluent Effluent
mutu Domesti Produksi
Maret April Mei
k
FISIK
1. Suhu 38 29,8 46,1 31,6 33,1 32
2. Padatan terlarut 2000 1030 3760 416 364 464
3. Padatan tersuspensi 200 30 164,4 <2,37 7,7 72
4. Warna 300 56,5 197,3 5,4 7,1 13,6
KIMIA
1. pH 6-9 7,1 8 7,6 7,3 7,2
2. Besi Terlarut 5 0,11 0,13 <0,003 <0,003 <0,003
3. Mangan terlarut 2 0,86 0,06 <0,003 0,08 0,07
4. Barium 2 0,41 0,82 1,08 0,34 0,17
5. Tembaga 2 0,04 0,03 <0,005 0,04 0,02
6. Seng 5 <0,008 <0,008 0,02 <0,008 <0,008
7. Krom heksavalen 0,1 0,08 0,03 <0,005 0,02 <0,005
8. Krom Total 0,5 <0,003 <0,003 0,03 <0,003 <0,003
9. Kadmium 0,05 <0,003 <0,003 <0,003 <0,003 <0,003
10. Raksa 0,002 0,0008 0,0009 0,0002 0,0003 0,0003
11. Timbal 0,1 <0,009 <0,009 <0,009 <0,009 <0,009
12. Timah 2 <0,0015 <0,0015 <0,0015 <0,0015 <0,0015
13. Arsen 0,1 <0,0015 <0,0015 <0,0015 <0,0015 <0,0015
14. Selenium 0,05 <0,0015 <0,0015 <0,0015 <0,0015 <0,0015
15. Nikel 0,2 0,02 <0,004 <0,004 <0,004 <0,004
16. Kobalt 0,4 <0,004 <0,004 0,07 <0,004 <0,004
17. Sianida 0,05 0,02 0,03 <0,001 0,02 0,02
18. Sulfida 0,05 0,07 0,19 0,01 0,02 0,02
19. Fluorida 2 <0,03 <0,03 <0,03 <0,03 <0,03
20. Klorin bebas 1 0,24 0,78 0,09 0,23 0,26
21. Ammonia total 20 18,04 0,05 <0,02 0,05 <0,02
22. Nitrat 20 0,03 0,04 0,81 0,35 0,16
23. Nitrit 1 0,007 0,007 0,12 0,03 0,006
24. BOD 300 64 13306 12 38 241
25. COD 500 132 26885 22 78 499
26. Surfactant 5 0,01 0,61 0,05 0,07 0,06
27. Fenol 0,5 0,003 0,001 <0,001 <0,001 0,001
28. Minyat Nabati 5 <1,4 1,8 <1,4 <1,4 <1,4
29. Minyak Mineral 10 <1,4 4,1 <1,4 <1,4 <1,4
Dari hasil analisa yang dilakukan oleh pihak SRIBANGUN dari beberapa
parameter memang melebihi baku mutu sehingga perlu dilakukan pengolahan.
effluent air limbah yang dikeluarkan oleh pihak PT Firmenich Aromatics Indonesia
yang dialirkan ke KIIC memiliki nilai jauh dibawah limit baku mutu sehingga air
dapat di buang ke aliran KIIC.

Tidak hanya dari pihak SRIBANGUN pihak Dinas Lingkungan Hidup dan
Kebersihan Kabupaten Karawang juga melakukan analisa effluent limbah, berikut
baku mutu yang disesuaikan dengan regulasi KIIC dan metode yang digunakan Dinas
Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Karawang untuk analisa Effluen air
limbah:
Tabel 4. Baku Mutu dan Metode yang dihunakan oleh DLHK Kab.Karawang

