Anda di halaman 1dari 7

NAMA : MUH.

REHAN ADITYA

NPM : 102001O90

KELAS : B (AKUNTANSI)

KELOMPOK 5

1. SURAT TEGURAN, SURAT PAKSA, PENYITAAN PELELANGAN, HAK MENDAHULU


PAJAK
A. SURAT TEGURAN

Surat teguran atau dapat juga disebut surat peringatan atau surat lain yang sejenis adalah surat yang
diterbitkan oleh pejabat unutk menegur atau memperingatkan kepada wajip pajak untuk melunasi hutang
pajaknya. Langkah ini diambil sebagai peringatan agar penanggung pajak segera melunasi hutang pajaknya untuk
menghindari dilakukannya Tindakan penagihan. Surat teguran juga dimaksudkan agar penanggung pajak
mempuunyai kesempatan sampai dengan jangka waktu 14 (empat belas) hatri, sebelum dilakukan upaya paksa
dengan diterbitkannya surat paksa.

Dalam ketentuan pasal 27 ayat (5) peraturan pemerintah nomor 80 tahun 2008 tentang tata cara pelaksanaan
hak dan kewajiban perpajakan undang-undang nomor 6 tahuun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara
perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan undang-undang nomor 28 tahun 2007 diatur
bahwa dalam hal wajib tidak melunasi jumlah pajak yang masih dibayar dalam jangka waktu yang telah
ditentukan, pajak yang masih harus dibayar tersebut ditagih dengan terlebih dahulu menerbitkan surat teguran

Surat teguran tersebut diterbitkan setelah lewat 7 hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran. Dalam
peraturan Menteri keuangan nomor 24/PMK.30/2008 tanggal 2 februari 2008 tentang tata cara pelaksanaan
penagihan dengan surat paksa dan pelaksanaan penagihan seketika dan sekaligus sebagaimana telah diubah
dengan perraturan Menteri keuangan nomor 85/PMK.30/2010 diatur bahwa mengenai saat penerbitan surat
teguran, tregantung dari ada tidaknya sengketa dalam penetapan pajak.

B. SURAT PAKSA

Pengertian Surat Paksa Menurut Undang-Undang 19 Tahun 1997 s.t.d.t.d undang-undang nomorr 19 tahun
2000 pasal 1 sub 12 yang berbunyi SURAT PAKSA adalah perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan
pajak.

 Surat paksa diterbitkan apabila:


a. Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya surat teguran atau surat peringatan atau
surat lain yang sejenis
b. Terhadap penanggung pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus
c. Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan
angsuran atau penundaan pajak
 Ciri-ciri surat paksa adalah:
a. Surat paksa berkepala “Demi Keadilan Berdaasarkan Ketuhanan yang Maha Esa”
b. Surat paksa mempunyai kekuatan hukum yang sama seperti grosse dari putusan hakim dalam perkara
perdata yang tidak dapat diminta banding lagi pada Hakim atasan.
c. Yang dapat ditagih dengan surat paksa, adalah semua jenis pajak pusat dan pajak daerah yang terdiri
dari:
- Pajak pusat - Denda (bukan denda pidana)
- Pajak daerah - Bunga
- Pajak kenaikan - Biaya
d. Penagihan pajak dengan Surat Paksa tersebut dilaksanakan oleh jurusasn Pajak Pusat dan Jurusan
Pajak Daerah.

C. PENYITAAN

Penyitaan adalah tindakan juru sita pajak untuk menguasai barang penanggung pajak, guna dijadikan jaminan
untuk melunasi utang pajak menurut peraturan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tujuan penyitaan
adalah memperoleh uang jaminan pelunasan utang pajak dari penaggunng pajak. Oleh krena itu penyitaan dapat
dilaksanakan terhadap semua barang penanggung pajak, baik yang berada ditempat tinggal, tempat usaha, tempat
kedudukan, penanggung jawab atau ditempat lain sekalipun penguasaanya berada ditangann piihak lain.

Apabila utang pajak tidak dilunasi penangggunga pajak pada jangka waktu 2 (dua) kali 24 (dua puluh empat)
jam setelah surat paksa diberitahukan, pejabat menerbitkan surat perintah melaksanakan penyitaan. Penyitaan
dilakuakn oleh Jurusita Pajak disanksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa, penduduk
indoinesia, dikenal oleh jurusita pajak, dan dapat dipercaya. Jurusita pajak membiat berita acara pelaksanaan sita
yang ditandatangani oleh Jurusita pajak, penanggung pajak dan sanksi-sanksi.

 Barang yang dapat disita antara lain:


a. Barang berggerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan depositi berjangka, tabungan, saldo
rekening korang, giro, atau bentuk lainnya yang diperrsamakan dengan itu obligasi, saham, atau surat
berharga lainnya, pitang dan penyertaan modal pada perrusahaan lain, dan atau
b. Barang tidak bergerak termassuk ttanah, bangunan, dan kapal dengan isi kotor tertentu
 Barang bergerak yang dikecualikan dari penyitan adalah:
a. Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang digunakan oleh penanngung pajak dan
keluargannya yang menjadi tangggungannya
b. Persediaan makanan dan minuman untuk ke[erluan satu bulan beserta peralatn memasak yang ada
dirumh
c. Perlengkapan penanggung pajak yang bersifat dina yang diperbolehkan dari negara

Penyitaan tidak dapat dilaksaanakan terhadap barang yang telah disita oleh pengadilan negeri atau Instansi
lain yang berwenang. Terhadap barang yang telah disita tersebut, jurusita pajak menyanpaiakan surat paksa
epada pengadila negeri atau instansi lain yang berwenang. Pengadilan negeri dalam siding berikutnnya
menetapkan barang tersebut sebagai jaminan pelunasan utang pajak. Pengadila negeri atai instansi yang lain yang
berwenag menentuka pembagian hasil penjualan bbarang tersebut berdasarkan ketentuan hak yang mendahului
negara untuk tagihan pajak.

 Hak mendahului unutk tagihan pajak melebihi segala hak mendahului lainnya,l kecuali terhadap:
a. erkara yang semata-mata disebabkan suatu penghukuman unttuk melelang suatu barang berrgerak
dan atau barang tidak bergerak.
b. Biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkna barang tersebut
c. Biaya perkara yang semata-mata disebabkan pelelangan dan penyelesaian suatu warisan.
 Prnyitaan tambahan dapat dilaksanakan apabila:
a. Nilai barang yang disita tidak cukup unutk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak
b. Hasil pelelangan barang yang telah disita tidak cukup unuk melunasi biaya penagiha pajak dan utang
pajak

D. PELELANGAN

Lelang adalah setiap penjualan barang di muka umum dengan cara penawaran harga secara lisan dan atau
tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli. Apabila utang pajak dan atau biaya penagihan
pajak tidak dilunasi settelah dilakukan penyitaan, pejabat berwenang melaksanakan penjualan secara lelang
terhadap barang yang disitamelalui kantor lelang

penjualan secara lelang terrhadapa barang yang disita dilaksanakan paling singkat 14 haru setelah
pengumuman lelang melalui media massa. Pengumuman lelang dilaksanakan paling singkat 14 harri setelah
penyitaan. Pengumuman lelang untuk barang bergerak dilakukan 1 kali, untuk barang tidak bergerak dilakukan 2
kali.

Apabila hasil lelang sudah mencapai jumlah yang cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang
pajak, pelaksanaan lelang dihentikan oleh pejabat walaupun barang yang akan dilelang masih ada.

