Anda di halaman 1dari 4

Nama : Hafizd Az-Zein

NIM : 190421628804

Offering : PP

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Regulasi dan Standar di Sektor Publik

1. Kebutuhan Regulasi dan Standar di Sektor Publik


Sebagai organisasi yang mengelola dana masyarakat, organisasi sector public
seyogyanya mampu memberikan pertanggungjawaban public melalui laporan
keuangannya. Seperti halnya yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan komersial,
informasi berupa keuangan tersebut seharusnya merupakan hasil dari sebuah proses
akuntansi.
Untuk keperluan tersebut dibuatlah standar akuntansi yang nantinya akan
menjadi acuan dan pedoman bagi para akuntan yang berada dalam organisasi sector
public. Standar akuntansi merupakan Prinsip Akuntansi yang berlaku umum (Generally
Accepted Accounting Principles – GAAP). BerlakuUmum mempunyai makna bahwa
laporan keuangan suatu perusahaan bisadimengerti oleh siapa pun dengan latar
belakang apa pun.
IAI telah menerbitkan Pernyataan StandarAkuntansi Keuangan Nomor 45
(PSAK 45) untuk organisasi Nirlaba. Tentang Organisasi Nirlaba‖. PSAK ini berisi
tentang kaidah-kaidah serta prinsip-prinsip yang harus diikuti oleh organisasi nirlaba
dalam membuat laporan keuangan.

2. Perkembangan Peraturan Perundangan Di Sektor Publik


Dalam kaitannya dengan otonomi daerah, sesuai dengan amanat undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, pemerintah daerah dinyatakan
berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Maka, sejak tahun
2001 atau tepatnya sejak diberlakukannya Undang-undang nomor 22 Tahun
1999tentang Pemerintah Daerah, pemerintah melaksanakan otonomi daerah
dalamrangka penyelenggaraan urusan pemerintah yang lebih efisien, efektif,
dan bertanggung jawab.
melalui otonomi luas daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing
dengan memerhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewan dan
kekhususan, serta potensin dan keanekaragaman daerah dalam system Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
Selama tiga tahun pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah
kemudianmenyadari masih terdapat banyak aspek yang menjadi kelemahan sekaligus
celahdalam peraturan perundangan yang sering menimbulkan kerancuan. Selain itu,
disadari pula bahwa isi Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 sudah tidak sesuai lagi
dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, danb tuntutan penyelenggaraan
otonomi daerah yang lebih efisien. maka dikeluarkan undang-undang pengganti, yaitu:
- Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah.
- Undang-undang Nomor 33 Tahun 2003 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dana Pemerintah Daerah.

Dengan keluarnya undang-undang pengganti terseburt, pedoman pelaksanaan


otonomi daerah menjadi lebih jelas dan lebih terperinci, khususnya pada aspek
pengelolaan keuangan daerah dan pertanggungjawabannya. Perubahan undang-undang
tentang Pemerintah Daerah ini merupakansalah satu hal signifikan yang mempunyai
peran penting dalam perkembangan pelaksanaan otonomi daerah.

Peraturan perundangan terus bergerak dinamis khususnya PeraturanPemerintah


(PP) sebagai tuntutan berbagai undang-undang di atas, antara lain:

1. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan BadanLayanan Umum.


2. PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
3. PP Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah.
4. PP Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.
5. PP Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah.
6. PP Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah.
7. PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelola Keuangan Daerah.
8. PP Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusun dan Penerapan Standar
Pelayanan Minimal.

C. Standar Internasional Akuntansi Sektor Publik


Untuk mendukung tugasnya dalam menyusun standar, komite mengacu pada
International Accounting Standards ( IAS) (Standar Akuntansi Internasional), khususnya pada
pernyataan-pernyataan yang sesuai dengan konteks dankarakteristik akuntansi sektor publik.
Selain IAS, komite juga menggunakansumber-sumber lain sebagai acuan seperti peraturan
perundangan, asosiasi profesi,dan berbagai organisasi lain yang bergerak atau berkepentingan
dalam akuntansi sektor publik.

Jika dalam suatu negara sudah terdapat arahan dan peraturan hukum yangmenuntut
pelaporan keuangan organisasi sektor publik, yang dibuat baik oleh pemerintahnya maupun
oleh badan pengatur atau organisasi profesi akuntan, maka IPSAS tidak dimaksudkan sebagai
pengganti peraturan yang telah ditetapkan dinegara bersangkutan. Dalam hal ini, IPSAS dapat
digunakan oleh para pembuat standar di negara bersangkutan untuk pengembangan standar
baru atau untukmerevisi standar yang ada guna meningkatkan komparabilitas laporan
keuangan organisasi sektor publik secara internasional. Sedangkan bagi negara yang belum
mengembangkan standar akuntansi untuk pemerintahan dan organisasi
sektor publik, maka IPSAS dapat digunakan sebagai pedoman dalam menyusun standar yang
dimaksud.

IPSAS meliputi serangkaian standar yang dikembangkan untuk basisakrual (accrual


basis), namun juga terdapat suatu bagian IPSAS yang terpisah guna merinci kebutuhan untuk
basis kas (cash basis). Dalam hal ini, IPSAS dapat diadopsi oleh organisasi sektor publik yang
sedang dalam proses perubahan daricash basis ke accrual basis. Jika demikian, maka organisasi
sektor publik yang telah memutuskan untuk mengadopsi basis akrual menurut IPSAS, harus
mengikuti ketentuan waktu mengenai masa transisi dari basis kas ke basis akrual yang diatur
oleh IPSAS.

D. Perbedaan PSAP dan PSAK

Terdapat perbedaan antara SAP dan SAK sebagai berikut:


1. SAP digunakan oleh entitas yang bertanggung jawab menyediakan barang &
jasa jasa untuk rakyat, sementara SAK digunakan oleh entitas yang bertanggung
jawab mencari laba untuk pemilik/pemegang saham,
2. SAK menggunakan basis akrual sedangkan SAP menggunakan basis kas
menuju akrual. Walaupun SAP menggunakan basis akrual, tetapi laporan
orientasi kas seperti laporan realisasi anggaran tetap harus dibuat.
3. Perbedaaan antara SAP dan SAK juga terletak pada komponen laporan
keuangannya.

Anda mungkin juga menyukai