Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH BIOFISIKA

“PERUNUT RADIO AKTIF”

Disusun Oleh :

NAMA : NANDA FEBRIAN (1903)

: PUTRI YASMIN (1903)

: VEVI VERONICA (19034042)

PRODI : FISIKA (NK)

DOSEN : FADHILA ULFA JHORA S.Pd.,M.Si

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
Latar belakang
Ketahanan pangan merupakan kondisi yang diperlukan bagi kemajuan peradaban dan
masa depan manusia. Sejak beberapa abad lalu peradaban selalu berkembang pesat . manusia
dapat mengkoordinisir dan memastikan kebutuhan pangan selalu tersedia. Seribu tahun lalu bumi
hanya dihuni oleh sekitar 300 juta orang, 500 tahun kemudian angkanya diperkirakan naik
menjadi 500 juta orang. 200 tahun lalu jumlah penduduk dunia kemballi meningkat menjadi 1
milyar, dan sejak itu populasi dunia terus melonjak hingga 6 milyar pada tahun 2000.

Para ahli memperkirakan aka nada lebih dari 9 milyar penduduk dunia pada tahun 2050
yang harus dipenuhi kebutuhan pangannya dan 300 juta diantaranya hidup di Indonesia. Namun,
seiring dengan jumlah penduduk yang semakin banyak, jumlah lahan untuk pertanian semakin
berkurang, sehingga para petani harus mendapatkan hasil yang lebih tinggi dari tanah yang
tersedia dengan tetap mempertahankan kualitas tanah dan air untuk keberlanjutan pertanian
dimasa datang.

Pada saat yang sama pertanian seluruh dunia akan menghadapi tantangan yang besar
terkait perubahan iklim, kekeringan dan perubahan periode dari musim tanam yang akan terjadi
secara drastic akibat perubahan temperature dan kelembapan tanah. Dengan demikian ketahanan
pangan dimasa depan salah satunya akan bergantung pada kemampuan adaptasi benih dan
budidaya pertanian untuk menghadapi tantangan yang ada.

Para ilmuwan terus berusahan menemukan berbagai cara unntuk meningkatkan hasil
panen melalui metode pemuliaan modern salah satunya dengan menggunakan radiasi. Metode
inipun mampu menghasilkan varietas tanaman dengan sifat jauh lebih baik daripadai varietas
induknya. Seperti waktu tanam yang lebih pendek, hasil yang lebih tinggi , meningkatkan kulitas
tanaman yang mampu beradaptasi dan toleran terhadap perubahan faktor iklim serta memiliki
ketahanan yang lebih baik terhadap hama dan penyakit tanaman.

Untuk menghasilkan mutasi tanaman yang diinginkan. Biji atau bagian tanaman lainya
dipaparkan dengan radiasi penion seperti sinar gama. Benih yang telah diradiasi kemudian
ditanam dan seleksi untuk mendapatkan karakteristik yang diinginkan. Tanaman sidik manusia
bersamaan dengan varietas induk da varietas control untuk mengethaui daya adaptasi dan
kestabilan hasilnya sebelum dilepaskanke masyarakat. Walaupun diradiasi para petani dan
konsumen tidak perlu merasa khawatir tidak meninggalkan sisa radiasi pada bahan pangan.

Proses ini telah digunakan oleh lebih 70 negara di dunia seperti cina,brazil, mesir,jepang,
thailan , Vietnam, amerika serikat, inggris , rusia,termasuk Indonesia.teknik mutasi radiasi telah
digunakan untuk menginduksi secara aman dan meningkatkan keragaman kenetika tanaman
seperti padi, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, gandum, sorgum, dan sebagainya. Metode
pemuliaan tanaman merupakan salah satu solusi pemenuhan ketersediaan pangan yang
berkontribusi pada masa depan pertanian Indonesia yang lebih cerah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, maka diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut:

1. apa yang dimaksud dengan teknik perunutan radioaktif atau radioisotop?

2. apa saja penerapan pemanfaatan dari teknik penurutan radioaktif?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui pengertian teknik perunutan radioaktif atau radioisotop.

2. Mengetahui penerapan pemanfaatan dari teknik penurutan radioaktif.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Pembaca pada umumnya agar dapat memberikan informasi terhadap efisiensi pemupukan
yang optimal melalui penentuan jam makan tanaman sawi hijau

2. Bagi Penulis Menambah pengetahuan dalam penentuan keradiaoktifan dan penentuan jam
makan pada tanaman khususnya pada tanaman sawi hijau
Bab 2

Pembahasan

Pengertian teknik perunutan

Teknik perunut adalah suatu teknik yang digunakan untuk tujuan mendapatkan

informasi perilaku dari obyek dengan cara menandai obyek tersebut dengan suatu bahan

tertentu. Yang dimaksud dengan obyek disini adalah suatu sistem yang dinamis, artinya

bahwa sistem atau bagian dari sistem tersebut mengalami perubahan sebagai fungsi dari

ruang dan atau waktu. Sebagai contoh dari sistem dinamis itu misalnya aliran suatu

populasi masa atau material induk. Sedang yang dimaksudkan dengan bahan tertentu

adalah bahan perunut itu sendiri. Dalam sistem yang dinamis bahan perunut bercampur

dengan aliran populasi masa. Informasi yang ingin diketahui dari sistem tersebut

diperoleh dengan cara mendeteksi perunut yang telah bercampur homogen dengan

aliran masa dari sistem yang diselidiki (IAEA, 2008).

Perunutan merupakan suatu proses pemanfaatan senyawa yang telah ditandai

dengan isotop atau radioisotop untuk menjadi bagian dari sistem biologi atau mekanik

sehingga diketahui mekanisme yang terjadi atau diperoleh suatu hasil pengukuran.

Teknik perunut dapat menggunakan isotop atau radioisotop. Dasar aplikasi dari teknik

perunut dengan isotop stabil adalah sifat kimia spesifik dari unsur yang digunakan

dengan berat molekul yang berbeda. Contoh isotop stabil adalah 15N, 52Cr, 13C, dan

lainnya. Alat yang digunakan untuk mengukur isotop stabil seperti

massatomic spektrofotometer, X-ray flourescene (XRF), dan Neutron Atomic

Absorbtion (NAA). Sedangkan dasar aplikasi dari teknik perunut dengan radioisotop
adalah paparan aktivitas dari masing-masing unsur yang digunakan. Contoh radioisotop

adalah 14C, 45

Ca, 32P, 3

H. Alat yang dapat digunakan untuk mengukur aktivitas

paparannya adalah Liquid Scintilation Counter (LSC), Gamma Counter.

Perunut dengan isotop radioaktif 32P yang tergabung dalam larutan senyawa

H3PO4, dalam hal ini dipakai untuk menentukan atau mencirikan kadar zat makanan

unsur fosfor (P) pada bagian daun tanaman sawi hijau. Pada umumnya pemakaian

perunut dengan isotop radioaktif 32P dipakai dalam lapangan pertanian khususnya dalam

penelitian pemupukan. Hal ini disebabkan karena pemupukan dengan fosfat adalah

ekonomis, penting, dan juga mudah dipakai. Dari semua radiofosfor yang diketahui,

yaitu 29P, 30

P, 32P, 33

P, dan 34

P, hanya isotop radioaktif 32P yang sering dipergunakan

sebagai perunut. Karena isotop radioaktif P32 ini dapat dibuat dalam reaktor nuklir, yaitu

penembakan 31

P dengan netron menurut reaksi seperti berikut ini :

n + 31

P→

32P+ 𝛾𝛾 (2.1)

Isotop 32P dapat digunakan untuk menentukan efisiensi pupuk P, untuk


mempelajari residu pupuk P, P tersedia dalam tanah, pola perakaran aktif tanaman,

distribusi perakaran dalam tanah, evaluasi agronomis fosfat alam dan ketersediaan P

dari residu pupuk P (IAEA, 1990).

Potassium phosphate adalah garam larut yang digunakan sebagai pupuk,

aditif makanan, sumber fosfor, agen buffering, kalium dan fungisida. Ketika digunakan

dalam campuran pupuk fosfat dengan urea dan amonium, senyawa ini dapat

meminimalkan keluarnya amonia dengan menjaga pH pada tingkat yang relatif rendah.

Potassium phosphate berisi 52 % P2O5 dan K2O 34 %. Senyawa ini sering digunakan

sebagai sumber nutrisi dan sebagai aditif dalam rokok. Potassium phosphate memiliki

formulasi sebagai berikut:

Gambar 2.1 Formulasi Potassium Phosphate (Sciencelab, 2012b)

IAEA (2008). Radiotracer Residence Time Distribution Method For Industrial and
Environmental Applications. IAEA-TSC-31. IAEA, Vienna, 135p

IAEA. 1990. Use of Nuclear Techniques in Studies of Soil-Plant Relationships.


International Atomic Energy Agency. Vienna.

Pemanfaatan teknik perunutan radioaktif


Teknik perunut radioaktif memiliki manfaat diberbagai bidang yaitu dimana dapat diterapkan
dalam mengungkap fenomena-fenomena yang terjadi seperti dibidang pertanian kedokteran,
industri, dan hidrologi
2.2.1 Bidang Pertanian

1. Efesiensi pemupukan tanaman dengan teknik perunut.

Pupuk tersebut kemudian diberikan pada tanaman dan setelah periode waktu dilakukan
pendeteksian radiasi pada tanaman tersebut. Radioisotop yang digunakan sebagai perunut dalam
penelitian efesiensi pemupukan tanaman adalah fosfor-32 (32P). Teknik perunut dengan
radioisotop akan memberikan cara pemupukan yang tepat dan hemat .

Pupuk harganya relatif mahal dan apabila digunakan secara berlebihan akan merusak
lingkungan, sedangkan apabila kurang dari jumlah seharusnya hasilnya tidak efektif. Untuk itu
perlu diteliti jumlah pupuk yang diserap oleh tanaman dan berapa yang dibuang ke lingkungan.
Penelitian ini dilakukan dengan cara memberi “label” pupuk yang digunakan dengan suatu
isotop, seperti nitrogen-15 atau phosphor-32.

Efisiensi pemupukan dari segi sosial ekonomi dapat diungkapkan secara konsepsional dalam
bentuk berbagai efisiensi respon, efisiensi alokasi dan efisiensi biaya. Efisiensi respon dapat
diukur dari besarnya keluaran hasil panen untuk setiap satuan unsur hara pupuk yang diberikan.
Dapat pula diartikan sebagai jumlah kenaikan hasil panen suatu pertanaman dari setiap satuan
unsur hara yang diberikan. Efisiensi respon dapat pula dinyatakan dengan jumlah unsur hara
mineral yang diperlukan tanaman untuk mencapai tingkat produksi tertentu. Efisiensi alokasi
didasarkan pada perbedaan daya guna antara berbagai komoditi yang berkaitan dengan
kebijaksanaan pemeriirntah dalam meningkatkan pendapatan petani dan pemerataan
pembangunan. Efisiensi biaya menyangkut besamya biaya produksi pupuk, penyaluran dan.
penggunaan oleh petani.

Pertumbuhan tanaman ditenrukan oleh beberapa faktor, antara lain oleh struktur tanah,
ketersediaan hara tanaman dalam tanah, ketersediaan air dan udara dalam ranah, serta
perkembangan sistem perakaran tanaman dalam tanah. Oleh karena itu untuk meningkatkan
produktivitas tanaman harus mempertimbangkan faktor-faktor tersebut diatas. Salah satu cara
yang paling mudah untuk meningkatkan ketersediaan hara tanaman yang terkandung dalam
tanah, yaitu dengan cara memberikan pupuk organik dan atau pupuk buatan.

Pemberian pupuk dalam paket pemupukan mempunyai komposisi yang terdiridari faktor faktor
unggul dalam pemupukan Faktor-faktor unggul yang perlu diperhatikan dalam pemupukan yaitu
pemakaian jarak tanam optimum , pemakaian takaran pupuk optimum, cara pemupukan yang
dianggap baik,serta pemberian pupuk sejalan dengan fase respon tanaman terhadap pupuk.

Pada kenyataannya ktersediaan pupuk alam sangat terbatas, sedangkan pupuk buatan berlimpah
dan dapat diperoleh dengan mudah. Kemudahan mendapatkan pupuk buatan ini yang mendorong
petani menggunakan pupuk secara berlebihan , padahal kemampuan tanaman menyerap unsur-
unsur hara yang terkandung dalam pupuk sangat terbatas yakni sesuai dengan yang dibutuhkan
saja. Dengan demikian apabila tanaman diberi pupuk secara berlebihan maka ketersediaan hara
didalam tanah akan melimpah atau melebihi takaran yang dibutuhkan tanaman, yang akan
mengakibatkan sisanya (residu) terbuang kelingkungan.

Pemberian pupuk pada suatu tanaman akan meningkatkan aktivitas sistem perakaran, akibatnya
tentu akan meningkatkan kemampuan akar menyerap baik unsur hara dari pupuk maupun dari
tanah asli. Pengambilan hara dari tanah dilakukan oleh akar tanaman, untuk kemudian
didistribusikan kebatang dan daun.

Tingkat penyebaran unsur P pada bagian-bagian tanaman dipengaruhi oleh aktivitas bagian-
bagian tanaman tersebut. Diperkirakan bahwa bagian daun menyerap unsur P paling banyak
karena digunakan sebagai pusat kegiatana similasi.

Dapat dikatakanbahwa penggunaan metode perunula n dengan radioisotop, memiliki


kemungkinanbesar meningkatkanketelitian untuk mencari metode p n<lckatan dalam meneliti
efisiensi penggunaanpupuk.

Radioisotop P-32 yang terikat dalam senyawa superfosfat(pupuk) memiliki sifat kimia sama
dengan isotopP-30 yang terkandung dalam ta. Maka di dalam tanah kedua isotop ini
merniliki perilaku yang sama. Perbedaannya P-32 memancarkan radiasi β yang dapat dideteksi,
sedangkan P-30 tidak memancarkan radiasi. Data yang terekam pada detektor benar-benar
merupakan data yang berasal dari maasuknya P- 32 kedalam tanaman. Dengan demikian P-30
yang berasal dari tanah dengan serapan P-32 yang berasal dari pupuk dapat dibedakan dengan
mudah;yaitu dengaan menghitung laju cacah radiasi β yang dipancarkan dari P-32 serta
membandingkan dengan laju cacah yang diperoleh dari larutan standar, maka dapat ditentukan
kadar radioisotope P-32 atau pupuk yang terserap oleh tanaman.
Ditinjau dari keselamatan kerja dan lingkungan, penggunaan radioisotope P-32 relatif aman,
karena radioisotope P-32 memiliki umur paro(umuryang diperlukan oleh suatu inti untuk
meluruh hingga jumlah inti tinggal separo dari jumlah inti mula-mula )relative pendek yaitu
14,3 hari dan energi kinetik reratanya 0.7 MeV (radiasi zarah β dengan energi kinetik >200 MeV
dianggap menimbulakn bahaya meskipun sumbernya ada di luartubuh) serta hanya memancarkan
radiasi b sebagai sumber radiasi eksternal yang mudah diproteksi. Disamping itu, hasil akhirnya
peluruhan radioisotop P-32adalah membentuk unsurS-32 yang stabil. Unsur S-32 merupakan
salah satu unsur kimia penyusun tanah.

Kusuma M. Hadi, Agus Budhie Wijatna. 2008. STUDI METODE PEMUPUKAN


MENGGUNAKAN PERUNUT P-32 UNTUK MENGENDALIKAN PENCEMARAN
LINGKUNGAN. Ecolab. Vol. 2 No 1 hal 34-41.

2. Pemuliaan tanaman dengan teknik mutasi radiasi

Peran utama teknologi nuklir dalam pemuliaan tanaman adalah kemampuannya dalam
menginduksi mutasi pada materi genetik (gen, DNA dan kromosom). Induksi mutasi merupakan
salah satu cara untuk meningkatkan keragaman tanaman menggunakan mutagen dapat berupa
mutagen fisik dan mutagen kimia. Mutagen fisik yang sering digunakan adalah ionisasi partikel
alpha, beta dan radiasi gamma sedangkan mutagen kimia adalah sulphur mustard, etil metan
sulfonat. Mutagen fisik bersifat sebagai radiasi pengion dan mampu menimbulkan ionisasi,
melepas energi ionisasi ketika melewati atau menembus materi. Diantara mutagen fisik yang ada,
sinar gamma yang paling banyak digunakan karena memiliki energi dan daya tembus yang lebih
tinggi . Energi dan daya tembus yang lebih tinggi dapat meningkatkan variabilitas genetik untuk
menghasilkan mutan baru. Radiasi gamma dapat menginduksi terjadinya mutasi karena sel
terpapar energi radiasi tinggi, sehingga dapat mempengaruhi atau mengubah reaksi kimia sel
tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen sampai
perubahan pada kromosom tanaman

Penggunaan dosis radiasi tergantung pada jenis tanaman, fase tumbuh, ukuran, kekerasan dan
bahan yang akan dimutasi .Pemberian dosis yang terlalu tinggi akan menghambat pembelahan
sel yang menyebabkan kematian sel atau berpengaruh terhadap proses pertumbuhan tanaman,
menurunnya daya tumbuh dari tanaman dan morfologi tanaman. Tetapi dosis radiasi yang terlalu
rendah tidak cukup untuk memutasi tanaman karena frekwensi mutasi terlalu rendah

Sari,Ni Made Purmita , Gusti Ngurah Sutapa , A.A. Ngurah Gunawan.2020. Pemanfaatan Radiasi
Gamma Co-60 untuk Pemuliaan Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.) dengan Metode Mutagen Fisik.
Buletin Fisika. Vol 21 No. 2 Agustus 2020 : 47 – 52

3. Pengendalian hama tanaman dengan teknik serangga mandul

Teknik Serangga Mandul (TSM) adalah suatu teknik pengendalian hama yang relatif baru,
potensial, dan kompatibel dengan teknik lain. Teknik ini meliputi iradiasi koloni serangga di
laboratorium dengan sinar γ, n atau x, kemudian secara periodik dilepas di lapang sehingga
tingkat kebolehjadian perkawinan antara serangga mandul dan serangga fertil makin menjadi
bertambah besar dari generasi pertama ke generasi berikutnya akibat makin menurunnya
persentase fertilitas populasi serangga di lapang.

Pengaruh penglepasan serangga mandul (dengan rasio 9:1 terhadap serangga jantan alami dan
potensi reproduksi setiap ekor serangga betina induk pada tiap generasi menghasilkan keturunan
5 ekor serangga betina) terhadap model penurunan populasi serangga didiskusikan secara
konseptual. Dari generasi induk sebanyak satu juta ekor serangga betina menurun menjadi
26.316 ekor, 1.907 ekor, 10 ekor, dan 0 (nihil) berturut-turut pada generasi keturunan ke pertama
,kedua, ketiga dan yang keempat .Selanjutnya apabila teknik jantan mandul dipadukan dengan
teknik kimiawi (insektisida) dengan daya bunuh 90 % menjadi bertambah efektif dibandingkan
hanya dengan penerapan teknik jantan mandul saja.

Dari populasi serangga satu juta ekor pada generasi I menurun menjadi 2.632 , 189, dan 0 ekor
berturut-turut untuk keturunan I,II, dan III. Pada Lepidoptera ditemukan adanya fenomena
kemandulan yang diwariskan (inherited sterility). Kemandulan yang diwariskan kepada
keturunan pertama, menurut Knipling (1970) disebabkan oleh terjadinya translokasi kromosom
pada gamet. Pada individu yang heterozygot akan mati dan individu yang homozygot masih
dapat hidup. Fenomena kemandulan bastar antar spesies pertama kali ditemukan oleh Laster
(1972) pada perkawinan antara Heliothis virescens (F) jantan dan Heliothis subflexa Guenee
betina. Ngengat jantan keturunan pertama dari hasil perkawinan antara H. virescens dan H.
subflexa menjadi mandul dan yang betina tetap fertil. Bila ngengat betina keturunan pertama ini
dikawinkan secara back cross dengan H. virescens jantan maka kejadian akan berulang kembali
yaitu keturunan yang jantan mandul dan yang betina fertil (F2 jantan menjadi mandul dan yang
betina fertil).

Konsep penggunaan serangga hama untuk pemberantasan atau pengendalian serangga hama itu
sendiri melalui sistem pelepasan serangga mandul berasal dari Knipling dalam Henneberry pada
tahun 1979 (4). Teknik ini meliputi pemeliharaan massal serangga hama yang menjadi sasaran
pengendalian, kemandulan yang terinduksi oleh ionisasi radiasi dan pelepasan jumlah serangga
hama dalam jumlah yang cukup banyak untuk mendapatkan perbandingan yang tinggi antara
serangga mandul yang dilepas dan populasi serangga alam.

Perkawinan serangga sebagian besar terjadi antara serangga jantan mandul dengan serangga
betina alam sehingga potensi penampilan reproduksi serangga alam berkurang secara
proporsional. Konsep TSM secara eksperimental di lapang telah dapat dibuktikan melalui
keberhasilan program eradikasi lalat ternak Cochliomyia hominivorax Coquerel di pulau
Curacao di selat Caribia Amerika Serikat pada tahun 1958 -1959 (5). Biaya yang diperlukan
untuk program eradikasi tersebut sebesar US $ 10 juta dan dampak keberhasilan dari program
tersebut adalah penghematan biaya pengendalian sebesar US $ 140 juta.

Setelah keberhasilan tersebut kemudian Knipling menulis makalah untuk pertama kali tentang
teori, dasar-dasar potensi dan limitasi metoda TSM. La Chance (3) mengemukakan syarat
keberhasilan penggunaan teknik serangga mandul sebagai berikut :

1. Kemampuan pemeliharaan serangga secara massal dengan biaya murah.

2. Serangga hama sebagai target pengendalian harus dapat menyebar ke dalam populasi serangga
alam sehingga dapat kawin dengan serangga betina fertil dan mampu bersaing dengan serangga
jantan alami.

3. Irradiasi harus tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap perilaku kawin dan umur
serangga jantan.

4. Serangga betina kawin satu kali, bila serangga betina kawin lebih dari satu kali maka produksi
sperma jantan iradiasi harus sama dengan produksi sperma jantan alam.
5. Serangga hama yang akan dikendalikan harus dalam keadaan populasi rendah. Untuk itu
populasi serangga harus dikendalikan dengan teknik lain agar cukup rendah sehingga TSM
cukup ekonomis untuk digunakan.

6. Biaya pengendalian dengan teknik serangga mandul harus lebih rendah dibandingkan dengan
teknik konvensional.

7. Apabila TSM memerlukan biaya yang lebih tinggi dari teknik konvensional, perlu justifikasi
yang kuat misalnya keuntungan dari aspek perlindungan lingkungan dan kesehatan.

8. Serangga mandul yang dilepas harus tidak menyebabkan kerusakan pada tanaman, ternak atau
menimbulkan penyakit pada manusia.

Menurut Knipling ada 2 macam metode Teknik Serangga Mandul yaitu :

1. Metode yang meliputi pembiakan massal, pemandulan serangga di laboratorium dan


penglepasan serangga mandul ke lapang.

menerangkan jika ke dalam suatu populasi serangga dilepaskan serangga mandul, maka
kemampuan populasi untuk berkembangbiak akan menurun sesuai dengan perbandingan antara
serangga mandul yang dilepaskan dan populasi serangga di lapangan. Apabila perbandingan
antara serangga jantan mandul dengan serangga jantan normal yang ada di lapangan 1 : 1, maka
kemampuan berkembangbiak populasi tersebut akan menurun sebesar 50%. Jika perbandingan
tersebut adalah 9 : 1, maka kemampuan populasi tersebut untuk berkembang biak akan menurun
sebesar 90% dan seterusnya.

2. Metode pemandulan langsung

Metoda kedua, yaitu metoda tanpa penglepasan serangga yang dimandulkan. Metode ini
dilaksanakan dengan prinsip pemandulan langsung terhadap serangga di lapangan dengan
menggunakan kemosterilan baik pada jantan maupun betina. Dengan metode kedua ini akan
diperoleh dua macam pengaruh terhadap kemampuan berkembang biak populasi. Kedua
pengaruh tersebut adalah kemandulan sebagian serangga lapangan sebagai akibat langsung dari
kemosterilan dan pengaruh kemudian dari serangga yang telah menjadi mandul terhadap
serangga sisanya yang masih fertil. Namun demikian khemosterilan merupakan senyawa kimia
yang bersifat mutagenik dan karsinogenik pada hewan maupun manusia sehingga teknologi ini
tidak direkomendasikan untuk pengendalian hama

Sutrisno,singgih. 2006. PRINSIP DASAR PENERAPAN TEKNIK SERANGGA MANDUL UNTUK


PENGENDALIAN HAMA PADA KAWASAN YANG LUAS. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi.vol
2(2):39-40.

2.2.2 Bidang Kedokteran

Berbagai jenis radioisotop digunakan sebagai perunut untuk mendeteksi (diagnosa) berbagai
jenis penyakit, antara lain:

1. Talium-201 (Ti-201) untuk mendeteksi kesehatan jantung

2. Iodin-131 (I-31) untuk mendeteksi kerusakan pada kelenjar tiroid (gondok)

3. Xenon-133 (Xe-133) untuk mendeteksi penyakit paru paru

4. Co-60 untuk terapi tumor atau kanker

Terapi tumor atau kanker. Co-60 : pemancar gamma untuk terapi tumor/ kanker. Berbagai jenis
tumor atau kanker dapat diterapi dengan radiasi. Sebenarnya, baik sel normal maupun sel kanker
dapat dirusak oleh radiasi tetapi sel kanker atau tumor ternyata lebih sensitif (lebih mudah
rusak). Oleh karena itu, sel kanker atau tumor dapat dimatikan dengan mengarahkan radiasi
secara tepat pada sel-sel kanker tersebut.

Pada dasarnya makhluk hidup yang berada di alam ini telah menerima paparan radiasi baik yang
berasal dari sumber radiasi alamiah maupun radiasi akibat penggunaan zat radioaktif. Terkait
penggunaan radioisotop dalam bidang kedokteran, salah satu rumah sakit di Semarang yaitu

rumah sakit Dokter Kariadi, menggunakan zat radioaktif Dan , sebagai sumber radiasi
pada pesawat teleterapi dan digunakan untuk mendiagnosa ataupun untuk pengobatan. Fasilitas
kedokteran nuklir ini terletak di ruangan instalasi radiodiagnostik dan berdekatan dengan ruang
Merak.

Setiap tahun semakin meningkat jumlah pasien dengan berbagai penyakit yang perlu
disembuhkan dengan radio terapi, Maka rumah sakit tersebut menambah fasilitas alat kesehatan
yang berupa pesawat teleterapi untuk pengobatan khususnya kanker. Terkait hal itu
kemungkinan adanya radioisotop yang terbebas di lingkungan sekitar fasilitas kedokteran nuklir
dapat terjadi sehingga perlu adanya pengawasan dan pengukuran radioaktivitas lingkungan.
Pemancaran radiasi secara terus-menerus sepanjang waktu dari inti radioaktif akan
mengakibatkan berkurangnya jumlah inti atom radioaktif. Peristiwa penyusutan jumlah inti atom
disebut peluruhan. Pengurangan jumlah zat radioaktif berlangsung secara eksponensial, sehingga
jumlah zat radioaktif yang tertinggal setiap saat adalah:

Peristiwa radioaktivitas berkaitan erat dengan kestabilan inti suatu atom. Inti atom yang tidak
stabil akan menunjukkan gejala radioaktivitas. Radioaktivitas adalah gejala perubahan inti atom
secara spontan yang disertai radiasi berupa zarah atau gelombang elektromagnetik. Zat radioaktif
akan mengalami peluruhan sehingga terjadi perubahan jumlah inti atom yang menyebabkan
perubahan dari unsur satu ke unsur yang lain. Laju peluruhan inti radioaktif Disebut aktivitas.
Semakin besar aktivitas, Semakin besar inti atom yang meluruh per Detik. Aktivitas bergantung
pada jumlah inti Radioaktif N dalam sampel dan juga pada Konstanta peluruhan sehingga :

Aktivitas merupakan perubahan jumlah inti radioaktif tiap satuan waktu (t).
Dengan mengalikan Kedua belah ruas dengan A maka,

Keterangan:

= aktivitas awal (pada saat t = 0)

= aktivitas pada saat (t)

Satuan SI dari aktivitas diberi nama Sesuai dengan orang yang pertama kali Menemukan radio-
aktivitas pada tahun 1896 Yaitu Henri Becquerel. 1 becquerel = 1 Bq = 1 Kejadian/sekon Satuan
lain yang digunakan yaitu Curie. 1 Curie = kejadian/s =37 GBq.

Radioaktivitas lingkungan merupakan Gejala perubahan inti atom secara spontan Yang disertai
radiasi berupa zarah atau Gelombang elektromagnet pada daerah Tertentu yang dekat dengan
fasilitas nuklir, Atau bagian alam yang berhubungan dengan Kehidupan manusia serta kegiatan
manusia Setiap hari, seperti udara (atmosfir), tanah, Sawah, ladang, rumput, air, hewan, tanaman
(Wardhana, 1994: 50).

Ditinjau dari proses Terbentuknya unsurunsur radioaktif atau Sumbersumber radiasi lainnya
yang ada di Lingkungan ini, sumber radiasi dapat Dikelompokkan kedalam dua golongan yaitu
Sumber radiasi alam dan sumber radiasi Buatan. Radioisotop yang menyebabkan Timbulnya
radioaktivitas lingkungan, berasal Dari radioaktivitas alam dan radioaktivitas Buatan yang
disertai dengan bentuk Peluruhan berikut ini: Radiasi Alpha, Radiasi Beta Min, Radiasi Beta
Plus, Tangkapan Elektron Orbital, Radiasi Gamma, Transisi Isomerik, Konversi Internal, Radiasi
Neutron. Berbagai bentuk peluruhan radioisotop tersebut, dapat menyebabkan radiasi sampai ke
lingkungan dan menyebabkan pencemaran radioaktivitas lingkungan. Spektrometri diartikan
sebagai suatu metode pengukuran dan identifikasi unsur-unsur radioaktif di dalam suatu sampel
dengan cara mengamati spektrum karakteristik yang muncul akibat interaksi sinar yang
dipancarkan zat radioaktif tersebut dengan detektor. Sebelum spektrometri digunakan perlu
dikalibrasi terlebih dahulu. Ada dua macam kalibrasi yaitu kalibrasi energi dan kalibrasi efisiensi
(Sunardi, 2006: 761).

Teknik fluoresensi sinarx merupakan teknik analisis yang dapat menganalisis unsur yang
terkandung didalam suatu sampel. Prinsip kerja dari analisis ini yaitu dengan menggunakan
tabung pembangkit sinarx yang digunakan untuk mengeluarkan elektron dari kulit bagian dalam
yang dimiliki atom sehingga akan menghasilkan sinarx baru dari sampel yang dianalisis.
Instrument yang digunakan pada analisis XRF yaitu detektor, optik dan sumber cahaya yang
berupa radioisotop. Analisis dengan menggunakan XRF dapat dilakukan dengan metode
kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dapat memberikan informasi kandungan unsur yang
terdapat dalam cuplikan. Semakin besar intensitas yang muncul, semakin banyak kandungan
unsur tersebut dalam suatu cuplikan. Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengkonversi
hasil yang diperoleh dari analisis kualitatif yang berupa intensitas dalam satuan cps (counts per
second) menjadi satuan prosen berat atau ppm (part per million). Pada penelitian ini ingin
diketahui laju acah radiasi pada cuplikan yang diambil di sekitar Instalasi Radiodiagnostik dan
untuk mengetahui jenis radioisotope yang terkandung di dalam cuplikan tersebut.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tiga tahap yaitu tahap pengambilan
cuplikan, preparasi cuplikan dan analisis cuplikan. Tahap pertama, pengambilan cuplikan
dilakukan dengan mengambil cuplikan tanah, tanaman, air dan debu pada lokasi yang berbeda
yaitu cuplikan tanah diambil di bagian depan dan belakangInstalasi Radiodiagnostik, cuplikan
tanaman diambil di bagian belakang Instalasi Radiodiagnostik, cuplikan air diambil di wastafel
ruang Instalasi Radiodiagnostik, cuplikan debu diambil di ruang Instalasi Radiodiagnostik dan
Ruang Rawat Inap Merak yang berdekatan dengan Instalasi Radioadiagnostik.

Tahap kedua yaitu preparasi cuplikan. Masingmasing cuplikan yaitu tanah, tanaman, dipreparasi
dengan cara dikeringkan, kemudian dihaluskan dan diayak. Untuk cuplikan air diambil kerak
airnya dengan cara memanaskan 15 liter air sampai dihasilkan 3 liter air. Sisa tersebut kemudian
dikeringkan dan diambil keraknya. Sedangkan untuk cuplikan debu dapat secara langsung
dianalisis.

Tahap ketiga, yaitu analisis cuplikan menggunakan spektrometri gamma dan XRF. Cuplikan
tanah, tanaman dan debu dianalisis menggunakan spektrometri gamma. Sebelum spektrometri
gamma digunakan dilakukan terlebih dahulu pengkalibrasian yaitu kalibrasi energi dan kalibrasi
efisiensi.

Kalibrasi energi bertujuan untuk mengetahui hubungan antara nomor salur dan tenaga. Kalibrasi
ini dilakukan dengan cara mencacah sumber standar 60 Co 27 dan 137 Cs 55 selama 300 detik.
Hasil pencacahan ini akan memberikan data energi dari sumber standar dan nomor salur.
Kemudian dari data tersebut dibuat plot sehingga akan diperoleh garis linier hubungan antara
energy dan nomor salur. Melalui kalibrasi ini dapat diketahui efisiensi alat. Kalibrasi ini
dilakukan dengan cara mencacah sumber standar 152 Eu 63 selama 300 detik.

Setelah pengkalibrasian dilakukan, kemudian cuplikan dianalisis dengan cara masing-masing


cuplikan (tanah, tanaman, dan debu) dicacah selama 4000 sekon. Cuplikan air dianalisis
menggunakan XRF, seperti halnya spektrometri gamma sebelum XRF digunakan terlebih dahulu
dilakukan pengkalibrasian yaitu kalibrasi energi dan kalibrasi pengujian.

Setelah pengkalibrasian dilakukan dilakukan, kemudian cuplikan air dianalisis dengan cara
mencacah cuplikan air selama 60 sekon.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kalibrasi Spektrometri Gamma


-Hasil analisi cuplikan air dengan XRF
Radioaktivitas lingkungan diukur menggunakan metode spektrometri . Hasil pengkalibrasian
yang telah dilakukan menunjukkan spektrometer layak digunakan. Hal ini dapat dilihat pada
kurva kalibrasi energi dan kurva kalibrasi efisiensi. Kurva kalibrasi energi (Gambar1 dan 2)
menunjukkan hubungan linieritas yang baik antara nomor salur dan energi gamma Berdasarkan
hasil pencacahan cuplikan yang telah dilakukan menggunakan spektrometri , menunjukkan
adanya aktivitas zat radioaktif yang terbebaskan di lingkungan sekitar instalasi radiodiagnostik
rumah sakit Dokter Kariadi Semarang.

Hasil pengukuran radioaktivitas lingkungan ( Tabel 1) menunjukkan laju cacah radiasi pada
cuplikan debu yang diambil di ruang radiodiagnostik mempunyai nilai terbesar. Laju cacah ini
memberikan petunjuk adanya aktivitas zat radioaktif yang dibebaskan di sekitar ruang tersebut.
Hal ini disebabkan karena adanya ruang terapi 131 I 53 yang berada di dalam instalasi
radioadiagnostik yang memberikan konstribusi kontaminasi sehingga mengakibatkan terjadinya
radioaktivitas lingkungan.

Menurut Wiyono (2006), isotop 131I53 merupakan sumber radiasi terbuka yang mempunyai
sifat mudah menguap, sehingga dari sifat tersebut, pelepasan isotop yang terjadi disebabkan
kontaminasi melalui udara yang terakumulasi menjadi debu. Aktivitas zat radioaktif juga
terdeteksi di ruang Merak. Ruang Merak ini terletak di depan ruang fasilitas kedokteran nuklir
yaitu ruang terapi 131 I 53.

Menurut Suhaedi (2004), banyaknya paparan radiasi yang disebabkan karena pelepasan
radioisotop ke dalam lingkungan dipengaruhi oleh jarak sumber radioisotop dari lingkungan dan
lamanya waktu penggunaan sumber radioisotop tersebut. Berdasarkan letak ruang rawat inap
Merak yang dekat dengan instalasi radiodiagnostik menyebabkan adanya indikasi pelepasan zat
radioaktif di sekitar ruangan tersebut sehingga menimbulkan adanya radioaktivitas lingkungan di
sekitar ruang rawat rnap Merak.

Hasil laju cacah cuplikan tanaman yang diambil di belakang instalasi radiodiagnostik
mempunyai nilai paling sedikit. Kecilnya laju cacah radiasi tanaman, disebabkan karena aktivitas
zat radioaktif yang terlepas di belakang instalasi radioadiagnostik kecil. Hal ini disebabkan
karena cuplikan tanaman yang diambil di belakang instalasi radiodiagnostik berada jauh dari
letak sumber radiasi teletrapi yaitu ± 15 meter, sehingga kemungkinan terjadinya paparan
pelepasan zat radioaktif kecil.

Cuplikan tanah yang diambil di bagian depan ruang radiodiagnostik mempunyai laju cacah
1,817±0,012 cps. Bila di bandingkan dengan laju cacah cuplikan tanah yang diambil di bagian
belakang radiodiagnostik, laju cacah ini mempunyai nilai kecil. Hal ini menunjukkan bahwa
aktivitas zat radioaktif yang dibebaskan di bagian depan radiodiagnostik kecil dibandingkan
dengan bagian belakang radiodiagnostik. Kecilnya laju cacah cuplikan tanah dibagian depan
radiodiagnostik disebabkan karena cuplikan tanah yangdiambil berada jauh dari tempat
penggunaan zat radioaktif sehingga kemungkinan terjadinya kontaminasi kecil.

Berdasarkan hasil analisis isotop yang terkandung dalam cuplikan (Tabel 2), sebagian besar
mengandung isotop Iodine dan Cobalt. Iodine biasa digunakan di rumah sakit sebagai sumber
terapi pengobatan tiroid dan tumor otak. Sedangkan untuk radioisotop Cobalt digunakan untuk
menyelidiki kerja hati ( Bachtiar, 2009). Aktivitas Iodine dan Cobalt yang paling besar terdapat
pada cuplikan debu yang diambil di dalam ruang radiodiagnostik. Penggunaan Iodine secara
terusmenerus di dalam ruang tersebut menyebabkan terlepasnya radioisotop ke dalam lingkungan
sekitar instalasi radiodiagnostik. Selain Iodine dan Cobalt, terdapat isotop berupa Tantalum,
Krypton, Manganese, Bismuth, Rhodium dan Bromine. Beberapa isotop tersebut merupakan
radiosotop yang tidak digunakan secara langsung dalam bidang kedokteran. Adanya kandungan
isotop tersebut di dalam cuplikan, agaknya disebabkan karena akibat radiasi alamiah yang terjadi
di lingkungan sekitar rumah sakit tersebut.

Hasil spektrum XRF dari cuplikan air yang diambil di bagian radiodiagnostik menunjukkan
adanya kandungan Indium. Isotop Indium mempunyai waktu paro 2,8 hari dan memiliki energi
173247 keV (Wiryosimin,1995). Dalam bidang kedokteran Indium digunakan untuk pencitraan
(imaging) pada infeksi selsel darah, tumor, dan infeksi pembuluh darah. Secara umum
keseluruhan aktivitas radioisotop yang tersebar ke dalam lingkungan sekitar radiodiagnostik
rumah sakit Dokter Kariadi Semarang, mempunyai nilai yang masih diperbolehkan. Berdasarkan
Batas Masukan Tahunan (BMT) jumlah aktivitas suatu zat radioaktif yang diperbolehkan yaitu
50 mSv (Akhadi, 2000:213). Nilai tersebut setara dengan 8333 Bq.

DAFTAR PUSTAKA

Akhadi, M. 2000. Dasardasar Proteksi Radiasi. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Bachtiar, H. 2009. Pengantar Dasar Fisika dan Radiologi Kedokteran Gigi. Jakarta: Universitas
Indonesia.

Suhaedi, E. 2004. Analisis Pemaparan Radiasi Terhadap Profil Hematologi Pekerja Radiasi
Divisi Radiologi Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang. Jurnal Kesehatan lingkungan Indonesia
vol. 3: 14.

Sunardi, ST. 2006.Validasi Metode AANC Menggunakan Generator Neutron Untuk Penerapan
Program Jaminan Mutu Pengujian. Yogyakarta: PTAPB BATAN.

Wardhana,W.A.1994. Dampak Pencemaran Lingkungan.Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.

Wiryosimin, S. 1995. Mengenal Asas Proteksi Radiasi. Bandung: Jurusan Fisika ITB.

Wiyono, M. 2006. Pengukuran Kontaminasi Permukaan Dan Laju Pajanan Radiasi Di RSU
Dokter Soetomo Surabaya. Yogyakarta: PTKMR – BATAN

2.2.3 Bidang Industri

A. Kegunaan Radioisotop dalam Bidang Industri

1. Pemeriksaan tanpa merusak Pemeriksaan tak merusak dalam menentukan kualitas suatu
sistem dapat dilakukan baik dengan metode teknik nuklir maupun non-nuklir. Radiasi berdaya
tembus tinggi dapat dipakai untuk melakukan pemeriksaan bahan tanpa merusak bahan yang
diperiksa (non destructive testing). Teknik pemeriksaan dengan radiasi ini disebut juga radiografi
industri. Uji tak merusak ini biasanya memanfaatkan radiasi jenis foton berdaya tembus tinggi,
baik berupa sinar gamma yang dipancarkan oleh radioisotop maupun sinar-X dari suatu pesawat.
Sifat dari radiasi itu sendiri adalah sebagian diserap dan sebagian diteruskan oleh bahan yang
diperiksa. Oleh sebab itu, radiasi akan mengalami pelemahan di dalam bahan. Tingkat
pelemahannya bergantung pada tebal bagian bahan yang menyerap radiasi. Prinsip dasar dalam
uji tak merusak ini adalah bahwa radiasi akan menembus benda yang diperiksa, namun karena
adanya cacat dalam bahan maka banyaknya radiasi yang diserap oleh bagian-bagian pada bahan
tidak sama. Dengan memanfaatkan sifat interaksi antara radiasi foton dengan bahan seperti ini,
maka radiasi dapat dimanfaatkan untuk memeriksa cacat yang ada di dalam bahan. Rongga
maupun retak sekecil apapun dapat dideteksi dengan teknik radiografi ini. Apabila radiasi yang
diteruskan dan keluar dari bahan ditangkap oleh film fotografi yang dipasang di belakang bahan
tersebut, maka perbedaan intensitas radiasi akan menimbulkan kehitaman yang berbeda pada
film, sehingga cacat dalam bahan yang diperiksa akan tergambar pada film. Dengan teknik ini
dapat diketahui mutu sambungan las, kualitas logam cor dan juga keadaan dalam diri suatu
sistem. Untuk mendapatkan ketelitian pemeriksaan yang lebih tinggi, maka teknik radiografi
dapat dikombinasikan dengan teknik pemeriksaan lainnya karena tiap cacat pada benda
menimbulkan gambar yang berlainan. Maka untuk membaca gambar pada film diperlukan
pengalaman dan keahlian tersendiri, sehingga kemungkinan terjadinya salah interpretasi dapat
dihindari atau dikurangi.

2. Untuk menentukan kehausan atau keroposan yang terjadi pada bagian pengelasan atau
logam.

Radioisotop digunakan untuk mendeteksi kebocoran pipa yang ditanam di dalam tanah atau
dalam beton dengan memasukannya ke dalam aliran pipa yang diperkirakan terjadi kebocoran
pipa di dalamnya sehingga kebocoran dapat dideteksi tanpa penggalian tanah atau pembongkaran
beton. Radiasi sinar gamma dapat digunakan untuk memeriksa cacat pada logam atau
sambungan las, yaitu dengan meronsen bahan tersebut. Teknik ini berdasarkan sifat bahwa
semakin tebal bahan yang dilalui radiasi, maka intensitas radiasi yang diteruskan makin
berkurang, jadi dari gambar yang dibuat dapat terlihat apakah logam merata atau ada bagian-
bagian yang berongga didalamnya. Pada bagian yang berongga itu film akan lebih hitam, Jika
bagian pengelasan atau logam ini disinari dengan sinar gamma dan dibalik bahan itu diletakkan
film foto maka pada bagian yang terdapat kehausan atau kekeroposan akan memberikan gambar
yang tidak merata.

3. Untuk mengetahui adanya cacat pada material. Pada bidang industri aplikasi baja perlu
dianggap bahwa semua bahan selalu mengandung cacat. Cacat dapat berupa cacat bawaan dan
cacat yang terjadi akibat penanganan yang tidak benar. Cacat pada material merupakan sumber
kegagalan dalam industri baja. Penyebab timbulnya cacat pada material meliputi desain yang
tidak tepat, proses fabrikasi dan pengaruh lingkungan. Desain yang tidak tepat meliputi
pemilihan bahan, metode pengerjaan, panas yang tidak tepat dan tidak dilakukannya uji mekanik.
Proses fabrikasi meliputi keretakan karena penggerindaan, cacat proses fabrikasi dan cacat
pengelasan. Kondisi operasi lingkungan meliputi korosi. Untuk mengetahui adanya cacat pada
material maka digunakan suatu pengujian material tak merusak yang salah satunya adalah
dengan metode radiografi sinar gamma. Teknik radiografi merupakan salah satu metode
pengujian material tak-merusak yang selama ini sering digunakan oleh industri baja untuk
menentukan jaminan kualitas dari produk yang dihasilkan. Teknik ini adalah pemeriksaan
dengan menggunakan sumber radiasi (sinar-x atau sinar gamma) sebagai media pemeriksa dan
film sebagai perekam gambar yang dihasilkan. Radiasi melewati benda uji dan terjadi atenuasi
dalam benda uji. Sinar yang akan diatenuasi tersebut akan direkam oleh film yang diletakkan
pada bagian belakang dari benda uji. Setelah film tersebut diproses dalam kamar gelap maka film
tersebut dapat dievaluasi. Bila terdapat cacat pada benda uji maka akan diamati pada film
radiografi dengan melihat perbedaan kehitaman atau densitas.
Pemilihan sumber radiasi berdasarkan pada ketebalan benda yang diperlukan karena daya
tembus sinar gamma terhadap material berbeda. Pada sumber pemancar sinar gamma tergantung
besar aktivitas sumber. Sedangkan pemilihan tipe film sangat mempengaruhi pemeriksaan
kualitas material. Film digunakan untuk merekam gambar material yang diperiksa. Pemilihan
tipe film yang benar akan menghasilkan kualitas hasil radiografi yang sangat baik. Pada
umumnya kita mengenal dua macam jenis film, yaitu film cepat dan film lambat. Pada film cepat
butir-butirannya besar, kekontrasan dan definisinya kurang baik. Sedangkan pada film lambat
butir-butirannya kecil, kekontrasan dan definisinya lebih baik Penentuan jarak sumber ke film
(SFD) juga mempengaruhi hasil kualitas film radiografi. Penghitungan SFD yang tidak benar
mempengaruhi tingkat kehitaman atau density hasil film radiografi sehingga akan mempengaruhi
tingkat sensitivitas atau tingkat ketelitian.
4. Digunakan dalam pengujian kualitas las pada waktu pemasangan pipa minyak/gas serta
instalasi kilang minyak. Teknik radiografi merupakan teknik yang sering dipakai terutama pada
tahap-tahap konstruksi. Pada sektor industri minyak bumi, teknik ini digunakan dalam pengujian
kualitas las pada waktu pemasangan pipa minyak/gas serta instalasi kilang minyak. Selain
bagianbagian konstruksi besi yang dianggap kritis, teknik ini digunakan juga pada uji kualitas las
dari ketel uap tekanan tinggi serta uji terhadap kekerasan dan keretakan pada konstruksi beton.
Radioisotop yang sering digunakan adalah kobal-60 (60Co). Dalam bidang industri, radioisotop
digunakan juga sebagai perunut misalnya untuk menguji kebocoran cairan/gas dalam pipa serta
membersihkan pipa, yang dapat dilakukan dengan menggunakan radioisotop iodoum-131 dalam
bentuk senyawa CH3131l. Radioisotop seng-65 (65Zn) dan fosfor-32 merupakan perunut yang
sering digunakan dalam penentuan efisiensi proses industri, yang meliputi pengujian
homogenitas pencampuran serta residence time distribution (RTD). Sedangkan untuk kalibrasi
alat misalnya flow meter, menentukan volume bejana tak beraturan serta pengukuran tebal
material, rapat jenis dan penangkal petir dapat digunakan radioisotop kobal-60, amerisium-241
(241Am) dan cesium-137 (137Cs). Kebocoran dan dinamika fluida di dalam pipa pengiriman gas
maupun cairan dapat dideteksi menggunakan radioisotop. Zat yang sama atau memiliki sifat
yang sama dengan zat yang dikirim diikutsertakan dalam pengiriman setelah ditandai dengan
radioisotop. Keberadaan radioisotop di luar jalur menunjukkan terjadinya kebocoran.
Keberadaan radioisotop ini dapat dicari jejaknya sambil bergerak dengan cepat, sehingga pipa
transmisi minyak atau gas bumi dengan panjang ratusan bahkan ribuan km dapat dideteksi
kebocorannya dalam waktu relatif singkat. Radioisotop dapat digunakan pula untuk menguji
kebocoran tangki penyimpanan ataupun tangki reaksi. Pada pengujian ini biasanya digunakan
radioisotop dari jenis gas mulia yang inert (sulit bereaksi).

5. Mengontrol ketebalan bahan. Ketebalan produk yang berupa lembaran, seperti kertas film
atau lempeng logam dapat dikontrol dengan radiasi. Prinsipnya sama seperti diatas, bahwa
intensitas radiasi yang diteruskan bergantung pada ketebalan bahan yang dilalui. Detektor radiasi
dihubungkan dengan alat penekan. Jika lembaran menjadi lebih tebal, maka intensitas radiasi
yang diterima detektor akan berkurang dan mekanisme alat akan mengatur penekanan lebih kuat
sehingga ketebalan dapat dipertahankan.
6. Pengawetan bahan. Radiasi juga telah banyak digunakan untuk mengawetkan bahan seperti
kayu, barang-barang seni dan lainlain. Radiasi juga dapat meningkatkan mutu tekstil karena
inengubah struktur serat sehingga lebih kuat atau lebih baik mutu penyerapan warnanya.
Berbagai jenis makanan juga dapat diawetkan dengan dosis yang aman sehingga dapat disimpan
lebih lama.

B. Aplikasi Teknik Nuklir dalam Industri

Dalam bidang industri, aplikasi teknik-teknik yang dapat digunakan yaitu :

1. Teknik radiografi
2. Teknik gauging
3. Teknik perunut atau teknik tracing
4. Teknik analisis aktivasi neutron

1. Teknik radiografi Teknik radiografi merupakan teknik yang sering dipakai terutama pada
tahap-tahap konstruksi. Pada sektor industri minyak bumi, teknik ini digunakan dalam pengujian
kualitas las pada waktu pemasangan pipa minyak/gas serta instalasi kilang minyak. Selain
bagian-bagian konstruksi besi yang dianggap kritis, teknik ini digunakan juga pada uji kualitas
las dari ketel uap tekanan tinggi serta uji terhadap kekerasan dan keretakan pada konstruksi
beton. Radioisotop yang sering digunakan adalah kobal-60 (60Co). Dalam bidang industri,
radioisotop digunakan juga sebagai perunut misalnya untuk menguji kebocoran cairan/gas dalam
pipa serta membersihkan pipa, yang dapat dilakukan dengan menggunakan radioisotop iodoum-
131 dalam bentuk senyawa CH3. Aplikasi teknologi nuklir dalam bidang industri radiografi
sebenarnya hampir mirip dengan pemakaian pesawat sinar-X pada bidang kedokteran, yaitu
“melihat” keadaan tubuh manusia dengan cara difoto dengan sinar-X. Sedangkan dalam teknik
radiografi yang difoto adalah benda atau obyek yang akan dilihat keadaan bagian dalamnya.

a. Instrumen radiografi

Sumber radiasi dalam teknik radiografi pada umumnya adalah :


1) Sumber radiasi sinar-X

2) Sumber radiasi sinar gamma

3) Sumber radiasi neutron

4) Sumber Sinar-X

Berdasarkan energi dan intensitasnya, kualitas sinar-X dapat dibagi menjadi sinar-X yang kuat
dan sinar-X yang lemah. Sifat Sinar X terbagi menjadi :

1. Sinar-X tak bermuatan dan tak bermassa.

2. Sinar-X termasuk gelombang elektromagnetik yang tak tampak.

3. Sinar-X bergerak lurus, berkecepatan tinggi mendekati kecepatan cahaya.

4. Sinar-X tidak dapat dibelokkan oleh prisma maupun oleh lensa, akan tetapi bisa didefraksi
oleh kristal.

5. Sinar-X, walaupun tak bermuatan, tetapi dapat mengionisasikan medium yang


dikenainya sehingga dapat merusak sel-sel manusia.

6. Sinar-X dapat menembus bahan.

7. Sinar-X bersifat polikromatis dengan spektrum yang sinambung (continue).

b. Kelebihan teknik radiografi untuk industri

Teknik radiografi sebagai salah satu manfaat radioisotop dalam bidang industri, yaitu :

1. Peralatan mudah dibawa ke lapangan.

2. Pengoperasiannya tanpa menggunakan listrik.

3. Biaya perawatan alat-alat relatif rendah, terlebih lagi bila sumber radiasi yang digunakan
berumur paro panjang.

4. Modal awal untuk pembelian peralatan relatif rendah.


2. Teknik gauging Teknik gauging adalah teknik pengukuran dengan menggunakan radioisotop.
Teknik pengukuran Gauging ada 3:

a. thickness gauging

b. level gauging

c. density gauging

Cara transmisi

I = Io e-µX X

Io = Intensitas awal

I = Intensitas akhir

µ = koefisien atenuasi bahan

x = Tebal bahan

Pemakaian teknik hamburan balik dipakai pada:

a. Cara hamburan balik radiasi neutron.

b. Cara hamburan balik fluorescensi sinar-X (XRF).

c. Cara hamburan balik radiasi sinar-X dan radiasi Gamma.

d. Cara hamburan balik radiasi Beta(β).

3. Teknik perunut Teknik perunut dapat dipakai untuk mempelajari mekanisme berbagai reaksi
kimia. Misalnya pada reaksi esterifikasi. Dengan oksigen-18 dapat diikuti reaksi antara asam
karboksilat dan alkohol. Dari analisis spektroskopi massa, reaksi esterifikasi yang terjadi dapat
ditulis seperti berikut. (isotop oksigen-18 diberi warna). Hasil analisis ini menunjukkan bahwa
molekul air tidak mengandung oksigen-18. Adapun jika O-18 berada dalam alkohol maka reaksi
yang terjadi seperti berikut.
4. Teknik Analisis Aktivasi Neutron (AAN) Analisis aktivasi neutron dapat digunakan untuk
menentukan unsur kelumit dalam cuplikan yang berupa padatan. Misal untuk menentukan logam
berat (Cd) dalam sampel ikat laut. Sampel diiradiasi dengan neutron dalam reaktor sehingga
menjadi radioaktif. Salah satu radiasi yang dipancarkan adalah sinar gamma . Selanjutnya sampel
dicacah dengan spektrometer gamma untuk menentukan aktivitas dari unsur yang akan
ditentukan.

5. Pig Detektor Pig detektor adalah alat perekam kebocoran pipa bawah tanah yang
menggunakan metoda tracer radioisotop, alat ini dilengkapi sebuah komputer yang dapat
menentukan posisi-posisi kebocoran pipa, mudah dalam penggunaannya cukup dimasukan ke
dalam pipa dibantu oleh pergerakan cairan atau gas yang mengalir dalam pipa dengan kecepatan
aliran tertentu. Apabila terjadi kebocoran pada pipa tersebut, maka radioisotop akan masuk
mengikuti arah bocoran. Pada pengujian ini biasanya digunakan radioisotop dari jenis gas mulia
yang inert (sulit bereaksi) misalnya Xenon-133 (Xe-133) atau Argon-41 (Ar-41), agar tidak
mempengaruhi zat atau proses kimia yang terjadi di dalamnya. Di Pusat Radioisotop BATAN
telah berhasil dibuat Argon-41 untuk perunut gas, Brom-82 dalam bentuk KBr untuk perunut
cairan berbasis air dan brom-82 dalam bentuk dibromo benzena untuk perunut cairan organik.

a. Kelebihan Sistem ini memudahkan dan mengurangi biaya pembongkaran dan perbaikan pipa
sehingga untuk memprediksi posisi pipa yang bocor tidak harus membongkar seluruh pipa.
Cepat, tepat, karena tidak ada kontak langsung dengan manusia maka efek negative terhadap
manusia sangat kecil.

C. Bahaya Radiasi Radioaktivitas Kata radiasi dikalangan masyarakat awam masih terasa asing.
Jika mendengar kata radiasi mereka langsung menyimpulkan bahwa radiasi itu berbahaya.
Pernyataan tersebut kurang tepat karena dari hasil penelitian radiasi radioaktivitas dapat bersifat
membahayakan dan menguntungkan. Bahaya radiasi radioaktivitas dibedakan menjadi 2 macam
yaitu bahaya radiasi eksternal dan bahaya internal.

a. Bahaya Radiasi Eksternal Bahaya radisi eksternal berasal dari sumber radiasi yang terletak
diluar tubuh manusia, tetapi walaupun berada di luar tubuh manusia tetap dapat berbahaya jika
sampai masuk ke dalam tubuh manusia. Bahaya radiasi eksternal dapat menyebabkan kerusakan
kulit, rusaknya jaringan otak, leukemia bahkan kanker.

b. Bahaya Radiasi Internal Bahaya radiasi internal berasal dari radiasi luar tetapi ikut masuk ke
dalam tubuh manusia karena termakan, terminum, terhirup atau menempel (kontaminasi dengan
material radioaktif). Dalam hal ini kaitannya dengan deteksi kebocoran pipa yaitu kemungkinan
terjadinya kontaminasi dengan cairan atau gas.

DAFTAR PUSTAKA 2011.

http://www.warintek.ristek.go.id/nuklir/radioisotop.pdf
2011.http://www.batan.go.id/ptkmr/Alara/BulAlara%20Vol%203_1%20Ags
%2099/BAlara1999_03108_029.pdf
2010.http://www.infonuklir.com/readmore/read/iptek_nuklir/teknik_nuklir_dibidang_indu
stri/16et7w-1/Radiografi%20Industri 2011. http://beritaiptek.istecs.org/mencari-jejak-
menggunakan-radioisotop
2009.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3763/1/biostatistikabdul%20jalil.pdf

2.2.4 Bidang Hidrologi

Radioisotop atau isotop radioaktif merupakan unsur kimia yang mampu memancarkan radiasi
jenis tertentu. Pancaran radiasi isotop ini dapat dimanfaatkan sebagai perunut (pelacak) dalam
studi hidrologi. Dengan perunut radioisotop, berbagai masalah dalam bidang hidrologi dapat
dipecahkan secara langsung dan cepat.Teknik perunutan dilakukan dengan memantau radiasi
yang dipancarkan oleh radioisotop perunut (atau sering disebut sebagai radiotracer).

Peranan radiotracer sebagai perunut dalam hidrologi telah terbukti banyak memberikan manfaat,
dan dapat diterapkan sebagai pendukung metode non-nuklir lainnya. Meskipun tidak semua
persoalan hidrologi dapat diselesaikan dengan teknik nuklir, namun penggunaan
radiotracerseringkali merupakan satu-satunya metode yang dapat menyelesaikan
persoalan.Dalam studi hidrologi, radiotracer dilepaskan langsung ke lingkungan untuk dipantau
hasilnya.
Karena itu agar lingkungan tetap aman, bahan radioisotop tersebut harus memenuhi beberapa
persyaratan:

(1) Tidak berbahaya terhadap manusia dan makhluk hidup di sekililingnya

(2) Jumlah yang dilepaskan tidak berlebihan

(3) Harus dapat larut dalam air

(4) Tidak akan diserap oleh tanah, tanaman maupun organisme hidup lainnya.

Dalam bidang hidrologi, perunut radioisotop digunakan dalam berbagai kegiatan, antara lain;
untuk mengukur debit air sungai, menentukan arah gerak air tanah, menentukan gerakan
sedimen, dan untuk menentukan kebocoran pada bendungan.

Penerapan Radioisotop

Dasar penggunaan radioisotop untuk mengukur debit air sungai adalah proses pengenceran
radiotraceroleh debit air bersangkutan. Radiotracer jenis tertentu dalam jumlah yang tidak
membahayakan lingkungan, dilepas di bagian hulu sungai lalu diukur konsentrasinya di bagian
hilir.

Besarnya perubahan konsentrasi (kadar) radiotracerakibat pengenceran dapat diketahui dengan


cara mencacah (menghitungnya dengan alat deteksi) intensitas radiasi bersangkutan.Penggunaan
radiotraceruntuk mengukur debit air sungai terbukti lebih sederhana dibanding dengan
pengukuran menggunakan alat pengukur aliran secara mekanis (currentmeter).Kelebihan
lainnnya, pengukuran dengan radiotracerdapat dilakukan lebih cepat, meski pada saat sungai
sedang banjir sekalipun.

Pengukuran debit air sungai antara 300-600 m3per detik hanya butuh waktu kurang lebih satu
jam. Makin bergolak (turbulen) arus air, makin cepat dan makin baik hasil pengukurannya.

Arah Gerakan Air Tanah

Data gerakan air tanah pada suatu wilayah merupakan data yang sangat penting untuk berbagai
keperluan, misalnya berkaitan dengan rencana pembangunan suatu bendungan, penentuan lokasi
penyimpanan limbah berbahaya, dan sebagainya.Air tanah selalu bergerak sesuai dengan kondisi
geologinya.Untuk mengetahui gerakannya dapat digunakan metode sumur banyal. Dalam
metode ini, radiotracerdiinjeksikan ke dalam sumur yang berada di tengah-tengah lokasi
sehingga larut dalam air tanah dan terbawa ke mana-mana mengikuti aliran air tanah.Radiotracer
yang terlarut dan terbawa oleh air tanah tersebut dapat dirunut dan dicacah dari sumur-sumur lain
yang berada di sekililingnya, sehingga arah gerakan air tanah dapat ditentukan. Dalam hal ini,
radiotracerhanya akan ditemukan dalam air tanah pada sumur-sumur tertentu. Itu berarti
radiotracerhanya ditemukan pada sumur yang dilalui air tanah berasal dari sumur yang diinjeksi
tadi.Teknik perunut ini juga dapat diterapkan untuk mengetahui kecepatan aliran air tanah, dan
menentukan permeabilitas tanahnya.

Menentukan Gerakan Sedimen

Proses pendangkalan oleh sedimen di pelabuhan dan alur masuk keluar dermaga merupakan
proses alamiah yang tidak dapat dicegah. Akibatnya, kapal-kapal besar tidak dapat merapat ke
dermaga sehingga kegiatan bongkar muat barang terganggu. Untuk mengeruk endapan tersebut
diperlukan biaya sangat besar. Pendangkalan pada suatu pelabuhan dan alur pelayaran
merupakan masalahsangat serius karena menyangkut kelangsungan pelayanan perhubungan
laut.Salah satu usaha memperkecil pendangkalan di pelabuhan dan alur pelayaran adalah dengan
mengetahui terlebih dahulu perilaku sedimen penyebab pendangkalan, dari mana asalnya dan ke
mana arah gerakannya.Data mengenai gerakan sedimen dapat dimanfaatkan untuk merencanakan
pengerukan dan menentukan lokasi pembuangannya agar endapan tidak kembali ke tempat
semula. Dengan diketahuinya laju pendangkalan, frekuensi pengerukan dapat diatur sehingga
biaya pengerukan dapat dihemat.Teknik penentuan gerakan sedimen dapat dilakukan dengan
menandai sampel sedimen yang diambil dari pelabuhan dengan radioisotop 51Cr, 198Au, dan
46Sc, atau dengan cara membuat endapan tiruan yang bersifat radioaktif, misalnya dengan
melapisi lumpur dengan zat radioaktif. Atau dengan membuat pasir tiruan yang diaktifkan
(dibuat dari gelas yang mengandung radioisotop 192Ir dan 46Sc).Sedimen radioaktif tersebut
selanjutnya dilepaskan ke dasar laut atau daerah perairan yangdiselidiki. Endapan radioaktif akan
mengikuti gerakan endapan asli, sehingga arah dan kecepatan alir endapan dapat dipantau.
Pemantauan dilakukan dengan menggunakan alat pemantau radiasi, dilakukan dari atas kapal
atau dari permukaan laut. Metode ini jugadapat diterapkan untuk memantau erosi.

Kebocoran Bendungan
Metode perunut radioisotop dapat dipakai untuk menentukan lokasi kebocoran atau rembesan
dari suatu bendungan atau dam. Dilakukan dengan cara melepaskan radioisotop di reservoar
(waduk air) pada sisi tertentu yang dicurigai sebagai tempat asal rembesan. Radioisotop akan
larut dalam air sehingga bila memang ada kebocoran maka radioisotop akan masuk lubang
bocoran dan bergerak mengikuti arah rembesan. Dengan mengukur tingkat radioaktivitas air
rembesan yang keluar melalui mata air atau sumur-sumur pengamatan yang dibuat di sekitar
daerah rembesan, adanya kebocoran dan arah rembesan dapat diketahui.

Studi Erosi Tanah

Peristiwa erosi tanah pada umumnya disebabkan oleh air hujan. Dengan menggunakan
radioisotop untuk menandai tanah yang tererosi, laju erosi dapat dipelajari dengan teliti.
Aktivitas radioisotop yang ditanam dalam tanah akan berkurang akibat larut oleh air aliran air
hujan. Dengan membandingkan aktivitas radioisotop dalam tanah sebelum dan sesudah dilalui
aliran air hujan maka laju erosi tanah diketahui.

Mendeteksi Pipa Bocor

Mencari lokasi kebocoran dan sumbatan pada pipa yang tertanam dalam tanah merupakan
pekerjaan besar dan tidak sederhana. Namun dengan teknik perunut radioisotop. Pekerjaan yang
membutuhkan tenaga besar itu dapat disederhanakan.Pemeriksaan kebocoran pipa di bawah
tanah dengan perunut radioisotop dapat langsung dilakukan dari permukaan tanah tanpa perlu
penggalian. Caranya, mula-mula perunut radioisotop diinjeksikan ke aliran pipa bagian hulu.
Pergerakan radioisotop kemudian diikuti dari atas tanah dengan menggunakan alat deteksi
radiasi. Tempat di mana alat menunjukkan hasil cacahan radiasi yang tinggi mengindikasikan di
situ terjadi kebocoran. Teknik ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi sumbatan. Caranya
dengan menggunakan sebuah polipigberisi radioisotop yang dimasukkan dalam pipa di bagain
hulu. Arah pergerakan polipigdapat diikuti dengan pemantau radiasi dari luar pipa. Polipigakan
berhenti di tempat terjadinya sumbatan.

Kadar Air Tanah

Banyak alat konvensional yang dirancang khusus untuk mengukur kadar air, namun alat yang
portable(dapat dibawa-bawa) itu jarang dapat melakukan pengukuran secara cepat dan
teliti.Pengukuran kadar air tanah dengan neutron ternyata mampu mengatasi kendala tersebut.
Teknik ini banyak digunakan dalam bidang teknik sipil, agronomi dan hidrologi, misal untuk
mengukur kepadatan tanah, aspal dan beton. Data hasil pengukuran digunakan untuk merancang
pondasi bangunan, jalan raya, pembuatan tanggul dan lain sebagainya. Dalam bidang industri
teknik ini digunakan untuk mengukur hasil akhir. Dalam laboratorium dimanfaatkan untuk
meneliti suatu sampel. Alat pengukur kadar air ini mempunyai sumber neutron cepat. Proses
kerja alat dengan mengukur hasil tumbukan antara neutron cepat dengan atom hidrogen air
dalam materi yang diteliti. Dari tumbukan itu terbentuk neutron termik. Jumlah neutron termik
akan tertangkap oleh alat pemantau neutron yang menunjukkan hasil cacahan neutron termik
sebanding dengan jumlah air yang terkandung dalam bahan tersebut. Karena kesederhanaannya,
alat pengukur kadar air dengan neutron banyak diminati oleh berbagai pihak.

DAFTAR PUSTAKA

Mukhlis Akhadi. 1997. Dasar-dasar Proteksi Radiasi. Penerbit Rineka Cipta: Jakarta.

Mukhlis Akhadi. 1997. Pengantar Teknologi Nuklir.Penerbit Rineka Cipta: Jakarta.

Wisnu Arya Wardana.1994.Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi Offset:


Yogyakarta.

Wisnu Arya Wardana.1994.Teknik Analisis Radioaktivitas Lingkungan. Penerbit Andi Offset:


Yogyakarta.

Wisnu Arya Wardana. 1996. Radioekologi.Penerbit Andi Offset: Yogyakarta

Wisnu Arya Wardana. 2007. Teknologi Nuklir. Penerbit Andi Offset: Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai