Anda di halaman 1dari 4

Problem 4: Vapor-Liquid Equilibria

Chemical Engineering Thermodynamics-03_Course 2020


Chemical Engineering Department - FTUI

Problem #1
Please read the following story obtained from the internet: Your group task is to verify the
underline statements using thermodynamics VLE calculations. You could assume that the LPG sold
by Pertamina is an ideal mixture. Questions:
 in what instances would you prepare a VLE diagram using a bubble-point, dew-point, or
flash point calculation?
 why do you think LPG mixture could be considered as an ideal mixture?
 prepare T,x,y plot at 1 bar and the P,x,y plots at 32, 50, and 80C; at 80C could you predict
if the LPG tank is still safe?
Please verify if the underline statements are correct.

Elpiji Kok Dibuat Mainan


Rabu, 29/09/2010 09:02 WIB
Agus Pambagio – detikNews
Jakarta – Beberapa hari yang lalu saya dihubungi seorang teman yang tinggal di daerah perumahan 
Bumi Serpong Damai (BSD) yang menemukan kejanggalan dengan tabung elpiji Pertamina isi 12
kg miliknya. Pertama, api tidak sebiru biasanya. Kedua, ketika akan mengganti tabung gas yang
sudah kosong, saat mengocok-ngocok terdengar suara gemericik di dalam tabung. Berdasarkan
pengaduan tersebut, selama beberapa hari ini saya berusaha  mencari tahu dengan menghubungi
beberapa pihak yang berwenang, seperti pejabat dan Komisaris Pertamina, Menteri ESDM, Menteri
Negara BUMN, YLKI, rekan-rekan di beberapa milist dan Blackberry Messenger Group serta
berbagai sumber yang memahami persoalan elpiji tabung 12 kg produk Pertamina.
Dari komunikasi saya dengan Komisaris, mereka menyangkal ada perubahan kualitas gas elpiji 12
kg dan meminta saya untuk mengunjungi website Pertamina yang menampilkan program konversi
dan meminta saya untuk mendiskusikan dengan bagian Pemasaran & Niaga. Jawaban ini patut
diduga menghindar dan tidak nyambung. Lalu saya sms Menteri ESDM dan jawabannya : “Tksh 
atas infonya, saya cek”. Itu saja dan sampai tulisan ini saya buat, belum ada perkembangan.
Berhubung saya penasaran, maka saya juga menghubungi salah satu pejabat berwenang di
Pertamina yang kebetulan saya kenal dan ternyata beliau mengakui kalau komposisi Butane dan
Propane pada elpiji tabung 12 kg diubah. Beliau berjanji untuk menyampaikan masalah ini ke
Direksi. Esoknya saya mendapat kabar bahwa Direksi berang setelah persoalan ini diberitakan di
detikcom. Kemudian patut diduga ada instruksi agar pejabat Pertamina dilarang menanggapi,
kecuali Corporate Secretary. Dari beberapa komunikasi di atas, saya semakin yakin bahwa
komposisi isi tabung gas elpiji untuk keperluan rumah tangga memang diubah. Dari komposisi
semula sekitar 60% Propane dan 40% Butane menjadi 60% Butane dan 40% Propane. Komposisi
ini patut diduga mulai berubah dan dipasarkan sekitar awal Agutus 2010.
Perkiraan saya, perubahan komposisi ini dimaksudkan untuk mengurangi bahaya ledakan yang
diakibatkan oleh gas elpiji ukuran 12 kg dan 3 kg. Pertanyaannya, apakah pengurangan kadar
Propane akan mengurangi bencana ledakan elpiji yang sampai hari ini masih terus sahut menyahut
diseluruh Indonesia? Rugikah Pertamina/Negara dengan perubahan komposisi tersebut? Rugikah
konsumen? Pertanyaan selanjutnya jika benar diubah komposisinya, mengapa Pertamina tidak
menginformasikan ke publik sesuai amanat UU No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik? Siapa yang Dirugikan?

1/4
Berdasarkan data yang saya kumpulkan dari engineeringtoolbox.com, memang benar semakin
tinggi komposisi Butane maka tekanan gas dalam tabung juga semakin rendah. Tekanan Propane
akan turun sekitar 1,6 bar jika komposisi Propane diubah dari 60% (6,7 bar pada temperatur 32
derajat C) ke 40% (5,1 bar pada temperatur 32 derajat C). Pertanyaannya berapa daya tahan tabung
elpiji 12 Kg? Sesuai dengan yang tertulis di tabung 12 kg, tabung tersebut didesain sanggup
menahan tekanan sampai 31 bar. Jadi meskipun komposisi Propane 60%, tabung masih sanggup
menahannya, tidak meledak. Lalu mengapa komposisi harus diubah?
Sumber lain menyatakan bahwa komposisi 50% Propane, tekanan pada suhu 32 derajat C hanya
sebesar 104 psi. Sedangkan dengan komposisi Propane 70%,  tekanan pada temperatur 32 derajat C
sebesar 134 psi. Sehingga jika di prorata maka dengan komposisi 60% Propane pada temperatur 32
derajat C, tekanannya 119 psi. Tekanan tersebut masih di bawah yang dipersyaratkan oleh Dirjen
Migas melalui Surat Keputusan No. 25K/36/DDJM/1990 tentang Pengaturan Spesifikasi Elpiji yang
Beredar di Masyarakat, yaitu 120 psi. Lalu mengapa komposisinya harus diubah kalau masih di
bawah tekanan maksimum yang diatur oleh SK Dirjen Migas tersebut? Apa maksud Pertamina
melakukan perubahan komposisi?
Melalui perbincangan saya dengan beberapa pakar kimia dan gas di Indonesia, nilai atau kadar
kalori Butane memang lebih rendah dibandingkan dengan Propane. Sehingga semakin rendah
komposisi Propane maka nyala api akan semakin tidak sempurna, tampak kemerah-merahan, dan
panas yang dihasilkan juga berkurang. Akibatnya untuk memasak konsumen memerlukan waktu
lebih lama dan pada akhirnya diperlukan elpiji lebih banyak.
Kerugian lain yang akan diterima oleh konsumen adalah dengan dinaikkannya komposisi Butane
dari 40% menjadi 60% dan menurunkan Propane dari 60% menjadi hanya 40% akan sering
menyisakan gas Butane yang tidak bisa terbakar di dalam tabung. Kondisi ini terjadi karena tekanan
Butane lebih rendah dari Propane sehingga gas tidak bisa keluar dari tabung. Sisa Butane dalam
tabung diperkirakan masih ada sekitar 10%.
Dengan sisa gas dalam tabung,  jika tabung dikembalikan ke agen dan diisi ulang maka gas baru
yang masuk ke dalam tabung hanya 90%. Jelas ini merugikan konsumen, dengan harga tetap sama
tetapi gas yang akan terbakar kurang dari 100% atau bahkan kurang dari 90% karena adanya 
penumpukan Butane di dalam tabung hasil pengisian sebelumnya. Bayangkan, konsumen
membayar untuk harga gas sebanyak 12 kg, namun yang bisa dibakar untuk memasak hanya sekitar
9,5 kg.
Di sisi lain, Pertamina atau Pemerintah mendapatkan keuntungan dengan adanya sisa Butane di
dalam tabung. Karena ketika masih ada sisa Butane sekitar 10% dalam tabung dan tabung
dikembalikan ke agen, maka agen Pertamina hanya mengisi sekitar 90%-nya saja (sekitar 10,8 kg
untuk tabung 12 kg atau 2,7 kg untuk tabung 3 kg). Namun dijual ke konsumen dengan harga full
12 kg. Jadi Pertamina untung 1,2 kg/tabung isi 12 kg atau 0,3 kg/tabung 3 kg. Belum lagi karena
rendahnya nilai kalori dari Butane maka konsumen akan memerlukan elpiji lebih banyak. Teganya
Pertamina pada konsumennya, jika ini benar-benar terjadi.
Apa yang Harus Dilakukan Konsumen?
Jika semua analisa penulis benar, maka konsumen harus mengantisipasinya dengan baik melalui
beberapa tahapan untuk menghindari kerugian permanen. Pertama, pastikan bahwa api di atas
kompor menyala biru bukan kemerah-merahan. Kedua, ketika kompor tidak lagi bisa menyala
karena gas habis, kocok-kocoklah tabung elpiji yang sudah habis gasnya tersebut. Jika masih ada
suara gemericik, artinya masih ada sisa Butane  di dalamnya. Jika ini terjadi segera kembalikan ke
agen Pertamina.
Konsumen baik secara individu dan kelompok, sesuai dengan UU No 8 tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, dapat melakukan komplain dan gugatan kepada Pertamina karena patut
diduga Pertamina melakukan kebohongan publik. Saya berharap gugatan konsumen bisa difasilitasi
oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).
Selain melakukan gugatan langsung ke Pertamina atau Pemerintah,  sesuai dengan UU No 14 tahun
2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, konsumen dapat melakukan pengaduan ke Komisi
Informasi Publik (KIP) agar Komisi ini dapat segera melakukan pemeriksaan kepada Pertamina.

2/4
Semoga untuk menjawab tulisan saya ini, Kementrian ESDM atau Pertamina dapat segera
menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, agar konsumen tidak kembali dirugikan.
AGUS PAMBAGIO (Pemerhati Kebijakan Publik dan Perlindungan Konsumen).
(nrl/nrl)
Sumber: http://us.detiknews.com/read/2010/09/29/090215/1450940/103/elpiji-kok-dibuat-
mainanRabu,

Problem #2
a) Give a definition for fugacity and fugacity coefficient of pure gases using your own words
b) Determine the fugacity and the fugacity coefficient for saturated steam at 1 atm
c) Determine an expression for the fugacity of a pure gas from the Van der Waals Equation of
state
Problem #3
In addition, your group also given another task, similar but not really the same. A binary mixture of
chloroform (1) and 1,4-dioksan (2) with an equimolar composition (z1=z2=0.5) in a compressed
liquid state di fed to a storage vessel to be maintained at temperature of 50C and pressure of 25
kPa. Your group should determine if the mixture in the vessel will be a mixture of saturated liquid
and saturated vapor, vapor or liquid. If it exist as a mixture of the two phases please determine the
mole-fraction of each phase.
Problem #4
Activity coefficient approach is capable of modelling and correlating VLE of highly non-ideal
mixtures at low pressures.

a) Give a definition for activity coefficient of component i (1) using your own words
b) Comments on the shape of the phase envelope of the following binary mixture:
tetrahydrofuran/carbon tetrachloride, ethanol/toluene, chloroform/tetrahydrofuran, and
furan/carbon tetrachloride. Based your explanation on the molecular structure and molecular
interaction between the molecules
c) List the advantages and disadvantages of using the activity coefficient approach.

Problem #5
Data kesetimbangan fasa uap-cair dari campuran biner metanol (komponen 1) dan metil etil keton
(komponen 2) pada 64.3C dapat dikorelasikan oleh persamaan Wilson dengan parameter-
parameter berikut: 12 = 1.0818 dan 21 = 0.3778. Dengan menggunakan persamaan Antoine untuk
menghitung tekanan uap fluida murni, tentukanlah apabila campuran ini memiliki azeotrop pada
64.3oC.

3/4
LTM yang perlu dibuat adalah sbb:

Pemicu 4 : Pengertian  Menjelaskan penurunan persamaan kerja


Kesetimbangan Kesetimbangan Fasa: untuk koefisien fugasitas
fasa sistem ideal identifikasi kesetim-  Menerapkan konsep koefisien fugasitas
dan tidak ideal bangan fasa, pengertian untuk mendapatkan tekanan uap jenuh
fugasitas, pengertian
koefisien fugasitas,
pengertian tekanan uap
jenuh
Kesetimbangan fasa  Mampu mengidentifikasi larutan bersifat
sistem ideal: identifikasi ideal.
sistem ideal, hukum  Mampu menurunkan persamaan titik
Raoult, titik gelembung, gelembung, titik embun, dan flash
titik embun, flash  Mampu menjelaskan berbagai
perhitungan kesetimbangan fasa yang
umum.
Campuran biner:  Mampu menjelaskan campuran biner
pengertian campuran  Mampu melakukan perhitungan dan
biner menuangkannya dalam bentuk diagram
fasa kesetimbangan cair-uap
Kesetimbangan fasa  Mampu mengidentifikasi larutan bersifat
sistem tak ideal: tak ideal.
pendekatan koefisien  Mampu menjelaskan dan melakukan
aktifitas untuk campuran perhitungan untuk sistem tidak ideal
kompleks (seperti persamaan Margules, NRTL,
Wilson, UNIFAC)

Silakan anda gunakan buku Smith Van Ness bab 10, 11 dan 12. Silakan sesuaikan dengan materi di
atas.

4/4

Anda mungkin juga menyukai