Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ekonomi Internasional

Dosen Pengampu Dr. Yulia Fithriany, S.P., M.E

Disusun Oleh :

Abdul Rahman Sidik (1219240001)

Alfien Aulia Aziz (1219240016)

Alif Muhamad Fahregi (1219240017)

Ananda Gaitsa (1219240023)

Anis Maripatun Nisa (1219240026)

Anisa Saputri (1219240027)

Aulia Husna Nafisah (1219240028)

Clarisa Nazma Laila (1219240035)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JURUSAN MANAJEMEN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa ta'ala atas segala rahmat
dan karunia yang Ia berikan sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Karena
bahwa segala kesulitan dan kemudahan yang terjadi selama penyusunan makalah ini tidak akan
terjadi tanpa seizin-Nya. Kami juga ingin berterima kasih kepada ibu Dr. Yulia Fithriany, S.P.,
M.E selaku Dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Internasional yang telah membimbing
kami dalam pembuatan makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan khususnya untuk kami pribadi dan umumnya bagi para pembaca mengenai
“kebijakan perdagangan internasional”, kami juga menyadari bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun

Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi dalam perkembangan ilmu


pengetahuan yang lebih mendalam. Sekiranya makalah ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan makalah ini di waktu yang mendatang.

Bandung 15 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i


DAFTAR ISI ..............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
2.1 TARIF.......................................................................................................................... 3
2.1.1 Pengertian Tarif .................................................................................................... 3
2.1.2 Tujuan tarif ........................................................................................................... 3
2.1.3 Jenis-Jenis Tarif.................................................................................................... 4
2.1.4 Macam-Macam Penentuan Tarif .......................................................................... 5
2.1.5 System, Efek, dan Alasan Pembebanan Tarif ...................................................... 5
2.1.6 Effective rate of protection: ................................................................................. 6
2.2 ANALISIS KESEIMBANGAN PARSIAL TERHADAP TARIF .............................. 6
2.2.1 Analisis Keseimbangan Parsial terhadap Tarif (Kasus Pada Negara Kecil) ........ 6
2.3 TEORI SUBSIDI EKSPOR ...................................................................................... 11
2.3.1 Pengertian Subsidi Ekspor ................................................................................. 11
2.3.2 Kebijakan Ekspor dalam perdagangan Internasional ......................................... 11
2.3.3 Kelebihan dari Subsidi Ekspor........................................................................... 12
2.3.4 Kekurangan dari Subsidi Ekspor ....................................................................... 12
2.4 TEORI PEMBATASAN IMPOR .............................................................................. 13
2.4.1 Tujuan Pembatasan Impor ................................................................................. 14
2.4.2 Dampak Pembatasan Impor ............................................................................... 14
2.4.3 Kebijakan Perdagangan Internasional Bidang Impor ........................................ 14
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 16
3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 17

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebijakan ekonomi dan perdagangan internasional berkaitan dengan cara negara-
negara mengelola kegiatan perdagangan dan investasi mereka dengan negara-negara
lain di dunia.

Sejarah kebijakan perdagangan internasional dimulai pada abad ke-18, ketika Adam
Smith memperkenalkan gagasan perdagangan bebas dan keunggulan komparatif. Pada
saat itu, negara-negara Eropa saling bersaing untuk mendapatkan kontrol atas sumber
daya dunia dan mencari pasar untuk barang-barang yang diproduksi di dalam negeri.
Selama abad ke-19, proteksionisme menjadi lebih umum di kalangan negara-negara
industri, seperti Amerika Serikat dan Jerman. Mereka menerapkan tarif dan kuota impor
untuk melindungi industri domestik mereka dari persaingan asing. Namun, pada awal
abad ke-20, perjanjian perdagangan multilateral, seperti Kesepakatan Jenewa, mulai
terbentuk.

Setelah Perang Dunia II, kebijakan perdagangan internasional menjadi lebih terpusat di
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan negosiasi perdagangan multilateral lainnya.
Pada saat yang sama, banyak negara mulai menerapkan kebijakan proteksionis dalam
upaya untuk memperkuat industri domestik mereka. Pada tahun 1980-an dan 1990-an,
kebijakan perdagangan liberal menjadi semakin populer. Negara-negara mulai
membuka pasar mereka untuk investasi dan perdagangan internasional, mengikuti
prinsip perdagangan bebas dan keunggulan komparatif. Dalam beberapa dekade
terakhir, globalisasi dan kemajuan teknologi informasi telah memungkinkan
pertumbuhan perdagangan internasional yang signifikan.