No Parameter Satuan Baku mutu Metode

FISIK
1. Suhu (0C) 38 SNI 06-6989.23-2005
2. Padatan terlarut (mg/L) 2000 SNI 6989.27:2019
3. Padatan tersuspensi (mg/L) 200 SNI 6989.3:2019
4. Warna (PtCo) 300 IKA.23 (Spektrofotometri)
KIMIA
1. Ph 6-9 SNI 06-6989.11:2004
2. BOD5 (mg/L) 300 SNI 06-6989.72:2009
3. COD (mg/L) 500 IKA.29 (Elektrokimia)
4. Besi (Fe) (mg/L) 5 SNI 6989.4:2009
5. Mangan (Mn) (mg/L) 2 SNI 6989.5:2009
6. Tembaga (Cu) (mg/L) 2 SNI 6989.6:2009
7. Seng (Zn) (mg/L) 5 SNI 6989.7:2009
8. Kromium Heksavalen (Cr) (mg/L) 0,1 SNI 6989.71:2009
9. Krom Total (Cr) (mg/L) 0,5 SNI 6989.17:2009
10. Cadmium (mg/L) 0,05 SNI 6989.16:2009
11. Timbal (mg/L) 0,1 SNI 6989.8:2009
12. Nikel (mg/L) 0,2 SNI 6989.18:2009
13. Kobalt (mg/L) 0,4 SNI 6989.68:2009
14. Klorin (mg/L) 1 IKM.2.6 (Spektrofotometri)
15. Minyak Lemak (mg/L) - SNI 06-6989.10:2004
16. Amonia Total (NH3-N) (mg/L) 20 SNI 06-6989.30:2005
17. Nitrit (NO3-N) (mg/L) 1 SNI 06-6989.9:2004
18. Sulfida (mg/L) 0,05 IKM.2.20 (Spektrofotometri)
19. Fenol (mg/L) 0,5 IKM.2.24 (Spektrofotometri)
Dari metode yang telah disebutkan yang digunakan oleh pihak Dinas Lingkungan
Hidup dan Kebersihan Kabupaten Karawang yang telah disesuaikan regulasi pihak
KIIC, mendapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil Analisa Laboratorium DLHK Kab.Karawang terhadap Effluent limbah


Hasil
No Parameter Baku mutu
Maret April Mei
FISIK
1. Suhu 38 31,6 33,1 32
2. Padatan terlarut 2000 292,5 300,0 413
3. Padatan tersuspensi 200 2,0 26,0 6
4. Warna 300 18,0 20,0 17
KIMIA
1. Ph 6-9 7,6 7,3 7,2
2. BOD5 300 26,9 20,3 1,2
3. COD 500 43,3 35,5 28,7
4. Besi (Fe) 5 <0,0487 0,155 <0,1
5. Mangan (Mn) 2 <0,0104 <0,0104 <0,03
6. Tembaga (Cu) 2 <0,0125 <0,0125 0,010
7. Seng (Zn) 5 0,012 <0,0034 0,060
8. Kromium Heksavalen (Cr) 0,1 <0,0010 <0,0010 <0,0010
9. Krom Total (Cr) 0,5 <0,0126 <0,0126 <0,05
10. Cadmium 0,05 <0,0150 <0,0150 <0,01
11. Timbal 0,1 <0,0465 <0,0465 <0,09
12. Nikel 0,2 <0,0188 <0,0188 <0,07
13. Kobalt 0,4 0,025 0,056 <0,1
14. Klorin 1 0,08 0,03 0,04
15. Minyak Lemak - 0,4 3 0,2
16. Amonia Total (NH3-N) 20 0,025 0,027 0,083
17. Nitrit (NO3-N) 1 0,063 0,036 0,004
18. Sulfida 0,05 0,12 0,01 0,002
19. Fenol 0,5 0,27 0,03 0,1
Dari Hasil yang didapatkan antara pihak SRIBANGUN dengan pihak DLHK
terdapat perbedaan hasil, walaupun begitu nilai yang dihasilkan oleh masing-masing
pihak tetap menunjukkan bahwa air limbah effluent masih memenuhi baku mutu
sehingga masih memenuhi peraturan atau regulasi yang ada di KIIC.

