Anda di halaman 1dari 10

AUDIT KEUAGAN NEGARA

NAMA-NAMA KELOMPOK :
1. PRISCILIA WINERUNGAN 17061104012
2. RISKI PONTOH 17061104014
3. PRICILIA WOWOR 17061104018
4. YULINAR ISMAIL 17061104027
5. ANGIELYA KANDIOH 17061104028
6. LANNY TENDEAN 17061104039
7. SARAH RANTUNG 17061104048
8. SYALOM POTU 17061104050
9. SHELLA SUMUAL 17061104056
10. ABDUL AZIZ LIMONU 17061104058
11. AMADITA PALANDENG 17061104091
12. VILLY MANARISIP 17061104101
13. SARAH E. RANTUNG 17061104048
PENILAIAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL (COMPLIANCE TEST)
Pengendalian intern merupakan upaya yang dilakukan mencakup unsur-unsur
pengendalian intern seperti lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian,
informasi dan komunikasi, serta pemantauan, untuk mengarahkan seluruh kegiatan agar tujuan
dari kegiatan dapat dicapai secara efektif, efisien, dipercayanya informasi dan data, serta
ditaatinya peraturan dan ketentuan yang berlaku.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dalam Pasal 58
dengan sangat tepat mengamanatkan kepada Presiden RI selaku Kepala Pemerintahan, agar
mengatur dan menyelenggarakan pengendalian intern di lingkungan pemerintahan secara
menyeluruh, untuk meningkatkan kinerja, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan
daerah / negara.

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah proses:

 Integral pada tindakan dan kegiatan


 Dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai diselenggarakan
secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
 Untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang:
1. efektif dan efisien
2. keandalan pelaporan keuangan
3. pengamanan aset negara,
4. ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Pengawasan Intern adalah seluruh proses

 Kegiatan audit
 Reviu
 Evaluasi
 Pemantauan
 Kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi
 Memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai
dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan
pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.

1. Unsur SPIP: LINGKUNGAN PENGENDALIAN


PP Nomor 60/2008 mewajibkan Pimpinan Instansi Pemerintah untuk menciptakan dan
memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan
Sistem Pengendalian Intern dalam lingkungan kerjanya. Hal ini merupakan komponen yang sangat
penting dan menjadi unsur dasar di dalam SPIP. Kemampuan pimpinan untuk menciptakan dan
memelihara lingkungan kerja yang kondusif akan menjadi motivasi kuat bagi para pegawai untuk
memberikan yang terbaik dalam pelaksanaan pekerjaannya. Sebaliknya, pimpinan yang tidak/kurang
kompeten dalam menciptakan lingkungan yang positif akan berpotensi mempengaruhi pegawai untuk
melakukan hal-hal negatif yang dapat merugikan instansinya. Pimpinan Instansi Pemerintah wajib
menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif
untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam lingkungan kerjanya, melalui:

a. penegakan integritas dan nilai etika; minimal dilakukan dengan cara:


- menyusun dan menerapkan aturan perilaku;
- memberikan keteladanan;
- menegakkan tindakan disiplin yang tepat atas penyimpangan atau pelanggaran;
- menjelaskan dan mempertanggungjawabkan adanya intervensi atau pengabaian
pengendalian intern;
- menghapus kebijakan atau penugasan yang dapat mendorong perilaku tidak etis.
b. komitmen terhadap kompetensi; minimal dilakukan dengan cara:
- mengidentifikasi dan menetapkan kegiatan untuk menyelesaikan tugas dan fungsi pada
masing-masing posisi;
- menyusun standar kompetensi untuk setiap tugas dan fungsi;
- menyelenggarakan pelatihan dan pembimbingan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kompetensi;
- memilih pimpinan memiliki kemampuan manajerial dan pengalaman teknis yang luas
c. kepemimpinan yang kondusif; minimal dilakukan dengan cara:
- mempertimbangkan risiko pengambilan keputusan;
- menerapkan manajemen berbasis kinerja;
- mendukung fungsi tertentu dalam penerapan SPIP;
- melindungi aset dan informasi dari akses dan penggunaan yang tidak sah;
- melakukan interaksi secara intensif dengan pejabat pada tingkatan yang lebih rendah;
- merespon secara positif terhadap pelaporan yang berkaitan dengan keuangan,
penganggaran, program, dan kegiatan.

d. pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan; minimal dilakukan dengan
cara:
- menyesuaikan dengan ukuran dan sifat kegiatan;
- memberikan kejelasan wewenang dan tanggung jawab;
- memberikan kejelasan hubungan dan jenjang pelaporan intern;
- melaksanakan evaluasi dan penyesuaian periodic terhadap struktur organisasi sehubungan
dengan perubahan lingkungan strategis;
- menetapkan jumlah pegawai yang sesuai.

e. pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat; minimal dilakukan dengan cara:
- wewenang diberikan kepada pegawai yang tepat sesuai dengan tingkat tanggung jawabnya
dalam rangka pencapaian tujuan Instansi Pemerintah;
- pegawai yang diberi wewenang sebagaimana dimaksud dalam huruf a memahami bahwa
wewenang dan tanggung jawab yang diberikan terkait dengan pihak lain dalam Instansi
Pemerintah yang bersangkutan; dan
- pegawai yang diberi wewenang sebagaimana dimaksud dalam huruf b memahami bahwa
pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab terkait dengan penerapan SPIP.

f. penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia;
minimal dilakukan dengan cara:
- penetapan kebijakan dan prosedur sejak rekrutmen sampai dengan pemberhentian
pegawai;
- penelusuran latar belakang calon pegawai dalam proses rekrutmen; dan
- supervisi periodik yang memadai terhadap pegawai.

g. perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif;


- memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas
pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah;
- memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko dalam
penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah; dan
- memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi
Instansi Pemerintah.

h. hubungan kerja yang baik antar instansi terkait diwujudkan dengan adanya mekanisme saling uji
antar Instansi Pemerintah terkait.

2. Unsur SPIP: PENILAIAN RISIKO


* Penilaian risiko terdiri atas:

a. identifikasi risiko, minimal dilakukan dengan cara:


- menggunakan metodologi yang sesuai tujuan Instansi Pemerintah dan tujuan pada tingkatan
kegiatan secara komprehensif;
- menggunakan mekanisme yang memadai untuk mengenali risiko dari factor eksternal dan
factor internal; dan
- menilai faktor lain yang dapat meningkatkan risiko.

b. analisis risiko dilaksanakan untuk menentukan dampak dari risiko yang telah diidentifikasi
terhadap pencapaian tujuan Instansi Pemerintah.
* Dalam rangka penilaian risiko pimpinan Instansi Pemerintah dengan berpedoman pada peraturan
perundang- undangan. menetapkan:

a. Tujuan Instansi Pemerintah;


Tujuan Instansi memuat pernyataan dan arahan yang spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis, dan
terikat waktu serta wajib dikomunikasikan kepada seluruh pegawai.

Untuk mencapai tujuan Instansi Pemerintah pimpinan Instansi Pemerintah menetapkan:

- strategi operasional yang konsisten


- strategi manajemen terintegrasi dan rencana penilaian risiko.

b. Tujuan pada tingkatan kegiatan,


Penetapan tujuan pada tingkatan kegiatan memperhatikan ketentuan

sebagai berikut:

- berdasarkan pada tujuan dan rencana strategis;


- saling melengkapi, saling menunjang, dan tidak bertentangan satu dengan lainnya;
- relevan dengan seluruh kegiatan utama;
- mengandung unsur kriteria pengukuran;
- didukung sumber daya Instansi Pemerintah yang cukup;
- melibatkan seluruh tingkat pejabat dalam proses penetapannya.
-
* Pimpinan Instansi Pemerintah menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menentukan tingkat risiko
yang dapat diterima.

3. Unsur SPIP: KEGIATAN PENGENDALIAN


Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai dengan
ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi Pemerintah yang bersangkutan. Minimal
memiliki karakteristik sebagai berikut:
- kegiatan pengendalian diutamakan pada kegiatan pokok;
- kegiatan pengendalian harus dikaitkan dengan proses penilaian risiko;
- kegiatan pengendalian yang dipilih disesuaikan dengan sifat khusus Instansi Pemerintah;
- kebijakan dan prosedur harus ditetapkan secara tertulis;
- prosedur yang telah ditetapkan harus dilaksanakan;
- kegiatan pengendalian dievaluasi secara teratur.

Bentuk-bentuk kegiatan pengendalian:

- reviu atas kinerja Instansi Pemerintah yang dilaksanakan dengan membandingkan kinerja
dengan tolok ukur kinerja yang ditetapkan.
- pembinaan sumber daya manusia; minimal dengan cara:
1. mengkomunikasikan visi, misi, tujuan, nilai, dan strategi instansi kepada pegawai;
2. membuat strategi perencanaan dan pembinaan sumber daya manusia yang mendukung
pencapaian visi dan misi; dan
3. membuat uraian jabatan, prosedur rekrutmen, program pendidikan dan pelatihan
pegawai, sistem kompensasi, program kesejahteraan dan fasilitas pegawai, ketentuan
disiplin pegawai, sistem penilaian kinerja, serta rencana pengembangan karir.
- pengendalian atas pengelolaan sistem informasi yang dilakukan untuk memastikan akurasi
dan kelengkapan informasi. Kegiatan pengendalian atas pengelolaan system informasi
meliputi:
a. pengendalian umum;
 pengamanan sistem informasi;
 pengendalian atas akses;
 pengendalian atas pengembangan dan perubahan perangkat lunak aplikasi;
 pengendalian atas perangkat lunak sistem;
 pemisahan tugas; dan
 kontinuitas pelayanan.
b. pengendalian aplikasi:
 pengendalian otorisasi;
 pengendalian kelengkapan;
 pengendalian akurasi; dan
 pengendalian terhadap keandalan pemrosesan dan file data.
- pengendalian fisik atas aset; pimpinan Instansi Pemerintah wajib menetapkan,
mengimplementasikan, dan mengkomunikasikan kepada seluruh pegawai:
 rencana identifikasi, kebijakan, dan prosedur pengamanan fisik
 rencana pemulihan setelah bencana.
- penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja;
 menetapkan ukuran dan indikator kinerja;
 mereviu dan melakukan validasi secara periodic atas ketetapan dan keandalan
ukuran dan indikator kinerja;
 mengevaluasi faktor penilaian pengukuran kinerja; dan
 membandingkan secara terus-menerus data capaian kinerja dengan sasaran yang
ditetapkan dan selisihnya dianalisis lebih lanjut.
- pemisahan fungsi; pimpinan Instansi Pemerintah harus menjamin bahwa seluruh aspek utama
transaksi atau kejadian tidak dikendalikan oleh 1 orang.
- otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting; pimpinan Instansi Pemerintah wajib
menetapkan dan mengkomunikasikan syarat dan ketentuan otorisasi kepada seluruh pegawai.
- pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian; pimpinan Instansi
Pemerintah perlu mempertimbangkan:
 transaksi dan kejadian diklasifikasikan dengan tepat dan dicatat segera
 klasifikasi dan pencatatan yang tepat dilaksanakan dalam seluruh siklus transaksi
atau kejadian.
- pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya; pimpinan Instansi Pemerintah
memberikan akses hanya kepada pegawai yang berwenang dan melakukan reviu atas
pembatasan tersebut secara berkala.
- akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; pimpinan Instansi Pemerintah
menugaskan pegawai yang bertanggung jawab terhadap penyimpanan sumber daya dan
pencatatannya serta melakukan reviu atas penugasan tersebut secara berkala.
- dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian penting;
pimpinan Instansi Pemerintah wajib memiliki, mengelola, memelihara, dan secara berkala
memutakhirkan dokumentasi yang mencakup seluruh Sistem Pengendalian Intern serta
transaksi dan kejadian penting.
4. Unsur SPIP: INFORMASI DAN KOMUNIKASI
Untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif, pimpinan Instansi Pemerintah harus
sekurang-kurangnya:

a. menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana


komunikasi
b. mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara
terus menerus.

5. Unsur SPIP: PEMANTAUAN


Pemantauan Sistem Pengendalian Intern dilaksanakan melalui:

1. pemantauan berkelanjutan; melalui:


a. pengelolaan rutin d. supervisi

b. pembandingan e. rekonsiliasi

c. tindakan lain yang terkait dalam pelaksanaan tugas.

2. evaluasi terpisah
 Dilaksanakan melalui penilaian sendiri, reviu, dan pengujian efektivitas Sistem Pengendalian
Intern.
 Evaluasi terpisah dapat dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah atau pihak
eksternal pemerintah.
 Evaluasi terpisah dapat dilakukan dengan menggunakan daftar uji pengendalian intern
3. tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya; diselesaikan dan dilaksanakan sesuai
dengan mekanisme penyelesaian rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya yang ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai