kemiringan 20 – 150 seluas 673,76 km2 atau 20,50% daerah dengan kemiringan
150 - 400 seluas 384 km2 atau 11,70% dan daerah dengan kemiringan lebih dari
400 seluas 1.030,07 km2 atau 31,30% dari total luasan wilayah.
Tabel 4.2 Keadaan Geografi Berdasarkan Ketinggian Tempat Tahun 2014
Ketinggian Tempat Luas wilayah (km2) Persentase (%)
0 – 25 591,20 18,00
25 – 100 681,68 20,70
100 – 500 1.234,08 37,70
0 – 1000 520,43 15,80
1000 – 2005 225,62 6,90
>2005 31,33 1,00
Jumlah 3.293,34 100,00
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember (2015).
Berdasarkan Tabel 4.2 tentang keadaan geografi berdasarkan ketinggian
tempat menunjukan bahwa luas wilayah di Kabupaten Jember yang memiliki
ketinggian 0 – 25 meter diatas permukaan laut seluas 591,20 km 2 atau sebesar
18,00% wilayah dengan ketinggian 25 – 100 meter seluas 681, 68 km 2 atau
sebesar 20,70% wilayah dengan ketinggian 100-500 meter seluas 1.234,08 km 2
atau sebesar 37,70% wilayah dengan ketinggian 500 – 1000 meter seluas 520,43
km2 atau sebesar 15,80% wilayah dengan ketinggian 1000 – 2005 meter seluas
225,62 km2 atau sebesar 6,90% dan wilayah dengan ketinggian lebih dari 2005
meter seluas 31,33 km2 atau sebesar 1,0% dari total luas wilayah Kabupaten
Jember.
usaha yakni antara lain bidang pertanian, penggalian, industri pengolahan, listrik
dan air, bangunan, perdagangan rumah makan dan hotel, angkutan dan
komunikasi, keuangan dan jasa-jasa. Adapun keadaan jumlah penduduk
berdasarkan lapangan usahanya dijelaskan dalam tabel 4.7 dibawah ini.
Tabel 4.7 Keadaaan Penduduk berdasarkan Lapangan Usaha Tahun 2014
Jenis Lapangan Usaha Jumlah Penduduk (jiwa) Persentase (%)
Pertanian 587.546 50,61
Pertambangan dan Galian;
Listrik, Gas dan Air 10.575 0,91
Industri Pengolahan 93.573 8,06
Bangunan 71.285 6,14
Perdagangan, Rumah
Makan dan Hotel 223.673 19,27
Angkutan dan Komunikasi 35.142 3,03
Keuangan dan Jasa-jasa 139.147 11,99
Jumlah 1.160.941 100,00
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember (2015)
pasokan stock bulanan swalayan melebihi 500 ton di pasar Tokyo, maka harga
tertinggi hanya akan berkisar US $ 4.00 per kg. Sesuai derigan hukum ekonomi,
dalam hal pasokan edamame berkurang, maka harga edamame akan meningkat
drastis. Sedangkan tingkat harga edamame akan lebih tinggi lagi, apabila pasokan
bulanan keswalayan di pasar Tokyo kurang dari 500 ton, khususnya dari bulan
Nopember hingga Mei (Pusdatin,2013).
Perilaku pasar ini di sebabkan karena pada bulan Nopember hingga Maret
para petani Jepang tidak dapat menanam edamame di lapangan secara terbuka.
Kalau toh mereka menanamnya, terpaksa ditakukan di dalam rumah plastik
(greenhouse). Tampak bahwa peluang ekspor edamame dengan kemungkinan
mendapat respon pasar yang baik di pasar Jepang adalah apabila dilakukan pada
bulan Desember hingga bulan Mei, meskipun kegiatan ekspor dapat saja di
lakukan sepanjang musim (Hiroshi Nakano, 2010).
4.2.2 Pola Kemitraan Antara Petani Edamame dengan PT Mitra Tani Dua
Tujuh
Kemitraan adalah jalinan kerjasama usaha yang saling menguntungkan
antara petani dengan Perusahaan Mitra disertai dengan pembinaan dan
pengembangan oleh Perusahaan Mitra, sehingga saling memerlukan,
menguntungkan dan memperkuat. Kemitraan sebagaimana dimaksud UU No. 9
Tahun 1995, adalah kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau
dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah
atau usaha besar dengan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling
menguntungkan.
43
Kerjasama
Petani Edamame PT Mitra Tani
Lahan Sarana
Tenaga Kerja Produksi
Bimbingan
Jaminan
Pasar
Berdasarkan gambar 4.1, maka dapat dilihat bahwa petani sebagai mitra
harus menyediakan lahan sendiri dan tenaga kerja. Sarana produksi telah
disediakan oleh perusahaan dalam bentuk kredit, dan juga telah menyediakan
44
benih edamame yang siap untuk ditanam. Perusahaan menanggung semua biaya
angkut yang dikeluarkan dan juga memberikan bimbingan serta memberikan
jaminan kepastian pasar kepada petani edamame di Kabupaten Jember. Petani
kapas dapat membeli benih yang disediakan oleh PT Mitra Tani dengan harga Rp
25.000 per kg. Seluruh pelunasan biaya sarana produksi secara langsung akan
dipotong pada saat PT Mitra Tani membeli hasil produksi edamame dari petani.
Petani tidak boleh menjual hasil kapasnya kepada pihak lain, seluruh hasil
usahataninya harus dijual kepada PT Mitra Tani sesuai dengan yang telah
disepakati. Jaminan pasar oleh PT Mitra Tani sebagai perusahaan mitra, sangat
membantu petani untuk dapat menjual seluruh hasil edamame.
Keterangan Jumlah
Pendapatan Kotor 33.600.552,65
Biaya Produksi 12.969.358,51
R/C Ratio 2.59
(Sumber: Lampiran B, diolah)
Tabel 4.16 menunjukkan bahwa nilai R/C ratio usahatani kedelai edamame
sebesar 2.59. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan biaya produksi komoditas
kedelai edamame sudah efisien. Jenis kedelai edamame ini memiliki tingkat
46
Hasil uji analisis regresi linear berganda ditunjukan pada tabel 4.8
dibawah ini:
*) signifikan pada α = 5%
(Sumber: Lampiran C, diolah)
Hasil estimasi pada Tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa variabel obat
perhektar signifikan mempengaruhi besarnya tingkat produksi kedelai edamame
dengan nilai probabilitas t-hitung sebesar 0,0000 dimana nilai tersebut lebih kecil
47
dari α (α = 5% = 0,05). Berbeda dengan variabel tenaga kerja, bibit perluas lahan
dan pupuk perluas lahan yang belum memberikan kontribusi secara signifikan
terhadap hasil produksi edamame dengan probabilitas masing-masing sebesar
0,3607, 0,5417 dan 0,5375 yang lebih besar dari dari α (α = 5% = 0,05). Dengan
demikian hasil perhitungan menunjukkan nilai probabilitas t-hitung yang tidak
memenuhi prosedur suatu hasil perhitungan. Hal ini berarti dalam analisis tersebut
setiap pergerakan variabel tenaga kerja, bibit perluas lahan dan pupukperluas
lahan belum memberikan pengaruh terhadap perubahan variabel dependen hasil
produksi kedelai edamame. Menurut Supranto (2005:116) bahwa suatu nilai
dikatakan signifikan yaitu jika suatu prosedur untuk suatu hasil perhitungan
berdasarkan sampel tepat, untuk memeriksa benar tidaknya suatu hipotesis.
Output Probabilita
Uji Diagnosis Test Kesimpulan
Hitung s (α=5%)
Ramsery
Linearitas 4.827201 0.0345 Memenuhi Linier
Reset Test
Uji Korelasi Hasil < Tidak terjadi
Multikolinearitas
Parsial 0,8 Multikolinearitas
Durbin- Tidak terjadi
Autokorelasi 1.983348 0.9597
Watson Autokorelasi
Tidak terjadi
Heteroskedastisitas White Test 0.9583
Heteroskedastisitas
Jarque_Berr Berdistribusi
Normalitas 5.086315 0.078618
a Test Normal
(Sumber: Lampiran D, diolah)
5. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah faktor pengganggu telah
berdistribusi normal atau tidak. Salah satu uji normalitas yang dapat
digunakan adalah Uji Jarque-Bera (Widarjono, 2009). Syarat normalitas
dengan membandingkan probabilitas JB-nya dimana apabila nilai
probabilitas JB > α (5%) maka residualnya berdistribusi normal.
Berdasarkan pengujian menunjukkan hasil probabilitas > α yaitu 0,078618 >
0,05 yang berarti berdistribusi normal. Hasil pengujian tersebut dapat dilihat
pada Tabel 4.15 berikut ini:
4.15 Uji Normalitas Jarque-Bera
Jarque-Bera 5.086315
Probability 0.078618
(Sumber: Lampiran D5, diolah)
4.4 Pembahasan
4.4.1 Efisisensi Usahatani Edamame di Kabupaten Jember
Analisis usahatani yang dilakukan adalah bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar pendapatan yang diterima oleh petani edamame di Kabupaten
Jember pada musim tanam tahun 2016. Efisiensi usahatani menunjukkan
kemampuan usahatani suatu komoditas pertanian dalam menciptakan pendapatan
petani. Efisiensi yang tinggi menunjukkan tingginya nilai ekonomi suatu
komoditas. Efisiensi usahatani kedelai edamame dapat diketahui dengan analisa
R/C ratio, yaitu dengan menggunakan perbandingan total penerimaan dengan total
biaya produksi (Darsono,2008).
52
Total biaya rata-rata yang dikeluarkan petani dalam satu periode panen
sebesar Rp 12.969.358,51. Biaya usahatani yang dikeluarkan oleh petani tersebut
berasal dari biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel yang dikeluarkan petani
antara lain biaya tenaga kerja, biaya pupuk seperti pupuk Urea, TSP, Kcl, dan ZK.
Biaya variabel lain yang harus dikeluarkan oleh petani yaitu biaya benih perkilo
sebesar Rp 25.000 dan obat-obatan seperti Konfidor, Metindo dan Sumo.
Sedangkan biaya tetap yang dikeluarkan oleh petani yaitu hanya biaya pajak untuk
lahan milik sendiri.
4.4.2 Pengaruh Variabel Independen Tenaga Kerja, Bibit per Hektar Luas
Lahan, Pupuk dan Obat terhadap Produksi Edamame
analisis OLS, hasil produksi kedelai edamame kabupaten Jember dipengaruhi oleh
tenaga kerja, bibit per hektar lahan, pupuk dan obat berkaitan dengan teori
produksi Cobb Douglas. Berdasarkan teori produksi Cobb Douglas hasil produksi
dipengaruhi oleh labor yaitu tenaga kerja dan kapital yaitu bibit perhektar lahan,
pupuk dan obat (Putong, 2015).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Dina Tobing (2009) bahwa semua
sarana produksi berpengaruh nyata terhadap total produksi yaitu luas lahan, benih,
NPK, dan tenaga kerja. Selain itu berpendapat hal yang sama seperti Ria Aswita
Pohan (2008), Ana dan Rikawan (2011) yang menyatakan bahwa analisis dengan
fungsi produksi Cobb Douglas menunjukan total produksi dipengaruhi oleh
tenaga kerja (labor) dan modal (kapital) seperti luas lahan, pupuk, dan pestisida.