Anda di halaman 1dari 10

Lex Administratum, Vol. VIII/No.

5/Nov/2020/Edisi Khusus

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA PENDAHULUAN


LAUT DALAM PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA 1 A. Latar Belakang Masalah
Oleh: Efraim Kristya Netanyahu2 Dua pertiga wilayah Indonesia adalah laut,
Emma V. T. Senewe3 oleh sebab itu Indonesia dikenal sebagai negara
Friend H. Anis4 maritime. Sebagai negara maritim dengan
wilayah lautan seluas 3,25 juta km2 dari luas
ABSTRAK wilayah keseluruhan 7,81 juta km2, 5 dapat
Jenis penelitian yang digunakan yaitu hukum dikatakan bahwa Indonesia mempunyai
normatif. Dengan data sekunder meliputi bahan keistimewaan sendiri disektor kelautan
hukum primer yaitu Undang-Undang Dasar dibandingkan dengan negara lainnya, baik itu
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan dalam bidang perdagangan ataupun usaha jasa.
peraturan-peraturan yang berkaitan dengan Kedua bidang tersebut berkaitan erat dengan
pekerja laut dan ketenagakerjaan, bahan hukum pekerja dan pemberi kerja baik di sektor formal
sekunder seperti jurnal hukum, buku literatur ataupun informal. Pekerja sektor formal adalah
dan kasus-kasus hukum dan bahan hukum pekerja yang dipekerjakan oleh suatu
tersier seperti kamus hukum. Selain itu penulis perusahaan yang berbadan hukum, yang
mengambil sumber data primer yang didapat mempunyai aturan tertulis yang jelas seperti
langsung dari lapangan sebagai tambahan. Kontrak, PeraturanPerusahaan, PerjanjianKerja,
Teknik untuk mengkaji dan mengumpulkan dan PerjanjianKerjaBersama. Sedangkan pekerja
ketiga bahan tersebut yaitu dengan sektor informal adalah pekerja yang
menggunakan studi dokumenter. Data yang dipekerjakan oleh perseorangan yang tidak
telah dikumpulkan kemudian diolah dengan berbadan hukum dan umumnya pada
meneliti kelengkapan data tersebut, melakukan pengikatan tidak didasari pada aturan tertulis.
penyusunan data pada tiap pokok pembahasan Setiap usaha yang didirikan pastinya
secara sistematis dan mengelompokkan data mempunyai pekerja di dalamnya. Peranan yang
tersebut menurut pokok bahasan. Metode sangat pentung dalam sebuah usaha adalah
pendekatan yang digunakan meliputi adanya pekerja. Dapat dikatakan bahwa pekerja
pendekatan perundang-undangan, pendekatan merupakan jiwa dari suatu usaha. Bayangkan
kasus dan pendekatan konseptual. Analisis data jika dalam suatu usaha tidak ada pekerja
yang digunakan adalah analisis kualitatif. Hasil didalamnya, tentu saja setiap tugas yang ada
penelitian menunjukkan bahwa kedudukan tidak dapat berjalan semestinya. Sebagai suatu
perjanjian kerja laut hakikatnya sama dengan komponen yang penting, pekerja seharusnya
perjanjian kerja pada umumnya yang ditempatkan pada posisi yang diuntungkan,
membedakannya perjanjian kerja laut khusus bukan sebaliknya.
dibuat untuk pelaut yang memiliki keahlian atau Berdasarkan data yang diambil dari website
keterampilan khusus sebagai awak kapal. Pengadilan Negeri Manado Kelas IA, Provinsi
Dengan demikian dalam pembuatan perjanjian Sulawesi Utara jumlah perkara yang masuk
kerja laut harus juga memperhatikan beberapa terkait dengan perselisihan hubungan industrial
ketentuan baik dalam UU No. 13 Tahun 2003, (PHI) dalam rentang waktu 2013 sampai dengan
KUHPerdata, maupun KUHDagang oleh sebab itu Januari 2020 sebanyak 179 perkara. Tiga tahun
hak-hak yang akan didapatkan pekerja laut terakhir dengan rincian sebagai berikut, pada
ketika terjadi perselisihan pemutusan hubungan tahun 2017 sebanyak 24 perkara, tahun 2018
kerja tetap harus mengikuti hukum sebanyak 27 perkara dan pada tahun 2019
ketenagakerjaan tetapi juga tidak sebanyak 28 perkara. 6 Jika dilihat setiap
mengesampingkan perjanjian kerja laut. tahunnya perkara yang masuk makin meningkat.
Kata Kunci: Perlindungan Hukum, Pekerja Laut, Dengan meningkatnya perkara yang masuk,
Pemutusan Hubungan Kerja
5
http://www.kkp..go.id/lartikel/l2233-maritim-indonesia-
kemewahan-yang-luar-biasa. Diakseslpada 21 Januari 2020
1
Artikel Tesis pukul 22.50 WITA.
2 6
Mahasiswa pada Pascasarjana Unsat, NIM. 18202108016 http://pn-manado.go.id/publik/layanan-informasi-
3
Fakultas Hukum Unsrat, Doktor Ilmu Hukum perkara/statistik-perkara.html. Diakses pada 25 Januari
4
Fakultas Hukum Unsrat, Doktor Ilmu Hukum 2020. Pukul 22.10 WITA.

54
Lex Administratum, Vol. VIII/No. 5/Nov/2020/Edisi Khusus

dapat dikatakan bahwa kehidupan kaum serta perlakuan yang sama dihadapan
pekerja/buruh tiap tahunnya masih berada pada hukum.”
posisi timpang. Data diatas belum termasuk Pasal 28D Ayat (2) Undang-Undang Dasar
dengan jumlah pengaduan PHI yang masuk di Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Disnakertrans provinsi atau kabupaten kota. “Setiap orang berhak untuk bekerja serta
Pekerja laut mempunyai keunikan tersendiri mendapat imbalan dan perlakuan yang adil
dibandingkan pekerja pada umumnya. Menurut dan layak dalam hubungan kerja.”
data terbaru yang dihimpun dari Badan Pusat
Statistik, keadaan ketenagakerjaan Indonesia Realitasnya kaum pekerja masih menjadi
sampai dengan Februari 2019, jumlah salah satu kelompok terpinggirkan atau
buruh/karyawan/pegawai berjumlah 50,62 juta termajinalkan (marginalized groups) dalam
orang. Sedangkan pekerja yang bekerja dilaut proses pembangunan. Padahal dengan
sebesar 1.143.290 orang dengan rincian diratifikasinya 18 Konvensi Organisasi Buruh
1.120.462 dengan jenis berjenis kelamin laki dan Internasional (International Labour
sebanyak 22.828 dengan jenis Organization) oleh pemerintah Indonesia
7
kelaminperempuan. Melihat jumlah tersebut sampai tahun 2008, mestinya kehidupan kaum
dapat diambil kesimpulan bahwa pelaut buruh menjadi lebih baik. 8 Sebagai upaya
merupakan pekerja minoritas bila dibandingkan memberikan perlindungan kepada pelaut dan
pekerja pada umumnya yang berada di darat. para awak kapal yang bekerja di kapal yang
Melihat keadaan tersebut, seharusnya berbendera asing, ILO telah mengadopsi
pemerintah Indonesia lebih memperhatikan Maritime Labour Convention, 2006 (Konvensi
nasib pekerja laut. Pekerja laut banyak Ketenagakerjaan Maritim, 2006) pada Sidang
menghabiskan waktu dengan bekerja di atas Ketenagakerjaan Internasional ke-94 yang telah
kapal, dapat dikatakan hampir sepanjang hari. diselenggarakan di Jenewa pada tanggal 23
Melihat resiko yang sangat besar sudah Februari 2006, dan mulai berlaku secara
seharusnya mereka mendapatkan perlindungan internasional pada tanggal 20 Agustus 2013.
hukum untuk hak-hak normatif pekerja. Hal Sebagai salah satu negara yang memiliki
tersebut ditegaskan dalam Konsiderans UU No. jumlah pelaut terbesar, sudah sepantasnya
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Indonesia memberikan perlindungan kepada
dikatakan, perlindungan terhadap tenaga kerja pekerja yang bekerja diatas kapal dengan
dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar meratifikasi Maritime Labour Convention, 2006.
pekerja/buruh dan menjamin kesamaan Pada tanggal 6 Oktober 2016 telah disahkan dan
kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi diundangkan menjadi UU No.15 Tahun 2016
atas dasar apapun untuk mewujudkan tentang Pengesahan Maritime Labour
kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya Convention, 2006 (Konvensi Ketenagakerjaan
dengan tetap memperhatikan perkembangan Maritim, 2006).
kemajuan dunia usaha. Seperti yang diketahui akibat-akibat dari
Konstitusi Negara Republik Indonesia Pasal sistim tidak campur tangan negara dan
27 dan Pasal 28 Undang-Undang Dasar Negara “perjanjian yang bebas” berhubung dengan
Republik Indonesia Tahun 1945 telah mengatur tumbuhnya industri pabrik yang cepat, yang
tentang perlindungan hukum bagi pekerja menyebabkan keadaan-keadaan yang tak
diantaranya, tertahan. Sifat ploretaris dari kelas buruh
Pasal 27 Ayat (2) Undang-Undang Dasar menyebabkan kemerdekaan kaum buruh untuk
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, “Tiap mengatur hubungan perburuhan dengan
warga negara berhak atas pekerjaan dan majikan hanya namanya saja merdeka, sebab
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” mereka terpaksa menerima syarat-syarat
Pasal 28D Ayat (1) Undang-Undang Dasar perburuhan yang ditentukan oleh majikan.9
Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
“Setiap orang berhak atas jaminan,
perlindungan dan kepastian hukum yang adil 8
LBH Padang. 2007. Hak-hak Buruh yang Kian Disingkirkan.
Suara Rakyat. Nomor 5/Mei/2007 : 3.
7 9
https://pelaut.dephub.go.id/. Diakses pada 22 Januari L.J.vanlApeldoorn. 2011. lPengantar IlmulHukum.
2020. Pukul 22.05 WITA. lCetakan ke-34. lJakarta: lPradnya lParamita. 367-368.

