Anda di halaman 1dari 12

Makalah Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Konsolidator dan Non-kas SKPKD

Kelompok 4

Imam safi’i 122300

Yakub 122300

Julia Kartika 122300

Chrairatunisa Fahmie 122300

Aulia Rahmani. N 122300

Pramusinta 122300

Fanny Violita 12230063

Ery Putri Rahayu 12230056

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Merdeka Malang
Tahun 2013/2014
1. Pendahuluan

Konsolidator adalah akuntansi yang dilakukan oleh fungsi akuntansi SKPKD karena
sistem akuntansi pemerintahan daerah dibangun dengan sebuah arsitektur seperti akuntansi
cabang di sektor swasta. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan transaksinya, SKPKD diibaratkan
sebagai kantor pusat (home office) dan SKPD sebagai kantor cabang (branch office).

Dalam pelaksanaan akuntansi konsolidator dibangun akun resiprokal yang berfungsi


sebagai perantara SKPKD dengan SKPD. Akun resiprokal pada SKPKD adalah “RK-SKPD”.

2. Akuntansi Konsolidator

Untuk memberikan gambaran akuntansi konsolidator dimisalkan penyetoran uang dari


bendahara penerimaan SKPD Dinas Perdagangan kepada BUD, transfer uang dari BUD ke
Bendahara Pengeluaran SKPD Dinas Perdagangan dan juga pemotong dan penyetoran PPKD
bendahara pengeluaran SKPD Dinas Perdagangan dari bulan Januari-Desember 2008.

2.1 Jurnal Konsolidator atas penyetoran uang dari Bendahara Penerimaan SKPD

Berdasarkan informasi yang telah diberikan, jurnal yang dibuat oleh fungsi
akuntansi SKPKD untuk penyetoran uang dari bendahara penerimaan SKPD Dinas
Perdagangan adalah sebagai berikut.

Kas di Kas Daerah (1.1.1.01.01) xxx


RK-SKPD Dinas Perdagangan (1.1.6.01.01) xxx

Jurnal tersebut akan selalu dibuat demikian untuk setiap penyetoran uang dari
bendahara penerimaan SKPD Dinas Perdagangan. Sebaiknya, jurnal tersebut dibuat
dalam format jurnal khusus seperti berikut.

Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota A
Buku Jurnal Khusus Penerimaan Konsolidator

SKPKD: 1.20.05 BPKD


Bulan : Januari 2008
No. Debit Kredit
Tgl Keterangan
BKU 1.1.1.01.01 1.1.6.01.01
05-
Jan 1 Penyetoran dari SKPD 30.000.000 30.000.000
21-
Jan 20 Penyetoran dari SKPD 50.000.000 50.000.000
30-
Jan 30 Penyetoran dari SKPD 10.000.000 10.000.000
Jumlah 90.000.000 90.000.000

Disamping jurnal penerimaan yang telah diberikan, pada bulan Desember 2008
terdapat pengembalian pendapatan retribusi dinas perdagangan kepada wajib retribusi
sebesar Rp. 20.000.000. Karena uang retribusi tersebut sudah disetor ke kas daerah,
pengembalian uang tersebut pun langsung dilakukan oleh BUD. Oleh fungsi akuntansi
SKPKD dicatat sebagai berikut.

Tanggal No. Akun Keterangan D K


1.1.6.01.01 RK-SKPD Dinas Perdagangan 20.000.000
Des-08
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 20.000.000

Perhatikan jurnal konsolidator atas penyetoran uang dari bendahara penerimaan


SKPD yang telah diberikan. Pada sisi debit dicatat “Kas di Kas Daerah”, sedangkan
sisi kredit dicatat “RK-SKPD”. Sementara itu, jurnal yang dibuat oleh PPK-SKPD
pada sisi debit dicatat “RK PPKD” dan sisi kredit “Kas di Bendahara Penerimaan”.
Pada akhir tahun, akun “RK-SKPD” dan “RK-PPKD” dielimasi karena merupakan
akun perantara saja antara SKPD dengan SKPKD, sehingga yang tersisa dari kedua
jurnal tersebut pada sisi debit “Kas di Kas Daerah” pada SKPKD dan pada sisi kredit
“Kas di Bendahara Penerimaan SKPD Dinas Perdagangan” pada SKPD Dinas
Perdagangan. Hal ini menunjukkan kondisi dari transaksi yang sebenarnya.

2.2 Jurnal Konsolidator atas Transfer Uang ke Bendahara Pengeluaran SKPD

Berdasarkan informasi transfer uang dari BUD ke bendahara pengeluaran SKPD


Dinas Perdagangan dari bulan Januari-Desember 2008, jurnal yang dibuat oleh fungsi
akuntansi SKPKD atas transfer uang tersebut sebagai berikut.

Tanggal No. Akun Keterangan D K


1.1.6.01.01 RK-SKPD Dinas Perdagangan 14.000.000
Jan-08
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 14.000.000
Semua jurnal di atas untuk mencatat transfer uang di BUD kebendaharaan
pengeluaran SKPD Dinas Perdagangan, baik untuk uang persediaan maupun ganti dan
tambah uang persediaan. Untuk penerbitan SP2D-LS bagi SKPD Dinas Perdagangan,
jurnal yang dibuat oleh fungsi akuntansi SKPKD akan seperti berikut:

Tanggal No. Akun Keterangan D K


1.1.6.01.01 RK-SKPD Dinas Perdagangan 40.000.000
Jan-08
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 40.000.000
Perhatikan kembali jurnal transfer uang persediaan, ganti uang persediaan, dan
tambah uang persediaan yang telah diberikan, pada sisi debit dicatat “RK-SKPD” dan
pada sisi kredit dicatat “Kas di Kas Daerah”. Sementara itu, PPK-SKPD Dinas
Perdagangan mencatat “Kas di Bendahara Pengeluaran SKPD Dinas Perdagangan”
pada sisi debit dan “RK-PPKD” pada sisi kredit. Pada akhir tahun, akun “RK-PPKD”
dan “RK-SKPD” dieliminasi karena kedua akun tersebut merupakan akun perantara
antara SKPD dengan SKPKD, sehingga pada dua jurnal tersebut yang tersisa pada sisi
debit berupa “Kas di bendahara pengeluaran SKPD Dinas Perdagangan” pada SKPD
Dinas Perdagangan dan pada sisi kredit “Kas di kas Daerah” yang ada pada SKPKD.
Hal ini menunjukkan kondisi dari transaksi yang sebenarnya.

Untuk penerbitan SP2D-LS bagi SKPD Dinas Perdagangan, jurnal yang dibuat
oleh fungsi akuntansi SKPKD pada sisi debit diisi “RK-SKPD” dan pada sisi kredit
“Kas di Kas Daerah”, sedangkan PPK SKPD Dinas Perdagangan mencatat pada sisi
debit berupa “Belanja...” dan pada sisi kredit “RK-PPKD”. Sama dengan penjelasan
yang telah diberikan sebelumnya, pada akhir tahun, akun “RK-SKPD” dan “RK-
PPKD” akan dieliminasi ketika dibuat laporan keuangan konsolidasi bagi pemerintah
daerah. Oleh sebab itu, pada kedua jurnal tersebut yang tersisa pada sisi debit berupa
“Belanja...” pada SKPD Dinas Perdagangan dan pada sisi kredit “Kas di Kas Daerah”
pada SKPKD. Hal ini juga menunjukkan kondisi sebenarnya dari transaksi tersebut.

2.3 Jurnal Konsolidator atas Pemotongan dan Penyetoran PFK oleh Bendahara
Pengeluaran SKPD

Pemotongan dan penyetoran PFK yang dilakukan bendahara pengeluaran


SKPD perlu dibuat jurnal konsolidator oleh fungsi SKPKD dalam rangka
memunculkan penerimaan dan pengeluaran PFK, sedangkan utang PFK akibat dari
pemotongan dan penyetoran tersebut sudah dimunculkan dalam neraca SKPD yang
bersangkutan.

Dasar pembuatan jurnal konsolidator karena bendahara pengeluaran SKPD


dalam melaksanakan tugasnya melakukan pemotongan dan penyetoran atas pajak
penghasilan (PPh) dan pajak pertambahan nilai (PPN). Hal tersebut dapat dilihat dari
adanya buku pembantu pajak yang dikelola oleh bendahara pengeluaran SKPD. Selain
itu, penerbitan SP2D, baik untuk uang persediaan maupun belanja langsung SKPD,
pajak penghasilan, dan pajak pertambahan nilai tidak mengurangi jumlah pembayaran
SP2D yang bersangkutan. Jadi, dapat diartikan pajak-pajak tersebut tidak dipotong
langsung oleh BUD, tetapi dipotong dan disetor oleh bendahara pengeluaran SKPD.

Aktivitas pemotongan dan penyetoran PFK tersebut merupakan aktivitas non


anggaran. Dalam PSAP Nomor 03 Paragraf 8, aktivitas non anggaran didefinisikan
sebagai aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang tidak mempengaruhi anggaran
pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan pemerintah. Selanjutnya, dalam
paragraf 30 disebutkan arus kas masuk dari dalam paragraf 31 disebutkan arus kas
keluar dari aktivitas non anggaran, meliputi pengeluaran PFK dan kiriman uang
keluar.

Aktivitas non anggaran yang dibuat oleh BUD atau SKPKD dilaporkan dalam
laporan arus kas(LAK), sedangkan SKPD tidak membuat LAK. Jika penjurnalan tidak
dilakukan oleh fungsi akuntansi SKPKD dari setiap pemotongan dan penyetoran PFK
yang dilakukan bendahara pengeluaran SKPD, maka akan sangat menyulitkan pada
akhir tahun untuk merekapitulasi penerimaan maupun pengeluaran PFK tersebut.
Kesalahan dalam merekapitulasi penerimaan dan pengeluaran PFK akan
mengakibatkan kesalahan dalam menyajikan penerimaan dan pengeluaran PFK dalam
LAK pemerintah daerah, bahkan juga kesalahan dalam menyajikan utang PFK dari
selisisih penerimaan dan pengeluaran PFK dalam neraca pemerintah daerah.

Dokumen sumber yang dapat digunakan oleh fungsi akuntansi SKPKD dalam
membuat jurnal konsolidator atas pemotongan dan penyetoran PFK yang dilakukan
bendahara pengeluaran SKPD adalah SPJ fungsional bendahara pengeluaran SKPD
yang dilaporkan ke BUD setiap bulannya.

Adapun jurnal yang dibuat oleh fungsi akuntansi SKPKD atas pemotongan
PFK yang dilakukan bendahara pengeluaran SKPD sebagai berikut.

Tanggal No. Akun Keterangan D K


1.1.6.01.01 RK-SKPD XXX
1.1.1.01.01 Penerimaan PFK XXX

PPK-SKPD akan membuat jurnal atas pemotongan PFK sebagai berikut.

Tanggal No. Akun Keterangan D K


1.1.1.02.02 Kas di Bendahara Pengeluaran XXX
3.4.1.01.01 RK-PPKD XXX

Jurnal yang dibuat PPK-SKPD diikuti jurnal korolari. Perhatikan kedua jurnal
diatas , pada jurnal SKPD di sisi debit dicatat “RK-SKPD” dan di sisi kredit dicatat
“Penerimaan PFK”, sedangkan jurnal pada SKPD di sisi debit dicatat “Kas di
Bendahara Pengeluaran” dan di sisi kredit dicatat “RK PPKD”. Akun RK SKPD dan
RK PPKD merupakan akun resiprokal yang pada akhir tahun dieliminasi ketika
membuat laporan keuangan konsolidasi pemerintah daerah, sehingga dari kedua jurnal
tersebut yang tersisa pada sisi debit “Kas di Bendahara Pengeluaran pada SKPD dan
pada sisi kredit Penerimaan PFK” pada SKPKD.

Selanjutnya, jurnal yang dibuat oleh fungsi akuntansi SKPKD atas penyetoran
PFK yang dilakukan bendahara pengeluaran SKPD sebagai berikut.

Tanggal No. Akun Keterangan D K


7.2.1.01.01 Pengeluaran PFK XXX
1.1.6.01.01 RK-SKPD Dinas Perdagangan XXX

PPK-SKPD membuat jurnal atas penyetoran PFK yang dilakukan bendahara


pengeluaran sebagai berikut.

Tanggal No. Akun Keterangan D K


3.4.1.01.01 RK-PPKD XXX
1.1.1.02.02 Kas di Bendahara Pengeluaran XXX
Jurnal yang dibuat PPK-SKPD tersebut juga diikuti oleh jurnal korolari
sebagaimana pada saat pemotongan PFK. Perhatikan kembali kedua jurnal yang telah
diberikan. Pada jurnal SKPKD di sisi debit dicatat “Pengeluaran PFK” dan pada sisi
kredit dicatat “RK-SKPD Dinas Perdagangan”, sedangkan jurnal pada SKPD di sisi
debit dicatat “RK-PPKD” dan pada sisi kredit dicatat “Kas di Bendahara
Pengeluaran”. Pada akhir tahun, akun RK-SKPD dan RK-PPKD dieliminasi ketika
dilakukan penyusunan laporan keuangan konsolidasi pemerintah daerah. Jadi, kedua
jurnal tersebut hanya menyisahkan pada sisi debit “Pengeluaran PFK” pada SKPKD
dan pada sisi kredit “Kas di Bendahara Pengeluaran” pada SKPD.

Jurnal konsolidator atas pemotongan dan penyetoran PFK yang dilakukan


bendahara pengeluaran SKPD sebagaimana dibahas sebelumnya akan diberikan
berikut ini.

Pemotongan PFK

Tanggal No. Akun Keterangan D K


1.1.6.01.01 RK-SKPD Dinas Perdagangan 1.765.850
Jan-08
1.1.1.02.02 Penerimaan PFK 1.765.850

Penyetoran PFK

Tanggal No. Akun Keterangan D K


7.2.1.01.01 Pengeluaran PFK 1.765.850
Jan-08
1.1.6.01.01 RK-SKPD Dinas Perdagangan 1.765.850

3 Akuntansi Non Kas lainnya SKPKD

Subbab ini akan menjelaskan beberapa transaksi yang dilakukan SKPKD. Namun,
transaksi-transaksi tersebut tidak mempengaruhi realisasi anggaran pendapatan, belanja,
dan pembiayaan. Transaksi ini bertujuan untuk mencatat aktivitas non anggran yang
dilakukan BUD, kas di bendahara penerimaan SKPKD pada akhir tahun yang tidak sempat
disetor ke kas daerah, jurnal penyesuaian dan reklasifikasi pada akhir tahun, dan juga
penyusutan aset tetap SKPKD.

3.1 Jurnal Pemotongan dan Penyetoran PFK oleh BUD

BUD dalam melaksanakan tugasnya juga melakukan pemotongan dan penyetoran


PFK, khususnya untuk pemotongan dan penyetoran dari Askes, Taspen, Taperum, dan
Iuran Wajib Pegawai Negeri. Pemotongan yang dilakukan BUD dapat dilihat pada SP2D-
LS Gaji dan tunjangan yang diterbitkan untuk kepentingan pembayaran gaji pegawai
pemerintah daerah. Pada SP2D-LS Gaji dan Tunjangan, potongan Askes, Taspen,
Taperum, dan Iuran Wajib Pegawai Negeri merupakan potongan-potongan yang
mengurangi jumlah pembayaran SP2D-LS Gaji dan Tunjangan.
Pada bendahara pengeluaran SKPD atau SKPKD yang menerima SP2D-LS Gaji dan
Tunjangan, pencatatan besarnya uang yang diterima tetap sebesar bruto, sedangkan fungsi
akuntansi SKPKD akan mencatat pemotongan tersebut sebagai PFK.

Untuk menggambarkan akuntansi pemotongan dan penyetoran PFK yang dilakukan


BUD, dimisalkan selain yang sudah diinformasikan dalam SP2D-LS Gaji dan Tunjangan
bulan Januari 2008, berikut ini besarnya PFK selama tahun 2008 yang dilakukan BUD.

Pemotongan dan Penyetoran PFK oleh BUD


No. Bulan Keterangan Pemotongan Penyetoran
1 Januari Taperum 4.900.000 4.900.000
Iuran Wajib pegawai negeri 2.700.000 2.700.000
Taspem 0 100.000.000
Akses 0 45.000.000

Fungsi Akuntansi SKPKD akan mencatat pemotongan dan penyetoran PFK tersebut
dangan jurnal setiap bulannya sebagai berikut.

Pemotongan PFK

Jan-08
Tanggal No. Akun Keterangan D K
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 7.600.000
Jan-08
7.1.1.01.01 Penerimaan PFK 7.600.000

Dengan jurnal korolari sebagai berikut


Tanggal No. Akun Keterangan D K
3.1.5.01.01 DYHD untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek 7.600.000
Jan-08 2.1.1.06.01 Utang Taperum 4.900.000
2.1.1.07.01 Utang Iuran Wajib Pegawai Negeri 2.700.000

Penyetoran PFK

Berdasarkan atas penyetoran PFK pada tabel sebelumnya, jurnal yang dibuat oleh
fungsi akuntansi SKPKD akan seperti berikut.

Jan-08
Tanggal No. Akun Keterangan D K
Jan-08 7.2.1.01.01 Pengeluaran PFK 152.600.000
1.1.1.01.01 Kas di kas daerah 152.600.000
Dengan jurnal korolari sebagai berikut

Dengan jurnal korolari sebagai berikut


Tanggal No. Akun Keterangan D K
2.1.1.01.01 Utang Taspen 100.000.000
2.1.1.02.01 Utang Askes 45.000.000
Jan-08 2.1.1.05.01 Utang Taperum 4.900.000
2.1.1.07.01 Utang Iuran Wajib Pegawai Negeri 2.700.000
3.1.5.01.01 DYHD untuk pembayaran utang jangka pendek 152.600.000

Jurnal penyetoran PFK bulan Januari lebih besar dibandingkan dengan pemotongan
pada bulan Januari. Hal ini disebabkan penyetoran pada bulan Januari sudah termasuk
penyetoran atas hutang PFK yang ada pada neraca awal SKPKD sebesar Rp. 145.000.000

3.2 Jurnal Reklasifikasi dan penyesuaian akhir tahun


Untuk menggambarkan jurnal reklasifikasi dan penyesuaian pada akhir tahun,
berikut ini dimisalkan informasi-informasi akhir tahun SKPKD.
1. Kas di bendahara penerimaan yang belum sempat disetor ke kas daerah pada akhir
tahun sebesar Rp 50.000.000
2. SKP Daerah yang sudah diterbitkan, namun belum dibayar oleh wajib pajak daerah
sampai dengan akhir tahun sebesar Rp 60.000.000
3. Bagian yang akan jatuh tempo investasi jangka panjang pemerintah daerah pada tahun
2009 adalah sebagai berikut:
Pinjaman kepada perusahaan negara (BUMN A) Rp 150.000.000
Pinjaman kepada perusahaan negara (BUMN B) Rp 200.000.000
Pinjaman kepada perusahaan pusat Rp 300.000.000
Pinjaman kepada pemerintah daerah lainnya Rp 250.000.000
4. Persediaan ATK yang masih tersisa pada akhir tahun berdasarkan hasil perhitungan
fisik dikalikan dengan harga terakhir sebesar Rp 20.000.000
5. Bagian yang akan jatuh tempo utang jangka panjang pemerintah daerah pada tahun
2009 adalah sebagai berikut:
Utang dalam negeri-pemerintah pusat Rp 2.000.000.000
Utang dalam negeri-pemerintah daerah lainnya Rp 1.000.000.000
Utang dalam negeri-lembaga keuangan bank A Rp 600.000.000
Utang dalam negeri- LKBB A Rp 500.000.000
Utang dalam negeri-obligasi Rp 400.000.000
Utang jangka panjang lainnya sebesar Rp 300.000.000
6. Berdasarkan perhitungan penyusutan aset tetap dengan menggunakan metode garis
lurus. Besarnya penyusutan pada tahun 2008 sebesar Rp 1.000.000.000
Berdasarkan informasi-informasi tersebut, fungsi akuntansi SKPKD membuat
jurnal untuk mencatat sebagai berikut:

1. Kas di bendahara penerimaan


Kas di bendahara penerimaan pada akhir tahun yang bersumber dari
pendapatan yang belum disetorkan ke kas daerah tidak diakui sebagai pendapatan,
sehingga tidak dilampirkan dalam laporan realisainanggran (LRA). Tidak
dilaporkannya pendapatan tersebut dalam LRA karena dalam akuntansi
pemerintahan, pengakuan pendapatan baru dapat dilakukan jika uang sudah
diterima dalam rekening kas umum daerah. Namun, kas tersebut disajikan dalam
neraca SKPKD pada akun kas di bendahara penerimaan yang berpasangan dengan
pendapatan yang ditangguhkan.

Tanggal No. Akun Keterangan D K


Des-08 2.1.1.01.01 Kas di bendahara penerimaan SKPKD 50.000.000
2.1.1.02.01 Pendapatan yang ditangguhkan 50.000.000

2. SKP Daerah yang belum dibayar wajib pajak


SKP Daerah yang belum dibayar wajib pajak sudah merupakan hak
pemerintah daerah. Karena dalam SAP, basis pencatatan yang digunakan cash
towards accrual, yaitu pendapatan, belanja, dan pembiayaan dicatat berdasrkan
basis kas, sedangkan aset, kewajiban, dan ekuitas dicatat berdasarkan basisi akrual.
Oleh karena itu, SKP Daerah yang sudah terbit dan belum dibayar oleh wajib pajak
pada akhir tahun sudah menimbulkan piutang pajak bagi pemerintah daerah.
Piutang-piutang pajak tersebiut disajikan dalam neraca dan berpasangan dengan
cadangan piutang.

Tanggal No. Akun Keterangan D K


Des-08 1.1.3.01.01 Piutang Pajak 60.000.000
4.1.2.01.01 Cadangan Piutang 60.000.000

3. Bagian yang akan jatuh tempo investasi jangka panjang


Investasi jangka panjang dalam bentuk investasi non-permanen dimiliki
oleh pemerintah daerah secara tidak berkelanjutan. Maksudnya, pada saat investasi
jatuh tempo, uang dari investasi tersebut diterima kembali oleh pemerintah daerha.
Bagian yang akan diterima pada tahun 2009 (kurang dari 12 bulan dari tanggal
neraca) diklasifikasikan sebagai bagian lancar dalam neraca pemerintah daerah.
Karena bagian investasi jangka panjang yang akan jatuh tempo tahun 2009
diklasifikasikan ke bagian lancar, maka bagian tidak lancar pun berkurang.
Berkurangnya bagian tidak lancar tersebut dicatat dalam jurnal korolari.

Tanggal No. Akun Keterangan D K


1.1.4.01.01 Bagian lancar pinj kpd perusahaan negara 150.000.000
Des-08
1.1.4.01.02 Bagian lancar ppnj perusahaan daerah 200.000.000
1.1.4.01.03 Bagian lancar pinj kpd pemerintah pusat 300.000.000
1.1.4.01.04 bagian lancar pinj kpd pemerintah daerah lainnya 250.000.000
3.1.2.01.01 cadangan piutang 900.000.000
Dengan jurnal korolari sebagai berikut
Tanggal No. Akun Keterangan D K
3.1.4.01.01 Diinvestasikan dalam investasi j. Panjang 900.000.000
1.2.1.01.01 Pinjamann kpd perusahaan negara A 150.000.000
Des-08 1.2.1.01.01 Pinjamann kpd perusahaan daerah A 200.000.000
1.2.1.03.01 pinjaman kpd pemda lainnya 250.000.000
1.2.1.04.01 investasi dalam surat utang negara 300.000.000

4. Persediaan akhir
Persediaan akhir pada SKPD dapat berupa ATK yang belum habis terpakai
sampai dengan akhir tahun. Hasil perhitungan fisik atas kuantitas yang tersisa
dikalikan dengan harga perolehan terakhir, hasil tersebut merupakan nilai
persediaan yang nantinya akan disajikan dalam neraca. Persediaan akhir berupa
ATK berasal dari belanja barang pemerintah daerah. Namun dalam membuat
jurnal penyesuaian untuk persediaan tidak dengan cara mengurangi belanja
barang tersebut, tetapi persediaan tersebut dalam neraca berpasangan dengan
cadangan persediaan, berikut jurnal persediaan akhir.

Tanggal No. Akun Keterangan D K


Des-08 1.1.5.01.01 Persediaan 20.000.000
3.1.3.01.01 Cadangan persediaan 20.000.000

5. Bagian yang akan jatuh tempo utang jangka panjang


Utang jangka panjang merupakan kewajiban jangka panjang pemerintah
daerah dan biasanya dibayar secara bertahap. Bagian yang akan dibayar pada
tahun 2009 diklasifikasikan menjadi bagian lancar yang disajikan pada neraca
pemerintah daerah. Karena adanya klasifikasi utang jangka panjang menjadi
bagian lancar, maka bagian jangka panjang menjadi berkurang. Berkurangnya
bagian jangka panjang ini akan dicatat dalam jurnal korolari. Berikut jurnal utang
lancar jangka panjang dan jurnal korolarinya

