Anda di halaman 1dari 6

JUDUL ESAI

PERAN GENERASI MUDA DALAM UPAYA MEMBANGKITKAN POTENSI


PERTANIAN NEGERI MELALUI INOVASI TEKNOLOGI UNTUK MEWUJUDKAN
INDONESIA YANG LEBIH MAJU

Karya Ini Disusun untuk Mengikuti Lomba Esai


“Mimpiku Untuk Indonesia Emas 2045”

Disusun Oleh :

Yuda Wardiana

TEKNIK REFRIGERASI DAN TATA UDARA


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
BANDUNG
2016
Peran Generasi Muda Dalam Upaya Membangkitkan Potensi Pertanian Negeri
Melalui Inovasi Teknologi Untuk Mewujudkan Indonesia Yang Lebih Maju

Pendahuluan
Ada sebuah bahasa orang Sunda mengatakan “Dina taneuh urang Indonesia mah
melak duit ge jadi”, kalimat tersebut ababila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia
memiliki arti yakni “Ditanah Negara Indonesia, apabila menanam uang pun bisa tumbuh”,
seperti itulah contoh salah satu gaya bahasa masyarakat Indonesia yang menggambarkan
fakta betapa suburnya tanah yang dimiliki Negara Indonesia ini, bahkan uang sebagai benda
mati dapat tumbuh layaknya tanaman (hanya penggambaran dari pernyataan suku Sunda).
Sebagai salah satu Negara tropis dengan letak geografis Indonesia yang berada pada garis
katulistiwa, rata-rata daerah-daerah di Indonesia memiliki curah hujan, dan intensitas
penyinaran matahari yang merata setiap tahunnya (E Prihardian,2014)[1]. Dengan kondisi
alam yang subur, menyebabkan berbagai jenis tanaman dapat tumbuh dengan baik, termasuk
tanaman-tanaman yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan manusia, baik untuk pangan,
sandang dan papan. Kondisi inilah yang kemudian menjadi salah satu faktor penjajah dahulu
memperebutkan negara Indonesia yang memiliki potensi kekayaan alam luar biasa.
Namun sungguh ironis, sampai sekarang Negara Indonesia belum dapat
memaksimalkan potensi alamnya yang subur, terlebih dalam bidang pertanian. Hal ini
ditandai dengan data survey bahwa Negara Indonesia masih menjadi negara pengimpor
tanaman pangan yang seharusnya bisa ditanam baik di Indonesia. Menurut Badan Pusat
Statistik Indonesia (BPS)[2] dari bulan Januari-Juni 2014 nilai import tanaman pangan yaitu
6.907.585.708 Kg, nilai itu jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah ekspor yang hanya
148.030.820 Kg, selain itu dikancah internasional pun Indonesia masih kalah jauh dengan
negara-negara lain yang memiliki lahan pertanian yang lebih sempit dari Indonesia. Seperti
Negara Belanda dan Jepang, dua Negara ini termasuk dalam lima Negara dengan sektor
pertanian yang paling maju, tiga Negara lainya yakni Amerika, Taiwan dan Australia (Yasita
E.S, 2013)[3] . Lahan pertanian yang terbatas bukan menjadi halangan, melalui implementasi
teknologi serta sistem pertanian yang lebih modern, menjadikan salah satu penyebab
majunya pertanian di negara-negara tersebut.

[1] http://handokoberbagi.blogspot.co.id/2014/01/potensi-sektor-pertanian-di-indonesia.html (tanggal akses : 31/11/2016)


[2] https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/8#subjekViewTab3 (tanggal akses : 30/11/16)
[3] http://pameranpertanian.blogspot.co.id/p/negara-dengan-pertanian-terbaik.html (tanggal akses : 30/11/16)
2
Berbeda dengan Indonesia yang sebagian besar masih menerapkan sistem secara
konvensional, sehingga potensi lahan pertanian yang luas pun belum dapat dioptimalkan,
akhirnya fakta ini menjadi salah satu faktor bangsa indonesia belum bisa berdaulat dalam
bidang pertanian. Disinilah tentunya dibutuhkan keikut sertaan generasi muda Indonesia
yang peduli dan mampu berkontribusi, memberikan solusi-solusi konstruktif khususnya
dalam membangkitkan sektor pertanian dalam negeri diantaranya, dengan cara melaksanakan
riset maupun inovasi teknologi yang dapat diimplementasikan dalam bidang pertanian,
dengan begitu diharapkan dapat merevitalisasi pola kegiatan pertanian masyarakat indonesia
dari konvensional menjadi lebih modern. Pengimplementasian teknologi dalam bidang
peratanian tentunya mempermudah proses kegiatan-kegiatan pertanian yang dilakukan. Dari
upaya tersebut diharapkan dapat membangkitkan sektor pertanian masyarakat indonesia,
sehingga cita-cita bangsa indonesia menjadi lebih maju bukan hanya sekedar angan-angan
saja.
Isi
Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi kekayaan alam yang
melimpah, salah satunya potensi lahan yang subur menjadi kelebihan tersendiri yang
dianugrahkan Alloh SWT. Sewajarnya Bangsa ini bersyukur dengan kondisi tersebut,
sebagai salah satu rasa syukurnya yaitu bisa mengoptimalkan penggunaan lahan tersebut
dengan kegiatan pertanian sehingga bisa menjadi sarana untuk memakmurkan dan
memajukan negeri. Menurut data Kementrian Pertanian RI tahun 2013[4] lahan pertanian
indonesia mencapai 252.618,79 km2, luas lahan pertanian tersebut tidak termasuk dengan data
lahan pertanian yang belum temanfaatkan yakni sekitar 142.138,15 km2. Namun faktanya
luasnya lahan pertanian yang tersedi masih belum bisa menghasilkan produktifitas hasil tani
yang optimal, buktinya untuk memenuhi kebutuhan tanaman pangan dan holtikultural dalam
negeri, Indonesia masih bergantung pada impor, fakta tersebut didapatkan dari survey BPS
bulan Januari-Juni 2014 [5] , untuk nilai impor sebesar 6.907.585.708 Kg, nilai jumlah ekspor
yang hanya sebesar 148.030.820 Kg.
Berbanding terbalik dengan kondisi negara Belanda yang merupakan salah satu
negara dengan sistem pertanian yang paling maju, namun memiliki luas wilayah yang relatif
sempit. Menurut Yasita E.S (2013)[6] menyatakan negara Belanda memiliki luas wilayah

[4] www.pertanian.go.id/file/Statistik_Lahan_2014(tanngal akses : 30/11/16)


