ICCU
Oleh :
Herra Octaviany
41191095000033
Etiologi
Menurut Udjianti (2010), etiologi CAD meliputi:
1. Penyebab paling umum CAD adalah aterosklerosis.Aterosklerosis digolongkan
sebagai akumulasi sel-sel otot halus, lemak, dan jarigan konektif di sekitar lapisan
intima arteri. Suatu plak fibrous adalah lesi khas dari aterosklerosis. Lesi ini dapat
bervariasi ukurannya dalam dinding pembuluh darah, yang dapat mengakibatkan
obstruksi aliran darah parsial maupun komplet. Komplikasi lebih lanjut dari lesi
tersebut terdiri atas plak fibrous dengan deposit kalsium, disertai oleh
pembentukan thrombus.Obstruksi pada lumen mengurangi atau menghentikan
aliran darah kepada jaringan di sekitarnya.
2. Penyebab lain adalah spasme arteri koroner. Penyempitan dari lumen pembuluh
darah terjadi bila serat otot halus dalam dinding pembuluh darah berkontraksi
(vasokontriksi). Spasme arteri koroner dapat menggiring terjadinya iskemik aktual
atau perluasan dari infark miokard. Penyebab lain di luar ateroskelorik yang dapat
mempengaruhi diameter lumen pembuluh darah koroner dapat berhubungan
dengan abnormalitas sirkulasi. Hal ini meliputi hipoperfusi, hipovolemik,
polisitemia, dan masalah-masalah atau gangguan katup jantung.
Menurut Mayo Clinic (2017), faktor risiko penyakit arteri koroner meliputi:
1. Usia. : Cukup bertambah tua meningkatkan risiko arteri yang rusak dan
menyempit.
2. Riwayat keluarga.
Riwayat keluarga penyakit jantung dikaitkan dengan risiko penyakit arteri koroner
yang lebih tinggi, terutama jika seorang kerabat dekat mengembangkan penyakit
jantung pada usia dini.
3. Merokok : Orang yang merokok memiliki peningkatan risiko penyakit jantung
secara signifikan.
4. Tekanan darah tinggi. : Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan pengerasan dan penebalan arteri Anda, mempersempit saluran yang
melaluinya darah bisa mengalir.
5. Kadar kolesterol darah tinggi. : Kadar kolesterol tinggi dalam darah dapat
meningkatkan risiko terbentuknya plak dan aterosklerosis. Kolesterol tinggi dapat
disebabkan oleh tingkat tinggi low-density lipoprotein (LDL), yang dikenal
sebagai kolesterol "jahat". Tingkat rendah lipoprotein densitas tinggi (HDL), yang
dikenal sebagai kolesterol "baik", bisa menjadi tanda aterosklerosis.
6. Diabetes. : Diabetes dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit arteri koroner.
Diabetes tipe 2 dan penyakit arteri koroner memiliki faktor risiko yang sama,
seperti obesitas dan tekanan darah tinggi.
7. Kegemukan atau obesitas.
Kelebihan berat badan biasanya memperburuk faktor risiko lainnya.
8. Tidak aktif secara fisik
Kurang olahraga juga dikaitkan dengan penyakit arteri koroner dan beberapa
faktor risikonya juga.
9. Tegangan tinggi.
Stres yang tidak henti-hentinya dalam hidup dapat merusak arteri dan juga
memperburuk faktor risiko penyakit arteri koroner lainnya.
Patofisiologi
Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri besar
dan kecil yang ditandai penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil,
monosit dan makrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel
endotel), dan akhirnya ke tunika media (lapisan otot polos). Arteri yang paling
sering terkena adalah arteri koroner, aorta dan arteri-arteri sereberal. (Ariesty,
2011:hal 6).
Cedera pada sel endotel dapat mencetuskan reaksi inflamasi dan imun,
termasuk menarik sel darah putih, terutama neutrofil dan monosit, serta
trombosit ke area cedera, sel darah putih melepaskan sitokin proinflamatori
poten yang kemudian memperburuk situasi, menarik lebih banyak sel darah
putih dan trombosit ke area lesi, menstimulasi proses pembekuan,
mengaktifitas sel T dan B, dan melepaskan senyawa kimia yang berperan
sebagai chemoattractant (penarik kimia) yang mengaktifkan siklus inflamasi,
pembekuan dan fibrosis. Pada saat ditarik ke area cedera, sal darah putih akan
menempel disana oleh aktivasi faktor adhesif endotelial yang bekerja seperti
velcro sehingga endotel lengket terutama terhadap sel darah putih, pada saat
menempel di lapisan endotelial, monosit dan neutrofil mulai berimigrasi di
antara sel-sel endotel keruang interstisial. Di ruang interstisial, monosit yang
matang menjadi makrofag dan bersama neutrofil tetap melepaskan sitokin,
yang meneruskan siklus inflamasi. Sitokin proinflamatori juga merangsan
ploriferasi sel otot polos yang mengakibatkan sel otot polos tumbuh di tunika
intima. (Ariesty, 2011:hal 6).
Selain itu kolesterol dan lemak plasma mendapat akses ke tunika intima
karena permeabilitas lapisan endotel meningkat, pada tahap indikasi dini
kerusakan teradapat lapisan lemak diarteri. Apabila cedera dan inflamasi terus
berlanjut, agregasi trombosit meningkat dan mulai terbentuk bekuan darah
(tombus), sebagian dinding pembuluh diganti dengan jaringan parut sehingga
mengubah struktur dinding pembuluh darah, hasil akhir adalah penimbunan
kolesterol dan lemak, pembentukan deposit jaringan parut, pembentukan
bekuan yang berasal dari trombosit dan proliferasi sel otot polos sehingga
pembuluh mengalami kekakuan dan menyempit. Apabila kekakuan ini dialami
oleh arteri-arteri koroner akibat aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi
sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan oksigen, dan kemudian terjadi
iskemia (kekurangan suplai darah) miokardium dan sel-sel miokardium
sehingga menggunakan glikolisis anerob untuk memenuhi kebutuhan
energinya. Proses pembentukan energi ini sangat tidak efisien dan
menyebabkan terbentuknya asam laktat sehinga menurunkan pH miokardium
dan menyebabkan nyeri yang berkaitan dengan angina pectoris. Ketika
kekurangan oksigen pada jantung dan sel-sel otot jantung berkepanjangan dan
iskemia miokard yang tidak tertasi maka terjadilah kematian otot jantung yang
di kenal sebagai miokard infark. Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner zat
masuk arteri Arteri Proinflamatori Permeabelitas Reaksi inflamasi Cedera sel
endotel Sel darah putih menempel di arteri imigrasi keruang interstisial
pembuluh kaku & sempit Aliran darah Pembentukan Trombus monosit
makrofag Lapisan lemak sel otot polos tumbuh Nyeri Asam laktat terbentuk
MCI Kematian. (Ariesty, 2011:hal 6).
Manifestasi
Menurut (Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher, 2014), manifestasi klinik yang
biasa terjadi pada kasus CAD meliputi:
1. Nyeri dada
Nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung terus menerus, terletak dibagian bawah
sternum dan perut atas, adalah gejala utama yang biasanya muncul. Nyeri akan
terasa semakin berat sampai tidak tertahankan. Rasa nyeri yang tajam dan berat,
biasa menyebar kebahu dan lengan biasanya lengan kiri. Tidak seperti nyeri
angina, nyeri ini muncul secara spontan (bukan setelah kerja berat atau gangguan
emosi) dan menetap selama beberapa jam sampai beberapa hari dan tidak akan
hilang dengan istirahat maupunnitrogliserin. Pada beberapa kasus nyeri bisa
menjalar ke dagu dan leher.
2. Perubahan pola EKG
a. Normal pada saat istirahat, tetapi bisa depresi pada segmen ST. Gelombang T
inverted menunjukkan iskemia, gelombang Q menunjukkan nekrosis
b. Distrimia dan Blok Jantung. Disebabkan kondisi yang mempengaruhi
sensitivitas sel miokard ke impuls saraf seperti iskemia, ketidakseimbangan
elektrolit dan stimulus sarat simpatis dapat berupa bradikardi, takikardi,
premature ventrikel, contraction (ventrikel ekstra systole), ventrikel takikardi
dan ventrikel fibrilasi
3. Sesak napas
Keluhan ini timbul sebagai tanda mulainya gagal jantung dimana jantung tidak
mampu memompa darah ke paru-paru sehingga oksigen di paru-paru juga
berkurang.
4. Diaphoresis
Pada fase awal infark miokard terjadi pelepasan katekolamin yang meningkatkan
stimulasi simpatis sehingga terjadi vasokonstriksi pembuluh darah perifer
sehingga kulit akan menjadi lembab, dingin, dan berkeringat.
5. Pusing
Pusing juga merupakan salah satu tanda dimana jantung tidak bisa memompa
darah ke otak sehingga suplai oksigen ke otak berkurang.
6. Kelelahan
Kelelahan disebabkan karena jantung kekurangan oksigen akibat penyempitan
pembuluh darah.
7. Mual dan muntah
Nyeri yang dirasakan pada pasien dengan penyakit jantung adalah di dada dan di
daerah perut khususnya ulu hari tergantung bagian jantung mana yang
bermasalah. Nyeri pada ulu hati bisa merangsang pusat muntah. Area infark
merangsang refleks vasofagal
Jenis CAD
1. Stabil
- Jenis yang paling umum, dipicu oleh aktivitas fisik, stres emosional, paparan
suhu panas atau dingin, makanan berat , dan merokok
- Terjadi dalam pola yang teratur, biasanya berlangsung 5 menit atau kurang,
dan mudah hilang dengan obat-obatan
2. Labil
- Mungkin onset baru nyeri dengan pengerahan tenaga atau saat istirahat, atau
percepatan terbaru dalam keparahan nyeri
- Terjadi pada tidak ada pola teratur, biasanya berlangsung lebih lama ( 30
menit ), umumnya tidak lega dengan istirahat atau obat-obatan
- Kadang-kadang dikelompokkan dengan infark miokard ( MI ) di bawah
diagnosis sindrom koroner akut ( ACS )
3. Variant
- Langka , biasanya terjadi saat istirahat - tengah malam hingga dini hari nyeri
mungkin parah
- Elektrokardiogram (EKG) berubah karena koroner spasme arteri
Komplikasi
Menurut Institute for Quality and Efficiency in Health Care (2017), komplikasi CAD
meliputi:
a. Aritmia merupakan yang paling sering ditemui. Aritmia yaitu gangguan dalam
irama jantung yang bisa menimbulkan perubahan eloktrofisiologi otot-otot
jantung. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan
bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel. Misalnya
perangsangan simpatis akan meningkatkan kecepatan denyut jantung. Jika
jantung tidak mendapat oksigen yang cukup maka bagian dari jaringan jantung
yang mengatur detak jantung akan rusak. Hal tersebut dapat menyebabkan
denyut jantung menjadi tidak teratur selain itu dapat menyebabkan jantung
berdebar, kelelahan dan pusing.
b. Gagal Jantung Kongestif merupakan kongesti sirkulasi akibat disfungsi
miokard. Disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung kiri akan menimbulkan
kongesti pada vena pulmonalis sedangkan pada disfungsi ventrikel kanan akan
menimbulkan kongesti pada vena sistemik.
c. Syok kardikardiogenik yang diakibatkan oleh disfungsi nyata ventrikel kiri
sesudah mengalami infark yang massif. Timbulnya lingkaran setan perubahan
hemodinamik progresif hebat yang irreversible yaitu penurunan perfusi perifer,
penurunan perfusi koroner, peningkatan kongesti paru yang bisa berakhir
dengan kematian.
d. Disfungsi Otot Papillaris. Disfungsi iskemik atau rupture nekrotik otot papilaris
akan mengganggu fungsi katup mitralis. Inkompetensi katup mengakibatkan
aliran balik dari ventrikel kiri ke atrium kiri sebagai akibat pengurangan aliran
ke aorta dan peningkatan kongesti pada atrium kiri dan vena pulmonalis.
e. Ventrikuler Aneurisma. Aneurisma ini biasanya terjadi pada permukaan atrium
atau apek jantung. Aneurisma ventrikel akan mengembang bagaikan balon
pada setipa sistolik, teregang secara pasif oleh sebagian curah sekuncup.
Aneurisma ventrikel dapat menimbulkan 3 masalah yaitu gagal jantung
kongestif kronik, embolisasi sistemik dari thrombus mural dan aritmia
ventrikel refrakter.
f. Perikarditis Infark transmural dapat membuat lapisan epikardium yang
langsung berkontak dengan pericardium menjadi kasar, sehingga merangsang
permukaan pericardium dan menimbulkan reaksi peradangan.
g. Emboli Paru yang bisa menyebabkan episode dipsnea, aritmia atau kematian
mendadak. Trombosis vena profunda lebih lazim pada pasien payah jantung
kongestif yang parah
Pemeriksaan Penunjang
1 Echo cardiogram
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi, bentuk dan ukuran jantung
melalui ultrasound dari bilik-bilik jantung. Selain itu pemeriksaan ini juga dapat
dilakukan untuk melihat fungsi dan kerja jantung, melihat adanya thrombus pada
bagian jantung, mengetahui kekuatan otot jantung serta memeriksa kerusakan
pada katup jantung.
2 Kateterisasi Jantung (Angiografi Koroner)
Kateterisasi jantung adalah prosedur diagnostik invasif dimana satu atau lebih
kateter dimasukkan ke jantung dan pembuluh darah tertentu untuk mengecek
aliran darah dan oksigen di berbagai ruang jantung. Saat kateterisasi jantung,
dapat juga dilakukan angiografi koroner menggunakan pewarna khusus dalam
pembuluh darah dan X-ray untuk menunjukkan bagian dalam pembuluh darah.
Hal ini dilakukan untuk mengkaji patensi arteri koronaria dan mengetahui apakah
terdapat gangguan atau penyempitan pada arteri koroner pasien. Pemeriksaan ini
juga dapat dilakukan untuk menentukan terapi yang diperlukan mis. Percutaneus
transluminal coronary angioplasty (PTCA) atau pembedahan bypass koroner
maupun Percutaneous Coronary Intervention (PCI) bila ada aterosklerosis.
(Smeltzer, Bare, & Hinkle, 2010).
3 Elektrokardiogram (EKG)
Elektrokardiogram mencerminkan aktivitas listrik jantung yang disadap dari
berbagia sudut pada permukaan kulit. Perubahan pada elektrokardiografi secara
konsisten akibat iskemia atau infark akan nampak pada lead tertentu.
4 Pemeriksaan darah lengkap dan kimia darah yang meliputi : profil lipid (kolesterol
total, trigliserida, dan lipoprotein)
5 Cardiac Stress Testing
Normalnya, arteri koroner akan berdilatasi sampai 4x dari diameter normalnya
untuk meningkatkan aliran darah yang membawa nutrisi dan oksigen. Arteri yang
tersumbat oleh plak akan menurunkan aliran darah ke miokardium dan
menyebabkan iskemik. Tes toleransi jantung yang terdiri dari tes toleransi latihan
(treadmill) dan tes toleransi pengobatan (pharmacologic stress test) membantu
untuk :
a. Mendiagnosis CAD
b. Membantu mendiagnosis penyebab nyeri dada
c. Menentukan kapasitas fungsional jantung setelah Infark Miokard atau
pembedahan jantung.
d. Mengakji efektivitas terapi pengobatan antiangina dan antidisritmia
e. Mengidentifikasi disritmia yang terjadi selama latihan fisik
f. Membantu pengembangan program kesegaran jasmani.
Tes toleransi latihan (Treadmill) dilakukan dengan cara pasien berjalan pada ban
berjalan, sepeda statis, atau naik turun tangga. Elektroda EKG dipasang pada
pasien dan pencatatan dilakukan sebelum, selama dan setelah tes. Tes toleransi
pengobatan dilakukan pada pasien yang tidak dapat melakukan aktivitas fisik atau
treadmill. 2 agen vasodilatasi yaitu dipyridamole (Persantine) dan adenosine
(Adenocard), diberikan melalui intravena untuk melihat efek dari dilatasi
maksimal arteri koronaria. (Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher, 2014)
Penatalaksanaan
Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri jantung. Yang
paling umum diantaranya:
1. Aspirin / Klopidogrel / Tiklopidin.
Obat-obatan ini mengencerkan darah dan mengurangi kemungkinan gumpalan
darah terbentuk pada ujung arteri jantung menyempit, maka dari itu mengurangi
resiko serangan jantung.
2. Beta-bloker (misalnya Atenolol, Bisoprolol, Karvedilol).
Obat ini berfungsi menurunkan konsumsi oksigen dengan menghambat impuls
simpatis ke jantung. Hasilnya terjadi penurunan frekuensi jantung, tekanan darah,
dan waktu kontraktilitas jantung yang menciptakan suatu keseimbangan antara
kebutuhan oksigen jantung dan jumlah oksigen yang tersedia.
3. Nitrogliserin (misalnya Isosorbide Dinitrate).
Obatan-obatan ini bekerja membuka arteri jantung, dan kemudian
meningkatkan aliran darah ke otot jantung dan mengurangi gejala nyeri dada.
Bentuk nitrat bereaksi cepat, Gliseril Trinitrat, umumnya diberikan berupa tablet
atau semprot di bawah lidah, biasa digunakan untuk penghilang nyeri dada secara
cepat.
4. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (misalnya Enalapril, Perindopril) and
Angiotensin Receptor Blockers (misalnya Losartan, Valsartan).
Obatan-obatan ini memungkinkan aliran darah ke jantung lebih mudah, dan
juga membantu menurunkan tekanan darah.
5. Obatan-obatan penurun lemak (misalnya Fenofibrat, Simvastatin, Atorvastatin,
Rosuvastatin).
Obatan-obatan ini menurunkan kadar kolesterol jahat (Lipoprotein Densitas-
Rendah), yang merupakan salah satu penyebab umum untuk penyakit jantung
koroner dini atau lanjut.
6. PCI ( Percutaneus Coronary Intervention) atau angioplasti koroner
Percutaneus Coronary Intervention merupakan suatu prosedur untuk
mengatasi stenosis atau penyempitan di arteri koronaria. Prosedur ini digunakan
untuk mengurangi gejala penyakit arteri koroner seperti nyeri dada, sesak serta
gagal jantung. PCI dapat mencegah terjadinya infark miokard serta mengurangi
angka kematian. Angioplasti merupakan prosedur yang tidak seinvasif CABG.
