DISUSUN OLEH :
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nyalah sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kebijakan Fisikal dalam
Ekonomi Syariah”. Tak lupa pula sholawat dan salam tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, karena atas kehadiratnya kita terhindar dari kesesatan yang
dapat menjauhkan kita dari sang khaliq.
Sangat disadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan. Walaupun penulis telah berupaya semaksimal mungkin
dengan keterbatasan yang ada, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun guna kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Teks Hal.
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 1
1.3 Tujuan ...................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN .......................................................................... 3
2.1. Pengertian Kebijakan Fisikal .................................................... 3
2.2. Peranan Kebijakan Fisikal dalam Perekonomian ..................... 4
2.3. Bentuk-Bentuk Kebijakan Fisikal ............................................ 5
2.4. Dampak Kebijakan Fisikal Terhadap Keseimbangan
Pasar Barang-Jasa ..................................................................... 7
2.5. Tujuan Kebikan Fisikal ............................................................ 7
2.6. Pengaruh Kebijakan Fisikal Terhadap Perekonomian............... 9
2.7. Kebijakan Fisikal dalam Islam ................................................. 11
BAB III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan ............................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam fiskal ekonomi islam ada yang dikenal dengan kata uang. Peranan Uang
Dalam Perekonomian merupakan materi yang sangat berharga dan sangat
‘diagungkan’ di dunia. Perekonomian modern tidak dapat dipisahkan dengan
pentingnya uang. Uang ibarat darah dalam tubuh manusia, tanpa uang, perekonomian
tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Secara sederhana uang didefinisikan
segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat bantu dalam pertukaran.
Selain itu dalam perekonomian islam juga dikenal dengan kebijaksanaan fiskal,
kebijakan fiskal merupakan salah satu perangkat untuk mencapai tujuan syariah yang
di jelaskan oleh Imam Al-Ghazali, termasuk meningkatkan kesejahteraan dengan
tetap menjaga keimanan, kehidupan, intelektualitas, kekayaan, dan kepemilikan. Jadi,
bukan hanya untuk mencapai keberlangsungan (pembagian) ekonomi untuk
masyarakat yang paling besar jumlahnya, tapi juga membantu meningkatkan spiritual
dan menyebarkan pesan dan ajaran islam seluas mungkin. Oleh sebab itu, dalam
makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai kebijakan fiskal, dan apa-apa yang
termasuk kedalam kebijakan fiskal tersebut.
1
1.3. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah dan
memberi informasi terkait kebijakan fisikal dalam ekonomi syariah baik kepada
penulis maupun pembaca.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Sadono Sukirno, 2003 Kebijakan Fiskal adalah langkah-langkah pemerintah
untuk membuat perubahan-perubahan dalam sistem pajak atau dalam
perbelanjaannya dengan maksud untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang
dihadapi.
Menurut Tulus TH Tambunan, kebijakan memiliki dua prioritas, yang pertama
adalah mengatasi defisit anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) dan
masalah-masalah APBN lainnya. Defisit APBN terjadi apabila penerimaan
pemerintah lebih kecil dari pengeluarannya. Dan yang kedua adalah mengatasi
stabilitas ekonomi makro, yang terkait dengan antara lain ; pertumbuhan ekonomi,
tingkat inflasi, kesempatan kerja dan neraca pembayaran.
Sedangkaan menurut Nopirin, Ph. D. 1987, kebijakan fiskal terdiri dari
perubahan pengeluaran pemerintah atau perpajakkan dengan tujuan untuk
mempengaruhi besar serta susunan permintaan agregat. Indicator yang biasa dipakai
adalah budget defisit yakni selisih antara pengeluaran pemerintah (dan juga
pembayaran transfer) dengan penerimaan terutama dari pajak.
Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk
mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa
pajak) pemerintah.
Berdasarkan dari beberapa teori dan pendapat yang dijelaskan diatas dapat kita
simpulkan bahwa kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi yang dilakukan
oleh pemerintah dalam pengelolaan keuangan negara untuk mengarahkan kondisi
perekonomian menjadi lebih baik yang terbatas pada sumber-sumber penerimaan dan
alokasi pengeluaran negara yang tercantum dalam APBN.
