PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif menyebabkan
perubahan besar luar biasa dalam persaingan, produksi, pemasaran,
pengelolaan sumber daya manusia, dan penanganan transaksi antara
perusahaan dengan pelanggan dan perusahaan dengan perusahaan lain.
Persaingan yang bersifat global dan tajam menyebabkan terjadinya penciutan
laba yang diperoleh perusahaan-perusahaan yang memasuki persaingan
tingkat dunia. Hanya perusahaan-perusahaan yang memiliki keunggulan pada
tingkat dunia yang mampu memuaskan atau memenuhi kebutuhan konsumen,
mampu menghasilkan produk yang bermutu, dan cost effevtive (Mulyadi,
1997).
Perubahan-perubahan
tersebut
mendorong
perusahaan
untuk
kinerja yang komprehensif. Ukuran kinerjanya harus merujuk pada visi, misi,
strategi, sasaran, dan tujuan perusahaan. Manajemen konvensional cenderung
menjadikan kinerja keuangan sebagai target tunggal yang kurang diperhatikan
hubungan integralnya dengan faktor-faktor nonkeuangan (Samryn, 2012).
Pemakaian penilaian kinerja tradisional yaitu ROI, Profit Margin dan
Rasio Operasi sebetulnya belum cukup mewakili untuk menyimpulkan
apakah kinerja yang dimiliki oleh suatu perusahaan sudah baik atau belum.
Hal ini disebabkan karena ROI, Profit Marjin dan Rasio Operasi hanya
menggambarkan pengukuran efektivitas penggunaan aktiva serta laba dalam
mendukung penjualan selama periode tertentu. Ukuran-ukuran keuangan
tidak memberikan gambaran yang riil mengenai keadaan perusahaan karena
tidak memperhatikan hal-hal lain di luar sisi finansial misalnya sisi pelanggan
yang merupakan fokus penting bagi perusahaan dan karyawan, padahal dua
hal tersebut merupakan roda penggerak bagi kegiatan perusahaan (Kaplan dan
Norton, 1996).
Dalam akuntansi manajemen dikenal alat analisis yang bertujuan untuk
menunjang proses manajemen yang disebut dengan Balanced Scorecard yang
dikembangkan oleh Norton pada tahun 1990. Balanced Scorecard merupakan
suatu ukuran yang cukup komprehensif dalam mewujudkan kinerja, yang
mana keberhasilan keuangan yang dicapai perusahaan bersifat jangka panjang
(Mulyadi dan Johny Setyawan, 1999). Balanced Scorecard tidak hanya
sekedar alat pengukur kinerja perusahaan tetapi merupakan suatu bentuk
transformasi strategik secara total kepada seluruh tingkatan dalam organisasi.
Dengan pengukuran kinerja yang komprehensif tidak hanya merupakan
ukuran-ukuran keuangan tetapi penggabungan ukuran-ukuran keuangan dan
non keuangan maka perusahaan dapat menjalankan bisnisnya dengan lebih
baik. Dalam perkembangannya, balanced scorecard menjadi alat manajemen
kontemporer yang digunakan untuk mendongkrak kemampuan organisasi
dalam melipatgandakan kinerja keuangan dengan memperhatikan aspekaspek nonkeuangan dalam penilaian kinerja (Rudianto, 2013).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep dan Perkembangan Balance Scorecard
Menurut Hansen dan Mowen (2009), balanced scorecard adalah sistem
manajemen
strategis
pertanggungjawaban
yang
mendefinisikan
berdasarkan
sistem
strategi.
akuntansi
Balanced
dengan
pertimbangan.
Pada
awalnya, Balanced
mencakup
empat
perspektif
yaitu
perspektif
keuangan,
seberapa
besar
perusahaan
berhasil
mempertahankan
pelanggan lama.
c. Akuisisi pelanggan baru, yaitu tingkat kemampuan perusahaan demi
memperoleh dan menarik pelanggan baru dalam pasar.
d. Pangsa pasar yang meningkat di segmen sasaran menggambarkan
seberapa besar penjualan yang dikuasai ole perusahaan dalam segmen
tertentu.