Kateter yang berbentuk balon dan stent dimasukkan ke arteri koroner yang
mengalami gangguan dan diletakkan di antara daerah aterosklerotik. Balon
kemudian dikembangkan dan dikempiskan dengan cepat untuk memecah plak.
Prosedur PCI dilakukan di laboratorium kateterisasi jantung. (Smeltzer, Bare, &
Hinkle, 2010)
7. CABG (Coronary Artery Bypass Graft)
CABG merupakan prosedur operasi yang digunakan untuk mengatasi penyakit
jantung koroner atau CAD dengan membuat rute baru di sekitar arteri yang
menyempit atau tersumbat agar darah tetap lancar hingga ke otot jantung sehingga
jantung mendapatkan oksigen dan nutrisi yang cukup. Pembuatan rute tersebut
menggunakan pembuluh darah dari bagian tubuh lainnya seperti pembuluh darah
dari kaki (vena saphena), dada (arteri maamria interna) atau lengan (arteri radialis)
PATHWAY
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian.
1. Pemeriksaan TTV meliputi tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan.
2. Kaji keluhan utama klien.
3. Kaji nyeri (PQRST) :
Onset : kapan terjadi nyeri dialami
Provocation : hal yang dapat memperburuk nyeri misalnya pada saat berbaring.
Quality : bagaimana jenis nyeri yang dialami seperti terbakar, tercekik, rasa
menyesakkan nafas atau seperti tertindih barang berat.
Radiasi : dimana nyeri dirasakan, apakah menjalar ke bagian tubuh lainnya.
Severity : bagaimana keparahan nyerinya. Nilai menggunakan skala nyeri.
Time : berapa lama nyeri berlangsung, apakah hilang timbul atau terus-menerus.
4. Tanda dan gejala : Cemas, gelisah, lemah sehubungan dengan keringatan, dispnea,
pening, tanda-tanda respon vasomotor meliputi : mual, muntah, pingsan, kulit dinghin
dan lembab, cekukan dan stress gastrointestinal, suhu menurun.
5. Pemeriksaan fisik : mungkin tidak ada tanda kecuali dalam tanda-tanda gagalnya
ventrikel atau kardiogenik shok terjadi. BP normal, meningkat atau menuirun,
takipnea, mula-mula pain reda kemudian kembali normal, suara jantung S3, S4 Galop
menunjukan disfungsi ventrikel, sistolik mur-mur, M. Papillari disfungsi, LV
disfungsi terhadap suara jantung menurun dan perikordial friksin rub, pulmonary
crackles, urin output menurun, Vena jugular amplitudonya meningkat (LV disfungsi),
RV disfungsi, ampiltudo vena jugular menurun, edema periver, hati lembek.
6. Parameter Hemodinamik : penurunan Pulmonary Arterial Pressure, Pulmonary
Capillary Wedge Pressure, Systemic Vascular Resistence, Cardiac Output/Cardiac
Index.
7. Respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan
penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan
respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesikuler.
Sputum jernih atau juga merah muda/ pink tinged.
8. Interaksi sosial
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.
9. Pengetahuan
Riwayat penyakit sebelumnya dan riwayat penyakit di dalam keluarga ada yang
menderita penyakit jantung, diabetes, stroke, hipertensi, perokok.
B. Diagnosis Keperawatan
Rencana Keperawatan
menurun kepercayaan
menurun datang
Pemantauan Respirasi
Observasi
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman,
dan upaya nafas
- Monitor pola nafas (seperti
bradpnneu, takipneu, hiperventilasi,
Kussmaul, Cheyne-stokes, Biot,
ataksik)
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan nafas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi nafas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil X-Ray tiraks
Terapeutik
- Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
Bulechek, G. M., Butcher, H., Dochterman, J., & Wagner, C. (2016). Nursing Interventions
Classification (NIC) Edisi Keenam Bahasa Indonesia. Singapore: Elsevier.
Institute for Quality and Efficiency in Health Care. (2017, July 27). Complication of
Coronary Artery Disease.https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedheatlh/PMH0086330/
Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M., & Bucher, L. (2014). Medical-surgical nursing
(9 ed.). Missouri: Elsevier.
Mayo Clinic. (2017, August 4). Coronary Artery disease. Diakses pada tanggal 23-04-2020
darihttp://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/coronary-artery
disease/symptoms-causes/dxc-20165314
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M., & Swanson, E. (2016). Nursing Outcomes
Classification (NOC) : Pengukuran Outcomes Kesehatan Edisi Kelima Bahasa
Indonesia. Singapore: Elsevier.