4
pemerintah dalam turut menentukan tingkat pendapatan nasional lebih besar. Untuk
Negara-negara yang sudah maju perekonomiannya, peranan tindakan fiskal
pemerintah semakin besar dalam mekanisme pembentukan tingkat pendapatan
nasional terutama dimaksudkan agar supaya pemerintah dapat lebih mampu dalam
mempengaruhi jalannya perekonomian. Dengan demikian diharapkan bahwa dengan
adanya kebijakan fiskal, pemerintah dapat mengusahakan terhindarnya perekonomian
dari keadaan-keadaan yang tidak diinginkan seperti misalnya keadaan dimana banyak
pengangguran, inflasi, neraca pembayaran internasional yang terus menerus deficit,
dan sebagainya.
Bagi Negara-negara yamg sedang berkembang, pemerintah pada umumnya
menyadari akan rendahnya investasi yang timbul atas inisiatif dari masyarakat
sendiri. Dari bagian 1 kita telah mengetahui bahwa untuk meningkatnya tingkat hidup
suatu masyarakat, kapasitas produksi nasional perlu ditingkatkan. Untuk
memperbesar kapasitas produksi nasional dibutuhkan adanya capital formation.
Dengan demikian berarti masyarakat perlu mengadakan investasi yang cukup besar
untuk terwujudnya capital formation yang dibutuhkan tersebut.
5
pendapatan, semakin besar pajak dikenakan ke atas tambahan pendapatan yang
diperoleh. Dibeberapa negara sistem pajak proporsional biasanya digunakan untuk
memungut pajak ke atas keuntungan perusahaan-perusahaan korporat, yaitu pajak
yang harus dibayar adalah proporsional dengan keuntungan yang diperoleh. Jika
ditinjau dari sisi teori, ada tiga macam kebijakan anggaran yaitu:
a. Kebijakan anggaran pembiayaan fungsional (functional finance)
kebijakan yang mengatur pengeluaran pemerintah dengan melihat
berbagai akibat tidak langsung terhadap pendapatan nasional dan
bertujuan untuk meningkatkan kesempatan kerja.
b. Kebijakan pengelolaan anggaran (the finance budget approach) kebijakan
untuk mengatur pengeluaran pemerintah, perpajakan, dan pinjaman untuk
mencapai ekonomi yang mantap.
c. Kebijakan stabilisasi anggaran otomatis (the stabilizing budget) kebijakan
yang mengatur pengeluaran pemerintah dengan melihat besarnya biaya
dan manfaat dari berbagai program.
Jika dilihat dari perbandingan jumlah penerimaan dengan jumlah pengeluaran,
kebijakan fiskal dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :
Kebijakan Anggaran Seimbang
Kebijakan anggaran seimbang, adalah kebijakan anggaran yang menyusun
pengeluaran sama besar dengan penerimaan.
Kebijakan Anggaran Defisit
Kebijakan anggaran defisit yaitu kebijakan anggaran dengan cara
menyusun pengeluaran lebih besar daripada penerimaan.
Kebijakan Anggaran Surplus
Kebijakan anggaran surplus, yaitu kebijakan anggaran dengan cara
menyusun pengeluaran lebih kecil dari penerimaan.
Kebijakan Anggaran Dinamis
6
Kebijakan anggaran dinamis, yaitu kebijakan anggaran dengan cara terus
menambah jumlah penerimaan dan pengeluaran sehingga semakin lama
semakin besar (tidak statis).
7
mendorong dan menghambat bentuk investasi tertuntu. Dalam rangka itu pemerintah
harus menerapkan kebijaan investasi berencana di sektor public, namun pada
kenyataannya dibeberapa Negara berkembang dan tertinggal terjadi suatu problem
yaitu dimana langkanya tabungan sukarela, tingkat konsumsi yang tinggi dan terjadi
investasi dijalur yang tidak produktif dari masyarakat dinegara tersbut. Hal ini
disebabkan tidak tersedianya modal asing yang cukup, baik swasta maupun
pemerintha. Oleh karena itu kebijakan fiskal memberikan solusi yaitu kebijakan fiskal
dapat meningkatkan rasio tabungan inkremental yang dapat dipergunakan untuk
meningkatkan, memacu, mendorong dan menghambat laju investasi. Menurut Dr. R.
N. Tripathy terdapaat 6 metode yang diterapkan oleh pemerintah dalam rangka
menaikkan rasio tabungan incremental bagi mobilisasi volume keuangan
pembangunan yang diperlukan diantaranya; control fisik langsung, peningkatan tariff
pajak yang ada,penerapan pajak baru, surplus dari perusahaan Negara, pinjaman
pemerintah yang tidak bersifat inflationer dan keuangan deficit.
8
d. Untuk meningkatkan stabilitas ekonomi ditengah ketidak stabilan internasional
Kebijaksanaan fiskal memegang peranan kunci dalam mempertahankan
stabilitas ekonomi menghadapi kekuatan-kekuatan internal dan eksternal. Dalam
rangka mengurangi dampak internasional fluktuasi siklis pada masa boom, harus
diterapkan pajak ekspor dan impor. Pajak ekspor dapat menyedot rejeki nomplok
yang timbul dari kenaikkan harga pasar. Sedangkan bea impor yang tinggi pada
impor barang konsumsi dan barang mewah juga perlu untuk menghambat
penggunaan daya beli tambahan.
9
APBN mempunyai dua kategori, kategori yang pertama yaitu, mencatat
pengeluaran dan penerimaan yang terdiri dari beberapa pos utama diantaranya :
PENERIMAAN
o Pajak (berbagai macam)
o Pinjaman dari Bank Sentral
o pinjaman dari masyarakat dalam negeri
o Pinjaman dari luar negeri
PENGELUARAN
o Pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang/jasa
o Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawai
o Pengeluaran pemerintah untuk transfer payment
Kebijakan anggaran pemerintah dahulu selalu mengharuskan kebijakan
anggaran berimbang. Kebijakan anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah
menetapkan pengeluaran sama besar dengan pemasukan. Namun pada saat ini
kebijakan anggran dapat menjadi kebijakan anggaran defisit (defisit budget),
anggaran surplus (surplus budget).
Kebijakan anggaran emplisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat
pengeluaran lebih besar dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada
perekonomian. Dalam hal ini, peningkatan pengeluaran yaitu pembelian pemerintah
atas barang dan jasa. Peningkatan pembelian atau belanja pemeritah berdampak
terhadap peningkatan pendapatan nasional. Contohnya pemerintah mengadakan
proyek membangun jalan raya. dalam proyek ini pemerintah membutuhkan buruh dan
pekerja lain untuk menyelesaikannya. dengan kata lain proyek ini menyerap SDM
sebagai tenaga kerja. hal ini membuat pendapatan orang yang bekerja di situ
bertambah. Anggaran defisit memiliki keunggulan maupun kelemahan, salah satu
keunggulannya adalah terdapat penertiban pada angka defisit dan nilai tambahan
utang yang jelas dan lebih transparan serta bisa diawasi masyarakat. Menurut Menkeu
Agus DW Martowardojo penerapan kebijakan anggaran defisit tujuannya untuk
10
menciptakan ekspansi fiskal dan menguatkan pertumbuhan ekonomi agar tetap
terjaga pada level yang tinggi. Umumnya sangat baik digunakan jika keadaan
ekonomi sedang resesif.
Anggaran defisit salah satunya dengan melakukan peminjaman/hutang, dahulu
pemerintahan Bung Karno pernah menerapkannya dengan cara memperbanyak utang
dengan meminjam dari Bank Indonesia, yang terjadi kemudian adalah inflasi besar-
besaran (hyper inflation) karena uang yang beredar di masyarakat sangat banyak.
Untuk menutup anggaran yang defisit dipinjamlah uang dari rakyat, sayangnya rakyat
tidak mempunyai cukup uang untuk memberi pinjaman pada pemerintah. akhirnya,
pemerintah terpaksa meminjam uang dari luar negeri. Ini merupakan salah satu kasus
yang menggambarkan kelemahan dari anggaran defisit.
Sedangkan, anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat
pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran
surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai
memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan.
Anggaran surplus (Surplus Budget)/ Kebijakan Fiskal Kontraktif adalah
kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada
pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian
pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk menurunkan
tekanan permintaan. Cara kerja anggara surplus adalah kebalikan dari anggaran
defisit, uang yang didapat pemerintah dari pendapatan pajak lebih banyak dari yang
dibelanjakan, pemerintah memenfaatkan selisihnya untuk melunasi beberapa hutang
pemerintah yang masih ada. Surplus anggaran akan menaikkan dana pinjaman,
mengurangi suku bunga dan meningkatkan investasi. Investasi yang lebih tinggi
seterusnya dapat meningkatkan akumulasi modal dan mempercepat pertumbuhan
ekonomi.
11
Kebijakan fiskal dalam Islam bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang
didasarkan pada keseimbangan distribusi kekayaan dengan menempatkan nilai-nilai
material dan spiritual secara seimbang. Kebijakan fiskal lebih banyak peranannya
dalam ekonomi Islam dibanding dengan ekonomi konvensional. Hal ini disebabkan
antara lain sebagai berikut:
a. Peranan moneter relatif lebih terbatas dalam ekonomi Islam dibanding
dalam ekonomi konvensioanal yang tidak bebas bunga.
b. Dalam ekonomi Islam, pemerintah harus memungut zakat dari setiap
muslim yang memiliki kekayaan melebihi jumlah tertentu (nisab) dan
digunakan untuk tujuan-tujuan sebagaimana tercantum dalam QS Al-
Taubah: 60.
c. Ada perbedaaan substansial antara ekonomi Islam dan non-Islam dalam
peranan pengelolaan utang publik. Hal ini karena utang dalam Islam
adalah bebas bunga, sebagian besar pengeluaran pemerintah dibiayai dari
pajak atau berdasarkan atas bagi hasil. Dengan demikian, ukuran utang
publik jauh lebih sedikit dalam ekonomi Islam dibanding ekonomi
konvensioanal (Istanto, 2013: 1).
Menurut Metwally, setidaknya ada 3 tujuan yang hendak dicapai kebijakan
fiskal dalam ekonomi islam.
a. Islam mendirikan tingkat kesetaraan ekonomi dan demokrasi yang lebih
tinggi, ada prinsip bahwa “ kekayaan seharusnya tidak boleh hanya beredar
di antara orang-orang kaya saja. “ Prinsip ini menegaskan bahwa setiap
anggota masyarakat seharusnya dapat memperoleh akses yang sama
terhadap kekayaan melalui kerja keras dan usaha yang jujur.
b. Islam melarang pembayaran bunga dalam berbagai bentuk pinjaman. Hal ini
berarti bahwa ekonomi Islam tidak dapat memanipulasi tingkat suku bunga
untuk mencapai keseimbangan (equiblirium) dalam pasar uang (yaitu
anatara penawaran dan permintaan terhadap uang). Dengan demikian,
12
pemerintahan harus menemukan alat alternatif untuk mencapai equilibrium
ini.
c. Ekonomi Islam mempunyai komitmen untuk membantu ekonomi
masyarakat yang kurang berkembang dan untuk menyebarkan pesan dan
ajaran Islam seluas mungkin. Oleh karena itu, sebagaian dari pengeluaran
pemerintah seharusnya digunakan untuk berbagai aktivitas yang
mempromosikan Islam dan meningkatkan kesejahtaraan muslim di negara-
negara yang kurang berkembang (Istanto, 2013: 1).
Jika melihat praktek kebijakan fiskal yang pernah diterapakn oleh
Rasulullahndan Khulafaurrasyidin, maka kebijakan fiskal dalam ekonomi Islam dapat
dibagi dalam 3 hal, yaitu:
a. Kebijakan pemasukan dari kaum Muslimin, yaitu:
1) Zakat, yaitu salah satu dari dasar ketetapan Islam yang menjadi sumber
utama pendapatan di dalam suatu pemerintahan Islam pada periode
klasik.
