Anda di halaman 1dari 13

BUDIDAYA UDANG PANAEID

JULHAM
Penaeidae adalah keluarga krustasea laut di
subordo Dendrobranchiata, yang sering disebut
sebagai udang penaeid atau udang penaeid.
Udang di alam memiliki dua fase kehidupan, yaitu
kehidupan di kawasan estuari dan laut lepas sampai
kedalaman 1000 m untuk udang Penaeidae (Garcia,
1988) atau kehidupan di estuari dan sungai/air tawar
untuk udang Palaemonidae (Bauer & Delahoussaye,
2008).
Oleh karena itu udang dikenal sebagai spesies amphibiotic/amphidromy. Untuk mencapai stadia
dewasa dan melengkapi siklus hidupnya, udang mengalami beberapa kali proses pergantian kulit
(moulting) dan perkembangan stadia. Siklus hidup udang dimulai dari telur yang dihasilkan oleh induk-
induk udang dewasa yang matang telur di daerah pemijahan (spawning ground). Namun saat ini telah
banyak yang membudidayakan udang tersebut dengan sistem budidaya sistem intensif.
Proses Budidaya

1. Pemilihan Lokasi
Dalam memilih lokasi budidaya udang pilihlah lokasi
yang jauh dari limbah pencemaran, khususnya limbah
yang mencemari sumber aliran sungai dan air laut.
Lokasi budidaya juga harus memiliki derajat
keasaman tanah yang baik yaitu sekitar 6,5-7,5. ph
dapat diukur dengan cara menancapkan ph soil tester
langsung ke tanah pada beberapa titik dan diambil
nilai rata-ratanya.

Dalam budidaya udang, kapur sangat diperlukan karena merupakan bahan yang dapat menyegarkan
tanah/memperbaiki tekstur tanah sekaligus berperan dengan baik bila dosis yang diberikan sesuai
proses pengapuran juga dapat mencegah produksi bahan-bahan berbahaya dalam masa budidaya,
mengurangi timbulnya penyakit seperti ekor geripis atau insang kotor dan berfungsi sebagai
pembunuh predator dan ramah lingkungan. Dalam proses budidaya hindari penggerusan lumpur di
saluran yang teraduk karena hal tersebut dapat mencemari tambak.
Proses Budidaya

2. Pemilihan Benih
Sumber benih berasal dari hatchery / tempat perbenihan yang
bersertifikat (memiliki keterangan asal benih), surat bebas
penyakit/ tes PCR, dan berkualitas baik. Ciri-ciri benur yang
baik:
• Warna dan ukuran relatif seragam. Benur berwarna hijau
kecoklatan (tidak berwarna merah) dan bersih.

• Ekor (uropoda) sudah membuka. Nilai keseragaman ukuran dan warna > 95%. Pilih ukuran benih PL
12 agar tingkat kelulusan hidup lebih baik.
• Aktif berenang menentang arus, tidak menempel di dasar atau dinding bak.
• Anggota tubuh lengkap dan bersih dari patogen.
• Perut benur penuh berisi makanan, ditunjukkan dengan warna coklat atau hitam, yang tidak putus-
putus.

Lakukan uji ketahanan dengan kejutan salinitas, dari air bak media pemeliharaan benur ke salinitas 0 ppt
(air tawar) secara mendadak selama 15 menit, kemudian dikembalikan ke salinitas air bak. Jika
kelangsungan hidup benur masih> 90%, artinya kualitasnya baik.
Proses Budidaya

3. Penebaran Benih
Dalam budidaya udang secara semi-intensif, penebaran benur sebaiknya dilakukan 2 minggu setelah
pemupukan dasar, yang mana pada saat tersebut makanan alami tumbuh dengan baik dan kualitas air
sudah layak bagi kehidupan udang. Benih udang ditebar kedalam petakan pada pagi hari sekitar pukul
06.00--07.00. Sebelum benur ditebar, benur diaklimatisasi guna mencegah terjadinya stres. Bobot awal
benur 0,08 g dengan padat penebaran adalah 8 ekor/m2.
Proses Budidaya

4. Pemeliharaan
 Selama pemeliharaan dilakukan penggantian air sebesar 40% dari volume

pada saat pasang tinggi dan pemupukan susulan sebesar 10% dari pupuk
dasar setiap 10 hari. Dosis pakan yang diaplikasikan adalah 2%--10% bobot
badan/hari dengan frekuensi pemberian 2 kali/ hari.

 Pemberian pakan buatan mengalami perubahan berdasarkan hasil

penimbangan udang setiap 2 minggu. Jadwal pemberian pakan adalah pagi


hari (pukul 07.00) dan sore hari (pukul 17.00). Jumlah pakan yang
diberikan lebih banyak pada sore hari karena sifat udang aktif mencari
makan pada malam hari. Kualitas air yang layak untuk pembesaran udang
windu mempunyai optimal 15--25 ppt, udang akan tumbuh lebih cepat
pada salinitas 5--10 ppt, tetapi lebih sensitif terhadap penyakit
Proses Budidaya

5. Panen
Panen dilakukan setelah udang mencapai ukuran konsumsi dengan harga pasar yang baik. Beberapa
teknik panen adalah sebagai berikut:

 Mempersiapkan tim panen, peralatan dan bahan pembantu seperti air dan es dengan jumlah
yang cukup.

 Pastikan waktu panen dilakukan menjelang pagi hari dan harus selesai sebelum matahari terik.

 Pengambilan udang dilakukan dengan cepat dengan alat jala atau jaring atau prayan/bubu,
dengan cara sebagai berikut :

1. Untuk tambak yang bisa dikeringkan dengan cara gravitasi pasang surut, adalah dengan
membuka pintu air keluar (outlet) untuk mengeluarkan air tambak.

2. Pasang jaring pada pintu keluar air (outlet) tambak dengan tepat untuk menampung udang
yang terbawa air. Pada tambak yang berukuran besar (>20 Ha) air bisa ditambahkan dan
dilakukan panen lanjutan pada periode surut terendah selanjutmya.

3. Untuk tambak yang tidak bisa dikeringkan dengan cara gravitasi pasang surut, maka
digunakan jala atau prayan/bubu sambil dilakukan pengeringan tambak
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai