Judul :Aplikasi Magnet Permanen BaFe12O19 Dan NdFeB
Pada Generator Magnet Permanen Kecepatan Rendah Skala Kecil
Jurnal :Jurnal Sains Materi Indonesia
Volume dan Halaman :Vol 11, Hal 38-41
Tahun :2009
Penulis :Pudji Irasari dan Novrita Idayanti
Reviewer :Moh. Alfair Puasa (561419014)
Tujuan Penelitian :Membandingkan karakteristik generator menggunakan
magnet BaFe12O19 dan NdFeB
Metode Penelitian :Percobaan dilakukan dengan cara memutar generator
menggunakan motor induksi melalui transmisi pulley belt.
Hasil Penelitian :Dari hasil percobaan, diperoleh data keluaran GMP.
Tegangan GMP dengan magnet Barium Ferit tidak dapat mencapai tegangan desain 220V sedangkan GMP dengan magnet NdFeB membangkitkan daya di atas 220V untuk semua beban yang diberikan. Kecilnya tegangan yang dibangkitkan oleh magnet Barium Ferit disebabkan oleh rendahnya kerapatan fluks remanensi magnet B yang dimiliki, yaitu 600 Gauss sedangkan kerapatan fluks NdFeB adalah 10.000 Gauss.
Kesimpulan :Perbandingan karakteristik generator menggunakan
magnet BaFe12O19 dan NdFeB telah dilakukan dalam penelitian ini. Hasil percobaan menunjukkan bahwa generator dengan magnet NdFeB mampu memberikan daya keluaran yang jauh lebih besa dibanding generator dengan magnet BaFe12O19.
Kelebihan :Menjelaskan teori tentang Magnet Barium Felt dan
Magnet Neodymium Iron Boron sehingga pembaca mudah memahami.
Kekurangan :Metode penelitian sangat singkat dan tidak terstruktur
dan tidak menjelaskan bagian tujuan penelitian. JURNAL 2
Judul :Hubungan Kuat Arus Listrik dengan Keasaman Buah
Jeruk dan Mangga
Jurnal :Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika
Volume dan Halaman :Vol 6, Hal 42-46
Tahun :2015
Penulis :Hana Kholida dan Pujayanto
Reviewer :Moh. Alfair Puasa (561419014)
Tujuan Penelitian :Mengetahui nilai pH pada buah jeruk dan mangga,
mengetahui kuat arus pada buah jeruk dan mangga dan mengetahui hubungan kuat arus listrik dengan keasaman buah jeruk dan mangga.
Metode Penelitian :Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode eksperimen dengan menggunakan alat dan bahan antara lain : jeruk nipis, jeruk pontianak, jeruk keprok, mangga arumanis, mangga sengir dan mangga manalagi, multimeter analog, kabel dan penjepit buaya, gelas ukur, pH meter, penggaris, juicer, wadah plastik, tembaga (Cu) sebagai anoda, seng (Zn) sebagai katoda. Bentuk elektroda adalah lempengan dengan ukuran 3 cm x 2,5 cm. Pengambilan data diambil dari larutan buah jeruk dan mangga masing-masing dengan volume 10 ml. Larutan jeruk dan mangga digunakan sebagai larutan elektrolit. Kemudian larutan tersebut diletakkan pada wadah yang telah disediakan, diukur keasaman buah dengan menggunakan pH meter. Dalam pengukuran kuat arus larutan elektrolit dihubungkan dengan ampermeter dengan elektroda Cu dan Zn sebagai penghubungnya. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan di tabelkan dan dibuat grafik dengan menggunakan Microsoft Excel 2010.
Hasil Penelitian :Dalam penelitian yang telah dilakukan dihasilkan
beberapa data yaitu pH dan kuat arus pada buah yang berbeda-beda yang ditabelkan dan dibuat grafik dengan menggunakan Microsoft Excel 2010. Hasil yang diperoleh pada penelitian tersebut slope berharga negatif yang menunjukkan hubungan terbalik antara nilai pH dan kuat arus listriknya. Artinya semakin kecil nilai pH buah jeruk dan mangga maka semakin besar arus yang dihasilkan dan sebaliknya, semakin besar nilai pH buah jeruk dan mangga maka semakin kecil nilai arus yang dihasilkan.