E. HAK MENDAHULUI PAJAK

Apabila wajib pajak/penanggung pajak pada saat yang sama disamping mempunyai utang-utang pribadi
(perdata) juga mempunyai utang terhadap negara (fiscus), dimana harta kekayaan wajiib pajak/ penanggung
pajak tidak mencukupi untuk melunasi semua utang-utangnya, maka negara memiliki hak mendahului atas
tagihan pajak tersebut sesuai denngan bunyi pasal 21 undang-undang nomor 6 tahun 1983, jo. Undang-undang
nomor 9 tahun 1994 jo. Undangu-ndang nomor 16 tahun 2000 tentang KUP sebagai berikut

a. Negara mempunyai hakmendahulu untuk tagihan pajak atas barang-barang milik penanggung jawab
b. Hak mendahulu dimaksud meliputi pokok pajak sesuai sanksi administrasi berupa bunga, denda,
kenaikan, dan biaya penagihan pajak
c. Hak mendahulu untuk tagihan pajak melebihi segala hak-ha mendahulu lainnya.

Di lain pihak undang-undang nomor 19 tahun 1997 jo. Undang -nundang nomor 19 tahun 2000 tentang
penagihan pajak dengann surat paksa, pasal 19 ayat 6 mengatur juga denga pengecualian dari hak mendahulu.
Pasal 19 ayat 6 undang -undang tentang penagihan pajak dengan surat paksa tersebut menyatakan sebagai
berikut:

Hak mendahulu untuk tagihan pajak melebihi segala hak mendahulu lainnya terhadap:

a. biaya perkara yang semata-mata disebabkan suatu penghukuman untuk melelang barang bergerak dan
atau barang tidak bergerak
b. biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamtkan barang yang dimaksud
c. biaya perkara untuk semata-mata disebabkan pelelangan penyelesaian suatu warisan.
2. PENAGIHAN SEKETIKA DAN SEKALIGUS

Penagihan seketika dan sekaligus merupakan tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan oleh jurusan pajak
kepada penanggung pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputi utang pajak dari
semua jenis pajak, masa pajak dan tahun pajak. Jurusita pajak melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus
berdasarkan surat perintah seketika dan sekaligus yang diterbitkan apabila:

a. Penanggung pajak akan meningggalkan Indonesia untuk selama-lamannya atau berniat untuk itu
b. Penanggung pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang di kuasai dalam rangka
menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan atau pekerjaan yan dilakukan diindonesia
c. Terdapat tanda-tanda bahwa penanggung pajak akan membubarkan badan usahannya, atau
menggabungkan usahannya, atau memekarkan usahannya atau memindahtangankan perusahaan yang
dimiliki atau dikuasainya attau melakukan peruubahan bentuk lainnya.\
d. Badan usaha akan dibubarkan oleh negara.

KELOMPOK 6

1. PENCEGAHAN, PEYANDERAAN DAN GUGATAN PAJAK


A. PENCEGAHAN.

Dalam terminologi bahasa, arti pencegahan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses, cara,
perbuatan mencegah, penegahan, penolakan. Dalam Pasal 1 angka 20 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
pengertian pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap Penanggung Pajak tertentu untuk keluar
wilayah Negara Republik Indonesia berdasarkan alasan tertentu. Dengan demikian, pencegahan hanya dapat
dilakukan berdasarkan keputusan pencegahan yang diterbitkan oleh Menteri atas permintaan Pejabat dan atasan
pejabat yang bersangkutan.Berdasarkan peratutan perundang-undangan perpajakan, utang pajak hapus apabila
sudah dibayar lunas atau karena daluwarsa. Tindakan pencegahan tidak mengakibatkan hapusnya utang pajak.
Oleh karena itu, sekalipun terhadap penaggung pajak telah dilakukan pencegahan, tindakan penagihan pajak

tidak terhenti dan tetap dapat dilaksanakan.[ CITATION Art19 \l 1057 ]

Jangka waktu pencegahan paling lama 6 (enam) bulan dan dapat diperpanjang untuk selama-lamanya 6
(enam) bulan. Keputusan pencegahan disampaikan kepada Penanggung Pajak yang dikenakan pencegahan,
Menteri Kehakiman, Pejabat yang memohon pencegahan atasan Pejabat yang bersangkutan, dan Kepala Daerah
setempat. Pencegahan tidak mengakibatkan hapusnya utang pajak dan terhentinya pelaksanaan penagihan pajak.

B. PENYANDERAAN.

Penagihan Pajak dengan Surat Paksapengertian penyanderaan adalah salah satu upaya penagihanpajak yang
wujudnya berupa pengekangan sementara waktu terhadap kebebasan Penanggung Pajak dengan
menempatkannya di tempat tertentu. Tempat tertentu dapat berupa rumah tahanan negara yang terpisah dari
tahanan lain. Pada dasarnya antara sandera dan tahanan biasa mempunyai kesamaan bahwa mereka dihilangkan
kebebasannya dengan ditempatkan di tempat yang terasing dari dunia luar.Pemisahan juga dilakukan berdasarkan
jenis kelamin Penanggung Pajak yang disandera. Kepala Rumah Tahanan Negara wajib memperhatikan
penempatan Penanggung Pajak yang disandera yang berada dalam kondisi tertentu, antara lain sakit keras,
mengidap sakit menular atau mengidap gangguan jiwa.

Penghentian Penyanderaan (KEP – 218/PJ./2003). Penanggung Pajak dapat dibebaskan apabila


memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Utang pajak dan biaya penagihan pajak telah dibayar lunas, yang dibuktikan dengan fotokopi bukti
pelunasan utang pajak/biaya penagihan pajak lembar pertama yang dilegalisasi oleh tempat
pembayaran pajak.

b. Jangka waktu yang ditetapkan dalam Surat Perintah Penyanderaan telah habis.

c. Berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, dibuktikan dengan
salinan putusan pengadilan yang dilegalisasi oleh pengadilan yang bersangkutan

d. Surat Rekomendari/Surat Pemberitahuan Menteri Keuangan yang memuat pertimbangan-


pertimbangan

C. GUGATAN.

1. Pengertian

Gugatan merupakan suatu surat tuntutan hak (dalam permasalahan perdata) yang didalamnya
mengandung suatu sengketa dan merupakan landasan dasar pemeriksaan perkara yang diajukan kepada Ketua
Pengadilan Negeri dimana salah satu pihak sebagai penggugat untuk menggugat pihak lainnya sebagai tergugat.

2. Dasar hukum

Dasar hukum gugatan dapat dilihat dari bentuknya. Bentuk gugatan terdapat 2 macam, yaitu gugatan lisan
dan gugatan tertulis. Dasar hukum mengenai gugatan diatur dalam Pasal 118 ayat (1) Herziene Inlandsch
Reglement (HIR) juncto Pasal 142 Rectsreglement voor de Buitengewesten (RBg) untuk gugatan tertulis dan
Pasal 120 HIR untuk gugatan lisan. Akan tetapi, yang paling diutamakan tetaplah gugatan tertulis.

3. Ciri khas

Ciri khas dari gugatan, adalah:

- Permasalahan hukum yang diajukan mengandung sengketa.

- Terjadi sengketa diantara pihak, minimal 2 (dua) pihak (penggugat dan tergugat).

- Tidak dapat dilakukan secara sepihak.

- Proses Pemeriksaan
Proses pemeriksaan gugatan di pengadilan berlangsung secara kontradiktor (contradictoir),
yaitu memberikan hak dan kesempatan kepada tergugat untuk membantah dalil-dalil penggugat
dan sebaliknya penggugat juga berhak untuk melawan bantahan tergugat. Dengan kata lain,
pemeriksaan perkara berlangsung dengan proses sanggah menyanggah baik dalam bentuk replik-
duplik maupun dalam bentuk kesimpulan (conclusion).

2. ANGSURAN DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK.

Pembayaran utang pajak dengan cara angsuran dan penundaan merupakan salah satu fasilitas yang
diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Tentunya, fasilitas ini diperuntukkan bagi wajib pajak yang mengalami
kesulitan likuiditas atau di luar kuasanya, sehingga tidak mampu melunasi cost sampai akhir tahun. Artikel ini

akan membahas mengenai ketentuan pembayaran pajak yang dapat ditunda maupun yang dapat diangsur.

