Anda di halaman 1dari 346

DAR2/Profesional/097/1/2019

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM

MODUL 1.
PEMBELAJARAN IPA DAN KONSEP IPBA

Penulis:
Agus Fany Chandra Wijaya

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


2019

i
DAR2/Profesional/097/1/2019

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM

MODUL 1.
PEMBELAJARAN IPA DAN KONSEP IPBA

Kegiatan Belajar 1:
Karakteristik Pembelajaran dan Evaluasi dalam Pembelajaran IPA

Penulis:
Agus Fany Chandra Wijaya

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dapat terselesaikannya
modul cetak pendalaman materi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Program Profesi Guru (PPG).
Modul ini bertujuan untuk membantu guru-guru IPA Sekolah Menengah Pertama (SMP) peserta
PPG dalam memahami penggunaan dan pengembangan konsep – konsep IPA agar lebih terarah
dan sesuai dengan tujuan pembelajaran IPA di sekolah. Kami berharap bahwa modul ini juga
dapat menambah referensi bagi guru IPA SMP dalam pembelajaran IPA.

Modul 1 Pembelajaran IPA dan Konsep IPBA ini berisi pokok-pokok materi berkenaan dengan
Pembelajaran IPA yang mencakup Teori Belajar, Pendekatan, Model, dan Strategi Belajar
Mengajajar IPA, Keterpaduan IPA, Evaluasi dalam Pembelajaran IPA, Pengelolaan
Laboratorium, Penelitian Tindakan Kelas, Kebumian, Pemanasan Global, dan Keantariksaan
yang tersaji dalam kemasan TPCK (Technological Pedagogical Content Knowledge). Modul ini
merupakan salah satu modul Pendalaman Materi Ilmu Pengetahuan Alam yang disusun dengan
tujuan untuk menunjang proses Pendidikan Profesi Guru Dalam Jabatan tahun 2020.

Akhirnya, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan modul ini, semoga dapat memberikan andil dalam kemajuan siswa untuk
mempelajari IPA di masa mendatang. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan modul ini. Untuk itu, kritik dan saran bagi kesempurnaan modul ini sangat kami
harapkan. Semoga modul ini dapat memberikan manfaat bagi pembentukan keterampilan guru
IPA SMP dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam penerapan IPA di kehidupan sehari – hari.

Jakarta, 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................... i
A. Pendahuluan ............................................................................................................................. ii
1. Deskripsi Singkat .......................................................................................................................... ii
2. Relevansi ........................................................................................................................................ ii
3. Petunjuk Belajar ...........................................................................................................................iii
B. Inti.............................................................................................................................................. 1
1. Capaian Pembelajaran ................................................................................................................. 1
2. Sub Capaian Pembelajaran .......................................................................................................... 1
3. Uraian Materi ................................................................................................................................ 2
a. Teori Belajar dalam Pembelajaran IPA .................................................................................. 2
b. Konsep Integrasi dalam Pembelajaran IPA .......................................................................... 10
c. Pendekatan, Strategi, Metode, dan Model Pembelajaran .................................................... 17
d. Model Pembelajaran dalam Pembelajaran IPA di Sekolah Menengah .............................. 40
e. Evaluasi dalam Pembelajaran IPA ........................................................................................ 71
4. Forum Diskusi ............................................................................................................................. 88
C. Penutup ................................................................................................................................... 88
1. Rangkuman ................................................................................................................................. 88
2. Tes Formatif ................................................................................................................................ 90
3. Daftar Pustaka ............................................................................................................................ 96

i
Kegiatan Belajar 1 : Karakteristik Pembelajaran dan Evaluasi dalam Pembelajaran IPA

A. Pendahuluan
1. Deskripsi Singkat
Modul Hybrid Learning Pembelajaran IPA dan Konsep IPBA ini merupakan buku modul
PPG dalam jabatan yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangka membekali guru dengan
kompetensi professional yang berorientasi pada implementasi Kurikulum 2013. Buku ini
dirancang untuk memperkuat kompetensi guru dari sisi pengetahuan, keterampilan, dan
sikap secara utuh. Proses pencapaiannya dirancang melalui pembelajaran hybrid dengan
didukung berbagai jenis media terkait yang menunjang sebagai suatu kesatuan yang saling
mendukung pencapaian kompetensi tersebut. Sebagai transisi menuju ke pendidikan
menengah, pemisahan mata pelajaran masih belum dilakukan sepenuhnya bagi peserta
didik SMP/ MTs. Materi-materi dari bidang-bidang ilmu Fisika, Kimia, Biologi, serta Ilmu
Bumi dan Antariksa masih perlu disajikan sebagai suatu kesatuan dalam mata pelajaran IPA
(Ilmu Pengetahuan Alam). Hal ini dimaksudkan untuk memberikan wawasan yang utuh bagi
peserta didik SMP/MTs tentang prinsip-prinsip dasar yang mengatur alam semesta beserta
segenap isinya.
Buku ini menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam Kurikulum
2013, peserta didik diberanikan untuk mencari sumber belajar lain yang tersedia dan
terbentang luas di sekitarnya. Peran guru sangat penting untuk meningkatkan dan
menyesuaikan daya serap peserta didik dengan ketersediaan kegiatan pada buku ini. Guru
dapat memperkayanya dengan kreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan
relevan yang bersumber dari lingkungan sosial dan alam.

2. Relevansi
Buku Modul IPA ini disusun dengan pemikiran di atas. Bidang ilmu Fisika, Kimia,
Biologi dan IPBA dipakai sebagai satu kesatuan pembahasan bidang pedagogis yang akan
disajikan. Dengan kata lain, bagaimana pembelajaran di kelas mengenai makhluk hidup
digunakan sebagai objek untuk menjelaskan prinsip-prinsip dasar yang mengatur alam
seperti objek alam dan interaksinya, energi dan keseimbangannya, dan lain-lain dikemas

ii
secara komprehensif dan menyeluruh. Melalui pembahasan menggunakan bermacam bidang
ilmu dalam rumpun ilmu pengetahuan alam, pemahaman utuh tentang alam yang dihuninya
beserta benda-benda alam yang dijumpai di sekitarnya dapat dikuasai oleh guru IPA
SMP/MTs untuk diajarkan kepada para siswanya.
Sebagai salah satu rumpun ilmu yang berperan penting dalam mempersiapkan dan
membekali siswa sebagai insan yang akan hidup di era abad 21, maka penyusunan modul ini
juga berkaitan erat dengan pengembangan kemampuan-kemampuan abad 21. Selain itu
pula, proses mengukur kemajuan pendidikan suatu negara serta pemahaman peserta didik
suatu negara terhadap IPA dibandingkan secara rutin sebagaimana dilakukan melalui
TIMSS (The Trends in International Mathematics and Science Study) dan PISA (Program
for International Student Assessment). Melalui penilaian internasional seperti ini kita dapat
mengetahui kualitas pembelajaran IPA dibandingkan dengan negara lain. Materi IPA pada
Kurikulum 2013 ini telah disesuaikan dengan tuntutan penguasaan materi IPA relevan
dengan TIMSS dan PISA.

3. Petunjuk Belajar
Sebelum Anda menggunakan modul ini, Anda perlu membaca bagian petunjuk ini. Mengapa
diperlukan? Ibarat Anda sedang berlibur di tempat wisata, Anda tentunya ingin
memanfaatkan fasilitas yang ada di tempat wisata tersebut bukan? Tentunya, agar tujuan
tersebut tercapai Anda akan membaca peta di mana fasilitas itu berada. Begitu juga dengan
modul ini. Jika Anda ingin memperoleh manfaat yang maksimal dari modul ini tentu
merupakan tindakan yang bijak jika Anda benar-benar memerhatikan dan memahami bagian
petunjuk penggunaan modul ini. Selamat mempelajari!
Fitur mari kita cari tahu ini berisi tugas atau permasalahan yang perlu untuk dicari jawabannya
atau untuk mencari pengetahuan tambahan terkait materi yang dipelajari. Fitur mari kita diskusikan
ini berisi suatu masalah yang berkaitan dengan konsep yang perlu untuk dipecahkan melalui
kelompok. Fitur ini dapat melatih Anda dalam mengungkapkan pendapat atau berkomunikasi dan
memecahkan masalah. Fitur rangkuman ini berisi ringkasan materi dari bab yang telah dipelajari.
Anda dapat mereview keseluruhan materi yang telah dipelajari melalui fitur ini. Fitur tes formatif
ini berisi soal-soal untuk mengevaluasi pemahaman dan penerapan konsep dalam satu bab yang telah
dipelajari.

iii
B. Inti
1. Capaian Pembelajaran
a. Mampu menganalisis karakteristik, perkembangan intelektual, moral, dan sosial
peserta didik, lingkungan sekolah, perkembangan teknologi abad ke-21, dan
aplikasinya dalam pembelajaran IPA,
b. Mampu menganalisis strategi, pendekatan, model, dan metode pembelajaran IPA
dengan berbagai variasi inkuiri yang memfasilitasi pengembangan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan secara utuh (kritis, kreatif, komunikatif, dan
kolaboratif) berorientasi masa depan (adaptif dan fleksibel) peserta didik,
c. Mampu menganalisis evaluasi dalam pembelajaran IPA yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan peserta didik berbasis asesmen otentik, serta
memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan kualitas pembelajaran IPA,
d. Mampu menganalisis tahapan inkuiri serta keterpaduan konsep IPA dan proses
ilmiah,
e. Mampu menelaah Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran
IPA untuk merumuskan indikator ketercapaian kompetensi dengan memperhatikan
karakteristik peserta didik, perkembangan intelektual, moral, dan sosial peserta didik,
lingkungan sekolah, serta perkembangan teknologi abad ke-21.

2. Sub Capaian Pembelajaran


a. Melengkapi langkah pembelajaran yang tepat,
b. Menentukan implementasi model yang yang paling tepat untuk mencapai tujuan
tersebut,
c. Menentukan implementasi strategi/metode yang yang paling tepat untuk mencapai
tujuan tersebut,
d. Merumuskan teknik penilaian pembelajaran IPA yang tepat untuk penilaian sikap,
pengetahuan dan keterampilan
e. Menentukan bagian yang tidak tepat pada soal tersebut,
f. Merumuskan tugas kinerja atau rubrik yang sesuai,
g. Menentukan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian tersebut,
h. Menentukan tipe keterpaduan menurut Fogarty,
i. Merumuskan indikator sebagai penjabaran dari KD berdasarkan kurikulum yang

1
berlaku.
3. Uraian Materi

a. Teori Belajar dalam Pembelajaran IPA

Banyak definisi tentang belajar, salah satunya adalah seperti yang disampaikan oleh
Gagne (1984), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu
organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Learning may be
defined as the process where by an organism changes its behaviour as a result of
experience (Gagne 1984 : 256). Dari definisi belajar tersebut, ada dua kata kunci,
yaitu perilaku dan pengalaman. Perilaku, menyangkut aksi atau tindakan, yang
menjadi perhatian utama adalah perilaku verbal dari manusia, sebab dari tindakan-
tindakan menulis dan berbicara manusia dapat kita tentukan apakah terjadi perubahan
perilaku atau tidak. Perubahan dari ” ba-ba” menjadi ”bapak”, perubahan dari
menuliskan sesuatu dengan cara yang salah menjadi benar, memungkinkan kita
untuk menyimpulkan bahwa belajar telah terjadi.

Komponen kedua dalam definisi belajar adalah pengalaman, hal ini membatasi
macam-macam perubahan perilaku yang dapat dianggap mewakili belajar.
Pengalaman yang dimaksud sebagai proses belajar adalah pengalaman yang dialami
oleh siswa, bukan yang merupakan pengalaman fisiologis, seperti pada saat kita
masuk ke dalam ruang yang gelap, lambat laun kita akan melihat dengan jelas, hal
tersebut adalah akibat perubahan pupil mata dan perubaha perubahan fotobiologi
dalam retina, hal ini merupakan sesuatu yang fisiologis dan tidak mewakili belajar.

Berikut ini lima macam perilaku perubahan pengalaman, yaitu:


1) Pada tingkat emosional paling primitif, terjadi perubahan perilaku diakibatkan
dari pasangan stimulus tak terkondisi dengan stimulus terkondisi. Bentuk belajar
seperti ini disebut belajar dan menolong kita bagaimana memahami bagaimana
para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau mata pelajaran yang
diajarkan.
2) Belajar Kontiguitas, yaitu bagaimana dua peristiwa dipasangkan satu dengan yang
lainnya pada satu waktu. Kita dapat melihat bagaimana asosiasi ini dapat

2
menyebabkan belajar dari latihan dan belajar stereotip (menggambarkan seorang
ilmuwan itu berkacamata, seorang ibu tiri kejam dan lain-lain).
3) Belajar Operant, yaitu kita belajar bahwa konsekuensi perilaku mempengaruhi
apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak, dan berapa besar pengulangan itu.
4) Belajar Observasional, pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan
kejadian-kejadian, kita belajar dari model-model, dan mungkin kita menjadi
model bagi orang lain.
5) Belajar Kognitif terjadi dalam kepala kita, apabila kita melihat dan memahami
peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar kita.

Jika menelaah literatur psikologi, kita akan menemukan banyak teori belajar yang
bersumber dari aliran-aliran psikologi. Namun demikian, dalam kegiatan belajar ini
akan dikemukakan lima jenis teori belajar, yaitu: teori behaviorisme, teori belajar
kognitif menurut Piaget, teori pemrosesan informasi dari Gagne, teori belajar gestalt,
dan teori belajar alternative Konstruktivis.

1) Teori Behaviorisme

Perspektif Behavioris, menekankan pada konsekuensi dari perilaku individu


yang akan membentuk pola perilaku organisme. Penguatan atau hadiah dari
suatu respon yang diinginkan, akan memperkuat perilaku organisme. Sebagai
contoh sederhana penerapannya: berilah pujian terhadap siswa yang berhasil
menyelesaiakan bagian tertentu, serta perilaku yang tidak diinginkan diperlemah
dengan hukuman, misalnya menghilangkan hal yang disukai atau menyuruh
melakukan hal yang tidak disukai. Demikian pula, pembelajaran yang
terprogram, terstruktur, dengan penguatan di setiap tahapnya, merupakan contoh
penerapan perspektif ini.
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu
hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental.
Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat
dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata
melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang
dikuasai individu.

3
Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini,
diantaranya :
a) Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.
Thorndike melakukan eksperimen terhadap kucing, dari hasil
eksperimennya dihasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
(1) Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek
yang memuaskan, maka hubungan Stimulus – Respons akan semakin
kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons,
maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus-
Respons.
(2) Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa
kepuasan organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar
(conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan
yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
(3) Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan
Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan
semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.

b) Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov


Berdasarkan eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing
menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
(1) Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang
dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang
salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus
lainnya akan meningkat.
(2) Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut.
Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu
didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya
akan menurun.

c) Operant Conditioning menurut B.F. Skinner

4
Eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya
terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
(1) Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi
dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan
meningkat.
(2) Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah
diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus
penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan
musnah.

Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan


operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap
lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului
oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer.
Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan
kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja
diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical
conditioning.

d) Social Learning menurut Albert Bandura


Dari Perspektif Belajar Sosial, belajar dapat dilakukan dengan mengamati
perilaku orang lain (dan/atau mengamati orang lain mendapatkan penguatan
atas perilaku yang dilakukannya). Fase belajar meliputi atensi, retensi,
produksi, dan motivasi. Sebagai contoh, siswa dapat belajar bagaimana
melakukan pengukuran dengan menggunakan Neraca empat lengan dengan
mengamati bagaimana guru mendemonstrasikannya di depan kelas dan
kemudian setiap siswa menirunya untuk mengukur massa benda lainnya.
Tentu saja, Anda akan berhasil jika Anda cukup termotivasi untuk
mengasah terus kemampuan itu. Apa implikasinya pada bahan ajar? Untuk
pengetahuan prosedural, bahan ajar anda seharusnya menerapkan

5
pemodelan selangkah demi selangkah disertai dengan umpan balik dan
pemotivasian untuk menguasainya.
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah
sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori
belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura
memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas
stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil
interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri.
Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu
terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation)
dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang
pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment,
seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang
perlu dilakukan.
Sebetulnya masih banyak tokoh-tokoh lain yang mengembangkan teori
belajar behavioristik ini, seperti: Watson yang menghasilkan prinsip
kekerapan dan prinsip kebaruan, Guthrie dengan teorinya yang disebut
Contiguity Theory yang menghasilkan Metode Ambang (the treshold
method), metode meletihkan (The Fatigue Method) dan Metode rangsangan
tak serasi (The Incompatible Response Method), Miller dan Dollard dengan
teori pengurangan dorongan.

2) Teori Belajar Kognitif menurut Piaget

Proses Belajar dikendalikan otak, sehingga dari perspektif Kognitivis, belajar


melibatkan proses bagaimana pembelajar menerima, memproses, dan mengolah
informasi. Prosesnya: Perhatian → sensor penginderaan → memori kerja →
memori jangka panjang. Pebelajar menggabungkan informasi dan keterampilan
dalam memori jangka panjang untuk mengembangkan strategi kognitif tertentu
atau keterampilan tertentu untuk menyelesaikan tugas kompleks. Maka, bahan
ajar harus memperhatikan pentingnya organisasi pengetahuan (skema) dan
bagaimana pengetahuan masuk ke dalam skema tersebut. Sebagai contoh,

6
perintah untuk membuat catatan pinggir, peta konsep atau peta pikiran, dan
bentuk strategi belajar yang lain.

Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran
konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan
sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori
tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa perkembangan
kognitif individu meliputi empat tahap yaitu: (1) sensory motor; (2) pre
operational; (3) concrete operational dan (4) formal operational. Pemikiran lain
dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu asimilasi,
akomodasi, dan ekuilibrasi.
a) Asmilasi merupakan proses pengintegrasian atau penyatuan informasi baru
kedalam struktur kognitif yang telah dimiliki oleh individu.
b) Akomodasi merupakan proses penyesuaian struktur kognitif ke situasi baru
c) Ekuilibrasi merupakan penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan
akomodasi
Secara sederhana, dalam pandangan ini, jika struktur pengetahuan di benak
seseorang atau disebut sebagai skemata mengalami ketidakseimbangan
(disekulibrasi), maka yang dilakukan orang tersebut adalah mengasimilasi dan
mengakomodasi nya sehingga menghasilkan perubahan skema pengetahuan
yang lebih kompleks.

Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan


dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya
diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang
ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan
tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada
peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan
menemukan berbagai hal dari lingkungan. Implikasi teori perkembangan
kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :

7
a) Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena
itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara
berfikir anak.
b) Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan
dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan
lingkungan sebaik-baiknya.
c) Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak
asing.
d) Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
e) Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara
dan diskusi dengan teman-temanya.

3) Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne

Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor
yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil
kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi
proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan
keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya
interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu.
Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk
mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu.
Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang
mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.

Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1)
motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan
kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik.

8
4) Teori Belajar Konstruktivisme

Dari Perspektif Konstruktivis, pembelajaran harus melibatkan siswa ke dalam


pengalaman bermakna (sebagai jantung pembelajaran). Siswa harus aktif
menyelesaikan masalah dan dalam kegiatan penemuan, sehingga dapat
mengembangkan pengetahuan bagi mereka sendiri dan pada gilirannya mampu
mengembangkan pengetahuan. Aktif di sini meliputi pelibatan konstruksi
pengetahuan secara individual maupun melalui percakapan/kegiatan kelompok.
Tugas guru adalah memfasilitasi agar proses ini terjadi (penyediaan masalah,
bahan ajar, laboratorium, dan sumber belajar lainnya, serta yang tidak kalah
penting interaksi dalam kerja kolaboratif).
Teori belajar konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan
terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan
kemampuan menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan
fasilitasi orang lain.Sehingga teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia
untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan, atau teknologi dan
hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri.

Hasil belajar bergantung pada pengalaman dan perspektif yang dipakai dalam
interpretasi pribadi. Sebaliknya, fungsi pikiran menginterpretasi peristiwa,
obyek, perspektif yang dipakai, sehingga makna hasil belajar bersifat
individualistik. Suatu kegagalan dan kesuksesan dilihat sebagai beda interpretasi
yang patut dihargai dan sukses belajar sangat ditentukan oleh kebebasan siswa
melakukan pengaturan dari dalam diri siswa. Tujuan pembelajaran adalah belajar
how to learn. Penyajian isi KBM fakta diinterpretasi untuk mengkonstruksikan
pemahaman individu melalui interaksi sosial.

Untuk mendukung kualitas pembelajaran maka sumber belajar membutuhkan


data primer, bahan manipulatif dengan penekanan pada proses penalaran dalam
pengambilan kesimpulan. Sistematika evaluasi lebih menekankan pada
penyusunan makna secara aktif, keterampilan intergratif dalam masalah nyata,
menggali munculnya jawaban divergen dan pemecahan ganda. Evaluasi dilihat
sebagai suatu bagian kegiatan belajar mengajar dengan penugasan untuk

9
menerapkan pengetahuan dalam konteks nyata sekaligus sebagai evaluasi proses
untuk memecahkan masalah.

Selama ini masyarakat kita berada dalam suatu budaya dimana belajar dipandang
sebagai suatu proses mengkonsumsi pengetahuan. Guru bukan sekadar
fasilitator, melainkan sebagai sumber tunggal pengetahuan di depan kelas.
Pembelajaran yang sedang dikampanyekan, disosialisasikan justru berbeda
dengan pandangan tersebut. Belajar adalah suatu proses dimana siswa
memproduki pengetahuan. Siswa menyusun pengetahuan, membangun makna
(meaning making), serta mengkonstruksi gagasan. Pada dasarnya teori
kontruktivisme menekankan bahwa belajar adalah meaning making atau
membangun makna, sedang mengajar adalah schaffolding atau memfasilitasi.
Oleh karena itu skenario suatu pembelajaran maupun kegiatan belajar mengajar
yang hanya terhenti pada tahapan dimana siswa mengumpulkan data dan
memperoleh informasi dari luar yakni guru, narasumber, buku, laboratorium dan
lingkungan ke dalam ingatan siswa saja, belumlah cukup, karena siswa masih
berada pada tingkatan mengkonsumsi pengetahuan. Karena itu perlu langkah-
langkah yang menunjukkan tindakan siswa mengkonstruksi gagasan untuk
memproduksi pengetahuan.

b. Konsep Integrasi dalam Pembelajaran IPA

Integrated atau terpadu bisa mengacu pada integrated curricula (kurikulum terpadu) atau
integrated approach (pendekatan terpadu) atau integrated learning (pembelajaran). Pada
pelaksanaannya istilah kurikulum terpadu atau pembelajaran terpadu atau pendekatan
terpadu dapat dipertukarkan. Kurikulum terpadu adalah suatu pendekatan untuk
mengorganisasikan kurikulum dengan cara menghapus garis batas mata pelajaran yang
terpisah-pisah, sedangkan pembelajaran terpadu merupakan metode pengorganisasian
pembelajaran yang menggunakan beberapa bidang mata pelajaran yang sesuai. Istilah
kurikulum terpadu dengan pembelajaran terpadu dalam penggunaannya dapat saling
dipertukarkan.

10
Pembelajaran terpadu merupakan suatu aplikasi salah satu strategi pembelajaran
berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan untuk menciptakan atau
membuat proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi anak. Selanjutnya
dijelaskan bahwa dalam pembelajaran terpadu didasarkan pada pendekatan inquiry, yaitu
melibatkan siswa mulai dari merencanakan, mengeksplorasi, dan brain storming dari
siswa. Dengan pendekatan terpadu siswa didorong untuk berani bekerja secara kelompok
dan belajar dari hasil pengalamannya sendiri. Selain itu, dalam pelaksanaannya anak
dapat diajak berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi topik atau kejadian, siswa belajar
proses dan isi (materi) lebih dari satu bidang studi pada waktu yang sama.

Pembelajaran terpadu sangat memperhatikan kebutuhan anak sesuai dengan


perkembangannya yang holistik dengan melibatkan secara aktif dalam proses
pembelajaran baik fisik maupun emosionalnya. Untuk itu aktivitas yang diberikan
meliputi aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan yang
holistik, bermakna, dan autentik sehingga siswa dapat menerapkan perolehan belajar
untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata di dalam kehidupan sehari-hari. Pada
proses pembelajaran hendaknya menyediakan berbagai aktivitas dan bahan-bahan yang
kaya serta menawarkan pilihan bagi siswa sehingga siswa dapat memilihnya untuk
kegiatan kelompok kecil maupun mandiri dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk
berinisiatif sendiri, melakukan keterampilan atas prakarsa sendiri sebagai aktivitas yang
dipilihnya. Pembelajaran terpadu juga menekankan integrasi berbagai aktivitas untuk
mengeksplorasi objek, topik, atau tema yang merupakan kejadian-kejadian, fakta, dan
peristiwa yang autentik. Pelaksanaan pembelajaran terpadu pada dasarnya agar kurikulum
itu bermakna bagi anak. Hal ini dimaksudkan agar bahan ajar tidak digunakan secara
terpisah-pisah, tetapi merupakan suatu kesatuan bahan yang utuh dan cara belajar yang
sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa.

Ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit tematisnya, menurut
seorang ahli yang bernama Robin Fogarty (1991) terdapat sepuluh cara atau model
dalam merencanakan pembelajaran terpadu. Kesepuluh cara atau model tersebut
adalah: (1) fragmented, (2) connected, (3) nested, (4) sequenced, (5) shared, (6)
webbed, (7) threaded, (8) integrated, (9) immersed, dan (10) networked. Kesepuluh

11
cara atau model-model ini, memiliki tiga karakteristik berbeda jika ditinjau dari
pendekatan yang digunakan saat memadukannya, yakni:

1) Memadukan Mata Pelajaran Disiplin Ilmu Serumpun


Pada kelompok model ini, guru mengolaborasikan jenis pelajaran yang dapat
dipadukan pada kelompok disiplin ilmu yang sejenis. Model pemaduan kurikulum
yang termasuk kedalam kelompok ini diantaranya adalah:

Gambar 1.1. Cara Memadukan Kurikulum yang termasuk ke dalam kelompok


Memadukan Mata Pelajaran Disiplin Ilmu Serumpun

2) Memadukan Mata Pelajaran Lintas Rumpun Disiplin Ilmu


Pendekatan yang digunakan dalam kelompok ini lebih luas untuk dapat
mengakomodir keluasan cakupan materi yang diinginkan, sehingga pemaduan
kurikulum tidak hanya terbatas pada kelompok disiplin ilmu yang serumpun saja,
melainkan lintas rumpun ilmu. Adapun cara pemaduan yang termasuk ke dalam
kelompok ini antara lain:

12
Gambar 1.2. Cara Memadukan Kurikulum yang termasuk ke dalam kelompok
Memadukan Mata Pelajaran Lintas Rumpun Disiplin Ilmu

3) Memadukan Kemampuan dan Karaktersitik Peserta Didik yang sama maupun


berbeda

Kelompok terakhir proses memadukan kurikulum menggunakan pendekatan


kemampuan dan karakteristik peserta didiknya. Cara pemaduan kurikulum yang
termasuk ke dalam kelompok ini diantaranya adalah:

Gambar 1.3. Cara Memadukan Kurikulum yang termasuk ke dalam kelompok


Memadukan Kemampuan dan Karaktersitik Peserta Didik yang sama maupun
berbeda

Adapun secara singkat, penerapan dari keterpaduan kurikulum ini dapat disimak melalui
beberapa contoh berikut ini:

1) Model Keterhubungan (Connected)


Model connected dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat
dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. Sebagai contoh: Butir-butir
pembelajaran prinsip pesawat sederhana jenis tuas pada materi subjek Fisika
misalnya, dihubungkan dengan butir-butir pembelajaran system gerak pada manusia
yang termasuk ke dalam materi subjek Biologi. Penguasaan butir-butir pembelajaran
tersebut merupakan keutuhan dalam membentuk kemampuan memahami IPA dalam
kaitannya dengan makhluk hidup. Hanya saja pembentukan pemahaman,
keterampilan dan pengalaman secara utuh tersebut tidak berlangsung secara otomatis.
Karena itu, guru harus menata butir-butir pembelajaran dan proses pembelajarannya

13
secara terpadu. Seperti yang digambarkan dalam skema pemaduan Gambar 1.4.
berikut ini:

Gambar 1.4. Skema Cara Memadukan Kurikulum Keterhubungan (Connected)

Kelebihan yang diperoleh dalam model connected ini adalah adanya hubungan antar
ide-ide dalam satu mata pelajaran, anak akan memperoleh gambaran yang lebih jelas
dan luas dari konsep yang dijelaskan dan siswa diberi kesempatan untuk melakukan
pedalaman, tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi gagasan secara
bertahap. Kekurangan dalam model ini, model ini belum memberikan gambaran
yang menyeluruh karena belum menggabungkan bidang-bidang pengembangan/mata
pelajaran lain.

2) Model Bagian (Shared)


Model shared merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akibat adanya
“overlapping” konsep atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih. Tipe shared
menurut Fogarty (1991) didefinisikan sebagai “Shared planning and teaching take
place in two disciplines in wich overlapping concept or ideas emerge as organizing
elements”. Pemaparan mengenai shared menurut Fogarty menunjukkan bahwa
dalam pembelajaran shared guru menggabungkan dua mata pelajaran yang memiliki
konsep beririsan satu sama lain atau ide dari dua disiplin ilmu sehingga menjadi
konsep yang utuh. Contoh penggabungan disiplin ilmu dalam shared seperti berikut:
matematika dan Science dipasangkan sebagai Sciences; Sastra dan Sejarah
dikelompokkan sebagai Humaniora; Seni, Musik, Tarian dan Drama dipandang
sebagai The Fine Arts.

Definisi tipe pembelajaran shared yang dipaparkan oleh Fogarty senada dengan
definisi yang dipaparkan oleh Kurniawan (2011) yakni organisasi kurikulum dan
14
pelajaran yang melibatkan dua mata pelajaran. Tipe pembelajaran shared berbasis
pemikiran ide yang tumpang tindih pada mata pelajaran.

Ide pada tipe pembelajaran shared menjadi fokus dari tipe pembelajaran shared.
Fokus dari tipe pembelajaran shared adalah konsep, skill dan sikap dari hasil
penggabungan dua disiplin ilmu. Gagasan inti untuk konsep, skill dan sikap biasanya
diajarkan dengan pendekatan subjek tunggal. Dari dua disiplin ilmu masing-masing
diidentifikasi bagian yang lebih prioritas dari satu konsep, kemudian guru
menentukan irisan dari konsep materi tersebut.

Gambar 1.5. Skema Cara Memadukan Kurikulum Bagian (Shared)

Kelebihannya yaitu lebih mudah dalam menggunakannya sebagai langkah awal


maju secara penuh menuju model terpadu yang mencakup empat disiplin ilmu,
dengan menggabungkan disiplin ilmu serupa yang saling tumpang tindih akan
memungkinkan mempelajari konsep yang lebih dalam.
Sedangkan kekurangannya yaitu model integrasi antar dua disiplin ilmu
memerlukan komitmen pasangan untuk bekerjasama dalam fase awal, untuk
menemukan konsep kurikula yang tumpang tindih secara nyata diperlukan dialog dan
percakapan yang mendalam.

3) Model Jaring Laba-laba (Webbed)


Selanjutnya, model yang paling populer adalah model webbed. Model ini bertolak
dari pendekatan tematis sebagai pemadu bahan dan kegiatan pembelajaran. Dalam

15
hubungan ini tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran baik dalam mata pelajaran
tertentu maupun lintas mata pelajaran.

Gambar 1.6. Skema Cara Memadukan Kurikulum Jaring Laba-laba (Webbed)

Kelebihan pendekatan jaring laba-laba untuk mengintegrasikan kurikulum adalah


faktor motivasi sebagai hasil bentuk seleksi tema yang menarik perhatian paling
besar, faktor motivasi siswa juga dapat berkembang karena adanya pemilihan tema
yang didasarkan pada minat siswa. Sedangkan kekurangan model ini adalah banyak
guru sulit memilih tema. Mereka cenderung menyediakan tema yang dangkal
sehingga kurang bermanfaat bagi siswa, dan guru seringkali terfokus pada kegiatan
sehingga materi atau konsep menjadi terabaikan.

4) Model Galur/ benang (Threaded)


Model threaded merupakan model pemaduan bentuk keterampilan misalnya,
melakukan prediksi dan estimasi dalam matematika, ramalan terhadap kejadian-
kejadian, antisipasi suatu kejadian atau fenonema Fisika, dan sebagainya. Bentuk
threaded ini berfokus pada apa yang diesbut meta-curriculum.

16
Gambar 1.7. Skema Cara Memadukan Kurikulum Galur/benang (Threaded)

Kelebihan dari model ini antara lain: konsep berputar sekitar metakurikulum yang
menekankan pada perilaku metakognitif; materi untuk tiap mata pelajaran tetap
murni, dan siswa dapat belajar bagaimana seharusnya belajar di masa yang akan
datang sesuai dengan laju perkembangan era globalisasi.
Sedangkan kekurangan yaitu hubungan isi antar materi pelajaran tidak terlalu
ditunjukkan sehingga secara eksplisit siswa kurang dapat memahami keterkaitan
konten antara mata pelajaran satu dengan yang lainnya.

c. Pendekatan, Strategi, Metode, dan Model Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses kompleks yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik
pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran kita mengenal berbagai istilah seperti
model, pendekatan, strategi metode juga teknik daplam pembelajaran. Kesemuanya itu saling
berhungan dan terikat, sebelum memahami lebih jauh kelima istilah tersebut kita akan
mendevinisikan kelima istilah tersebut.
1. Pendekatan Pembelajaran

Menurut Khatib Thaha sebagaimana dikutip oleh Ramayulis, mendefinisikan bahwa


pendekatan adalah cara pemprosesan subjek atas objek untuk mencapai tujuan.
Pendekatan juga bisa berarti cara pandang terhadap sebuah objek persoalan, dimana cara
pandang itu adalah cara pandang dalam konteks yang lebih luas.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Pendekatan pembelajaran merupakan aktifitas guru dalam memilih kegiatan
pembelajaran. Pendekatan pembelajaran tentu tidak kaku harus mennggunakan
pendekatan tertentu, tetapi sifatnya lugas dan terencana. Artinya memilih pendekatan
disesuaikan dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan
pembelajaran. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan
yaitu, Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa dan

17
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru. Kurikulum 2013 jelas
menerapkan pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) sebagai cirinya.
a) Esensi Pendekatan Ilmiah
Pembelajaran merupakan proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan
esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai
titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah,
para ilmuwan lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive reasoning)
ketimbang penalaran deduktif (deductive reasoning). Penalaran deduktif melihat
fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya,
penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian
menarik simpulan secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif menempatkan
bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya
menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian
merumuskan simpulan umum.

Gambar 1.8. Pendekatan Induktif dan Pendekatan Deduktif

Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas fenomena atau gejala,
memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan
sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus
berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur
dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena itu, metode ilmiah umumnya

18
memuat serial aktivitas pengoleksian data melalui observasi dan ekperimen,
kemjdian memformulasi dan menguji hipotesis.

b) Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah


Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk jenjang SMP dan SMA atau yang
sederajat dilaksanakan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran
menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses
pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi
substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.” Ranah keterampilan
menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu
bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar
agar peserta didik “tahu apa.” Hasil akhirnya adalahpeningkatan dan keseimbangan
antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik(soft skills) dan manusia yang
memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari
peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Gambar 1.9. Tiga Ranah dalam Pembelajaran

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran,


yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach)
dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya,
mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata
pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin
pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi

19
seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau
sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan
ilmiah pembelajaran disajikan berikut ini.

Gambar 1.10. Karakteristik 5M Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran


(1) Mengamati
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti
menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan
mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka
pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang,
biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan
makna serta tujuan pembelajaran.

Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta
didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.
Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan
antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh
guru.

Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-


langkah seperti berikut ini.

20
(a) Menentukan objek apa yang akan diobservasi
(b) Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan
diobservasi
(c) Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik
primer maupun sekunder
(d) Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
(e) Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk
mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar
(f) Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi , seperti
menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan
alat-alat tulis lainnya.

Kegiatan observasi dalam proses pembelajaran meniscayakan keterlibatan


peserta didik secara langsung. Dalam kaitan ini, guru harus memahami bentuk
keterlibatan peserta didik dalam observasi tersebut.

(a) Observasi biasa (common observation). Pada observasi biasa untuk


kepentingan pembelajaran, peserta didik merupakan subjek yang
sepenuhnya melakukan observasi (complete observer). Di sini peserta
didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi
yang diamati.
(b) Observasi terkendali (controlled observation). Seperti halnya observasi
biasa, padaobservasi terkendali untuk kepentingan pembelajaran, peserta
didiksama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi
yang diamati.Merepa juga tidak memiliki hubungan apa pun dengan
pelaku, objek, atau situasi yang diamati. Namun demikian, berbeda dengan
observasi biasa, pada observasi terkendalipelaku atau objek yang diamati
ditempatkan pada ruang atau situasi yang dikhususkan. Karena itu, pada
pembelajaran dengan observasi terkendali termuat nilai-nilai percobaan
atau eksperimen atas diri pelaku atau objek yang diobservasi.
(c) Observasi partisipatif (participant observation). Pada observasi
partisipatif, peserta didik melibatkan diri secara langsung dengan pelaku
atau objek yang diamati. Sejatinya, observasi semacam ini paling lazim
21
dilakukan dalam penelitian antropologi khususnya etnografi. Observasi
semacam ini mengharuskan peserta didik melibatkan diri pada pelaku,
komunitas, atau objek yang diamati. Di bidang pengajaran bahasa,
misalnya, dengan menggunakan pendekatan ini berarti peserta didik hadir
dan “bermukim” langsung di tempat subjek atau komunitas tertentu dan
pada waktu tertentu pula untuk mempelajari bahasa atau dialek setempat,
termasuk melibakan diri secara langsung dalam situasi kehidupan mereka.

Selama proses pembelajaran, peserta didik dapat melakukan observasi dengan


dua cara pelibatan diri. Kedua cara pelibatan dimaksud yaitu observasi
berstruktur dan observasi tidak berstruktur, seperti dijelaskan berikut ini.

(a) Observasi berstruktur. Pada observasi berstruktur dalam rangka proses


pembelajaran, fenomena subjek, objek, atau situasi apa yang ingin
diobservasi oleh peserta didik telah direncanakan oleh secara sistematis di
bawah bimbingan guru.
(b) Observasi tidak berstruktur. Pada observasi yang tidak berstruktur dalam
rangka proses pembelajaran, tidak ditentukan secara baku atau rijid
mengenai apa yang harus diobservasi oleh peserta didik. Dalam kerangka
ini, peserta didik membuat catatan, rekaman, atau mengingat dalam
memori secara spontan atas subjek, objektif, atau situasi yang diobservasi.

Praktik observasi dalam pembelajaran hanya akan efektif jika peserta didik dam
guru melengkapi diri dengan dengan alat-alat pencatatan dan alat-alat lain,
seperti: (1) tape recorder, untuk merekam pembicaraan; (1) kamera, untuk
merekam objek atau kegiatan secara visual; (2) film atau video, untuk merekam
kegiatan objek atau secara audio-visual; dan (3) alat-alat lain sesuai dengan
keperluan.

Secara lebih luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam melakukan
observasi, dapat berupa daftar cek (checklist), skala rentang (rating scale),
catatan anekdotal (anecdotal record), catatan berkala, dan alat mekanikal
(mechanical device). Daftar cek dapat berupa suatu daftar yang berisikan nama-
nama subjek, objek, atau faktor- faktor yang akan diobservasi. Skala rentang ,

22
berupa alat untuk mencatat gejala atau fenomena menurut tingkatannya. Catatan
anekdotalberupa catatan yang dibuat oleh peserta didik dan guru mengenai
kelakuan-kelakuan luar biasa yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang
diobservasi. Alat mekanikalberupa alat mekanik yang dapat dipakai untuk
memotret atau merekam peristiwa-peristiwa tertentu yang ditampilkan oleh
subjek atau objek yang diobservasi.

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan peserta didik selama
observasi pembelajaran disajikan berikut ini.

(a) Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi
untuk kepentingan pembelajaran.
(b) Banyak atau sedikit serta homogenitas atau hiterogenitas subjek, objek,
atau situasi yang diobservasi. Makin banyak dan hiterogensubjek, objek,
atau situasi yang diobservasi, makin sulit kegiatan obervasi itu dilakukan.
Sebelum obsevasi dilaksanakan, guru dan peserta didik sebaiknya
menentukan dan menyepakati cara dan prosedur pengamatan.
(c) Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam,
dan sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan
observasi.
(2) Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan
mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat
guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta
didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta
didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi
penyimak dan pembelajar yang baik.

Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan


dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak
selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk
pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal. Bentuk
pertanyaan, misalnya: “Mengapa Planet Jupiter yang memiliki ukuran lebih

23
besar memiliki kala rotasi lebih cepat dibandingkan dengan Planet Bumi yang
ukurannnya lebih kecil?” Adapun contoh bentuk pernyataan, misalnya:
“Sepertinya ukuran suatu planet tidak mempengaruhi kala rotasinya, namun
saya tidak begitu yakin dengan hal tersebut”.
Kedua contoh pertanyaan proses menanya tersebut merupakan ungkapan
ketidakyakinan peserta didik terhadap suatu fenomena faktual yang merupakan
bentuk metakognisi baru bagi dirinya sehingga mendorong rasa ingin tahunya
lebih jauh. Pertanyaan tersebut tidaklah mungkin muncul jika mereka telah
memiliki metakognisi yang ajeg terhadap pengetahuan faktual yang disajikan
dalam pembelajaran. Dengan demikian, kunci untuk dapat memancing rasa
ingin tahu pada proses menanya ini diperlukan suatu fenomena faktual yang
memiliki tingkatan metakognitif yang lebih tinggi dari metakognitif peserta
didik yang mengikuti pembelajaran.
Sebagai contoh, kedua pertanyaan yang diperkirakan akan muncul tersebut
berasal dari fenomena faktual yang guru sajikan dalam proses pembelajaran
berupa fakta Planet Jupiter yang memiliki ukuran lebih besar dari pada Bumi
memiliki kala rotasi 9,8 jam, sedangkan Bumi yang memiliki ukuran lebih
kecil memiliki kala rotasi 24 jam, seperti tampilan berikut ini:

Gambar 1.11. Contoh Fenomena Faktual untuk memancing proses Menanya

Materi Tata surya ini merupakan materi pelajaran IPA kelas VII semester 2,
pada tingkatan ini, peserta didik diasumsikan telah memiliki pengetahuan
metakognitif ukuran planet Jupiter lebih besar dari pada Bumi serta jika suatu
24
benda berukuran besar, maka waktu yang dibutuhkan untuk melakukan rotasi
akan lebih lama. Pengetahuan tersebut telah terbangun pada kognitif peserta
didik saat mereka mempelajari IPA dan Planet-planet Tata Surya di tingkatan
Sekolah Dasar. Sehingga, saat disajikan fenomena faktual ini, tingkatan
metakognisi mereka belum ajeg memahaminya. Dengan demikian, saat akan
menyusun aktivitas proses menanya dalam pembelajaran, perlu kiranya kita
menelaah terlebih dahulu pada tingkatan metakognisi peserta didik saat akan
mempelajari materi pembelajaran yang akan disajikan pada pertemuan tertentu.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengkaji bagaimana jejak konsep
esensial materi pembelajaran yang akan disajikan pada pertemuan tertentu
tersebut telah peserta didik alami pada tahapan Pendidikan atau tahapan
pembelajaran yang telah meraka lewati sebelumnya.

Mari Kita Lakukan

Aktivitas 1.1 Memilih Fenomena Faktual yang sesuai untuk memancing proses Menanya
Ayo Amati
Pilihlah salah satu KD pada KI 3 mata pelajaran IPA SMP yang ingin anda coba bangun untuk
memancing proses menanya peserta didik dalam pembelajaran

Diskusikan
1. Pernahkan materi pembelajaran ini dipelajari peserta didik di tingkatan sebelumnya? (cek
Standar isi Mapel IPA sebelumnya), Perkirakanlah seberapa dalam dan luaskah pengetahuan
peserta didik terhadap materi tersebut!
2. Identifikasi fenomena faktual apa yang dapat mereka jelaskan dengan baik berdasarkan
pengetahuan yang mereka miliki dari tingkatan sebelumnya tadi?
3. Identifikasi konsep esensial dari KD pada KI 3 yang telah anda pilih tadi di awal!
4. Identifikasi fenomena faktual apa yang diperkirakan BELUM dapat mereka jelaskan dengan
baik berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki dari tingkatan sebelumnya berkaitan
dengan materi yang akan mereka peroleh pada pertemuan KD ini?

Simpulkan
25
Jenis pengetahuan faktual apa sajakah yang dapat digunakan untuk memancing proses menanya
siswa lebih efektif pada KD yang telah anda pilih tadi?

Proses bertanya memiliki beberapa fungsi, diantaranya adalah:


(a) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik
tentang suatu tema atau topik pembelajaran.
(b) Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta
mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
(c) Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan
ancangan untuk mencari solusinya.
(d) Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas
substansi pembelajaran yang diberikan.
(e) Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan
pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan
menggunakan bahasa yang baik dan benar.
(f) Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen,
mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
(g) Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima
pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan
toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
(h) Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam
merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.
(i) Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan
berempati satu sama lain.

(3) Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus
mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang
sesuai. Pada mata pelajaran IPA, misalnya,peserta didik harus memahami
konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik

26
pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan
tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap
ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.

Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk


mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan
pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1)
menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan
kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia
dan harus disediakan; (3)mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil
eksperimen sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5)
mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data;(6)
menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (7)membuat laporan dan
mengkomunikasikan hasil percobaan.

Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka: (1) Guru hendaknya
merumuskan tujuan eksperimen yanga akan dilaksanakan murid (2) Guru
bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan (3) Perlu
memperhitungkan tempat dan waktu (4) Guru menyediakan kertas kerja untuk
pengarahan kegiatan murid (5) Guru membicarakan masalah yanga akan yang
akan dijadikan eksperimen (6) Membagi kertas kerja kepada murid (7) Murid
melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) Guru
mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu
didiskusikan secara klasikal.

Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan eksperimen atau mencoba


dilakukan melalui tiga tahap, yaitu, persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.
Ketiga tahapan eksperimen atau mencoba dimaksud dijelaskan berikut ini.

(a) Persiapan
i. Menentapkan tujuan eksperimen
ii. Mempersiapkan alat atau bahan
iii. Mempersiapkan tempat eksperimen sesuai dengan jumlah peserta
didikserta alat atau bahan yang tersedia. Di sini guru perlu

27
menimbang apakah peserta didik akan melaksanakan eksperimen
atau mencoba secara serentak atau dibagi menjadi beberapa
kelompok secara paralel atau bergiliran
iv. Memertimbangkan masalah keamanan dan kesehatan agar dapat
memperkecil atau menghindari risiko yang mungkin timbul
v. Memberikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan dan
tahapa-tahapan yang harus dilakukan peserta didik, termasuk hal-hal
yang dilarang atau membahayakan.

(b) Pelaksanaan
(a) Selama proses eksperimen atau mencoba, guru ikut membimbing
dan mengamati proses percobaan. Di sini guru harus memberikan
dorongan dan bantuan terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi
oleh peserta didik agar kegiatan itu berhasil dengan baik.
(b) Selama proses eksperimen atau mencoba, guru hendaknya
memperhatikan situasi secara keseluruhan, termasuk membantu
mengatasi dan memecahkan masalah-masalah yang akan
menghambat kegiatan pembelajaran.
(c) Tindak lanjut
i. Peserta didik mengumpulkan laporan hasil eksperimen kepada guru
ii. Guru memeriksa hasil eksperimen peserta didik
iii. Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil
eksperimen.
iv. Guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang
ditemukan selama eksperimen.
v. Guru dan peserta didik memeriksa dan menyimpan kembali segala
bahan dan alat yang digunakan

(4) Menalar

(a) Esensi Menalar

28
Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan
ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa
guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam
banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru.
Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata
empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa
pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski
penakaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.

Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan


merupakan terjemanan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna
menalar atau penalaran. Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks
pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak
merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah
asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan
beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian
memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-
peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan
peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori
otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah
tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dari persepektif
psikologi, asosiasi merujuk pada koneksi antara entitas konseptual atau
mental sebagai hasil dari kesamaan antara pikiran atau kedekatan dalam
ruang dan waktu.

Menurut teori asosiasi, proses pembelajaran pembelajaran akan berhasil


secara efektif jika terjadi interaksi langsung antara pendidik dengan peserta
didik. Pola ineraksi itu dilakukan melalui stimulus dan respons (S-R). Teori
ini dikembangan kerdasarkan hasil eksperimen Thorndike, yang kemudian
dikenal dengan teori asosiasi. Jadi, prinsip dasar proses pembelajaran yang
dianut oleh Thorndike adalah asosiasi, yang juga dikenal dengan teori
Stimulus-Respon (S-R). Menurut Thorndike, proses pembelajaran, lebih
khusus lagi proses belajar peserta didik terjadi secara perlahan atau
29
inkremental/bertahap, bukan secara tiba-tiba. Thorndike mengemukakan
berapa hukum dalam proses pembelajaran.

i. Hukum efek (The Law of Effect), di mana intensitas hubungan antara


stimulus (S) dan respon (R) selama proses pembelajaran sangat
dipengaruhi oleh konsekuensi dari hubungan yang terjadi. Jika akibat
dari hubungan S-R itu dirasa menyenangkan, maka perilaku peserta
didik akan mengalami penguatan. Sebaliknya, jika akibat hubungan S-R
dirasa tidak menyenangkan, maka perilaku peserta didik akan melemah.
Menurut Thorndike, efek dari reward (akibat yang menyenangkan) jauh
lebih besar dalam memperkuat perilaku peserta didik dibandingkan efek
punishment (akibat yang tidak menyenangkan) dalam memperlemah
perilakunya. Ini bermakna bahwa reward akan meningkatkan perilaku
peserta didik, tetapi punishment belum tentu akan mengurangi atau
menghilangkan perilakunya.
ii. Hukum latihan (The Law of Exercise). Awalnya, hukum ini terdiri dari
duajenis, yang setelah tahun 1930 dinyatakan dicabut oleh Thorndike.
Karena dia menyadari bahwa latihan saja tidak dapat memperkuat atau
membentuk perilaku. Pertama, Law of Use yaitu hubungan antara S-R
akan semakin kuat jika sering digunakan atau berulang-ulang. Kedua,
Law of Disuse, yaitu hubungan antara S-R akan semakin melemah jika
tidak dilatih atau dilakukan berulang-ulang.Menurut Thorndike,
perilaku dapat dibentuk dengan menggunakan penguatan
(reinforcement). Memang, latihan berulang tetap dapat diberikan, tetapi
yang terpenting adalah individu menyadari konsekuensi perilakunya.
iii. Hukum kesiapan (The Law of Readiness). Menurut Thorndike, pada
prinsipnya apakah sesuatu itu akan menyenangkan atau tidak
menyenangkan untuk dipelajari tergantung pada kesiapan belajar
individunya. Dalam proses pembelajaran, hal ini bermakna bahwa jika
peserta dalam keadaan siap dan belajar dilakukan, maka merekaakan
merasa puas. Sebaliknya, jika pesert didik dalam keadaan tidak siap dan
belajar terpaksa dilakukan, maka mereka akan merasa tidak puas

30
bahkan mengalami frustrasi. Prinsip-prinsip dasar dari Thorndike
kemudian diperluas oleh B.F. Skinner dalam Operant Conditioning atau
pelaziman/pengkondisian operan. Pelaziman operan adalah bentuk
pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku
menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi.

Merujuk pada teori S-R, proses pembelajaran akan makin efektif jika
peserta didik makin giat belajar. Dengan begitu, berarti makin tinggi pula
kemampuannya dalam menghubungkan S dengan R. Kaidah dasar yang
digunakan dalam teori S-R adalah:

i. Kesiapan (readiness). Kesiapan diidentifikasi berkaitan langsung dengan


motivasi peserta didik. Kesiapan itu harus ada pada diri guru dan
peserta didik. Guru harus benar-benar siap mengajar dan peserta didik
benar-benar siap menerima pelajaran dari gurunya. Sejalan dengan itu,
segala sumber daya pembelajaran pun perlu disiapkan secara baik dan
saksama.
ii. Latihan (exercise). Latihan merupakan kegiatan pembelajaran yang
dilakukan secara berulang oleh peserta didik. Pengulangan ini
memungkinkan hubungan antara S dengan R makin intensif dan
ekstensif.
iii. Pengaruh (effect). Hubungan yang intensif dan berulang-ulang antara S
dengan R akan meningkatkan kualitas ranah sikap, keterampilan, dan
pengetahuan peserta didik sebagai hasil belajarnya. Manfaat hasil
belajar yang diperoleh oleh peserta didik dirasakan langsung oleh
mereka dalam dalam dunia kehidupannya.

Kaidah atau prinsip “pengaruh” dalam pembelajaran berkaitan dengan


kemamouan guru menciptakan suasana, memberi penghargaan, celaan,
hukuman, dan ganjaran. Teori S – S ini memang terkesan robotik.
Karenanya, teori ini terkesan mengenyampingkan peranan minat,
kreativitas, dan apirasi peserta didik.

31
Oleh karena tidak semua perilaku belajar atau pembelajaran dapat dijelaskan
dengan pelaziman sebagaimana dikembangkan oleh Ivan Pavlov, teori
asosiasi biasanya menambahkan teori belajar sosial (social learning) yang
dikembangkan oleh Bandura. Menurut Bandura, belajar terjadi karena
proses peniruan (imitation). Kemampuan peserta didik dalam meniru
respons menjadi pengungkit utama aktivitas belajarnya. Ada empat konsep
dasar teori belajar sosial (social learning theory) dari Bandura.

i. Pertama, pemodelan (modelling), dimana peserta didik belajar dengan


cara meniru perilaku orang lain (guru, teman, anggota masyarakat, dan
lain-lain) dan pengalaman vicarious yaitu belajar dari keberhasilan
dan kegagalan orang lain itu.
ii. Kedua, fase belajar, meliputi fase memberi perhatian terhadap model
(attentional), mengendapkan hasil memperhatikan model dalam
pikiran pebelajar (retention), menampilkan ulang perilaku model oleh
pebelajar (reproduction), dan motivasi (motivation) ketika peserta
didik berkeinginan mengulang-ulang perilaku model yang
mendatangkan konsekuensi-konsekuensi positif dari lingkungan.
iii. Ketiga, belajar vicarious, dimana peserta didik belajar dengan melihat
apakah orang lain diberi ganjaran atau hukuman selama terlibat dalam
perilaku-perilaku tertentu.
iv. Keempat, pengaturan-diri (self-regulation), dimana peserta didik
mengamati, mempertimbangkan, memberi ganjaran atau hukuman
terhadap perilakunya sendiri.

Teori asosiasi ini sangat efektif menjadi landasan menanamkan sikap ilmiah
dan motivasi pada peserta didik berkenaan dengan nilai-nilai instrinsik dari
pembelajaran partisipatif. Dengan cara ini peserta didik akan melakukan
peniruan terhadap apa yang nyata diobservasinya dari kinerja guru dan
temannya di kelas.

32
Bagaimana aplikasinya dalam proses pembelajaran? Aplikasi
pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar
peserta didik dapat dilakukan dengan cara berikut ini.

i. Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap


sesuai dengan tuntutan kurikulum.
ii. Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah.
Tugas utama guru adalah memberi instruksi singkat tapi jelas dengan
disertai contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun dengan cara
simulasi.
iii. Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai
dari yang sederhana (persyaratan rendah) sampai pada yang kompleks
(persyaratan tinggi).
iv. Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan
diamati
v. Seriap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki
vi. Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang
diinginkan dapat menjadi kebiasaan atau pelaziman.
vii. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik.
viii. Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan
memberikan tindakan pembelajaran perbaikan.
(b) Cara menalar
Seperti telah dijelaskan di muka, terdapat dua cara menalar, yaitu penalaran
induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif merupakan cara
menalardengan menarik simpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus
untuk hal-hal yang bersifat umum. Jadi, menalar secara induktif adalah
proses penarikan simpulan dari kasus-kasus yang bersifat nyata secara
individual atau spesifik menjadi simpulan yang bersifat umum.Kegiatan
menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada observasi inderawi atau
pengalaman empirik.

Contoh:

33
i. Singa binatang berdaun telinga, berkembangbiak dengan cara
melahirkan
ii. Harimau binatang berdaun telinga, berkembangbiak dengan cara
melahirkan
iii. Ikan Paus binatang berdaun telinga berkembangbiak dengan
melahirkan
iv. Simpulan: Semua binatang yang berdaun telinga berkembang biak
dengan melahirkan

Penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari


pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal
yang bersifat khusus. Pola penalaran deduktif dikenal dengan pola
silogisme. Cara kerja menalar secara deduktif adalah menerapkan hal-hal
yang umum terlebih dahulu untuk kemudian dihubungkan ke dalam bagian-
bagiannya yang khusus.

Ada tiga jenis silogisme, yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis,


silogisme alternatif. Pada penalaran deduktif tedapat premis, sebagai
proposisi menarik simpulan. Penarikan simpulan dapat dilakukan melalui
dua cara, yaitu langsung dan tidak langsung. Simpulan secara langsung
ditarik dari satu premis,sedangkan simpulan tidak langsung ditarik dari dua
premis.

Contoh :

i. Kamera adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk


beroperasi
ii. Telepon genggam adalah barang elektronik dan membutuhkan daya
listrik untuk beroperas.
iii. Simpulan: semua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk
beroperasi

(c) Analogi dalam Pembelajaran

34
Selama proses pembelajaran, guru dan pesert didik sering kali menemukan
fenomena yang bersifat analog atau memiliki persamaan. Dengan demikian,
guru dan peserta didik adakalamua menalar secara analogis. Analogi adalah
suatu proses penalaran dalam pembelajaran dengan cara membandingkan
sifat esensial yang mempunyai kesamaan atau persamaan.

Berpikir analogis sangat penting dalam pembelajaran, karena hal itu akan
mempertajam daya nalar peserta didik. Seperti halnya penalaran, analogi
terdiri dari dua jenis, yaitu analogi induktif dan analogi deduktif. Kedua
analogi itu dijelaskan berikut ini.

Analogi induktif disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua


fenomena atau gejala. Atas dasar persamaan dua gejala atau fenomena itu
ditarik simpulan bahwa apa yang ada pada fenomena atau gejala pertama
terjadi juga pada fenomena atau gejala kedua. Analogi induktif merupakan
suatu “metode menalar” yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu
simpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti
terdapat pada dua fenomena atau gejala khusus yang diperbandingkan.

Contoh:

Peserta didik Pulan merupakan pebelajar yang tekun. Dia lulus seleksi
Olimpiade Sains Tingkat Nasional tahun ini. Dengan demikian, tahun ini
juga,Peserta didik Pulan akan mengikuti kompetisi pada Olimpiade Sains
Tingkat Internasional. Untuk itu dia harus belajar lebih tekun lagi.

Analogi deklaratif merupakan suatu“metode menalar” untuk menjelaskan


atau menegaskan sesuatu fenomena atau gejala yang belum dikenal atau
masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal.Analogi deklaratif ini
sangat bermanfaat karena ide-ide baru, fenomena, atau gejala menjadi
dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah
dketahui secara nyata dan dipercayai.

Contoh:

35
Kegiatan kepesertadidikan akan berjalan baik jika terjadi sinergitas kerja
antara kepala sekolah, guru, staf tatalaksana, pengurus organisasi peserta
didik intra sekolah, dan peserta didik. Seperti halnya kegiatan belajar,
untuk mewujudkan hasil yang baik diperlukan sinergitas antara ranah
sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

(d) Hubungan Antarfenomena


Seperti halnya penalaran dan analogi, kemampuan menghubungkan
antarfenomena atau gejala sangat penting dalam proses pembelajaran,
karena hal itu akan mempertajam daya nalar peserta didik. Di sinilah esensi
bahwa guru dan peserta didik dituntut mampu memaknai hubungan
antarfenonena atau gejala, khususnya hubungan sebab-akibat.

Hubungan sebab-akibat diambil dengan menghubungkan satu atau beberapa


fakta yang satu dengan datu atau beberapa fakta yang lain.Suatu simpulan
yang menjadi sebab dari satu atau beberapa fakta itu atau dapat juga menjadi
akibat dari satuatau beberapa fakta tersebut.

Penalaran sebab-akibat ini masuk dalam ranah penalaran induktif, yang


disebut dengan penalaran induktif sebab-akibat. Penalaran induksi sebab
akibat terdiri dri tiga jenis.

i. Hubungan sebab–akibat. Pada penalaran hubungan sebab-akibat, hal-hal


yang menjadi sebab dikemukakan terlebih dahulu, kemudian ditarik
simpulan yang berupa akibat.

Contoh:

Bekerja keras, belajar tekun, berdoa, dan tidak putus asa adalah
faktor pengungkit yang bisa membuat kita mencapai puncak
kesuksesan.

ii. Hubungan akibat–sebab. Pada penalaran hubungan akibat-sebab, hal-


hal yang menjadi akibat dikemukakan terlebih dahulu, selanjutnya
ditarik simpulan yang merupakan penyebabnya.

Contoh :

36
Akhir-ahir ini sangat marak kenakalan remaja, angka putus sekolah,
penyalahgunaan Nakoba di kalangan generasi muda, perkelahian
antarpeserta didik, yang disebabkan oleh pengabaian orang tua dan
ketidaan keteladanan tokoh masyarakat, sehingga mengalami
dekandensi moral secara massal.

iii. Hubungan sebab–akibat 1 – akibat 2. Pada penalaran hubungan sbab-


akibat 1 –akibat 2, suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian
akibat. Akibat yang pertama menjadi penyebab, sehingga
menimbulkan akibat kedua. Akibat kedua menjadi penyebab sehingga
menimbulkan akibat ketiga, dan seterusnya.

Contoh:

Masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, hidupnya terisolasi.


Keterisolasian itu menyebabkan mereka kehilangan akses untuk
melakukan aktivitas ekonomi, sehingga muncullah kemiskinan
keluarga yang akut. Kemiskinan keluarga yang akut menyebabkan
anak-anak mereka tidak berkesempatan menempuh pendidikan yang
baik. Dampak lanjutannya, bukan tidak mungkin terjadi kemiskinan
yang terus berlangsung secara siklikal.

(5) Mengomunikasikan (Membentuk Jejaring)


Sebagai bagian proses akhir dari pendekatan ilmiah, mengomunikasikan atau
membentuk jejaring pengetahuan yang telah diperoleh merupakan kunci akhir
dari kebermaknaan proses pembelajaran secara keseluruhan. Dalam prosesnya,
kegiatan ini dapat dilakukan dengan menuliskan atau menceritakan apa yang
ditemukan selama proses mencari informasi, mengasosiasi dan menemukan pola.
Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar
peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Beberapa hal yang dapat
dilaksanakan dalam kegiatan mengomunikasikan adalah sebagai berikut:

37
(a) Setiap kelompok peserta didik bekerjasama untuk mendeskripsikan karakter
dan kegitan yang telah disediakan oleh guru atau dalam buku,
(b) Setiap peserta didik memahami bagaimana mendeskripsikan hal-hal yang
ada di sekitar mereka,
(c) Peserta didik/kelompk peserta didik membacakan hasil kerja di depan kelas
secara bergiliran,
(d) Setiap kelompok peserta didik mendengarkan dengan baik, dan bisa
memberikan masukan tentang karakter atau kegiatan tersebut,
(e) Guru mengarahkan dan memastikan jalannya proses kegiatan agar efektif
dan semua peserta didik dapat terlibat aktif dalam proses kegiatan ini,
(f) Setelah diskusi dalam proses mengomunikasikan ini selesai, guru
memberikan penjelasan tentang materi esensial yang telah dipelajari sebagai
bagian proses penguatan dan penanaman konsep.

Aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah adalah


menyediakan sumber belajar, mendorong siswa berinteraksi dengan sumber
belajar, mengajukan pertanyaan agar peserta didik memikirkan hasil
interaksinya, memantau persepsi dan proses berpikir peserta didik, mendorong
peserta didik berdialog dan berbagi hasil pemikirannya, mengonfirmasi
pemahaman yang diperoleh dan mendorong peserta didik merefleksikan
pengalaman belajarnya.

2. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian
kegiatan yang didisain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Istilah strategi sering digunakan
dalam banyak konteks dengan makna yang selalu sama. Dalam konteks pengajaran
strategi bisa diartikan sebagai suatu pola umum tindakan guru-peserta didik dalam
manifestasi aktivitas pengajaran.

38
Adapun yang dimaksud dengan strategi dalam pendidikan yaitu pengetahuan atau seni
mendayagunakan semua faktor atau kekuatan untuk mengamankan sasaran kependidikan
yang hendak dicapai melalui perencanaan dan pengarahan dalam operasionaliasi sesuai
dengan situasi dan kondisi lapangan yang ada, termasuk pula perhitungan tentang
hambatan-hambatannya berupa fisik maupun yang bersifat non fisik (seperti mental dan
moral baik dari subjek, objek maupun lingkungan sekitar). Jadi, strategi pendidikan
dapat diartikan sebagai kebijaksanaan dan metode umum pelaksanaan proses pendidikan.
Pemakaian suatu strategi pembelajaran dalam kelas harus memperhatikan berbagai
pertimbangan antara lain:
a) Tujuan yang akan dicapai.
Karena strategi adalah sebuah cara dalam mencapai tujuan, dalam hal ini adalah tujuan
pembelajaran, maka tujuan yang akan dicapai harus di rumuskan dengan jelas berserta
indikator keberhasilan yang dapat diukur.
b) Bahan atau materi pembelajaran
Bahan atau materi pembelajaran sangat mempengaruhi penggunaan strategi
pembelajaran. Hal ini dikarenakan bahan atau materi yang akan disampaikan harus
mampu tersampaikan dengan jelas kepada peserta didik sesuai denga tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan.
c) Siswa serta kesiapan guru
Sebagai subyek dan obyek dari pembelajaran, siswa dan guru juga harus
dipertimbangkan tingkat kesiapannya dalam menggunakan strategi pembelajaran agar
keberhasilan strategi ini dapat maksimal sesuai dengan tujuan yang diinginkan dalam
pembelajaran.

3. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah suatu ilmu pengetahuan yang membahas tentang bagaimana
cara-cara atau teknik yang perlu ditempuh atau dipergunakan dalam upaya menyampaikan
materi atau bahan ajar kepada obyeknya yaitu peserta didik. Jadi, yang dimaksud dengan
metode pembelajaran adalah suatu ilmu yang membicarakan bagaimana cara atau teknik

39
menyajikan bahan pelajaran terhadap siswa agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan
secara efektif dan efesien.
Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru dalam menjalankan
fungsinya dan merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran
lebih bersifat teknis, yaitu tidak berisi tahapan-tahapan tertentu, melainkan implementatif.
Dengan kata lain, metode dapat sama, lebih mengarah pada kegiatan pembelajaran apa
yang secara spesifik dilakukan dalam prosesnya.
Adapun dalam pemilihan metode ini faktor-faktor yang perlu diperhatikan antara lain:
a) Faktor tujuan dan bahan pelajaran
b) Faktor peserta didik
c) Faktor lingkungan
d) Faktor alat dan sumber belajar
e) Faktor kesiapan guru

4. Model Pembelajaran
Menurut Joyce & weil model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur pembelajaran yang sistematis dalam pengorganisasian pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perangcang
pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar.
Karena dalam model pembelajaran menggambarkan proses belajar mengajar, tentu di
dalam setiap model pembelajaran mempunyai langkah/sintaks tertentu yang perlu
diperhatikan dalam mengaplikasikan suatu model pembelajaran.
Dalam pemilihan model pembelajaran hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
a) Sifat dan materi yang diajarkan
b) Tujuan yang ingin dicapai
c) Tingkat kemampuan peserta didik

d. Model Pembelajaran dalam Pembelajaran IPA di Sekolah Menengah

Pembahasan dalam modul ini merupakan bagian yang berkelanjutan dari pembahasan materi
Modul 5 KB 1 pada kelompok bahasan Pedagogik yang telah anda pelajari sebelumnya.
Dengan demikian, pada bagian modul ini kami menganggap anda telah memahami

40
sepenuhnya apa yang dimaksud dengan model beserta karakteristiknya. Pada bagian modul
ini, anda akan mempelajari bagiamana model-model tertentu diimplemantasikan pada materi
pembelajaran IPA di sekolah. Berikut adalah 4 jenis model pembelajaran yang akan dibahas
pada modul ini

1) Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction Model)

Model Pembelajaran Langsung atau Direct Instruction (DI) dalam proses pembelajaran
dapat dipandang sebagai metode maupun model pembelajaran. Saat memandangnya
sebagai metode pembelajaran, kita cukup memahaminya sebagai bentuk transfer
informasi yang berfungsi untuk menekankan suatu konsep dasar materi ajar agar tidak
terjadi kesalahan maupun kekeliruan konsep (miskonsepsi) tanpa memandangnya sebagai
tahapan pembelajaran yang berurutan. Dalam modul ini, kita akan membahas lebih
mendalam Model Pembelajaran Langsung sebagai model pembelajaran dengan
karakteristik tahapan-tahapannya.

National Institute for Direct Instruction menyatakan bahwa Model Pembelajaran


Langsung atau DI adalah suatu model pengajaran dalam bentuk penekanan proses
pembelajaran yang dikembangkan dengan baik dan direncanakan dengan hati-hati dalam
cakupan pemerolehan pembelajaran yang tertentu dan tugas-tugas mengajar yang
didefinisikan dan ditentukan dengan jelas. Sederhananya, model pembelajaran Langsung
dirancang untuk lebih pada upaya menjelaskan lebih mendalam suatu konsep tertentu
berdasarkan bukti-bukti nyata yang dapat disajikan.

Kreator model pembelajaran Langsung pada tahun 1960-an, Siegfried Engelmann dan Dr.
Wesley Becker, mempercayai bahwa dengan pembelajaran Langsung:

a) Setiap siswa dapat diajar;


b) Semua anak dapat meningkat kemampuan akademisnya;
c) Semua guru dapat berhasil jika dibekali pelatihan dan materi yang memadai;
d) Siswa yang berprestasi rendah dan yang berkebutuhan khusus dapat diajar dengan
kecepatan yang lebih cepat daripada yang biasanya terjadi jika mereka ingin mengejar
ketinggalan dengan teman-teman mereka yang berkinerja lebih tinggi; dan

41
e) Semua perincian proses pembelajaran dapat dikontrol untuk meminimalkan
kemungkinan siswa salah menafsirkan informasi yang diajarkan dan untuk
memaksimalkan efek penguatan dari pengajaran.

Mari Kita Lakukan

Aktivitas 1.2 Mengidentifikasi Tahapan-tahapan Pembelajaran Direct Instruction (DI)


Ayo Amati
Simak video pembelajaran Karakteristik Planet di Sistem Tata Surya berikut dengan seksama

Video Pembelajaran Direct Instruction Karakteristik Planet di Sistem Tata Surya

Diskusikan
1. Ada berapa tahapan yang dilaksanakan dalam proses video pembalajaran tersebut?
Sebutkan!
2. Apakah tahapan-tahapan yang dilaksanakan dalam video pembelajaran tersebut mengikuti
kaidah Pendekatan Ilmiah sebagai ciri dari implementasi Kurikulum 2013? Jika tidak,
tahapan manakah yang belum optimal teramati pada video tersebut?
3. Adakah pandangan baru yang anda peroleh berkaitan dengan efektivitas pembelajaran
dengan menggunakan DI setelah menyimak video pembelajaran tersebut? Sebutkan!
4. Tahapan, metoda, atau kegiatan apa sajakah yang menurut anda cukup berperan penting
secara positif dalam proses belajar siswa yang ditampilkan dalam video tersebut?
Mengapa?
5. Tahapan, metoda, atau kegiatan apa sajakah yang menurut anda cukup berperan penting
secara negatif dalam proses belajar siswa yang ditampilkan dalam video tersebut?
Mengapa?

Simpulkan
Bagaimanakah cara yang dapat dipilih untuk mengoptimalkan proses pembelajaran yang tidak
memungkinkan melaksanakan kegiatan praktikum secara nyata?

42
Dalam prosesnya, model pembelajaran Langsung (DI), meliputi tahapan-tahapan berikut
ini:

a) Membuka Pembelajaran (Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa)

Pelajari dan cermati tayangan video tahapan membuka pelajaran berikut ini. Sambil
mencermati tayangan video tersebut, coba perhatikan apakah yang menjadi point of
interest dari maksud adanya tahapan ini dalam model pembelajaran Langsung.
Berdasarkan tayangan video cuplikan tahapan membuka pelajaran pada model
pembelajaran Langsung yang telah anda saksikan tersebut, dapat kita lihat, menarik
perhatian siswa dan mengaktifkan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya yang
berkaitan dengan materi pelajaran yang akan dibahas merupakan tujuan dari tahapan
pembuka ini.

Pada bagian menarik perhatian siswa, guru mencoba menampilkan fakta-fakta umum
yang relatif baru bagi siswanya. Konsep-konsep faktual yang bersifat relatif baru bagi
siswa tersebut dipilih guru untuk lebih menumbuhkan rasa penasaran dan tentunya
menarik perhatian siswa agar mereka merasa perlu untuk mempelajarinya lebih jauh.
Selanjutnya guru mencoba memunculkan konsep-konsep.

Bagian membuka pelajaran dimaksudkan untuk menarik perhatian siswa dan


mengaktifkan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya.

Tujuan dari fase (langkah) pertama dari sintaks model pembelajaran langsung (direct
instruction) ini adalah untuk membuat perhatian siswa menjadi terpusat pada
pembelajaran yang akan dilaksanakan sehingga mereka selanjutnya akan memiliki
motivasi belajar yang baik dalam mengikuti pembelajaran. Ada 2 bagian dari fase ke-
1 sintaks model pembelajaran langsung ini, yaitu: (a) menyampaikan tujuan
pembelajaran; dan (b) mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran.

43
b) Memperkenalkan Konsep (Mempresentasikan dan Mendemontrasikan Pengetahuan
atau Keterampilan)

Guru memodelkan konsep yang akan diajarkan adapun siswa mendengarkan dan
mengamatinya. Sesekali Guru mengajukan pertanyaan untuk membuat siswa tetap
terlibat, memantau respons, dan memberikan pujian atas perilaku yang muncul
karenanya. Agar guru berhasil melaksanakan fase kedua dari sintaks model
pembelajaran langsung (direct instruction) ini, maka guru perlu menerapkan teknik-
teknik presentasi dan demonstrasi yang efektif. Fase kedua sintaks model
pembelajaran langsung ini (mempresentasikan dan mendemontrasikan pengetahuan
atau keterampilan) adalah fase yang sangat krusial.

c) Memandu Praktek (Membimbing Pelatihan)


Guru dan siswa berlatih menerapkan konsep bersama. Guru mengarahkan siswa
untuk menjawab secara serentak saat mereka meninjau konsep tersebut. Fase ketiga
sintak model pembelajaran langsung (direct instruction) adalah membimbing
pelatihan. Guru harus memberikan latihan terbimbing kepada siswa. Pada fase ini
siswa tidak sekedar berlatih saja, tetapi siswa harus berlatih di bawah bimbingan
guru. Tujuan diberikan pembimbingan adalah agar latihan yang dilakukan siswa
dapat efektif. Setidaknya ada 4 (empat) prinsip yang harus dipegang guru saat
melakukan latihan terbimbing untuk siswanya, yaitu: (a) latihan singkat tapi utuh; (b)
keterampilan harus benar-benar dikuasai; (c) hati-hati terhadap kelebihan dan
kelemahan latihan berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi
(distributed practice); dan (d) perhatikan tahap awal latihan.

d) Mengeratkan Bagian (Mencek Pemahaman dan Umpan Balik)


Guru bertanya kepada siswa secara perorangan untuk memastikan bahwa mereka
mengikuti pelajaran dan telah mempelajari konsepnya. Umpan balik amat diperlukan
dan dilakukan pada fase keempat penerapan model pembelajaran langsung (direct
instruction). Pelatihan tidak akan efektif tanpa umpan balik dari siswa. Guru harus
menunjukkan di bagian mana kekeliruan itu, lalu mendemonstrasikan kembali
bagaimana seharusnya keterampilan itu dilakukan. Selain itu guru juga harus

44
memberikan umpan balik positif, sehingga kemampuan melakukan keterampilan
yang sudah baik akan dipertahankan oleh siswa.

Pengecekan pemahaman dapat dilakukan guru dengan melontarkan pertanyaan-


pertanyaan. Siswa diminta menjawab berdasarkan bahasa dan pemahaman mereka
sendiri sehingga guru dapat mengetahui hasil presentasi pengetahuan atau
demonstrasi dan latihan-latihan yang telah dilakukan.

e) Mengerjakan secara Mandiri (Memberi Kesempatan Pelatihan Lanjutan dan


Penerapan)

Siswa secara mandiri menyelesaikan suatu kegiatan yang telah dirancang guru untuk
memperkuat konsep yang dipelajari. Fase terakhir (kelima) dari sintaks model
pembelajaran langsung adalah memberi kesempatan pelatihan lanjutan dan
penerapan kepada siswa. Jenis pelatihan lanjutan dan penerapan yang sering
diberikan oleh guru adalah pelatihan mandiri dalam bentuk penugasan rumah (PR).
Melalui pelatihan lanjutan siswa dapat berlatih secara mandiri untuk menerapkan
keterampilan yang baru diperolehnya. Pelatihan lanjutan sebenarnya juga
dimaksudkan sebagai perpanjangan waktu belajar di luar pembelajaran yang telah
diberikan oleh guru di kelas. Ada 3 hal yang dapat dijadikan panduan bagi guru saat
memberikan pelatihan lanjutan dan penerapan, yaitu: (a) PR bukan lanjutan proses
pembelajaran; (b) memberi informasi kepada orang tua siswa; dan (c) memberi
umpan balik terhadap PR yang telah diberikan.

2) Model Pembelajaran Inquiri

a) Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri


Kata inkuiri berasal dari bahasa inggris “Inquiry” berarti pertanyaan,
pemeriksaan, atau penyelidikan. Model pembelajaran inquiry adalah rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan
analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan (Sanjaya, 2006).

45
Menurut piaget bahwa model pembelajaran inquiry adalah model pembelajaran
yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri
secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan
penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang
ditemukannya dengan yang ditemukan siswa lain (mulyasa, 2008).
Dengan melihat kedua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran inquiry adalah model pembelajaran yang mempersiapkan siswa
pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri sehingga dapat berpikir secara
kritis untuk mencari dan menemukan jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan.

b) Prinsip-Prinsip dalam Model Pembelajaran Inkuiri


(1) Berorientasi pada Pengembangan Intelektual
Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan
berpikir. Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri ini selain
berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Oleh
karena itu, keberhaasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan
strategi inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai
materi pembelajaran, akan tetapi sejauh mana beraktifitas mencari dan
menemukan sesuatu.
(2) Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi
antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara
siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi, artinya
menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur
lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan
(directing) agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui
interaksi mereka.

46
Mari Kita Lakukan

Aktivitas 1.3. Mengidentifikasi Tahapan-tahapan Pembelajaran Inkuiri


Ayo Amati
Simak video pembelajaran Inkuiri-Zat Aditif berikut dengan seksama

Video Pembelajaran Inkuiri – Zat Aditif

Diskusikan
1. Ada berapa tahapan yang dilaksanakan dalam proses video pembalajaran tersebut?
Sebutkan!
2. Apakah tahapan-tahapan yang dilaksanakan dalam video pembelajaran tersebut mengikuti
kaidah Pendekatan Ilmiah sebagai ciri dari implementasi Kurikulum 2013? Jika tidak,
tahapan manakah yang belum optimal teramati pada video tersebut?
3. Adakah pandangan baru yang anda peroleh berkaitan dengan efektivitas pembelajaran
dengan menggunakan Inkuiri setelah menyimak video pembelajaran tersebut? Sebutkan!
4. Tahapan, metoda, atau kegiatan apa sajakah yang menurut anda cukup berperan penting
secara positif dalam proses belajar siswa yang ditampilkan dalam video tersebut?
Mengapa?
5. Tahapan, metoda, atau kegiatan apa sajakah yang menurut anda cukup berperan penting
secara negatif dalam proses belajar siswa yang ditampilkan dalam video tersebut?
Mengapa?

Simpulkan
Bagaimanakah cara yang dapat dipilih untuk mengoptimalkan proses pembelajaran yang sangat
dimungkinkan melaksanakan kegiatan praktikum dengan menggunakan konteks kehidupan
sehari-hari?

c) Langkah-langkah Model Pembelajaran Inkuiri


(1) Orientasi

47
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar
siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Guru merangsang dan
mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi
merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan startegi ini sangat
tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan
kemampuannya dalam memecahkan masalah, tanpa kemauan dan
kemampuan maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan lancar.

(2) Merumuskan masalah


Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah
persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu.
Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan
masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari
jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting
dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan
memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya
mengembangkan mental melalui proses berpikir.

(3) Merumuskan hipotesis


Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang
dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.
Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki
landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu
bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat
dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan
pengalaman. Dengan demikian, setiap individu yang kurang mempunyai
wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis.

(4) Mengumpulkan data

48
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri,
mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya
memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga
membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.

(5) Menguji hipotesis


Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai
dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir
rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya
berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang
ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.#

(6) Merumuskan kesimpulan


Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan
yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang
relevan.

d) Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri


(1) Kelebihan
(a) Model pembelajaran inquiry dapat memberikan ruang kepada siswa
untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
(b) Model pembelajaran inquiry merupakan model pembelajaran yang
dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang
menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya
pengalaman.
(c) Model pembelajaran inquiry merupakan model pembelajaran yang
menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan

49
psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini
dianggap lebih bermakna.
(d) Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-
rata, artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan
terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
(2) Kekurangan
(a) Jika model pembelajaran inquiry digunakan sebagai model pembelajaran,
maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
(b) Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena itu
terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
(c) Kadang-kadang dalam mengimplementasikanya memerlukan waktu yang
panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang
telah ditentukan.
(d) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran, maka model pembelajaran inquiry akan sulit
diimplementasikan oleh setiap guru.

e) Tingkatan Model Pembelajaran Inkuiri


Wenning (2015) menyusun tingkatan kecanggihan dan peran kontrol kegiatan
eksperimen dalam kegiatan pembelajaran inkuiri menjadi 7 tingkatan berbeda
yang disebut dengan Level of Inquiry (LoI). LoI ini merupakan bentuk macam-
macam implementasi model pembelajaran Inkuri dalam tataran praktis.
Penyusunan ini didasarkan pada seberapa canggihnya aktivitas kegiatan
eksperimen dilakukan, semakin canggih maka akan semakin tinggi tingkatannya.
Kemudian juga aktivitas kegiatan eksperimen ditinjau berdasarkan siapakah yang
memilik peran kontrol yang paling dominan dalam pelaksanaannya, semakin
besar peran guru dalam mengontrol kegiatan eksperimen, semakin rendah
tingkatannya.

50
Discovery Demo Pembelajaran Inkuiri Inkuiri Inkuiri Pengembangan
Learning Interaktif Inkuiri Terbimbing Terbatas Bebas dan pengujian
hipotesis
Rendah ←Kecanggihan kegiatan Eksperimen→ Tingggi

Guru ←Peran Kontrol kegiatan Eksperimen→ Siswa

Gambar 1.19. Level of Inkuiri dalam proses implementasi pembelajaran

(1) Discovery Learning


Discovery Learning atau Belajar Penemuan merupakan jenis model
pembelajaran inkuiri yang paling dasar. Model ini lebih menekankan pada
pendekatan”aha” dalam prosesnya. Selama prosesnya, pembelajaran
dibimbing secara intensif oleh guru dari mulai proses observasi, penemuan
pola, hinggga kesimpulan. Biasanya diterapkan untuk kegiatan eksperimen
pada tinggatan kelas rendah siswa sekolah dasar.
(2) Demo Interaktif
Dalam Demo Interaktif, guru mendemonstrasikan proses investigasi yang
akan dilakukan siswa dalam pembelajaran. Guru menggunakan cara think-
aloud protocol atau mengajak peserta secara bersama membahas secara
langsung setiap fenomena dan data yang tersaji dalam proses demonstrasi
secara terstruktur dan sistematis dengan melibatkan proses berpikir setiap
peserta didik dalam bentuk diskusi terbuka di kelas selama proses
demonstrasinya. Guru senantiasa mengarahkan proses pemahaman, prediksi,
serta penjelasan pada setiap tahapan yang dilewati peserta didik dalam proses
pembelajarannya.
(3) Pembelajaran Inkuiri
Dalam proses pembelajaran Inkuiri, guru mengarahkan peserta didik melalui
proses eksperimen sederhana yang dilakukan oleh guru dengan mengikuti
tahapan-tahapan Inkuiri secara eksplisit, bertahap, dan teratur. Perbedaan
proses pembelajaran ini dengan model Demo Interaktif adalah pada kegiatan
eksperimen sederhana yang ditampilkan guru lebih menekankan secara
spesifik setiap proses yang dilakukan sedangkan pada proses Demo Interaktif
lebih menekankan pada hasil yang diperoleh dari demonstrasi yang guru

51
lakukan. Penekanan proses yang dimaksud dalam pembelajaran Inkuiri ini
diantaranya adalah: (a) mendefinisikan Masalah; (b) mendefinisikan sistem
yang terlibat dalam eksperimen; dan (c) mengidentifikasi dan mengontrol
variable yang terlibat dalam eksperimen. Guru secara berkesinambungan
berbicara dan menekankan prinsip-prinsip dasar penyelidikan ilmiah
(Scientific Inquiry)
(4) Inkuiri Laboratorium (Inkuiri Terbimbing, Terbatas, dan Bebas)
Inkuiri Laboratorium merupakan kegiatan penyelidikan ilmiah yang
dilakukan secara langsung oleh peserta didik dalam upaya membangun
konsep yang baru mereka pelajari atau penguatan konsep lama yang telah
mereka miliki sebelumnya. Berbeda dengan kegiatan eksperimen
konvensional yang memberikan bantuan tahapan-tahapan prosedur kegiatan
eksperimen secara mendetail, proses Inkuiri Laboratorium lebih menyediakan
pertanyaan-pertanyaan pengarah dalam prosesnya dibandingkan memberikan
detail prosedur yang harus peserta didik lakukan. Berdasarkan kuantitas dan
jenis pertanyaan yang disajikan, Inkuri Laboratorium ini dibagi menjadi 3
tingkatan berbeda, yaitu
(a) Inkuiri Terbimbing. Proses eksperimen pada inkuiri jenis ini, peserta
didik dibimbing melalui pertanyaan-pertanyaan pengarah yang
disediakan oleh guru dalam proses pelaksanaan eksperimennya.
(b) Inkuiri Terbatas. Pada Inkuiri terbatas, jumlah pertanyaan yang
disediakan guru berkurang, pertanyaan yang disediakan guru hanya
pertanyaan-pertanyaan penelitian yang bersifat esensial saja, sedangkan
proses eksperimennya disusun secara utuh oleh siswa berdasarkan
pertanyaan-pertanyaan esensial tersebut.
(c) Inkuiri Bebas. Inkuiri bebas memberikan keleluasaan kepada peserta
didik untuk menentukan, menyusun, dan mengontrol aktivitas
eksperimennya. Pada situasi ini, guru lebih menjadi penyedia tema atau
materi pembelajaran serta penyedia aksesibilitas atau fasilitator peserta
didik terhadap lingkungan dan fasilitas eksperimen yang dibutuhkan.

52
(5) Pengembangan dan Pengujian Hipotesis
Sebagai tingkatan Inkuiri tertinggi, Pengembangan dan Pengujian Hipotesis
merupakan jenis Inkuiri yang akan dapat terbentuk jika peserta didik telah
memiliki pengalaman Inkuri pada tahapan-tahapan sebelumnya. Pada jenis
Inkuiri ini, pada prinsipnya peserta didik diharapkan dapat memberikan
penjelasan secara detail berdasarkan informasi-informasi substantif yang
mereka dapatkan atau hadapi. Peserta didik menentukan dan mengatur konsep
apa yang ingin mereka selidiki dan mengkonsultasikannya kepada guru.

f) Karakteristik atau Ciri-ciri Model Pembelajaran Inkuiri


Ada beberapa hal yang menjadi karakteristik atau ciri-ciri utama pembelajaran
inquiry adalah sebagai berikut:
(1) Pembelajaran Inkuiri menekankan pada aktifitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan, artinya pembelajaran Inkuiri menempatkan siswa
sebagai subjek belajar.
(2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan
sendiri sesuatu yang dipertanyakan sehingga dapat menumbuhkan sikap percaya
diri (self believe).
(3) Membuka intelegensi siswa dan mengembangkan daya kreativitas siswa.
(4) Memberikan kebebasan pada siswa untuk berinisiatif dan bertindak.
(5) Mendorong siswa untuk berfikir intensif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.
(6) Proses interaksi belajar mengajar mengarahkan pada perubahan dari teacher
centered kepada student centered.

3) Model Pembelajaran Cooperatif

a) Pengertian Cooperative Learning

Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan


sesuatu secara bersama sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai
satu kelompok atau satu tim. Slavin mengemukakan, In cooperative learning
methods, student work together in four member teams to master material initially

53
presented by the teacher”. Dari uraian tersebut menguraikan model pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja pada
kelompok kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga
dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam bekerja. Pembelajaran kooperatif
adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk
– bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.Secara umum
pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru
menetapkan tugas dan pertanyaan pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan
informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah
yang dimaksud.Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.

Ada beberapa jenis pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah:1) kelompok


pembelajaran kooperatif formal (formal cooperative learning group) 2) kelompok
pembelajaran kooperatif informal (informal cooperative learning group), 3)
kelompok besar kooperatif (cooperative base group) dan 4) gabungan dari tiga
kelompok kooperative (integrated use of cooperative learning group). Cooperative
learning di definisikan sederhana sebagai sekelompok kecil pembelajaran yang
bekerja sama menyelesaikan masalah, merampungkan tugas atau menyelesaikan
tugas bersama. Dengan catatan mengharuskan siswa bekerja sama dan saling
bergantung secara positif antar satu sama lain dalam konteks struktur tugas, struktur
tujuan dan struktur reward. Gagasan ini upaya yang dirancang untuk menyampaikan
materi sedemikian rupa sehingga siswa bener bener bisa bekerja sama untuk
mencapai sasaran sasaran pembelajaran sesuai tujuan pembelajaran dalam ruang
lingkup lebih luas yaitu kontribusi perkembangan terhadap pendidikan di Indonesia
searah dengan cita cita luhur pendiri bangsa ini.

Jadi pembelajaran cooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan


sistem pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara 4 sampai 6 orang yang mempunyai
latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda
(heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan
memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi
yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai

54
ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan
memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan
interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu,
mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap
individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi
keberhasilan kelompok.

Ada lima unsur membedakan cooperative learning dengan kerja kelompok yang
dikenal pada umumnya yaitu:
(1) Positive independence
(2) Interaction face to face
(3) Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota
kelompok
(4) Membutuhkan keluwesan
(5) Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses
kelompok).

Menurut Slavin, Abrani dan Chambers berpendapat bahwa belajar melalui kooperatif
dapat dijelaskan dari beberapa prespektif, yaitu:
(1) Prespektif motivasi, bahwa peghargaan yang diberikan kepada kelompok
memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantu.
(2) Prespektif sosial, bahwa melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu
dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok
memperoleh keberhasilan.
(3) Prespektif perkembangan kognitif, bahwa dengan adanya interaksi anggota
kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah
berbagai informasi.
(4) Prespektif elaborasi kognitif, bahwa setiap siswa akan berusaha untuk
memahami dan membina informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya.

Jadi, pola belajar kelompok dengan cara kerja sama antar siswa, selain dapat
mendorong tumbuhnya gagasan yang lebih bermutu dan meningkatkan kreativitas
siswa, juga merupakan nilai sosial bangsa Indonesia yang perlu dipertahankan.

55
Apabila individu-individu ini bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama,
ketergantungan timbal-balik atau saling ketergantungan antar mereka akan
memotivasi mereka untuk bekerja lebih keras demi keberhasilan secara bersama-
bersama, dimana kadang-kadang mereka harus menolong seorang anggota secara
khusus. Hal tersebut mendorong tumbuhnya rasa ke”kami”an dan mencegah rasa
ke”aku”an.

b) Tujuan Cooperative learning


Menurut Slavin tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di
mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan
kelompoknya. Sedangkan menurut Ibrahim model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya tiga tujuan pembelajaran, yaitu:

(1) Hasil belajar akademik


Dalam belajar kooperatif mencakup beragam tujuan sosial, dan memperbaiki
prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli
berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami
konsep-konsep sulit. Model struktur penghargaan kooperatif telah dapat
meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang
berhubungan dengan hasil belajar.

Pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok


bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas
akademik.

(2) Penerimaan terhadap perbedaan individu


Pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang orang yang
berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan
ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari
berbagai latar belakang dan kondisi untuk saling menghargai satu sama lain.

(3) Pengembangan keterampilan sosial

56
Pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja
sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh
siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.
Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam
membantu siswa memahami konsep-komsep yang sulit, dan membantu siswa
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis.Keterampilan sosial atau kooperatif
berkembang secara signifikan dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran
kooperatif sangat tepat digunakan untuk melatih keterampilan-keterampilan
kerjasama dan kolaborasi, serta keterampilan-keterampilan tanya jawab.

c) Karakteristik Cooperative Learning


Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan
tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang menekankan kepada proses kerja
sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik
dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama
untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi cirri khas
dari pembelajaran kooperatif.

Terdapat beberapa karakteristik strategi pembelajaran kooperatif, diantaranya yaitu:

(1) Pembelajaran secara tim.


Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan
tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat
setiap siswa belajar. Semua anggota tim harus saling membantu untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah, criteria keberhasilan
pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim.,

(2) Didasarkan pada manajemen kooperatif


Dalam pembelajaran kooperatif mempunyai empat fungsi pokok, yaitu:

(a) perencanaan, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan


perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara
efektif;

57
(b) pelaksanaan, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, melalui langkah-langkah
pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang
sudah disepakati bersama;
(c) organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah
pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok, oleh sebabitu perlu
diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok;
(d) kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu
ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun nontes.

(3) Kemauan untuk bekerja sama


Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara
kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam
proses pembelajaran kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus
diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga
ditanamkan perlunya saling membantu.

(4) Keterampilan bekerja sama


Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan melalui aktivitas
dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja sama. Dengan
demikian, siswa perlu didorong untuk ikut dan sanggup berinteraksi
berbagai hambatan dam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga setiap
siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat, dan memberikan
kontribusi kepada keberhasilan kelompok. Terdapat enam langkah utama
atau tahapan dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif.
Langkah-langkah itu ditunjukkan pada Tabel berikut:

Tabel 1.1. Langkah – langkah model pembelajaran kooperatif

Tahapan Pembelajaran Kooperatif Aktivitas Guru


Fase 1 Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
Menyampaikan Tujuan dan Memotivasi yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut
dan memotivasi siswa

58
Tahapan Pembelajaran Kooperatif Aktivitas Guru
Fase 2 Guru menyajikan informasi kepada siswa
Menyajikan Informasi dengan jalan demontrasi atau lewat bahan
bacaan.
Fase 3 Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
Mengorganisasikan Siswa ke dalam caranya membentuk kelompok belajar dan
Kelompok Kooperatif membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
Fase 4 Guru membimbing kelompok-kelompok
Membimbing Kelompok Bekerja dan belajar pada saat mereka melaksanakan
Belajar aktivitas pembelajaran.
Fase 5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
Evaluasi materi yang telah dipelajari atau masing
masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya
Fase 6 Guru memberikan apresiasi untuk menghargai
Memberikan Penghargaan baik upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok

(5) Teknik- Teknik Cooperative Learning


Teknik-teknik yang digunakan dalam pembelajaran kooperatif diantaranya:
(a) Mencari pasangan. Teknik belajar mengajar mencari pasangan (make a
match) dikembangkan oleh Larna Curran (1994). Salah satu keunggulan
teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai
suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
(b) Bertukar pasangan. Teknik belajar mengajar bertukar pasangan
memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan orang
lain.
(c) Berpikir-berpasangan-berempat. Teknik belajar mengajar ini
dikembangkan oleh Frank Lyman dan Spencer Kagam sebagai struktur
kegiatan pembelajaran kooperatif. Teknik ini memberi kesempatan

59
kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang
lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah optimalisasi partisipasi
siswa.
(d) Berkirim salam dan soal. Teknik belajar mengajar ini memberi
kesempatan kepada siswa untuk melatih pengetahuan dan keterampilan
mereka. Siswa membuat pertanyaan sendiri sehingga akan merasa lebih
terdorong untuk belajar dan menjawab pertanyaan yang dibuat oleh
teman-teman sekelasnya. Kegiatan ini cocok untuk persiapan menjelang
tes dan ujian.
(e) Kepala bernomor. Teknik belajar mengajar Kepala Bernomor
dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat selain itu, dapat
mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.
(f) Kepala bernomor struktural. Teknik belajar mengajar ini sebagai
modifikasi dari Kepala Bernomor. Dengan teknik ini siswa belajar
melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam saling keterkaitan
dengan rekan-rekan kelompoknya, sehingga memudahkan untuk
mengerjakan tugas.
(g) Dua Tinggal Dua Tamu. Teknik belajar mengajar Dua Tinggal Tamu
juga dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992) dan bisa digunakan
bersama dengan teknik Kepala Benomor. Teknik ini memberi
kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi
dengan kelompok lain.
(h) Divisi Pencapaian Tim Siswa (STAD). Tipe Student Team Achievement
Division ( STAD ) merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana, sehingga tipe ini dapat digunakan oleh guru-guru yang baru
menggunakan model pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (2000),
dalam STAD siswa ditempatkan dalam kelompok belajar
beranggotakan empat orang yang heterogen, yakni merupakan
campuran menurut tingkat kinerja, jenis kelamin, suku, dan lain-lain.

60
Guru menyajikan pelajaran dan kemudian siswa bekerja didalam
kelompok mereka untuk memsatikan bahwa seluruh anggota kelompok
telah menguasai materi pelajaran tersebut. Akhirnya kepada seluruh
siswa diberikan tes tentang materi pembelajaran yang dipelajari. Pada
waktu tes ini mereka tidak dapat saling membantu. Poin setiap anggota
tim ini selanjutnya dijumlahkan untuk mendapatkan skor kelompok.
Tim yang mencapai keriteria tertentu diberikan penghargaan atau
sertifikat/ganjaran lain sebagai bentuk apresiasi kinerja mereka.

Mari Kita Lakukan

Aktivitas 1.4. Mengidentifikasi Tahapan-tahapan Pembelajaran Kooperatif


Ayo Amati
Simak video pembelajaran Kooperatif-Perbedaan Sel Hewan dan Tumbuhan berikut dengan
seksama

Video Pembelajaran Kooperatif – Perbedaan Sel Hewan dan Tumbuhan

Diskusikan
1. Ada berapa tahapan yang dilaksanakan dalam proses video pembalajaran tersebut?
Sebutkan!
2. Apakah tahapan-tahapan yang dilaksanakan dalam video pembelajaran tersebut mengikuti
kaidah Pendekatan Ilmiah sebagai ciri dari implementasi Kurikulum 2013? Jika tidak,
tahapan manakah yang belum optimal teramati pada video tersebut?
3. Adakah pandangan baru yang anda peroleh berkaitan dengan efektivitas pembelajaran
dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif setelah menyimak video pembelajaran
tersebut? Sebutkan!
4. Tahapan, metoda, atau kegiatan apa sajakah yang menurut anda cukup berperan penting
secara positif dalam proses belajar siswa yang ditampilkan dalam video tersebut?
Mengapa?
5. Tahapan, metoda, atau kegiatan apa sajakah yang menurut anda cukup berperan penting

61
secara negatif dalam proses belajar siswa yang ditampilkan dalam video tersebut?
Mengapa?

Simpulkan
Bagaimanakah cara yang dapat dipilih untuk mengoptimalkan proses pembelajaran yang sangat
dimungkinkan untuk melaksanakan kegiatan praktikum dengan karakteristik materi yang
cenderung abstrak?

d) Keunggulan dan Kelemahan Cooperative Learning


Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran
diantaranya:

(a) Melalui cooperative learning siswa tidak telalu menggantungkan pada guru, akan
tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan
informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
(b) Cooperative learning dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide
atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan
ide-ide orang lain.
(c) Cooperative learning dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan
menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
(d) Cooperative learning dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih
bertanggung jawab dalam belajar.
(e) Cooperative learning merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk
meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk
mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan
yang lain, mengembangkan keterampilan memanage waktu, dan sikap positif
terhadap sekolah.
(f)Melalui cooperative learning dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat
berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat masalah, karena
keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.

62
(g) Cooperative learning dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan
informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.
(h) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan
memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan
jangka panjang.

Di samping keunggulan, pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan,


diantanranya:
(a) Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, contohnya mereka akan merasa
terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya,
keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok.
(b) Ciri utama dari cooperative learning adalah bahwa siswa saling membelajarkan.
Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan
dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian
apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.
(c) Penilaian yang diberikan dalam cooperative learning didasarkan kepada hasil
kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya
hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap induvidu siswa.
(d) Keberhasilan cooperative learning dalam upaya mengembangakan kesadaran
berkelompok memerlukan waktu yang cukup panjang, dan hal ini tidak mungkin
dapat tercapai hanya dengan satu kali atau berkali-kali penerapan pembelajaran
ini.
(e) Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat
penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya
didasarkan pada kemampuan secara individual. Oleh karena itu, idealnya melalui
cooperative learning selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar
bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam
cooperative learning memang bukan pekerjaan yang mudah.

4) Model Pembelajaran PJBL

a) Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Proyek

63
Menurut Trianto (2013: 53), model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran.
Arends (1997) dalam Jamil Suprihatiningrum (2013: 143) menyatakan the term
teaching model refers to particular approach to instruction that includes its goals,
syntax, environment, and management system. Pendapat tersebut dapat diartikan istilah
model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk
tujuan, sintaks, lingkungan dan system pengelolaannya. Qoyce (1992) mendefinisikan
model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran. Pembelajaran yang dimaksud disini
termasuk penggunaan media pembelajaran secara umum, seperti buku-buku, film,
computer, kurikulum dan lain-lain (Suyadi, 2013: 14).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu
perencanaan yang melukiskan prosedur sistematik dalam aktivitas belajar mengajar
dan digunakan sebagai pedoman oleh perancang pembelajaran atau para guru untuk
mencapai tujuan belajar tertentu. Menurut Thomas (2000: 1) dalam jurnal A Review of
Research on Project-Based Learning menyatakan Project-based learning is a model
that organizes learning around projects. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa
pembelajaran berbasis proyek adalah suatu model pembelajaran yang melaksanakan
pembelajaran dengan proyek. Disisi lain, Abdul Majid (2011: 207) berpendapat bahwa
yang dimaksud proyek adalah tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu
tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari pengumpulan,
pengorganisasian, pengevaluasian, hingga penyajian data.
Warsono dan Hariyanto (2012: 153) mendefinisikan secara sederhana pembelajaran
berbasis proyek sebagai suatu pengajaran yang mencoba mengaitkan antara teknologi
dengan masalah kehidupan sehari-hari yang akrab dengan siswa, atau dengan suatu
proyek sekolah. Sementara itu Bransfor dan Stein (1993) mendefinisikan pembelajaran
berbasis proyek sebagai model pengajaran yang komprehensif yang melibatkan siswa
dalam kegiatan penyelidikan yang kooperatif dan berkelanjutan.

64
Hal itu senada dengan pendapat Utomo Dananjaya (2013: 101) dimana dalam
pembelajaran berbasis proyek, siswa melaksanakan tugas melalui serangkaian
aktivitas. Aktivitas pertama adalah mengamati dengan meghitung, mengukur,
menimbang, mengklasifikasi, mencari hubungan dengan ruang dan waktu. Kedua,
membuat hipotesisi atau prediksi. Ketiga, merencnakan penerapan kgiatan seperti
kegiatan penelitian dan eksperimen (mengendalikan variabel). Keempat,
menginterretasi kejadin-kejadian dalam kegiatan dan menganalisisnya. Kelima,
menyusun kesimpulan dengan mendeskripsikan hasil atau memecahkan masalah yang
ada. Keenam, mengomunikasikannya.
Kesimpulan dari berbagai pendapat di atas bahwa pembelajaran berbasis proyek
merupakan model pembelajaran yang mengaitkan pelajaran dengan masalah
kehidupan sehari-hari yang dibuktikan dengan proyek yang diselesaikan dalam jangka
waktu tertentu melaui serangkaian aktivitas.

Mari Kita Lakukan

Aktivitas 1.5. Mengidentifikasi Tahapan-tahapan Pembelajaran Berbasis Proyek


Ayo Amati
Simak video pembelajaran Berbasis Proyek-Listrik Statis berikut dengan seksama

Video Pembelajaran Berbasis Proyek – Listrik Statis

Diskusikan
1. Ada berapa tahapan yang dilaksanakan dalam proses video pembalajaran tersebut?
Sebutkan!
2. Apakah tahapan-tahapan yang dilaksanakan dalam video pembelajaran tersebut mengikuti
kaidah Pendekatan Ilmiah sebagai ciri dari implementasi Kurikulum 2013? Jika tidak,
tahapan manakah yang belum optimal teramati pada video tersebut?
3. Adakah pandangan baru yang anda peroleh berkaitan dengan efektivitas pembelajaran
dengan menggunakan Pembelajaran Berbasis Proyek setelah menyimak video pembelajaran
tersebut? Sebutkan!
4. Tahapan, metoda, atau kegiatan apa sajakah yang menurut anda cukup berperan penting
65
secara positif dalam proses belajar siswa yang ditampilkan dalam video tersebut?
Mengapa?
5. Tahapan, metoda, atau kegiatan apa sajakah yang menurut anda cukup berperan penting
secara negatif dalam proses belajar siswa yang ditampilkan dalam video tersebut?
Mengapa?

Simpulkan
Bagaimanakah cara yang dapat dipilih untuk mengoptimalkan proses pembelajaran yang sangat
dimungkinkan untuk melaksanakan kegiatan praktikum dengan karakteristik materi yang dapat
memanfaatkan peralatan dan bahan sederhana?

b) Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek


Menurut Brown dan Campione dalam Warsono (2013) menyatakan bahwa ada dua
komponen pokok dalam pembelajaran berbasis proyek, yang pertama yaitu ada
masalah menantang yang mendorong siswa mengorganisasikan dan melaksanakan
suatu kegiatan, yang secara keseluruhan mengarahkan siswa kepada suatu proyek yang
bermakna dan harus diselesaikan sendiri sebagai tim. Komponen yang kedua yaitu
karya akhir yang berupa suatu produk atau suatu penyelesaian tugas berkelanutan yang
bermakna bagi pengembangan pengetahuan dan ketrampilan mereka.
Menurut Thomas (2000: 3-5) terdapat lima karakteristik dalam pembelajaran berbasis
proyek, yaitu:
(1) Projects are central, not peripheral to the curriculum.
Kerja proyek merupakan esensi dari kurikulum. Model ini merupakan pusat
strategi pembelajaran, dimana siswa belajar konsep utama dari suatu pengetahuan
melalui kerja proyek. Oleh karena itu, kerja proyek bukan merupakan praktik
tambahan dan aplikasi praktis dari konsep yang sedang dipelajari, melainkan
menjadi sentral kegiatan pembelajaran di kelas.
(2) Project are focused on questions or problems that “drive” student to encounter
(and struggle with) the central concepts and principles of a discipline.

66
Kerja proyek berfokus pada suatu pertanyaan atau permasalahan yang dapat
mendorong siswa untuk berusaha memperoleh konsep atau pengetahuan tertentu.
(3) Project involve students in a constructive investigation.
Penentuan jenis proyek haruslah dapat mendorong siswa untuk mengkonstruk
pengetahuannya sendiri untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi. Oleh
karena itu, guru harus mampu merancang suatu kerja proyek yang mampu
menumbuhkan rasa ingin tahu yang tinggi.
(4) Project are student-driven to some significant degree.
Siswa dalam proses pembelajaran, bebas menentukan pilihannya sendiri, bekerja
dengan supervisi yang minimal, dan bertanggung jawab. Dalam hal ini, guru
bertindak sebagai fasilitator dan motivator untuk mendorong tumbuhnya
kemandirian siswa.
(5) Project are realistic, not school-like.
Pembelajaran harus dapat memberikan perasaan realistis kepada siswa, termasuk
dalam memilih topik, tugas, dan peran konteks kerja, kolaborasi kerja, produk,
pelangaan, maupun standar produknya. Guru harus mampu menggunakan dunia
nyata sebagai sumber belajar siswa.

c) Langkah–langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek


Pelaksanaan model pembelajaran berbasis proyek, dijalankan dengan melalui
beberapa tahap pembelajaran atau langkah-langkah kerja. Langkah-langkah
pembelajaran dalam pembelajaran berbasis proyek sebagaimana yang dikembangkan
oleh The George Lucas Educational Foundation (2005) dalam buku Pedoman
Metode Pembelajaran Berbasis Proyek (2014) dijelaskan dalam Gambar 1.20.

67
Gambar 1.12. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek

Penjelasan langkah-langkah project based learning sebagai berikut.


(1) Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question)
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat
memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil
topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah
investigasi mendalam. Guru berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk
para siswa.
(2) Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa. Dengan
demikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek
tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat
mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara
mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan
bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
(3) Menyusun Jadwal (Create a Schedule)
Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat
timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian
proyek, (3) membawa siswa agar merencanakan cara yang baru, (4)
membimbing siswa ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan
dengan proyek, dan (5) meminta siswa untuk membuat penjelasan (alasan)

68
tentang pemilihan suatu cara.
(4) Memonitor Siswa dan Kemajuan Proyek (Monitor the Students and the
Progress of the Project)
Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta
didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara
memfasilitasi siswa pada setiap proses. Dengan kata lain guru berperan menjadi
mentor bagi aktivitas siswa. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat
sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.
(5) Menguji Hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian
standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing siswa,
memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta
didik, membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
(6) Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)
Pada akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap
aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik
secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk
mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.
Guru dan siswa mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja
selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan
baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap
pertama pembelajaran.

d) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Proyek


Menurut Moursund (1997) yang dikutip oleh Wena (2009: 147), beberapa
keuntungan dari model pembelajaran berbasis proyek antara lain sebagai berikut :
(1) Increased motivation. Pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa terbukti dari beberapa laporan penelitian tentang
pembelajaran berbasis proyek yang menyatakan bahwa siswa sangat tekun,
berusaha keras untuk menyelesaikan proyek, siswa merasa lebih bergairah
dalam pembelajaran, dan keterlambatan dalam kehadiran sangat berkurang.

69
(2) Increased problem-solving ability. Beberapa sumber mendeskripsikan bahwa
lingkungan belajar pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan
kemampuan memecahkan masalah, membuat siswa lebih aktif dan berhasil
memecahkan problem-problem yang bersifat kompleks.
(3) Improved library research skills. Karena pembelajaran berbasis proyek
mempersyaratkan siswa harus mampu secara cepat memperoleh informasi
melalui sumber-sumber informasi, maka keterampilan siswa untuk mencari
dan mendapatkan informasi akan meningkat.
(4) Increased collaboration. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek
memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan
komunikasi. Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi
online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek.
(5) Increased resource-management skills. Pembelajaran berbasis proyek yang
diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa pembelajaran dan
praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan
sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
Han dan Battacharya dalam Warsono (2013: 157) mengungkapkan ada lima
kelebihan dari implementasi pembelajaran berbasis proyek, yaitu :
(1) menigkatkan motivasi belajar siswa;
(2) meningkatkan kecakapan siswa dalam pemecahan masalah;
(3) memperbaiki ketrampilan menggunakan media pembelajaran;
(4) meningkatkan semangat dan ketrampilan berkolaborasi;
(5) meningkatkan keterampilan dalam manajemen berbagai sumber daya.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2014: 33) menyebutkan beberapa


kelemahan model pembelajaran berbasis proyek sebagai berikut:
(1) memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah;
(2) membutuhkan biaya yang cukup banyak;
(3) banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana
instruktur memegang peran utama di kelas;
(4) banyaknya peralatan yang harus disediakan;

70
(5) peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan
informasi akan mengalami kesulitan;
(6) ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok;
(7) ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda,
dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis


proyek memiliki beberapa kelebihan, yaitu meningkatkan: (1) motivasi belajar
siswa; (2) kemampuan pemecahan masalah siswa; (3) keterampilan mencari
informasi; (4) semangat dan kerjasama; dan (5) keterampilan pengorganisasian.
Kelemahan pembelajaran berbasis proyek, yaitu: (1) membutuhkan waktu dan
biaya banyak; (2) pengajar atau guru lebih nyaman dengan kelas tradisional; (3)
kesulitan dalam persiapan; (4) kesulitan dalam mencari referensi yang sesuai;
dan (5) sulit memilih proyek yang tepat.

e. Evaluasi dalam Pembelajaran IPA

Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur


pencapaian hasil belajar peserta didik. Pengumpulan informasi tersebut ditempuh melalui
berbagai teknik penilaian, menggunakan berbagai instrumen, dan berasal dari berbagai
sumber. Penilaian harus dilakukan secara efektif. Oleh karena itu, meskipun informasi
dikumpulkan sebanyak-banyaknya dengan berbagai upaya, kumpulan informasi tersebut
tidak hanya lengkap dalam memberikan gambaran, tetapi juga harus akurat untuk
menghasilkan keputusan.

Pengumpulan informasi pencapaian hasil belajar peserta didik memerlukan metode dan
instrumen penilaian, serta prosedur analisis sesuai dengan karakteristiknya
masing-masing. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi dengan KD
sebagai kompetensi minimal yang harus dicapai oleh peserta didik.

Penilaian Harian (PH) adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi hasil belajar
peserta didik yang digunakan untuk menetapkan program perbaikan atau pengayaan

71
berdasarkan tingkat penguasaan kompetensi dan memperbaiki proses pembelajaran
(assessment as dan for learning), dan mengetahui tingkat penguasaan kompetensi serta
menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi (assessment of learning).

Penilaian Tengah Semester (PTS) adalah penilaian yang dilaksanakan pada minggu ke-8
atau ke-9 dalam satu semester. Adapun materi PTS meliputi semua KD yang sudah
dipelajari sampai dengan minggu ke-7 atau ke-8.

Penilaian Akhir Semester (PAS) adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir semester
gasal dengan materi semua KD pada semester tersebut.

Penilaian Akhir Tahun (PAT) adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir semester
genap dengan materi semua KD pada semester genap.

Ujian Sekolah (US) adalah kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik
terhadap Standar Kompetensi Lulusan untuk mata pelajaran yang tidak diujikan dalam
Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) dan dilakukan satuan pendidikan.

Ujian Sekolah Berstandar Nasional adalah kegiatan pengukuran capaian kompetensi


peserta didik yang dilakukan satuan pendidikan untuk mata pelajaran tertentu dengan
mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi
belajar. Naskah USBN disiapkan oleh pemerintah bersama Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP).

Untuk mengetahui ketercapaian KD, pendidik harus merumuskan sejumlah indikator


sebagai acuan penilaian. Pendidik atau sekolah juga harus menentukan kriteria untuk
memutuskan apakah seorang peserta didik sudah mencapai KKM atau belum.

Penilaian tidak hanya difokuskan pada hasil belajar tetapi juga pada proses belajar.
Peserta didik dilibatkan dalam proses penilaian terhadap dirinya sendiri dan penilaian
antarteman sebagai sarana untuk berlatih melakukan penilaian. Di bawah ini diuraikan
secara singkat berbagai pendekatan penilaian, prinsip penilaian, serta penilaian dalam
Kurikulum 2013.

72
1) Fungsi Penilaian

Penilaian selama ini cenderung dilakukan untuk mengukur hasil belajar peserta didik.
Dalam konteks ini, penilaian diposisikan seolah-olah sebagai kegiatan yang terpisah
dari proses pembelajaran. Pemanfaatan penilaian bukan sekadar untuk mengetahui
pen capaian hasil belajar, justru yang lebih penting adalah bagaimana penilaian
mampu meningkatkan kemampuan peserta didik dalam proses belajar. Penilaian
seharusnya dilaksanakan melalui tiga pendekatan, yaitu assessment of learning
(penilaian akhir pem belajaran), assessment for learning (penilaian untuk
pembelajaran), dan assessment as learning (penilaian sebagai pembelajaran).

Assessment of learning merupakan penilaian yang dilaksanakan setelahproses


pembelajaran selesai. Proses pembelajaran selesai tidak selalu terjadi di akhir tahun
atau di akhir peserta didik menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu. Setiap
pendidik melakukan penilaian yang dimaksudkan untuk memberikan pengakuan
terhadap pencapaian hasil belajar setelah proses pembelajaran selesai, yang berarti
pendidik tersebut melakukan assessment of learning. Ujian Nasional, ujian
sekolah/madrasah, dan berbagaibentuk penilaian sumatif merupakan assessment of
learning (penilaian hasil belajar).

Assessment for learning dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan


biasanya digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses belajar
mengajar. Pada assessment for learning pendidik memberikan umpan balik terhadap
proses belajar peserta didik, memantau kemajuan, dan menentukan kemajuan
belajarnya. Assessment for learning juga dapat dimanfaatkan oleh pendidik untuk
meningkatkan performa peserta didik. Penugasan, presentasi, proyek, termasuk kuis
merupakan contoh-contoh bentuk assessment for learning (penilaian untuk proses
belajar).

Assessment as learning mempunyai fungsi yang mirip dengan assessment for


learning, yaitu berfungsi formatif dan dilaksanakan selamaproses pembelajaran
berlangsung maupun berdasarkan hasil penilaian. Perbedaannya, assessment as
learning melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan penilaian tersebut.
Peserta didik diberi pengalaman untuk belajar menjadi penilai bagi dirinya sendiri.

73
Penilaian diri (self assessment) dan penilaian antarteman merupakan contoh
assessment as learning. Dalam assessment as learning peserta didik sebaiknya
dilibatkan dalam merumuskan prosedur penilaian, kriteria, maupun rubrik/pedoman
penilaian sehingga mereka mengetahui dengan pasti apa yang harus dilakukan agar
memperoleh capaian belajar yang maksimal.

Selama ini assessment of learning paling dominan dilakukan oleh pendidik


dibandingkan assessment for learning dan assessment as learning. Penilaian
pencapaian hasil belajar seharusnya lebih mengutamakan assessment as learning dan
assessment for learning dibandingkan assessment of learning, sebagaimana
ditunjukkan gambar di bawah ini.

Gambar 1.13. Proporsi assessment as, for, dan of learning.

2) Prinsip Penilaian
Penilaian harus memberikan hasil yang dapat diterima oleh semua pihak, baik yang
dinilai, yang menilai, maupun pihak lain yang akan menggunakan hasil penilaian
tersebut. Hasil penilaian akan akurat bila instrumen yang digunakan untuk menilai,
proses penilaian, analisis hasil penilaian, dan objektivitas penilai dapat
dipertanggungjawabkan. Untuk itu perlu dirumuskan prinsipprinsip penilaian yang
dapat menjaga agar orientasi penilaian tetap pada framework atau rel yang telah
ditetapkan.

Penilaian harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut.

74
a) Sahih Penilaian harus dilakukan berdasar pada data yang mencerminkan
kemampuan yang diukur. Untuk memperoleh data yang dapat mencerminkan
kemampuan yang diukur harus digunakan instrumen yang sahih, yaitu instrumen
yang mengukur apa yang seharusnya diukur.
b) Objektif Penilaian tidak dipengaruhi oleh subjektivitas penilai. Karena itu perlu
dirumuskan pedoman penilaian (rubrik) sehingga dapat menyamakan persepsi
penilai dan meminimalisir subjektivitas, apalagi dalam penilaian kinerja yang
cakupan, otentisitas, dan kriteria penilaiannya sangat kompleks. Untuk penilai
lebih dari satu perlu dilihat reliabilitas atau konsistensi antar penilai (interrater
reliability) untuk menjamin objektivitas setiap penilai.
c) adil Penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial
ekonomi, gender, dan hal-hal lain. Perbedaan hasil penilaian semata-mata harus
disebabkan oleh berbedanya capaian belajar peserta didik pada kompetensi yang
dinilai.
d) Terpadu Penilaian merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari
kegiatan pembelajaran. Penilaian merupakan proses untuk mengetahui apakah
suatu kompetensi telah tercapai. Kompetensi tersebut dicapai melalui
serangkaian aktivitas pembelajaran. Karena itu penilaian tidak boleh terlepas
apalagi melenceng dari pembelajaran. Penilaian harus mengacu pada proses
pembelajaran yang dilakukan.
e) Terbuka Prosedur penilaian dan kriteria penilaian harus jelas dan dapat diketahui
oleh siapapun. Pihak yang dinilai (peserta didik) dan pengguna hasil penilaian
berhak tahu proses dan acuan yang digunakan dalam penilaian, sehingga hasil
penilaian dapat diterima oleh siapa pun
f) Menyeluruh dan Berkesinambungan Penilaian oleh pendidik mencakup semua
aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai,
untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik. Instrumen penilaian
yang digunakan, secara konstruk harus merepresentasikan aspek yang dinilai
secara utuh. Penilaian dilakukan dengan berbagai teknik dan instrumen,

75
diselenggarakan sepanjang proses pembelajaran, dan menggunakan pendekatan
assessment as learning, for learning, dan of learning secara proporsional.
g) Sistematis Penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti
langkah-langkah baku. Penilaian sebaiknya diawali dengan pemetaan. Dilakukan
identifikasi dan analisis KD, dan indikator ketercapaian KD. Berdasarkan hasil
identifikasi dan analisis tersebut dipetakan teknik penilaian, bentuk instrumen,
dan waktu penilaian yang sesuai.
h) Beracuan kriteria Penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi menggunakan
acuan kriteria. Penentuan seorang peserta didik telah kompeten atau belum
bukan dibandingkan terhadap capaian teman-teman atau kelompoknya,
melainkan dibandingkan terhadap kriteria minimal yang ditetapkan. Peserta
didik yang sudah mencapai kriteria minimal disebut tuntas, dapat melanjutkan
pembelajaran untuk mencapai kompetensi berikutnya, sedangkan peserta didik
yang belum mencapai kriteria minimal wajib menempuh remedial.
i) akuntabel Penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik,
prosedur, maupun hasilnya. Akuntabilitas penilaian dapat dipenuhi bila penilaian
dilakukan secara sahih, objektif, adil, dan terbuka, sebagaimana telah diuraikan
di atas. Bahkan perlu dipikirkan konsep meaningful assessment. Selain
dipertanggung jawabkan teknik, prosedur, dan hasilnya, penilaian juga harus
dipertanggungjawabkan kebermaknaannya bagi peserta didik dan proses
belajarnya.

3) Penilaian Dalam Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi. Hal penting yang harus
diperhatikan ketika melaksanakan penilaian dalam Kurikulum 2013 adalah KKM,
predikat, remedial dan pengayaan.

a) Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)


KKM menjadi konsep penting dalam kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang
menggunakan paradigma mastery learning (ketuntasan belajar) sehingga penilaian
hasil belajar peserta didik menggunakan penilaian acuan kriteria (PAK). Dalam

76
penilaian acuan kriteria, untuk menyatakan peserta didik tuntas belajar atau belum
diperlukan suatu ukuran minimal yang disebut KKM.

KKM adalah kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan
dengan mengacu pada standar kompetensi lulusan, dan setidaknya memperhatikan
3 (tiga) aspek berikut, yaitu karakteristik peserta didik (intake), karakteristik mata
pelajaran (kompleksitas materi/kompetensi), dan kondisi satuan pendidikan (daya
dukung) pada proses pencapaian kompetensi. Dalam menetapkan KKM, satuan
pendidikan melibatkan kepala sekolah, pendidik, dan tenaga kependidikan
lainnya.

Penentuan KKM mata pelajaran pada satuan pendidikan memperhatikan hal-hal


penting berikut: a) jumlah KD setiap mata pelajaran pada masing-masing tingkat
kelas dalam satu tahun pelajaran dan b) nilai aspek karakteristik peserta didik,
karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan dengan
memperhatikan komponen-komponen berikut.

Berdasarkan hakikat KKM tersebut di atas, jika karakteristik peserta didik (intake)
berbeda-beda, karakteristik mata pelajaran (kompleksitas materi/kompetensi) juga
berbeda-beda, dan kondisi satuan pendidikan (daya dukung) juga beragam, maka
nilai KKM dimungkinkan juga bervariasi. Variabilitas ini dapat terjadi tidak
hanya pada antar sekolah tetapi juga antar mata pelajaran. Variabilitas ini
menimbulkan banyak masalah. Oleh karena itu, di lapangan dikenal model satu
KKM atau model lebih dari satu KKM. Satuan pendidikan dapat memilih salah
satu dari model penetapan KKM tersebut.

Secara teknis prosedur penentuan KKM mata pelajaran pada satuan pendidikan
dapat dilakukan antara lain dengan cara berikut.

(1) Menghitung jumlah KD setiap mata pelajaran pada masingmasing tingkat


kelas dalam satu tahun pelajaran.
(2) Menentukan nilai aspek karakteristik peserta didik (intake), karakteristik mata
pelajaran (kompleksitas materi/kompetensi), dan kondisi satuan pendidikan
(daya dukung) dengan memperhatikan komponen-komponen berikut.

77
(a) Karakteristik Peserta Didik (Intake) Karakteristik peserta didik (intake)
bagi peserta didik baru (kelas VII) antara lain memperhatikan rata-rata
nilai rapor SD, nilai ujian sekolah SD, nilai hasil seleksi masuk peserta
didik baru di jenjang SMP. Bagi peserta didik kelas VIII dan IX antara
lain diperhatikan rata-rata nilai rapor semester-semester sebelumnya.
(b) Karakteristik Mata Pelajaran (Kompleksitas) Karakteristik Mata
Pelajaran (kompleksitas) adalah tingkat kesulitan dari masing-masing
mata pelajaran, yang dapat ditetapkan antara lain melalui expert
judgment guru mata pelajaran melalui forum Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) tingkat sekolah, dengan memperhatikan hasil analisis
jumlah KD, kedalaman KD, keluasan KD, dan perlu tidaknya
pengetahuan prasyarat.
(c) Kondisi Satuan Pendidikan (Daya Dukung) Kondisi Satuan Pendidikan
(Daya Dukung) meliputi antara lain (1) kompetensi pendidik (misalnya
nilai Uji Kompetensi Guru); (2) jumlah peserta didik dalam satu kelas;
(3) predikat akreditasi sekolah; dan (4) kelayakan sarana prasarana
sekolah.

Contoh kriteria dan skala penilaian penetapan KKM Untuk memudahkan


analisis setiap KD, perlu dibuat skala peni laian yang disepakati oleh guru
mata pelajaran.

Tabel 1.2. Kriteria dan Skala Penilaian Penetapan KKM

Menentukan KKM setiap KD dengan rumus berikut

78
Misalkan: aspek daya dukung mendapat nilai 90, aspek kompleksitas
mendapat nilai 70, dan aspek intake mendapat skor 65

Jika bobot setiap aspek sama, nilai KKM untuk KD tersebut

Dalam menetapkan nilai KKM KD, pendidik/satuan pendidikan dapat juga


memberikan bobot berbeda untuk masingmasing aspe, atau dengan
menggunakan poin/skor pada setiap kriteria yang ditetapkan.

Tabel 1.3. Kriteria Penskoran

Jika KD memiliki kriteria kompleksitas tinggi, daya dukung tinggi dan


in-take peserta didik sedang, maka nilai KKM-nya adalah:

Nilai KKM merupakan angka bulat, maka nilai KKM-nya adalah 67.
Menentukan KKM setiap mata pelajaran dengan rumus:

b) Penilaian oleh Pendidik

79
Penilaian yang dilakukan oleh pendidik berdasarkan tuntunan implementasi
Kurikulum 2013 meliputi aspek: Penilaian Sikap, Penilaian Pengetahuan, dan
Penilaian Keterampilan.
(1) Penilaian Sikap
Penilaian sikap merupakan kegiatan untuk mengetahui perilaku spiritual dan
sosial peserta didik yang dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari, baik di
dalam maupun di luar kelas sebagai hasil pendidikan. Penilaian sikap
ditujukan untuk mengetahui capaian/perkembangan sikap peserta didik dan
memfasilitasi tumbuhnya perilaku peserta didik sesuai butir-butir nilai sikap
dari KI-1, KI-2, dan nilai-nilai lain yang ditetapkan oleh satuan pendidikan.

Penilaian sikap dilakukan dengan teknik observasi atau teknik lainnya yang
relevan, Teknik penilaian observasi dapat menggunakan instrumen berupa
lembar observasi, atau buku jurnal (yang selanjutnya disebut jurnal). Teknik
penilaian lain yang dapat digunakan adalah penilaian diri dan penilaian
antarteman. Penilaian diri dan penilaian antarteman dapat dilakukan dalam
rangka pembinaan dan pembentukan karakter peserta didik, yang hasilnya
dapat dijadikan sebagai salah satu data konfirmasi dari hasil penilaian sikap
oleh pendidik. Skema penilaian sikap dapat dilihat pada Gambar 1.14.
berikut.

Gambar 1.14. Skema Penilaian Sikap

80
Beberapa Teknik yang dapat digunakan dalam proses penilaian sikap ini
diantaranya adalah:
(a) Observasi
Penerapan teknik observasi dapat dilakukan menggunakan lembar
observasi. Lembar observasi merupakan instrumen yang dapat digunakan
oleh pendidik untuk memudahkan dalam membuat laporan hasil
pengamatan terhadap perilaku peserta didik yang berkaitan dengan sikap
spiritual dan sikap sosial. Sikap yang diamati adalah sikap yang
tercantum dalam KI-1 dan KI-2. Lembar observasi yang digunakan untuk
mengamati sikap dapat berupa lembar observasi tertutup dan lembar
observasi terbuka.
Ketika menggunakan lembar observasi tertutup, pendidik menentukan
secara sistematis butir-butir perilaku yang akan diobservasi beserta
indikator-indikatornya. Ketika menggunakan lembar observasi terbuka,
pendidik tidak mempersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan
diobservasi karena pendidik tidak memfokuskan observasi pada butir-
butir perilaku tertentu. Dalam melakukan observasi pendidik tidak
menggunakan instrumen baku melainkan hanya rambu-rambu observasi.
(b) Penilaian Diri
Penilaian diri dalam penilaian sikap merupakan teknik penilaian terhadap
diri sendiri (peserta didik) dengan mengidentifikasi kelebihan dan
kekurangan sikapnya dalam berperilaku. Hasil penilaian diri peserta didik
dapat digunakan sebagai data kon firmasi perkembangan sikap peserta
didik. Selain itu penilaian diri peserta didik juga dapat digunakan untuk
menumbuhkan nilai-nilai kejujuran dan meningkatkan kemampuan
refleksi atau mawas diri.
Instrumen penilaian diri dapat berupa lembar penilaian diri yang berisi
BUTIR-BUTIR PERNYATAAN SIKAP POSITIF YANG
DIHARAPKAN dengan kolom YA dan TIDAK atau dengan Likert

81
Scale. Satu lembar penilaian diri dapat digunakan untuk penilaian sikap
spiritual dan sikap sosial sekaligus.
(c) Penilaian antar-Teman
Penilaian antarteman merupakan teknik penilaian yang dilakukan oleh
seorang peserta didik (penilai) terhadap peserta didik yang lain terkait
dengan sikap/perilaku peserta didik yang dinilai. Sebagaimana penilaian
diri, hasil penilaian antarteman dapat digunakan sebagai data konfirmasi.
Selain itu penilaian antarteman juga dapat digunakan untuk
menumbuhkan beberapa nilai seperti kejujuran, tenggang rasa, dan saling
menghargai.
Instrumen penilaian diri dapat berupa lembar penilaian diri yang berisi
BUTIR-BUTIR PERNYATAAN SIKAP POSITIF YANG
DIHARAPKAN dengan kolom YA dan TIDAK atau dengan Likert
Scale. Satu lembar penilaian diri dapat digunakan untuk penilaian sikap
spiritual dan sikap sosial sekaligus.
(2) Penilaian Pengetahuan
Dalam Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan
Dasar dan Menengah dinyatakan secara eksplisit bahwa capaian pembelajaran
(learning outcome) ranah pengetahuan mengikuti Taksonomi Bloom yang
telah direvisi oleh Lorin Anderson dan David Krathwohl (2001). Ranah
pengetahuan merupakan kombinasi dimensi pengetahuan yang
diklasifikasikan menjadi faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
dengan dimensi proses kognitif yang tersusun secara hirarkis mulai dari
mengingat (remembering), memahami (understanding), menerapkan
(applying), menganalisis (analyzing), menilai (evaluating), dan mengkreasi
(creating).
Berdasarkan uraian di atas maka yang dimaksud dengan penilaian
pengetahuan dalam panduan ini adalah proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur proses dan hasil pencapaian kompetensi peserta
didik yang berupa kombinasi penguasaan proses kognitif (kecakapan
berpikir) mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi,

82
dan mengkreasi dengan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif.
Penilaian pengetahuan dilakukan dengan berbagai teknik. Pendidik dapat
memilih teknik penilaian yang paling sesuai dengan karakteristik kompetensi
dasar, indikator, atau tujuan pembelajaran yang akan dinilai. Segala sesuatu
yang akan dilakukan dalam proses penilaian perlu ditetapkan terlebih dahulu
pada saat menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Teknik yang
biasa digunakan adalah tes tertulis, tes lisan, dan penugasan.
(a) Tes Tertulis
Tes tertulis adalah tes yang soal dan jawaban disajikan secara tertulis
berupa pilihan ganda, isian, benar-salah, menjodohkan, dan uraian.
Instrumen tes tertulis dikembangkan atau disiapkan dengan mengikuti
langkah-langkah berikut.
i. Memeriksa kompetensi dasar dan indikatornya
KD dan indikator biasanya sudah dicantumkan dalam RPP.
Indikator untuk KD tertentu sebaiknya ditingkatkan, dalam arti
menetapkan kata kerja operasional yang lebih tinggi daripada yang
dirumuskan dalam KD. Misalnya jika kata kerja operasional KD
sebatas memahami, maka pendidik dapat menetapkan indikator
sampai menganalisis atau mengevaluasi. Tentu saja tidak semua
KD dapat dan perlu ditingkatkan.
ii. Menetapkan tujuan penilaian
Menetapkan tujuan penilaian apakah untuk keperluan menge tahui
capaian pembelajaran ataukah untuk memperbaiki proses
pembelajaran, atau untuk kedua-duanya. Tujuan ulangan harian
berbeda dengan tujuan ulangan tengah semester (PTS), dan tujuan
untuk ulangan akhir semester (PAS). Sementara ulangan harian
biasanya diselenggarakan untuk mengetahui capaian pembel ajaran
atau untuk memperbaiki proses pembelajaran (formatif), PTS dan
PAS umumnya untuk mengetahui capaian pembelajaran (sumatif).
iii. Menyusun kisi-kisi

83
Kisi-kisi merupakan spesifikasi yang memuat kriteria soal yang
akan ditulis yang meliputi antara lain KD yang akan diukur, materi,
indikator soal, bentuk soal, dan jumlah soal. Kisi-kisi disusun untuk
memastikan butir-butir soal mewakili apa yang seharusnya diukur
secara proporsional. Pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
dan metakognitif dengan kecakapan berfikir tingkat rendah hingga
tinggi akan terwakili secara memadai.
iv. Menulis soal berdasarkan kisi-kisi dan kaidah penulisan soal
v. Menyusun pedoman penskoran Untuk soal pilihan ganda, isian,
menjodohkan, dan jawaban singkat disediakan kunci jawaban.
Untuk soal uraian disediakan kunci/model jawaban dan rubrik.
(b) Tes Lisan
Tes lisan merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pendidik
secara lisan dan peserta didik merespon pertanyaan tersebut secara lisan
pada saat proses pembelajaran berlangsung. Selain bertujuan mengecek
penguasaan pengetahuan peserta didik (assessment of learning), tes lisan
terutama digunakan untuk perbaikan pembelajaran (asessment for
learning). Tes lisan juga dapat menumbuhkan sikap berani berpendapat,
percaya diri, dan kemampuan berkomunikasi secara efektif. Tes lisan
juga dapat digunakan untuk melihat ketertarikan peserta didik terhadap
materi yang diajarkan dan motivasi peserta didik dalam belajar
(assessment as learning).
(c) Penugasan
Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik untuk mengukur
dan/atau memfasilitasi peserta didik memperoleh atau meningkatkan
pengetahuan. Penugasan untuk mengukur pengetahuan dapat dilakukan
setelah proses pembelajaran (assessment of learning). Sedangkan
penugasan untuk meningkatkan pengetahuan diberikan sebelum dan/atau
selama proses pembelajaran (assessment for learning).
(3) Penilaian Keterampilan

84
Penilaian keterampilan adalah penilaian yang dilakukan untuk mengukur
kemampuan peserta didik dalam menerapkan pengeta huan dalam melakukan
tugas tertentu di berbagai macam konteks sesuai dengan indikator pencapaian
kompetensi. Penilaian keterampilan tersebut meliputi ranah berpikir dan
bertindak. Keterampilan ranah berpikir meliputi antara lain keterampilan
membaca, menulis, menghitung, dan mengarang. Keterampilan dalam ranah
bertindak meliputi antara lain menggunakan, mengurai, merangkai,
modifikasi, danmembuat..
Penilaian keterampilan dapat dilakukan dengan berbagai teknik, antara lain
penilaian praktik, penilaian produk, penilaian proyek, penilaian portofolio,
dan teknik lain misalnya tes tertulis. Teknik penilaian keterampilan yang
digunakan dipilih sesuai dengan karakteristik KD pada KI-4.
Adapun teknik penilaian keterampilan dapat digambarkan pada skema
berikut.

Gambar 1.15. Skema Penilaian Keterampilan


Berikut ini adalah uraian singkat mengenai teknik-teknik penilaian
keterampilan tersebut.
(a) Penilaian Praktik
Penilaian praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa
keterampilan melakukan suatu aktivitas sesuai dengan tuntutan

85
kompetensi. Dengan demikian, aspek yang dinilai dalam penilaian
praktik adalah kualitas proses mengerjakan/melakukan suatu tugas.
Penilaian praktik bertujuan untuk dapat menilai kemampuan siswa dalam
mendemonstrasikan keterampilannya dalam melakukan suatu kegiatan.
Penilaian praktik lebih otentik daripada penilaian paper and pencil
karena bentuk-bentuk tugasnya lebih mencerminkan kemampuan yang
diperlukan dalam praktik kehidupan sehari-hari.
Contoh penilaian praktik adalah menggunakan peralatan laboratorium
sesuai keperluan dan kaidah penggunaannya, melakukan proses
pengamatan fakta-fakta praktikum secara cermat dan teliri, Kemampuan
mengomunikasikan hasil praktikum secara lisan, dan lain sebagainya.
(b) Penilaian produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan peserta didik
dalam mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki ke dalam wujud
produk dalam waktu tertentu sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan
baik dari segi proses maupun hasil akhir. Penilaian produk dilakukan
terhadap kualitas suatu produk yang dihasilkan.
Penilaian produk bertujuan untuk (1) menilai keterampilan siswa dalam
membuat produk tertentu sehubungan dengan pencapaian tujuan
pembelajaran (2) menilai penguasaan keterampilan sebagai syarat untuk
mempelajari keterampilan berikutnya; dan (3) menilai kemampuan siswa
dalam bereksplorasi dan mengembangkan gagasan dalam mendesain dan
menunjukkan inovasi dan kreasi.
Contoh aktivitas untuk penilaian produk antara lain membuat membuat
laporan percobaan, membuat alat sederhana, membuat miniatur peralatan
untuk megimplementasikan konsep, dan sebagainya.
(c) Penilaian proyek
Penilaian proyek adalah suatu kegiatan untuk mengetahui kemampuan
siswa dalam mengaplikasikan pengetahuannya melalui penyelesaian
suatu instrumen proyek dalam periode/waktu tertentu. Penilaian proyek
dapat dilakukan untuk mengukur satu atau beberapa KD dalam satu atau

86
beberapa mata pelajaran. Penilaian proyek meliputi rangkaian kegiatan
mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian data,
pengolahan dan penyajian data, serta pelaporan.
Penilaian proyek bertujuan untuk mengembangkan dan memonitor
keterampilan siswa dalam merencanakan, melaksanakan perencanaan
yang disusun dan melaporkan hasil proyek. Dalam konteks ini siswa
dapat menunjukkan pengalaman dan pengetahuan mereka tentang suatu
topik, memformulasikan pertanyaan dan menyelidiki topik tersebut
melalui bacaan, wisata dan wawancara. Untuk manilai laporan hasil
proyek dapat dilakukan dengan presentasi hasil melalui visual display
atau laporan tertulis.
Contoh penilaian proyek adalah melakukan investigasi terhadap jenis
keanekaragaman hayati Indonesia, membuat makanan dan minuman dari
buah segar, membuat video proses pertumbuhan, dan sebagainya.
(d) Portofolio
Portofolio adalah penilaian berkelanjutan berdasarkan kumpulan
informasi yang bersifat reflektif-integratif yang menunjukkan
perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu.
Tujuan utama dilakukannya portofolio adalah untuk menentukan hasil
karya dan proses bagaimana hasil karya tersebut diperoleh sebagai salah
satu bukti yang dapat menunjukkan pencapaian belajar siswa, yaitu
mencapai kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan. Selain
berfungsi sebagai tempat penyimpanan hasil pekerjaan siswa, portofolio
juga berfungsi untuk mengetahui perkembangan kompetensi siswa.
Terdapat beberapa tipe portofolio yaitu portofolio dokumentasi,
portofolio proses, dan portofolio pameran. Pendidik dapat memilih tipe
portofolio sesuai dengan karakteristik kompetensi dasar dan/atau konteks
mata pelajaran.
(e) Teknik Lain
Untuk mengukur keterampilan dalam ranah berpikir abstrak (membaca,
menulis, menyimak, dan menghitung) dapat digunakan teknik lain seperti

87
tes tertulis. Dalam mata pelajaran matematika atau IPA, misalnya siswa
menyelesaikan masalah yang terkait dengan konsep-konsep dalam kedua
mata pelajaran tersebut.

4. Forum Diskusi

Setelah menyelesaikan pembahasan materi Modul 1 Kegiatan Belajar 1 ini, marilah


kita lanjutkan dengan membahas permasalahan berikut ini:

“Materi pembelajaran yang disiapkan dalam pembelajaran IPA SMP telah disusun
sedemikian rupa dengan kekhasan karakteristik masing-masing. Namun demikian,
berbagai karakteristik ini tentunya tidak serta merta dimasukan kedalam cakupan
materi IPA SMP jika tidak sesuai dengan kaidah-kaidah dan prinsip pembelajaran
IPA di SMP. Jika anda diminta untuk menyusun pembelajaran dengan materi
pembelajaran yang memiliki karakteristik mendekati abstrak namun siswa dengan
kecenderungan kinestetis. Jenis model pembelajaran seperti apakah yang akan anda
pilih? Bagaimana anda menentukan prosedur penilaian hasil pembelajarannya? Serta
Seperti apakah bentuk media penunjang yang akan anda pilih? Diskusikanlah!”

C. Penutup
1. Rangkuman
a. Teori Belajar Behavioris, menekankan bahwa konsekuensi dari perilaku akan
membentuk pola perilaku organisme.

b. Teori Belajar Sosial, berorientasi pada pandangan belajar dapat dilakukan


dengan mengamati perilaku orang lain (dan/atau mengamati orang lain
mendapatkan penguatan atas perilaku yang dilakukannya). Fase belajar yang
mengacu pada teori belajar ini meliputi atensi, retensi, produksi, dan motivasi.

c. Proses Belajar dikendalikan otak menurut pandangan teori Belajar Kognitivis,


belajar melibatkan proses bagaimana pembelajar menerima, memproses, dan

88
mengolah informasi. Prosesnya: Perhatian → sensor penginderaan → memori
kerja → memori jangka panjang.

d. Dari Perspektif teori Belajar Konstruktivis, pembelajaran harus melibatkan


siswa ke dalam pengalaman bermakna (sebagai jantung pembelajaran).

e. Robin Fogarty (1991) mencetuskan sepuluh cara atau model dalam


merencanakan pembelajaran terpadu, yakni: (1) fragmented, (2) connected, (3)
nested, (4) sequenced, (5) shared, (6) webbed, (7) threaded, (8) integrated, (9)
immersed, dan (10) networked.

f. Pendekatan Ilmiah merupakan inti dari pendekatan yang digunakan dalam


implementasi kurikulum 2013, karakteristik dari pendekatan ini ialah aktivitas 5
M, yang terdiri dari: Mengamati, Menanya, Mencoba, Menalar, dan
Mengomunikasikan.

g. Model Pembelajaran Langsung merupakan model pembelajaran yang


mengupayakan penjelasan lebih mendalam suatu konsep tertentu berdasarkan
bukti-bukti nyata yang dapat disajikan. Model ini terdiri dari lima langkah,
yakni: (1) Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, (2)
Mempresentasikan dan mendemontrasikan pengetahuan atau
keterampilan, (3) Membimbing pelatihan, (4) Mencek pemahaman dan
umpan balik, (5) Memberi kesempatan pelatihan lanjutan dan penerapan.

h. Model Pembelajaran Inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran


yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari
dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Terdapat 6 langkah umum dari pembelajaran Inkuiri ini, yaitu: (1) Orientasi, (2)
Merumuskan Masalah, (3), Merumuskan Hipotesis, (4) Mengumpulkan
Data, (5) Menguji Hipotesis, dan (6) Merumuskan Kesimpulan.

i. Pembelajaran Kooperatif merupakan sistem belajar dan bekerja pada


kelompok kelompok kecil secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa
lebih bergairah dalam bekerja. Dalam tahapannya, pembelajaran ini terdiri dari 6
sintaks model, yaitu: (1) Menyampaikan Tujuan dan Motivasi, (2)

89
Menyajikan Informasi, (3) Mengorganisasikan Siswa, (4) Membimbing
Kelompok, (5) Evaluasi, dan (6) Memberikan Penghargaan.

j. Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan pengajaran yang komprehensif


yang melibatkan siswa dalam kegiatan penyelidikan yang kooperatif dan
berkelanjutan. Adapun lagkah-langkah pembelajarannya ialah: (1) Penentuan
Pertanyaan Mendasar, (2) Menyusun Perencanaan Proyek, (3) Menyusun
Jadwal, (4) Monitoring, (5) Menguji Hasil, (6) Evaluasi Pengalaman.

2. Tes Formatif

Pilihlah jawaban a, b, c, atau d yang paling tepat.

1. Terdapat Kompetensi Dasar (KD): menjelaskan keterkaitan struktur jaringan tumbuhan dan
fungsinya, serta berbagai pemanfaatannya dalam teknologi yang terilhami oleh struktur
tersebut.
Manakah di antara pilihan berikut ini merupakan yang pernyataan benar tentang teknologi
dan struktur tumbuhan yang mengilhaminya?
a. Velcro atau perekat terinspirasi oleh getah batang
b. Pembangkit Listrik Tenaga Surya Abengoa terinspirasi dari struktur bunga ros
c. Charger tenaga surya Electree terinspirasi dari osmosis daun
d. Teater Esplanade yang terinspirasi dari bentuk buah rambutan
e. Kota mengambang Lilypad Ecopolis terinsipirasi dari struktur daun teratai

2. Pernyataan yang paling benar tentang KD: Menerapkan konsep pengukuran berbagai
besaran dengan menggunakan satuan standar (baku) adalah....
a. Pengetahuan yang terdapat dalam KD tersebut hanya pengetahuan prosedural
b. Pengetahuan yang terdapat dalam KD tersebut hanya pengetahuan deklaratif
c. KD tersebut mencerminkan kemampuan memahami besaran dan satuan standar (baku)
d. KD tersebut mencerminkan kemampuan memahami konsep pengukuran berbagai besaran
dan satuan standar.
e. KD tersebut mencerminkan kemampuan menerapkan konsep pengukuran untuk
mengukur berbagai besaran dengan menggunakan satuan standar (baku)

3. Pak Rudi dan Bu Nani mengajar IPA di SMP Harapan Bangsa yang merupakan sekolah
Adiwiyata. Sebagai sekolah yang termasuk kategori berwawasan dan berpeduli lingkungan
hidup, di SMP tersebut terdapat kebun sekolah yang hijau, koleksi tanaman obat, wastafel
tempat cuci tangan di depan setiap kelas, bak sampah, biopori untuk resapan air, serta ada
rumah kaca berisi berbagai tanaman. Pak Rudi akan mengajar IPA siswa kelas IX untuk
membuat produk daur ulang limbah yang bermanfaat bagi kehidupan. Agar metode Project-
based Learning yang Pak Rudi terapkan berhasil dengan baik, maka langkah pertama yang
harus dilakukan Pak Rudi adalah....
a. menugaskan siswa mengidentifikasi beragam limbah di sekolah

90
b. menugaskan siswa memfokuskan pada limbah kertas atau plastic
c. menetapkan jenis produk daur ulang yang akan dibuat
d. membuat jadwal alokasi waktu pembuatan produk
e. mempresentasikan hasil hasil karya daur ulang limbah

4. Pembelajaran pada materi "gaya" dengan kompetensi dasar menyajikan hasil penyelidikan
tentang pengaruh gaya terhadap gerak benda, memiliki tujuan: Siswa dapat menyelidiki
pengaruh gaya terhadap gerak benda dengan prosedur yang benar. Manakah di antara
strategi-strategi berikut yang paling tepat untuk mencapai tujuan tersebut?
a. Menjelaskan pengaruh gaya terhadap gerak benda yang dilengkapi dengan contoh,
kemudian siswa diminta mengerjakan soal-soal latihan secara berkelompok
b. Meminta siswa berdiskusi secara berkelompok untuk menjawab soal-soal tentang
pengaruh gaya terhadap gerak benda, kemudian hasil diskusi dipresentasikan
c. Secara berkelompok siswa belajar mengatasi masalah-masalah pengaruh gaya terhadap
gerak benda dalam kehidupan sehari-hari
d. Siswa melakukan kegiatan eksperimen untuk menyelidiki pengaruh gaya terhadap gerak
benda, diskusi hasil penyelidikan, dan penyajian hasil diskusi atau presentasi.
e. Membentuk kelompok ahli yang bertugas menyelidiki pengaruh gaya terhadap gerak
benda dari berbagai literatur kemudian kelompok ahli menjelaskan hasil penyelidikannya
kepada kelompok asal masinng-masing dan selanjutnya setiap kelompok presentasi.

5. Objek pengamatan yang paling baik digunakan dalam pembelajaran materi pencemaran
lingkungan menggunakan model inkuiri 5M adalah
a. Contoh air berlumpur dengan warna kemerahan
b. Gambar air sungai yang banyak mengandung busa detergen
c. Gambar sungai yang ikannya ditemukan banyak yang mati
d. Air sungai yang bersih
e. Air sungai yang banyak ikan berenang

6. Pak Amir sedang merancang pembelajaran pada KD. Menyelidiki pengaruh gaya terhadap
gerak benda. Kegiatan pembelajaran direncanakan menggunakan pendekatan saintifik dan
metode eksperimen, berikut ini yang paling tepat sebagai apersepsi adalah....
a. siswa diminta untuk membaca bahan ajar materi tentang pengaruh gaya terhadap gerak
benda pada berbagai literatur.
b. menjelaskan pengaruh gaya terhadap gerak benda di depan kelas termasuk materi
pembelajaran agar siswa menjadi tahu materi sebelum melakukan kegiatan eksperimen
c. mengorientasikan siswa tentang gaya dalam kehidupan sehari-hari, kemudian melakukan
tanya jawab atau curah pendapat tentang pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari
yang relevan
d. menjelaskan prosedur eksperimen untuk menyelidiki pengaruh gaya terhadap gerak
benda di sekitar.
e. mendemonstrasikan hasil-hasil kerja gaya terhadap gerak benda di depan kelas, kemudian
mencontohkan cara melakukan penyelidikan.

91
7. Bu Hany melakukan pembelajaran materi IPA dengan KD: menerapkan konsep pengukuran
berbagai besaran dengan menggunakan satuan standar, yang melibatkan pengukuran massa
benda dengan menggunakan neraca OHAUS 310. Model pembelajaran yang digunakan
adalah pembelajaran langsung (direct instruction) yang melatih siswa mengukur massa
tahap demi tahap. Pada tahap pertama, Bu Hany mengklarifikasi tujuan dan memotivasi
siswa serta menjelaskan kegiatan belajar siswa. Bu Hany juga menjelaskan pengetahuan
deklaratif tentang komponen-komponen neraca dan fungsinya masing-masing termasuk
bagaimana menggunakannya. Diantara kegiatan berikut yang merupakan tahap 2 yang
seharusnya dilakukan oleh Bu Hany adalah....
a. menjelaskan materi pengukuran termasuk di dalamnya pengukuran besaran pokok massa
dengan neraca OHAUS 310.
b. mendemonstrasikan tahap-tahap pengukuran massa dengan menggunakan neraca
OHAUS 310 tahap demi tahap.
c. memberikan latihan soal terkait pengukuran massa dengan neraca OHAUS 310 kepada
siswa untuk dikerjakan secara berkelompok
d. meminta siswa berdiskusi tentang pengukuran pengukuran massa dengan neraca OHAUS
310, kemudian siswa diminta merumuskan langkah penggunaannya, dan
mempraktikannya
e. melakukan kegiatan pengukuran massa dengan menggunakan neraca OHAUS 310

8. Bu Hany melakukan pembelajaran materi IPA dengan KD. Menerapkan konsep pengukuran
berbagai besaran dengan menggunakan satuan standar, yang melibatkan pengukuran massa
benda dengan menggunakan neraca OHAUS 310. Model pembelajaran yang digunakan
adalah pembelajaran langsung (direct instruction) yang melatih siswa mengukur massa tahap
demi tahap. Pada pertama, Bu Hany mengklarifikasi tujuan dan memotivasi siswa serta
menjelaskan kegiatan belajar siswa. Bu Hany juga menjelaskan pengetahuan deklaratif
tentang komponen-komponen neraca dan fungsinya masing-masing termasuk bagaimana
menggunakannya. Diantara kegiatan berikut yang merupakan tahap 2 yang seharusnya
dilakukan oleh Bu Hany adalah....
a. Menjelaskan materi pengukuran
b. Mendemonstrasikan tahap-tahap pengukuran massa dengan menggunakan neraca
OHAUS 310 tahap demi tahap.
c. Memberikan latihan soal kepada siswa
d. Meminta siswa berdiskusi tentang pengukuran
e. Melakukan kegiatan pengukuran massa dengan menggunakan neraca OHAUS 310

9. Berikut adalah penggalan tahapan pembelajaran guru untuk tujuan pembelajaran: 1) siswa
dapat menjelaskan hukum II Newton dan 2) siswa dapat menerapkan hukum II Newton
(1) Meminta satu kelompok tertentu mempresentasikan hasil percobaannya, dan ditanggapi
kelompok lain
(2) Menguatkan prinsip yang diperoleh, dikenal sebagai hukum II Newton, dan
mendiskusikan lebih lanjut berbagai penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
(3) Memberi penghargaan kepada kelompok yang kinerjanya baik, misalnya pujian
(4) ...

92
(5) Melakukan refleksi terhadap pembelajaran hari ini
(6) Menginformasikan apa yang akan dipelajari selanjutnya, dan tugas untuk
mempelajarinya
Kegiatan yang paling tepat untuk (4) adalah...
a. Bersama siswa merangkum materi yang didapat hari ini, yakni hukum II Newton
b. Menanyakan apa gaya itu, dan bagaimana jika benda tidak mendapatkan gaya
c. Memberikan postes
d. Melakukan percobaan hukum II Newton
e. Guru menjelaskan hukum II Newton

10. Dalam pembelajaran materi suhu dan kalor, Pak Bendi menggunakan model pembelajaran
inkuiri dengan pendekatan saintifik. Pak Bendi tidak hanya ingin meningkatkan kemampuan
siswa memahami materi pelajaran tetapi juga meningkatkan keterampilan. Rumusan
pertanyaan/tugas berikut yang paling tepat untuk menilai keterampilan siswa menggunakan
termometer adalah....
a. ukur suhu larutan yang disimpan dalam gelas kimia dengan menggunakan termometer
yang tersedia, kemudian catat hasilnya pada selembar kertas
b. berapa suhu larutan yang disimpan dalam gelas kimia?
c. tunjukkan cara mengukur suhu larutan yang disimpan dalam gelas kimia dengan
menggunakan termometer yang telah disediakan!
d. catat suhu larutan dalam gelas kimia
e. hitung kenaikan suhu larutan setelah dipanasi selama 5 menit.

11. Perhatikan Kompetensi Dasar (KD) berikut.


4.9 Menyajikan karya tentang upaya menjaga kesehatan sistem pernapasan.

Indikator, jenis penilaian, dan instrumen penilaian yang paling sesuai dengan KD tersebut
adalah....
Opsi Indikator Jenis penilaian Instrumen
a. Membuat poster bahaya rokok Penilaian produk Rubrik
b. Menyajikan pengetahuan Penilaian pengetahuan Tes
bahaya rokok
c. Melakukan percobaan bahaya Penilaian praktik Rubrik
rokok
d. Menyadari bahaya rokok Penilaian sikap Angket
e. Menelusuri informasi tentang Penilaian produk Rubrik
bahaya rokok

12. Pak Adi melakukan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang menemukan bahwa hasil
belajar siswa pada aspek pengetahuan belum mencapai KKM = 80. Setelah mengkaji
jawaban siswa, Pak Adi mengetahui bahwa siswa tidak mampu menerapkan konsep pesawat
sederhana untuk menjelaskan konsep tuas pada struktur kerangka manusia karena selama ini

93
hanya menggunakan alat-alat dalam kehidupan sehari-hari sebagai contoh pembelajaran
tuas. Pak Adi juga menduga bahwa siswa hanya menghafal materi yang dipelajari dari buku
pegangan siswa dan penjelasan guru. Berdasarkan informasi tersebut, tindakan yang paling
tepat untuk dilakukan agar masalah tersebut dapat diatasi adalah....
a. menerapkan pembelajaran bermakna, yaitu dengan mengidentifikasi pesawat sederhana
pada tubuh manusia
b. menerapkan pendekatan saintifik dengan mengamati peran pesawat sederhana pada
struktur kerangka manusia, kemudian dibuktikan dengan menggunakan alat-alat
teknologi atau dalam kehidupan sehari-hari.
c. menerapkan pembelajaran langsung, yaitu dengan mendemonstrasikan bagaimana
mengidentifikasi pesawat sederhana pada tubuh manusia dan menghitung keuntungan
mekanis
d. menjelaskan ulang materi pesawat sederhana sesuai kesulitan belajar siswa
e. menerapkan pembelajaran teman sebaya, yaitu dengan menugaskan kelompok siswa
kelompok ahli.

13. Perhatikan diagram batang berikut!

Diagram tersebut berupa hasil penelitian tentang Skor Rata-rata ( ) Postes Kemampuan
Kognitif Siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Discovery, Kooperatif (Group
Investigation), dan Konvensional pada Materi Animalia.
Jika Anda sebagai guru ingin menggunakan data tersebut untuk memperbaiki cara mengajar
tentang materi Animalia di kelas, maka Anda akan melakukan …
a. Tetap menggunakan model konvensional
b. Akan menggunakan model Group Investigation (GI)
c. Akan menggunakan model discovery
d. Akan menggunakan paduan model konvensional dan GI
e. Akan menggunakan paduan model konvensional dan Inquiry

94
14. Dalam pembelajaran materi zat aditif, semua siswa dapat menjawab dengan baik
pertanyaan-pertanyaan yang berbasis pada level C1 dan C2, bahkan C3 atau low order
thinking, tetapi pada kesulitan ketika menjawab pertanyaan yang meminta siswa melakukan
analisis C4, C5, dan C6 (high order thinking). Kegiatan tindak lanjut yang sebaiknya
dilakukan guru adalah...
a. Memberikan pembelajaran remedial secara klasikal pada materi yang dianggap sulit
b. Menerapkan model pembelajaran yang melatih kemampuan berpikir high order thinking,
seperti: model kooperatif dan inkuiri
c. Menerapkan pembelajaran langsung dan demonstrasi
d. Melakukan pembelajaran ulang pada soal-soal yang sulit dijawab siswa
e. Melanjutkan pembelajaran untuk materi selanjutnya

15. Setelah melakukan kegiatan pembelajaran mmenggunakan model kooperatif, Pak Edy
berhasil meningkatkan nilai rata-rata kelas A pada mata pelajaran IPA hingga mencapi 80
lebih tinggi daripada nilai KKM 75. Meskipun demikian sebanyak 10% siswa masih
mendapat nilai di bawah nilai KKM dan nilai rata-rata kelas tersebut. Berdasarkan hasil
belajar siswa tersebut, apa yang akan Anda lakukan....
a. Melanjutkan pembelajaran IPA dengan model kooperatif seperti biasa
b. Mengganti model kooperatif dengan model pembelajaran lain yang dianggap dapat
membantu siswa belajar IPA
c. Tetap menggunakan model kooperative tetapi menata kembali anggota kelompok yang
anggotanya mendapatkan nilai di bawah KKM
d. Melakukan pembelajaran kooperatif tetapi dikombinasi dengan ceramah untuk
menjelaskan materi yang dianggap sulit dipelajari siswa
e. Mengganti tipe pembelajaran kooperatif dengan tipe lain yang dianggap lebih sesuai
untuk pembelajaran IPA

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian akhir
modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui
tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Arti tingkat penguasaan:

90 - 100% = baik sekali

80 - 89% = baik

95
70 - 79% = cukup

< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan
dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus
mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.