[5] https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/8#subjekViewTab3 (tanngal akses : 30/11/16)
[6] http://pameranpertanian.blogspot.co.id/p/negara-dengan-pertanian-terbaik.html (tanngal akses : 30/11/16)
3
hanya 41.526 km2. Dengan luas wilayah yang relatif kecil bila dibandingkan Indonesia, pada
tahun 2011 Belanda mampu menjadi negara peringkat 2 untuk negara pengekspor produk
pertanian terbesar didunia dengan nilai ekspor mencapai 72,8 miliar Euro. Kunci dari
majunya pertanian di Belanda adalah riset, yang kemudian diterapan melalui kebijakan-
kebijakan dan teknologi. Begitupun dengan Negara Jepang yang memaksimalkan kegiatan
pertanian dalam negeri dengan pengimplementasian teknologi modern sehingga kemudian
meski wilayah pertaniannya lebih kecil dibandingkan dengan Negara indonesia, namun
produktivitas hasil tani optimal, sehingga tercatat juga sebagai Negara dengan sistem
pertanian paling maju di dunia.
Peranan teknologi memang sangat penting dalam kegiatan kegiatan pertanian, karena
akan lebih memudahkan serta mengefektifkan waktu kegiatan pertanian. Hal ini akan
mendorong produktifitas hasil pertanian yang lebih baik. Seperti yang telah diterapkan di
negara-negara maju. Pengetian Teknologi menurut Djoyohadikusumo (1994)[7] berkaitan
erat dengan sains (science) dan perekayasaan (engineering/keteknikan). Tanggung jawab
memajukan pertanian bangsa indonesia tentunya bukan hanya tanggung jawab satu institusi
saja, namun tentunya sudah menjadi kewajiban seluruh elemen negara, termasuk generasi
muda terpelajar selayaknya memiliki kepedulian pada kondisi pertanian negeri, yakni
sebagai agent of change generasi muda terpelajar seperti elemen mahasiswa yang kental
dalam melaksanakan kegiatan riset, bukan hanya tugas mahasiswa pertanian saja, namun
mahasiswa engineering (teknik) juga dapat berkontribusi, yakni dengan memfokuskan pada
riset dan inovasi teknologi untuk kemajuan pertanian negeri. Teknologi tersebut tentunya
bisa diadopsi dari negara-negara maju dan dari sumber literatur-literatur pembelajaran yang
ada dalam perkuliahan, tentunya dengan diadakan penyesuaian sesuai dengan kondisi
pertanian negeri.
Mahasiswa sebagai bagian dari generasi muda, terutama dibidang teknik harus
menyadari betul potensi intelektualitas dan pebelajaran dalam perkuliahan. Keteknikan tidak
hanya berfokus untuk berinovasi teknologi yang hanya diterapkan dalam kegiatan industri
saja, namun lebih luas juga bisa berperan dalam kegiatan pertanian, meliputi kegiatan pra-
panen (pembibitan), kegiatan penanaman, dan kegiatan pasca-panen ( meliputi kegiatan
penyimpanan dan pendistribusian), seperti ilmu yang didapatkan penulis di Politeknik Negeri

[7] http://www.definisi-pengertian.com/2015/08/definisi-pengertian-teknologi-menurut-ahli.html] (tanggal akses : 31 / 11 /


u 2016)

4
Bandung, ilmu teknik refrigerasi dan tata udara, sebagai cabang ilmu dari Teknik Mesin dan
Ilmu Termodinamika terapan tidak hanya berfokus pada penerapan bidang Industri saja
namun juga bisa diterapkan pada bidang pertanian, ilmu rekayasa temperatur dan
kelembapan yang dipelajari bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan kegiatan pertanian.
Rekayasa temperatur (berupa pemanasan atau pendinginan) yang dipelajari
mahasiswa teknik, bisa dilakukan dengan merancang mesin misal untuk kegiatan
penyimpanan bibit atau kegiatan distribusi produk pertanian yang membutuhkan kondisi
tempat dengan temperatur rendah. Dengan mesin tersebut kondisi bibit dan produk hasil tani
bisa tersimpan dengan baik. Hal ini merupakan keuntungan, karena bisa meminimalisir
kerugian petani dalam kasus bibit yang rusak sebelum masa tanam, atau produk busuk
diperjalanan. Seperti penggunaan mesin refrigerasi untuk kegiatan pendinginan. Ilmu
refrigerasi didefinisikan sebagai cabang ilmu science untuk menurunkan dan
mempertahankan temperatur suatu ruangan dari temperatur sekitarnya yang lebih tinggi
(Dossat,1981)[8]. Sebagai Negara tropis dengan temperatur rata-rata yang tinggi dibeberapa
tempat, jelas rekayasa temperatur dibutuhkan untuk produk pertanian yang membutuhkan
kondisi temperatur yang rendah.
Kemudian contoh lain rekayasa kelembapan (RH), ilmu ini bisa diterapkan dalam
merancang mesin untuk pengeringan. Misal gabah padi yang biasanya melalui pengeringan.
umumnya petani lokal masih menggunakan cara tradisional, yakni memanfaatkan penyinaran
matahari secara alami, dampaknya jika kondisi cuaca mendung tentu jadi permasalahn,
proses pengeringan tidak akan berjalan lancar. Maka salah satu solusinya dengan merancang
suatu mesin pengeringan. Dengan begitu kegiatan pengeringan tidak akan bergantung dengan
kondisi cuaca, mau hujan, mendung, siang ataupun malam, kegiatan pengeringan gabah tetap
bisa dilakukan, disinilah contoh salah satu kelebihan teknologi, dapat mengefektifkan waktu
yang ada. Mesin pengeringan bisa dirancang sesuai konsep sistem refrigerasi dehumidifier
menggunakan proses kondensasi evaporator dan pemanasan kondensor untuk mengeringkan
dan menurunkan kelembapan (ASHRAE HandBook,2008)[9]. Proses pengeringan pun
dilakukan di dalam ruangan tertutup sehingga lebih aman dan higienis.
Proses revitalisasi sistem pertanian negeri dengan pengimplementasian teknologi
pertanian tentu bukan hal yang mustahil dilakukan di Negara Indonesia. Peluang ini bisa