Perspektif pelanggan memungkinkan para manajer unit bisnis
mengartikulasikan strategi yang berorientasi pada pelanggan dan pasar
yang akan memberikan keuntungan masa depan yang lebih besar. Untuk
mencapai berbagai ukuran pencapaian tersebut, terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh oleh perusahaan karena
merupakan unsur yang mempengaruhi, yaitu:
a. Atribut produk dan jasa serta fasilitasnya
b. Hubungan dengan pelanggan
c. Citra dan reputasi perusahaan
Bayangan dan kesan yang dimiliki pelanggan terhadap
perusahaan akan menentukan kesediaan pelanggan untuk melakukan
pembelian ulang. Dalam hal ini, strategi promosi yang baik
diperlukan, baik secara personal maupun lewat media masa.
Menurut Hansen dan Mowen (2009) selain ukuran dan tujuan utama,
ukuran-ukuran juga diperlukan untuk menggerakkan penciptaan nilai
pelanggan guna menggerakkan hasil utama. Nilai pelanggan adalah
10
meliputi
harga
produk,
waktu
untuk
mempelajari
11
bisnis utama yaitu (1) proses inovasi, (2) proses operasi, dan (3) proses
pascapenjualan.
a. Proses Inovasi
Tujuan proses inovasi meliputi peningkatan jumlah produk baru,
peningkatan presentase pendapatandari produk yang dimiliki, dan
penurunan waktu untuk mengembangkan produk baru. Unit bisnis
meneliti kebutuhan pelanggan yang sedang berkembang atau yang
masih tersembunyi, dan kemudian menciptakan produk dan jasa yang
akan memenuhi kebutuhan tersebut. Secara garis besar, proses inovasi
dapat dibagi menjadi dua yaitu (1) Pengukuran terhadap proses
inovasi yang bersifat penelitian dasar dan terapan, serta (2)
Pengukuran terhadap proses pengembangan produk.
b. Proses Operasi
Tujuan
proses
operasi
adalah
meningkatkan
kualitas,
MCE
Waktu pemrosesan
12
13
perspektif
yang
dicakup
dalam
14
15
sekarang dimana satu indikator menjadi indikasi kinerja yang baik di masa
depan dari indikator yang lain, maka kita telah membangun peta hubungan
sebab-akibat.
Setiap sistem tetap ada kelemahannya, demikian juga balanced
scorecard. Kelemahan balanced scorecard antara lain :
1. Perangkat yang lebih secara efektif mengukur implementasi strategi
daripada mengukur penentuan strategi
2. Meski berperan penting dalam memperkuat hubungan antara inisiatif
perbaikan pelanggan dan strategi organisasi, namun tidak mengindikasikan
bagaimana pelanggan baru dan pasar baru dapat diidentifikasi.
Sedangkan, menurut Anthony dan Govindarajan (1998) kelemahan
balanced scorecard adalah :
1. Hubungan yang buruk antara ukuran perspective non financial dan
hasilnya:
Tidak ada jaminan bahwa keuntungan masa depan akan mengikuti
pencapaian target dalam perspective non financial. Mungkin ini adalah
masalah besar dalam balanced scorecard karena terdapat asumsi bahawa
keuntungan masa depan tidak mengikuti atau berkaitan dengan pencapaian
tujuan non fianancial. Mengidentifikasi hubungan sebab akibat antara
ukuran yang berbeda lebih mudah berbicara daripada melakukannya.
2. Fixation on financial result:
Manajer adalah yang paling bertanggungjawab terhadap performance
financial. Hal ini menyebabkan manager lebih peduli terhadap aspek
finansial dibandingkan aspek lainnya.
3. No Mechanism for improvement:
16
untuk
mencocokan
dengan
perubahan
strategi.
Hasilnya
suatu
perencanaan
yang
telah
disusun
merupakan suatu pekerjaan yang tidak mudah, bahkan mungkin lebih sulit
dibandingkan dengan merumuskan perencanaan balanced scorecard. Ada
beberapa hal yang dapat memicu perusahaan dalam mengimplementasikan
balanced scorecard diantaranya adanya keterbatasan tentang ukuran yang
spesifik dalam sistem manajemen tradisional, yaitu (Veithzal Rivai, 2009) :
1. Cost
17
yang
menyeluruh
dengan
cara
dicapai organisasi, ukuran dari tujuan, target yang diharapkan pada masa yang
akan datang, serta program-program yang harus dilaksanakan untuk
memenuhi tujuan strategis. Kemudian, Balanced scorecard menerjemahkan
visi dan strategi organisasi ke dalam seperangkat ukuran yang menyeluruh,
memberi kerangka kerja bagi pengukuran dan sistem manajemen strategis
(Kaplan dan Norton, 2000). Jika visi dan strategi dinyatakan dalam bentuk
tujuan
strategis,
ukuran-ukuran
dan
target
yang
jelas,
kemudian
kaitannya
dengan
perencanaan,
balanced
scorecard
19
Proses Scorecard dimulai dengan tim manajemen puncak yang bersamasama bekerja menerjemahkan strategi unit bisnis kedalam berbagai tujuan
strategis yang spesifik (empat perspektif ukuran scorecard)
2. Mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategis
Tujuan dari ukuran strategis balanced scorecard dikomunikasikan ke
seluruh organisasi melalui surat edaran, papan buletin, video dan bahkan
secara
elektronis
melalui
jaringan
kommputer.
Hal
ini
untuk
20
21
BAB III
PENUTUP
Balance scorecard terdiri dari dua kata yaitu scorecard yang artinya adalah
kartu skor dan Balance yang artinya berimbang. Kata berimbang dimaksudkan
untuk menunjukkan bahwa kinerja personel diukur secara berimbang dari dua
aspek yaitu keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang,
intern dan ekstern.
Perkembangan Balance scorecard dimulai pada awal tahun 90-an. balanced
scorecard hanya didesain sebagai alat pengukuran kinerja, kemudian mulai
dikembangkan dengan sistem hubungan kausalitas (sebab-akibat) antara berbagai
item ukuran kinerja yang ada didalam empat perspektif kinerja dan terus
berkembang sampai balanced scorecard lebih berfokus relevansi penentuan target
kinerja dan validitas pemilihan sasaran strategik.
Dalam setiap model manajemen pasti ada kelebihan dan juga kelemahan,
termasuk dalam manajemen balance scorecard. Dalam model ini ada beberapa
kelebihan dan kekurangan yang sudah dijelaskan dalam diatas. Meski memiliki
kelemahan ada beberapa factor yang menyebabkan perusahaan memilih model
balance scorecard yaitu factor biaya, produksi dan keuntungan.
Saat ini balance scorecard telah menjadi inti dari sebuah manajemen
stategik dikarenakan adanya kontribusi balanced scorecard dalam perumusan dan
perencanaan strategik. Dengan menggunakan balance scorecard perusahaan tidak
hanya berpikir jangka pendek, tetapi jangka menengah dan juga jangka pnajang.
22
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, Robert dan Vijay Govindarajan. 1998. Management Control System..
Edisi ke 9. Boston: Mc. Graw Hill.
Garrison, Ray H., Noreen, Eric W., dan Brewer, Peter C. 2007. Akuntansi
Manajerial. Jakarta: Salemba Empat.
Gaspersz, Vincent. 2005. Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balanced
Scorecard Dengan Six Sigma Untuk Organisasi Bisnis Dan Pemerintah.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hansen, Don R. dan Mowen, Maryanne M. 1999. Management Accounting. Ohio:
International Thompson Publishing..
Hansen, Don R. dan Mowen, Maryanne M. 2009. Akuntansi Manajerial. Jakarta:
Salemba Empat.
Kaplan, Robert S. dan Norton, David P. 1996. The Balanced scorecard:
Translating Strategy into Action, edisi satu. United States Of America:
Harvard Business School Press.
Kaplan, Robert S. dan Norton David P. 2000. Balanced Scorecard Menerapkan
Strategi Aksi, Jakarta: Erlangga.
Dan
23
24