Pendahuluan
Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi yang dialami oleh
perusahaan mengakibatkan iklim persaingan bisnis semakin ketat. Hal ini akan
mendorong kebutuhan akan suatu informasi menjadi suatu hal yang esensial,
sehingga iklim persaingan bisnis berubah dari persaingan teknologi atau industrial
competition menjadi persaingan informasi (information competition). Tidaklah
mengherankan jika persaingan informasi ini menjadi suatu hal yang esensial
karena dengan adanya informasi yang dihasilkan untuk setiap aktivitas yang
dilakukan oleh perusahaan akan diperoleh data dan gambaran aktivitas yang telah
dilakukan sehingga berdasarkan informasi tersebut akan diambil suatu keputusan
yang mempengaruhi kehidupan dan aktivitas perusahaan secara keseluruhan di
masa yang akan datang.
Suatu keputusan yang baik dapat diambil atas dasar informasi yang akurat,
relevan dan tepat waktu, namun masih banyak manajer-manajer perusahaan yang
menjalankan usahanya dengan sistem manajemen yang seakan-akan berorientasi
pada masa yang lalu (backward) dan belum berorientasi pada masa depan
(forward). Sistem yang lebih menitikberatkan pada aspek keterukuran objek yang
menimbulkan biaya ini tampak dari adanya pengambilan keputusan yang
didasarkan pada informasi-informasi yang dibuat berdasarkan laporan-laporan
historis secara periodik. Sistem manajemen yang dilaksanakan oleh banyak
perusahaan sekarang ini lebih memfokuskan pada kinerja keuangan yang diukur
secara periodik dimana indikator-indikator yang terpenting adalah biaya-biaya
yang dikeluarkan.
Konsep Balanced Scorecard telah lama dikembangkan oleh Robert S.Kaplan
dan David P.Norton (Harvard Business Review, January,1992). Konsep Balanced
Scorecard ini dikembangkan untuk melengkapi pengukuran kinerja finansial (atau
dikenal dengan pengukuran kinerja tradisional) dan sebagai alat yang cukup
penting bagi organisasi perusahaan untuk merefleksikan pemikiran baru dalam era
secara seimbang dari aspek keuangan dan non-keuangan, jangka pendek dan
djangka panjang, intern dan ekstern (Mulyadi (2001:1-2) dalam Tandiontong
(2011)).
Menurut Kaplan dan Norton (1996) (dalam Hanuma, 2011), Balanced
Scorecard merupakan alat pengukur kinerja eksekutif yang memerlukan ukuran
komprehensif dengan empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif
pelanggan, perspektif bisnis internal, dan perspektif pertumbuhan dan
pembelajaran. Sementara itu Anthony, Banker, Kaplan, dan Young (1997) (dalam
Hanuma, 2011) mendefinisikan Balanced Scorecard sebagai: a measurement and
management system that views a business units performance from four
perspectives: financial, customer, internal business process, and learning and
growth.
Supriyono (2000:143) (dalam Tandiontong, 2011), menyatakan bahwa
Balanced scorecard adalah salah satu alat pengukuran kinerja yang menekankan
pada keseimbangan antara ukuran-ukuran strategis yang berlainan satu sama lain
dalam usaha untuk mencapai keselarasan tujuan sehingga mendorong karyawan
bertindak demi kepentingan terbaik perusahaan.
Sedangkan definisi lainnya yang dikemukakan oleh Suwardi, Luis, dkk
(2008) (dalam Effendi, 2012) menyatakan bahwa balanced scorecard adalah
suatu alat manajemen kinerja (performance management tool) yang dapat
membantu organisasi untuk menerjemahkan visi dan strategi ke dalam aksi
dengan memanfaatkan sekumpulan indikator finansial dan nonfinansial yang
kesemuanya terjalin dalam suatu hubungan sebab akibat.
fokusnya dari internal ke eksternal. Jika suatu unit bisnis ingin mencapai kinerja
keuangan yang superior dalam jangka panjang, mereka harus menciptakan dan
menyajikan suatu produk atau jasa yang bernilai dari biaya perolehannya, dan
suatu produk akan semakin bernilai apabila kinerjanya semakin mendekati atau
bahkan melebihi dari apa yang diharapkan dan persepsikan oleh pelanggan.
Tolak ukur kinerja dalam perspektif pelanggan dibagi ke dalam dua
kelompok, kelompok pertama disebut kelompok inti (Customer Core
Measurement Group), dan kelompok kedua disebut dengan kelompok penunjang
(Customer Value Propotions). Kelompok inti menurut Effendi (2012) menyatakan
bahwa Tolak ukur yang digunakan hendaknya yang mencermnkan key-factors,
yaitu : (1)Market Share, Ukuran market share adalah kelompok customer yang
menjadi target atau segmen pasar yang terspesifikasi. Kelompok industri, statistik
pemerintah atau sumber publik lainnya sering menyediakan data mengenai total
market size, selain mengukur segmen pasar, perusahaan diharapkan melakukan
pengukuran second market sharenya, yaitu account share (customer wallet).
Pengukuran yang dapat dilakukan meliputi segment by segment, yaitu berapa
segmen pasar yang telah dicapai atas produk yang ditawarkan kepada customer,
sedangkan share of wallet-nya, yaitu prosentase atas total transaksi keuangan
yang dilakukan customers. (2) Customer Retention, Cara yang dapat ditempuh
meningkatkan market share dimulai dengan mempertahankan customers yang
ada, disamping itu perusahaan wajib melakukan pengukuran terhadap customer
loyalty. (3) Customer Acquisition, Customer acquisition dapat diukur dengan
berapa jumlah customer baru atau total sales dibanding dengan customers baru
pada masing-masing segmen. (4) Customer Satisfaction, Customer satisfaction
merupakan ukuran menilai seberapa jauh perusahaan telah memberikan pelayanan
yang baik kepada customers-nya. Beberapa riset akhir-akhir ini memperlihatkan
dengan score yang cukup pada customer satisfaction tidak cukup menjamin
pencapaian yang tinggi terhadap loyalitas, retensi dan profitabilitas, dan hanya
dengan tingkat kepuasan yang tinggi akan mempengaruhi perilaku customers
untuk melakukan pembelian kembali. Oleh karena itu survei perlu dilakukan
untuk mengetahui berapa besar tingkat kepuasan customers terhadap pelayanan
yang telah diberikan. (5) Customer Profitability, Perusahaan perlu meningkatkan
kepuasan customer-nya, sehingga customers tidak mempunyai pikiran untuk
menyeberang ke perusahaan lain. Hal tersebut akan menciptakan profitable
customers.
Sedangkan kelompok penunjang atau kelompok pengukuran nilai pelanggan
menurut Tandiontong (2011) menyatakan bahwa Kelompok pengukuran nilai
pelanggan (Customer Value Proposition) digunakan untuk mengetahui bagaimana
perusahaan mengukur nilai pasar yang mereka kuasai dan pasar potensial yang
mungkin bisa mereka masuki. Kelompok pengukuran tersebut juga dapat
menggambarkan pemacu kinerja yang menyangkut apa yang harus disajikan
perusahaan untuk mencapai tingkat kepuasan, loyalitas, retensi, dan akuisisi
pelanggan yang tinggi. Value proposition menggambarkan atribut yang disajikan
perusahaan dalam produk/jasa yang dijual untuk menciptakan loyalitas dan
kepuasan pelanggan. Kelompok pengukuran nilai pelanggan tersebut terdiri dari:
(1)Atribut produk, (2)Hubungan dengan Pelanggan, (3) Citra dan Reputasi.
dan menyebabkan konflik antara atasan dan bawahan yaitu ukuran yang tidak
akurat atau subjektif, komunikasi tentang Balanced scoredcard yang bersifat satu
arah dan benchmark yang tidak tepat dalam evaluasi. Ittner, Larcker dan Meyer
(2003) (dalam Anas, 2011) berpendapat bahwa subjektivitas dalam penilaian
kinerja yang menggunakan Balanced scorecard memungkinkan atasan untuk
sewenang-wenang dalam memberikan penilaian. Salah satu penyebab lain
keterbatasan atau kegagalan Balanced scorecard yang mendapat perhatian lebih
dari beberapa peneliti yaitu mengenai keterbatasan kognitif manajer dalam
evaluasi kinerja (Lipe & Salterio, 2000 (dalam Anas, 2011)).
12
13
14
15
16
Kepuasan
karyawan
diukur
dengan
memberikan kuisioner
Prosedur
menjamin Produktifitas dan keluhan Penghargaan
terkait
kepuasan karyawan dan karyawan
produktifitas
penghargaan
Sumber : indikator BSC pada agroindustri teh PT. Mitra Kerinci (dalam Bastian,
2012)
Kesimpulan
Balanced Scorecard (Kartu Skor Berimbang) adalah suatu konsep untuk
mengukur apakah aktivitas aktivitas operasional suatu perusahaan dalam skala
yang lebih kecil sejalan dengan sasaran yang lebih besar dalam hal visi dan
strategi. Balanced scorecard juga merupakan suatu konsep pengukuran kinerja
suatu perusahaan.
Balanced scorecard memiliki 4 (empat) perspektif yang saling terkait antara
satu perspektif dengan perspektif lainnya, yaitu: perspektif keuangan (financial),
perspektif pelanggan (customer), perspektif proses bisnis internal (internal
business process), dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran (learning and
growth).
Adapun manfaat, keunggulan, kelemahan, dan kegagalan pada Balanced
scorecard adalah sebagai berikut: -manfaat diantaranya: (1)Balanced scorecard
sebagai sistem pengukuran yang mengarahkan kinerja, (2)Balanced scorecard
sebagai sistem manajemen strategik, (3)Balanced scorecard menerjemahkan visi
dan strategi menjadi aksi atau tindakan, (4)Balanced scorecard sebagai alat
memetakan strategi, (5)Balanced scorecard sebagai alat penghubung aset tak
berwujud dengan nilai pemegang saham; -keunggulan diantaranya:
(1)Komprehensif, (2)Koheren, (3)Seimbang, (4)Terukur; -kelemahan diantaranya:
(1)Korelasi yang buruk antara ukuran non keuangan dengan hasilnya, (2)Terpaku
pada hasil, (3)Ukuran-ukuran yang tidak diperbarui, (4)Terlalu banyaknya
pengukuran yang dilakukan; -kegagalan: (1)Kurang didefinisikan dengan tepat
faktor independen pada Balanced scorecard khususnya pada perspektif non
keuangan, (2)Metrik didefinisikan secara minim (poor), (3)Terjadi "negosiasi"
dalam penentuan improvement goal dan tidak berdasarkan stakeholder
requirement, fundamental process limits dan improvement process capabilities.