[8] Dossat, Roy J. “Principle of Refrigeration 2nd Edition”. United States of America. JohnffWiley & Son. Inc, 1981
[9] ASHRAE Handbook 2008. “HVAC System and Equipment” Chapter 22. ASHARE, INC. Atlanta 2005.

5
diwujudkan, jika memang generasi muda contohnya mahasiswa punya kepedulian dan rasa
nasionalisme guna ikut memajukan pertanian. Untuk itu diperlukan upaya sosialisasi
pemerintah, dan intitusi perguruan tinggi keteknikan khususnya, untuk lebih mendorong
mahasiswanya dalam melaksanakan riset dan inovasi teknologi untuk pertanian. Permodalan
dalam proses penelitian pun idealnya bisa disponsori oleh pengusaha. Sehingga ada
sinergisitas antara masing-masing elemen yang ada, ibarat konsep Triple Helix yang ditulis
Anis Mata (2014)[10] dalam buku Gelombang Ke III Indonesia, yakni dalam upaya
pengembangan teknologi bangsa diupayakan ada tiga elemen penting yang perlu bersinergis
satu sama lain diantaranya, pemerintah melalui kebijakan yang dihasilkannya, Intitusi
perguruan tinggi yang berperan sebagai lembaga tempat riset dan inovasi teknologi, dan
pengusaha sebagai sarana pemodalan serta pemasarannya. Dengan konsep tersebut, reset
teknologi hasil karya mahasiswa tidak hanya menjadi laporan tulisan yang cuma dipajang di
rak perpustakaan-perpustakan kampus saja, namun dapat di produksi masal dan diaplikasikan
oleh petani negeri, sehingga tentu akan tercipta masyarakat petani indonesia yang lebih maju
serta modern, mampu mamaksimalkan potensi lahan pertanian indonesia yang ada,
produktifitas meningkat, hasil pertanian bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri, dapat
mengurangi impor, dan meningkatkan ekspor, dan pasti berdampak pada perekonomian
negara Indonesia yang lebih maju dan sejahtera.
Penutup
Geberasi muda termasuk pelajar ataupun mahasiswa yang memiliki potensi
intelektualitas, kreatifitas, serta semangat tentu seharusnya memiliki komitmen
kebermanfaatan serta cita-cita berkontribusi dalam memajukan bangsa Indonesia, salah
satunya dengan membangkitkan sektor pertanian dalam negeri. Bentuk kontribusinya yakni
dengan melakukan reset-reset untuk upaya menghasilkan inovasi teknologi yang bisa di
gunakan oleh masyarakat petani. Sistem pertanian yang melibatkan teknologi akan
membawa dampak positif bagi kemajuan pertanian Indonesia. Dan semakin baiknya sistem
pertanian negeri, maka indonesia pun akan semakin maju. Semangat dan bangkitlah
pertanian Indonesia.

[10] Anis Matta, “Gelombang Ke 3 Indonesia”. Future Institute, Jakarta 2014

Anda mungkin juga menyukai