Anda di halaman 1dari 6

Hartono et. al.

, Dinamika Konsentrasi Industri………

Dinamika Industri Pengolahan Di Jawa Timur Tahun 2012-2015


(Processing Industry Dynamics In East Java Year 2012-2015)
Rudi Hartono
Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Jember (UNEJ)
Jln. Kalimantan 37, Jember 68121
Email: gagakhitam2123@gmail.com

ABSTRAK
Sektor Industri tercatat menyumbang 60% dari PDB Indonesia yang dianggap sebagai sektor pemimpin dari sektor lainnya.
Provinsi Jawa Timur adalah wilayah Indonesia yang memiliki pembangunan seimbang dan berpotensi untuk dikembangkan
dimasa depan. Akan tetapi pembangunan itu ternyata dipengaruhi oleh adanya perkembangan industri di Provinsi Jawa Timur.
Industri di tahun 2012-2015 terus berfluktuatif hingga pertumbuhannya menurun menjadi 5.63% di tahun 2015. Klaster industri
merupakan model pembangunan yang digunakan dalam mengembangkan idustri. Menggunakan pendekatan sektoral, penelitian
ini menganalisis spesialisasi, daya saing, tingkat konsentrasi dan pengaruh dari konsentrasi industri di Provinsi Jawa Timur pada
tahun 2012-2015. Analisis shift share esteban Marquillas, Rasio Konsentrasi (CR4) dan Analisis Regresi data panel. Berdasarkan
hasil penelitian ditemukan terdapat beberapa 5 Kabupeten/kota yang mendominasi meliputi Kota Surabaya, Kota Kediri,
Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Gresi. Hasil analisis pengaruh menjukkan produktivitas tenaga kerja
berpengaruh negatif, investasi berpengaruh positif dan indeks persaingan perusahaan berpengaruh negatif terhadap konsentrasi
kegiatan industri di Provinsi Jawa Timur.

Kata Kunci: Spesialisasi, Daya Saing, Konsentrasi, Klaster, Industri Pengolahan

ABSTRACT
The Industry sector accounted for 60% of Indonesia's GDP, which is considered the sector leader of other sectors. East Java Province is
an area of Indonesia that has balanced development and potential to be developed in the future. However, development was apparently
influenced by the development of industry in East Java Province. Industry in 2012-2015 continues to fluctuate until its growth declines to
5.63% in 2015. Industrial cluster is a development model used in developing the industry. Using a sectoral approach, this study analyzes
the specialization, competitiveness, concentration and influence of industrial concentration in East Java Province in 2012-2015. Shift
share analysis of esteban Marquillas, Concentration Ratio (CR4) and Regression Analysis of panel data. Based on the result of the
research, there are 5 regencies / cities dominantly covering Surabaya City, Kediri City, Sidoarjo Regency, Pasuruan Regency and Gresi
Regency. Result of influence analysis showed labor productivity had negative effect, investment had positive effect and company
competition index had negative effect to concentration of industrial activity in East Java Province.Keywords: Specialization,
Competitiveness, Concentration, Cluster, Processing Industry

PENDAHULUAN 1993). Berdasarkan data tahun 2012 sektor industri


pengolahan dengan terbukti memberikan sumbangan
Perkembangan industri di Negara Indonesia PDRB mencapai Rp326.681.77 milliar (+/- 30%).
cukup mengesankan, berbagai kebijakan industri Akibat potensi yang besar dari sektor industri
Indonesia terlihat semejak Replita I-V (Marijan, Provinsi Jawa Timur mencoba mengembangkannya
2005). Selain itu Badan Pusat Statistik (BPS) pada melalui peraturan daerah Provinsi Jawa Timur nomor 5
tahun 2001 mencatat PDB terbesar (+/-60%) tahun 2012 tentang tencana tata tuang wilayah Provinsi
merupakan sektor industri (Yustika, et al, 2014:147). Tahun 2011-2031 pasal 30. Model pembanguan
Perkembangan industri Indonesai ternyata menjalar kawasan (industrial cluster) itu sangat berkaitan dengan
keberbagai perekonomian wilayah dimana Provinsi pendekatan struktur (Sastrosoenarto 2006:170).
Jawa Timur termasuk didalamnya. Sektor industri Sedangkan Clarke (2003) dalam Arsyad & Kusuma
pada Provinsi Jawa Timur terbukti memberikan (2014:98) mengatakan salah satu yang termasuk dalam
berbagai sumbangan cukup baik dan menciptakan pendekatan strukutur pasar adalah derajat konsentrasi,
mencapai kondisi pembangunan berimbang (balance konsentrasi dapat menjadi sarana informasi diversifikasi
development) dan penyebaran yang hampir merata yang mungkin dapat
pada tiap sektor perekonomiannya (Dick & Mackie,

Artikel ilmiah mahasiswa 2018


Hartono et. al., Dinamika Konsentrasi Industri………

berpengaruh terhadap keputusan politik dan Alat analisis yang digunakan dalam mencari
kebijakan. spesialisasi dan daya saing dalam industri
Namun mirisnya pertumbuhan PDRB menggunakan shift share esteban Modifikasi
industri di tahun 2012-2015 terus mengalami Marquillas yang dicari menggunakan rumus:
= Nij + Mij + C +A
fluktuatif dan turun dari 6.73% menjadi 5.63%.
Fenomena tersebut mengindikasikian adanya
pengaruh faktor-faktor lain sehingga terjadi fluktiasi Metode Analisis Konsentrasi
Perhitungan konsentrasi industri dihitung
perubahan pada struktur perekonomian industri menggunakan pendekatan PDRB sektoral melalui rasio
Provinsi Jawa Timur. Walter Cristaller 1933 dalam konsentrasi delapan sektor industri terbesar di tingkat
kabupaten/kota ( 8). Sedangkan Nilai share sektor industri
Tarigan (2015:123) pada studinya menjelaskan lokasi didapatkan melaui sektor industri kabupaten/kota dibagi sektor
(range dan threshold ) merupakan faktor yang perlu industri di tingkat Povinsi Jawa Timur, apabila dirumuskan
akan menjadi:
diperhatiakan dalam mencapai efisiensi produksi. 4=S +S +S +S +

Alferd Weber (1909) dalam Tarigan (2015:140) juga


mengatakan bahwa perilaku sebuah industri selalu di CR = Rasio Kosentrasi
dasari oleh pemilihan lokasi yang memberikan S = share kabupaten/kota
konsep minimisasi biaya (efisiensi). Salah satu faktor i = Sektor industri
penting yang berpengaruh terhadap konsetrasi j = Kabupaten/daerah analisis
industri adalah produktivitas tenga kerja yang t = Tahun analisis
dijelaskan dalam studi di Indonesia menemukan A-D = Penanda urutan terbesar
bahwa produktivitas tengakerja memberikan pegaruh 4 = Empat subsekstor Industri dengan nilai
positif terhadap konsentrasi industri (Sulastri, 2013). terbesar
Weber menyatakan melalui konsep aglomerasi
(pemusatan kegiatan) faktor tenaga kerja merupakan hal Metode Analisis Pengaruh Konsentrasi
penting yang perlu diperhatiakan. dalam kasus industri Penelitian ini menggunakan analisis data panel
(Ananta,1990:266). Faktor lain yang perlu diperhatikan fixed effect model (FEM) untuk mengetahui faktor
dalam konsentrasi industri adalah Investasi yang yang mempengaruhi konsetrai pada kabupaten/kota
perepegnaruh positif dalam konsentrasi industri kawasan dan peruntukan industri Provinsis jawa
(Sari,2013:2). Arsyad (2014:101) menyatakan investasi Timur di tahun 2012-2015, model dapat dituliskan
adalah faktor dapat menciptakan barrier agar tidak dalam bentuk:
= 0+ +
semua perusahaan dapat memasuki pasar sehingga
menyebabkan konsentrasi akan cenderung tinggi. Selain Bila ditranformasikan kedalam model penelitian:
= 0+ 1 1 + 2 2 + 3 3 +
itu dalam analisi konsetrasi faktor lain yang diduga Keterangan:
berpengaruh adalah jumlah unit usaha, jumlah unit y = Rasio Konsentrasi 4 subsektor
usaha (perusahaan) mencerminkan pendatang baru terbesar dalam industri
(Hasibuan, 1994:125). Berdasarkan penjelasan tersebut = konstanta ke-n
penelitian ini akan mencoba menganalisis terkait 1 = Produktivitas tenagakerja
struktur spesialisasi dan daya saing, konsentrsai industri 2 = Investasi
beserta pegaruh dari produktivitas tenaga 3 = Indeks Persaingan
kerja,investasi, dan indeks persaingan persuhaan pada j = kabupaten/kota
20 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur pada tahun t = Tahun analisis
2012-2015.
Uji Statistik
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
dengan metode statistik deskriptif. Data penelitian
diperoleh dari Badan Pusat Statistika (BPS) dan Dinas
Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) pada
tingakat Provinsi dan Kabupaten/kota kawasan dan
peruntukan industri dalam kurun waktu 2012-2015 di
Provinsi jawa Timur. Penelitian akan menggunakan
data berupa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),
produktivita tenaga kerja, investasi dan indeks
persaingan perusahaan.

Metode Analisis Spesialisasi dan Daya Saing

Artikel ilmiah mahasiswa 2018


Hartono et. al., Dinamika Konsentrasi Industri………

Uji statistik yang digunakan terdiri dari uji Pasuruan. Sedangkan untuk studi kasus kota Kediri
secara parsial (uji t), dan koefisien determinasi ( 2). sendiri tergolong memiliki spesialisai akan tetapi tidak
tidak memiliki daya saing.
Uji Asumsi Klasik
Uji Asumsi klasik yang digunakan meliputi uji Kuadran I Kuadran IV
multikolinearitas, uji heterokedastisitas dan uji Kabupaten Bangkalan Kabupaten Gersik,
normalitas yang bertujuan untuk melihat apakah Kabupaten Banyuwangi Kabupaten Jember,
estimasi tidak bias serta bersifat BLUE (Best Linier Kabupaten Bojonegoro Kabupaten Lamongan,
Unbiased Estimator). Kabupaten Jombang Kota Madiun
Kabupaten Madiun Kabupaten Mojokerto,
Kabupaten Malang Kabupaten Pasuruan,
Hasil dan Pembahasan Kabupaten Nganjuk Kabupaten Probolinggo,
Hasil Analisis Spesialisasi dan Daya Saing Kabupaten Ngawi Kabupaten Situbondo, dan
Berdarkan analisis shift share esteban Modifikasi Kabupaten Sidoarjo Kota Surabaya.
Marquillas yang telah dilakukan terdapat beberapa Kabupaten Tuban
kabupaten/kota ditemukan bahwa persebaran terletak Kota kediri
pada kudaran I (tersepesialisasi tanpa ada daya saing)
dan kuadran IV (terspesialisasi dan memiliki daya Hasil Analisis Konsentrasi Rasio ()
Konsentrasi sektor industri pada 20 kabupaten/kota
saing. Terdapat Beberapa kota yang perlu diperhatikan
kawasan dan peruntukan industri pada Provinsi Jawa
berdasrakan data sebaran tersebut Kabupaten
Timur memiliki nilai konsentrasi +/-84% dari sektor
Lamongan, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten industri dari total keseluruhan yang berarti lebih besar
Situbondo dan Kota madiun merupakn wilayah yang di bandingkan pada 18 kabupaten/kota diluar kaasan
memiliki nilai PDRB tergolong kecil namun berhasil dan peruntukan industri. adapun beberapa hasil
tergolong dalam wilayah yang berpotensi untuk menunjjukkan bahwa dari ke-20 kabupaten/kota yang
dikembangkan. Adapula beberapa kabupaten/kota menjadi unit analisis terdapat lima kabupaten/kota
seperti Kabuaten Banyuwangi dan Kabupaten yang mendominasi dengan penjumlahan nilai
Mojokerto meurpakan daerah pertumbuhan konsentrasi +/- 50% dari total keseleuruhan sektor
lambatnamun dengan sumbangan PDRB yang cukup industri Provinsi Jawa Timur. Ke-5 kabuapeten/kota
tinggi. Berdasarkan hasil keseluruhan pusat kegiatan tersebut meliputi Kota Kediri, Kota Surabaya,
industri terpusat pada beberapa kabuaten/kota seperti Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pasuruan dan
Kabupaten Gersik, Kabupaten Jember, Kabupaten Kabupaten Gersik

20.00%
Presentase

15.00%

10.00%

5.00%

0.00%
Kota Madiun

Banyuwangi
Probolinggo
Bojonegoro

Kota kediri
Lamongan

Mojokerto
Situbondo
Bangkalan

Pasuruan

Surabaya
Jombang
Nganjuk

Sidoarjo
Madiun

Malang
Jember

Gersik
Ngawi

Tuban

Kota

1 23456789 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kabupaten/kota

Gambar 1. Rata-rata Konsentrasi (CR4) industri Pengolahan 20 Kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur tahun 2012-2015

Artikel ilmiah mahasiswa 2018


Hartono et. al., Dinamika Konsentrasi Industri………

Analisis Regresi Data Panel PEMBAHASAN


Dengan menggunakan Fixed Efek Model (FEM) Kebijakan akan pembagian kawasan dan
dalam analisis yang dilakukan di 20 kabupaten/kota peruntukan Industri pada Provinsi Jawa Timur
kawasan dan peruntukan industri di Provinsi Jawa berbeda disetiap kabuapten/kota. Berdasarkan
Timur ditemukan bahwa nilai kefisien dari model beberapa bukti ditemukan sumbangan PDRB 20
menunjukkan angka positif yang mengindikasikan kabupaten/kota pembagian kawasan memberikan
apabila semua variabel berniali nol maka konsentrasi sumbangan 74% dari total sektor industri pengolahan
akan bertambah sebesar 2,8023%. Sedangkan untuk Provinsi Jawa Timur. Selain itu penyebaran unit
variabel seperti produktivitas tenaga kerja memberikan usaha juga di dominasi oleh 20 kabupatem/kota
pegaruh negatif disetiap penambahan satu rupiah pada tersebut ( 60% dari total keseluruhan unit usaha di
konsentrasi industri sebesar -0.000000000402%. Hasil tahun 2012-2015 Provinsi Jawa Timur). Berdasrkan
selanjutnya menunjjukkan investasi memiliki pengaruh kenyataan kondisi Cluster yang sengaja di bentuk
positif untuk setiap penambahan satu satuan rupiah pada pemerintah berdampak pada kabupaten/kota sasaran.
konsentrasi industri sebesar 0.000592% . Sedangkan Berdasarkan hasil anlisis shift share modifikasi
ditemukan juga 4.indeks kompetisi perushaan yang Marquillas sektor industri pegnolahan pada 20
berpengaruh negative terhadap konsentrasi industri kabupaten/kota menunjjukkan perubahan dengan pola
pengolahan di Provinsi Jawa Timur sebesar -0.0321%. yang serupa. Analisis tersebut menjelaskan bahwa
hanya beberapa kabupaten/kota yang mendapat
keuntungan dari kebijakan tersebut. Kabupaten/kota
Uji Pemilihan model tersebut meliputi Kota Surabaya, Kota Kediri,
Dalam pemilihan model pada penelitian ini Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pasuruan, dan
dilakukan tiga jenis pengujian yang meliputi Uji Kabupaten Gresik. Secara lebih rinci ekonomi provinsi
Chow, Uji Lagrange Multiplier (LM), dan Uji
jawa timur selalu mengalmi penurunan pada tahun
Hausman. Berdasrkan uji yang telah dilakukan
2012-2015 (0,06 menjadi 0,05). Sedangkan untuk
didapatkan hasil kecocokan terbanyak pada Fixed
Efek Model (FEM). kondisi sektor industri Provinsi Jawa Timur mengalami
Uji Statistik fluktuatif di tiap tahunnya dengan nilai pertumbuhan
Berdasarkan fixed effect model (FEM) hasil analisis uji t (parsial) dengan kriteria
0.00000 ≤ α=10% menunjjukkan produktivitas tenaga kerja (x1) signifikan berpengaruh negatif
tertinggi terjadi pada tahun 2014 sebesar 0.07. Secara
dengan probabilitas 0.0018, selanjutnya untuk investasi (x2) menunjukkan hasil signifikan dengan
nilai probabilitas 0.0034, dan untuk jumlah indeks persaingan (x3) signifikan berpengaruh negatif
komparatif kabupaten/kota yang tergolong tumbuh lebih
dengan nilai probabilitas 0.0867. selanjutnya dalam nilai 2 menunjukkan angka sebesar 0.998387
yang mengindikasikan bahwa variabel bebas memiliki kekuatan 0.99% terhadap variabel
lambat dan tidak memiliki daya saing (negatif) terdiri
konsentrasi industri.
dari Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Banyuwangi,
Uji Asumsi Klasik Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Jombang,
Analisis yang telah dilakukan menunjukkan Jargue-berra Kabupaten Madiun, Kabupaten Malang, Kabupaten
sebesar 0.005611 yang menandakan bahwa data pada model tidak
terdistribusi normal dengan kriteria 0.00000 ≤ α=10%. Analisis Nganjuk, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Sidoarjo,
juga menunjjukkan bahwa tidak terdeteksi adnya multikol melalui
korelasi bvariant dengan batas rule thumb adalah 0,7, dan dengan Kabupaten Tuban dan Kota Kediri. Sedangkan sisanya
menggunakan uji glejser keseluruhan variabel pada model yang terdiri dari Kabupaten Gersik, Kabupaten Jember,
menunjukkan penerimaan pada H yang berarti tidak terdapat
heterokedastisitas pada model analisis. Kabupaten Lamongan, Kabupaten Mojokerto,
Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo,
Kabupaten Situbondo, Kota Madiun, dan Kota Surabaya
memiliki daya saing yaitu dengan tumbuh lebih cepat
dibandingkan pertumbuhan ekononomi Provinsi Jawa
Timur.
Kabupaten yang memiliki daya saing terjadi
karena pertumbuhan sektor industri kabupaten/kota
lebih besar dari pertumbuhan sektor industri pada
Provinsi Jawa Timur. Berdasrakan hasil analisis yang
telah dilakukan terdapat beberapa kabuapetn/kota
yang diuntungkan dari kegiatan industri Provinsi
Jawa Timur seperti Kabupaten Gersik, Kabupaten
Sidoarjo, Kota Kediri, Kabupaten Jember, Kabupaten
Mojokerto, Kabupaten Pasuruan, dan Kota Surabaya.
Adapun hasil lain yang menunjukkan kabuapten/kota

Artikel ilmiah mahasiswa 2018


Hartono et. al., Dinamika Konsentrasi Industri………

yang berpotensi namun dengan sumbangan ekonomi menyatakan bahwa kompetensi sebenarnya dibagi
Provinsi Jawa Timur cukup kecil pada wilayahnya menjadi 2 yaitu distinctive capabilieties (arsitektur,
sehingga perlu adanya perhatian khusus, inovasi dan reputasi) dan core competiencies
kabuapetn/kota tersebut meliputi Kabupaten (pengetahuan perusahaan sarana produksi), dalam artian
Lamongan, Kabupaten Probolingo, Kabupaten ini perushaan yang dapat menjama hal-hal tersebut akan
Situbondo, dan Kota Madiun dikarenakan adanya menyebabkan penguasaan akan pasar. Kertaikan
indikasi daya saing dan spesialisasi pada wilayah ekonomi dinamis benar-benar terjadi pada
tersebut. kabupaten/kota, wilayah pengembangan bergerak
Apabila dilihat dalam segi konsentrasi industri disekitar Madiun-Kediri, gerbang Kertosusila, gerbang
dari 20 kabupaten/kota Provinsis Jawa Timur ternyata
meguasai tingkat kosentrasi 74,55% dari keseluruhan Malang-Probolinggo-Pasuruan, dan Jember-
sektor industri di Provinsi Jawa Timur sedangakan Banyuwangi. Meski spesialisasi terjadi pada setiap
25,45% sisanya berada di kabupaten/kota yang tidak
kabuapten/kota tetapi daya saing dan konsentrasi tidak
disebutkan. Analisias 4 yang telah dilakuakn
menunjjukkan adanya konsentrasi pada lima begitu merata diakarenakan faktor lokasi pusat
kabupaten/kota yang telah disebutkan sebelumya yang pertumbuhan yang menjadi penentu adanya daya saing
secara berurutan meliputi Kota Kediri, Kota Surabaya,
Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pasuruan, dan dan konsentrasi industri di kabupaten/kota tersebut.
Kabupaten Gersik (50% dari keseluruhan rasio Berdasarkan hasil secara keseluruhan
konsentrasi).
pemusaatan benar-benar terjadi pada kabuapten/kota
Hasil analisis juga menunjukkan produktivitas
di Provinsi Jawa Timur. Secara kseluruhan analisis
tenaga kerja berpengaruh negatif terhdap konsentrasi
yang telah dilakukan terdapat beberapa
indsutri, pengaruh negatif ini dimungkinkan permintaan
kabupaten/kota yang dapat menjadi fokus
tenaga kerja (Lewis dalam Ananta (1990:266) dimana
pembangunan adalah Kabupaten Gersik, Kabupaten
pasar kapitalis (sektor padat modal) yang mengalami
pasuruan, Kabupaten Mojokerto dan Kota Surabaya
peningkatan ouput tidak mengurangi penawaran tenaga
dengan nilai konsentrasi spesialisasi industri tinggi
kerja pada pasar subsisten (padat karya). Penjelasan ini
dan daya saing wilyah ini dapat menjadi saran dalam
merupakan penjelasan murnis dari teori Lewis tentang
model pembangunan tidak berimbang sehingga lebih
penawaran tenaga kerja yang tidak terbatas pada negara
baik melakukan usaha peningkatan produktivitas
sedang berkembang yang memiliki jumlah penduduk
tekait penambahan mutu kerja dan pengenalan unsur
tinggi. Sehingga sektor subsiten yang dapat bertahan
teknologi pada kegiatan industri sehingga konsentrasi
dalam persaingan pasar dapat terus berkembang dan
dapat sedikit untuk menjaga tingkat persaingan
memicu jumlah unit usaha baru. Gwin (2000) dan
diperlukan juga penambahan unit usaha baru pada
Lypczynski et al. (2005) dalam Arsyad & Kusuma
kegiatan industri. Sedangkan untuk Kabupaten
(2014:107) menyatakan bila semakin besar jumlah unit
Jember, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten
dalam industri maka nilai konsentrasi industri akan
Situbondo,dan Kota Madiun yang memiliki potensi
semakin kecil. Investasi sebagai pemberi efek positif
perkembangan yang bagus (spesialisasi dan daya
pada tingkat konsentrasi terjadi dikarenakan kebutuhan
saing) namun tidak memiliki konsetrasi tinggi dapat
akan modal yang cukup besar pada kegiatan industri.
lebih diutamakan dalam meningkatkan input berupa
Arsyad (2014:101) menyatakan investasi merupakan
modal investasi sehingga dapat menignkatkan
faktor yang perlu diperhatikan dalam analisis
konsetrasi industri pada daerah tersebut dan
konsentrasi industri yang menciptakan barrier untuk
memancing pusat kegiatan baru di bagian timur
tidak semua perusahaan dapat memasuki pasar,
Provinsi Jawa Timur.
SIMPULAN
perusahaan yang akan cenderung agar mempertahankan
serta menguasi faktor produksi (modal) menyebabkan Terdapat spesialisi dan keunggulan kompetitif
konsentrasi akan cenderung tinggi. Selanjutnya indeks pada sektor industri pengolahan di 20 Kabupaten/Kota
persaingan perushaan berpengaruh negatif pada kawasan peruntukan industri Provinsi Jawa Timur pada
konsentrasi industri disebabkan efek alamiah dari tahun 2012-2015, terdapat 5 kabupaten/kota dengan
persaingan pasar dimana semakin tinggi persaingan spesialisasi dan daya saing (kuadran v) meliputi
maka akan mengurangi dominasi beberapa persuhaan. Kabupaten Gresik, Kabupaten Jember, Kabupaten
Arsyad (2014:105) Lamongan, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Pasuruan,
Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Situbond, Kota
Madiun, dan Kota Surabaya. Keadaan daya saing secara
komparatif di Provinsi Jawa Timur berbeda di tiap
kabupaetn/kota.

Artikel ilmiah mahasiswa 2018


Hartono et. al., Dinamika Konsentrasi Industri………

Ditemukan juga meskipun terdapat nilai PDRB yang Arifin, Z., & Kuncoro, M. (2003). Konsentrasi
tinggi pada setiap kabupaten/kota tidak menjamin Spasial Dan Dinamika Pertumbuhan
adanya daya saing yang baik pada kabupaten/kota di Industri Manufaktur di Jawa Timur (Studi
Provinsi Jawa Timur. Terdapat kabupaten/kota Kasus Industri Besar dan Sedang, 1994 -
memiliki daya saing akan tetapi tidak terspesialisasi 1999). HUMANIKA, 119-132.
seperti Kota Kediri dan Kabuapaten Sidoarjo.
Selanjutnya terdapat juga kabupaten/kota yang Arsyad, L., & Kusuma, S. E. (2014). Ekonomika
berpotensi namun dengan nilai sumbangan ekonomi Industri Pendekatan Struktur, Perilaku, dan
provinsi kecil yang meliputi Kabupaten Lamogan, Kinerja. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Kabupaten Probolonggo, kabuoaten Situbondo, dan
Kota Madiun. Posisi kabupaten/kota paling tidak Dick, J. F., & Mackie, J. (1993). Balance
diuntungkan adalah Kabupaten Bangkalan Development: East Java in the New Order.
Konsentrasi pada sektor industri pengolahan Singapore: Oxford University Press.
pada 5 Kabupaten/Kota mengusai 50% dari rasio
konsentrasi keseluruhan obyek yang diteliti. Hasibuan, N. (1994). Ekonomi Industri Persaingan,
Kabupaten/kota tersebut meliputi Kota Kediri, Kota Monopoli dan Regulasi. Jakarta: PT Pustaka
Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pasuruan LP3ES Indonesia.
dan Kabupaten Gersik sedangkan untuk sisanya
adalah memiliki nilai rasio rata-rata 5% per Marijan, K. (2005). Mengembangkan Industri Kecil
kabupaten/kota. Berdasarkan hasil analisis pengaruh Menengah Melalui Pendekatan Kluster.
terhadap tingkat konsentrasi ditemukan bahwa faktor INSAN, 217-218.
analisis berupa produktivitas tenaga kerja memiliki
pengaruh negatif, faktor investasi memiliki pengaruh Sastrosoenarto, H. (2006). Industrialisasi Serta
positif dan indeks persaingan perusahaan memiliki Pembangunan Sektor Pertanian dan Jasa Menuju
pengaruh negatif terhadap rasio konsentrasi industri Visi Indoensia 2030. Jakarta:
pengolahan. Gramedia Pustaka Utama.
Keseluruhan analisis kabupaten/kota
disimpulkan fokus pembangunan dapat dilakukan Sari, N. (2013). Konsentrasi Industri Pengolahan Di
pada berebapa kabupaten/kota yang meliputi Propinsi Jawa Tengah. Economics
Kabupaten Gersik, Kabupaten pasuruan, Kabupaten Development Analysis Journal, 1-12.
Mojokerto dan Kota Surabaya dengan nilai
konsentrasi industri tinggi, spesialisasi dan daya Sulastri, R. E. (2013). Konsentrasi Spasial Industri:
saing sebagai model pembangunan tidak berimbang Kajian Empirik di Indonesia. Politeknik
dengan melakukan peningkatan produktivitas seperti Negeri Padang, 35-44.
peningkatan mutu kerja dan pengenalan unsur
teknologi pada kegiatan industri untuk menjaga Tarigan, R. (2015). Ekonomi Regional Teori dan
Aplikasi. Medan: PT Bumi Aksara.
konsentrasi serta penambahan unit usaha baru pada
kegiatan industri. Sedangkan untuk Kabupaten
Yustika, A. E.,Safiuin, A.J., Prestyantoko, A.,
Jember, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Soetrisno, B., Siarani, F., …..
Situbondo,dan Kota Madiun dengan potensi TjahjonoRusdianto. (2014). Tapak
perkembangan yang bagus namun tidak memiliki pengembangan industri nasional. Bogor:
konsetrasi tinggi dapat lebih diperlukan peningkatan IPB Press.
input berupa modal investasi sehingga konsetrasi
industri dapat lebih tinggi dan memancing pusat
kegiatan baru di bagian timur Provinsi Jawa Timur.

Referensi
Ananta, A. (1990). Ekonomi Sumberdaya Manusia.
Jakarta: Lembaga Demografi Universitas
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai

  • Kelembagaan 05
    Kelembagaan 05
    Dokumen19 halaman
    Kelembagaan 05
    SiswHsoyo
    Belum ada peringkat
  • Kelembagaan 04
    Kelembagaan 04
    Dokumen32 halaman
    Kelembagaan 04
    SiswHsoyo
    Belum ada peringkat
  • Kelembagaan 06
    Kelembagaan 06
    Dokumen25 halaman
    Kelembagaan 06
    SiswHsoyo
    Belum ada peringkat
  • Kelembagaan 03
    Kelembagaan 03
    Dokumen36 halaman
    Kelembagaan 03
    SiswHsoyo
    Belum ada peringkat
  • Kelembagaan 02
    Kelembagaan 02
    Dokumen21 halaman
    Kelembagaan 02
    SiswHsoyo
    Belum ada peringkat
  • PPT-01 Umkm
    PPT-01 Umkm
    Dokumen23 halaman
    PPT-01 Umkm
    SiswHsoyo
    100% (1)
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen3 halaman
    Daftar Pustaka
    SiswHsoyo
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen19 halaman
    Bab 2
    SiswHsoyo
    Belum ada peringkat
  • Bab 4
    Bab 4
    Dokumen18 halaman
    Bab 4
    SiswHsoyo
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen8 halaman
    Bab 1
    SiswHsoyo
    Belum ada peringkat