[ CITATION Pri21 \l 1057 ]

A. DASAR HUKUM

Dasar hukum pemberian angsuran atau penundaan pembayaran pajak adalah Pasal 9 ayat (4) UU KUP,
dimana disebutkan bahwa Dirjen Pajak atas permohonan WP dapat memberikan persetujuan untuk mengangsur
atau menunda pembayaran pajak paling lama 12 bulan.

Permohonan pengangsuran atau penundaan pembayaran pajak di atas harus diajukan paling lama 9 hari kerja
sebelum saat jatuh tempo pembayaran utang pajak berakhir disertai dengan alasan dan bukti yang mendukung
permohonan, dan memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. surat permohonan ditandatangani oleh WP, dan dalam hal ditandatangani oleh bukan WP harus
dilampiri surat kuasa sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan;
b. surat permohonan mencantumkan:
- jumlah utang pajak yang pembayarannya dimohonkan untuk diangsur, masa angsuran, dan
besarnya angsuran
- jumlah utang pajak yang pembayarannya dimohonkan untuk ditunda dan jangka waktu
penundaan.
c. dalam hal WP mengajukan permohonan pengangsuran atau penundaan pembayaran PBB yang masih
harus dibayar, selain memenuhi persyaratan huruf a dan b di atas, WP harus tidak memiliki tunggakan
PBB tahun-tahun sebelumnya dan permohonan dimaksud juga harus dilampiri fotokopi SPPT, SKP
PBB, atau STP PBB yang dimohonkan pengangsuran atau penundaan.

B. JENIS-JENIS PEMBAYARAN PAJAK YANG DAPAT DITUNDA ATAU DI ANGSUR.


a. Pajak yang masih harus dibayarkan dalam Surat Tagihan Pajak (STP),
b. Pajak yang masih harus dibayarkan dalam Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
(SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), dan Surat Keputusan Pembetulan,
Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan atas Permohonan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi
Administrasi.
c. Putusan Banding serta Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan bertambahnya jumlah pajak yang
harus dibayarkan. Masa pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak paling lama 12 bulan sejak
diterbitkannya Surat Keputusan Penundaan atau Angsuran Pembayaran Pajak.
d. Tata Cara Pelaksanaan Angsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak
Pajak yang masih harus dibayar dan dilunasi dalam Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar (SKPKB), dan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), dan
Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan
Kembali. Ketentuan ini menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayarkan bertambah, dan wajib dilunasi

dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterbitkan.[ CITATION AGE19 \l 1057 ]

3. PENGHAPUSAN PAJAK
A. PENGERTIAN PIUTANG PAJAK YANG DAPAT DIHAPUSKAN

Pada pasal 24 UU KUP dijelaskan bahwa, tata cara penghapusan piutang pajak dan penetapan besarnya
penghapusan diatur dengan/atau berdasarkan Peraturan MenteriKeuangan. Hal ini tertuang dalam Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 539/KMK.03/2002sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No.
68/PMK.03/2012 tentangTata Cara Penghapusan Piutang Pajak dan Penetapan Besarnya Piutang Pajak. Dirjen
Pajak memberikan kebijaksanaan dan kepastian hukum bagi Wajib Pajak yangmasih memiliki kewajiban pajak
yang masih terhutang namun dapat dihapuskan sebagaimanadalam ketentuan tersebut.

B. GAMBARAN UMUM TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.03/2012, dijelaskanmengenai tata cara


penghapusan piutang pajak dan penetapan besarnya penghapusan. WajibPajak dan piutang pajak yang
bersangkutan sebagai dasar untuk menentukan besarnya piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi dan
diusulkan untuk dihapuskan.

a. Piutang pajak yang dapat dihapuskan adalah piutang pajak yang tercantum dalam
b. Piutang pajak yang dapat dihapuskan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Wajib Pajak orang
pribadi adalah piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi karena:
c. Piutang pajak yang dapat dihapuskan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Wajib Pajak badan
adalah piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi karena:

Anda mungkin juga menyukai