Tentara yang masih setia pada Marcos tidak mampu membendug gerakan rakyat.Pada 25
Februari 1986,mahkamah Agung Filipina akhirnya melantik Carazon Aquino sebagai
pesiden Filipina yang baru.Akhirnya pada 26 Februari 1986,Marcos mengungsi ke
pangkalan udara Amerika Serikat di Filipina,dan selanjutnya mengasingkan diri ke
Honolulu,Hawai,Ameika Serikat.Era kediktatoran Marcos pun kini telah berakhir.Seluruh
gerakan rakyat yang mampu mengakhiri kediktatoran Marcos inilah yang kemudian
disebut sebagai People power revolution.
Tokoh-tokoh Kunci dibalik People
Power
– Maria Corazon Sumulong Cojuangco Aquino
Lahir pada 1933 dari seorang petani gula kaya, Maria Corazon menikmati pendidikan di Amerika
Serikat. Awalnya, ia tak pernah bercita-cita menjadi seorang politisi. Semua berubah saat ia
berjumpa dan menikah dengan Ninoy. Tiga hari setelah kematian Ninoy pada 21 Agustus 1983, Cory
yang masih berdiam di Amerika Serikat tiba di Manila untuk mengikuti prosesi pemakaman
suaminya. Cory bergabung dengan 2 juta orang lain dalam acara tersebut. Rangkaian demo anti-
Marcos pun berlangsung. Pada november 1985, Cory menyerukan digelarnya pemilihan presiden.
Dalam pemilihan yang digelar pada 7 februari 1986, Marcos dinyatankan menang kembali. Namun,
pers, pengamat asing, dan pemimpin gereja seperti Kardinal Jaime, menyatakan terjadi kecurangan
secara masif dalam pemilu tersebut. Hasil pemilu pun menimbulkan polemik. Akan tetapi, titik balik
terjadi ketika beberapa petinggi militer termasuk menteri pertahanan, Juan Ponce Enrile, dan wakil
kepala staf angkatan bersenjata , Letnan Jendral Fidel Ramos , menyatakan diri melawan Marcos.
Dipicu peristiwa ini, masyarakat Filipina turun kejalan menentang rezim Marcos. Puncaknya, pada 25
Februari 1986, makamah agung Filipina melantik Cory sebagai Presiden Filipina yang kesebelas.
Maria Corazon Aquino
– Jenderal Fidel Valdez Ramos Fidel Ramos
lahir pada tanggal 18 Maret 1928 di Lingayen, Pangasinan dan kemudian
dibesarkan di Asingan, Pangasinan.Ramos merupakan salah satu tokoh gerakan
People Power di Filipin, ia juga adalah seorang pensiunan Filipina jenderal dan
politisi yang menjabat sebagai Presiden Filipina ke-12 dari tahun 1992 sampai
1998. Selama enam tahun menjabat, Ramos secara luas dikreditkan dan
dikagumi oleh banyak orang karena merevitalisasi dan memperbarui
kepercayaan internasional terhadap ekonomi Filipina.
Sebelum terpilih sebagai presiden, Ramos bertugas di kabinet Presiden Corazón
Aquino, yang pertama sebagai kepala staf Angkatan Bersenjata Filipina (AFP), dan
kemudian sebagai Sekretaris Pertahanan Nasional 1986-1999.Dia adalah ayah dari
Pasukan Khusus Angkatan Darat Filipina dan Satuan Tindakan Khusus Polisi
Nasional Filipina.Selama Revolusi Kekuatan Rakyat EDSA 1986, Ramos dipuji
sebagai pahlawan oleh banyak orang Filipina karena keputusannya untuk
melepaskan diri dari pemerintahan Presiden Ferdinand Marcos dan berjanji
kesetiaan dan kesetiaan kepada pemerintahan Presiden Aquino yang baru
dibentuk.
Jendral Fidel Valdez Ramos
– Jaime Kardinal Sin
Sin lahir pada 30 agustus 1928 dari keluarga imigran asal Tiongkok.Sejak menjadi
Uskup Agung Manila,ia bersikap tegas terhadap presiden Marcos.Ia menentang
keras penerapan Undang-Undang Darurat Militer oleh Marcos(1972),yang sengaja
dibuat oleh Marcos untuk membungkam Rival-rival nya.Ia pun menjadi tokoh
terkemuka yang menentang Marcos.Di tengah kritik yang mengidentikkanya sebagai
“pastor-politisi”,Sin tetap yakin bahwa Gereja memiliki peran penting dalam
politik.”Politik tidak kotor” Katanya seperti di kutip chronicle (28/1/2001).”Yang
kotor adalah pelakunya,politisnya”.Puncak kegeraman Kardinal Sin terjadi setelah
lawan politik utama Marcos,Benigno Aquino,ditembak mati (1983) di Bandara
Manila saat pulang dari pengasingan di Amerika Serikat.
Ia lantas mendorong dan dan meyakinkan janda Aquino,Qorazon Aquino,untuk
mencalonkan diri sebagai kandidat presiden pada pemilu 7 Februari 1986.
Kardinal Sin pensiun sebagai Uskup Agung Manila pada 15 September 2003 dan
digantikan oleh Gaudencio Borbon Rosales. Dia adalah warga Filipina asli ketiga
yang pernah menjadi Uskup Agung Manila, setelah jabatan tersebut
kebanyakan dipegang oleh orang-orang Spanyol, Amerika Serikat,
dan Irlandia.Dan akhirnya Kardinal Sin meninggal dunia pada 2005 dalam usia
76 tahun.
Jaime Kardinal Sin
Gambar keadaan gerakan people power