2) Ushr, yaitu bea impor yang dikenakan kepada semua pedagang dimana
pembayarannya hanya sekali dalam satu tahun dan hanya berlaku
terhadap barang yang nilainya lebih dari 200 dirham. Yang menarik dari
kebijakan Rasulullah adalah dengan menghapuskan semua bea impor
dengan tujuan agar perdagangan lancar dan arus ekonomi dalam
perdangan cepat mengalir sehingga perekonomian di negara yang beliau
pimpin menjadi lancar. Beliau mengatakan bahwa barang-barang milik
utusan dibebaskan dari bea impor di wilayah muslim, bila sebelumya
telah terjadi tukar menukar barang.
3) Wakaf adalah harta benda yang didedikasikan kepada umat Islam yang
disebabkan karena Allah SWT dan pendapatannya akan didepositokan di
baitul maal.
13
4) Amwal Fadhla berasal dari harta benda kaum muslimin yang meninggal
tanpa ahli waris, atau berasal dari barang-barang seorang muslim yang
meninggalkan negerinya.
5) Nawaib yaitu pajak yang jumlahnya cukup besar yang dibebankan kepada
kaum muslimin yang kaya dalam rangka menutupi pengeluaran negara
selama masa darurat dan ini pernah terjadi pada masa perang tabuk.
6) Khumus adalah harta karun/temuan. Khumus sudah berlaku pada periode
sebelum Islam.
7) Kafarat adalah denda atas kesalahan yang dilakukan seorang muslim pada
acara keagamaan seperti berburu di musim haji. Kafarat juga biasa terjadi
pada orang-orang muslim yang tidak sanggup melaksanakan kewajiban
seperti seorang yang sedang hamil dan tidak memungkin jika
melaksanakan puasa maka dikenai kafarat sebagai penggantinya
(Sirojuddin, 2013: 1).
b. Kebijakan pemasukan dari kaum non muslim, yaitu:
1) Jizyah (tribute capitis/ pajak kekayaan) adalah pajak yang dibayarkan
oleh orang non muslim khususnya ahli kitab sebagai jaminan
perlindungan jiwa, properti, ibadah, bebas dari nilai-nilai dan tidak wajib
militer.
2) Kharaj (tribute soil/pajak, upeti atas tanah) adalah pajak tanah yang
dipungut dari kaum nonmuslim ketika khaibar ditaklukkan. Tanahnya
diambil alih oleh orang muslim dan pemilik lamanya menawarkan untuk
mengolah tanah tersebut sebagai pengganti sewa tanah dan bersedia
memberikan sebagian hasil produksi kepada negara. Prosedur yang sama
juga diterapkan di daerah lain. Kharaj ini menjadi sumber pendapatan
yang penting.
3) ‘Ushr adalah bea impor yang dikenakan kepada semua pedagang, dibayar
hanya sekali dalam setahun dan hanya berlaku terhadap barang yang
nilainya lebih dari 200 dirham (Sirojuddin, 2013: 1).
14
c. Kebijakan Pengeluaran
Kebijakan Pengeluaran pendapatan negara didistrubusikan langsung kepada
orang-orang yang berhak menerimanya. Di antara golongan yang berhak menerima
pendapatan (distribusi pendapatan) adalah berdasarkan atas kreteria langsung dari
Allah S.W.T yang tergambar di dalam al-Qur’an QS. At-Taubah Ayat 90:
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang
miskin, pengurus-pengurus zakat, para Mu'allaf yang dibujuk hatinya,untuk
(memerdekaan) budak, orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang
yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; Dan
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Biajaksana.“(QS. 9:60)
Orang-orang yang berhak menerima harta zakat ini terkenal dengan sebutan
delapan ashnaf. Delapan asnab ini langsung mendapat rekomendasi dari Allah S.W.T
sehingga tidak ada yang bisa membatahnya. Ini artinya kreteria dalam al-Qur;an
terhadap orang-orang yang berhak mendapatkan atas kekayaan negara lebih rinci
dibandingkan dengan kreteria yang tetapkan oleh pemerintah kita yang secara umum
di-inklud-kan kepada orang-orang miskin saja (Sirojuddin, 2013: 1).
15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
16
DAFTAR PUSTAKA
17