Anda di halaman 1dari 8

Oleh :

Tohari Masidi Amin 2011730165

Pembimbing : Prof. dr. Iskandar Z, Sp.PD. KTPI

Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Penyakit Dalam


RS Islam Jakarta Cempaka Putih
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta
2
Pendahuluan

Demam tifoid dan paratifoid merupakan penyebab penting penyakit dan kematian
pada anak dan remaja di Asia Tengah-Selatan dan Asia Tenggara. Hal ini terkait
dengan sanitasi yang buruk dan makanan serta minuman yang tidak terjamin
kebersihannya.
Masalah utama penanggulangan demam tifoid adalah resistensi S. Typhi dan S.
Paratyphi terhadap antimikroba lini pertama seperti fluoroquinolone.
Penelitian ini bertujuan untuk membahas epidemiologi global,
pendekatan
mengenai pencegahan dan pengendalian, resistensi antimikroba, perawatan
pasien dan genomik organisme penyebab.

9 November
2017
Tahun 2000 perkiraan kasus demam tifoid mencapai 21,7 juta dan
kematian mencapai 217.000, sedangkan kasus demam paratifoid
diperkirakan mencapai 5.4 juta di seluruh dunia.

Demam tifoid bermanifestasi sebgai demam akut dengan diagnosis yang di


konfirmasi dengan laboratorium
Kultur darah merupakan metode yang kurang sensitif dari pada kultur sumsum tulang
namun lebih mudah untuk diterapkan.
Namun demam enterik paling sering terjadi pada daerah dengan income per kapita
menengah hingga rendah sehingga kultur darah sering tidak tersedia, tidak
terjangkau dan tidak diterapkan secara konsisten.
Digunakan population-based prospecyive study dengan standardizer surveillance
methonds untuk mengestimasi insiden demam tifoid di China, India, Indonesia,
Pakistan dan Vietnam dan mendapatkan informasi mengenai pemberian vaksin
typhoid.
4
Pencegahan dan Strategi Penanggulangan

Pencegahan demam tifoid akan terfokus pada peningkatan sanitasi, menjamin


keamanan makanan dan persediaan air, identifikasi dan pengobatan carrier
kronik S. Typhi serta penggunaan vaksin tifoid untuk mengurangi kerentanan host
terhadap infeksi
Identifikasi S.typhi carrier dilakukan dengan kultur serial spesimen tinja.
Saat ini tersedia dua jenis vaksin, yaitu:
Ty21a, vaksin oral yang mengandung S. Typhi strain Ty21a yang dilemahkan
Parenteral Vi Vaccine yang berasal dari S. Typhi Vi antigen

9 November
2017
5
6
Resistensi Antimikroba dan Manajemen Pasien

Pengobatan yang tepat waktu dan antimikroba yang tepat merupakan hal
penting untuk menekan angka kematian akibat demam enterik
Resistensi terhadap agen antimikroba lini pertama seperti ampisilin,
kloramfenikol, dan trimetoprim-sulfametoksazol menunjukkan bahwa
MDR telah meluas, studi menunjukkan variasi geografis yang cukup
besar di India, Pakistan, dan Vietnam. Namun tingkat MDR lebih
tinggi di Cina dan Indonesia

9 November
2017
7
Manajemen Antimikroba

Sefalosporin generasi ketiga :


Ceftriaxone, biaya dan rute administrasi kurang cocok untuk pasien beberapa
negara berpenghasilan rendah
Cefixime menunjukkan kegagalan pengobatan
Azithromycin (Dewasa : 1 x 500 mg selama 7 hari , anak : 20 mg / kg / hari
sampai dengan maksimum 1000 mg / hari selama 7 hari untuk anak-anak)
berguna untuk manajemen demam tifoid tanpa komplikasi.

9 November
STASE INTENA - BLUD SEKARWANGI
2017
8
Kesimpulan

Insiden demam tifoid terkait dengan buruknya sanitasi serta makanan serta
air yang tidak terjamin kebersihannya pada negara-negara berkembang.
Masalah utama tidak berhasilnya penanggulangan demam tifoid adalah
MDR S. Typhi dan S. Paratyphi terhadap antimikroba lini pertama.
Penggunaan Azythromicyn saat ini disarankan antimikroba untuk
menanggulangi demam tifoid tanpa komplikasi.

9 November
STASE INTENA - BLUD SEKARWANGI
2017

Anda mungkin juga menyukai