4.5 Analisi Evaluasi Dokumen UKL UPL


Merujuk pada peraturan pemerintah nomor 27 tahun 2012 mengenai izin
lingkungan, maka Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UKL-UPL) merupakan bagian dari instrumen pengelolaan
lingkungan hidup. UKL-UPL memastikan bahwa usaha yang berjalan tidak
memberikan dampak buruk bagi lingkungan sehingga izin penyelenggaraan usaha
tersebut dapat dikeluarkan. Dokumen UKL UPL diwajibkan bagi usaha-usaha yang
tidak memerlukan dokumen analisis dampak lingkungan (AMDAL). Artinya UKL-
UPL ditujukan bagi usaha atau proyek yang hanya berdampak kecil terhadap
lingkungan hidup serta skala pengendaliannya tidak rumit dan kecil.

UKL UPL tak hanya dibuat oleh usaha dalam fase perencanaan suatu proyek
guna mendapatkan izin saja. Dokumen ini juga wajib diajukan oleh usaha-usaha
yang telah berjalan tetapi belum memilikinya. UKL UPL tetap berlaku sejak suatu
usaha didirikan selama pelaku usaha tidak mengganti lokasi usaha, proses, serta
bahan baku.

Kehadiran dokumen UKL dan UPL sangat penting tak hanya untuk
keberlangsungan usaha semata tetapi juga bagi lingkungan. Setiap usaha yang
didirikan tentu memiliki hubungan dengan alam. Karena itu, perlu dilakukan
identifikasi agar diketahui apakah kegiatan usaha tersebut bisa menimbulkan efek
negatif bagi alam maupun makhluk hidup. Bila sudah memiliki dokumen UKL UPL,
maka selalu pemilik usaha, Anda bisa meminimalkan dampak kerusakan lingkungan
yang mungkin saja muncul ketika usaha berjalan.

Dokumen UKL dan UKL juga penting dimiliki oleh sebuah usaha untuk
meningkatkan citranya di mata masyarakat dan investor. Ketika sudah mengantongi
UKL UPL, maka usaha Anda dianggap layak dan sesuai standar yang ditetapkan
pemerintah. Lebih dari itu, dokumen ini sangat berguna saat pelaksanaan sistem
pemantauan (monitoring) rutin yang dilakukan oleh pemerintah seiring waktu
berjalan. Monitoring ini dilakukan agar baik pemilik usaha maupun pemerintah bisa
mengetahui apakah ada perubahan kualitas lingkungan dari waktu ke waktu. Dengan
pengetahuan tersebut, kedua belah pihak dapat memutuskan apa langkah yang akan
diambil.

Merujuk kepada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 86 tahun 2002


mengenai UKL UPL, maka pemilik usaha wajib mengisi formulir isian yang
disyaratkan. Setelah itu, formulir tersebut akan diajukan kepada instansi pemerintah
yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten/Kota atau
Provinsi.(Mutuinstitute).

Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-


UPL) PT. Firmenich Aromatics Indonesia yang telah disahkan oleh BPLH Kabupaten
Karawang dengan Nomor pengesahan 660.1/696/BPLH tanggal 19 September 2014.
Perijinan yang dimiliki oleh PT. Firmenich Aromatics antara lain :
a. Izin Usaha Industri Penanaman Modal Asing No. 1671/1/IU/PMA/2014
b. Izin Lingkungan No. 503/10361/313/ILK/X/BPMPT/2014
c. Izin TPS LB3 No. 503/10890/59/IPSLB3/X/BPMPT/2016
d. Izin Usaha Industri dengan Nomor Induk Berusaha (NIB) : 8120010200356
e. Izin lokasi dengan Nomor Induk Berusaha (NIB) : 8120010200356

Adapun UKL-UPL harus memenuhi isi dari Formulir UKL-UPL. Adapun


implementasi UKL UPL PT. Firmenich Aromatics Indonesia

Tabel 4. Form Administrasi UKL UPL

no Formulir UKLUPL Ada Tidak Keterangan


1 Bukti Formal/Perizinan (Cth.: Izin Prinsip, RTRW, 
fatwa/rekomendasi BKPRN, IPR Bappeda).
2 Status studi UKL-UPL 
3 Data dan informasi lain yang dianggap perlu dan 
relevan (persyaratan kelengkapan administrasi ini
sifatnya tidak wajib, bilamana tidak tersedia tidak
memepengaruhi kelengkapan administrasi)
4 Muatan formulir UKL-UPL sudah sesuai dengan
pedoman penyusunan formulir UKL-UPL. Muatan
tersebut adalah:
(a) Identitas pemrakarsa 
(b) Rencana usaha dan/atau kegiatan 
(c) Dampak lingkungan yang akan terjadi, dan 
program pengelolaan serta pemantauan
lingkungan
(d) Jumlah dan jenis izin PPLH yang dibutuhkan 
(e) Pernyataan komitmen pemrakarsa untuk 
melaksanakan ketentuan yang tercantum dalam
formulir UKL-UPL
(f) Daftar Pustaka 
(g) Lampiran 
5 Matriks atau Tabel UKL-UPL memuat elemen
elemen:
(a) Dampak lingkungan yang terjadi, yang 
terdiri atas
> Sumber dampak
>Jenis dampak
>Besaran dampak
(b) Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup, 
yang terdiri dari;
>Bentuk upaya pengelolaan lingkungan
hidup
>Lokasi pengelolaan lingkungan hidup
>Periode pengelolaan lingkungan hidup
(c) Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, 
yang terdiri dari
>Bentuk upaya pemantauan lingkungan
hidup
>Lokasi pemantauan lingkungan hidup
>Periode pemantauan lingkungan hidup

(d) Institusi pengelolaan lingkungan hidup
6 Peta pengelolaan lingkungan hidup 
7 Matriks atau Tabel Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup memuat elemen-elemen:
(a) Dampak yang dipantau 
(b) Bentuk pemantauan lingkungan hidup 
(c) Institusi pemantau lingkungan hidup 
8 Peta pemantauan lingkungan hidup 
Catatan: Peta sesuai kaidah kartografi. Peta lokasi rencana kegiatan skala 1:50.000

