Anda di halaman 1dari 3

Nama : Riyanti Rahmadiani

NPM : 15061019014
Kelas : Sosiologi Agribisnis C

Teknologi dalam Agribisnis

Saya tinggal di daerah Bandung Selatan, untuk melihat sawah disekitar sini
bukanlah sesuatu yang sulit, namun untuk melihat pabrik-pabrik industri textile juga
tidak sulit. Pabrik dan sawah bisa beriringan, karena disini sepengetahuan saya pabrik
tidak membuang limbahnya langsung ke sungai. Namun tentunya jika dibandingkan
dengan 10 tahun, 20 tahun, bahkan 30 tahun yang lalu, jelas luas sawah saat ini
semakin berkurang.

Di daerah ini, sawah masih diolah secara konvensional, yang saya lihat hanya
traktor teknologi yang membantu petani, panen padi juga masih menggunakan sistem
tradisional. Jika industri semakin maju, lahan pertanian semakin sempit akan banyak
masalah yang ditimbulkan. Menurut saya industri yang semakin maju harus diiringi
dengan pertanian yang semakin maju juga, sehingga walupun lahan semakin sempit,
kebutuhan pangan tetap terpenuhi. Untuk mencapai kemajuan dan pembanguan
dalam bidang pertanian tidak dapat dilepaskan dari kemajuan teknologi, revolusi
pertanian didorong oleh penemuan mesin-mesin dan cara-cara baru dalam bidang
pertanian. Beberapa teknologi yang diperlukan dalam pertanian :

1. Karena kondisi lahan di Indonesia berbeda-beda, dibutuhkan Transplanter


Jarwo (Jajar legowo) untuk memudahkan pertanian di lahan rawa.
Transplanter Jarwo adalah mesin penanam padi yang digunakan pada areal
tanah sawah kondisi siap tanam untuk menanam bibit padi dari hasil semaian
yang menggunakan tray atau dapog dengan umur bibit sekitar 15 hari atau
ketinggian bibit tertentu. Mesin tanam ini dirancang agar dapat beroperasi
pada lahan berlumpur (puddle) dengan kedalaman kurang dari 40 cm. Oleh
karena itu mesin ini dirancang ringan dan dilengkapi dengan alat pengapung
(Taufik, 2010).
2. Karena pemakaian pupuk sintetis yang terus meningkat setiap tahun, dan
mengurangi produktivitas lahan, teknologi mikroba penyubur tanah akan
sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas. Teknologi mikroba
penyubur tanah yang dikenal sebagai pupuk hayati (pupuk mikroba)
merupakan produk biologi aktif yang terdiri atas mikroba penyubur tanah
untuk meningkatkan efisiensi pemupukan, kesuburan, dan kesehatan tanah.
Namun pemanfaatan pupuk mikroba di Indonesia belum sepenuhnya
berkembang, karena keterbatasan aspek kemajuan teknologi, terutama karena
belum adanya standar dan sistem pengawasan mutu pupuk hayati yang
beredar di pasaran. Agar pemanfaatan pupuk hayati berdampak terhadap
peningkatan pendapatan petani, maka teknologi pupuk hayati yang
dimanfaatkan harus sudah matang, teruji dengan tingkat efisiensi tinggi dan
memenuhi baku mutu.

Dua teknologi diatas adalah teknologi yang sudah ada di Indonesia. Ide saya
sendiri untuk mengembangkan kegiatan pertanian adalah sebuah kapsul. Kapsul yang
saya maksud merupakan teknologi di bidang pangan. Kapsul itu sendiri merupakan
ekstrak dari berbagai jenis pangan, jadi kita tidak perlu mengkhawatirkan lagi
masalah diversifikasi pangan. Karena mungkin gaya hidup dimasa depan akan
berubah, bukankah lebih efisien bila kita hanya membutuhkan beberapa butir kapsul
untuk dimakan dibandingkan makan makanan sepiring beserta lauk pauknya.
Saya juga berpikir, apakah mungkin menciptakan pertanian seperti sebuah gedung
bertingkat, sehingga dimasa depan bukan hanya gedung saja yang bisa menjadi
pecakar langit, namun pertanian juga bisa. Sehingga kita tidak perlu
mengkhawatirkan lagi lahan pertanian yang semakin sempit. Namun tentunya untuk
mewujudakan itu semua diperlukan kemajuan teknologi yang canggih, serta modal
yang tidak sedikit.
DAFTAR PUSTAKA

Saraswati, R., & Sumarno. (2008). Utilization of soil fertilizer microbes as components of agricultural
technology. Food Crop Science and Technology, 3(1), 41–58.
Sudirman. (2017). Pengujian Mesin Tanam Padi Sistim Jajar Legowo (Jarwo Transplanter). Jurnal
Teknik Pertanian Lampung, 6(1), 63–72.

Anda mungkin juga menyukai