3. Daftar Pustaka

Fogarty, R., 1991. How to Integrate the Curricula. Illinois: Skylight Publishing

Darmadi, Pengembangan Model Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar


Siswa,(Yogyakarta: Deepublish, 2017) hlm. 42
Ramayulis, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Padang: BABN Press, 2003), hal. 101.
Wina Senjaya. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses
Pendidikan.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.2008. hal 127
Udin S. Winataputra.. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka. 2003).hal 126
Wina Senjaya. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses
Pendidikan.(Jakarta: Kencana Prenada Media Group.2008). hal 126
Rohani AhmadPengelolaan pengajaran(Jakarta : Erlangga2004).hal 32
Seno Sobroto, Seri Bahasa Indonesia, (Semarang: Aneka Ilmu, 2006), hal. 340.
Evi Fatimatur Rusydiyah, Media dan Teknologi Pembelajaran (Teori dan Praktek
dalam Pembelajaran Pendidikan Islam), (Surabaya: PMN & IAIN Press Sunan
Ampel Surabaya, 2002), 174
M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, ed Abdul Halim
(Jakarta: Ciputat Pers, 2002) hlm. 4
Hamzah B. Uno & Nurdin Mohamad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 7.
Abuddin Nata, Prespektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Prenada
Media Group) hlm. 199-201

96
DAR2/Profesional/097/1/2019

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM

MODUL 1
PEMBELAJARAN IPA DAN KONSEP IPBA

Kegiatan Belajar 2:
Inkuiri dalam Pembelajaran IPA, Manajamen Lab. IPA, dan PTK

Penulis:
Agus Fany Chandra Wijaya

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


2019

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................................... i


A. Pendahuluan ............................................................................................................................... ii
1. Deskripsi Singkat ............................................................................................................... ii
2. Relevansi ............................................................................................................................. ii
3. Petunjuk Belajar ............................................................................................................... iii
B. Inti .............................................................................................................................................. 1
1. Capaian Pembelajaran ...................................................................................................... 1
2. Sub Capaian Pembelajaran .............................................................................................. 1
3. Uraian Materi ..................................................................................................................... 2
a. Pembelajaran IPA .......................................................................................................... 2
b. Model Pelaksanaan Pembelajaran (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) .......... 17
c. Penilaian ........................................................................................................................ 20
d. Pengelolaan Laboratorium IPA Untuk Pembelajaran ............................................. 23
e. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)............................................................................... 35
4. Forum Diskusi .................................................................................................................. 57
C. Penutup ..................................................................................................................................... 57
1. Rangkuman ...................................................................................................................... 58
2. Tes Formatif ..................................................................................................................... 59
3. Daftar Pustaka ................................................................................................................. 64

i
Kegiatan Belajar 2: Inkuiri dalam Pembelajaran IPA, Manajamen Lab. IPA, dan PTK

A. Pendahuluan
1. Deskripsi Singkat

Modul Hybrid Learning Pembelajaran IPA dan Konsep IPBA ini merupakan buku modul
PPG dalam jabatan yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangka membekali guru dengan
kompetensi professional yang berorientasi pada implementasi Kurikulum 2013. Buku ini
dirancang untuk memperkuat kompetensi guru dari sisi pengetahuan, keterampilan, dan
sikap secara utuh. Proses pencapaiannya dirancang melalui pembelajaran hybrid dengan
didukung berbagai jenis media terkait yang menunjang sebagai suatu kesatuan yang saling
mendukung pencapaian kompetensi tersebut. Sebagai transisi menuju ke pendidikan
menengah, pemisahan mata pelajaran masih belum dilakukan sepenuhnya bagi peserta
didik SMP/ MTs. Materi-materi dari bidang-bidang ilmu Fisika, Kimia, Biologi, serta Ilmu
Bumi dan Antariksa masih perlu disajikan sebagai suatu kesatuan dalam mata pelajaran IPA
(Ilmu Pengetahuan Alam). Hal ini dimaksudkan untuk memberikan wawasan yang utuh bagi
peserta didik SMP/MTs tentang prinsip-prinsip dasar yang mengatur alam semesta beserta
segenap isinya.

Buku ini menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam Kurikulum
2013, peserta didik diberanikan untuk mencari sumber belajar lain yang tersedia dan
terbentang luas di sekitarnya. Peran peserta didik sangat penting untuk meningkatkan dan
menyesuaikan daya serap mereka dengan ketersediaan kegiatan pada buku ini. Peserta didik
dapat memperkayanya dengan kreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan
relevan yang bersumber dari lingkungan sosial dan alam.

2. Relevansi

Buku Modul IPA ini disusun dengan pemikiran di atas. Bidang ilmu Fisika, Kimia, dan

ii
Biologi dipakai sebagai landasan (platform) pembahasan bidang ilmu kebumian dan
keantariksaan yang akan disajikan. Makhluk hidup digunakan sebagai objek untuk
menjelaskan prinsip-prinsip dasar yang mengatur alam seperti objek alam dan interaksinya,
energi dan keseimbangannya, dan lain-lain. Melalui pembahasan menggunakan bermacam
bidang ilmu dalam rumpun ilmu pengetahuan alam, pemahaman utuh tentang alam yang
dihuninya beserta benda-benda alam yang dijumpai di sekitarnya dapat dikuasai oleh guru
IPA SMP/MTs untuk diajarkan kepada para siswanya.

Sebagai salah satu rumpun ilmu yang berperan penting dalam mempersiapkan dan
membekali siswa sebagai insan yang akan hidup di era abad 21, maka penyusunan modul ini
juga berkaitan erat dengan pengembangan kemampuan-kemampuan abad 21. Selain itu
pula, proses mengukur kemajuan pendidikan suatu negara serta pemahaman peserta didik
suatu negara terhadap IPA dibandingkan secara rutin sebagaimana dilakukan melalui
TIMSS (The Trends in International Mathematics and Science Study) dan PISA (Program
for International Student Assessment). Melalui penilaian internasional seperti ini kita dapat
mengetahui kualitas pembelajaran IPA dibandingkan dengan negara lain. Materi IPA pada
Kurikulum 2013 ini telah disesuaikan dengan tuntutan penguasaan materi IPA relevan
dengan TIMSS dan PISA.

3. Petunjuk Belajar
Sebelum Anda menggunakan modul ini, Anda perlu membaca bagian petunjuk ini. Mengapa
diperlukan? Ibarat Anda sedang berlibur di tempat wisata, Anda tentunya ingin
memanfaatkan fasilitas yang ada di tempat wisata tersebut bukan? Tentunya, agar tujuan
tersebut tercapai Anda akan membaca peta di mana fasilitas itu berada. Begitu juga dengan
modul ini. Jika Anda ingin memperoleh manfaat yang maksimal dari modul ini tentu
merupakan tindakan yang bijak jika Anda benar-benar memerhatikan dan memahami bagian
petunjuk penggunaan modul ini. Selamat mempelajari!

Fitur mari kita cari tahu ini berisi tugas atau permasalahan yang perlu untuk dicari jawabannya
atau untuk mencari pengetahuan tambahan terkait materi yang dipelajari. Fitur mari kita diskusikan
ini berisi suatu masalah yang berkaitan dengan konsep yang perlu untuk dipecahkan melalui
kelompok. Fitur ini dapat melatih Anda dalam mengungkapkan pendapat atau berkomunikasi dan
memecahkan masalah. Fitur rangkuman ini berisi ringkasan materi dari bab yang telah dipelajari.

iii
Anda dapat mereview keseluruhan materi yang telah dipelajari melalui fitur ini. Fitur tes formatif
ini berisi soal-soal untuk mengevaluasi pemahaman dan penerapan konsep dalam satu bab yang telah
dipelajari.

iv
B. Inti
1. Capaian Pembelajaran

f. Mampu menganalisis strategi, pendekatan, model, dan metode pembelajaran IPA


dengan berbagai variasi inkuiri yang memfasilitasi pengembangan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan secara utuh (kritis, kreatif, komunikatif, dan
kolaboratif) berorientasi masa depan (adaptif dan fleksibel) peserta didik,
g. Mampu menganalisis berbagai sumber belajar dan media pembelajaran IPA berbasis
teknologi informasi dan komunikasi yang mendukung pembelajaran IPA dengan
inkuiri, memperhatikan keterpaduan pengetahuan IPA, serta kesehatan dan
keselamatan kerja (K3),
h. Mampu mengimplementasikan perangkat pembelajaran IPA berbasis TPACK
dengan menerapkan strategi/pendekatan/model/metode pembelajaran IPA untuk
memfasilitasi pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara utuh
(kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif) yang memperhatikan karakteristik
peserta didik, perkembangan intelektual, moral, dan sosial peserta didik, lingkungan
sekolah, serta perkembangan teknologi abad ke-21,
i. Mampu merancang, melaksanakan, merefleksi dan melaporkan PTK dalam
pembelajaran IPA menggunakan kaidah penelitian pembelajaran dengan menerapkan
inovasi pembelajaran berbasis TPACK.

2. Sub Capaian Pembelajaran

j. Menentukan kegiatan apersepsi yang tepat


k. Merumukan kegiatan yang termasuk dalam bagian membuka pembelajaran.
l. Merumukan kegiatan yang termasuk dalam bagian inti pembelajaran.
m. Merumukan kegiatan yang termasuk dalam bagian penutup pembelajaran.
n. Menganalisis materi IPA yang berpotensi beresiko terhadap K3 kalau tidak
menerapkan manajemen secara seksama.
o. Menentukan cara mengatasi, dan prosedur kerja untuk mengatasi kecelakaan kerja di
laboratorium berdasarkan karakteristik materi dan jenis alat yang digunakan dalam
percobaan IPA.
p. Merencanakan penjadwalan PTK minimal dalam dua siklus sesuai dengan masalah
tersebut.
q. Menentukan aspek-aspek yang perlu dilaporkan berdasarkan hasil PTK.
r. Memberikan contoh hasil PTK untuk peningkatan kualitas proses pembelajaran IPA
berdasarkan hasil tersebut.

1
3. Uraian Materi

a. Pembelajaran IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai bagian dari struktur keilmuan (sains) berkaitan dengan
cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi
juga merupakan suatu proses penemuan (prosedur). Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi
wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Prinsip dasar dan
utama proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik
untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam dan bermakna tentang alam sekitar.

Secara umum Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMP/MTs, meliputi bidang kajian energi dan
perubahannya, bumi antariksa, makhluk hidup dan proses kehidupan, dan materi dan sifatnya
yang sebenarnya sangat berperan dalam membantu peserta didik untuk memahami fenomena
alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah
mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan ciri: objektif, metodik, sistimatis,
universal, dan tentatif. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah
alam dan segala isinya. Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan yang
sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil
observasi dan eksperimen”.

Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat
unsur utama yaitu:

1. sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab
akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang
benar; IPA bersifat open ended;
2. proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi
penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan
penarikan kesimpulan;
3. produk: berupa fakta, prinsip, prosedur, dan konsep;
4. aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.

2
Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat muncul,
sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami fenomena
alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuwan bekerja
dalam menemukan fakta baru. Kecenderungan pembelajaran IPA pada masa kini adalah peserta
didik hanya mempelajari IPA sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum. Keadaan
ini diperparah oleh pembelajaran yang beriorientasi pada tes/ujian. Akibatnya IPA sebagai
proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran.

Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi tercapainya
kompetensi inti dan kompetensi dasar. Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, guru hanya
menyampaikan IPA sebagai produk dan peserta didik menghafal informasi faktual. Peserta didik
hanya mempelajari IPA pada domain kognitif yang terendah. Peserta didik tidak dibiasakan
untuk mengembangkan potensi berpikirnya. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak
peserta didik yang cenderung menjadi malas berpikir secara mandiri. Cara berpikir yang
dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif dan psikomotor. Alasan
yang sering dikemukakan oleh para guru adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan belajar,
dan jumlah peserta didik per kelas yang terlalu banyak.

Abad 21 ditandai oleh pesatnya perkembangan IPA dan teknologi dalam berbagai bidang
kehidupan di masyarakat, terutama teknologi informasi dan komunikasi. Oleh karena itu,
diperlukan cara pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta didik untuk melek IPA dan
teknologi, mampu berpikir logis, kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara benar. Dalam
kenyataan, memang tidak banyak peserta didik yang menyukai bidang kajian IPA, karena
dianggap sukar, keterbatasan kemampuan peserta didik, atau karena mereka tak berminat
menjadi ilmuwan atau ahli teknologi. Namun demikian, mereka tetap berharap agar pembelajaran
IPA di sekolah dapat disajikan secara menarik, efisien, dan efektif.

Kompetensi inti dan Kompetensi Dasar yang akan dicapai peserta didik yang dituangkan dalam
empat aspek yaitu, makhluk hidup dan proses kehidupan, materi dan sifatnya, energi dan
perubahannya, serta bumi dan alam semesta. Indikator pencapaian kompetensi dikembangkan
oleh sekolah, disesuaikan dengan lingkungan setempat, dan media serta lingkungan belajar yang
ada di sekolah. Semua ini ditujukan agar guru dapat lebih aktif, kreatif, dan melakukan inovasi
dalam pembelajaran tanpa meninggalkan isi kurikulum. Melalui pembelajaran IPA terpadu,
diharapkan peserta didik dapat membangun pengetahuannya melalui cara kerja ilmiah, bekerja
sama dalam kelompok, belajar berinteraksi dan berkomunikasi, serta bersikap ilmiah.

3
1) Karakteristik Bidang kajian Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan
data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang
sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu: (1) kemampuan
untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk memprediksi apa yang belum diamati,
dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, (3) dikembangkannya sikap
ilmiah. Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam mengajukan
pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang “apa”,
“mengapa”, dan “bagaimana” tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-
cara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal
dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah. Metode ilmiah dalam mempelajari
IPA itu sendiri telah diperkenalkan sejak abad ke-16 (Galileo Galilei dan Francis Bacon) yang
meliputi mengidentifikasi masalah, menyusun hipotesa, memprediksi konsekuensi dari hipotesis,
melakukan eksperimen untuk menguji prediksi, dan merumuKIan hukum umum yang sederhana
yang diorganisasikan dari hipotesis, prediksi, dan eksperimen.

Mari kita diskusikan

Aktivitas 2.1. Jenis-jenis Pengetahuan

Ayo Amati

Disajikan beberapa komponen elektronika dan alat ukurnya seperti yang disajikan pada Gambar 2.1.
berikut ini:

4
Gambar 2.1. Komponen Elektronika

Tersedia beberapa komponen Elektronika berupa baterai 1,5 V, beberapa lampu pijar dengan nilai
hambatan dalam masing-masing 10 ohm, 20 ohm, dan 30 ohm, serta sebuah amperemeter.

Diskusikan

Strategi apakah yang dapat dilakukan agar mendapatkan nyala lampu paling terang, jika komponen-
komponen elektronika tersebut tersusun dalam rangkaian tertutup? (dengan ketentuan setiap menyusun
satu rangkaian tertutup hanya diperbolehkan memasang satu buah lampu saja namun dapat merangkai
lebih dari satu baterai)

Mengenal Karakteristik Besaran-besaran Listrik

Ikuti petunjuk kegiatan berikut ini:

1. Rangkailah sebuah rangkaian tertutup sederhana yang terdiri dari baterai, lampu dan
amperementer seperti rangkaian berikut ini:

Gambar 2.2. Rangkaian Tertutup Sederhana

2. Dapatkah lampu menyala? Bagaimana tingkat terang lampu yang teramati?

3. Jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan pada nomor 2 tersebut merupakan bentuk dari


Pengetahuan Faktual karena fenomena yang teramati apa adanya tanpa perlu penjelasan lebih
jauh atas fenomena tersebut.

4. Rancanglah rangkaian percobaan yang menurut anda dapat menghasilkan nyala lampu yang
berbeda dengan tanpa mengganti bola lampu pada rangkaian tertutup sederhana Gambar 2.2.
tersebut.

5
5. Buat rancangan rangkaian percobaan lain untuk tujuan yang sama (menghasilkan nyala lampu
yang berbeda) namun kali ini tanpa mengganti jumlah baterai yang dipasang dalam rangkaian.

6. Bandingkan kedua rancangan pada kegiatan 4 dan 5 tadi, besaran apa yang terukur saat besaran
lainnya berubah? (variable terikat)

7. Identifikasi pula besaran apa yang tidak diubah (variable control) serta besaran mana yang
diubah-ubah nilainya (variable bebas) pada masing-masing kegiatan 4 dan 5?

8. Buatlah kalimat dengan menggunakan pola aturan “Jika…. Maka ….” untuk menggambarkan
hubungan variable terikat dan variable bebas pada hasil kegiatan 4.

9. Buatlah kalimat dengan menggunakan pola aturan “Jika…. Maka ….” untuk menggambarkan
hubungan variable terikat dan variable bebas pada hasil kegiatan 5.

10. Jika pola aturan yang didapatkan pada kegiatan 8 dan 9 digabungkan, konsep persamaan seperti
apakah yang dibangun?

Simpulkan

Jika Jawaban untuk pertanyaan yang tercantum pada kegiatan 2 disebut sebagai Pengetahuan Faktual,
kemudian rancangan variasi kombinasi besaran yang disusun pada kegiatan 4 dan 5 adalah Pengetahuan
Prosedural, serta kalimat pola aturan yang disusun pada kegiatan 8 dan 9 merupakan Pengetahuan
Prinsip, sedangkan persaman yang dibangun pada kegiatan 10 tidak lain adalah Pengetahuan
Konseptual, apakah ciri atau karakteristik yang dimiliki masing-masing jenis pengetahuan tersebut?

1. Susunlah sebuah kalimat definisi untuk masing-masing jenis pengetahuan tersebut berdasarkan
hasil diskusi tersebut.

2. Pilihlah sebuah konsep yang menurut anda dapat ditelaah lebih jauh jenis pengetahuannya seperti
aktivitas yang telah dilakukan tadi. (coba pilih konsep Biologi atau Kimia untuk menegaskan
bahwa jenis-jenis pengetahuan ini tidak hanya berlaku untuk konsep-konsep yang berkaitan
dengan konsep matematis saja)

Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi peserta didik dengan
teori melalui eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pendidikan IPA di sekolah diharapkan
dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta
prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, yang didasarkan
pada metode ilmiah. Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses “mencari tahu” dan

6
“berbuat”, hal ini akan membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam.
Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat tersebut dinamakan dengan keterampilan proses
penyelidikan atau “enquiry KIills” yang meliputi mengamati, mengukur, menggolongkan, mengajukan
pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen untuk menjawab pertanyaan,
mengklasifikasikan, mengolah, dan menganalisis data, menerapkan ide pada situasi baru, menggunakan
peralatan sederhana serta mengkomunikasikan informasi dalam berbagai cara, yaitu dengan gambar, lisan,
tulisan, dan sebagainya. Melalui keterampilan proses dikembangkan sikap dan nilai yang meliputi rasa
ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, tidak percaya tahyul, kritis, tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap
lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan orang lain.

Oleh karena itu pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya:

1. memberikan pengalaman pada peserta didik sehingga mereka kompeten melakukan


pengukuran berbagai besaran fisis,
2. menanamkan pada peserta didik pentingnya pengamatan empiris dalam menguji suatu
pernyataan ilmiah (hipotesis). Hipotesis ini dapat berasal dari pengamatan terhadap
kejadian sehari-hari yang memerlukan pembuktian secara ilmiah,
3. latihan berpikir kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar matematika, yaitu sebagai
penerapan matematika pada masalah-masalah nyata yang berkaitan dengan peristiwa
alam,
4. memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif dalam kegiatan perancangan
dan pembuatan alat-alat sederhana maupun penjelasan berbagai gejala dan keampuhan
IPA dalam menjawab berbagai masalah.

2) Tujuan Pembelajaran IPA Terpadu

Pembelajaran IPA Terpadu memiliki tujuan sebagai berikut:

a) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran


Dalam Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai peserta didik masih dalam
lingkup bidang kajian energi dan perubahannya, materi dan sifatnya, dan makhluk hidup dan
proses kehidupan. Banyak ahli yang menyatakan pembelajaran IPA yang disajikan secara
disiplin keilmuan dianggap terlalu dini bagi anak usia 7-14 tahun, karena anak pada usia ini
masih dalam transisi dari tingkat berpikir operasional konkret ke berpikir abstrak. Selain itu,
peserta didik melihat dunia sekitarnya masih secara holistik. Atas dasar itu, pembelajaran IPA
hendaknya disajikan dalam bentuk yang utuh dan tidak parsial. Di samping itu pembelajaran

7
yang disajikan terpisah-pisah dalam energi dan perubahannya, makhluk hidup dan proses
kehidupan, materi dan sifatnya, dan bumi-alam semesta memungkinkan adanya tumpang
tindih dan pengulangan, sehingga membutuhkan waktu dan energi yang lebih banyak, serta
membosankan bagi peserta didik. Bila konsep yang tumpang tindih dan pengulangan dapat
dipadukan, maka pembelajaran akan lebih efisien dan efektif. Keterpaduan bidang kajian dapat
mendorong guru untuk mengembangkan kreativitas tinggi karena adanya tuntutan untuk
memahami keterkaitan antara satu materi dengan materi yang lain. Guru dituntut memiliki
kecermatan, kemampuan analitik, dan kemampuan kategorik agar dapat memahami
keterkaitan atau kesamaan materi maupun metodologi.

b) Meningkatkan minat dan motivasi


Pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi guru untuk mengembangkan situasi
pembelajaan yang utuh, menyeluruh, dinamis, dan bermakna sesuai dengan harapan dan
kemampuan guru, serta kebutuhan dan kesiapan peserta didik. Dalam hal ini, pembelajaran
terpadu memberikan peluang bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
tema yang disampaikan. Pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah dan memotivasi
peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau
hubungan antara konsep pengetahuan dan nilai atau tindakan yang termuat dalam tema
tersebut. Dengan model pembelajaran yang terpadu dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari,
peserta didik digiring untuk berpikir luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami
hubungan konseptual yang disajikan guru. Selanjutnya peserta didik akan terbiasa berpikir
terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistemik, dan analitik. Peserta didik akan lebih termotivasi
dalam belajar bila mereka merasa bahwa pembelajaran itu bermakna baginya, dan bila mereka
berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya.

c) Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus


Model pembelajaran IPA terpadu dapat menghemat waktu, tenaga, dan sarana, serta biaya
karena pembelajaran beberapa kompetensi dasar dapat diajarkan sekaligus. Di samping itu,
pembelajaran terpadu juga menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran. Hal ini terjadi
karena adanya proses pemaduan dan penyatuan sejumlah kompetensi inti, kompetensi dasar,
dan langkah pembelajaran yang dipandang memiliki kesamaan atau keterkaitan.

3) Konsep Pembelajaran Terpadu Dalam IPA

Kekuatan dan Kelemahan Pembelajaran Terpadu

8
Walaupun kompetensi inti dan kompetensi dasar IPA dikembangkan dalam bidang kajian,
pada tingkat pelaksanaan, guru memiliki keleluasaan dalam membelajarkan peserta didiknya
untuk mencapai kompetensi tersebut. Salah satu contoh yang akan dikembangkan dalam
model ini adalah guru dapat mengidentifikasi kompetensi inti dan kompetensi dasar yang
dekat dan relevan untuk dikemas dalam satu tema dan disajikan dalam kegiatan
pembelajaran yang terpadu. Yang perlu dicatat ialah pemaduan kegiatan dalam bentuk tema
sebaiknya dilakukan pada jenjang kelas yang sama dan masih dalam lingkup IPA .

Kekuatan/manfaat yang dapat dipetik melalui pelaksanaan pembelajaran terpadu antara lain
sebagai berikut.

(1) Dengan menggabungkan berbagai bidang kajian akan terjadi penghematan waktu, karena
ketiga bidang kajian tersebut (Energi dan perubahannya, Materi dan sifatnya, dan
Makhluk hidup dan proses kehidupan) dapat dibelajarkan sekaligus. Tumpang tindih
materi juga dapat dikurangi bahkan dihilangkan.
(2) Peserta didik dapat melihat hubungan yang bermakna antarkonsep Energi dan
perubahannya, Materi dan sifatnya, dan Makhluk hidup dan proses kehidupan.
(3) Meningkatkan taraf kecakapan berpikir peserta didik, karena peserta didik dihadapkan
pada gagasan atau pemikiran yang lebih luas dan lebih dalam ketika menghadapi situasi
pembelajaran.
(4) Pembelajaran terpadu menyajikan penerapan/aplikasi tentang dunia nyata yang dialami
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memudahkan pemahaman konsep dan
kepemilikan kompetensi IPA.
(5) Motivasi belajar peserta didik dapat diperbaiki dan ditingkatkan.
(6) Pembelajaran terpadu membantu menciptakan struktur kognitif yang dapat menjembatani
antara pengetahuan awal peserta didik dengan pengalaman belajar yang terkait,
sehingga pemahaman menjadi lebih terorganisasi dan mendalam, dan memudahkan
memahami hubungan materi IPA dari satu konteks ke konteks lainnya.
(7) Akan terjadi peningkatan kerja sama antarguru bidang kajian terkait, guru dengan
peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan narasumber;
sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks
yang lebih bermakna.

9
Di samping kekuatan/manfaat yang dikemukakan itu, model pembelajaran IPA Terpadu juga
memiliki kelemahan. Perlu disadari, bahwa sebenarnya tidak ada model pembelajaran yang
cocok untuk semua konsep, oleh karena itu model pembelajaran harus disesuaikan dengan
konsep yang akan diajarkan. Begitu pula dengan pembelajaran terpadu dalam IPA memiliki
beberapa kelemahan sebagai berikut ini.

(1) Aspek Guru: Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi,
keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani
mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk
terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang
akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak
terfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran
terpadu dalam IPA akan sulit terwujud.

(2) Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta
didik yang relatif “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun
kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan
pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-
hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali).
Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model pembelajaran terpadu ini
sangat sulit dilaksanakan.
(3) Aspek sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan
bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi,
mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan
mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka
penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat.
(4) Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian
ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target
penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan
materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.
(5) Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang
menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik
dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru

10
selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian
dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan
guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda.
(6) Suasana pembelajaran: Pembelajaran terpadu berkecenderungan
mengutamakan salah satu bidang kajian dan ‘tenggelam’nya bidang kajian lain.
Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah TEMA, maka guru
berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut
sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu
sendiri.

Sekalipun pembelajaran terpadu mengandung beberapa kelemahan selain keunggulannya,


sebagai sebuah bentuk inovasi dalam implementasi Kompetensi inti dan Kompetensi Dasar
perlu dikembangkan lebih lanjut. Untuk mengurangi kelemahan-kelemahan di atas, perlu
dibahas bersama antara guru bidang kajian terkait dengan sikap terbuka. Kesemuanya ini
ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pembelajaran IPA.

4) Pemaduan Konsep Dalam Pembelajaran IPA

Salah satu kunci pembelajaran terpadu yang terdiri atas beberapa bidang kajian adalah
menyediakan lingkungan belajar yang menempatkan peserta didik mendapat pengalaman belajar
yang dapat menghubungkaitkan konsep-konsep dari berbagai bidang kajian. Pengertian terpadu di
sini mengandung makna menghubungkan IPA dengan berbagai bidang kajian (Carin 1997;236).
Lintas bidang kajian dalam IPA adalah mengkoordinasikan berbagai disiplin ilmu seperti
makhluk hidup dan proses kehidupan, energi dan perubahannya, materi dan sifatnya, geologi, dan
astronomi. Sebenarnya IPA dapat juga dipadukan dengan bidang kajian lain di luar bidang
kajian IPA dan hal ini lebih sesuai untuk jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Mengingat
pembahasan materi IPA pada tingkat lebih tinggi semakin luas dan mendalam, maka pada jenjang
pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA, akan lebih baik bila keterpaduan dibatasi pada bidang
kajian yang termasuk bidang kajian IPA saja. Hal ini dimaksudkan agar tidak terlalu banyak guru
yang terlibat, yang akan membuka peluang timbulnya kesulitan dalam pembelajaran dan
penilaian, mengingat semakin tinggi jenjang pendidikan, maka semakin dalam dan luas pula
pemahaman konsep yang harus diserap oleh peserta didik.

Pembelajaran terpadu diawali dengan penentuan TEMA, karena penentuan tema akan membantu
peserta didik dalam beberapa aspek yaitu:

11
(a) peserta didik yang bekerja sama dengan kelompoknya akan lebih bertanggung jawab,
berdisiplin, dan mandiri;
(b) peserta didik menjadi lebih percaya diri dan termotivas dalam belajar bila mereka berhasil
menerapkan apa yang telah dipelajarinya;
(c) peserta didik lebih memahami dan lebih mudah mengingat karena mereka ‘mendengar’,
‘berbicara’, ‘membaca’, ‘menulis’ dan ‘melakukan’ kegiatan menyelidiki masalah yang
sedang dipelajarinya;
(d) memperkuat kemampuan berbahasa peserta didik;
(e) belajar akan lebih baik bila peserta didik terlibat secara aktif melalui tugas proyek,
kolaborasi, dan berinteraksi dengan teman, guru, dan dunia nyata.

Oleh karena itu, jika guru hendak melakukan pembelajaran terpadu dalam IPA, sebaiknya
memilih tema yang menghubungkaitkan antara IPA–lingkungan- teknologi-masyarakat. Berikut
ini diberikan contoh pembelajaran IPA Terpadu dengan tema yang bernuansa IPA-lingkungan-
teknologi-masyarakat.

Contoh 1:

Gambar 2.3. Jaringan tema rokok

Contoh 2:

12
Gambar 2.4 Jaringan Tema Energi

Contoh 3:

Gambar 2.5. Jaringan Tema Proses-proses Yang Terjadi di Lapisan Biosfer

5) Strategi Pelaksanaan Pembelajaran IPA Terpadu

Perencanaan

Secara konseptual yang dimaksud terpadu pada pengembangan pembelajaran IPA dapat berupa
contoh, aplikasi, pemahaman, analisis, dan evaluasi dalam mata pelajaran IPA. Konsep-konsep

13
yang dapat dipadukan pada semester yang berlainan pembelajarannya dapat dilaksanakan pada
semester yang sama (tertentu) dengan tidak meninggalkan kompetensi inti dan kompetensi dasar
pada semester lainnya. Keberhasilan pembelajaran terpadu akan lebih optimal jika perencanaan
mempertimbangkan kondisi dan potensi peserta didik (minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan).
Kompetensi inti dan kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik sudah tercantum dalam
Kompetensi inti dan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPA.

Ada berbagai model dalam mengembangkan pembelajaran IPA Terpadu yang dapat dilihat pada
alur penyusunan perencanaan pembelajaran terpadu berikut ini:

Gambar 2.6. Alur Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Terpadu

Langkah (1):

Menetapkan bidang kajian yang akan dipadukan. Pada saat menetapkan beberapa bidang kajian
yang akan dipadukan sebaiknya sudah disertai dengan alasan atau rasional yang berkaitan dengan
pencapaian kompetensi inti dan kompetensi dasar oleh peserta didik dan kebermaknaan belajar.

Langkah (2):

14
Langkah berikutnya dalam pengembangan model pembelajaran terpadu adalah mempelajari
kompetensi inti dan kompetensi dasar dari bidang kajian yang akan dipadukan dan melakukan
pemetaan pada semua Kompetensi Dasar bidang kajian IPA per kelas yang dapat dipadukan.
Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh.

Beberapa ketentuan dalam pemetaan Kompetensi Dasar dalam pengembangan model


pembelajaran IPA terpadu adalah sebagai berikut.

a) Mengidentifikasikan beberapa Kompetensi Dasar yang memiliki potensi untuk dipadukan.


b) Beberapa Kompetensi Dasar yang tidak berpotensi dipadukan, jangan dipaksakan untuk
dipadukan dalam pembelajaran. Kompetensi Dasar yang tidak diintegrasikan
dibelajarkan/disajikan secara tersendiri.
c) Kompetensi Dasar dipetakan tidak harus berasal dari semua yang ada pada mata pelajaran
IPA pada kelas yang sama, melainkan memungkinkan hanya dua atau tiga Kompetensi Dasar
saja.
d) Kompetensi Dasar yang sudah dipetakan dalam satu topik/tema masih bisa dipetakan dengan
topik/tema lainnya.

Langkah (3):

Setelah pemetaan Kompetensi Dasar selesai, langkah selanjutnya dilakukan penentuan tema
pemersatu antar-Kompetensi Dasar. Tema yang dipilih harus relevan dengan Kompetensi Dasar
yang telah dipetakan dan dapat dirumuskan dengan melihat isu-isu yang terkini, misalnya
penyakit demam berdarah, HIV/AIDS, dan lainnya, kemudian baru dilihat koneksitasnya dengan
kompetensi dasar dari berbagai bidang kajian IPA. Dengan demikian, dalam satu mata pelajaran
IPA pada satu tingkatan kelas terdapat beberapa topik yang akan dibahas.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan topik/tema pada pembelajaran IPA
Terpadu antara lain meliputi hal-hal berikut.

a) Tema, dalam pembelajaran IPA Terpadu, merupakan perekat antar-Kompetensi Dasar yang
terdapat dalam bidang kajian IPA.
b) Tema yang ditentukan selain relevan dengan Kompetensi-kompetensi Dasar yang terdapat
dalam satu tingkatan kelas, juga sebaiknya relevan dengan pengalaman pribadi peserta didik,
dalam arti sesuai dengan keadaan lingkungan setempat.

15
c) Dalam menentukan topik, isu sentral yang sedang berkembang saat ini, dapat menjadi
prioritas yang dipilih dengan tidak mengabaikan keterkaitan antar-Kompetensi Dasar pada
bidang kajian yang telah dipetakan.

Langkah (4):

Membuat matriks keterhubungan kompetensi dasar dan tema/topik pemersatu. Tujuannya adalah
untuk menunjukkan kaitan antara tema/topik dengan kompetensi dasar yang dapat dipadukan.

Langkah (5):

Setelah membuat matriks keterhubungan kompetensi dasar dan tema pemersatu, maka
Kompetensi-kompetensi Dasar tersebut dijabarkan ke dalam indikator pencapaian hasil belajar
yang nantinya digunakan untuk penyusunan silabus.

Langkah (6):

Menyusun silabus pembelajaran IPA terpadu, dikembangkan dari berbagai indikator bidang
kajian IPA menjadi beberapa kegiatan pembelajaran yang konsep keterpaduan atau keterkaitan
menyatu antara beberapa bidang kajian IPA. Komponen penyusunan silabus terdiri dari
Kompetensi inti IPA, Kompetensi Dasar, Indikator, Kegiatan Pembelajaran, Alokasi Waktu,
Penilaian, dan Sumber Belajar.

Langkah (7):

Setelah teridentifikasi peta Kompetensi Dasar dan tema yang terpadu, selanjutnya adalah
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada pembelajaran IPA Terpadu, sesuai dengan
Standar Isi, keterpaduan terletak pada strategi pembelajaran. Hal ini disebabkan Kompetensi inti
dan Kompetensi Dasar telah ditentukan dalam Standar Isi.

Rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut merupakan realisasi dari pengalaman belajar


peserta didik yang telah ditentukan pada silabus pembelajaran terpadu. Komponennya
terdiri atas: identitas mata pelajaran, Kompetensi Dasar yang hendak dicapai, materi
pokok beserta uraiannya, langkah pembelajaran, alat media yang digunakan, penilaian
dan tindak lanjut, serta sumber bahan yang digunakan.

16
b. Model Pelaksanaan Pembelajaran (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

Model pelaksanaan pembelajaran dalam hal ini adalah menjabarkan silabus menjadi rencana
pelaksanaan pembelajaran terpadu, dikemas dalam kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup/tindak lanjut.

1) Kegiatan Awal/Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal yang harus ditempuh guru dan peserta didik
pada setiap kali pelaksanaan pembelajaran terpadu. Fungsinya terutama untuk menciptakan
suasana awal pembelajaran yang efektif, yang memungkinkan peserta didik dapat mengikuti
proses pembelajaran dengan baik. Efisiensi waktu dalam kegiatan awal ini perlu
diperhatikan, karena waktu yang tersedia relatif singkat yaitu antara 5-10 menit. Dengan
waktu yang relatif singkat tersebut, diharapkan guru dapat menciptakan kondisi awal
pembelajaran dengan baik sehingga peserta didik siap mengikuti pembelajaran dengan
seksama.

Kegiatan utama yang dilaksanakan dalam pendahuluan pembelajaran ini di antaranya


untuk menciptakan kondisi-kondisi awal pembelajaran yang kondusif, melaksanakan
kegiatan apersepsi (apperception), dan penilaian awal (pre-test). Penciptaan kondisi
awal pembelajaran dilakukan dengan cara: mengecek atau memeriksa kehadiran
peserta didik (presence, attendance), menumbuhkan kesiapan belajar peserta didik
(readiness), menciptakan suasana belajar yang demokratis, membangkitkan motivasi
belajar peserta didik, dan membangkitkan perhatian peserta didik. Melaksanakan
apersepsi (apperception) dilakukan dengan cara: mengajukan pertanyaan tentang
bahan pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya dan memberikan komentar
terhadap jawaban peserta didik, dilanjutkan dengan mengulas materi pelajaran yang
akan dibahas. Melaksanakan penilaian awal dapat dilakukan dengan cara lisan pada
beberapa peserta didik yang dianggap mewakili seluruh peserta didik, bisa juga
penilaian awal ini dalam prosesnya dipadukan dengan kegiatan apersepsi.

Berdasarkan Aktivitas 2.1. mengenai identifikasi jenis-jenis pengetahuan yang


membangun sebuah konsep, dapat dengan mudah kita memetakan bahwa saat
mempelajari konsep hukum Ohm, peserta didik harus menguasai konsep-konsep
prasyaratnya. Konsep-konsep pra-syarat ini telah mereka peroleh pada pertemuan-
pertemuan sebelumnya, baik di tingkatan sekolah menengah (kelas atau semester

17
berbeda) maupun tingaktan sekolah dasar dahulu. Konsep-konsep prasyarat yang
dimaksud untuk menunjang konsep pada aktivitas 2.1. diantaranya adalah: tegangan,
kuat arus, rangkaian tertutup, serta prinsip kerja dan pengukuran menggunakan
amperemeter. Konsep-konsep prasyarat ini perlu dipastikan telah peserta didik kuasai
sebelum kegiatan pembelajaran dilanjutkan. Aktivitas memastikan penguasaan
konsep-konsep pra-syarat ini tidak lain adalah kegiatan apersepsi.

2) Kegiatan Inti

Kegiatan inti merupakan kegiatan pelaksanaan pembelajaran terpadu yang


menekankan pada proses pembentukan pengalaman belajar peserta didik (learning
experience). Pengalaman belajar dapat terjadi melalui kegiatan tatap muka dan
kegiatan non-tatap muka. Kegiatan tatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan
pembelajaran yang peserta didik dapat berinteraksi langsung dengan guru maupun
dengan peserta didik lainnya. Kegiatan nontatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan
pembelajaran yang dilakukan peserta didik dengan sumber belajar lain di luar kelas
atau di luar sekolah.

Kegiatan inti pembelajaran terpadu bersifat situasional, yakni disesuaikan dengan


situasi dan kondisi setempat. Terdapat beberapa kegiatan yang dapat dilakukan
dalam kegiatan inti pembelajaran terpadu, di antaranya adalah sebagai berikut ini.

a) Kegiatan yang paling awal: Guru memberitahukan tujuan atau kompetensi dasar
yang harus dicapai oleh peserta didik beserta garis besar materi yang akan
disampaikan. Cara yang paling praktis adalah menuliKIannya di papan tulis
dengan penjelasan secara lisan mengenai pentingnya kompetensi tersebut yang
akan dikuasai oleh peserta didik.
b) Alternatif kegiatan belajar yang akan dialami peserta didik. Guru menyampaikan
kepada peserta didik kegiatan belajar yang harus ditempuh peserta didik dalam
mempelajari tema atau topik yang telah ditentukan. Kegiatan belajar hendaknya
lebih mengutamakan aktivitas peserta didik, atau berorientasi pada aktivitas
peserta didik. Guru hanya sebagai fasilitator yng memberikan kemudahan

18
kepada peserta didik untuk belajar. Peserta didik diarahkan untuk menemukan
sendiri apa yang dipelajarinya. Prinsip belajar sesuai dengan ’konstruktivisme’
hendaknya dilaksanakan dalam pembelajaran terpadu.
Dalam membahas dan menyajikan materi/bahan ajar terpadu harus diarahkan pada suatu
proses perubahan tingkah laku peserta didik, penyajian harus dilakukan secara terpadu
melalui penghubungan konsep di bidang kajian yang satu dengan konsep di bidang kajian
lainnya. Guru harus berupaya untuk menyajikan bahan ajar dengan strategi mengajar yang
bervariasi, yang mendorong peserta didik pada upaya penemuan pengetahuan baru, melalui
pembelajaran yang bersifat klasikal, kelompok, dan perorangan.

3) Kegiatan Akhir/Penutup dan tindak lanjut

Kegiatan akhir dalam pembelajaran terpadu tidak hanya diartikan sebagai kegiatan
untuk menutup pelajaran, tetapi juga sebagai kegiatan penilaian hasil belajar peserta
didik dan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan tindak lanjut harus ditempuh berdasarkan
pada proses dan hasil belajar peserta didik. Waktu yang tersedia untuk kegiatan ini
relatif singkat, oleh karena itu guru perlu mengatur dan memanfaatkan waktu
seefisien mungkin. Secara umum kegiatan akhir dan tindak lanjut dalam
pembelajaran terpadu di antaranya:

a) Mengajak peserta didik untuk menyimpulkan materi yang telah diajarkan.

b) Melaksanakan tindak lanjut pembelajaran dengan pemberian tugas atau latihan


yang harus dikerjakan di rumah, menjelaKIan kembali bahan yang dianggap
sulit oleh peserta didik, membaca materi pelajaran tertentu, memberikan
motivasi atau bimbingan belajar.

c) Mengemukakan topik yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

d) Memberikan evaluasi lisan atau tertulis.

19
c. Penilaian

Objek dalam penilaian pembelajaran terpadu mencakup penilaian terhadap proses dan
hasil belajar peserta didik. Penilaian proses belajar adalah upaya pemberian nilai terhadap
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta didik, sedangkan penilaian
hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai
dengan menggunakan kriteria tertentu. Hasil belajar tersebut pada hakikatnya merupakan
pencapaian kompetensi-kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan,
sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
Kompetensi tersebut dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan indikatornya yang
dapat diukur dan diamati. Penilaian proses dan hasil belajar itu saling berkaitan satu
dengan lainnya, hasil belajar merupakan akibat dari suatu proses belajar.

Penilaian yang dikembangkan mencakup teknik, bentuk dan instrumen yang digunakan
terdapat pada lampiran. Model penilaian ini disesuaikan dengan penilaian berbasis kelas
pada Kompetensi inti dan Kompetensi Dasar. Objek penilaian mencakup penilaian
terhadap proses dan hasil belajar peserta didik.

1) Teknik Penilaian

Teknik penilaian merupakan cara yang digunakan dalam melaksanakan penilaian


tersebut. Teknik-teknik yang dapat diterapkan untuk jenis tagihan tes meliputi: (1)
Kuis dan (2) Tes Harian. Untuk jenis tagihan nontes, teknik-teknik penilaian yang
dapat diterapkan adalah: (1) observasi, (2) angket, (3) wawancara,(4) tugas, (5)
proyek, dan (6) portofolio.

2) Bentuk Instrumen
Bentuk instrumen merupakan alat yang digunakan dalam melakukan
penilaian/pengukuran/evaluasi terhadap pencapaian kompetensi peserta didik.
Bentuk-bentuk instrumen yang dikelompokkan menurut jenis tagihan dan teknik
penilaian adalah:

(a) Tes: isian, benar-salah, menjodohkan, pilihan ganda, uraian, dan unjuk kerja

(b) Nontes: panduan observasi, kuesioner, panduan wawancara, dan rubrik.

3) Instrumen
20
Instrumen merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat
ketercapaian kompetensi. Apabila penilaian menggunakan tehnik tes tertulis uraian,
tes unjuk kerja dan tugas rumah yang berupa proyek, harus disertai rubrik penilaian.

Jenis penilaian terpadu terdiri atas tes dan bukan tes. Sistem penilaian dengan
menggunakan tes merupakan sistem penilaian konvensional. Sistem ini kurang dapat
menggambarkan kemampuan peserta didik secara menyeluruh, sebab hasil belajar
digambarkan dalam bentuk angka yang gambaran maknanya sangat abstrak. Oleh
karena itu untuk melengkapi gambaran kemajuan belajar secara menyeluruh maka
dilengkapi dengan non-tes, seperti terlihat pada gambar 2.7. berikut ini.

Gambar 2.7. Model Penilaian Pembelajaran Terpadu

Guru dapat mempraktikkan beberapa teknik penilaian, baik yang termasuk dalam
ranah kognitif, afektik, maupun psikomotor. Tugas berupa laporan baik secara

21
individu maupun kelompok sebaiknya berupa tugas aplikasi, misalnya merupakan
hasil pengamatan di luar kelas. Dapat pula berupa tugas sintesis dan evaluasi,
misalnya tugas pemecahan masalah lingkungan dan usulan cara penanggulangannya.
Melalui penugasan ini maka kemampuan berpikir dan kepekaan peserta didik akan
terasah.

Untuk keperluan pelaporan hasil penilaian guru dapat memberikan bobot bagi setiap
tugas yang diberikan tergantung pada pertimbangan guru sesuai dengan karakteristik
tugas, baik tes maupun nontes. Penilaian untuk pelaporan mengacu pada pedoman
penilaian. Oleh karena keterpaduan pembelajaran IPA meliputi bidang kajian energi
dan perubahannya, materi dan sifatnya, makhluk hidup dan proses kehidupan, maka
dalam pelaporan hasil penilaian tidak menjadi masalah. Ketiganya akan dipadukan
menjadi nilai bidang kajian IPA.

Perkembangan Teknologi telah memberikan banyak sekali teknik atau ragam


pelaksanaan proses penilaian di kelas. Berikut adalah beberapa contoh proses
penilaian di kelas dengan memanfaatkan aplikasi dalam jaringan yang dapat
digunakan guru.

Quizizz (Aktivitas Menyimak 2.1.)

https://www.youtube.com/watch?v=Uit4yJRy0vs

Kahoot (Aktivitas Menyimak 2.2.)

https://www.youtube.com/watch?v=M4ITc77mLSk

Plickers (Aktivitas Menyimak 2.3.)

https://www.youtube.com/watch?v=KE3Sgw4fiQ4

Mari Kita Lakukan

22
Aktivitas 2.2. Mencoba Memanfaatkan Aplikasi Penilaian Interaktif

Pelajari ketiga jenis aplikasi penilaian ineteraktif yang telah disajikan sebelumnya. Pilihlah
minimal 2 dari ketiga aplikasi tersebut (dapat juga dicoba seluruhya) dan cobakan di kelas
sebagai bagian penilaian formatif.

Diskusikan
1) Berdasarkan pengalaman mencoba tersebut, identifikasi kelebihan dan kekurangan
masing-masing aplikasi tersebut.
2) Manakah menurut anda yang merupakan aplikasi paling mudah dibuat dan dioperasikan
sesuai dengan karakteristik peserta didik dan fasilitas yang dimiliki sekolah?
3) Manakah menurut anda yang merupakan aplikasi paling menarik bagi siswa
dibandingkan aplikasi lainnya, mengapa demikian?

Simpulkan

Coba cermati lebih jauh berdasarkan karakteristik aplikasi dan pengalaman mencoba di
kelas yang telah dilakukan, bagaimanakah karakteristik penilaian yang sesuai untuk
masing-masing aplikasi yang telah dicoba.

d. Pengelolaan Laboratorium IPA Untuk Pembelajaran

Laboratorium adalah tempat untuk mengaplikasikan teori keilmuan, pengujian teoritis,


pembuktian uji coba, penelitian, dan sebagainya dengan menggunakan alat bantu
yang menjadi kelengkapan dari fasilitas dengan kuantitas dan kualitas yang memadai
(Depdiknas, 2002). Laboratorium juga merupakan suatu tempat dimana terjadi berbagai
aktivitas yang melibatkan bahan, peralatan gelas dan instrumentasi khusus yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan bila dilakukan dengan cara yang tidak tepat.
Kecelakaan itu dapat juga terjadi karena kelalaian atau kecerobohan kerja, ini dapat
membuat orang tersebut cedera, dan bahkan bagi orang disekitarnya. Keselamatan kerja di
laboratorium merupakan kewajiban bagi setiap individu yang sadar akan kepentingan
kesehatan, keamanan dan kenyamanan kerja.

Beraktivitas dengan selamat dan aman berarti menurunkan resiko kecelakaan. Alat dan
bahan yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium sains memerlukan perlakuan

23
khusus sesuai sifat dan karakteristik masing-masing. Perlakuan yang salah dalam
membawa, menggunakan dan menyimpan alat dan bahan di laboratorium sains dapat
menyebabkan kerusakan alat dan bahan, terjadinya kecelakaan kerja serta dapat
menimbulkan penyakit. Cara memperlakukan alat dan bahan di laboratorium sains secara
tepat dapat menentukan keberhasilan dan kelancaran kegiatan.

Kecelakaan menurut WHO merupakan suatu kejadian di luar kemampuan manusia,


disebabkan oleh kekuatan dari luar, terjadi dalam sekejap menimbulkan kerusakan
terhadap jasmani maupun rohani. Setiap laboratorium dengan segala desain dan
aktifitasnya memiliki potensi untuk terjadinya kecelakaan. Untuk itulah perlu diupayakan
untuk menghindarkaan atau paling tidak meminimalkan kemungkinan terjadinya
kecelakaan. Kecelakaan di laboratorium dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan dan
pemahaman mengenai bahan kimia, proses-proses dan perlengkapan atau peralatan yang
tidak jelas serta kurangnya bimbingan terhadap siswa yang sedang bekerja di
laboratorium. Selain itu tidak tersedianya perlengkapan keamanan dan pelindung untuk
kegiatan, tidak mengikuti petunjuk atau aturan yang seharusnya ditaati, tidak
menggunakan perlengkapan pelindung atau menggunakan peralatan/ bahan tidak sesuai
dan tidak berhati-hati dalam kegiatan dapat pula menjadi sumber kecelakaan. Berikut
mari kita simak tayangan persiapan pelaksanaan kegiatan laboratorium yang
dimaksudkan untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja di laboratorium pada tayangan
berikut ini:

(Aktivitas Menyimak 2.4.)

https://www.youtube.com/watch?v=K1TbLIh3UfQ

Pada laboratorium sains yang terdapat di sekolah guru sebagai pengelola maupun sebagai
guru mata pelajaran sains bertanggung jawab atas keselamatan kerja siswa di laboratorium.
Tanggung jawab tersebut diwujudkan dalam bentuk upaya-upaya preventif untuk mencegah
terjadinya kecelakaan di laboratorium. Upaya-upaya preventif tersebut dapat antara lain
dengan menyediakan:

1) Alat pemadam api


2) Alat untuk menghindarkan terjadinya kebocoran gas

24
3) Kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakanan (P3K)

Gambar 2.8. Peralatan Pemadam Api, Pengaman Tabung Gas dan Kotak P3K

Selain peralatan tersebut pengelola laboratorium wajib melakukan tindakan preventif yaitu
dengan:

1) Membuat desain dan penataan ruangan yang memenuhi persyaratan keamananan


2) Mengetahui lokasi dan perlengkapan darurat
3) Menggunakan perlengkapan keselamatan pada saat bekerja
4) Memahami sifat bahan dan memahami kemungkinan bahaya yang terjadi
5) Memberikan tanda peringatan pada bahan atau alat yang berbahaya
6) Membuat aturan agar setiap pengguna bekerja dengan prosedur yang benar
7) Membuang sisa kegiatan/praktikum di tempat yang telaah disediakan dan dengan
prosedur yang benar.
8) Menjaga kebersihan dan kerapihan laboratorium

Desain dan penataan ruang yang memenuhi persyaratan keamanan dapat dilihat pada gambar
berikut ini :

25
Gambar 2.9. Desain Penataan Ruang Laboratorium

Secara umum, Kecelakaan kerja dalam laboratorium dapat berupa:

1) Terluka,
2) Terbakar
3) Terkena Racun
4) Terkena Zat Korosif
5) Terkena Radiasi
6) Terkena Kejutan Listrik

Kecelakaan dalam laboratorium dapat disebabkan oleh keteledoran manusia, maupun kondisi
alat, sarana, dan prasarana laboratorium yang memang berbahaya jika tidak diperlakukan secara
khusus. Berikut merupakan beberapa contoh bahaya yang perlu diketahui guru IPA sebagai
pengelola dan pengguna Laboratorium:

26
1) Bahaya Listrik Penyebab:
a) I > 80 mA (DC), I > 20 mA 50 Hz (AC)
b) Kulit basah
c) Terkonduksi dengan bumi

Pencegahan:

a) Memastikan casis alat elektronik tidak hidup (mengalami kebocoran listrik) secara
periodik
b) Kapasitor > 10000 uF disimpan dalam keadaan short
c) Memakai alas kaki dari karet
d) Memakai sarung tangan karet
2) Bahaya Radiasi Penyebab:
a) Radiasi meng-ion-kan: tabung sinar
b) X, zat radioaktif.
c) Laser berdaya > 10-2 W/cm2
d) Sinar ultraviolet

Pencegahan:

a) Tidak mengarahkan sinar radiasi langsung ke tubuh


b) Tidak memindahkan sumber radioaktif dari tempat yang sudah disediakan
c) Tidak mengarahkan laser ke mata
d) Tidak melihat langsung sumber ultraviolet
e) Tidak mengarahkan mata ke proses las

3) Bahaya Hayati/Biologi Bahaya hayati dapat disebabkan oleh bakteri patogenik.

Tabel 3. Macam-macam bakteri patogenik dan penyakit yang ditimbulkan

27
Untuk menghindari terjadinya bahaya biologi perlu dilakukan tindakan-tindakan pencegahan:

a) Disarankan tidak menggunakan mikroba patogenik untuk percobaan


b) Untuk kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan mikroorganisme : prinsip kerja
aseptik, alatalat yang digunakan harus steril (disterilisasi dengan autoklaf), seka meja
kerja dengan alkohol 70%, mencuci tangan,dll.
c) Limbah mikroorganisme harus dimusnahkan sebelum dibuang, dengan jalan di otoklaf
atau didesinfeksi menggunakan natrium hipoklorit 5% selama 30’ atau larutan
desinfektan.
d) Untuk sisa hewan yang sudah mati, lebih baik dikubur dan jangan dibuang ke tempat
sampah, jika masih hidup lebih baik dikembalikan lagi ke habitatnya.
e) Menyimpan kultur di tempat khusus, di-isolasi
f) Ruang percobaan harus tertutup

Ada beberapa simbol sebagai tanda peringatan dan label harus terpasang pada botol karena sangat penting
untuk untuk menghindari terjadinya kecelakaan. Contoh simbol seperti ini :

28
Gambar 2.10. Contoh simbol-simbol keselamatan kerja

Zat Kimia Potensial Berbahaya

Ada beberapa jenis zat kimia yang potensial berbahaya.

1) Zat korosif: zat yang dapat merusak zat yang dikenainya, yaitu :
a) Asam : asam nitrat, asam asetat, asam sulfat
b) Basa : NaOH, KOH, larutan amonia dengan air
c) Zat-zat yang menghasilkan zat korosif dengan air: HCl, AlCl2, Br2, fenol, fosfor,
SO2.
2) Zat beracun: zat yang menyebabkan orang menjadi sakit bahkan kematian, contoh: logam
berat, gas CO,H2S, asbes dll.
3) Zat karsinogenik: zat yang berpotensi dapat menyebabkan kanker, Contohnya adalah
jenis amina aromatik, metil yodida, karbon tetraklorida, benzena, hasil reaksi
formaldehida dengan hirdogen klorida yaitu bischloromethyl eter,

Untuk lebih memperluas pengetahuan kita berkenaan dengan jenis-jenis bahan berbahaya yang
harus diperhatikan saat melakukan aktivitas laboratorium, mari kita simak tayangan video
berikut ini:

(Aktivitas Menyimak 2.5.)

29
https://www.youtube.com/watch?v=ck_T9ELL0Q8

Untuk mencegah terjadinya bahaya kimia, laboratorium disarankan mengajarkan siswanya


mengenai 30 simbol-simbol/tanda peringatan yang terdapat pada label bahan kimia. Hal ini perlu
dilakukan agar siswa mengerti tingkat kewaspadaan yang diperlukan, dan penanganan yang
harus dilakukan jika terjadi kecelakaan. Beberapa tanda peringatan yang paling penting untuk
diperhatikan dalam laboratorium:

Tabel 4. Simbol-simbol kimia dan keterangannya

30
Penempatan bahan kimia pun diusahakan agar aman. Beberapa bahan kimia mudah bereaksi
sehingga dapat membahayakan. Bahan kimia yang mudah bereaksi misalnya asam sulfat
(H2SO4) pekat dan natrium hidroksida (NaOH) pekat yang bereaksi menghasilkan air (H2O) dan
garam sulfat (Na2SO4). Kedua zat tersebut bahkan bereaksi dengan cepat ketika berwujud uap
dan uap garam sulfat membahayakan jika terhirup. Untuk lebih jelasnya, berikut penjelasan dari
beberapa simbol yang umum digunakan pada bahan-bahan kimia di Laboratorium:

(Aktivitas Menyimak 2.6.)

https://www.youtube.com/watch?v=n-hjlwA63gk

31
Gambar 2.11. Merupakan petunjuk penempatan bahan kimia menurut Ibnu Susanto.

Gambar 2.11. Petunjuk penempatan bahan kimia menurut Ibnu Susanto


[Susanto, 2011]

Selain cara tersebut, kita juga dapat memperhatikan penyimpanan bahan-bahan kimia
berdasarkan kelasnya, seperti yang dijelaskan pada tayangan berikut ini:

32
(Aktivitas Menyimak 2.7.)

https://www.youtube.com/watch?v=OrowQcOhnlw

Sebagai pengingat apa yang telah dipelajari pada bagian bahan kimia ini, mari kita simak
rangkuman kategori bahan-bahan kimia di laboratorium berikut ini:

(Aktivitas Menyimak 2.8.)

https://www.youtube.com/watch?v=PuLEcSEoSpc

Pelaksanaan praktikum di tingkat SMP tidak terlepas dari tuntutan Kurikulum. Kurikulum
mensyaratkan beberapa kompetensi dasar dapat dicapai dengan melaksnakan praktikum
misalnya pada materi kemagnetan, kelistrikan, gelombang dan optic, gaya dan energy, perubahan
sifat kimia, pemuaian, sistem respirasi, sistem pencernaan, sistem peredaran darah. Semua
kegiatan tersebut mengandung resiko kecelakaan apabila tidak dilaksanakan dengan hati-hati.
Pada percobaan untuk menguji perubahan sifat kimia, praktikum pengujian bahan makanan dan
praktikum untuk menguji fotosintesis misalnya, pada praktikum ini menggunakan api sebagai
salah satu bahan yang harus digunakan siswa, apabila tidak hati-hati potensi terjadinya
kebakaran cukup besar. Demikian pula praktikum yang menggunakan alat-alat gelas yang rentan
pecah, maka pecahan gelas tersebut dapat melukai siswa yang tidak hati-hati.

Penggunaan bahan-bahan kimia misalnya alkohol yang digunakan untuk melarutkan klorofil
pada daun pada praktikum fotosintesis dan penggunaan chloroform dalam praktikum
pembedahan juga harus hati-hati. Misalnya alkohol tidak boleh dipanaskan langsung di api
karena dapat meledak sehingga dalam pelaksanaannya alkohol dipanaskan dengan cara direbus
dalam air yang sedang dipanaskan. Untuk chloroform karena sifatnya dapat membius dan mudah
menguap, maka perlu hati-hati dalam menggunakannya.

Tugas Guru untuk Menjaga Keselamatan Siswa di Laboratorium

33
Guru wajib selalu mengingatkan siswa untuk selalu berhati-hati dalam bekerja. Siswa diberi
pengetahuan tentang symbol-symbol tanda bahaya berikut artinya, sisw juga diberi pengetahuan
akan bahan-bahan kimia berbahaya. Siswa setingkat SMP sebaiknya tidak dibiarkan melakukan
praktikum tanpa pengawasan. Guru juga harus menerapkan tata tertib yang ketat ketika
mengajak siswa bekerja di laboratorium. Siswa yang cenderung tidak fokus sebaiknya segera
diperingatkan ketika bekerja di laboratorium, Siswa sudah seharusnya dilatih untuk bertanggung
jawab atas semua alat dan bahan yang digunakan dan dibiasakan untuk selalu menjaga
kebersihan laboratorium. Sisa-sisa bahan praktikum yang dapat membusuk dan menimbulkan
bau tidak sedap harus dibuang diluar laboratorium. Siswa juga dibiasakan untuk menjaga
kebersihan bak pencucian dan tidak menjadikannya sebagai tempat sampah. Selain itu siswa
sebaiknya juga dibiasakan untuk mematikan kran air dan seluruh sumber listrik yang tidak
terpakai ketika meninggalkan laboratorium.

Bila terjadi keadaan darurat maka tindakan yang harus segera dilakukan adalah sebagai berikut :

a) Bila terkena bahan kimia maka yang harus dilakukan adalah :


1) Jangan panik.
2) Mintalah bantuan rekan anda yang berada didekat anda.
3) Bersihkan bagian yang mengalami kontak langsung tersebut (cuci bagian yang
mengalami kontak langsung tersebut dengan air apabila memungkinkan).
4) Bila kulit terkena bahan Kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar.
5) Bawa ketempat yang cukup oksigen.
6) Hubungi paramedik secepatnya(dokter, rumah sakit).
b) Jika terjadi kebakaran maka yang harus dilakukan adalah
1) Jangan panik.
2) semprotkan gas pemadam api apabila api masih mungkin dipadamkan.
3) Mintalah bantuan terdekat dari kolega anda.
4) Hindari mengirup asap secara langsung.
5) Tutup pintu untuk menghambat api membesar dengan cepat (jangan dikunci).
6) Pada gedung tinggi gunakan tangga darurat.
7) Hubungi pemadam kebakaran.

34
Tindakan pencegahan kecelakaan kerja di Laboratorium telah dibahas, berikut akan kita
simak bersama bagaimana penanganan kecelakaan kerja yang terjadi di Laboratorium
pada tayangan berikut ini:

(Aktivitas Menyimak 2.9)

https://www.youtube.com/watch?v=r4yPVsYkLIw

Kebiasaan-kebiasaan positif tersebut sebaiknya dengan disiplin diterapkan guru sebagai


salah satu standar untuk menjaga keselamatan bekerja di laboratorium Laboratorium
adalah sumber pembelajaran yang penting bagi siswa. Di dalam laboratorium tersimpan
bahan-bahan dan peralatan yang berpotensi menjadi penyebab kecelakaan apabila
digunakan dengan tidak benar oleh karena itu guru sebagai pengelola dan guru mata
pelajaran IPA wajib melakukan upaya-upaya preventif baik berupa sosialisasi terhadap
perlunya berhati-hati dan menerapkan standar operasional yang baku untuk beraktivitas di
dalam laboratorium. Serta juga menerapkan disiplin dan menerapkan aturan yang ketat
bagi siapa saja yang akan melaksanakan praktikum di laboratorium.

Sebagai penutup sub bagian ini, silahkan anda simak pemaparan Pengelolaan
Laboratorium IPA di Sekolah berikut ini:

(Aktivitas Menyimak 2.10.)

Pengelolaan Laboratorium IPA di Sekolah.ppt

e. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Dinamika proses pembelajaran di kelas bukanlah suatu keniscayaan. Heterogenitas


karakteristik peserta didik, tingkat aksesibilitas dan kualitas media dan bahan ajar, bentuk
pembelajaran yang berkembang pesat mengikuti perkembangan karakter peserta didik,
serta tuntutan penumbuhan, pengembangan, maupun peningkatan kemampuan,
keterampilan, serta sikap peserta didik yang semakin beragam menjadi beberapa hal
umum yang biasanya menjadi penentu bagaimana praktisi Pendidikan mengukur kualitas
pembelajarannya di kelas. Untuk mencapai kualitas pembelajaran yang diinginkan,
tentunya guru sebagai praktisi Pendidikan tidak dapat hanya sekedar menjalankan
rutinitas melakukan transfer of knowledge dalam proses pembelajarannya. Lebih dari

35
semua itu, kesadaran secara sistematis dan terstruktur dalam mengelola proses
pembelajaran perlu dilakukan dengan tujuan yang jelas dan terarah. Simaklah tayangan
infografis berikut ini untuk mengenal secara umum bagaimana ciri dan prinsip upaya
peningkatan kualitas pembelajaran di kelas melalui proses Penelitian Tindakan Kelas
(PTK):

(Aktivitas Menyimak 2.11.)

https://www.youtube.com/watch?v=2jY9ZMKoFq8

Penelitian tindakan merupakan intervensi praktik dunia nyata yang ditujukan untuk
meningkatkan situasi praktis. Tentu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru
ditujukan untuk meningkatkan kualitas situasi pembelajaran yang menjadi tanggung
jawabnya dan secara khusus penelitian tindakan ini disebut ’penelitian tindakan kelas’
atau PTK.

Apakah kegiatan penelitian tindakan tidak akan mengganggu proses pembelajaran? Sama
sekali tidak, karena justru ia dilakukan dalam proses pembelajaran yang alami di kelas
sesuai dengan jadwal. Kalau begitu, apakah penelitian tindakan kelas (PTK) bersifat
situasional, kontekstual, berskala kecil, terlokalisasi, dan secara langsung gayut (relevan)
dengan situasi nyata dalam dunia kerja? Benar. Apakah berarti bahwa subyek dalam PTK
termasuk murid-murid Anda? Benar. Lalu bagaimana cara untuk menjaga kualitas PTK?
Apakah boleh bekerjasama dengan guru lain? Benar. Anda bisa melibatkan guru lain
yang mengajar bidang pelajaran yang sama, yang akan berfungsi sebagai kolaborator
Anda.

Karena situasi kelas sangat dinamis dalam konteks kehidupan sekolah yang dinamis pula,
apakah peneliti perlu menyesuaikan diri dengan dinamika yang ada? Benar. Anda
memang dituntut untuk adaptif dan fleksibel agar kegiatan PTK Anda selaras dengan
situasi yang ada, tetapi tetap mampu menjaga agar proses mengarah pada tercapainya
perbaikan. Hal ini menuntut komitmen untuk berpartisipasi dan kerjasama dari semua
orang yang terlibat, yang mampu melakukan evaluasi diri secara kontinyu sehingga
perbaikan demi perbaikan, betapapun kecilnya, dapat diraih. Kalau begitu, apakah

36
diperlukan kerangka kerja agar masalah praktis dapat dipecahkan dalam situasi nyata?
Benar. Tindakan dilaksanakan secara terencana, hasilnya direkam dan dianalisis dari
waktu ke waktu untuk dijadikan landasan dalam melakukan modifikasi.