Namun, kebijakan perdagangan internasional masih menjadi topik yang kontroversial.


Beberapa orang percaya bahwa kebijakan perdagangan bebas menyebabkan
ketidaksetaraan dan kerugian ekonomi di beberapa negara, sementara yang lain
menganggapnya sebagai motor pertumbuhan ekonomi dan kesempatan bagi negara-
negara berkembang untuk tumbuh lebih cepat.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tarif?
2. Apa tujuan tarif?
3. Apa saja jenis-jenis tarif?
4. Apa saja macam-macam penentuan tarif?
5. Bagaimana system, efek dan alasan pembebanan tarif?
6. Apa saja effective rate of protection?
7. Bagaimana analisis keseimbangan parsial terhadap tarif?
8. Apa pengertian subsidi ekspor?
9. Bagaimana kebijakan ekspor dalam perdagangan internasional?
10. Apa saja kelebihan dari subsidi ekspor?
11. Apa saja kekurangan dari subsidi ekspor?
12. Apa tujuan dari pembatasan impor?
13. Apa dampak dari pembatasan impor?
14. Apa saja kebijakan perdagangan internasional bidang impor?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tarif
2. Untuk mengetahui tujuan tarif
3. Untuk mengetahui jenis-jenis tarif
4. Untuk mengetahui macam-macam penentuan tarif
5. Untuk mengetahui system, efek dan alasan pembebanan tarif
6. Untuk mengetahui effective rate of protection
7. Untuk mengetahui analisis keseimbangan parsial terhadap tarif
8. Untuk mengetahui pengertian subsidi ekspor
9. Untuk mengetahui kebijakan ekspor dalam perdagangan internasional
10. Untuk mengetahui saja kelebihan dari subsidi ekspor
11. Untuk mengetahui kekurangan dari subsidi ekspor
12. Untuk mengetahui tujuan dari pembatasan impor
13. Untuk mengetahui dampak dari pembatasan impor
14. Untuk mengetahui kebijakan perdagangan internasional bidang impor

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 TARIF
2.1.1 Pengertian Tarif
Tarif merupakan suatu pembebanan pajak atas barang-barang impor yang masuk.
Penetapan tariff atas barang impor yang bertujuan untuk menjaga industry dalam negeri
serta memperoleh pendapatan. Tarif pembebanan pajak atau costum duties terhadap
barang-barang yang melewati batas suatu Negara. Pengertian lain Tarif ialah hambatan
perdagangan yang berupa penetapan pajak atas barang-barang yang masuk ke wilayah
Negara yang dikenakan bea masuk.

Pengertian tarif menurut para ahli :

Definisi tarif dalam skala pemerintahan juga dapat diliat dari para ahli. Ibrahim Pranoto
dalam buku berjudul Gudangnya Ilmu Manajemen dan Akuntansi menyebutkan, tarif
disebut juga bea atau duty yaitu sejenis pajak yang dipungut atas barang-barang yang
melewati batas negara. Pengertian tarif menurut Hamdy Hady dalam bukunya Ekonomi
Internasional adalah pungutan bea masuk yang dikenakan atas barang impor yang masuk
untuk dipakai/ dikonsumsi habis di dalam negeri. Adapun Tulus T.H. Tambunan adalam
bukunya Globalisasi dan Perdagangan Internasional menyebutkan tarif adalah salah satu
instrumen dari kebijakan perdagangan luar negeri yang membatasi arus perdagangan
internasional.

2.1.2 Tujuan tarif


Dalam ekspor impor, tarif diberlakukan untuk menaikkan biaya impor untuk barang
tertentu. Bagi konsumen domestik, cara tersebut bisa mengurangi permintaan barang impor
karena harganya lebih mahal. Bagi pengekspor, tarif membuat produk mereka menjadi
tidak kompetitif di pasar negara tujuan. Tarif juga melindungi produsen dalam negeri,
termasuk industri yang baru berkembang dan menyeimbangkan ketidakadilan pada praktik
produsen asing yang melakukan praktik dumping alias menjual harga lebih murah daripada
pasar mereka. Selain itu, tarif juga bisa menambah pendapatan pemerintah dari pajak. Tarif
diatur oleh Komisi Tarif berdasarkan kerangka acuan yang diperoleh dari pemerintah
setempat. Di Indonesia, aturan mengenai tarif diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2006 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1995 Tentang Kepabeanan.

3
2.1.3 Jenis-Jenis Tarif

1. Pajak impor ialah biaya yang dikenakan atas pembelian barang melalui impor.
Contohnya, produk tas, sepatu, dan garmen di Indonesia tidak laku, bahkan ada
pengrajin yang gulung tikar karena banjirnya produk-produk serupa dari luar negeri.
Berkaca pada dampak menjamurnya produk-produk tersebut, pemerintah telah
menetapkan tarif Bea Masuk normal untuk komoditi tas, sepatu, dan garmen sebesar:

• Tas khusus 15% – 20%


• Sepatu khusus 15% – 25%
• Produk tekstil dengan PPN 11%
• Serta PPh Pasal 22 impor sebesar 7,5% hingga 10%

Penetapan tarif normal ini ditujukan demi menciptakan perlakuan yang adil dalam
perpajakan atau level playing field antara produk dalam negeri yang mayoritas berasal
dari IKM (Industri Kecil Menengah) dan dikenakan pajak, dengan produk impor
melalui barang kiriman serta impor distributor melalui kargo umum.

Dalam menyusun perubahan aturan ini, pemerintah melibatkan berbagai pihak agar bisa
menciptakan aturan yang inklusif serta menjunjung tinggi keadilan dalam berusaha.

Diharapkan dengan adanya PMK 199/2019, fasilitas pembebasan bea masuk untuk
barang kiriman (de minimis value) dapat benar-benar dimanfaatkan untuk keperluan
pribadi dan mendorong masyarakat untuk lebih menggunakan produk dalam negeri.

2. Tarif rate quota, suatu konsep yang menggabungkan pengenaan tarif dengan penetapan
suatu kouta. TRQ atau tarif quota merupakan skema yang berlaku dalam konteks bea
masuk. Skema ini mengacu pada nilai atau jumlah yang telah ditetapkan sebelumnya
atas barang tertentu yang dapat diimpor selama periode tertentu dengan mendapat
pengurangan tarif bea masuk.
3. Dumping, pemberlakuan diskriminasi harga dalam pasar domestik negara pengekspor
dengan harga pasar di Negara pengimpor. Dalam perdagangan ekonomi internasional,
dumping adalah istilah untuk menyebut kebijakan suatu negara ketika menjual barang
lebih murah di luar negeri. Salah satu tujuannya adalah guna memperluas pangsa pasar.
Praktik dumping sendiri sebenarnya telah dikenal luas selama berabad-abad lamanya.

4
2.1.4 Macam-Macam Penentuan Tarif
1. Bea impor (impor duties).
2. Bea transito (bea/tax dikenakan pada barang-barang melewati batas Negara).
3. Bea ekspor (ekspor duties).

2.1.5 System, Efek, dan Alasan Pembebanan Tarif


System tarif

1. Single-column tariffs, system dimana untuk masing-masing barang hanya mempunyai


satu macam tariff.
2. Double-column tariffs, system dimana setiap barang mempunyai 2 tarif.
3. Triple-column tariffs, system ini digunakan oleh Negara penjajah. Sebenarnya system
ini diperluas daripada double column tariffs, yaitu dengan menambah satu macam tariff
preference untuk Negara-negara bekas jajahan atau afiliasi politiknya. System ini sering
disebut dengan preferential system.

Efek tarif

1. Efek terhadap harga.


2. Efek terhadap konsumsi.
3. Efek terhadap produk.
4. Efek terhadap redistribusi pendapatan.

Alasan pembebanan tarif

Secara ekonomis dapat dipertanggung jawabkan:

1. Memperbaiki dasar tukar.


2. Infant – industry.
3. Deversifikasi.
4. Employment.
5. Anti dumping

Secara ekonomis tidak dapat dipertanggungjawabkan:

1. To keep money of home.


2. The low-wage.
3. Home market.

5
2.1.6 Effective rate of protection:
Hubungan antara tarif terhadap barang jadi dan tarif terhadap bahan mentah yang
dinikmati oleh produsen yang memproses barang jadi tersebut.
1. Ad valorem duties, yakni bea pabean yang tingginya dinyatakan dalam persentase dari
nilai barang yang dikenakan bea tersebut.
2. Specific duties, yakni bea yang tingginya dinyatakan untuk tiap ukuran fisik daripada
barang.
3. Specific ad valorem atau compound duties, yakni bea yang merupakan kombinasi
antara specific dan ad valorem.