Dengan perkembangan teknologi, konsep Balanced scorecard juga
mengalami perkembangan. Perkembangan tersebut dapat dilihat pada
perbandingan sistem pelaporan manajemen tradisional dengan manajemen
balanced scorecard, balanced scorecard juga mengalami perkembangan dalam IT
(teknologi informasi) dengan mengembangkan 4 (empat) perspektif dasar
balanced scorecard, serta penggunaan indikator balanced scorecard sebagai
pengelolaan sumber daya alam terlepas dari pengukuran kinerja suatu perusahaan.
17
Daftar Pustaka :
[1.] Anas, Syaiful dan Sholihin, Mahfud. 2011. Pengaruh Keterlibatan Dalam
Pemilihan Inisiatif Strategis Dan Laporan Strategis Terhadap Evaluasi
Inisiatif Strategis Dan Kinerja Manajer Divisi Yang Menggunakan Balanced
Scorecard. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi 14 Aceh. 21-22 Juli
2011.
[2.] Auditorinternal. 2010. Balanced Scorecard dari Performance
Measurement
hingga
Strategy-focused
Organization.
Dari
http://auditorinternal.com/2010/01/19/balanced-scorecard-%E2%80%93dari-performance-measurement-hingga-strategy-focused-organization/, 29
April 2015.
[3.] Bastian, Aneke. 2012. Balanced Scorecard Sebagai Indikator Pengelolaan
Sumber Daya Alam. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi. Vol. 1, Nomor 2,
Maret 2012.
[4.] Bone, Hariman dan Sholihin, Mahfud. Pengaruh Perspektif Dan Jenis
Ukuran Dalam Balanced Scorecard Terhadap Evaluasi Kerja. Jurnal
Simposium Nasional Akuntansi 15 Banjarmasin. 20-23 September 2012.
[5.] Effendi, Rizal. 2012. Pengukuran Kinerja Sektor Publik Dengan
Menggunakan Balanced Scorecard (Studi Kasus Kanwil DJP Sumsel Dan
Kep. Babel). Jurnal Ilmiah STIE MDP. Vol. 1, Nomor 2, Maret 2012.
[6.] Hanuma, Soraya dan Kiswara, Endang. (2011). Analisis Balance Scorecard
Sebagai Alat Pengukur Kinerja Perusahaan (Studi Kasus Pada PT Astra
Honda Motor). Jurnal Ilmiah UNDIP. 2011.
[7.] Krisna,
Alit.
2013.
Pengertian
Balanced
Scorecard.
Dari
http://alit159a.blogspot.com/2013/01/pengertian-balanced-scorecard.html,
29 April 2015.
[8.] Maula, khimatul dan Ghozali, Khakim. 2012. Evaluasi Kinerja IT Pada
PT.XYZ Menggunakan IT Balanced Scorecard. Jurnal Tehnik POMITS.
Vol. 1, Nomor 1, 2012.
[9.] Nugroho, Wayan Adhitya. 2013. Analisis Pengukuran Kinerja Perusahaan
Dengan Konsep Balance Scorecard (Studi Kasus PT. Wijaya Karya).
Skripsi Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah.
2013.
[10.] Rita, Sartika Putri. 2010. Sejarah Balanced Scorecard. Dari
http://ritasartikaputri.blogspot.com/2010/05/sejarah-balancedscorecard.html, 29 April 2015.
[11.] Singgih, Moses L., Damayati, Kristina Asih, dan Octavia, Renny. 2001.
Pengukuran Dan Analisa Kinerja Dengan Metode Balanced Scorecard Di
PT. X. Jurnal Teknik Industri. Vol. 3, Nomor 2, Desember 2001.
[12.] Sofian, Jonathan. 2006. Berkenalan dengan Balanced Scorecard (BSC). Dari
https://jsofian.wordpress.com/2006/07/19/berkenalan-dengan-balancedscorecard-bsc/, 29 April 2015.
[13.] Sulisworo, Dwi dan Nurmaningsih, Sari. 2011. Pembobotan Sasaran
Strategis Perspektif Balanced Scorecard (BSC) Pada Perusahaan Air
Minum. Jurnal Ilmiah Teknik Industri. Vol. 10, Nomor 1, Juni 2011.
[14.] Tandiontong, Mathius dan Yoland, Erna Rizki. 2011. Penerapan Balanced
Scorecard Sebagai Alat Pengukuran Kinerja Yang Memadai (Sebuah Studi
18
19