Seluruh point yang ada dalam formulir UKL-UPL telah terpenihi sehingga
ketaatan PT. Firmenich Aromatics Indonesia sudah memenuhi . dibuktikan juga
pelaporan implementasi UKL-UPL belum ada tindakan serius dari pihak Dinas
Lingkungan Hidup yang menandakan pelanggaran atau ketidaktaatan hukum.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Kegiatan Magang Industri yang selama 5 bulan, dari bulan februari hingga
bulan juli merupakan kegiatan yang sangat menarik, dimana dengan adanya Magang
Industri penulis mengetahui bagaimana kondisi ditempat kerja dan kegiatan yang
dilakukan oleh para pekerja yang ada di area kerja. Adapun kegiatan selama 5 bulan
yang telah dilakukan yaitu mendapat ilmu mengenai proses pengolahan air limbah.
Limbah yang diproses melalui tahapan-tahapan yaitu dari collecting kemudian ke bak
Ekualisasi untuk dilakukan penambahan NaOH apabila pH limbah terlalu rendah
hingga mendekati pH normal setelah itu di treatment dengan metode biological,
dengan Aerasi sehingga polutan yang ada di air limbah dapat digredasi oleh bakteri
yang ada. Dan menghasilkan air luaran yang memenuhi baku mutu.
Pengolahan air limbah bertujuan untuk menghilangkan parameter pencemar
yang ada di dalam air limbah sampai batas yang diperbolehkan untuk dibuang ke
badan air sesuai dengan syarat baku mutu yang diijinkan atau sampai memenuhi
kualitas tertentu untuk dimanfaatkan kembali. Pengolahan air limbah secara garis
besar merupakan upaya pemisahan padatan tersuspensi (solid–liquid separation),
pemisahan senyawa koloid, serta penghilangan senyawa polutan terlarut. Ditinjau dari
jenis prosesnya , pengolahan air limbah dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu
proses pengolahan secara fisika, proses secara kimia,serta proses pengolahan secara
biologis. Melalui metode screening merupakan contoh proses fisika, kemudia dengan
penambahan atau inject NaOH merupakan salah satu proses kimia yang ada dalam
proses pengelolaan air limbah dan proses secara biologi dalam proses ini yaitu pada
proses Aerasi menggunakan bakteri Biowaste yang merupakan bakteri Aerob.
Data pengujian eksternal dari influent dan effluent yang dilakukan oleh pihak
ketiga SRIBANGUN yang dilakukan setiap bulannya sebagai laporan untuk
pembuatan dokumen UKL UPL. Adapun data yang influent dan effluent. Pengecekan
data effluent air limbah dilakukan 1 kali dalam setiap semester atau 6 bulan sekali
sedangkan untuk effluean air limbah yang dialirkan ke KIIC dilakukan penggecekan
atau pengujian setiap bulan sekali. Hasil data effluent yang diuji di bulan juni untuk
implementasi UKL UPL. Dari hasil yang didapatkan dari hasil analisis pengambilan
sampel dari pihak ketiga yaitu pihak SRIBANGUN dan DINAS LINGKUNGAN
HIDUP Kabupaten Karawang menunjukkan nilai dibawah baku mutu yang ditetapkan
oleh regulasi pihak Kawasan KIIC. Dari hasil analis nilai menunjukkan seluruh
parameter menunjukkan nilai bibawah baku mutu regulasi yang diberikan oleh KIIC
sehingga layak dan diperbolehkan untuk dialirkan menuju kawasan. Selain
mempelajari proses alur proses pengolahan limbah cair juga mendapat ilmu mengenai
implementasi dokumen UKL-UPL bagaimana penyusunan dan apa saja yang ada
didalam dokumen tersebut. Dokumen K3 atau Keselamatan Kesehatan Kerja di
sebuah perusahaan juga merupakan dokumen penting sehingga setiap tempat atau
setiap area kerja pasti memiliki dokumen mengenai K3 yaitu berupa Dokumen RA
(Risk Assessment ) dimana diperbaharui dan dilakukan pengecekan atau audit
internal yang disebut TBRA walk yang dilakukan setiap 3 bulan sekali. Selama
pelaporan implementasi dokumen UKL-UPL yang dilakukan setiap semester atau 6
bulan sekali hingga saat ini PT. Firmenich Aromatics Indonesia masih mentaati
hukum/regulasi yang ada.
Keterhubungan antara Dokumen UKL UPL terhadap Proper yaitu point-point
yang sudah tercapai yang berada dalam dokumen UKL UPL. Dari pencapaian yang
ada dalam dokumen UKL UPL maka Perusahaan ini menurut penulis telah mendapat
peringkat Proper biru karena Perusahaan ini telah memenuhi kirteria atau pada
penialaian tersebut.adapun kriteria Proper biru sebagai berikut:
a. Penilaian Tata Kelola Air
b. Penilaian Kerusakan Lahan
c. Pengendalian Pencemaran Laut
d. Pengelolaan Limbah B3
e. Pengendalian Pencemaran Udara
f. Pengendalian Pencemaran Air
g. Implementasi AMDAL/UKL UPL pada Kawasan
5.2 SARAN
PT. Firmenich Aromatics Indonesia dengan sertifikat SMK3 yang didapatkan
berupa emas dan pelaporan implementasi UKL-UPL yang hasilnya memenuhi syarat
tanpa ada pelanggaran hukum sebaiknya juga mengajukan sebagai peserta PROPER
sehingga terdapat program dalam bidang perlindungan lingkungan hidup, konservasi
lingkungan, dan pengelolaan lingkungan hidup yang lebih baik. Penggunaan aplikasi
atau sistem input data ke elektronik pada pengisian daftar stock bahan kimia, daily
report, kegiatan maintenance, kegiatan perbaikan dan validasi kalibrasi perlu
dilakukan sehingga saat adanya audit hanya perlu membuka 1 file yang berisi
dokumen yang lengkap dan ringkas. Dan yang tidak penting pula mengenai laporan
ini alangkah baiknya suatu saat nanti apabila dijadikan sebagai acuan maka perlu
dikonsultasikan ke dosen atau pembimbing sehingga lebih lengkap dan lebih sesuai
dengan apa yang telah dikerjakan.
DAFTAR PUSTAKA
arifudin, A., Setiyono, S., Priyanto, F. E., & Sulistia, S. (2020). Evaluasi Instalasi
Pengolahan Air Limbah Industri Pengolahan Makanan. Jurnal Air Indonesia,
11(1), 32–37. Https://Doi.Org/10.29122/Jai.V11i1.3935
Era, K. (N.D.). Sistem Manajemen K3.
Http://Www.Erakonsultan.Com/Implementasi-Smk3/.
Estu, P. G. P. (2021). Presentasion Of History Waste Water Treatment Plant - Firsea
Rev.
Fitria, L., Teknik, J., & Universitas, L. (2021). Dokumen Sop Wwtp. Jurnal
Teknologi Lingkungan Lahan Basah, 09(2), 51–61.
Indonesia, P. F. A. (2020). Dokumen Sop Wwtp Versi 4 Tahun 2020. Dokumen Sop,
1–8.
Info@Mutuinstitute.Com. (2021). Sistem Manajemen Lingkungan. 25 February.
Https://Mutuinstitute.Com/Post/Iso-14001-Sistem-Manajemen-Lingkungan/
Kautsar, M. L., Hartono, D. M., & Dahlan, A. V. (2021). Pengaruh Debit Terhadap
Kinerja Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik : Studi Kasus Gedung A Di
Jakarta. 6(September 2019), 220–230.
Mutuinstitute. (N.D.). Dokumen Ukl Upl. Https://Mutuinstitute.Com/Post/Apa-Itu-
Ukl-Dan-Upl/
Ningrum, Y. D., Ghofar, A., & Haeruddin. (2020). Efektivitas Eceng Gondok
( Eichhornia Crassipes ( Mart .) Solm ) Sebagai Fitoremediator Pada Limbah
Cair Produksi Tahu. Maquares, 9(2), 97–106.
Rusdiana, E., Mu’tamar, M. F. F., & Hidayat, K. (2020). Analisis Faktor-Faktor
Penjernihan Limbah Cair Unit Pengolahan Limbah Cair Industri Gula (Studi
Kasus Pg Xyz). Agroindustrial Technology Journal, 4(1), 1.
Https://Doi.Org/10.21111/Atj.V4i1.4093
Smarandana, G., Momon, A., & Arifin, J. (2021). Penilaian Risiko K3 Pada Proses
Pabrikasi Menggunakan Metode Hazard Identification , Risk Assessment And
Risk Control ( Hirarc ). 7(1), 56–62.
Standar Operasional Prosedur. (N.D.). Jurnal Entrepreneur.
Https://Www.Jurnal.Id/Id/Blog/Sop-Perusahaan/
Turnip, F. R., & Turnip, M. C. D. I. (2020). Studi Literatur Pengaruh Srt Dan Laju
Aerasi Terhadap Penyisihan Surfaktan, Cod, Bod, Dan Nutrien (Nh3 , Po4 )
Pada Air Limbah Domestik Menggunakan Sistem Lumpur Aktif. Tugas Akhir,
146–146. Https://Doi.Org/10.18356/70f31899-Ru
Wahyu, W., Mas, M., Palimbunga, Aris S., & Daroji, M. (2020). Instalasi Waste
Water Treatment Plant (Wwtp) Untuk Menurunkan Total Suspended Solid
Sesuai Baku Mutu Pada Air Sump Yang Berkadar Silika Tinggi. PROSISDING
TPT XXIX PERHAPI 2020, 271–280.
Yeni, E. E. (n.d.). All About Kriteria Peringkat PROPER Emas, Hijau, Biru, Merah
dan Hitam. http://www.trainingproper.com/all-about-kriteria-peringkat-proper-
emas-hijau-biru-merah-dan-hitam/
Zuhdi, M. S., Anggraini, A., & Widyastuti, F. K. (2020). Optimalisasi pH pada Waste
Water Treatment Limbah Pengolahan Pelumas Bekas Dengan Analisa COD,
BOD, TSS, dan NH3. Sentikuin, 3, 3–8.
PP No.22 Tahun 2021 Peraturan Pemerintah (PP) tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
PP no 50 tahun 2012 Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja
UU No.32 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 14 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
LAMPIRAN
Lampiran Data Hasil Analisa Air Limbah Influent (SRIBANGUN)
Limbah cair domestik
limbah cair Produksi
Lampiran Data Hasil Analisa Air Limbah Effluent (SRIBANGUN)
Lampiran Data Hasil Analisa Air Limbah Effluent (DLHK Kab. Karawang)
Lampiran Dokumentasi Kegiatan Magang
No Kegiatan Dokumentasi
1. Kegiatan maintenance pit
produksi (pengecekan)

2. Keadaan pompa celup saat


kegiatan maintenance pompa

3. Kegiatan maintenance filter


pada soften.
4. Kegiatan pengujian COD pada
sampel air limbah.

5. Perbedaan warna
menunjukkan perbedaan nilai
COD pada sampel tersebut

6. Kegiatan maintenance
pembersihan dan pengecekan
kondisi pompa pada pit 2

7. Kegiatan pemindahan tanki


pelarutan biowaste untuk
improvement ruangan agar
kantor WWTP lebih luas
8. Pengecekan validasi
kadaluarsa MSDS

9. Pengecekan kelengkapan APD

10. Pengecekan kelengkapan label


simbol B3 yang ada di ruang
analisis.
11. Pemberian Label simbol
Limbah B3 pada tempat
sampah atau pembuangan
sementara untuk masing
masing karakteristik sampah.
Pemberian garis kuning untuk
menunjukkan kehati-hatian
melewati tempat tersebut.

12. Poster peringatan berlambang


simbol B3 yang ada dalam
ruang analisis

13. Pengecekan kadar slude


menggunaka imhof cone
dengan metode SV30. Dan
pengecekan label pada setiap
equipment
14. Pengecekan kalibrasi alat pada
heater

15. Penegcekan kalibrasi pada alat


conductivity meter

16. Pengecekan kalibrasi alat pada


pH meter portabel

17. Kegiatan perbaikan mesin


blower
18. Kegiatan Audit Internal
(TBRA Walk)

19. Kegiatan meeting bersama


manajer HSE bersama diruang
Tangerine

20. Kegiatan pengambilan sampel


air KIIC

21. Area WWTP tampak dari atas

22. Pengecekan panel dalam


kegiatan maintenance day
diarea Pit Ekualisasi
23. Kegiatan persiapan meeting
bulanan oleh SPV

24. Kegiatan kunjungan ke area


Produksi

25. Perpisahan dengan


Pembimbing lapangan dan
Operator Utility

26. Perpisahan bersama Security


Lampiran Daftar Hadir Mahasiswa
Lampiran Uraian Kegiatan Mingguan

Anda mungkin juga menyukai