2.2 ANALISIS KESEIMBANGAN PARSIAL TERHADAP TARIF


2.2.1 Analisis Keseimbangan Parsial terhadap Tarif (Kasus Pada Negara Kecil)
Analisis keseimbangan parsial merupakan instrumen analisis untuk mempelajari
kasus pemberlakuan tarif oleh sebuah negara kecil. Maksud dari negara kecil di sini
diartikan sebagai keterbatasan kemampuan negara yang bersangkutan sehingga ia tidak
mampu mempengaruhi harga dunia, dan harus menerima harga-harga yang berlaku
dipasar internasional sebagaimana adanya, serta kaitannya dengan output industri
domestiknya yang juga relatif kecil. Dampak penerapan tarif terhadap keseimbangan
parsial

a) Dampak Pemberlakuan Tarif terhadap Surplus Produsen dan Konsumen. Surplus


konsumen (consumer surplus) mengukur besar- kecilnya keuntungan konsumen
dari pembelian, yaitu selisih antara harga yang sebenarnya dibayarkan dengan
tingkat harga yang sanggup dibayarkan. Surplus konsumen dari setiap unit barang
yang terjual adalah selisih antara harga aktual dengan tingkat harga yang sanggup
ditanggung oleh konsumen secara sukarela. Tarif dapat meningkatkan harga barang
di negara pengimpor sehingga kalangan konsumen di negara pengimpor secara
relatif merugi, sedangkan para produsen di negara pengimpor akan memperoleh
keuntunggan.

6
Kondisi perdagangan bebas, Px = $1 per unit, konsumsi Negara 2 (AB) yang
diantaranya dari produk domestik (AC) dan sisanya diimpor (CB). Setelah
diberlakukan tarif komposisi berubah tingkat konsumsi (GH), produk domestik (GJ)
dan impor (JH). Sumber: Salvatore (1997) D, dan S, merupakan kurva permintaan
dan kurva penawaran komoditi X di Negara 2. Pada kondisi perdagangan bebas,
dimana harga komoditi C adalah P, = $1 per unit. Konsumsi negara 2 sebanyak 70X
(AB); 10X (AC) merupakan produksi domestik, sedangkan 60X (CB) harus diimpor
dari negara lain. Jika Negara 2 menerapkan tarif senilai100% terhadap komoditi X,
maka P, naik menjadi $2 per unit sebagai harga yang harus ditanggung oleh
konsumen di Negara 2, adapun harga bagi konsumen dunia tidak mengalami
perubahan. Akibatnya, konsumsi penduduk negara 2 akan menurun dengan tingkat
konsumsi sebanyak 50X (GH), mengubah komposisinya; 20X (GJ) sebagai produksi
domestik, sisanya 30X (JH) harus diimpor dari negara lain. Dampak pemberlakuan
tarif terhadap konsumsi domestik bersifat negatif, sebesar (-) 20x (BN). Dampak
terhadap produksi meningkat bersifat positif, yakni naik sebesar 10X (CM). Namun
demikian secara keseluruhan, pemberlakuan tarif akan merugikan perdagangan,
yakni (-) 30X (BN + CM), meskipun dapat memberi pemasukan kepada pemerintah
Negara 2 sebanyak $30 (MJHN).

7
Setelah ada tarif, surplus konsumen berkurang dari ARB menjadi GRH,
sedangkan surplus produsen meningkat yang nilainya setara AGJC. Gambar di atas
(panel kiri) menunjukkan bahwa pemberlakuan tarif yang meningkatkan harga
komoditi X dari P, $1 menjadi P₁ = $2, = selanjutnya mengakibatkan berkurangnya
surplus konsumen, yakni dari semula ARB = $1225,5 menjadi GRH $62,5, atau
sebesar AGBH = $60. Sedangkan panel kanan memperlihatkan kenaikan surplus
produsen akibat pemberlakuan tarif, sedangkan nilai kenaikan tersebut setara dengan
AGJC = $15.

b) Biaya dan Manfaat Tarif. Tarif dapat membayar biaya sekaligus manfaat. Untuk
membandingkan biaya dan manfaat ini, perlu dihitung secara cermat agar dapat
diputuskan apakah tarif secara keseluruhan cenderung menguntungkan atau
merugikan. Pendekatan yang biasa ditempuh untuk mengukur biaya dan manfaat
tarif bergantung pada dua konsep yang lazim digunakan di dalam analisis mikro
ekonomi, yakni surpus produsen dan surplus konsumen. Secara grafis hal ini
diperlihatkan pada grafik 6.3.

