Demam tifoid dan paratifoid merupakan penyebab penting penyakit dan kematian
pada anak dan remaja di Asia Tengah-Selatan dan Asia Tenggara. Hal ini terkait
dengan sanitasi yang buruk dan makanan serta minuman yang tidak terjamin
kebersihannya.
Masalah utama penanggulangan demam tifoid adalah resistensi S. Typhi dan S.
Paratyphi terhadap antimikroba lini pertama seperti fluoroquinolone.
Penelitian ini bertujuan untuk membahas epidemiologi global,
pendekatan
mengenai pencegahan dan pengendalian, resistensi antimikroba, perawatan
pasien dan genomik organisme penyebab.
9 November
2017
Tahun 2000 perkiraan kasus demam tifoid mencapai 21,7 juta dan
kematian mencapai 217.000, sedangkan kasus demam paratifoid
diperkirakan mencapai 5.4 juta di seluruh dunia.
9 November
2017
5
6
Resistensi Antimikroba dan Manajemen Pasien
Pengobatan yang tepat waktu dan antimikroba yang tepat merupakan hal
penting untuk menekan angka kematian akibat demam enterik
Resistensi terhadap agen antimikroba lini pertama seperti ampisilin,
kloramfenikol, dan trimetoprim-sulfametoksazol menunjukkan bahwa
MDR telah meluas, studi menunjukkan variasi geografis yang cukup
besar di India, Pakistan, dan Vietnam. Namun tingkat MDR lebih
tinggi di Cina dan Indonesia
9 November
2017
7
Manajemen Antimikroba
9 November
STASE INTENA - BLUD SEKARWANGI
2017
8
Kesimpulan
Insiden demam tifoid terkait dengan buruknya sanitasi serta makanan serta
air yang tidak terjamin kebersihannya pada negara-negara berkembang.
Masalah utama tidak berhasilnya penanggulangan demam tifoid adalah
MDR S. Typhi dan S. Paratyphi terhadap antimikroba lini pertama.
Penggunaan Azythromicyn saat ini disarankan antimikroba untuk
menanggulangi demam tifoid tanpa komplikasi.
9 November
STASE INTENA - BLUD SEKARWANGI
2017