55
Lex Administratum, Vol. VIII/No. 5/Nov/2020/Edisi Khusus

Seiring dengan perkembangan zaman dimana dalam penulisan ini menggunakan jenis
sudah banyak perusahaan-perusahaan di sektor penelitian hukum normatif.
kelautan, tak dapat dipungkiri banyak juga Bahan hukum tersebit diatas yang dikaji dan
timbul perselisihan hubungan industrial antara yang dianalisis dalam penelitian hukum
pelaut dan pengusaha. Seringkali para pekerja normative adalah dengan menggunakan studi
laut tidak mendapatkan hak dan perlindungan dokumenter. Studi documenter dalam penulisan
hukum yang jelas, banyaknya aturan-aturan ini mengkaji berbagai dokumen-dokumen
yang menyangkut pekerja laut termasuk di seperti peraturan perundang-undangan,
antaranya ketentuan dalam Pasal 395 - Pasal literatur dan sebagainya.
452 KUHDagang, UU No. 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran dan juga PP No. 7 Tahun 2000 tentang HASIL DAN PEMBAHASAN
Kepelautan yang mengatur tentang adanya A. Kedudukan perjanjian kerja laut terhadap
perjanjian kerja laut bagi para pekerja laut. perselisihan pemutusan hubungan kerja
Selain itu perjanjian kerja laut juga tunduk pekerja laut
dalam Bab VIIA KUHPerdata mengenai Ketentuan Pasal 50 UU No. 13 Tahun 2003
perjanjian kerja selama tidak diatur dalam menetapkan bahwa hubungan kerja terjadi
KUHDagang. Ada hal-hal lain yang juga diatur karena adanya perjanjian kerja antara
dalam KUHPerdata seperti syarat sah nya suatu pengusaha dengan pekerja/buruh. Adanya
perjanjian juga mengatur mengenai perjanjian demikian sangatlah esensial.
wanprestasi, ganti rugi dan lain sebagainya. Pemahaman di atas pada prinsipnya serupa
Dewasa ini banyak pihak yang menggunakan dengan apa yang ada di Eropa. Di kebanyakan
perjanjian kerja laut sebagai dasar aturan dalam negara di Eropa dasar atau landasan hukum
menerapkan hak-hak pekerja ketika terjadi perburuhan dapat ditemukan di dalam
pemutusan hubungan kerja. Akibatnya ‘perjanjian kerja’. Di negara-negara di Eropa
perlindunganhukum bagipekerja laut dalaml (baik di dalam peraturan perundang-undangan
peraturan perundang-undangan terjadi maupun dalam yurisprudensi), perjanjian kerja
inkonsistensi peraturan sehingga menyebabkan dipahami mencakup tiga elemen inti: pekerjaan,
conflict of norm. upah dan otoritas/kewenangan. Ini berarti
bahwa perjanjian kerja adalah suatu
B. Rumusan Masalah kesepakatan dengan mana buruh/pekerja
1. Bagaimanakah kedudukan perjanjian kerja mengikatkan diri sendiri untuk bekerja di bawah
laut terhadap perselisihan pemutusan otoritas/kewenangan majikan dengan menerima
hubungan kerja pekerja laut? pembayaran upah. 11 Sebagaimana layaknya
2. Bagaimanakah pmerlindungan hokum undang-undang, pembuatan perjanjian
bagi pekerjalaut apabila terjadi bertujuan mengatur hubungan hukum dan
perselisihan pemutusan hubungankerja? melahirkan seperangkat hak dan kewajiban.
Bedanya jika undang-undang mengatur
C. Metode Penelitian masyarakat secara umum (publik), perjanjian
Menurut Surjono Sukanto ada dua mengatur dan hanya mengikat para pihak yang
jenispenelitianhukum, yaitu peneltian hokum membuat perjanjian.12
normatif, dan peneltian hokum empiris. Putusan Nomor 4/Pdt.Sus-PHI/2017/PN Smr
Penelitian hukum normatif atau yang disebut antara Syamsuddin dan Zaenal sebagai
juga penelitian hukum kepustakaan adalah penggugat melawan PT. Rusianto Bersaudara
penelitian hukum yang dilakukan dengan cara adapun dengan duduk perkaranya sebagai
meneliti bahan pustaka atau data sekunder berikut, Syamsuddin (Penggugat I) mulai
belaka. Sedangkan penelitian hukum empiris bekerja di PT. Perusahaan Pelayaran Rusianto
adalah penelitian yang datanya diperoleh secara
11
langsung dari masyarakat yang dinamakan data Agusmidah, et.al. 2012. Bab-Bab tentang Hukum
primer 10 Berdasarkan penjelasan diatas maka Perburuhan Indonesia. Denpasar: Pustaka Larasan,
Universitas Indonesia, Universitas Leiden, Universitas
Groningen. 13.
10 12
Soerjono Soekanto, Sri Mamuji. 2015. Penelitian Hukum Abdul Khakim. 2017. Aspek Hukum Perjanjian Kerja,
Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Cetakan ke-17. Jakarta: Peraturan Perusahaan, dan Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
PT RajaGrafindo Persada. 12-14. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. 46.

56
Lex Administratum, Vol. VIII/No. 5/Nov/2020/Edisi Khusus

Bersaudara sejak tanggal 27 Mei 1993 tanpa pemberitahuan terlebih dahulu karena
diberhentikan pada tanggal 13 Oktober 2015 alasan – alasan yang mendesak umpamanya:
(masa Kerja 22 tahun) dengan upah terakhir a. Pihak II kurang cakap, berkelakuan buruk,
sebesar Rp. 2.800.000/bulan (upah pokok = Rp. lengah atau lalai dalam kewajiban, tidak
2.400.000 dan tunjangan tetap = Rp. 400.000) patuh perintah yang dimaksud pa sal (8)
dan jabatan terakhir sebagai Juru Mudi pada atau melakukan perbuatan lain yang
KM. TB. Bloro 21, Lokasi Kelurahan Sungai Lais merugikan Pihak I.
Samarinda. Zaenal (Penggugat II) mulai bekerja b. Bila Pihak II ternyata melakukan
di PT. Pelayaran Rusianto Bersaudara sejak perbuatan – perbuatan yang
tanggal 10 Januari 2005 diberhentikan pada bertentangan dengan hukum pidana atau
tanggal 20 April 2015 (masa Kerja 9 tahun 9 melanggar peraturan – peraturan
bulan ) dengan upah terakhir sebesar Rp. pemerintah Republik Indonesia, maka ia
2.800.000/bulan (Upah Pokok = Rp. 1.500.000 akan diturunkan di tempat / pelabuhan
dan Tunjangan Tetap = Rp. 300.000) jabatan dimana peristiwa itu terjadi dan
terakhir sebagai Juru Mudi pada KM. TB. Berau diserahkan kepada Pihak yang berwajib.
Coal 8. Zaenal telah diberhentikan tanpa adanya Terhadap gugatan dan jawaban tergugat
kesalahan yang dibuktikan dengan surat tersebut hakim dalam pertimbangan hukumnya
Pengalaman Kerja tanggal 20 April 2015. menyatakan bahwa dengan adanya ketentuan di
Jawaban gugatan dari tergugat yang pada dalam UU No.13 Tahun 2003 tentang
intinya menerangkan bahwa hubungan kerja Ketenagakerjaan maka tidak serta merta
antara Para Penggugat dan Tergugat adalah ketentuan di dalam KUHDagang menjadi tidak
berdasarkan perjanjian kerja laut yang merujuk mempunyai kekuatan hukum yang mengikat.
pada KUHDagang serta UU No. 17 Tahun 2008 Menurut pendapat Majelis Hakim bahwa
tentang Pelayaran. Selain itu, dalam jawabannya ketentuan yang diatur di dalam Bab Keempat
Tergugat mengatakan bahwa permasalahan KUHDagang bersifat khusus (lex specialis), dan
Penggugat I ini adalah Sertifikat Kepelautan yang ketentuan yang diatur di dalam BAB VIIA
dimilikinya sudah habis masa berlakunya (out of KUHPerdata bersifat umum, maka berlakulah
date), sehingga perusahaan meminta yang asas “lex specialis derogat legi generalis”.
bersangkutan untuk melakukan pembaruan Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan
sertifikat agar bisa dipekerjakan kembali diatas pertimbangan tersebut di atas maka Majelis
kapal, namun Penggugat I tidak mengindahkan Hakim berkesimpulan apabila suatu hal yang
perintah ini. Sedangkan untuk permasalahan berkaitan dengan perjanjian kerja laut terdapat
Penggugat II an. Zaenal terikat dengan Perjanjian pengaturannya di dalam KUHDagang dan/atau
Kerja Laut No. PK. 301/57/III/1/KSOP-SMD/2015 UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, maka
tertanggal 6 Januari 2015, dengan Jabatan ketentuan dalam KUHPerdata dan/atau UU No.
sebagai Masinis II pada Kapal TB. Berau Coal 7. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Sama seperti dengan uraian diatas bahwa haruslah dikesampingkan. Dalam hal ini berlaku
hubungan kerja antara Penggugat II dan asas metaprinciple yang mengatakan : “lex
Tergugat adalah mengacu pada perjanjian kerja posterior generalis, non derogat legi priori
laut selain itu, Sertifikat Kepelautan yang specialis”. Artinya undang-undang yang terbit
dimilikinya ternyata Tidak Asli (Palsu). Ini baru kemudian yang generalis (bersifat umum) tidak
diketahui ketika ada pemeriksaaan dari Kantor mengalahkan (mengesampingkan)
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) pendahulunya. Oleh karena itu, Majelis Hakim
Kelas II Samarinda terhadap keabsahan sertifikat berpendapat dengan telah adanya pengaturan
Pelaut yang bersangkutan, atas dasar inilah umum di dalam UU No.13 Tahun 2003 tentang
Tergugat memberhentikan yang bersangkutan, Ketenagakerjaan menggantikan Ketentuan Bab
karena telah melakukan pembohongan atau Ketujuh A KUHPerdata, tidak serta merta dapat
penipuan kepada perusahaan, sesuai Pasal 9 mengesampingkan atau menggantikan
perjanjian kerja laut : ketentuan di dalam KUHDagang dan/atau UU
Pihak I berhak pada setiap waktu mengakhiri No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dan PP
hubungan kerja atau perjanjian ini, sekalipun No.7 Tahun 2000 tentang Kepelautan dan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 84