Pengenaan tarif dapat meredistribusikan pendapatan dari konsumen domestik (yang


harus membayar lebih mahal untuk membeli komoditi yang diperlukannya) ke
produsen domestik (yang menghasilkan komoditi yang diproteksi oleh tarif
tersebut).

8
Setelah terjadinya tarif, mengakibatkan penurunan tarif sebanyak AGHB, yang
diantaranya c diterima pemerintah dalam bentuk pajak impor, a diretribusikan pada
produsen, b dan d merupakan biaya proteksi. Ketika pemerintah Negara 2
mengenakan tarif impor 100%, harga komoditi X langsung mengalami kenaikan,
yakni dari P, = $1 menjadi P = $2. Segera mengakibatkan penurunan surplus
konsumen sebanyak AGHB=a+b+c+d= $15 +$5+$30+ $ 10 = $60. Dari jumlah
tersebut, $30 diantaranya diterima pemerintah dalam bentuk pajak impor,
kemudian $15 lainnya (AGJC = a) direstribusikan kepada para produsen komoditi
X di dalam negeri dalam bentuk kenaikan surplus produsen, sedangkan $15 sisanya
(segitiga CJM = $5 dan segitiga BHN = $10) merupakan biaya proteksi atau biaya
bobot mati (dead weight loss) yang harus ditanggung oleh perekomian Negara 2
secara keseluruhan

Transfer pendapatan juga terjadi dari sektor ekonomi yang sumber dayanya
melimpah (komoditi Y yang bisa diekspor) ke sektor lain yang sumber dayanya
kurang kompetitif (komoditi X, yang akan lebih menguntungkan jika diimpor saja
dari negara lain). Hasilnya adalah serangkaian inefisiensi yang merugikan
perekonomian Negara 2 secara keseluruhan, yakni dalam bentuk lonjakan biaya
proteksi. Jika kita membagi nilai kemerosotan surplus konsumen dengan jumlah
lapangan kerja yang tercipta di dalam negeri (khususnya dalam sektor ekonomi
yang diproteksi melalui tarif itu), maka akan terlihat bahwa harga penciptaan
lapangan kerja menjadi sangat mahal.

9
Pemberlakuan tarif akan menggeser kurva penawaran dari S., menjadi S yang
berpotongan pada titik H. Simbol S, melambangkan kurva penawaran domestik di
negara besar tersebut untuk komoditi X, sedangkan S, melambangkan kurva
penawaran komoditi X dari negara-negara lain, dan S. merupakan keseluruhan
kurva penawaran komoditi X. Dalam kondisi tanpa tarif atau perdagangan bebas,
kurva DH (permintaan domestik terhadap komoditi X) berpotongan dengan S.
Perpotongan itu terjadi di titik B (gambar bawah), dan titik itu P, $2 dan Q, = AB
= 50 (dari jumlah tersebut A = = 20X dipasok oleh produsen domestik, sedangkan
C, 30X disediakan oleh produsen negara lain). Seandainya negara besar tersebut
memberlakukan tarif impor advalorem sebesar 50% (f) terhadap komoditi X, maka
total kurva penawaran akan bergeser hingga 50% dan menjadi S. Kini D,
berpotongan dengan S. di titik H. Di titik tersebut P= $2,5 dan Q, = GH = 40 (dari
jumlah itu GJ atau 25X dipasok oleh produsen domestik, sedangkan sisanya yakni
CH= 15X, diimpor). Penurunan surplus konsumen sama dengan penjumlahan
bidang-bidang segi empat a+b+c+d= $22,5.