Tanggal No. Akun Keterangan D K


3.1.5.01.02 DYHD untuk pembayaran utang jangka pendek 4.800.000.000
2.1.4.01.01 bagian lancar UDN-penmerintah Pusat 2.000.000.000
2.1.4.01.02 Bagian lancar UDN-pemerintah daerah lainnya 1.000.000.000
Des-08 2.1.4.01.03 bagian lancar UDN-lembaga keuangan bank A 600.000.000
2.1.4.01.04 Bagian lancar UDN-LKBB A 500.000.000
2.1.4.01.05 Bagian lancar UDN-Obligasi 400.000.000
2.1.4.01.06 Bagian lancar utang jangka panjang lainnya 300.000.000
Dengan jurnal korolari sebagai berikut
Tanggal No. Akun Keterangan D K
2.2.1.03.01 UDN-Pemerintah pusat 2.000.000.000
2.2.1.04.01 UDN-pemerintah daerah lainnya 1.000.000.000
2.2.1.05.01 UDN-Lembaga keuangan bank A 600.000.000
Des-08 2.2.1.06.01 UDN-LKBB A 500.000.000
2.2.1.07.01 UDN-Obligasi 400.000.000
2.2.1.08.01 Utang jangka panjang lainnya 300.000.000
3.2.4.01.01 DHYD untuk pembayaran utang janga panjang 4.800.000.000

6. Penyusutan aset tetap


Dalam PSAP No. 07 Paragraf 53 disebutkan bahwa aset tetap disajikan
berdasarkan biaya perolehan aset tetap dikurangi akumulasi penyusutan.
Selanjutnya, dalam paragraf 57 disebutkan selain tanah dan konstruksi dalam
pengerjaan,s eluruh aset tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan
karakteristik aset tersebut. Berikut jurnal penyusutan aset tetap.

Tanggal No. Akun Keterangan D K


Des-08 3.2.2.01.01 diinvestasikan dalam aset tetap 1.000.000.000
1.3.7.01.01 akumulasi penyusustan 1.000.000.000
Menurut kami yang dimaksud dengan aset tetap tidak dapat disusutkan
sesuai dengan sifat dan karakteristik adalah pemerintah daerah dalam memilih metode
penyusutan dari 3 metode yang diperkenalkan, yaitu metode garis lurus, metode saldo
menurun ganda dan metode unit produksi harus memperhatikan sifat dan karakteristik
masing-masing aset tetap.

4. Posting ke buku besar


Posting dilakukan untuk memindahkan jurnal yang sudah dibuat ke masing-masing
akun dalam buku besar. Posting dilakukan secara berkala, biasanya setiap bulan. Hasil
posting jurnal dalam bab ini memperlihatkan saldo masing-masing akun buku besar sebagai
berikut.
SKPKD : 1.20.05 BPKD
Nama Akun : Kas di kas daerah
No. Akun : 1.1.1.01.01

Tgl Keterangan Ref D K Saldo (D)


31/12/2007 Saldo awal 23.742.000.000
21-Jan setor dari bend. Penerimaan BJKPK 105.000.000 23.847.000.000
transfer ke bend. Pengeluaran JU 101.250.000 23.745.750.000
Belanja LS SKPKD BJKBLS 180.000.000 23.565.750.000
pendapatan daerah BJKP 4.000.000.000 27.565.750.000
penerimaan pembiayaan JU 100.000.000 27.665.750.000
pengeluaran pembiayaan JU 700.000.000 26.965.750.000
pengeluaran pembiayaan JU 500.000.000 26.465.750.000
dari bend. Penerimaan SKPD BJKPK 90.000.000 26.555.750.000
UP SKPD JKn 14.000.000 26.541.750.000
Belanja LS SKPD JKn 40.000.000 26.501.750.000
Pemotongan PFK oleh BUD JU 7.600.000 25.509.350.000
Penyetoran PFK oleh BUD JU 152.600.000 26.356.750.000
Belanja daerah BJKBP 2.500.000.000 23.856.750.000

SKPKD : 1.20.05.BPKD
Nama Akun : Bagian lancar pinjaman kepada pemerintah pusat
No. Akun : 1.1.4.01.03

Tgl Keterangan Ref D K Saldo (D)


31/12/2007 Saldo awal 100.000.000
02-Jan Jurnal Balik JB 100.000.000 0
31/12/2008 Penyesuaian JPR 300.000.000 300.000.000

Anda mungkin juga menyukai