57
Lex Administratum, Vol. VIII/No. 5/Nov/2020/Edisi Khusus

Tahun 2013 tentang Perekrutan dan meneliti memori kasasi tanggal 16 Mei 2017 dan
Penempatan Awak Kapal. Menimbang, bahwa kontra memori kasasi tanggal 6 Juni 2017
berdasarkan perjanjian kerja laut antara dihubungkan dengan pertimbangan Judex Facti,
Penggugat I dengan Tergugat, tertanggal 2 dalam hal ini Pengadilan Hubungan Industrial
Oktober 2014 sebagaimana, bukti T-1 dan pada Pengadilan Negeri Samarinda telah salah
perjanjian kerja laut antara Penggugat II dengan menerapkan hukum dengan pertimbangan
Tergugat, tertanggal 6 Januari 2015 sebagai berikut:
sebagaimana, bukti P-10 dan bukti T-3, 1. Bahwa Judex Facti tidak mempertimbangkan
dihubungkan dengan ketentuan Pasal 1338 Ayat ketentuan Pasal 337 Undang Undang Nomor
(1) dan Ayat (2) KUHPerdata mengamanatkan 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran yang pada
bahwa : Pasal 1338 Ayat (1) KUHPerdata, yang pokoknya hubungan kerja berdasarkan
menyatakan bahwa “semua perjanjian yang perjanjian kerja laut tunduk pada Undang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang- Undang Ketenagakerjaan;
undang bagi mereka yang membuatnya”, artinya 2. Bahwa terhadap Penggugat I Judex Facti
bahwa kedua belah pihak wajib mentaati dan tidak mempertimbangkan bukti T.6 berupa
melaksanakan perjanjian yang telah disepakati Buku Pelaut Penggugat I, apabila bukti
sebagaimana mentaati undang-undang. Pasal tersebut dipertimbangkan secara seksama
1338 Ayat (2) KUHPerdata, yang menyatakan maka diperoleh fakta hukum bahwa
bahwa: “suatu perjanjian tidak dapat ditarik Penggugat I sudah mulai bekerja pada
kembali selain dengan sepakat kedua belah Tergugat sejak Mei 1993 sampai dengan Mei
pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh 2015 sehingga masa kerja 22 (dua puluh dua)
undang-undang dinyatakan cukup untuk itu”. tahun dengan upah terakhir sesuai bukti P.2
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan sebesar Rp2.406.862,00/bulan dan saat
hukum diatas maka Majelis Hakim berpendapat diputus hubungan kerjanya Penggugat I
bahwa Hubungan Kerja antara Para Penggugat sesuai bukti P.1 berupa KTP telah memasuki
dengan Tergugat terikat dalam hubungan kerja usia pensiun sebagaimana dimaksud
berdasarkan perjanjian kerja laut. Berdasarkan ketentuan Pasal 15 PP No. 45 Tahun 2015
pertimbangan tersebut hakim dalam amar tentang Penyelenggaraan Program Jaminan
putusannya menolak gugatan penggugat untuk Pensiun. Dengan demikian terhadap
seluruhnya. peristiwa hukum tersebut diterapkan
Putusan Pengadilan Hubungan Industrial ketentuan Pasal 167 Undang Undang Nomor
pada Pengadilan Negeri Samarinda yang 13 Tahun 2003 diputus hubungan kerjanya
memeriksa dan mengadili perkara perselisihan karena memenuhi usia pensiun;
hubungan industrial dalam tingkat pertama 3. Bahwa terhadap Penggugat II memiliki
dengan Nomor 4/Pdt.Sus-PHI/2017/PN Smr sertifikat Kepelautan tidak asli berdasarkan
hakim menyatakan bahwa hubungan kerja hasil pemeriksaan Kesyahbandaran
antara pekerja dan pemberi kerja didasarkan Samarinda melanggar Pasal 9 Perjanjian Kerja
pada perjanjian kerja laut. Putusan diatas tidak Laut antara Penggugat II dengan Tergugat,
dapat diterima oleh pihak penggugat sehingga sehingga Pemutusan Hubungan Kerja sign off
mereka mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung letter tanggal 13 Oktober 2015 sah dan
Republik Indonesia dengan Putusan Nomor 313 mengikat.
K/Pdt.Sus-PHI/2018. Kedudukan pertimbangan hukum dalam
Putusan Nomor 313 K/Pdt.Sus-PHI/2018 putusan sangat penting. Bahkan dapat dikatakan
mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon sebagai inti yuridis dari sebuah putusan hakim.
Kasasi Syamsuddin, menolak permohonan kasasi Suatu pertimbangan hukum dalam putusan
dari Pemohon Kasasi Zaenal dan memperbaiki hakim dipandang cukup apabila memenuhi
Putusan Pengadilan Hubungan Industrial pada syarat minimal pertimbangan sebagai berikut:13
Pengadilan Negeri Samarinda Nomor 4/Pdt.Sus- Pertama, pertimbangan menurut hukum dan
PHI/2017/PN Smr. Terhadap alasan-alasan
dalam memori dan kontra memori kasasi, 13
Jonaedi Efendi. 2018. Rekonstruksi Dasar Pertimbangan
Mahkamah Agung berpendapat bahwa alasan Hukum Hakim Berbasis Nilai-nilai Hukum dan Rasa Keadilan
tersebut dapat dibenarkan, oleh karena setelah yang hidup dalam Masyarakat. Depok: Prenadamedia
Group. 109-110.