Kesimpulan :Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa buah jeruk memiliki nilai pH yang lebih kecil dibandingkan buah mangga sedangkan nilai kuat arus buah jeruk lebih besar dibandingkan buah mangga. Secara berurutan larutan buah yang memiliki nilai rata-rata pH dari yang terkecil sampai yang tebesar adalah jeruk nipis (2,39 ; 1,22 mA), jeruk pontianak (2,65 ; 0,93 mA), jeruk keprok (3,43 ; 0,67 mA), mangga arumanis (4,36 ; 0,26 mA), mangga manalagi (4,40 ; 0,20 mA), dan mangga sengir (4,77 ; 0,04 mA). Jadi, hubungan kuat arus listrik dengan keasaman buah jeruk dan mangga adalah berbanding terbalik, artinya semakin asam (semakin kecil nilai pH) maka kuat arus listrik larutan tersebut semakin besar dan sebaliknya semakin besar nilai pH maka semakin kecil nilai kuat arus listrik larutan tersebut. Kelebihan :Menggunakan pH meter dan amperemeter untuk mengukur pH dan kuat arus yang terkandung dalam buah sehingga memudahkan penelitian dan juga memberikan data pH dan kuat arus di tiap-tiap jenis buah jeruk dan mangga dengan menggunakan grafik sehingga mudah dipahami.
Kekurangan :Tidak menggunakan buah yang memiliki keasaman
besar atau nilai pH kecil misalnya buah lemon dan pembahasan tidak terstruktur. JURNAL 3
Judul :Pemanfaatan 3 axis Gyroscope L3G4200D untuk
pengukuran Sudut Muatan Roket
Jurnal :Jurnal EECCIS
Volume dan Halaman :Vol 6, Hal 177-182
Tahun :2012
Penulis :Mochammad Rif’an, Waru Djuriatno, Nanang
Sulistiyanto, Ponco Siwindarto, M Aswin dan Vita Nurdinawati
Reviewer :Moh. Alfair Puasa (561419014)
Tujuan Penelitian :Penelitian ini bertujuan membuat suatu alat untuk
memantau sudut orientasi muatan roket.
Metode Penelitian :Metode penelitian yang digunakan diuraikan dalam
beberapa langkah yaitu penentuan spesifikasi alat, desain hardware dan software kemudian pengujian dan analisis.
Hasil Penelitian :Pengujian menunjukkan alat dapat berfungsi dengan
baik dalam mengukur sudut orientasi dengan selisih sudut rata-rata terhadap sudut acuan kurang dari 3%. Selisih sudut minimum 0.088° dan selisih sudut maksimum 6.595°.
Kesimpulan :Berdasarkan hasil pengujian tiap bagian dan keseluruhan
sistem yang telah dilaksanakan, didapat kesimpulan bahwa data keluaran modul sensor 3 axis gyroscope L3G4200D berupa data mentah kecepatan sudut. Data tersebut harus diolah terlebih dahulu menjadi data sudut orientasi dengan tipe data float kemudian dikirimkan ke komputer. Pengujian menunjukkan alat dapat berfungsi dengan baik mengukur sudut orientasi dengan selisih sudut rata-rata terhadap sudut acuan kurang dari 3%.
Kelebihan :Tinjauan pustaka mudah dipahami karena menjelaskan
rumus persamaan gyroscope dan rumus menentukan besarnya sudut orientasi dan metode penelitian terstruktur rapih dengan dilengapi tabel dan diagram alur.
Kekurangan :Tidak dikembangkan dengan menggabungkan dengan
sensor wajib di perlombaan yakni accelerometer dan kompas maupun sensor lainnya sehingga terbentuk kesatuan yang utuh dan siap dilombakan. JURNAL 4
Judul :Identifikasi Nilai Konstanta Bentuk Daun Untuk
Pengukuran Luas Daun Metode Panjang Kali Lebar Pada Tanaman Hortikultura Di Tanah Gambut
Jurnal :Jurnal Anterior
Volume dan Halaman :Vol 14, Hal 139-146
Tahun :2015
Penulis :Djoko Eko Hadi Susilo
Reviewer :Moh. Alfair Puasa (561419014)
Tujuan Penelitian :Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
mengidentifikasi nilai konstanta bentuk daun untuk pengukuran luas daun menggunakan metode panjang kali lebar pada tanaman hortikultura yang dibudidayakan di tanah gambut.
Metode Penelitian :Penelitian ini dilakukan dengan mengamati daun pada
32 jenis tanaman hortikultura (tanaman sayuran, tanaman sayuran buah, tanaman buah, tanaman hias, dan tanaman berkhasiat obat). Setiap jenis tanaman yang daunnya mempunyai bentuk teratur tersebut diamati sebanyak 30 helai daun. Penghitungan luas daun masing-masing bentuk daun menggunakan metode kertas milimeter, setelah itu dibandingkan dengan luas daun apabila diukur menggunakan panjang kali lebar. Hasil pembandingan tersebut menghasilkan nilai konstanta (k) yang akan digunakan sebagai koefisien untuk membantu pengamatan pengukuran luas daun menggunakan metode panjang kali lebar (Sitompul dan Guritno, 1995). Hasil Penelitian :Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 32 jenis tanaman hortikultura mempunyai bentuk daun teratur dan mampu diidentifikasi menghasilkan nilai konstanta (k) untuk pengukuran dan penghitungan luas daun menggunakan metode panjang kali lebar. Metode panjang kali lebar dalam pengukuran luas daun menjadi teknik alternatif karena mudah, cepat, biaya rendah dan tetap akurat dalam pelaksanaan analisis pertumbuhan tanaman secara non destruktif. Banyak manfaat lainnya dari hasil pengamatan dan pengukuran luas daun tanaman selain untuk mengetahui pertumbuhan. Disarankan mengidentifikasi daun beberapa jenis tanaman hortikultura lainnya yang dibudidayakan di tanah gambut agar diketahui nilai konstanta bentuk daunnya.
Kesimpulan :Daun tanaman sebanyak 32 jenis tanaman hortikultura
(tanaman sayuran, tanaman sayuran buah, tanaman buah, tanaman hias, dan tanaman berkhasiat obat) mempunyai bentuk daun teratur dan mampu diidentifikasi menghasilkan nilai konstanta (k) untuk pengukuran dan penghitungan luas daun menggunakan metode panjang kali lebar. Metode panjang kali lebar dalam pengukuran luas daun bisa menjadi teknik alternatif karena mudah, cepat, biaya rendah dan tetap akurat dalam pelaksanaan analisis pertumbuhan tanaman secara non destruktif.
Kelebihan :Melakukan pengamatan dan pengukuran organ daun
jenis tanaman hortikultura sebanyak 30 lembar helaian daun sehingga peneliti bisa mendapat data yang akurat. Kekurangan :Dalam 4 bulan hanya meneliti di satu tempat atau lahan sehingga masih banyak jenis tanaman hortikultura yang belum diteliti. JURNAL 5
Judul :Sensor Ultrasonik SRF05 Sebagai Memantau Kecepatan
Kenderaan Bermotor
Jurnal :Jurnal Teknologi
Volume dan Halaman :Vol 3, Hal 120-128
Tahun :2005
Penulis :Slamet Hani
Reviewer :Moh. Alfair Puasa (561419014)
Tujuan Penelitian :Mengetahui unjuk kerja dari sensor ultrasonik yang
merupakan sensor jarak, diaplikasikan sebagai sensor kecepatan serta melihat kepresisian hasil pengukuran kecepatan sistem satu arah menggunakan sensor ultrasonik dan mengetahui cara penampilan hasil pengukuran menggunakan LCD, yang terdiri dari cara pemasangan hardware LCD dan cara Pemrogramannya.
Metode Penelitian :Metode dalam penelitian ini adalah pengukuran dengan
menggunakan sensor ultrasonik yaitu sebagai sensor untuk mengukur jarak, dengan kemampuan mengukur jarak dimungkinkan penggunaannya untuk mengukur kecepatan dengan menggunakan 2 sensor ultrasonik. Sistem pengukuran kecepatan ini yang pertama mengukur jarak pantul dari sensor ultrasonik kurang dari batas maksimal pemantaun. Sensor akan mulai menghitung waktu dan waktu akan berhenti saat sensor kedua mendapatkan pantulan. Besar nilai kecepatan yang didapat adalah hasil bagi antara jarak kedua sensor dengan waktu pantul antara dua sensor. Hasil Penelitian :Dari data pengukuran kecepatan diatas nilai selisih terbesar adalah 28.95 pada pengukuran 50 Km/jam. Besar nilai error pada pengukuran tersebut adalah 57,9 %. Untuk pengujian nilai 40 dan 50 km/jam terdapat nilai error yang cukup besar. Besarnya nilai kecepatan yang terukur dari alat ini masih kurang presisi. Hal ini Karena adanya tunda yang terdapat pada sensor ultrasonik yang dapat mempengaruhi perhitungan waktu guna mendapatkn nilai kecepatan.
Kesimpulan :Pengukuran dapat dilakukan jika terdapat objek pantul
sebagai bidang pantul dalam hal ini bidang pantul adalah bodi kendaraan dan pengukuran dilakukan di udara serta tegak lurus terhadap bidang objek ukur agar sinyal yang dipantulkan dapat diterima kembali. Pengukuran dilakukan jika suara dari pemancar (transmitter) dapat di terima oleh penerima ultrasonik (receiver) dengan waktu maksimal 30 ms.
Kelebihan :Menjelaskan metode penelitian dengan menggunakan
diagram alur sehingga mudah dipahami oleh pembaca serta melakukan banyak percobaan mengukur kecepatan sehingga data yang diperoleh peneliti cukup banyak.
Kekurangan :Pengukuran dilakukan saat kecepatan angin besar
sehingga mempengaruhi kinerja dari sensor ultrasonik karena sensor ini merupakan sensor yang bekerja dengan sistem pemantulan sinyal suara.