Anda di halaman 1dari 11

CH 1

Bagi negara pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting yang akan digunakan untuk
membiayai pengeluaran negara baik rutin maupun pembangunan. Sedangkan bagi perusahaan
pajak merupakan beban yang akan mengurangi laba bersih. Keputusan bisnis sebagian besar
dipengaruhi oleh pajak baik secara langsung maupun tidak langsung. Meminimalisasi pajak dapat
dilakukan dengan berbagai cara baik secara legal yaitu masih dalam bingkai undang-undang
perpajakan maupun dengan cara melanggar undang-undang perpajakan. Meminimalisasi beban
pajak dengan tidak melanggar undang-undang/peraturan perpajakan dikenal dengan Perencanaan
Pajak (tax planning). Umumnya perencanaan pajak merujuk kepada proses pekerjaan usaha dan
transaksi wajib pajak supaya hutang pajak berada dalam jumlah minimal tetapi tidak melanggar
undang-undang dan peraturan perpajakan.

Perencanaan pajak juga dapat berkonotasi positif yaitu sebagai perencanaan pemenuhan kewajiban
perpajakan secara lengkap, benar, dan tepat waktu sehingga dapat menghindari menghindari
pemborosan sumber daya secara optimal. Dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan kepentingan
antara pemerintah dan wajib pajak. Wajib pajak berusaha untuk membayar pajak sekecil mungkin,
karena dengan membayar pajak berarti mengurangi kemampuan ekonomi wajib pajak. Dilain
pihak pemerintah memerlukan dana untuk membiayai pengeluaran dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan, yang sebagian besar berasal dari penerimaan pajak. Adanya perbedaan kepentingan
tersebut menyebabkan wajib pajak cenderng untuk mengurangi jumlah pembayaran pajak baik
secara legal maupun ilegal.

RISIKO DAN PENGARUH PAJAK ATAS PERUSAHAAN


Risiko Perusahaan
Ada beberapa risiko yang mungkin timbul investasi, antara lain adalah sebagai berikut :
Risiko Penghasilan
Risiko Modal
Risiko Keuangan
Risiko Inflasi
Risiko Atas Keputusan Yang Tidak dapat Diubah
Risiko Politik
Pengaruh Pajak
Pajak merupakan pungutan berdasarkan Undang-undang oleh Pemerintah, yang sebagian dipakai
untuk penyediaan barang dan jasa publik. Besarnya dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal
maupun eksternal. Secara administratif, pungutan pajak dapat dikelompokkan menjadi pajak
langsung dan pajak tidak langsung. Dari arus sumber daya pajak dapat dipungut dari arus
masuknya atau arus keluarnya sumber daya.

MANAJEMEN PAJAK
Manajemen Pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi
jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas
yang diharapkan.
Tujuan Manajemen Pajak dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
Menerapkan peraturan perpajakan secara benar
Usaha efisiensi untuk mencapai laba dan likuiditas yang seharusnya.
Tujuan dari manajemen pajak dapat dicapai melalui fungsi-fungsi manajemen yang terdiri dari:
Perencanaan Pajak (Tax Planning)
Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan (Tax Implemetation)
Pengendalian Pajak (Tax Control)

