1. Suffisiency- kecukupan bukti berhubungan dengan kuantitasnya.
Harus ada cukup
bukti factual dan meyakinkan sehingga seseorang yang “wajar” dan tidak biasa (a reasonably informet and unbiased person) akan sependapat dengan temuan auditor dan kesimpulannya. Untuk menentukan kecukupan bukti diperlukan professional judgment atau kemahiran professional. Ketika menentukan tepatnya bukti (adequacy of evidence), auditor memperhatikan : a) Suatu audit mencari kesimpulan yang layak (reasonable) dan bukan mutlak (absolute). b) Data yang tidak cukup mengakibatkan ketidak mampuan menarik kesimpulan yang layak. c) Pemeriksaan bukti secara ektensif mungkin tidak ekonomis, tidak efesien, dan tidak efektif. d) Bukti harus cukup mewakili populasi yang diperiksa. A. Prosedur-Prosedur Audit Terdapat 8 prosedur-prosedur audit, yaitu: 1. Inspection of records and documents Prosedur Inspection pertama adalah inspeksi atas catatan dan dokumen, yang terbagi atas Vouching, Tracing, dan Scanning. Vouching Vouching adalah inspeksi atas catatan dan dokumen untuk mengetahui apakah ada transaksi yang tidak dicatat atau hilang. Vouching berasal dari kata voucher yang adalah bukti dasar pembukuan atau source document. Tracing (penelusuran) Tracing adalah proses menelusuri transaksi dalam catatan akunting ke source document. Tracing digunakan untuk mencari kesalahan dalam mencatat transaksi, dan digunakan auditor untuk memastikan apakah transaksi sudah dicatat dengan benar. Scanning Scanning adalah menginspeksi dengan mendalam pencatatan dalam accounting documents untuk memastikan keauntikannya dan kecermatannya. Dalam melaksanakan prosedur ini, auditor berupaya menemukan hal-hal yang tidak semestinya ada, misalnya pendebitan atau pengurangan dalam akun-akun pendapatan, atau pengkreditan yang bersifat fraud dalam akun beban/biaya. 2. Inspection of tangible assets Prosedur Inspection juga digunakan untuk menginspeksi barang-barang berwujud, baik berupa persediaan barang maupun aset tetap, disamping inspeksi atas dokumen dan catatan yang dijelaskan di atas. Inspeksi aktiva berwujud (inspection of tangible assets) meliputi pemeriksaan rinci terhadap dokumen dan catatan, serta pemeriksaan sumberdaya berwujud. Dengan melakukan inspeksi atas dokuen, auditor dapat menetukan ketepatan persyaratan dalam faktur atau kontrakyang memerlukan pengujian atas transaksi akuntansi tersebut 3. Observation Pengamatan (observtion)berkaitan dengan memperhatikan pelaksanaan beberapa kegiatan atau proses yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian intern. 4. Confirmation Konfirmasi (confirmations)adalah bentuk permintaan keterangan yang memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung dari sumber independen di luar organisasi klien (pihak ke 3). 5. Recalculation Perhitungan ulang (Recalculation) yaitu.Memeriksa perhitungan matematika yang akurat atas dokumen atau catatan. Biasanya auditor menggunakan audit software dalam melakukan perhitungan ulang dan membandingkannya dengan catatan yang terdapat di buku besar 6. Reperformance Pelaksanaan ulang (Reperformance).Perhitungan dan rekonsiliasi yang dibuat oleh klien dilakukan pengecekan dan di hitung ulang, untuk menentukan proses yang telah sesuai dengan pengendalian intern yang telah dirumuskan 7. Analytical Procedures Prosedur analitis (analytical procedures). Terdiri dari penelitian dan perbandingan hubungan antara data. Prosedur ini meliputi perhitungan dan penggunaan rasio-rasio sederhana, analisis vertikal atau laporan persentase, perbandingan jumlah yang sebenarnya dengan data historis atau anggaran. Seperti penggunaan model matematis dan statistik (analisis regresi) 8. Inquiry Permintaan keterangan (Inquiry)meliputi permintaan keterangan secara lisan atau tertulis oleh auditor, umumnya berupa pertanyaan yang timbul setelah dilaksanakannya prosedur analitis kepada manajemen atau karyawan dan meminta keterangan pada pihak ekstern seperti penasehat hukum. B. Audit Software Generalized Audit Software (disingkat GAS) membantu auditor internal melakukan berbagai operasi seperti: 1. Memeriksa file untuk memastikan sah, lengkap, dan akuratnya isi file tersebut. 2. Menghitung kembali perhitungan yang ada 3. Memilih dan mencetak samples dan menghitung hasil sampling. 4. Membandingkan informasi dalam file yang berbeda dan terpisah. 5. Mengikhtisarkan, mengurut, dan memformat kembali data. 6. Membuat tabel-tabel untuk analisis multidimensional (analisis dari berbagai sudut). 7. Mancari anomalies dalam data yang mugkin mengindikasikan errors atau fraud. 8. Membuat dan mencetak laporan. 9. Secara otomatis membuat catatan historis tentang analisis data yang dilakukan.
Dua contoh GAS yang secara komersilan sangat dikenal, adalah ACL (Audit Command Language) dan CaseWareIDEA (semula merupakan singkatan dari Interactive Data Extraction and Analysis). Salah satu contoh aplikasi ACL adalah Benford’s Law.
C. Jenis-Jenis Kertas Kerja
Ada beraneka ragam jenis kertas kerja audit internal. Daftar berikut disajikan sebagai contoh: 1. Program-program kerja untuk mendokumentasikan sifat, lingkup dan kapan prosedur audit dilakukan. 2. Kertas Kerja berisi anggaran waktu dan alokasi sumber daya audit. 3. Kuisioner untuk mengumpulkan informasi yang mencantumkan tujuan, risiko, pengendalian, kegiatan operasi, dan lain-lain. 4. Bagan arus (Flowchart) untuk menyajikan proses kegiatan, risiko dan pengendaliannya. 5. Berbagai format gambar seperti bagan, grafik diagaram, misalnya untuk menggamparkan peta risiko. 6. Agenda pertemua internal antar anggota tim dan agenda pertemuan dengan auditee. 7. Memorandum untuk mendokumentasikan hasil wawancara dengan auditee dan notulen rapat antar anggota tim dan pertemuan dengan auditee. 8. Informasi tentang organisasi auditee seperti bagan organisasi, deskripsi tugas, kebijakan keuangan dan operasional, dan lain-lain. 9. Salinan dari dokumen sumber yang penting, misalnua fotokopi dokumen permintaan pembelian aset tetap. 10. Dokumen-dokumen TI seperti daftar program TI dan exception reports. Exception reports adalah dokumen yang menyatakan hal-hal di mana kinerja aktual berbeda secara signifikan dari ekspetasi. 11. Catatan akuntansi seperti neraca saldo. 12. Bukti-bukti yang diperoleh dari pihak ketiga, seperti jawaban konfirmasi piutang, keterangan atau representasi dari konsultan hukum. 13. Bermacam-macam worksheets yang dibuat auditor internal untuk menyajikan analisisnya. 14. Bukti-bukti yang dikumpulkan auditee yang kemudian diuji auditor. 15. Uji pengendalian yang dilakukan auditee selama berlangsungnya audit, atau dokumen yang dibuat auditor mengenai hal serupa jika korespondensi tertulis tidak ada. 16. Catatan-catatan auditor mengenai pengamatan atau temuan, rekomnedasi, dan kesimpulan. 17. Dokumen-dokumen final seperti komunikasi dengan auditee dan tanggapan auditee.
D. Keuntungan Dari Standarisasi Kertas Kerja
Ada beberapa keuntungan standarisasi format dan pendekatan kertas kerja dalam suatu tim atau di seluruh divisi audit internal: 1. Memastikan adanya pendekatan yang konsisten dalam semua audit. Dengan demikian standarisasi meningkatkan pengendalian mutu. Hal ini juga mencegah terlewatinya informasi kunci. 2. Membantu dalam melatih staf. Dengan standarisasi ini staf tahu apa yang diharapkan dari mereka. 3. File-file audit disajikan dalam cara yang sistematis dan profesional, yang memudahkan mambaca dan lebih efisien mereviu. 4. Memudahkan menjelaskan ke klien jika temuan audit dipertanyakan. 5. Dengan mudah kertas kerja digabungkan ke dokumen Wprd, spreadsheets seperti Excel dan aplikasi audit software.