ABSTRAK
Sektor Industri tercatat menyumbang 60% dari PDB Indonesia yang dianggap sebagai sektor pemimpin dari sektor lainnya.
Provinsi Jawa Timur adalah wilayah Indonesia yang memiliki pembangunan seimbang dan berpotensi untuk dikembangkan
dimasa depan. Akan tetapi pembangunan itu ternyata dipengaruhi oleh adanya perkembangan industri di Provinsi Jawa Timur.
Industri di tahun 2012-2015 terus berfluktuatif hingga pertumbuhannya menurun menjadi 5.63% di tahun 2015. Klaster industri
merupakan model pembangunan yang digunakan dalam mengembangkan idustri. Menggunakan pendekatan sektoral, penelitian
ini menganalisis spesialisasi, daya saing, tingkat konsentrasi dan pengaruh dari konsentrasi industri di Provinsi Jawa Timur pada
tahun 2012-2015. Analisis shift share esteban Marquillas, Rasio Konsentrasi (CR4) dan Analisis Regresi data panel. Berdasarkan
hasil penelitian ditemukan terdapat beberapa 5 Kabupeten/kota yang mendominasi meliputi Kota Surabaya, Kota Kediri,
Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Gresi. Hasil analisis pengaruh menjukkan produktivitas tenaga kerja
berpengaruh negatif, investasi berpengaruh positif dan indeks persaingan perusahaan berpengaruh negatif terhadap konsentrasi
kegiatan industri di Provinsi Jawa Timur.
ABSTRACT
The Industry sector accounted for 60% of Indonesia's GDP, which is considered the sector leader of other sectors. East Java Province is
an area of Indonesia that has balanced development and potential to be developed in the future. However, development was apparently
influenced by the development of industry in East Java Province. Industry in 2012-2015 continues to fluctuate until its growth declines to
5.63% in 2015. Industrial cluster is a development model used in developing the industry. Using a sectoral approach, this study analyzes
the specialization, competitiveness, concentration and influence of industrial concentration in East Java Province in 2012-2015. Shift
share analysis of esteban Marquillas, Concentration Ratio (CR4) and Regression Analysis of panel data. Based on the result of the
research, there are 5 regencies / cities dominantly covering Surabaya City, Kediri City, Sidoarjo Regency, Pasuruan Regency and Gresi
Regency. Result of influence analysis showed labor productivity had negative effect, investment had positive effect and company
competition index had negative effect to concentration of industrial activity in East Java Province.Keywords: Specialization,
Competitiveness, Concentration, Cluster, Processing Industry
berpengaruh terhadap keputusan politik dan Alat analisis yang digunakan dalam mencari
kebijakan. spesialisasi dan daya saing dalam industri
Namun mirisnya pertumbuhan PDRB menggunakan shift share esteban Modifikasi
industri di tahun 2012-2015 terus mengalami Marquillas yang dicari menggunakan rumus:
= Nij + Mij + C +A
fluktuatif dan turun dari 6.73% menjadi 5.63%.
Fenomena tersebut mengindikasikian adanya
pengaruh faktor-faktor lain sehingga terjadi fluktiasi Metode Analisis Konsentrasi
Perhitungan konsentrasi industri dihitung
perubahan pada struktur perekonomian industri menggunakan pendekatan PDRB sektoral melalui rasio
Provinsi Jawa Timur. Walter Cristaller 1933 dalam konsentrasi delapan sektor industri terbesar di tingkat
kabupaten/kota ( 8). Sedangkan Nilai share sektor industri
Tarigan (2015:123) pada studinya menjelaskan lokasi didapatkan melaui sektor industri kabupaten/kota dibagi sektor
(range dan threshold ) merupakan faktor yang perlu industri di tingkat Povinsi Jawa Timur, apabila dirumuskan
akan menjadi:
diperhatiakan dalam mencapai efisiensi produksi. 4=S +S +S +S +
Uji statistik yang digunakan terdiri dari uji Pasuruan. Sedangkan untuk studi kasus kota Kediri
secara parsial (uji t), dan koefisien determinasi ( 2). sendiri tergolong memiliki spesialisai akan tetapi tidak
tidak memiliki daya saing.
Uji Asumsi Klasik
Uji Asumsi klasik yang digunakan meliputi uji Kuadran I Kuadran IV
multikolinearitas, uji heterokedastisitas dan uji Kabupaten Bangkalan Kabupaten Gersik,
normalitas yang bertujuan untuk melihat apakah Kabupaten Banyuwangi Kabupaten Jember,
estimasi tidak bias serta bersifat BLUE (Best Linier Kabupaten Bojonegoro Kabupaten Lamongan,
Unbiased Estimator). Kabupaten Jombang Kota Madiun
Kabupaten Madiun Kabupaten Mojokerto,
Kabupaten Malang Kabupaten Pasuruan,
Hasil dan Pembahasan Kabupaten Nganjuk Kabupaten Probolinggo,
Hasil Analisis Spesialisasi dan Daya Saing Kabupaten Ngawi Kabupaten Situbondo, dan
Berdarkan analisis shift share esteban Modifikasi Kabupaten Sidoarjo Kota Surabaya.
Marquillas yang telah dilakukan terdapat beberapa Kabupaten Tuban
kabupaten/kota ditemukan bahwa persebaran terletak Kota kediri
pada kudaran I (tersepesialisasi tanpa ada daya saing)
dan kuadran IV (terspesialisasi dan memiliki daya Hasil Analisis Konsentrasi Rasio ()
Konsentrasi sektor industri pada 20 kabupaten/kota
saing. Terdapat Beberapa kota yang perlu diperhatikan
kawasan dan peruntukan industri pada Provinsi Jawa
berdasrakan data sebaran tersebut Kabupaten
Timur memiliki nilai konsentrasi +/-84% dari sektor
Lamongan, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten industri dari total keseluruhan yang berarti lebih besar
Situbondo dan Kota madiun merupakn wilayah yang di bandingkan pada 18 kabupaten/kota diluar kaasan
memiliki nilai PDRB tergolong kecil namun berhasil dan peruntukan industri. adapun beberapa hasil
tergolong dalam wilayah yang berpotensi untuk menunjjukkan bahwa dari ke-20 kabupaten/kota yang
dikembangkan. Adapula beberapa kabupaten/kota menjadi unit analisis terdapat lima kabupaten/kota
seperti Kabuaten Banyuwangi dan Kabupaten yang mendominasi dengan penjumlahan nilai
Mojokerto meurpakan daerah pertumbuhan konsentrasi +/- 50% dari total keseleuruhan sektor
lambatnamun dengan sumbangan PDRB yang cukup industri Provinsi Jawa Timur. Ke-5 kabuapeten/kota
tinggi. Berdasarkan hasil keseluruhan pusat kegiatan tersebut meliputi Kota Kediri, Kota Surabaya,
industri terpusat pada beberapa kabuaten/kota seperti Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pasuruan dan
Kabupaten Gersik, Kabupaten Jember, Kabupaten Kabupaten Gersik
20.00%
Presentase
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
Kota Madiun
Banyuwangi
Probolinggo
Bojonegoro
Kota kediri
Lamongan
Mojokerto
Situbondo
Bangkalan
Pasuruan
Surabaya
Jombang
Nganjuk
Sidoarjo
Madiun
Malang
Jember
Gersik
Ngawi
Tuban
Kota
1 23456789 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kabupaten/kota
Gambar 1. Rata-rata Konsentrasi (CR4) industri Pengolahan 20 Kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur tahun 2012-2015
yang berpotensi namun dengan sumbangan ekonomi menyatakan bahwa kompetensi sebenarnya dibagi
Provinsi Jawa Timur cukup kecil pada wilayahnya menjadi 2 yaitu distinctive capabilieties (arsitektur,
sehingga perlu adanya perhatian khusus, inovasi dan reputasi) dan core competiencies
kabuapetn/kota tersebut meliputi Kabupaten (pengetahuan perusahaan sarana produksi), dalam artian
Lamongan, Kabupaten Probolingo, Kabupaten ini perushaan yang dapat menjama hal-hal tersebut akan
Situbondo, dan Kota Madiun dikarenakan adanya menyebabkan penguasaan akan pasar. Kertaikan
indikasi daya saing dan spesialisasi pada wilayah ekonomi dinamis benar-benar terjadi pada
tersebut. kabupaten/kota, wilayah pengembangan bergerak
Apabila dilihat dalam segi konsentrasi industri disekitar Madiun-Kediri, gerbang Kertosusila, gerbang
dari 20 kabupaten/kota Provinsis Jawa Timur ternyata
meguasai tingkat kosentrasi 74,55% dari keseluruhan Malang-Probolinggo-Pasuruan, dan Jember-
sektor industri di Provinsi Jawa Timur sedangakan Banyuwangi. Meski spesialisasi terjadi pada setiap
25,45% sisanya berada di kabupaten/kota yang tidak
kabuapten/kota tetapi daya saing dan konsentrasi tidak
disebutkan. Analisias 4 yang telah dilakuakn
menunjjukkan adanya konsentrasi pada lima begitu merata diakarenakan faktor lokasi pusat
kabupaten/kota yang telah disebutkan sebelumya yang pertumbuhan yang menjadi penentu adanya daya saing
secara berurutan meliputi Kota Kediri, Kota Surabaya,
Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pasuruan, dan dan konsentrasi industri di kabupaten/kota tersebut.
Kabupaten Gersik (50% dari keseluruhan rasio Berdasarkan hasil secara keseluruhan
konsentrasi).
pemusaatan benar-benar terjadi pada kabuapten/kota
Hasil analisis juga menunjukkan produktivitas
di Provinsi Jawa Timur. Secara kseluruhan analisis
tenaga kerja berpengaruh negatif terhdap konsentrasi
yang telah dilakukan terdapat beberapa
indsutri, pengaruh negatif ini dimungkinkan permintaan
kabupaten/kota yang dapat menjadi fokus
tenaga kerja (Lewis dalam Ananta (1990:266) dimana
pembangunan adalah Kabupaten Gersik, Kabupaten
pasar kapitalis (sektor padat modal) yang mengalami
pasuruan, Kabupaten Mojokerto dan Kota Surabaya
peningkatan ouput tidak mengurangi penawaran tenaga
dengan nilai konsentrasi spesialisasi industri tinggi
kerja pada pasar subsisten (padat karya). Penjelasan ini
dan daya saing wilyah ini dapat menjadi saran dalam
merupakan penjelasan murnis dari teori Lewis tentang
model pembangunan tidak berimbang sehingga lebih
penawaran tenaga kerja yang tidak terbatas pada negara
baik melakukan usaha peningkatan produktivitas
sedang berkembang yang memiliki jumlah penduduk
tekait penambahan mutu kerja dan pengenalan unsur
tinggi. Sehingga sektor subsiten yang dapat bertahan
teknologi pada kegiatan industri sehingga konsentrasi
dalam persaingan pasar dapat terus berkembang dan
dapat sedikit untuk menjaga tingkat persaingan
memicu jumlah unit usaha baru. Gwin (2000) dan
diperlukan juga penambahan unit usaha baru pada
Lypczynski et al. (2005) dalam Arsyad & Kusuma
kegiatan industri. Sedangkan untuk Kabupaten
(2014:107) menyatakan bila semakin besar jumlah unit
Jember, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten
dalam industri maka nilai konsentrasi industri akan
Situbondo,dan Kota Madiun yang memiliki potensi
semakin kecil. Investasi sebagai pemberi efek positif
perkembangan yang bagus (spesialisasi dan daya
pada tingkat konsentrasi terjadi dikarenakan kebutuhan
saing) namun tidak memiliki konsetrasi tinggi dapat
akan modal yang cukup besar pada kegiatan industri.
lebih diutamakan dalam meningkatkan input berupa
Arsyad (2014:101) menyatakan investasi merupakan
modal investasi sehingga dapat menignkatkan
faktor yang perlu diperhatikan dalam analisis
konsetrasi industri pada daerah tersebut dan
konsentrasi industri yang menciptakan barrier untuk
memancing pusat kegiatan baru di bagian timur
tidak semua perusahaan dapat memasuki pasar,
Provinsi Jawa Timur.
SIMPULAN
perusahaan yang akan cenderung agar mempertahankan
serta menguasi faktor produksi (modal) menyebabkan Terdapat spesialisi dan keunggulan kompetitif
konsentrasi akan cenderung tinggi. Selanjutnya indeks pada sektor industri pengolahan di 20 Kabupaten/Kota
persaingan perushaan berpengaruh negatif pada kawasan peruntukan industri Provinsi Jawa Timur pada
konsentrasi industri disebabkan efek alamiah dari tahun 2012-2015, terdapat 5 kabupaten/kota dengan
persaingan pasar dimana semakin tinggi persaingan spesialisasi dan daya saing (kuadran v) meliputi
maka akan mengurangi dominasi beberapa persuhaan. Kabupaten Gresik, Kabupaten Jember, Kabupaten
Arsyad (2014:105) Lamongan, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Pasuruan,
Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Situbond, Kota
Madiun, dan Kota Surabaya. Keadaan daya saing secara
komparatif di Provinsi Jawa Timur berbeda di tiap
kabupaetn/kota.
Ditemukan juga meskipun terdapat nilai PDRB yang Arifin, Z., & Kuncoro, M. (2003). Konsentrasi
tinggi pada setiap kabupaten/kota tidak menjamin Spasial Dan Dinamika Pertumbuhan
adanya daya saing yang baik pada kabupaten/kota di Industri Manufaktur di Jawa Timur (Studi
Provinsi Jawa Timur. Terdapat kabupaten/kota Kasus Industri Besar dan Sedang, 1994 -
memiliki daya saing akan tetapi tidak terspesialisasi 1999). HUMANIKA, 119-132.
seperti Kota Kediri dan Kabuapaten Sidoarjo.
Selanjutnya terdapat juga kabupaten/kota yang Arsyad, L., & Kusuma, S. E. (2014). Ekonomika
berpotensi namun dengan nilai sumbangan ekonomi Industri Pendekatan Struktur, Perilaku, dan
provinsi kecil yang meliputi Kabupaten Lamogan, Kinerja. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Kabupaten Probolonggo, kabuoaten Situbondo, dan
Kota Madiun. Posisi kabupaten/kota paling tidak Dick, J. F., & Mackie, J. (1993). Balance
diuntungkan adalah Kabupaten Bangkalan Development: East Java in the New Order.
Konsentrasi pada sektor industri pengolahan Singapore: Oxford University Press.
pada 5 Kabupaten/Kota mengusai 50% dari rasio
konsentrasi keseluruhan obyek yang diteliti. Hasibuan, N. (1994). Ekonomi Industri Persaingan,
Kabupaten/kota tersebut meliputi Kota Kediri, Kota Monopoli dan Regulasi. Jakarta: PT Pustaka
Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pasuruan LP3ES Indonesia.
dan Kabupaten Gersik sedangkan untuk sisanya
adalah memiliki nilai rasio rata-rata 5% per Marijan, K. (2005). Mengembangkan Industri Kecil
kabupaten/kota. Berdasarkan hasil analisis pengaruh Menengah Melalui Pendekatan Kluster.
terhadap tingkat konsentrasi ditemukan bahwa faktor INSAN, 217-218.
analisis berupa produktivitas tenaga kerja memiliki
pengaruh negatif, faktor investasi memiliki pengaruh Sastrosoenarto, H. (2006). Industrialisasi Serta
positif dan indeks persaingan perusahaan memiliki Pembangunan Sektor Pertanian dan Jasa Menuju
pengaruh negatif terhadap rasio konsentrasi industri Visi Indoensia 2030. Jakarta:
pengolahan. Gramedia Pustaka Utama.
Keseluruhan analisis kabupaten/kota
disimpulkan fokus pembangunan dapat dilakukan Sari, N. (2013). Konsentrasi Industri Pengolahan Di
pada berebapa kabupaten/kota yang meliputi Propinsi Jawa Tengah. Economics
Kabupaten Gersik, Kabupaten pasuruan, Kabupaten Development Analysis Journal, 1-12.
Mojokerto dan Kota Surabaya dengan nilai
konsentrasi industri tinggi, spesialisasi dan daya Sulastri, R. E. (2013). Konsentrasi Spasial Industri:
saing sebagai model pembangunan tidak berimbang Kajian Empirik di Indonesia. Politeknik
dengan melakukan peningkatan produktivitas seperti Negeri Padang, 35-44.
peningkatan mutu kerja dan pengenalan unsur
teknologi pada kegiatan industri untuk menjaga Tarigan, R. (2015). Ekonomi Regional Teori dan
Aplikasi. Medan: PT Bumi Aksara.
konsentrasi serta penambahan unit usaha baru pada
kegiatan industri. Sedangkan untuk Kabupaten
Yustika, A. E.,Safiuin, A.J., Prestyantoko, A.,
Jember, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Soetrisno, B., Siarani, F., …..
Situbondo,dan Kota Madiun dengan potensi TjahjonoRusdianto. (2014). Tapak
perkembangan yang bagus namun tidak memiliki pengembangan industri nasional. Bogor:
konsetrasi tinggi dapat lebih diperlukan peningkatan IPB Press.
input berupa modal investasi sehingga konsetrasi
industri dapat lebih tinggi dan memancing pusat
kegiatan baru di bagian timur Provinsi Jawa Timur.
Referensi
Ananta, A. (1990). Ekonomi Sumberdaya Manusia.
Jakarta: Lembaga Demografi Universitas
Indonesia.