58
Lex Administratum, Vol. VIII/No. 5/Nov/2020/Edisi Khusus

perundang-undangan. Hakim dalam mengambil berbagai faktor ekstrim lainnya menjadikan


putusan atas suatu perkara yang diadili harus profesi seorang pelaut sangat beresiko, oleh
membuat pertimbangan berdasarkan hukum karena itu tidak jarang pekerjaan sebagai
dan/atau legal yuridis. Kedua, pertimbangan seorang pelaut harus bertaruhan dengan
demi mewujudkan keadilan. Keadilan harus nyawa.16
selalu melekat dalam putusan hakim karena Perlindungan hukum yang dimaksud disini
keadilam merupakan tujuan utama dari hukum ialah perlindungan terhadap pelaut yang bekerja
dan perundang-undangan itu sendiri. di kapal yang memiliki kebangsaan Indonesia
Putusan pengadilan merupakan bagian dari sesuai dengan ketentuan PP No. 51 Tahun 2002
proses penegakan hukum yang bertujuan untuk tentang Perkapalan. Dalam UU No. 17 Tahun
mencapai kebenaran dan keadilan. Putusan 2008, pengertian kapal adalah kendaraan air
pengadilan merupakan produk penegak hukum dengan bentuk dan jenis tertentu, yang
yang didasarkan pada hal-hal yang relevan digerakkan dengan tenaga angin, tenaga
secara yuridis yang muncul secara sah di mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda,
persidangan. Kualitas putusan pengadilan termasuk kendaraan yang berdaya dukung
berkorelasi dengan profesionalisme, kecerdasan dinamis, kendaraan di bawah permukaan air,
moral, dan kepekaan nurani hakim. serta alat apung dan bangunan terapung yang
Pertimbangan hukum (legal reasoning) yang tidak berpindah-pindah. Mengacu pada Pasal
dipakai para hakim sebagai landasan dalam 310 KUHDagang, kapal laut adalah semua kapal
mengeluarkan amar putusan, merupakan yang dipergunakan untuk pelayaran di laut atau
determinan dalam melihat kualitas putusan.14 diperuntukkan bagi itu. Sehingga terdapat kapal
Putusan hakim adalah merupakan akhir dari perairan darat, yaitu kapal yang dipakai untuk
suatu proses perkara, apalagi suatu putusan pelayaran di perairan darat (seperti : sungai,
peninjauan kembali yang tidak ada lagi upaya danau, dan lain lain). Selanjutnya yang termasuk
hukumnya, sehingga harus dibuat secara cermat dalam golongan kapal laut ialah : kapal niaga,
dan hati-hati, agar keadilan yang merupakan roh kapal nelayan, kapal pesiar, kapal penumpang,
dari hukum dapat tercapai. Suatu putusan yang kapal penolong, kapal penangkap ikan, kapal
mencederai keadilan akan menimbulkan tongkang, dan lain lain.17 Menurut Muchtarudin
bencana, seperti yang pernah dikatakan Hugo de Siregar, jenis kapal dapat dibagi yaitu: kapal
Groot seorang filsuf Belanda yang menyatakan penumpang (passengger vessel), kapal barang
“Vbi ivdicia devicivnt incipit bellvm” artinya (general cargo vessel) yang konvensional, kapal
“ketika suatu putusan tidak memberikan peti kemas (container vessel) yang dapat berupa
keadilan maka disitulah mulainya perang”.15 semi container dan full container, kapal
pengangkut kayu (log carrier), dan kapal tangka
B. Perlindungan hukum bagi pekerja laut pengangkut minyak (tankers).18
apabila terjadi perselisihan pemutusan Pelaut merupakan pekerjaan yang khusus.
hubungan kerja. Kekhususan tersebut bukan hanya mengenai
Pelaut merupakan salah satu profesi sektor spesifikasi kerja saja, tetapi juga mengenai
maritim yang memiliki peran penting bagi setiap ketentuan-ketentuan yang mengatur bagi
kapal yang berlayar di wilayah Indonesia. Setiap pekerja laut yang tersebar dalam beberapa
kapal yang berlayar memegang tanggung jawab peraturan perundang-undangan. Ada beberapa
yang besar baik terhadap awak kapal, peraturan perundangan-undangan yang sulit
penumpang dan muatan barang yang dibawa. Di
samping itu, medan lautan yang luas (bahkan 16
ada pula kapal yang berlayar antar samudera), Dimas Pratama Yuda dan Jawade Hafidz. 2017.
Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Pelaut Dengan
tantangan perubahan cuaca saat berlayar dan Sistem Kontrak. Jurnal Hukum Khaira Ummah. Volume 12
Nomor 3 : 555.
17
Pranoto, “Perkapalan Laut”,
14
Artidjo Alkostar. 2009. Dimensi Kebenaran dalam http://www.bppptegal.com/v1/index.php?option= com _
Putusan Pengadilan. Varia Peradilan Majalah Hukum Ikatan content&view=article&id=164:perkapalan-
Hakim Indonesia. Volume XXIV Nomor 281: 36. laut&catid=44:artikel&Itemid=85. Diakses 10 Mei 2020.
15 18
Harifin A. Tumpa. 2012. Kontraversi Putusan Hakim. Muchtarudin Siregar. 2012. Beberapa Masalah Ekonomi
Varia Peradilan Majalah Hukum Ikatan Hakim Indonesia. dan Manajemen Transportasi. Jakarta: Fakultas Ekonomi
Volume XXVII Nomor 323: 16. Universitas Indonesia. 5.

59
Lex Administratum, Vol. VIII/No. 5/Nov/2020/Edisi Khusus

untuk diterapkan pada pekerjaan tertentu memajukan kesejahteraan umum,


seperti pada pekerjaan pelaut. Penerapan mencerdaskan kehidupan bangsa... serta
hukum hakikatnya adalah penyelenggaraan dengan mewujudkan suatu keadilan sosial
pengaturan hubungan hukum setiap kesatuan bagi seluruh rakyat Indonesia.”
hukum dalam suatu masyarakat hukum. Pasal 27 Ayat (2) Undang-Undang Dasar
Pengaturan ini meliputi aspek pencegahan Negara Republik Indonesia Tahun 1945 “Tiap-
pelanggaran hukum (regulation aspect) dan tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penyelesaian sengketa hukum (settlement of penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.”
dispute)-nya, termasuk pemulihan kondisi atas Pasal 28A Undang-Undang Dasar Negara
kerugian akibat pelanggaran itu (reparation or Republik Indonesia Tahun 1945 “Setiap orang
compensation).19 berhak untuk hidup serta berhak
Tidak dapat dipungkiri penegakan hukum di mempertahankan hidup dan kehidupannya.”
Indonesia sangat jauh dari apa yang seharusnya. Pasal 28C Ayat (1) Undang-Undang Dasar
Dalam implementasinya perlindungan hukum Negara Republik Indonesia Tahun 1945
terhadap pekerja laut apabila terjadi “Setiap orang berhak mengembangkan diri
perselisihan pemutusan hubungan kerja yang melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya...”
telah diatur dalam peraturan perundang- Pasal 28D Ayat (1) Undang-Undang Dasar
undangan tidak berjalan semestinya. Terdapat Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
perbedaan penafsiran mengenai hak-hak “Setiap orang berhak atas jaminan,
normatif apa saja yang akan didapatkan pekerja perlindungan dan kepastian hukum yang adil
laut jika terjadi pemutusan hubungan kerja. serta perlakuan yang sama dihadapan
Seperti yang diungkapkan oleh Lawrence hukum.”
Friedmann, efektif dan berhasilnya penegakkan Pasal 28D Ayat (2) Undang-Undang Dasar
hukum tergantung pada tiga unsur sistem Negara Republik Indonesia Tahun 1945
hukum yaitu struktur hukum (structure of law), “Setiap orang berhak untuk bekerja serta
substansi hukum (substance of the law) dan mendapat imbalan dan perlakuan yang adil
budaya hukum (legal culture). Pelanggaran dan layak dalam hubungan kerja.”
terhadap hak-hak pelaut ini dapat juga dilakukan Dengan demikian penegakan hukum (law
oleh negara, yang seharusnya terjadi negara itu enforcement) yang dilakukan dengan baik dan
menghormati, melindungi serta memenuhi hak. efektif merupakan salah satu tolok ukur
Tetapi yang terjadi negara melakukan tindakan keberhasilan suatu negara dalam upaya
bertentangan dengan HAM, tidak melakukan mengangkat harkat dan martabat bangsanya di
tindakan yang seharusnya dilakukan, dan gagal bidang hukum terutama dalam memberikan
melakukan perlindungan bagi pekerja/buruh. perlindungan hukum terhadap warga negara.
Demi memberikan perlindungan kepada Namun sebaliknya, penegakan hukum yang tidak
pelaut dalam pelaksanaan hubungan kerja, berjalan sebagaimana mestinya merupakan
Indonesia memiliki kewajiban dan berhak untuk indikator, bahwa negara belum sepenuhnya
membuat serta menegakan hukum demi mampu memberikan perlindungan hukum
menunjung tinggi hak asasi pekerja/buruh. kepada warganya.20
Konstitusi Negara Republik Indonesia telah Beberapa instrumen hukum nasional telah
memberikan jaminan perlindungan negara memberikan ketentuan dalam rangka
terhadap rakyat Indonesia termasuk buruh melindungi pelaut, walaupun belum diatur
dalam konteks ketenagakerjaan baik didalam secara komprehensif. Diantaranya terdapat
pembukaan maupun batang tubuh. dalam Pasal 151 UU No. 17 Tahun 2008,
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara perjanjian kerja laut harus memuat ketentuan
Republik Indonesia Tahun 1945 “...kemudian kesejahteraan pelaut yang meliputi gaji, jam
dari pada itu untuk membentuk suatu kerja dan jam istirahat, jaminan
Pemerintah Negara Indonesia yang pemberangkatan ke tempat tujuan dan
melindungi segenap bangsa Indonesia dan pemulangan ke tempat asal, kompensasi apabila
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk kapal tidak dapat beroperasi karena mengalami

19
Emeritus, et.al. 2012. Hukum Sebagai Suatu Sistem.
20
Bandung: Fikahati Aneska. 165. H. Sadjijono. Op.cit. 41-42.

60
Lex Administratum, Vol. VIII/No. 5/Nov/2020/Edisi Khusus

kecelakaan, kesempatan mengembangkan teratur dan terkoordinasi, pemantauan dan


karier, pemberian akomodasi, fasilitas rekreasi, langkah-langkah pengendalian/pengawasan
makanan atau minuman dan pemeliharaan dan kapal yang diadopsi oleh pihak yang
perawatan kesehatan serta pemberian asuransi berwenang. 22 Maritime Labour Convention
kecelakaan kerja. Dalam Bab V PP No. 7 Tahun merupakan konvensi yang mengatur tentang
2000 mengatur perlindungan kerja pelaut hak anak buah kapal. Kaidah dan peraturan
diantaranya mengenai buku pelaut, persyaratan dalam konvensi ini telah dikelompokkan secara
kerja diatas kapal, hak dan kewajiban pelaut, umum ke dalam 5 (lima) title, yaitu : (1)
akomodasi dan kesejahteraan pelaut (jam kerja, persyaratan minimum bagi awak kapal untuk
upah, hari libur, cuti, masa kontrak, pemutusan bekerja di atas kapal, (2) kondisi kerja, (3)
hubungan kerja, biaya ganti rugi, dan kecelakaan akomodasi, fasilitas rekreasi, makanan dan
kerja). catering, (4) perlindungan kesehatan, perawatan
Perlindungan hukum bagi buruh termasuk medis, kesejahteraan dan jaminan sosial, dan (5)
didalamnya pelaut dalam kancah internasional kepatuhan dan penegakkan. Dalam merancang
terdapat dalam konvensi ILO. ILO bertugas sebuah peraturan perundang-undangannya
menyelenggarakan konferensi dan harus mematuhi hak-hak dasar pekerja.
meningkatkan kondisi kerja dan kesejahteraan Fundamental Rights and Principles
pekerja dengan cara membuat peraturan Article III
perundang-undangan atau standar-standar Each Member shall satisfy itself that the
internasional yang dituangkan dalam bentuk provisions of its law and regulations respect,
Konvensi dan rekomendasi dan disahkan oleh in the context of this Convention, the
Konferensi Perburuhan Internasional. Kemudian fundamental rights to:
diratifikasi oleh setiap negara anggota yang a) freedom of association and the effective
mempunyai kekuatan hukum sebagai undang- recognition of the right to collective
undang, sedang rekomendasi dibuat untuk tidak bargaining;
diratifikasi melainkan untuk memberikan b) the elimination of all forms of forced or
pedoman khusus kepada negara anggota di compulsory labour;
dalam menyusun peraturan perundang- c) the effective abolition of child labour; and
undangan nasional di negara masing-masing. d) the elimination of discrimination in
Akibat dari meratifikasi suatu konvensi adalah respect of employment and occupation.
setiap negara yang meratifikasi konvensi
mempunyai kewajiban yang mengikat untuk Walaupun sudah meratifikasi Maritime
melaksanakan ketentuan-ketentuan yang Labour Convention tetapi dalam Pasal II Ayat (4)
terdapat dalam konvensi tersebut.21 Maritime Labour Convention tidak mengatur
Hak-hak pelaut yang diatur dalam UU No. 13 pekerja di kapal perikanan. Perlindungan untuk
Tahun 2003, UU No. 17 Tahun 2008, PP No.7 pekerja di kapal perikanan dalam konvensi
Tahun 2000 dan aturan hukum nasional lainnya internasional diatur dalam Konvensi 188
belum dapat menjamin terpenuhinya hak pelaut Tentang Pekerjaan dalam Penangkapan Ikan,
secara keseluruhan. Sebab itu Indonesia tetapi Indonesia tidak meratifikasi konvensi
meratifikasi Maritime Labour Convention, 2006 tersebut karena beranggapan telah meratifikasi
(Konvensi Ketenagakerjaan Maritim, 2006) yang Maritime Labour Convention. Menurut Prof. Dr.
berakibat hukum Indonesia harus Ir. H. Ari Purbayanto, M.Sc23, ABK kapal di sektor
memberlakukan ketentuan-ketentuan dalam perikanan mempunyai pekerjaan yang lebih
konvensi ini secara penuh guna menjamin hak berat dibandingkan dengan mereka yang
semua awak kapal atas pekerjaan yang layak. bekerja di kapal umum. Secara umum pekerjaan
Untuk Indonesia, Maritime Labour Convention ABK dibagi kedalam 4 (empat) kategori utama:
memiliki pengaruh signifikan karena Indonesia bagian dek (deck department), bagian teknik
adalah negara terbesar kedua dalam penyediaan
pelaut. Oleh karena itu, penting bagi negara 22
untuk memiliki sistem inspeksi reguler yang https://www.ilo.org/jakarta/info/public/pr/WCMS_522323
/lang--en/index.htm, diakses pada 23 Mei 2020.
21 23
H. Zainal Asikin. 2016. Pengantar Tata Hukum Indonesia. Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Cetakan ke-3. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 151. Pertanian Bogor (IPB), Pakar Perikanan Tangkap.

61
Lex Administratum, Vol. VIII/No. 5/Nov/2020/Edisi Khusus

(engineering department), bagian pelayanan dilakukan oleh Awak Kapal Perikanan, antara
(steward’s department), bagian lain-lain. ABK lain karena sering menerima pengancaman,
kapal penangkap ikan utamanya melakukan penganiayaan, dan penindasan, tidak mendapat
pekerjaan diatas dek (deckhands) pada operasi perlindungan dan kesejahteraan, tidak
penangkapan ikan, mulai persiapan, mendapat bayaran upah, melanggar ketentuan
pengoperasian alat tangkap, hingga penanganan peraturan perundang-undangan dan/atau
ikan.24 melakukan tindakan asusila.
Maritime Labour Convention
Pasal II Ayat (4) PENUTUP
Kecuali secara tegas ditentukan lain, A. Kesimpulan
Konvensi ini berlaku untuk semua kapal, baik 1. Kedudukan perjanjian kerja laut pada
yang dimiliki oleh umum maupun dasarnya sama dengan perjanjian kerja
perseorangan, yang biasa digunakan pada umumnya, yakni harus
dalam kegiatan komersial selain dari memerhatikan beberapa ketentuan baik
kapal-kapal yang digunakan dalam dalam UU No. 13 Tahun 2003,
penangkapan ikan atau melakukan KUHPerdata, maupun KUHDagang, yang
kegiatan serupa dan kapal-kapal yang membedakannya perjanjian kerja laut
dibangun secara tradisional seperti khusus dibuat untuk pelaut yang memiliki
kapal layar dan pinisi. Konvensi ini tidak keahlian atau keterampilan khusus
berlaku pada kapal perang atau kapal sebagai awak kapal. Penyelesaian
angkatan laut. perselisihan hubungan industrial
Khusus untuk awak kapal perikanan termasuk didalamnya perselisihan
mekanisme perlindungan hukum dalam pemutusan hubungan kerja harus
Pemutusan Hubungan Kerja telah diatur dalam berpedoman pada UU No. 13 Tahun 2003
Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan tentang Ketenagakerjaan dan UU No. 2
Republik Indonesia Nomor 42/PERMEN-KP/2016 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
Tentang Perjanjian Kerja Laut Bagi Awak Kapal Perselisihan Hubungan Industrial (sesuai
Perikanan. Pemutusan Hubungan Kerja dapat dengan Pasal 337 UU No. 17 Tahun 2008).
dilaksanakan apabila perjanjian kerja laut batal 2. Perlindungan hukum terhadap pekerja
demi hukum; dan/atau perjanjian kerja laut laut dalam pemutusan hubungan kerja
berakhir dengan sendirinya. Pemutusan terdapat dalam beberapa aturan baik itu
Hubungan Kerja tersebut dapat dilakukan atas dalam kancah nasional maupun
permintaan pemilik Kapal Perikanan, Operator internasional. Pada intinya apabila pekerja
Kapal Perikanan, Agen Awak Kapal Perikanan, mendapat pemutusan hubungan kerja
Nakhoda Kapal Perikanan, Awak Kapal maka berhak mendapatkan uang
Perikanan, instansi berwenang, organisasi pesangon, uang penghargaan masa kerja,
perikanan, atau organisasi awak kapal dan uang penggantian hak yang meliputi
perikanan. Pemutusan Hubungan Kerja dapat cuti tahunan yang belum diambil dan
dilakukan oleh pemilik Kapal Perikanan, belum gugur, biaya ongkos pulang untuk
Operator Kapal Perikanan, Agen Awak Kapal pekerja/buruh dan keluarganya,
Perikanan, atau Nakhoda Kapal Perikanan, penggantian perumahan serta
antara lain karena sudah tidak produktif bekerja, pengobatan dan perawatan yang
melalaikan kewajibannya, tidak mentaati ditetapkan sebesar 15% dari uang
ketentuan peraturan perundang-undangan, pesangon dan atau uang penghargaan
menggunakan dokumen palsu, membahayakan masa kerja, hal-hal lain yang ditetapkan
ketertiban kerja di Kapal Perikanan dan/atau dalam perjanjian kerja, peraturan
terlibat dalam tindak pidana. Selain itu perusahaan atau perjanjian kerja
Pemutusan Hubungan Kerja juga dapat bersama.