PERENCANAAN PAJAK
Perencanaan Pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak dimana pada tahap ini dilakukan
pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan, dengan maksud dapat diseleksi jenis
tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan.
Tujuan Perencanaan Pajak adalah merekayasa agar beban pajak (Tax Burden) serendah mungkin
dengan memanfaatkan peraturan yang ada tetapi berbeda dengan tujuan pembuatan Undang-
undang maka tax planning disini sama dengan tax avoidance karena secara hakikat ekonomis
kedua-duanya berusaha untuk memaksimalkan penghasilan setelah pajak (after tax return) karena
pajak merupakan unsur pengurang laba yang tersedia baik untuk dibagikan kepada pemegang
saham maupun diinvestasikan kembali.
MOTIVASI DILAKUKANNYA PERENCANAAN PAJAK
Ada 3 unsur perpajakan yang memotivasi dilakukannya perencanaan pajak :
Kebijaksanaan Perpajakan (Tax Policy)
Kebijaksanaan perpajakan merupakan alternatif dari berbagai sasaran yang hendak dituju dalam
sistem perpajakan.
Faktor yang mendorong dilakukannya suatu perencanaan pajak, yaitu :
Pajak yang akan dipungut
Siapa yang akan dijadikan subjek pajak
Apa saja yang merupakan objek pajak
Berapa besarnya tarif pajak
Bagaimana prosedurnya
Undang-undang Perpajakan (Tax Law)
Kita menyadari bahwa kenyataannya di manapun tidak ada undang-undang yang mengatur setiap
permasalahan secara sempurna, maka dalam pelaksanaannya selalu diikuti oleh ketentuan-
ketentuan lain(Peraturan Pemerintah Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Keuangan dan
DIrektur Jendral Pajak), maka tidak jarang ketentuan pelaksanaan tersebut bertentangan dengan
Undang-undang itu sendiri karena disesuaikan dengan kepentingan pembuat kebijaksanaan dalam
mencapai tujuan lain yang ingin dicapainya.
Administrasi Perpajakan (Tax Administration)
Secara umum motivasi dilakukannya perencanaan pajak adalah memaksimalkan laba setelah pajak
karena pajak itu ikut mempengaruhi dalam pengembalian keputusan atas suatu tindakan dalam
operasi perusahaan untuk melakukan investasi dengan cara menganalisis secara cermat dan
memanfaatkan peluang atau kesempatan yang ada dalam ketentuan peraturan yang sengaja dibuat
oleh pemerintah untuk memberikan perlakuan yang berbeda atas objek yang secara ekonomi
hakikatnya sama (karena pemerintah mempunyai tujuan lain tertentu) dengan memanfaatkan:
Perbedaan tarif pajak (Tax Rates)
Perbedaan perlakuan atas objek pajak sebagai dasar pengenaan pajak (Tax Base)
Loopholes, Shelters dan Havens
TAHAPAN DALAM MEMBUAT PERENCANAAN PAJAK
Agar Tax Planning berhasil sesuai dengan yang diharapkan, maka perencanaan itu seharusnya
dilakukan melalui berbagai urutan tahap-tahap berikut :
Analisis informasi yang ada
Buat satu model atau lebih rencana kemungkinan besarnya pajak
Evaluasi pelaksanaan rencana pajak
Mencari kelemahan dan kemudian memperbaiki kembali rencana pajak
Mutakhirkan rencana pajak
CH 3
Pelaporan pajak
dapat disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan
Konsultasi Pajak (KP2KP) di mana WP terdaftar. SPT dapat dibedakan menjadi (1) SPT Masa dan
(2) SPT Tahunan. Yang dimaksud SPT Masa adalah SPT yang digunakan untuk melakukan
pelaporan atas pembayaran pajak pada masa tertentu (bulanan). Ada 9 (sembilan) jenis SPT Masa,
meliputi SPT Masa untuk melaporkan pembayaran bulanan: (1) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21,
(2) PPh Pasal 22, (3) PPh Pasal 23, (4) PPh Pasal 25, (5) PPh Pasal 26, (6) PPh Pasal 4 (2), (7) PPh
Pasal 15, (8) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas BArang Mewah (PPnBM)
dan (9) Pemungut PPN.
Sedangkan apa yang dimaksud dengan SPT Tahunan adalah SPT yang digunakan untuk pelaporan
tahunan. Ada dua jenis SPT Tahunan, yaitu (1) SPT Tahunan PPh WP Badan, dan (2) SPT
Tahunan WP Orang Pribadi (OP).
Pada saat ini untuk penyampaian SPT Masa PPN dan SPT Tahunan PPh WP OP khusus formulir
1770S dan 1770SS telah dapat dilakukan secara onlinemelalui aplikasi e-Filing. Penyampaian SPT
juga dapat dilakukan secara elektronik melalui aplikasi e-SPT yang dapat diunduh pada situs
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) www.pajak.go.id.
Ada tanggal batas waktu pembayaran/penyetoran pajak dan batas waktu pelaporan SPT Masa
maupun SPT Tahunan.
Pertama, untuk PPh Pasal 4 ayat (2), PPh Pasal 15, PPh Pasal 21/26 dan PPh Pasal 23/26, maka
batas waktu pembayaran/penyetoran pajak adalah tanggal 10 bulan berikutnya, sedangkan batas
waktu pelaporan SPT Masa-nya adalah tanggal 20 bulan berikutnya.
Kedua, untuk PPh Pasal 25 (angsuran pajak) untuk WP OP dan Badan, maka batas waktu
pembayaran/penyetoran pajak adalah tanggal 15 bulan berikutnya, sedangkan untuk batas waktu
pelaporan SPT Masanya adalah tanggal 20 bulan berikutnya. Ketiga, untuk PPh Pasal 25 (angsuran
pajak) untuk WP Kriteria Tertentu (diperbolehkan melaporkan beberapa Masa Pajak dalam satu
pelaporan SPT Masa), maka batas waktu pembayaran/penyetoran pajak adalah pada akhir masa
pajak terakhir, sedangkan untuk batas waktu pelaporan SPT Masa-nya adalah tanggal 20 bulan
berikutnya.
Keempat, untuk PPh Pasal 22, PPN dan PPn BM oleh Bea Cukai, maka batas waktu
pembayaran/penyetoran pajak adalah 1 (satu) hari setelah dipungut, sedangkan untuk batas waktu
pelaporan SPT Masa-nya adalah pada hari kerja terakhir minggu berikutnya (melapor secara
mingguan).
Kelima, untuk PPh Pasal 22 Bendahara Pemerintah maka batas waktu pembayaran/penyetoran
pajak adalah pada hari yang sama saat penyerahan barang, sedangkan untuk batas waktu pelaporan
SPT Masa-nya adalah tanggal 14 bulan berikutnya.
Keenam, untuk PPh Pasal 22 Pertamina, maka batas waktu pembayaran/penyetoran pajak adalah
sebelumdelivery order dibayar.
Ketujuh, untuk PPh Pasal 22 Pemungut Tertentu maka batas waktu pembayaran/penyetoran pajak
adalah pada tanggal 10 bulan berikutnya, sedangkan untuk batas waktu pelaporan SPT Masa-nya
adalah tanggal 20 bulan berikutnya.
Kedelapan, untuk PPN dan PPn BM bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP), maka batas waktu
pembayaran/penyetoran pajak adalah pada akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak
dan sebelum SPT Masa PPN disampaikan, sedangkan untuk batas waktu pelaporan SPT Masa-nya
adalah pada akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak.
Kesembilan, untuk PPN dan PPn BM bagi Bendaharawan, maka batas waktu
pembayaran/penyetoran pajak adalah pada tanggal 7 bulan berikutnya, sedangkan untuk batas
waktu pelaporan SPT Masa-nya adalah pada tanggal 14 bulan berikutnya.
Kesepuluh, untuk PPN dan PPn BM bagi Pemungut Non Bendaharawan, maka batas waktu
pembayaran/penyetoran pajak adalah pada tanggal 15 bulan berikutnya, sedangkan untuk batas
waktu pelaporan SPT Masa-nya adalah pada tanggal 20 bulan berikutnya.
Kesebelas, untuk PPh Pasal 4 ayat (2), PPh Pasal 15, PPh Pasal 21, PPh Pasal 23, PPN dan PPnBM
bagi WP Kriteria Tertentu, maka batas waktu pembayaran/penyetoran pajak adalah sesuai batas
waktu per SPT Masa, sedangkan untuk batas waktu pelaporan SPT Masa-nya adalah pada tanggal
20 setelah berakhirnya Masa Pajak terakhir.
Keduabelas, untuk PPh WP OP, maka batas waktu pembayaran/penyetoran pajak adalah sebelum
SPT Tahunan PPh WP OP disampaikan, sedangkan untuk batas waktu pelaporan SPT Tahunan-
nya adalah pada akhir bulan ketiga setelah berakhirnya tahun atau bagian tahun pajak.
Ketigabelas, untuk SPT Tahunan PPh WP Badan, maka batas waktu pembayaran/penyetoran pajak
adalah sebelum SPT Tahunan PPh WP Badan disampaikan, sedangkan untuk batas waktu
pelaporan SPT Tahunan-nya adalah pada akhir bulan keempat setelah berakhirnya tahun atau
bagian tahun pajak.
Terakhir, keempatbelas, untuk PBB, maka batas waktu pembayaran/penyetoran pajak adalah
sebagaimana tercantum dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) PBB.
Keterlambatan pelaporan untuk SPT Masa PPN dikenakan denda sebesar Rp500.000,00 (lima
ratus ribu rupiah), sedangkan keterlambatan pelaporan SPT Masa lainnya dikenakan denda sebesar
Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah). Selanjutnya untuk keterlambatan pelaporan SPT Tahunan PPh
WP OP khususnya mulai Tahun Pajak 2008 dikenakan denda sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu
rupiah), dan keterlambatan pelaporan SPT Tahunan PPh WP Badan dikenakan denda sebesar
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).
KRITERIA WP
Pasal 17c uu kup

(1) Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan penelitian atas permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak dengan kriteria tertentu, menerbitkan Surat
Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak paling lama 3 (tiga) bulan sejak
permohonan diterima secara lengkap untuk Pajak Penghasilan, dan paling lama 1 (satu) bulan sejak
permohonan diterima secara lengkap untuk Pajak Pertambahan Nilai.

(2) Kriteria tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

1. tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan;

2. tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan pajak yang telah
memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak;

3. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan keuangan
pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut; dan

4. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun terakhir.

(3) Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak

(4) Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dan menerbitkan surat ketetapan pajak, setelah melakukan pengembalian
pendahuluan kelebihan pajak.

(5) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Direktur Jenderal
Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, jumlah kekurangan pajak ditambah
dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan
pembayaran pajak.

(6) Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat diberikan pengembalian
pendahuluan kelebihan pembayaran pajak apabila:

1. terhadap Wajib Pajak tersebut dilakukan tindakan penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan;
2. terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa untuk suatu jenis pajak tertentu 2
(dua) Masa Pajak berturut-turut;

3. terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa untuk suatu jenis pajak tertentu 3
(tiga) Masa Pajak dalam 1 (satu) tahun kalender; atau

4. terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan.

(7) Tata cara penetapan Wajib Pajak dengan kriteria tertentu diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.
Lanjutan baca sendiri PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 74/PMK.03/2012
PENYIMPANAN DOKUMEN
Ada lima jangka waktu daluwarsa dalam Undang-Undang KUP yaitu tiga tahun untuk
daluwarsa pembetulan SPT menjadi rugi dan lebih bayar, lima tahun untuk penetapan SKPKB atau
SKPKBT dan penagihan pajak, lebih lima tahun untuk penerbitan SKPKB atau SKPKBT karena
Wajib Pajak terbukti melakukan tindak pidana perpajakan, sepuluh tahun untuk penuntutan pidana
perpajakan, dan tidak diatur daluwarsanya untuk pembetulan SPT menjadi lebih bayar atau ruginya
menjadi lebih kecil, penerbitan STP, serta pemeriksaan.Untuk keadilan dan kepastian hukum
sebaiknya Undang-Undang KUP mengatur daluwarsa pemeriksaan, penerbitan STP, SKPN, atau
SKPLB.
Penyimpanan dokumen 10 tahun
Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk
hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau secara program aplikasi on-
line wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau tempat tinggal
Wajib Pajak orang pribadi, atau di tempat kedudukan Wajib Pajak badan. KUP pasal 28

Daluarsa pemeriksaan 5 tahun

PEMBUKUAN DAN PENCATATAN


Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan
data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta
jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan
keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.

Pencatatan yaitu pengumpulan data yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau
penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang
terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat
final.

A. Yang Wajib Menyelenggarakan Pembukuan

1. Wajib Pajak (WP) Badan;

2. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, kecuali Wajib
Pajak Orang Pribadi yang peredaran brutonya dalam satu tahun lebih dari Rp4.800.000.000,00
(Empat milyar delapan ratus juta rupiah).
B. Yang Wajib Menyelenggarakan Pencatatan

1. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang peredaran
brutonya dalam satu tahun kurang dari Rp4.800.000.000,00 (empat milyar delapan ratus juta
rupiah), dapat menghitung penghasilan neto dengan menggunakan norma penghitungan
penghasilan neto, dengan syarat memberitahukan ke Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu
3 bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan;

2. Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

C. Syarat-Syarat Penyelenggaraan Pembukuan/Pencatatan

1. Diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan
usaha yang sebenarnya.

2. Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang
Rupiah dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri
Keuangan.
3. Diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas.
4. Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah dapat
diselenggarakan oleh WP setelah mendapat izin Menteri Keuangan.
5. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang
terutang.

D. Syarat-Syarat Penyelenggaraan Pencatatan

1. Pencatatan harus menggambarkan antara lain :

a. Peredaran atau penerimaan bruto dan/atau jumlah penghasilan bruto yang diterima dan/atau
diperoleh;
b. Penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat
final.
2. Bagi WP yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha dan/atau tempat usaha, pencatatan harus
menggambarkan secara jelas untuk masing-masing jenis usaha dan/atau tempat usaha yang
bersangkutan.
3. Selain kewajiban untuk menyelenggarakan pencatatan, WP orang pribadi harus
menyelenggarakan pencatatan atas harta dan kewajiban.

E.Tujuan Penyelenggaraan Pembukuan/Pencatatan


Tujuannya adalah untuk mempermudah:

1. Pengisian SPT;

2. Penghitungan Penghasilan Kena Pajak;


3. Penghitungan PPN dan PPnBM;
4. Penyelenggaraan pembukuan juga untuk mengetahui posisi keuangan dan hasil kegiatan
usaha/pekerjaan bebas.
F. Pembukuan Dalam Bahasa Asing Dan Mata Uang Selain Rupiah
Wajib Pajak yang diperkenankan menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa
asing dan mata uang selain Rupiah yaitu bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika
Serikat adalah :
1. Wajib Pajak dalam rangka Penanaman Modal Asing yaitu Wajib Pajak yang beroperasi
berdasarkan ketentuan Peraturan perundang-undangan Penanaman Modal Asing;
2. Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya, yaitu Wajib Pajak yang beroperasi berdasarkan
kontrak dengan Pemerintah RI sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan Perundang-
undangan Pertambangan selain pertambangan minyak dan gas bumi;
3. Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Kerja Sama yang beroperasi berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan pertambangan minyak dan gas bumi;
4. Bentuk Usaha Tetap, yaitu bentuk usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5) Undang-
Undang Pajak Penghasilan atau menurut Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) yang
terkait;
5. Wajib Pajak yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun seluruhnya di bursa
efek luar negeri;
6. Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang menerbitkan Reksadana dalam denominasi mata uang
Dollar Amerikat Serikat dan telah memperoleh Surat Pemberitahuan Efektif Pernyataan
Pendaftaran dari Badan Pengawasa Pasar Modal-Lembaga Keuangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan pasar modal;
7. Wajib Pajak yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri, yaitu perusahaan
anak (subsidiary company) yang dimiliki dan atau dikuasai oleh perusahaan induk (parent
company) di luar negeri yang mempunyai hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal
18 ayat (4) huruf a dan b Undang- Undang Pajak Penghasilan.
G. Tata Cara Pengajuan Penyelenggaraan Pembukuan Dalam Bahasa Asing Dan Mata
Uang Selain Rupiah
Penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar
Amerika Serikat oleh WP harus terlebih dahulu mendapat izin tertulis dari Menteri Keuangan,
kecuali WP dalam rangka Kontrak Karya atau WP dalam rangka Kontraktor Kontrak Kerja Sama.
Izin tertulis dapat diperoleh WP dengan mengajukan surat permohonan kepada Kepala Kantor
Wilayah, paling lambat 3 (tiga) bulan :
1. Sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satauan
mata uang Dollar Amerika Serikat tersebut dimulai;
2. Sejak tanggal pendirian bagi WP baru untuk Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak pertama.

Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan memberikan keputusan atas permohonan
tersebut paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan dari WP diterima secara lengkap. Apabila
jangka waktu tersebut telah lewat dan Kepala Kantor Wilayah belum memberikan keputusan maka
permohonan WP tersebut dianggap diterima dan Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri
Keuangan menerbitkan keputusan pemberian izin untuk menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uangan Dollar Amerika Serikat.

WP dalam rangka Kontrak Karya atau WP Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang sejak
pendiriannya maupun yang akan menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa
Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat, wajib menyampaikan pemberitahuan secara
tertulis ke Kantor Pelayanan Pajak tempat WP terdaftar paling lambat 3 (tiga) bulan sejak tanggal
pendirian (bagi WP yang sudah menyelenggarakan sejak pendiriannya) atau 3 (tiga) bulan sebelum
tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang
Dollar Amerika Serikat tersebut dimulai (bagi WP yang belum menyelenggarakan sejak
pendiriannya).

WP yang telah memperoleh izin untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan


bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat namun merencanakan untuk tidak
memanfaatkan izin tersebut wajib menyampaikan pemberitahuan pembatalan secara tertulis ke
KPP dalam hal Tahun Pajak sebagaimana tercantum dalam surat izin belum dimulai dan
pemberitahuan tersebut harus sudah diterima oleh KPP sebelum Tahun Pajak tersebut dimulai.

Apabila penyelenggaraan pembukuan tersebut sudah dimulai, maka wajib mengajukan


permohonan pembatalan secara tertulis ke KPP paling lama 3 (tiga) bulan setelah tahun buku yang
diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika
Serikat tersebut dimulai. Bagi WP Kontrak Karya atau WP Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang
telah memberitahukan ke KPP untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa
Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat, namun WP tersebut akan menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan satuan mata Rupiah, wajib mengajukan
permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah paling lama 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku yang
diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan satuan mata uang Rupiah tersebut
dimulai.

Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan memberikan keputusan atas permohonan
pembatalan penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata
uang Dollar Amerika Serikat dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan
dari WP diterima secara lengkap. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat dan Kepala Kantor
Wilayah belum memberikan keputusan, maka permohonan dianggap diterima. WP yang
mengajukan permohonan tersebut tidak diperbolehkan lagi menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat dalam jangka waktu 5
(lima) tahun sejak izin tersebut dicabut.

Anda mungkin juga menyukai