NANDA International. (2016). Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi &
Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta : RGC.
Ratini, M. (2018, January 7). Coronary Artery Disease. Diakses dari WebMD Medical
Reference: https://www.webmd.com/heart-disease/guide/heart-disease-coronary-
artery-disease
Risa Hermawati, Haris Candra Dewi.2014. Penyakit Jantung Koroner. Jakarta: Kandas media
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., & Hinkle, J. L. (2010). Textbook of medical-surgical nursing (12
ed., Vol. 1). Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.
Informasi mahasiswa
Informasi pasien
Pekerjaan:Pensiunan
Ringkasan riwayat pasien sebelum masukICU/ICCU hingga saat ini (anamnesa, pemeriksaan fisik,
data penunjang):
Tn M dengan CAD IVD, AR severe, EF 50%, post operasi CABG 1 x (SVG-LAD) dan AVR
mekanik tanggal 27/4/20 pukul yang saat ini dirawat di ruang ICCU. Pada saat operasi pasien
dipasang wire ventrikel 2 buah di ventrikel kanan.
Dengan support:
- Vascon 0,05 mcg/KgBB/menit;
- Morphine stop
- Humulin 0,5 IU/jam;
- Heparin 5IU/KgBB/jam;
- Furosemide 20 mg/jam;
- Adrenalin 0,03 mcg/KgBB/menit;
BP 144/80 mmHg; HR 92 bpm; RR 23 rpm; T 37,0 C;
Pada tanggal 28/4/2020 (10.38 WIB) mengeluh dadanya berdebar-debar dilakukan
pengukuran EKG di dapat irama Atrial Fibrilation Rapid Ventricular Respon
(AFRVR). Kesadaran composmentis, GCS E4M6V5, pernapasan spontan dengan
binasal 5 liter/menit, Sp O2 100%.
Perawat melaporkan kepada dokter jaga dan meresepkan untuk terapi Cordarone 150
mg dalam 50 mL Destrose 5% dalam 1 jam, kemudian dilanjut dengan Cordarone 360
mg dalam 50 mL Dextrose 5% drip dalam 6 jam, dan jika masih AFRVR dilanjut
dengan Cordarone 540 mg dalam Dexrose 5% drip dalam 18 jam.
Pada tanggal 29/4/2020 (05.36 WIB) EKG pasien mengalami perubahan menjadi
Atrial Fibrilation Normo Ventricular Respon (AFNVR).
Pada tanggal 29/4/2020 (11.38 WIB) EKG pasien mengalami perubahan menjadi
Atrial Fibrilation Slow Ventricular Respon (AFSVR) dan AFNVR, bergantian,
dengan HR bisa mencapai 50-an bpm, tetapi lebih sering AFSVR. Setengah jam
kemudian pasien merasa sering lemas tak bertenaga dan pusing serta sesekali agak
berkunang, haluaran urin 0.3 mL/KgBB/jam selama 2 jam terakhir. Dilakukan
pengambilan analisa gas darah, didapatkan pH 7.38; HCO3 26 mEq/L; PO2 105
mmHg; PCO2 48 mmHg; Sat O2 98%; GDS 100 mg/dL. Dilakukan EKG dan hasil
saat ini di bandingkan dengan EKG pre operative yang hasilnya irama SR dengan HR
89 bpm.
Dilakukan pemasan TPM (Temporary Pace Maker) dengan pengaturan Rate 80
x/menit, Output 10 mA; Sense 2 mV.
Saat ini pasien terpasang CV line, dower chateter, arteri line, serta drain substernal.