Dari jumlah tersebut a = $11,25 merupakan kenaikan surplus konsumen yang


diterima oleh para pengusaha domestik, c = $7,5 merupakan pendapatan tarif yang
diterima oleh pemerintah negara besar tadi dari konsumen domestik, sedangkan
sisanya (jumlah dua segi tiga b d = $3,75) merupakan biaya proteksi atau biaya

10
bobot mati yang harus dipikul oleh perekonomian negara besar tadi secara
keseluruhan. Karena pemerintah mempeloreh pendapatan tambahan dari tarif
sebesar MNIK = e = $4,95 (dari para pengekspor di negara lain), maka secara
keseluruhan perekonomian negara ini memperoleh keuntungan bersih sebesar $1,2
dari pemberlakuan tarif.

2.3 TEORI SUBSIDI EKSPOR


2.3.1 Pengertian Subsidi Ekspor

Subsidi ekspor adalah kebijakan pemerintah yang ingin mendorong ekspor


barang dan mengurangi penjualan barang di pasar domestik dengan menggunakan
pembayaran langsung, pinjaman berbunga rendah, keringanan pajak untuk pengekspor,
atau iklan di negara lain yang didanai oleh pemerintah. Subsidi ekspor menurunkan
harga yang dibayarkan oleh importir asing, sehingga konsumen domestik akan
membayar lebih mahal dari pada konsumen asing.

Subsidi ekspor juga dapat diberikan ketika bantuan harga internal (seperti
jaminan harga minimal untuk suatu komoditas) membuat produksi lebih tinggi daripada
konsumsi di suatu negara. Agar komoditas yang berlebih tidak mubazir, pemerintah
akan mengekspornya. Tujuan dari subsidi ekspor adalah untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan ekspor.

2.3.2 Kebijakan Ekspor dalam perdagangan Internasional

1) Diskriminasi harga, adalah suatu tindakan dalam penetapan hargabarang yang


berbeda untuk suatu negara dengan negara lainnya. Untuk barang yang sama, harga
untuk negara yang satu lebih mahal atau lebihmurah daripada negara lainnya. Hal
ini dilakukan atas dasar perjanjianatau dalam rangka perang aktif
2) Pemberian premi (subsidi). Kebijakan pemerintah untuk memajukanekspor adalah
dengan memberi premi kepada badan usaha yangmelakukan ekspor. Pemberian
premi (subsidi) itu antara lain berupabantuan biaya produksi serta pembebasan
pajak dan fasilitas lain, dengan tujuan agar barang ekspor memiliki daya saing di
luar negeri.
3) Dumping adalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah denganmenetapkan
barang ekspor (harga barang diluar negeri) lebih murahdaripada harga di dalam

11
negeri. Cara ini hanya dapat dilakukan bilapasar dalam negeri dikendalikan
atau dikontrol oleh pemerintah.
4) Politik dagang bebas merupakan suatu kebijakan dimana masing-
masingpemerintah memberi kebebasan dalam ekspor dan impor.
5) Larangan ekspor merupakan kebijakan atas suatu negara untuk melarangekspor
barang-barang tertentu ke luar negeri. Penyebabnya bisa karenaalasan ekonomi,
politik, sosial dan budaya.

2.3.3 Kelebihan dari Subsidi Ekspor

1. Meningkatkan daya saing: Subsidi ekspor dapat membantu produsen dalam negeri
bersaing di pasar internasional dengan mengurangi biaya produksi atau harga jual.
Hal ini dapat membantu meningkatkan pangsa pasar dan ekspor mereka.
2. Mendorong diversifikasi ekonomi: Subsidi ekspor dapat digunakan untuk
mendorong produsen dalam negeri untuk mengembangkan dan memproduksi
barang dan jasa dengan nilai tambah yang lebih tinggi. Hal ini dapat membantu
menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan, dan mengurangi
ketergantungan pada sektor ekonomi yang rentan.
3. Meningkatkan arus devisa: Dengan meningkatkan ekspor, subsidi ekspor dapat
membantu negara memperoleh lebih banyak devisa dari hasil ekspor. Devisa ini
dapat digunakan untuk membiayai impor, membayar utang luar negeri, atau
digunakan dalam pembangunan infrastruktur dan sektor-sektor lain yang penting.

2.3.4 Kekurangan dari Subsidi Ekspor

1. Distorsi pasar: Subsidi ekspor dapat menyebabkan distorsi dalam pasar


internasional dengan mendorong produsen untuk memproduksi barang dengan
harga di bawah biaya sebenarnya. Ini dapat merugikan produsen dari negara lain
dan menciptakan ketidakadilan dalam perdagangan internasional.
2. Ketergantungan jangka panjang: Subsidi ekspor yang berkelanjutan dapat
menciptakan ketergantungan produsen dalam negeri pada bantuan pemerintah. Jika
subsidi dihapuskan di masa depan, produsen dapat menghadapi kesulitan untuk
bersaing secara mandiri di pasar global.
3. Retaliasi dari negara lain: Praktik subsidi ekspor dapat memicu tanggapan negatif
dari negara lain. Negara-negara lain dapat mengenakan bea masuk atau hambatan

12
perdagangan lainnya sebagai tanggapan terhadap subsidi yang dianggap sebagai
praktik perdagangan yang tidak adil.

2.4 TEORI PEMBATASAN IMPOR


Teori dan kebijakan perdagangan internasional merupakan aspek
mikroekonomi ilmu ekonomi internasional sebab berhubungan dengan masing –
masing negara sebagai individu yang diperlakukan sebagai unit tunggal, serta
berhubungan dengan harga relatif satu komoditas. Di lain pihak, karena neraca
pembayaran berkaitan dengan total penerimaan dan pembayaran sementara kebijakan
penyesuaian mempengaruhi tingkat pendapatan nasionaldan indek harga umum, maka
kedua hal ini menggambarkan aspek makroekonomi ilmu ekonomi internasional
(Salvatore, 1997:6).

Teori perdagangan internasional menganalisa dasar – dasar terjadinya


perdagangan internasional serta serta keuntungan yang diperoleh. Kebijakan
perdagangan internasional membahas alasan – alasan serta pengaruh pembatasan
perdagangan, serta hal – hal menyangkut proteksionisme baru. Pasar valuta asing
merupakan kerangka kerja terjadinya pertukaran mata uang sebuah negara dengan mata
uang negara lain, sementara neraca pembayaran mengukur penerimaan total sebuah
negara – negara lainnya di dunia dan total pembayaran ke negara – negara lain tersebut
(Salvatore, 1997:6).

Kegiatan perdagangan internasional bidang impor dapat membantu sebuah


negara dalam mendapatkan barang atau jasa yang tidak tersedia di dalam negeri.
Kegiatan impor adalah aktivitas perdagangan yang memasukkan barang dari negara
lain ke dalam negeri. Kegiatan ini bisa dilakukan oleh perusahaan, perseorangan,
maupun negara.

Menurut Gilarso,1992 besar kecilnya suatu impor akan dipengaruhi oleh tingkat
produksi dan pendapatan nasional serta laju perkembangannya. Adanya kuota impor
salah satu kebijakan untuk mengurangi arus dari barang impor, yaitu suatu pembatasan
terhadap pengimporan yang masuk ke suatu negera setiap tahunnya, dengan cara
memberikan pengaruh impor yang sah dan melarang impor yang masuk ke dalam
negeri secara pengaruh. Jika jumlah impor yang masuk menjadi lebih sedikit daripada
jumlah yang ingin diimpor tanpa kuota, maka impor yang masuk tidak hanya akan

13
mengurangi jumlah yang diimpor tetapi juga akan berpengaruh dengan kenaikkan harga
barang-barang dalam negeri diatas harga dunia bila pemegang lisensi akan membeli
barang luar negeri (Kindleberger,1995).

2.4.1 Tujuan Pembatasan Impor


Untuk melindungi pasar domestik, mengurangi defisit negara, menjadi sumber
pendapatan pemerintah, hingga melawan kebijakan perdagangan negara lain.
Sementara pembatasan impor dapat dilakukan melalui tarif impor, embargo, hingga
subsidi.

2.4.2 Dampak Pembatasan Impor


Dampak positif pembatasan impor:

1. Meningkatnya produksi dalam negeri.


2. Memperkuat neraca pembayaran.
3. Mengurangi pengeluaran devisa ke luar negeri.

Dampak negatif pembatasan impor:

1. Melemahnya perdagangan internasional karena adanya batasan kuota impor


antar Negara.
2. Mutu dari produksi dalam negeri akan jelek atau berkurang karena tidak adanya
persaingan.

2.4.3 Kebijakan Perdagangan Internasional Bidang Impor


Kebijakan perdagangan internasional bidang impor yang ditetapkan pemerintah, di
antaranya yaitu:

1. Kuota impor

Pemerintah memberlakukan kebijakan kuota impor dalam jangka waktu


tertentu. Hal ini bertujuan agar tidak mengganggu kegiatan produksi dalam negeri
dan produsen dalam negeri mampu bersaing dengan barang impor yang dijual pasar
dalam negeri.

2. Pengenaan bea masuk

Kebijakan pembebanan pajak atas barang-barang impor atau barang yang


masuk ke Indonesia. Kebijakan ini ditetapkan untuk meningkatkan sumber
penerimaan negara dalam bentuk devisa.

14
3. Pengendalian devisa

Jumlah devisa yang disediakan untuk membayar barang impor dibatasi


sehingga importir harus membatasi jumlah barang impor yang akan dibeli karena
devisa merupakan aset kewajiban finansial yang digunakan dalam interaksi
internasional.

4. Subsidi

Beberapa barang impor memiliki harga yang lebih murah dibanding harga dari
produksi dalam negeri. Oleh karena itu, pemerintah memberikan subsidi kepada
harga barang dalam negeri agar lebih murah. Bentuk subsidi yang diberikan
pemerintah kepada produsen adalah dengan pengurangan biaya produksi.

5. Larangan impor

Kebijakan ini berlaku untuk beberapa barang yang dianggap dapat


membahayakan lingkungan masyarakat seperti impor senjata api. Pelarangan impor
ini juga bertujuan untuk menghemat devisa negara.

6. Devaluasi

Merupakan kebijakan pemerintah untuk menurunkan mata uang dalam negeri


terhadap mata uang asing dengan sengaja. Devaluasi menyebabkan harga barang
impor menjadi lebih mahal sehingga akan mengurangi pembelian barang impor.

Analisis terhadap kasus negara pengimpor menghasilkan dua kesimpulan pokok


sebagai berikut (Mankiw, 2003: 230) :

1) Jika suatu negara membuka hubungan dagang internasional dan menjadi


pengimpor atas suatu barang, maka produsen domestik barang itu akan
dirugikan sedangkan konsumen domestik atas barang itu akan diuntungkan.
2) Pembukaan hubungan dagang itu akan menguntungkan negara yang
bersangkutan secara keseluruhan, karena keuntungan yang terjadi melebihi
kerugiannya.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan mengenai Kebijakan Perdagangan
Internasional merupakan kebijakan yang dilakukan suatu Negara yang berupa tindakan
ataupun peraturan yang mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung
terhadap struktur, komposisi dan arah perdagangan internasional dari suatu negara
ke negara lain, serta rangkaian tindakan yang akan diambil untuk mengatasi kesulitan
atau masalah hubungan perdagangan internasional guna melindungi kepentingan
nasional. Salah satu yang termasuk dalam kebijakan tersebut yaitu tarif. Tarif
merupakan suatu pembebanan pajak atas barang-barang impor yang masuk. Dengan
tujuan yaitu bagi konsumen domestik, cara tersebut bisa mengurangi permintaan barang
impor karena harganya lebih mahal. Dan bagi pengekspor, tarif membuat produk
mereka menjadi tidak kompetitif di pasar negara tujuan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Diah, G. A. (Director). (2022). Kebijakan Perdagangan Internasional [Motion Picture].

Fitriya. (2022, Oktober 5). Contoh Perhitungan Bea Masuk, Pajak Impor dan Bea Cukai.
Retrieved from https://klikpajak.id: https://klikpajak.id/blog/pajak-bea-cukai-2021-
menghitung-bea-masuk-dan-pajak-impor-belanja-
online/#:~:text=Pengertian%20Pajak%20Dalam%20Rangka%20Impor,dari%20bea%
20masuk%20dan%20cukai.

Julianti, N. (2023, Mei 15). Makalah kebijakan ekonomi dan perdagangan Internasional.
Retrieved from https://www.academia.edu:
https://www.academia.edu/21971951/Makalah_kebijakan_ekonomi_dan_perdagangan
_Internasional

Malik, N. (2017). Ekonomi Internasional. Malang: UMM Press.

Rofiyandi, Y. M. (2022, Mei 27). Pengertian Tarif, Tujuan, Jenis dan Contohnya. Retrieved
from https://katadata.co.id:
https://katadata.co.id/redaksi/ekonopedia/6290a090e70f1/pengertian-tarif-tujuan-
jenis-dan-contohnya

17

Anda mungkin juga menyukai