Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS BALANCED SCORECARD

PT. ADHI KARYA

Disusun oleh:

Ilham Suhodo 12170111693


Muhammad Af Rendi 12170121875
Reki Randrea 12170112303

S1 MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
PEKANBARU
2023/1445 H
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah yang Maha pengasih, karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya, kami bisa menyusun dan menyajikan makalah yang berisi tentang Balanced Scorecard
sebagai salah satu syarat kelengkapan tugas dalam mata kuliah Akuntansi Manajemen.
Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi yang ada. Materi – materi ini
bertujuan agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam belajar Akuntansi
Manajemen, serta dapat memahami nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam berpikir dan
bertindak, dalam penulisan makalah ini tidak ada keterkaitannya dalam melanggar hak cipta.
Penulisan makalah ini jauh dari sempurna. Penulis berharap semoga segala
kekurangan yang ada pada makalah ini dapat dijadikan bahan pembelajaran. Oleh karena itu
kritik dan saran yang sifatnya membangun diperlukan untuk menulis makalah selanjutnya.

Pekanbaru, 6 November 2023


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................................................ 1


DAFTAR ISI............................................................................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Masalah ....................................................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................................................. 3
2.1 Balances Scorecard ................................................................................................................. 3
2.1.1 Pengertian Balance Scorecard ......................................................................................... 3
2.1.2 Perspektif Keuangan ....................................................................................................... 3
2.1.3 Perspektif Pelanggan ............................................................................................................... 6
2.1.4 Perspektif Proses Bisnis Internal.............................................................................................. 8
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 10
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................................. 13
4.1 Kesimpulan .................................................................................................................................... 13

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Balanced scorecard (BSC) dapat dijadikan pilihan yang tepat untuk menilai
secara lebih objektif tingkat kinerja hotel. BSC dapat diterapkan pada perusahaan
manufaktur, perusahaan dagang, perusahaan jasa dan organisasi sektor publik. BSC
sebagai suatu sisitem pengukuran kinerja perusahaan yang memadukan secara
komprehensif ukuran dari aspek keuangan maupun non keuangan, digunakan untuk
mengevaluasi kinerja jangka pendek maupun jangka panjang, baik yang bersifat
intern maupun ekstern perusahaan (Mulyadi, 2002:1).

Menurut Syafrizal (2004:55), aplikasi BSC dimulai dari akarnya yaitu


pembelajaran dan pertumbuhan yang memberikan kontribusi pada proses bisnis
internal, sehingga pelanggan menjadi puas dan pada akhirnya perusahaan akan
mendapatkan keuntungan yang tercermin dalam performasi keuangan.

Untuk pengukuran kinerja eksekutif di masa depan, diperlukan ukuran


komprehensif yang mencakup 4 (empat) perspektif, yaitu: perspektif keuangan
(financial perspective) memberi gambaran mengenai sasaran keuangan, perspektif
pelanggan (customer perspective) memberikan gambaran segmen pasar, perspektif
proses bisnis internal (internal business perspective) memberikan gambaran untuk
mencapai tujuan perusahaan, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and
growth perspective) (Mulyadi, 2009:5). Tujuan dan ukuran BSC dapat terwujud
dengan dukungan dan kerja sama pihak perusahaan dengan selalu mengadakan
evaluasi terhadap perusahaan itu sendiri baik di bidang pelayanan maupun kualitas
yang disediakan, menjamin dan menjaga hubungan keselarasan antara karyawan dan
melaksanakan pekerjaan karena mereka merupakan salah satu faktor intern yang
penting bagi kelangsungan hidup perusahaan. selama ini PT. Holcim Indonesia
melakukan pengukuran kinerja lebih berfokus pada kinerja keuangan.

PT Adhi Karya perlu menyeimbangkan penilaian kinerja yang bersifat


keuangan maupun nonkeuangan. Dari penilaian keuangan saja dirasa tidaklah cukup,
karena PT Adhi Karya merupakan perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur,
tentunya pelanggan sangat penting karena tanpa pelanggan perusahaan tidak akan ada.

1
Perspektif proses bisnis internal merupakan proses kerja/pelayanan pada pelanggan.
Semakin baik/singkat prosesnya, maka pelanggan akan puas dan ini berarti kinerja
perusahaan baik. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan berfokus pada
kemampuan sumber daya manusia, dalam hal ini karyawan. Karyawan perlu
dipertimbangkan dalam pengukuran kinerja karena karyawan terlibat langsung dalam
proses pembuatan semen yang berkualitas. Oleh sebab itu, penulis ingin mengkaji
tentang analisis balance scorecard pada PT. Adhi Karya

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah
yang ingin dikemukakan untuk melakukan penelitian lebih lanjut adalah sebagai
berikut :

-Bagaimana analisis penerapan Balances Scorecard yang diterapkan pada PT.


Adhi Karya jika dilihat dari perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif
bisnis internal, serta perspektif pelajaran dan pertumbuhan?

1.3 Tujuan Masalah


Dari rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian
yang ingin dikemukakan untuk melakukan penelitian lebih lanjut adalah :
- Untuk mengetahui kinerja perusahaan pada PT. Adhi Karya dari analisis
Balances Scorecardnya.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Balances Scorecard

2.1.1 Pengertian Balance Scorecard


Balanced Scorecard (BSC) adalah Pengukuran kinerja perusahaan yang
modern dengan mempertimbangan empat perspektif (yang saling berhubungan) yang
merupakan penerjemahan strategi dan tujuan yang diingin dicapai oleh suatu
perusahaan dalam jangka panjang, yang kemudian diukur dan dimonitor secara
berkelanjutan. BSC berasal dari dua kata yaitu balanced (berimbang) dan scorecard
(kartu skor). Balanced (berimbang) berarti adanya keseimbangan antara performance
keuangan dan non-keuangan, performance jangka pendek dan performance jangka
panjang, antara performance yang bersifat internal dan performance yang bersifat
eksternal. Sedangkan scorecard (kartu skor) yaitu kartu yang digunakan untuk
mencatat skor performance seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk
merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh seseorang di masa depan.

Mula-mula BSC digunakan untuk memperbaiki sistem pengukuran kinerja eksekutif.


Awal penggunaannya kinerja eksekutif diukur hanya dari segi keuangan. Kemudian
berkembang menjadi luas yaitu empat perspektif, yang kemudian digunakan untuk
mengukur kinerja organisasi secara utuh.

2.1.2 Perspektif Keuangan


BSC memakai tolak ukur kinerja keuangan seperti laba bersih dan ROI, karena
tolak ukur tersebut secara umum digunakan dalam perusahaan untuk mengetahui laba.
Tolak ukur keuangan saja tidak dapat menggambarkan penyebab yang menjadikan
perubahan kekayaan yang diciptakan perusahaan atau organisasi (Mulyadi dan Johny
Setyawan, 2000).

Balanced Scorecard adalah suatu metode pengukuran kinerja yang di


dalamnya ada keseimbangan antara keuangan dan non-keuangan untuk mengarahkan
kinerja perusahaan terhadap keberhasilan. BSC dapat menjelaskan lebih lanjut tentang

3
pencapaian visi yang berperan di dalam mewujudkan pertambahan kekayaan tersebut
(Mulyadi dan Johny Setyawan, 2000) sebagai berikut:

1. Peningkatan customer 'yang puas sehingga meningkatkan laba (melalui


peningkatan revenue).

2. Peningkatan produktivitas dan komitmen karyawan sehingga


meningkatkanlaba (melalui peningkatan cost effectiveness).

3. Peningkatan kemampuan perasahaan untuk menghasilkan financial returns


dengan mengurangi modal yang digunakan atau melakukan investasi
daiam proyek yang menghasilkan return yang tinggi.

Di dalam Balanced Scorecard, pengukuran finansial mempunyai dua peranan


penting, di mana yang pertama adalah semua perspektif tergantung pada pengukuran
finansial yang menunjukkan implementasi dari strategi yang sudah direncanakan dan
yang kedua adalah akan memberi dorongan kepada 3 perspektif yang lainnya tentang
target yang harus dicapai dalam mencapai tujuan organisasi.Menurut Kaplan dan
Norton, siklus bisnis terbagi 3 tahap, yaitu: bertumbuh (growth), bertahan (sustain),
dan menuai (harvest), di mana setiap tahap dalam siklus tersebut mempunyai tujuan
fmansial yang berbeda. Growth merupakan tahap awal dalam siklus suatu bisnis. Pada
tahap ini diharapkan suatu bisnis memiliki produk baru yang dirasa sangat potensial
bagi bisnis tersebut.

Untuk itu, maka pada tahap growth perlu dipertimbangkan mengenai sumber
daya untuk mengembangkan produk baru dan meningkatkan layanan, membangun
serta mengembangkan fasilitas yang menunjang produksi, investasi pada sistem,
infrastruktur dan jaringan distribusi yang akan mendukung terbentuknya hubungan
kerja secara menyeluruh dalam mengembangkan hubungan yang baik dengan
pelanggan. Secara keseluruhan tujuan fmansial pada tahap ini adalah mengukur
persentase tingkat pertumbuhan pendapatan, dan tingkat pertumbuhan penjualan di
pasar sasaran.Tahap selanjutnya adalah substain (bertahan), di mana pada tahap ini
timbul pertanyaan mengenai akan ditariknya investasi atau melakukan investasi
kembali dengan mempertimbangkan tingkat pengembalian yang mereka investasikan.
Pada tahap ini tujuan fmansial yang hendak dicapai adalah untuk memperoleh
keuntungan. Berikutnya suatu usaha akan mengalami suatu tahap yang dinamakan

4
harvest (menuai), di mana suatu organisasi atau badan usaha akan berusaha untuk
mempertahankan bisnisnya. Tujuan finansial dari tahap ini adalah untuk untuk
meningkatkan aliran kas dan mengurangi aliran dana. Pihak-Pihak Yang
Berkepentingan Dalam Laporan Keuangan

Pihak-pihak yang berkepentingan dalam laporan keuangan adalah pihak internal dan
pihak eksternal.

a. Pihak Internal
1. Pihak Manajemen, berkepentingan langsung dan sangat membutuhkan
informasi keuangan untuk tujuan pengendalian (controlling),
pengoordinasian (coordinating) dan perencanaan (planning) suatu
perusahaan.
2. Pemilik perusahaan, dengan menganalisis laporan keuangannya pemilik
dapat menilai berhasil atau tidaknya manajemen dalam memimpin
perusahaan.
b. Pihak Eksternal
1. Investor, penanam modal dan penasihat mereka berkepentingan dengan
risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka
lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan
apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut.
Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka
untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
2. Kreditur, merasa berkepentingan terhadap pengembalian/pembayaran kredit
yang telah diberikan kepada perusahaan, mereka perlu mengetahui kinerja
keuangan jangka pendek (likuiditas), dan profitabilitas dari perusahaan.
3. Pemerintah, pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah
kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumberdaya dan karena itu
berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan
informasi untuk mengatur aktivitas perusahan, menetapkan kebijakan pajak,
dan sebagai dasar menyusun statistik pendapatan nasional dan statisti
lainnya.
4. Karyawan, karyawan dan kelompok yang mewakili merekatertarik pada
informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan, juga tertarik

5
dengan informasi untuk~ menilai kemampuan perusahaan dalam
memberikan balas jasa, imbalan pasca kerja dan kesempatan kerja.
5. Masyarakat, perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat daiam berbagai
cara. Misalnya: perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada
perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan
perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat
membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan
(trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan dan rangkaian
aktivitasnya.
6. Pemasok dan kreditor usaha lainnya : pemasok dan kreditor usaha lainnya
tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan
apakah jumlah yang kewajibannya akan dibayar pada saat jatuh tempo.
Kreditor usah berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang
lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan
utam rnereka bergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.
7. Pelanggan, para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai
kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam
perjanjian jangka panjang dengan, atau bergantung pada perusahaan.

2.1.3 Perspektif Pelanggan


Dalam perspektif pelanggan, perusahaan perlu terlebih dahulu menentukan
segmen pasar dan pelanggan yang menjadi target bagi organisasi atau badan usaha.
Selanjutnya, manajer harus menentukan alat ukur yang terbaik untuk mengukur
kinerja dari tiap unit opetasi dalam upaya mencapai target finansialnya. Selanjutnya
apabila suatu unit bisnis ingin mencapai kinerja keuangan yang superior dalam jangka
panjang, mereka harus menciptakan dan menyajikan suatu produk baru/jasa yang
bernilai lebih baik kepada pelanggan mereka (Kaplan, dan Norton, 1996).

Produk dikatakan bernilai apabila manfaat yang diterima produk lebih tinggi
daripada biaya perolehan (bila kinerja produk semakin mendekati atau bahkan
melebihi dari apa yang diharapkan dan dipersepsikan pelanggan). Perusahaan terbatas
untuk memuaskan potential customer sehingga perlu melakukan segmentasi pasar

6
untuk melayani dengan cara terbaik berdasarkan kemampuan dan sumber daya yang
ada. Ada 2 kelompok pengukuran dalam

perspektif pelanggan, yaitu:

1. Kelompok pengukuran inti icore measurement group).

Kelompok pengukuran ini digunakan untuk mengukur bagaimana perusahaan


memenuhi kebutuhan pelanggan dalam mencapai kepuasan, mempertahankan,
memperoleh, dan merebut pangsa pasar yang telah ditargetkan. Dalam kelompok
pengukuran inti, kita mengenal lima tolak ukur, yaitu: pangsa pasar, akuisisi
pelanggan (perolehan pelanggan), retensi pelanggan (pelanggan yang dipertahankan),
kepuasan pelanggan, dan profitabilitas pelanggan.

2. Kelompok pengukuran nilai pelanggan {customer value proposition).

Kelompok pengukuran ini digunakan untuk mengetahui bagaimana


perusahaan mengukur nilai pasar yang mereka kuasai dan pasar yang potensial yang
mungkin bisa mereka masuki. Kelompok pengukuran ini juga dapat menggambarkan
pemacu kinerja yang menyangkut apa yang harus disajikan perusahaan untuk
mencapai tingkat kepuasan, loyalitas, retensi, dan akuisisi pelanggan yang tinggi.
Value proposition menggambarkan atribut yang disajikan perusahaan dalam
produk/jasa yang dijual untuk menciptakan loyalitas dan kepuasan pelanggan.
Kelompok pengukuran nilai pelanggan terdiri dari:

a. Atribut produk/jasa, yang meliputi: fungsi, harga, dan kualitas produk.

b. Hubungan dengan pelanggan, yang meliputi: distribusi produk kepada


pelanggan, termasuk respon dari perusahaan, waktu pengiriman, serta
bagaimana perasaan pelanggan setelah membeli produk/jasa dari
perusahaan yang bersangkutan.

c. Citra dan reputasi, yang menggambarkan faktor intangible bagi perusahaan


untuk menarik pelanggan untuk berhubungan dengan perusahaan, atau
membeli produk.

7
2.1.4 Perspektif Proses Bisnis Internal
Perspektif proses bisnis internal menampilkan proses kritis yang memungkinkan unit
bisnis untuk memberi value proposition yang mampu menarik dan mempertahankan
pelanggannya di segmen pasar yang diinginkan dan memuaskan harapan para pemegang
saham melalui flnancial retums (Simon, 1999).

Tiap-tiap perasahaan mempunyai seperangkat proses penciptaan nilai yang unik bagi
pelanggannya. Secara umum, Kaplan dan Norton (1996) membaginya dalam 3 prinsip dasar,
yaitu:

1. Proses inovasi.

Proses inovasi adalah bagian terpenting dalam keseluruhan proses produksi. Tetapi
ada juga perusahaan yang menempatkan inovasi di luar proses produksi. Di dalam proses
inovasi itu sendiri terdiri atas dua komponen, yaitu: identifikasi keinginan pelanggan, dan
melakukan proses perancangan produk yang sesuai dengan keinginan pelanggan. Bila hasil
inovasi dari perusahaan tidak sesuai dengan keinginan pelanggan, maka produk tidak akan
mendapat tanggapan positif dari pelanggan, sehingga tidak memberi tambahan pendapatan
bagi perasahaan bahkan perasahaan haras mengeluarkan biaya investasi pada proses
penelitian dan pengembangan.

2. Proses operasi.

Proses operasi adalah aktivitas yang dilakukan perusahaan, mulai dari saat
penerimaan order dari pelanggan sampai produk dikirim ke pelanggan. Proses operasi
menekankan kepada penyampaian produk kepada pelanggan secara efisien, dan tepat waktu.
Proses ini, berdasarkan fakta menjadi fokus utama dari sistem pengukuran kinerja sebagian
besar organisasi.

3. Pelayanan purna jual.

Adapun pelayanan purna jual yang dimaksud di sini, dapat berupa garansi,
penggantian untuk produk yang rusak, dll.

2.1.5 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Perspektif ini menyediakan infrastruktur bagi tercapainya ketiga perspektif


sebelumnya, dan untuk menghasilkan pertumbuhan dan perbaikan jangka panjang.Penting
bagi suatu badan usaha saat melakukan investasi tidak hanya pada peralatan untuk
menghasilkan produk/jasa, tetapi juga melakukan investasi pada infrastruktur, yaitu: sumber
daya manusia, sistem dan prosedur. Tolak ukur kinerja keuangan, pelanggan, dan proses
bisnis internal dapat mengungkapkan kesenjangan yang besar antara kemampuan yang ada
dari manusia, sistem, dan prosedur. Untuk memperkecil kesenjangan itu, maka suatu badan

8
usaha harus melakukan investasi dalam bentuk reskilling karyawan, yaitu: meningkatkan
kemampuan sistem dan teknologi informasi, serta menata ulang prosedur yang ada.Perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan mencakup 3 prinsip kapabilitas yang terkait dengan kondisi
intemal perusahaan, yaitu:

1. Kapabilitas pekerja.

KapabiLitas pekerja adalah merupakan bagian kontribusi pekerja pada perusahaan.


Sehubungan dengan kapabilitas pekerja, ada 3 hal yang harus diperhatikan oleh manajemen:

a. Kepuasan pekerja.

Kepuasan pekerja merupakan prakondisi untuk meningkatkan produktivitas,


tanggungjawab, kualitas, dan pelayanan kepada konsumen. Unsur yang dapat diukur dalam
kepuasan pekerja adalah keterlibatan pekerja dalam mengambil keputusan, pengakuan, akses
untuk mendapatkan informasi, dorongan untuk bekerja kreatif, dan menggunakan inisiatif,
serta dukungan dari atasan.

b. Retensi pekerja.

Retensi pekerja adalah kemampuan imtuk mempertahankan pekerja terbaik dalam


perusahaan. Di mana kita mengetahui pekerja merupakan investasi jangka panjang bagi
perusahaan. Jadi, keluamya seorang pekerja yang bukan karena keinginan perusahaan
merupakan loss pada intellectual capital dari perusahaan. Retensi pekerja diukur dengan
persentase turnover di perusahaan.

c. Produktivitas pekerja.

Produktivitas pekerja merupakan hasil dari pengaruh keseluruhan dari peningkatan


keahlian dan moral, inovasi, proses internal, dan kepuasan pelanggan. Tujuannya adalah
untuk menghubungkan output yang dihasilkan oleh pekerja dengan jumlah pekerja yang
seharusnya untuk menghasilkan output tersebut.

2. Kapabilitas sistem informasi.

Adapun yang menjadi tolak ukur untuk kapabilitas sistem inforaiasi adalah tingkat
ketersediaan informasi, tingkat ketepatan informasi yang tersedia, serta jangka waktu untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan.

3. Iklim organisasi yang mendorong timbulnya motivasi, dan pemberdayaan adalah


penting untuk menciptakan pekerja yang berinisiatif. Adapun yang menjadi tolak ukur hal
tersebut di atas adalah jumlah saran yang diberikan pekerja.

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Perusahaan PT. Adhi Karya

Adhi Karya (Persero) Tbk didirikan tanggal 1 Juni 1974 dan memulai usaha secara
komersial pada tahun 1960. Kantor pusat ADHI berkedudukan di Jl. Raya Pasar Minggu
KM.18, Jakarta 12510 – Indonesia. Nama Adhi Karya untuk pertama kalinya tercantum
dalam SK Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Kerja tanggal 11 Maret 1960. Kemudian
berdasarkan PP No. 65 tahun 1961 Adhi Karya ditetapkan menjadi Perusahaan Negara Adhi
Karya. Pada tahun itu juga, berdasarkan PP yang sama Perusahaan Bangunan bekas milik
Belanda yang telah dinasionalisasikan, yaitu Associate NV, dilebur ke dalam Adhi
Karya.Pemegang saham pengendali Adhi Karya (Persero) Tbk adalah Negara Republik
Indonesia, dengan persentase kepemilikan sebesar 51%.

Saat ini kegiatan utama ADHI dalam bidang konstruksi, engineering, Procurement
and Construction (EPC), perkeretaapian, pariwisata, perdagangan, properti, real sstate dan
investasi infrastruktur. Pada tanggal 8 Maret 2004, ADHI memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK untuk melakukan penawaran umum kepada masyarakat atas 441.320.000
saham biasa dengan nilai nominal Rp100,- per saham dan harga penawaran Rp150,- per
saham. Dari jumlah saham yang ditawarkan dalam penawaran umum kepada masyarakat
tersebut sebesar 10% atau sebanyak 44.132.000 saham biasa atas nama baru dijatahkan secara
khusus kepada manajemen (Employee Management Buy Out / EMBO) dan karyawan
Perusahaan melalui program penjatahan saham untuk pegawai Perusahaan (Employee Stock
Allocation/ESA). Kemudian pada tanggal 18 Maret 2004 seluruh saham ADHI telah tercatat
pada Bursa Efek Jakarta (sekarang menjadi Bursa Efek Indonesia).

10
3.2 Analisis Balanced Scorecard PT. Adhi Karya

Perspektif Keuangan Perhitungan Rasio Keterangan


a. ROA Perspektif keuangan
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
X 100% PT Adhi Karya
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
877,408 (Persero) Tbk akan
16.761.064
X 100% = 5,23%
menggunakan tolok
a. ROI
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ ukur ROE, karena
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
X 100% ROE dapat
877,408
X 100% = 5,23% menggambarkan
16.761.064
b. ROE kepentingan investor.
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
X 100%
Oleh karena ROE
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 yang dimiliki PT
877,408
Adhi Karya (Persero)
X 100% = 16,99% Tbk mengalami
5.162.132
(2015) penurunan sebesar
0,23% dari 17,22%
301,726
1,751,543
X 100% = 17,22% (2014) pada tahun 2014
menjadi 16,99%
pada tahun 2015, hal
ini menunjukkan
penurunan kinerja
keuangan yang
dimiliki perusahaan.

Perspektif Pelanggan Strategi : Keterangan

Kepuasan Pelanggan Penghargaan


merupakan bentuk
apresiasi pihak luar
atas kinerja yang telah
dilakukan oleh
perusahaan. Semakin
banyak penghargaan
yang diterima oleh
suatu perusahaan,
makan hal ini
menunjukan
perusahaan tersebut
telah dipercaya dan
dihargai oleh para

11
pemangku kepentingan
sebagai perusahaan
yang professional.
Pada tahun 2014, PT.
Adhi Karya
mendapatkan 19
penghargaan sala
satunya The Best
Company For National
Development
Perspektif Proses Bisnis Internal Hubungan Masyarakat ADHI senantiasa
memberikan yang
terbaik dalam setiap
pembangunan proyek
sehingga dapat
dipercaya menjadi
bagian dari
pertumbuhan
infrastruktur di
Indonesia hingga saat
ini sebagai contoh
Pembangunan
Jembatan &
Perpanjangan Jalan Rel
Lingkar TLS I & II
pada tahun 2014 di
Tanjung Enim.
Perspektif Pembelajaran dan Pelatihan Pengembagan SDM Melakukan berbagai
program diantaranya :
Pertumbuhan
Program Bina
Lingkungan dan
Program
CSR(Corporate Social
Responbility)

12
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi perusahaan
dimana pengukuran tersebut apat digunakan untuk menilai keberhasilan perusahaan serta
sebagai dasar penyusunan imbalan dalam perusahaan. Selama ini pengukuran kinerja secara
tradisional hanya menitikberatkan pada sisi keuangan. Manajer yang berhasil mencapai
tingkat keuntungan yang tinggi akan dinilai berhasil, dan memperoleh imbalan yang baik dari
perusahaan, tetapi dengan menggunakan empat perspektif penilaian kinerja , kita dapat
menilai secara keseluruhan keberhasilan suatu perusahaan tersebut.

Perusahaan harus mengembangkan Balanced Scorecard sesuai dengan kebutuhan


perusahaan tersebut. Tantangan besar terjadi ketika mengembangkan alat ukur,
menyederhanakan proses, penanganan resistensi terhadap perubahan, kelemahan
berkomunikasi organisasi, mengumpulkan data, dan mengadaptasi teknologi untuk proses
berkembangnya perusahaan.

13

Anda mungkin juga menyukai