Support obat-obatan
- NaCl 0.9% (emergency)
- Vascon 0,05 mcg/KgBB/menit;
- Dobutamn 2,5 mcg/KgBB/menit
- Humulin 0,5 IU/jam;
- Heparin 5 IU/KgBB/jam;
- Furosemide 20 mg/jam;
- Ondancentron 2 x 4 mg, IV
- Omprazole 1 x 30 mg, IV
- Paracetamol 3 x 1000 mg, IV
- Cefazoline 3 x 1 gram untuk 6 kali pemberian, IV
Kepala : Bentuk Kepala smetris, persebaran rambut merata. Tidak terdapat luka
di kepala. Mata bersih, sklera anikterik, konjungtiva ananemis, Telinga
(kepala, mata,
tidak ada pengeluaran serumen berlebih, tidak ada nyeri tekan, Hidung
telinga, hidung
tidak ada polip dan tidak ada nyeri tekan
rambut)
Ekstremitas : Ekstremitas normal, tidak ada nyeri tekan dan luka. Kekuatan otot
ekstremitas atas 4444/4444 dan ekstremitas bawah 4444/4444
Punggung : Tidak ada kelainan pada tulang belakang, tidak ada luka tekan, tidak
ada luka post operasi
ANALISA DATA
Tanggal Data-data Diagnosa keperawatan
29 April Circulation (perdarahan/diare, TD, suhu, nadi/HR, Penurunan Curah Jantung b.d
2020 kapileri refill, akral, warna kulit wajah, edema, pupil, Perubahan irama jantung
sianosis, suara jantung, EKG, JVP , status hidrasi)
Ds :
Do :
- TD 144/80 mmHg
- Frekuensi nadi ireguler 92x/menit
- RR 23x/menit
- Gambaran EKG AFRVR
Ds :
- Klien mengatakan nyeri dan sulit tidur. Nyeri akut b/d Agen
- Klien mengatakan nyeri pada daerah post pencedera fisik
operasi (jantung)
- Klien mengatakan nyeri ketika bergerak dan
nyeri hilang timbul dengan waktu tidak
menentu
Do :
Do :
- Klien post op
- Klien dilakukan prosedur invasif
Ruangan : ICCU
Terapeutik
Teraputik
Kolaborasi
Manajemen Nyeri
Observasi
- Identifkasilokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,
kualitas dan intensitas nyeri
- Identifikasi skala Identifikasi respon nyeri non
verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
- Monitor efek samping penggunaan analgesik
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri
Nyeri akut b/d agen
- Fasilitasi istirahat dan tidur
cedera fisiologis
PENGERTIAN
Elektrokardiagram (EKG) adalah suatu alat pencatat grafis aktivitas listrik jantung.
Pada EKG terlihat bentuk gelombang khas yang disebut sebagai gelombang P, QRS dan T,
sesuai dengan penyebaran eksitasi listrik dan pemulihannya melalui sistem hantaran dan
miokardium.(1)
Elektrokardiogram(ECG atau EKG) adalah tesnon-invasif yangdigunakan
untukmencerminkan kondisijantung yang mendasarinyadengan mengukuraktivitaslistrik
jantung.Denganposisilead(listriksensing perangkat) pada tubuhdi lokasistandar,informasi
tentang kondisijantungyangdapat dipelajaridengan mencari polakarakteristikpadaEKG.(2)
Elektrokardiogram, EKG atau ECG: Sebuah EKG adalah bagian penting dari evaluasi
awal pasien yang diduga memiliki masalah jantung yang terkait. Elektroda lengket kecil
diterapkan ke dada pasien, lengan dan kaki.Namun, dengan beberapa sistem, elektroda
dapat diterapkan untuk bahu dada, dan sisi dada bagian bawah, atau pinggul.Kabel
digunakan untuk menghubungkan pasien dengan mesin EKG. Anda akan diminta untuk
tetap diam sementara perawat atau teknisi catatan EKG. Aktivitas listrik yang diciptakan
oleh pasien jantung diproses oleh mesin EKG dan kemudian dicetak pada kertas grafik
khusus.Ini kemudian ditafsirkan oleh dokter Anda.Ini membutuhkan waktu beberapa menit
untuk menerapkan elektroda EKG, dan satu menit untuk membuat rekaman yang
sebenarnya.
Karena aktivitas listrik memicu aktivitas mekanis, kelainan pola listrik biasanya disertai oleh
kelainan aktivitas kontraktil jantung.Evaluais terhadap EKG dapat memberikan informasi
yang berguna mengenai status jantung, termasuk kecepatan denyut, irama dan kesehatan
otot-ototnya.
- Flutter Atrium ditandai oleh urutan deplolarisasi atrium yang reguler tetapi cepat
dengan kecepatan antara 200 sampai 300 denyut per menit.
- Fibrilasi Atrium ditandai oleh depolarisasi atrium yang cepat, ireguler, dan tidak
terkordinasi tanpa gelombang P yang jelas.
- Fibrilasi Ventrikel adalah kelainan irama yang sangat serius dengan otot-otot
ventrikel memperlihatkan kontraksi yang kacau dan tidak terkoordinasi.
Gelombang EKG abnormal juga penting dalam mengenali dan menilai miopati jantung
(kerusakan otot jantung).
Pasien dengan miokardium infarkdan tipe penyakit arteri coroner lainnya, seperti
angina.
Emboli paru atau hipotermia.