24
Diskusi Online via Zoom Meetings yang diselenggarakan
B. Saran
Himapikani Wilayah III dengan tema Kupas Tuntas: “Indikasi 1. Sesuai dengan Pasal 337 UU No. 17 Tahun
Perampasan HAM serta Eksploitasi pada ABK Indonesia 2008 Tentang Pelayaran, ketentuan
yang Bekerja di Kapal Asing” Jumat, 8 Mei 2020.

62
Lex Administratum, Vol. VIII/No. 5/Nov/2020/Edisi Khusus

ketenagakerjaan di bidang pelayaran Universitas Leiden, Universitas


dilaksanakan sesuai dengan peraturan Groningen.
perundang-undangan di bidang Abdul Khakim. 2017. Aspek Hukum Perjanjian
ketenagakerjaan. Nyatanya pihak Kerja, Peraturan Perusahaan, dan
perusahaan tetap memakai KUHDagang Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
sebagai dasar hukum apabila terjadi Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
pemutusan hubungan kerja sehingga hak- Jonaedi Efendi. 2018. Rekonstruksi Dasar
hak yang diterima oleh pekerja laut Pertimbangan Hukum Hakim Berbasis
didasarkan apa yang tertera pada Nilai-nilai Hukum dan Rasa Keadilan
perjanjian kerja laut sehingga tidak yang hidup dalam Masyarakat. Depok:
mencerminkan adanya perlindungan dan Prenadamedia Group.
penegakan HAM yang seharusnya. Artidjo Alkostar. 2009. Dimensi Kebenaran
Seharusnya dalam pembuatan perjanjian dalam Putusan Pengadilan. Varia
kerja laut harus memenuhi ketentuan Peradilan Majalah Hukum Ikatan Hakim
peraturan perundang-undangan terutama Indonesia. Volume XXIV Nomor 281: 36.
UU No. 13 Tahun 2003. Kemudian harus Harifin A. Tumpa. 2012. Kontraversi Putusan
adanya harmonisasi peraturan Hakim. Varia Peradilan Majalah Hukum
perundang-undangan agar tidak terjadi Ikatan Hakim Indonesia. Volume XXVII
salah tafsir dari para penegak hukum, Nomor 323: 16.
contohnya dalam Permenhub No. 84 Dimas Pratama Yuda dan Jawade Hafidz. 2017.
Tahun 2013 yang masih menggunakan Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja
perjanjian kerja laut sebagai pedoman Pelaut Dengan Sistem Kontrak. Jurnal
apabila terjadi perselisihan. Hukum Khaira Ummah. Volume 12
2. Dalam memberikan perlindungan hukum Nomor 3 : .
bagi pekerja laut yang paling penting Emeritus, et.al. 2012. Hukum Sebagai Suatu
Indonesia harus menjalankan sungguh- Sistem. Bandung: Fikahati Aneska.
sungguh apa yang sudah tertuang dalam H. Zainal Asikin. 2016. Pengantar Tata Hukum
aturan-aturan yang berhubungan dengan Indonesia. Cetakan ke-3. Jakarta:
ketenagakerjaan bagi pelaut. Indonesia RajaGrafindo Persada.
seharusnya meratifikasi ILO 188 Tentang
Pekerjaan dalam Penangkapan Ikan,
dengan begitu Indonesia dapat merujuk
pada konvensi ini dalam rangka
memajukan perlindungan HAM bagi
pelaut.

DAFTAR PUSTAKA
LBH Padang. 2007. Hak-hak Buruh yang Kian
Disingkirkan. Suara Rakyat. Nomor
5/Mei/2007 : 3.
L.J.vanlApeldoorn. 2011. lPengantar
IlmulHukum. lCetakan ke-34. lJakarta:
lPradnya lParamita..
Soerjono Soekanto, Sri Mamuji. 2015. Penelitian
Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat.
Cetakan ke-17. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada. 12-14.
Peter Mahmud Marzuki. 2011. Penelitian
Hukum. Cetakan ke-7. Jakarta: Kencana.
Agusmidah, et.al. 2012. Bab-Bab tentang Hukum
Perburuhan Indonesia. Denpasar:
Pustaka Larasan, Universitas Indonesia,

63

Anda mungkin juga menyukai