Pada umumnya pemeriksaan EKG berguna untuk mengetahui : aritmia, fungsi alat pacu
jantung, gangguan konduksi interventrikuler, pembesaran ruangan-ruangan jantung, IMA,
iskemik miokard, penyakit perikard, gangguan elektrolit, pengaruh obat-obatan seperti
digitalis, kinidin, kinine, dan berbagai kelainan lain seperti penyakit jantung bawaan,
korpulmonale, emboli paru, mixedema
A. PERSIAPAN PASIEN
a. Anjurkan pasien untuk tetap rileks.
b. Pasien diberitahu tentang tujuan perekaman EKG
c. Pakaian pasien dibuka dan dibaringkan terlentang dalam keadaan tenang selama
perekaman, kaki tidak saling bersentuhan.
d. Bersihkan permukaan kulit dengan alkohol dan kasa atau tissue
e. sebelum memasang elektroda. Bila daerah yang akan dipasang elektroda banyak
rambut, sebaiknya cukurlah rambut pada daerah tersebut
f. Oleskan sedikit benzoin pada kulit bila pasien banyak berkeringat sehingga elektroda
dapat menempel dengan balk
g. Gantilah elektroda setiap 24 sampai 48 jam dan periksa bila ada iritasi .kulit. Tempelkan
elektroda pada lokasi yang berbeda setiap kali penggantian
h. Bila pasien sensitif terhadap elektroda, gunakan elektroda hipoalergenik.
i. Klien Melepaskan benda-benda yang bersifat logam seperti jam tangan, cincin, gigi
emas dll yang dapat mempengaharui atau mengganggu pada saat perekaman.
B. PERSIAPAN ALAT
a. Mesin EKG yang dilengkapi dengan 3 kabel, sebagai berikut :
b. Satu kabel untuk listrik (power)
c. Satu kabel untuk bumi (ground)
d. Satu kabel untuk pasien, yang terdiri dari 10 cabang dan diberi tanda dan warna.
e. Plat elektrode yaitu
f. 4 buah elektrode extremitas dan manset
g. 6 Buah elektrode dada dengan balon penghisap.
h. Jelly elektrode / kapas alcohol
i. Kertas EKG (telah siap pada alat EKG)
j. Kertas tissue
PROSEDUR TINDAKAN
1. Cuci tangan
2. Cek kembali kelengkapan alat-alat.
3. Nyalakan mesin EKG.
4. Baringkan pasien di tempat tidur, kaki tidak saling bersentuhan.
5. Bersihkan dada dengan kertas tissue.
6. Beri jelly pada plat elektroda ekstremitas.
7. Pasang elektroda ekstremitas pada kedua pada kedua pergelangan kaki.
8. Beri jelly pada permukaan dada sesuai lokasi V1 – V6
9. Pasang elektroda dada sesuai lokasi V1 – V6
A. Sadapan Prekordial
Merupakan sadapan V1, V2, V3, V4, V5, dan V6 yang ditempatkan secara langsung
di dada.
B. Sandapan Bipolar
Merekam perbedaan potensial dari 2 elektroda, yang ditandai dengan angka romawi
I, II dan III
Sandapan I : merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) yang bermuatan
negatif (-) tangan kiri bermuatan positif (+).
Sandapan II : merekam beda potensial antara tangan kanan (-) dengan kaki kiri (LF)
yang bermuatan (+)
Sandapan III : merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) yang bermuatan (-)
dan kaki kiri (+).
C. Sandapan Unipolar
Bila kita gabungkan dari ketiga sandapan yang ada di atas akan tampak menjadi
seperti pada gambar di bawah ini yang biasanya kita sebut sebagai sandapan lengkap
12 lead/ ECG 12 LEAD lengkap.
Pada gambar di atas tampak :
INTERPRETASI
2. IRAMA (Rhythm)
Bila teratur (reguler) dan gel. P selalu diikuti gel.QRS-T yakni normal disebut Sinus Ritme
(irama sinus).
Bila irama cepat lebih dan 100 kali/menit disebut sinus tachikardi kurang dan 60
kali/menit disebut sinus bradikardi
Selain dan yang tersebut di atas adalah aritmia
3. GELOMBANG P (P WAVE)
Kepentingan:
4. P-R INTERVAL
Diukur dan awal gel.P sampai dengan awal gel.QRS Nilai normal ; 0,12 - 0,20 detik
.Kepentingan:
Interval PR >0,20 detik : AV Block
Interval PR <0,12>3. Interval PR berubah-ubah : Wandering Pacemaker.
5. KOMPLEKS QRS
Lebar/interval
AXIS ( sumbu )
7. GELOMBANG T (T wave)
Ukurannya dari awal sampai dengan akhir gel. T
Nilai normal amplitudo (tinggi) : Minimum 1 mm
Kepentingan:
- Menandakan adanya kelainan otot jantung (iskemia/infark)
- Menandakan adanya kelainan elektrolit.