Beberapa bidang kajian Penelitian Tindakan Kelas yang umumnya dipilih:

1) Masalah belajar siswa di sekolah (termasuk di dalam tema ini, antara lain: masalah
belajar di kelas, kesalahan-kesalahan pembelajaran, miskonsepsi).
2) Desain dan strategi pembelajaran di kelas (termasuk dalam tema ini,antara
lain:masalah pengelolaan dan prosedur pembelajaran,implementasi dan inovasi
dalam metode pembelajaran, interaksi di dalam kelas, partisipasi orangtua dalam
proses belajar siswa).
3) Alat bantu, media dan sumber belajar (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah
penggunaan media, perpustakaan, dan sumber belajar di dalam/luar kelas,
peningkatan hubungan antara sekolah dan masyarakat).
4) Sistem asesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran (termasuk dalam tema
ini, antara lain: masalah evaluasi awal dan hasil pembelajaran, pengembangan
instrumen asesmen berbasis kompetensi).
5) Pengembangan pribadi peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya
termasuk dalam tema ini antara lain: peningkatan kemandirian dan tanggungjawab
peserta didik, peningkatan keefektifan hubungan antara pendidik- peserta didik dan
orangtua dalam PBM, peningkatan konsep diri peserta didik).
6) Masalah kurikulum (termasuk dalam tema ini antara lain: implementasi KBK, urutan
penyajian materi pokok, interaksi guru-siswa, siswa-materi ajar, dan siswa-
lingkungan belajar).

1) Syarat-syarat menuju PTK yang berhasil

Untuk dapat meraih perubahan yang diinginkan melalui PTK, apakah ada syarat-syarat
lain? Betul, untuk lebih jelasnya anda dapat membaca McNiff, Lomax dan Whitehead
(2003). Berikut adalah rangkumannya:

37
a) Anda dan kolaborator serta murid-murid harus punya tekad dan komitmen untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran dan komitmen itu terwujud dalam keterlibatan
mereka dalam seluruh kegiatan PTK secara proporsional. Andil itu mungkin
terwujud jika ada maksud yang jelas dalam melakukan intervensi tersebut.
b) Anda dan kolaborator menjadi pusat dari penelitian sehingga dituntut untuk
bertanggung jawab atas peningkatan yang akan dicapai.
c) Tindakan yang Anda lakukan hendaknya didasarkan pada pengetahun, baik
pengetahuan konseptual dari tinjauan pustaka teoretis, maupun pengetahuan teknis
prosedural, yang diperoleh lewat refleksi kritis dan dipadukan dengan pengalaman
orang lain dari tinjauan pustaka hasil penelitian tindakan), berdasarkan nilai-nilai
yang diyakini kebenarannya. Refleksi kritis dapat dilakukan dengan baik jika
didukung oleh keterbukaan dan kejujuran terhadap diri sendiri, khususnya kejujuran
mengakui kelemahan/kekurangan diri.
d) Tindakan tersebut dilakukan atas dasar komitmen kuat dan keyakinan bahwa situasi
dapat diubah ke arah perbaikan.
e) Penelitian tindakan melibatkan pengajuan pertanyaan agar dapat melakukan
perubahan melalui tindakan yang disadari dalam konteks yang ada dengan seluruh
kerumitannya.
f) Anda mesti mamantau secara sistematik agar Anda mengetahui dengan mudah arah
dan jenis perbaikan, yang semuanya berkenaan dengan pemahaman yang lebih baik
terkadap praktik dan pemahaman tentang bagaimana perbaikan ini telah terjadi.
g) Anda perlu membuat deskripsi otentik objektif (bukan penjelasan) tentang tindakan
yang dilaksanakan dalam riwayat faktual, perekaman video and audio, riwayat
subjektif yang diambil dari buku harian dan refleksi dan observasi pribadi, dan
riwayat fiksional.
h) Anda perlu memberi penjelasan tentang tindakan berdasarkan deskripsi autentik
tersebut di atas, yang mencakup:
(1) Identifikasi makna-makna yang mungkin diperoleh (dibantu) wawasan teoretik
yang relevan, pengaitan dengan penelitian lain (misalnya lewat tinjauan
pustaka di mana kesetujuan dan ketidaksetujuan dengan pakar lain perlu

38
dijelaskan), dan konstruksi model (dalam konteks praktik terkait) bersama
penjelasannya;
(2) Mempermasalahkan deskripsi terkait, yaitu secara kritis mempertanyakan motif
tindakan dan evaluasi terhadap hasilnya; dan #
(3) Teorisasi, yang dilahirkan dengan memberikan penjelasan tentang apa yang
dilakukan dengan cara tertentu.
i) Anda perlu menyajikan laporan hasil PTK dalam berbagai bentuk termasuk:
(1) Tulisan tentang hasil refleksi-diri, dalam bentuk catatan harian dan dialog,
yaitu percakapan dengan dirinya sendiri;
(2) Percakapan tertulis, yang dialogis, dengan gambaran jelas tentang proses
percakapan tersebut;
(3) Narasi dan cerita; dan
(4) Bentuk visual seperti diagram, gambar, dan grafik.
j) Anda perlu memvalidasi pernyataan Anda tentang keberhasilan tindakan Anda lewat
pemeriksaan kritis dengan mencocokkan pernyataan dengan bukti (data mentah),
baik dilakukan sendiri maupun bersama teman (validasi-diri), meminta teman
sejawat untuk memeriksanya dengan masukan dipakai untuk memperbaikinya
(validasi sejawat), dan terakhir menyajikan hasil seminar dalam suatu seminar
(validasi public). Perlu dipastikan bahwa temuan validasi selaras satu sama lain
karena semuanya berdasarkan pemeriksaan terhadap penyataan dan data mentah. Jika
ada perbedaan, pasti ada sesuatu yang masih harus dicermati kembali.

2) Pencapaian yang dapat diperoleh melalui Penelitian Tindakan Kelas

Pernyataan tersebut merupakan bentuk lain dari: ”Kapan Anda secara tepat dapat
melakukan PTK?” Jawabannya adalah: Ketika Anda ingin meningkatkan kualitas
pembelajaran yang menjadi tanggung jawab Anda dan sekaligus ingin melibatkan
murid-murid Anda dalam proses pembelajaran (lihat Cohen dan Manion, 1980). Dengan
kata lain, Anda ingin meningkatkan praktik pembelajaran, pemahaman Anda terhadap
praktik tersebut, dan situasi pembelajaran kelas Anda (Grundy & Kemmis, 1982: 84).
Dapat dikatakan bahwa tujuan utama PTK adalah untuk mengubah perilaku pengajaran
Anda, perilaku murid-murid Anda di kelas, dan/atau mengubah kerangka kerja

39
melaksanakan pembelajaran kelas Anda. Jadi, PTK lazimnya dimaksudkan untuk
mengembangkan keterampilan atau pendekatan baru pembelajaran dan untuk
memecahkan masalah dengan penerapan langsung di ruang kelas.

PTK berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas.
Cohen & Manion (1980: 211), mengungkapkan bahwa di ruangan kelas, PTK dapat
berfungsi sebagai:

a) Alat untuk mengatasi masalah-masalah yang didiagnosis dalam situasi pembelajaran


di kelas;
b) Alat pelatihan dalam-jabatan, membekali guru dengan keterampilan dan metode baru
dan mendorong timbulnya kesadaran-diri, khususnya melalui pengajaran sejawat;
c) Alat untuk memasukkan ke dalam sistem yang ada (secara alami) pendekatan
tambahan atau inovatif;
d) Alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya buruk antara guru dan peneliti;
e) Alat untuk menyediakan alternatif bagi pendekatan yang subjektif, impresionistik
terhadap pemecahan masalah kelas.

Ada tiga butir penting yang perlu disebut di sini. Pertama, hasil penelitian tindakan
dipakai sendiri oleh penelitinya, dan tentu saja oleh orang lain yang menginginkannya.
Kedua, penelitiannya terjadi di dalam situasi nyata yang pemecahan masalahnya segera
diperlukan, dan hasil-hasilnya langsung diterapkan/dipraktikkan dalam situasi terkait.
Ketiga, peneliti tindakan melakukan sendiri pengelolaan, penelitian, dan sekaligus
pengembangan.

3) Kriteria dalam Penelitian Tindakan

Benarkah PTK harus memenuhi kriteria tertentu? Benar. Seperti layaknya penelitian,
PTK harus memenuhi kriteria validitas. Akan tetapi, makna dasar validitas untuk
penelitian tindakan condong ke makna dasar validitas dalam penelitian kualitatif, yaitu
makna langsung dan lokal dari tindakan sebatas sudut pandang peserta penelitiannya
(Erickson, 1986, disitir oleh Burns, 1999). Jadi kredibilitas penafsiran peneliti dipandang
lebih penting daripada validitas internal (Davis, 1995, disitir oleh Burns, 1999). Karena

40
PTK bersifat transformatif, maka kriteria yang cocok adalah validitas demokratik,
validitas hasil, validitas proses, validitas katalitik, dan validitas dialogis, yang harus
dipenuhi dari awal sampai akhir penelitian, yaitu dari refleksi awal saat kesadaran akan
kekurangan muncul sampai pelaporan hasil penelitiannya (Burns, 1999: 161-162,
menyitir Anderson dkk,1994).

Validitas: Demokratik, Hasil, Proses, Katalitik, dan Dialogis

Validitas Demokratik berkenaan dengan kadar kekolaboratifan penelitian dan


pencakupan berbagai suara. Dalam PTK, idealnya Anda, guru lain/pakar sebagai
kolaborator, dan murid-murid Anda masing-masing diberi kesempatan
menyuarakan apa yang dipikirkan dan dirasakan serta dialaminya selama penelitian
berlangsung. Pertanyaan kunci mencakup: Apakah semua pemangku kepentingan
(stakeholders) PTK (guru, kolaborator, administrator, mahasiswa, orang tua) dapat
menawarkan pandangannya? Apakah solusi masalah di kelas Anda memberikan
manfaat kepada mereka? Apakah solusinya memiliki relevansi atau keterterapan
pada konteks kelas Anda? Semua pemangku kepentingan di atas diberi kesempatan
dan/atau didorong lewat berbagai cara yang cocok dalam situasi budaya setempat
untuk mengungkapkan pendapatnya, gagasan-gagasannya, dan sikapnya terhadap
persoalan pembelajaran kelas Anda, yang fokusnya adalah pencarian solusi untuk
peningkatan praktik dalam situasi pembelajaran kelas Anda. Misalnya, dalam kasus
penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran IPA,
pada tahap refleksi awal guru-guru yang berkolaborasi untuk melakukan penelitian
tindakan kelas, siswa, Kepala Sekolah, dan juga orang tua siswa, diberi kesempatan
dan/atau didorong untuk mengungkapkan pandangan dan pendapatnya tentang
situasi dan kondisi pembelajaran IPA di sekolah terkait. Hal ini dilakukan untuk
mencapai suatu kesepatakan bahwa memang ada kekurangan yang perlu diperbaiki
dan kekurangan tersebut perlu diperbaiki dalam konteks yang ada, atau juga disebut
kesepakatan tentang latar belakang penelitian. Selanjutnya, diciptakan proses yang
sama untuk mencapai kesepakatan tentang masalah-masalah apa yang ada, yaitu
identifikasi masalah, dan tentang masalah apa yang akan menjadi fokus penelitian
atau pembatasan masalah penelitian. Kemudian, proses yang sama berlanjut untuk

41
merumuskan pertanyaan penelitian atau merumuskan hipotesis tindakan yang akan
menjadi dasar bagi perencanaan tindakan, yang juga dilaksanakan melalui proses
yang melibatkan semua peserta penelitian untuk mengungkapkan pandangan dan
pendapat serta gagasan-gagasannya. Proses yang mendorong setiap peserta
penelitian untuk mengungkapkan atau menyuarakan pandangan, pendapat, dan
gagasannya ini diciptakan sepanjang penelitian berlangsung.

Validitas Hasil mengandung konsep bahwa tindakan kelas Anda membawa hasil
yang sukses di dalam konteks PTK Anda. Hasil yang paling efektif tidak hanya
melibatkan solusi masalah tetapi juga meletakkan kembali masalah ke dalam suatu
kerangka sedemikian rupa sehingga melahirkan pertanyaan baru. Hal ini tergambar
dalam siklus penelitian, di mana ketika dilakukan refleksi pada akhir tindakan
pemberian tugas yang menekankan kegiatan menggunakan IPA lewat tugas
‘information gap’, ditemukan bahwa hanya sebagian kecil siswa menjadi aktif dan
sebagian besar siswa merasa takut salah, cemas, dan malu berbicara. Maka timbul
pertanyaan baru, ‘Apa yang mesti dilakukan untuk mengatasi agar siswa tidak takut
salah, tidak cemas, dan tidak malu sehingga dengan suka rela aktif melibatkan diri
dalam kegiatan pembelajaran?’ Hal ini menggambarkan bahwa pertanyaan baru
timbul pada akhir suatu tindakan yang dirancang untuk menjawab suatu
pertanyaan, begitu seterusnya sehingga upaya perbaikan berjalan secara bertahap,
berkesinambungan tidak pernah berhenti, mengikuti kedinamisan situasi dan
kondisi. (Mohon dicermati uraian masing-masing tahap dan kesinambungan
masalah yang timbul). Validitas hasil juga tergantung pada validitas proses
pelaksanaan penelitian, yang merupakan kriteria berikutnya.

Validitas Proses berkenaan dengan ‘keterpercayaan’ dan ‘kompetensi’, yang dapat


dipenuhi dengan menjawab sederet pertanyaan berikut: Mungkinkah menentukan
seberapa memadai proses pelaksanaan PTK Anda? Misalnya, apakah Anda dan
kolaborator Anda mampu terus belajar dari proses tindakan tersebut? Artinya, Anda
dan kolaborator secara terus menerus dapat mengkritisi diri sendiri dalam situasi
yang ada sehingga dapat melihat kekurangannya dan segera berupaya
memperbaikinya. Apakah peristiwa atau perilaku dipandang dari perspektif yang

42
berbeda dan melalui sumber data yang berbeda agar terjaga dari ancaman
penafsiran yang ‘simplistik’ atau ‘rancu’?

Dalam kasus penelitian tindakan kelas IPA yang disebut di atas, para peneliti dapat
menentukan indikator kelas IPA yang aktif, mungkin dengan menghitung berapa
siswa yang aktif terlibat belajar menggunakan IPA untuk berkomunikasi lewat
tugas-tugas yang diberikan guru, dan berapa banyak konsep IPA yang diproduksi
siswa, yang bisa dihitung dari jumlah kata/kalimat yang diproduksi dan lama waktu
yang digunakan siswa untuk memproduksinya, serta adanya upaya guru
memfasilitasi pemelajaran siswa. Kemudian jika keaktifan siswa terlalu rendah
yang tercermin dalam sedikitnya ungkapan yang diproduksi, guru secara kritis
merefleksi bersama kolaborator untuk mencari sebab-sebabnya dan menentukan
cara-cara mengatasinya. Kalau diperlukan, siswa yang tidak aktif didorong untuk
menyuarakan apa yang dirasakan sehingga mereka tidak mau aktif dan siswa yang
aktif diminta mengungkapkan mengapa mereka aktif. Perlu juga ditemukan apakah
ada perubahan pada diri siswa sesuai dengan indikator bahwa para siswa berubah
lewat tindakan pertama berupa pemberian tugas ‘information gap’ dan tindakan
kedua berupa pembelakuan kriteria penilaian, dan perubahan pada diri guru dari
peran pemberi pengetahuan ke peran fasilitator dan penolong. Begitu seterusnya
sehingga pemantauan terhadap perubahan hendaknya dilakukan secara cermat dan
disimpulkan lewat dialog reflektif yang demokratik.

Perlu dicatat bahwa kompetensi peneliti dalam bidang terkait sangat menentukan
kualitas proses yang diinginkan dan tingkat kemampuan untuk melakukan
pengamatan dan membuat catatan lapangan. Dalam kasus penelitian tindakan kelas
IPA yang dicontohkan di atas, misalnya, kualitas proses akan sangat ditentukan
oleh wawasan, pengetahuan dan pemahaman sejati peneliti tentang (1) hakikat
kompetensi komunikatif, (2) pembelajaran IPA yang komunikatif yang mencakup
pendekatan komunikatif bersama metodologi dan teknik-tekniknya, dan (3)
karakteristik siswanya (intelegensi, gaya belajar, variasi kognitif, kepribadian,
motivasi, tingkat perkembangan/pemelajaran) dan pengaruhnya terhadap
pembelajaran sains. Jika wawasan, pengetahuan dan pemahaman tersebut kuat,

43
maka peneliti akan dapat dengan lebih mudah menentukan perilaku-perilaku mana
yang menunjang tercapainya perubahan yang diinginkan dengan indikator yang
tepat, dan juga perilaku-perilaku mana yang menghambatnya.

Namun demikian, hal ini masih harus didukung dengan kemampuan untuk
mengumpulkan data, misalnya melakukan pengamatan dan membuat catatan
lapangan dan harian. Dalam mengamati, tim peneliti dituntut untuk dapat bertindak
seobjektif mungkin dalam memotret apa yang terjadi. Artinya, selama mengamati
perhatiannya terfokus pada gejala yang dapat ditangkap lewat pancainderanya saja,
yaitu apa yang didengar, dilihat, diraba (jika ada), dikecap (jika ada), dan tercium,
yang terjadi pada semua peserta penelitian, dalam kasus di atas pada peneliti, guru
dan siswa. Dalam pengamatan tersebut harus dijaga agar jangan sampai peneliti
melakukan penilaian terhadap apa yang terjadi. Seperti telah diuraikan di depan,
perlu dijaga agar tidak terjadi penyampuradukan antara deskripsi dan penafsiran.
Kemudian, diperlukan kompetensi lain untuk membuat catatan lapangan dan harian
tentang apa yang terjadi. Akan lebih baik jika para peneliti merekamnya dengan
kaset audio atau audio-visual sehingga catatan lapangan dapat lengkap. Singkatnya,
kompetensi peneliti dalam bidang yang diteliti dan dalam pengumpulan data lewat
pengamatan partisipan sangat menentukan kualitas proses tindakan dan
pengumpulan data tentang proses tersebut.

Validitas Katalitik terkait dengan kadar pemahaman yang Anda capai realitas
kehidupan kelas Anda dan cara mengelola perubahan di dalamnya, termasuk
perubahan pemahaman Anda dan murid-murid terhadap peran masing-masing dan
tindakan yang diambil sebagai akibat dari perubahan ini.

Dalam kasus penelitian tindakan kelas IPA yang dicontohkan di atas, validitas
katalitik dapat dilihat dari segi peningkatan pemahaman guru terhadap faktor-faktor
yang dapat menghambat dan factor-faktor yang memfasilitasi pembelajaran.
Misalnya faktor-faktor kepribadian (lihat Brown, 2000) seperti rasa takut salah dan
malu melahirkan inhibition dan kecemasan. Sebaliknya, upaya-upaya guru untuk
mengorangkan siswa dengan mempertimbangkan pikiran dan perasaan serta

44
mengapresiasi usaha belajarnya merupakan faktor positif yang memfasilitasi proses
pembelajaran. Selain itu, validitas katalitik dapat juga ditunjukkan dalam
peningkatan pemahaman terhadap peran baru yang mesti dijalani guru dalam
proses pembelajaran komunikatif. Peran baru tersebut mencakup peran fasilitator
dan peran penolong serta peran pemantau kinerja. Validitas katalitik juga tercermin
dalam adanya peningkatan pemahaman tentang perlunya menjaga agar hasil
tindakan yang dilaksanakan tetap memotivasi semua yang terlibat untuk
meningkatkan diri secara stabil alami dan berkelanjutan. Semua upaya memenuhi
tuntutan validitas katalitik ini dilakukan melalui siklus perencanaan tindakan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Validitas Dialogik sejajar dengan proses review sejawat yang umum dipakai
dalam penelitian akademik. Secara khas, nilai atau kebaikan penelitian dipantau
melalui tinjauan sejawat untuk publikasi dalam jurnal akademik. Sama halnya,
review sejawat dalam PTK berarti dialog dengan guru-guru lain, bisa lewat
sarasehan atau dialog reflektif dengan ‘teman yang kritis’ atau pelaku PTK
lainnya, yang semuanya dapat bertindak sebagai ‘jaksa tanpa kompromi’.

Kriteria validitas dialogis ini dapat juga mulai dipenuhi ketika penelitian masih
berlangsung, yaitu secara beriringan dengan pemenuhan kriteria demokratik. Yaitu,
setelah seorang peserta mengungkapkan pandangan, pendapat, dan/atau
gagasannya, dia akan meminta peserta lain untuk menanggapinya secara kritis
sehingga terjadi dialog kritis atau reflektif. Dengan demikian, kecenderungan
untuk terlalu subjektif dan simplistik akan dapat dikurangi sampai sekecil mungkin.
Untuk memperkuat validitas dialogik, seperti telah disebut di atas, proses yang
sama dilakukan dengan sejawat peneliti tindakan lainnya, yang jika memerlukan,
diijinkan untuk memeriksa semua data mentah yang terkait dengan yang sedang
dikritisi.

45
4) Tahapan Penelitian Tindakan Kelas

Sesuai dengan tujuannya yaitu menghasilkan suatu perbaikan atau perubahan


khususnya pada proses pembelajaran, proses pelaksanaan PTK adalah khas,
berbeda dengan penelitian pada umumnya yang bertujuan menghasilkan ilmu
pengetahuan baru yang dapat digeneralisasi. Proses tersebut digambarkan secara
skematis oleh Kemmis seperti ditunjukkan di bawah ini.

Gambar 2.12. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Kemmis, 1983)

Gambar 2.12. di atas menunjukkan bahwa PTK terdiri dari empat tahap besar yaitu:
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Selain menunjukkan
empat tahap besar tersebut, diagram di atas juga menunjukkan bahwa PTK tidak
sekali jalan kemudian selesai melainkan menunjukkan adanya siklus atau
pengulangan. Dengan demikian terdapat dua hal yang perlu dibahas di sini, pertama
adalah tahap-tahap dan kedua adalah siklus. Pertama kita akan bahas tahap-tahap
terlebih dahulu.

46
Gerald Susman (1983) mengelaborasi tahap-tahap dalam satu siklus ke dalam
tahap-tahap yang lebih terperinci yang terdiri dari:

a) Diagnosis
Pada tahap ini peneliti (mandiri atau bersama partnernya) mengumpulkan berbagai data
terkait dengan praktek yang akan diperbaiki. Dalam hal ini fokus kita pada pembelajaran.
Data yang terkait dengan pembelajaran dapat berupa: nilai rata-rata siswa pada mata
pelajaran tertentu dan mata pelajaran lainnya, fasilitas pembelajaran yang tersedia,
karakteristik kelas/keterlibatan siswa dalam pembelajaran berdasarkan pengamatan,
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, termasuk kemampuan guru dalam
menerapkan metode pembelajaran tertentu, dan kemampuan guru dalam mengggunakan
media tertentu, serta informasi lainnya yang terkait dengan pembelajaran.

Berdasarkan data tersebut peneliti mulai melakukan diagnosa dan membuat perkiraan, apa
yang menjadi sebab utama atau sumber persoalan yang dihadapi saat itu. Proses diagnosa
dan perumusan hipotesis atas sumber masalah ini merupakan hal yang penting karena akan
menuntun peneliti dalam pengambilan keputusan pada langkah berikutnya. Apabila
perkiraan sumber masalah yang dirumuskan oleh peneliti berbeda dengan sumber masalah
yang sesungguhnya maka tindakan yang dilaksanakan tidak akan menyelesaikan masalah.

Pada tahap ini perlu diperjelas perbedaan antara prestasi belajar siswa dengan persoalan
pembelajaran. Yang akan dilakukan melalui PTK adalah pemecahan masalah
pembelajaran, bukan semata-mata hanya menaikkan prestasi siswa. Penyelesaian
masalah yang dihadapi dalam pembelajaran seharusnya berdampak pada peningkatan hasil
belajar siswa. Oleh karena itu peningkatan hasil belajar merupakan dampak dari
diselesaikannya atau dipecahkannya persoalan.

Tidak jarang PTK diarahkan semata-mata untuk menaikkan prestasi belajar siswa tanpa
didahului kajian apa yang menjadi penyebab rendahnya prestasi siswa selama ini dan masa
yang lampau. Apabila PTK terlalu terarah pada peningkatan prestasi belajar murid tanpa
didahului analisis penyebabnya maka bisa terjadi pada saat PTK dilakukan prestasi murid
meningkat akan tetapi setelah itu prestasi menjadi turun lagi karena sumber persoalan yang
menjadi penyebab rendahnya prestasi tidak diketahui apalagi tidak diatasi.

47
Analisis sumber permasalahan harus dilakukan secara mendalam supaya diperoleh rumusan
sumber masalah yang mendasar dan tepat, bukan hanya fenomenanya melainkan inti
persoalannya. Identifikasi masalah harus mampu ‘menjamin’ bahwa apabila inti persoalan
tersebut diselesaikan maka kualitas pembelajaran akan meningkat dan pada akhirnya
prestasi siswa juga meningkat. Salah satu contoh persoalan mendasar adalah kemampuan
belajar siswa. Kemampuan belajar bisa terdiri dari bermacam-macam komponen misalnya
kemampuan mencari informasi dan merumuskannya secara benar, kemampuan
mengungkapkan atau mempresentasikan informasi atau gagasan, kemampuan berdiskusi,
kemampuan menyelesaikan persoalan secara sistematis.

Bisa saja fenomena yang langsung terlihat adalah nilai siswa rendah. Akan tetapi nilai yang
diperoleh siswa hanya merupakan akibat dari suatu proses panjang yang harus dicari
sebabnya. Salah satu sebabnya bisa saja rendahnya kemampuan belajar siswa atau juga
kurangnya kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Kesimpulan tentang rendahnya
kemampuan belajar murid atau kurangnya kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
tidak boleh diambil secara serampangan atau gegabah, melainkan harus didasarkan pada
data yang tersedia. Tanpa data maka diagnosa atas persoalan dan dugaan atas sumber
persoalannya tidak akan tepat. Inilah pentingnya partner dalam PTK, yaitu untuk
mendiskusikan berbagai kemungkinan sumber persoalan. Partner juga dapat diajak
berdiskusi perlu atau tidaknya suatu data tertentu untuk mendukung suatu dugaan atas
sumber persoalan.

b) Perencanaan tindakan
Langkah berikutnya yang dilakukan oleh peneliti setelah melakukan identifikasi sumber
persoalan dalam pembelajaran adalah merencanakan tindakan yang akan dilakukan untuk
menyelesaikan persoalan tersebut. Pada tahap ini peneliti membuat perencanaan tindakan
apa yang akan dilakukan untuk mengatasi persoalan yang telah dirumuskan pada langkah
pertama. Tindakan yang akan dilakukan harus cocok dengan persoalan yang akan
dipecahkan.

Tindakan yang direncanakan untuk dilaksanakan adalah tindakan yang mengarah pada
pemecahan masalah sebagaimana telah dirumuskan pada tahap yang terdahulu. Sebagai
contoh, bila persoalannya adalah persoalan kemampuan guru dalam mengembangkan

48
pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, maka tindakan yang
dilakukan adalah tindakan-tindakan yang melatih kemampuan guru dalam melibatkan siswa
secara aktif dalam pembelajaran melalui pemilihan metode-metode pembelajaran yang tepat.
Pemilihan metode yang tepat dapat ‘memaksa’ guru untuk melibatkan siswa secara aktif
sehingga secara bertahap kemampuan guru dalam melibatkan siswa secara aktif dalam
pembelajaran akan meningkat.

Di dalam proses perencanaan tersebut peneliti mempertimbangkan berbagai aspek yang


terkait dengan rencana tindakan yang akan dilaksanakan. Aspek-aspek terebut diantaranya:

a. Topik pembelajaran di mana tindakan akan dilaksanakan


b. Waktu pelaksanaan tindakan
c. Ketersediaan fasilitas pembelajaran yang diperlukan untuk pelaksanaan tindakan
d. Kemampuan guru untuk menerapkan metode tertentu atau menggunakan media
tertentu dalam topik yang akan diajarkan
e. Langkah-langkah secara detail tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan. Untuk
hal ini peneliti membuat RPP secara detail yang di dalamnya termuat tindakan
penelitian yang akan dilakukan sebagai bagian dari proses pembelajaran

Selain aspek-aspek tersebut di atas, hal lain yang tidak kalah pentingnya dilakukan oleh
peneliti pada tahap perencanaan tindakan adalah menentukan ukuran keberhasilan tindakan
dan membuat instrumen untuk mengukur keberhasilan itu. Ukuran keberhasilan harus sesuai
dengan persoalan yang akan dipecahkan, demikian pula instrumen yang dipergunakan harus
cocok dengan ukuran untuk mengukur keberhasilan. Ukuran-ukuran keberhasilan itu tidak
hanya prestasi siswa karena prestasi siswa hanya merupakan akibat dari proses
pembelajaran. Instrumen untuk mengukur keberhasilan dapat berupa tes, kuesioner, atau
lembar observasi. Pada langkah ini, selain dibuat instrumen untuk memperoleh data, harus
pula dibuat metode analisis data.

Dengan demikian dari tahap kedua ini dihasilkan dokumen rencana pembelajaran yang di
dalamnya sudah memuat tindakan yang akan dilaksanakan dan instrumen untuk
mengumpulkan data yang akan dipergunakan untuk mengukur keberhasilan tindakan,
ukuran atau kriteria keberhasilan, serta metode analisis data. Oleh karena itu dapat

49
dibayangkan bahwa pada akhir tahap kedua peneliti bersama partnertnya sudah memiliki
gambaran secara detail tentang apa yang akan dilakukan oleh masing-masing pihak.

c) Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan bersifat lebih teknis dalam arti hanya melaksanakan rencana yang
telah disusun pada langkah kedua. Harus diupayakan sedapat mungkin agar pelaksanaan
penelitian sesuai dengan rencana. Pada tahap ini partner peneliti biasanya hadir di kelas
melakukan observasi. Kehadiran partner peneliti sangat penting untuk memberikan umpan
balik kepada peneliti. Ketika partner peneliti berada di dalam kelas, ia sudah siap dengan
catatan untuk mencatat kejadian atau informasi penting yang perlu dicatat.

d) Evaluasi dan refleksi


Langkah ini diawali dengan pengumpulan seluruh data yang dilanjutkan dengan analisis atas
data tersebut. Analisis dilakukan sesuai dengan rencana yang telah dibuat pada langkah
kedua. Hasil dari analisis tersebut seharusnya memberi informasi apakah indikator
keberhasilan tercapai atau tidak. Kalau indikator keberhasilan tercapai berarti masalah telah
terpecahkan. Selain menggunakan data kuantitatif, pada tahap ini juga dipergunakan data
kualitatif misalnya catatan pengamatan partner peneliti. Pada tahap ini peneliti dan partner
berdiskusi apakah tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana. Apakah cara
pelaksanaannya baik menurut ukuran yang telah ditetapkan, bagaimana rekasi para murid,
dan sebagainya. Puncak dari tahap ini adalah peneliti beserta partner melakukan refleksi,
menemukan makna dari semua pengalamannya itu dalam kerangka profesi keguruan.

Dari tahap ini bisa diperoleh bahwa ternyata dengan tindakan yang telah dilakukan itu,
masalah langsung terpecahkan. Akan tetapi dapat pula pembelajaran sudah menunjukkan
perbaikan akan tetapi belum mencapai tingkat keberhasilan yang ditentukan. Hasil evaluasi
dan refleksi ini menuntun peneliti mempersiapkanlangkah berikutnya.

Apabila dengan satu siklus persoalan langsung teratasi, biasanya tindakan yang sama
diulangi pada siklus yang kedua untuk meyakinkan atau mengkonfirmasi bahwa tindakan
itu memang telah mampu menyelesaikan masalah. Akan tetapi apabila indikator

50
keberhasilan belum tercapai maka harus dilakukan siklus kedua dengan perubahan-
perubahan tertentu agar indikator keberhasilan tercapai

e) Identifikasi temuan umum


Pada tahap ini peneliti bersama partner mengidentifikasi, pengalaman belajar apa yang telah
diperoleh melalui tindakan satu siklus ini. Hal ini merupakan salah satu inti PTK, yang tidak
lain bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peneliti. Maka identifikasi pengalaman
belajar ini menjadi penting dilakukan secara cermat. Pada tahap ini juga dilakukan persiapan
untuk tindakan pada siklus berikutnya dengan tahap-tahap seperti yang telah diuraikan pada
tahap kedua. Demikianlah maka dengan penjelasan di atas satu siklus PTK telah lengkap
dilaksanakan. Keseluruhan tahap-tahap tersebut digambarkan dalam diagram di bawah ini

Identifikasi Perumusan Tujuan/ Kajian


Indikator Teori dan
Masalah Masalah
Keberhasilan.
(Refleksi Awal) Empiris

Perencanaan Hipotesis
Tindakan Tindakan

Pelaksanaan
Analisis Data
Tindakan
dan Observasi

Indikator Keberhasilan
Belum
Tercapai Tercapai
STOP
Refleksi atau
Pemantapan

PENELITIAN TINDAKAN KELAS26

Gambar 2.13. Alur Penelitian PTK

(Sumber: Materi pelatihan PIPS, Dikti)

5) Hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses analisis hasil PTK

Data yang diperoleh dari proses PTK yang telah dilakukan perlu disusun secara cermat
dan komprehensif untuk menghasilkan simpulan yang tepat sasaran dan reliable.

51
Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melaukan proses analisis
hasil PTK yang diperoleh:

a) Data penelitian tindakan kelas pada dasarnya dikumpulkan oleh guru yang berperan
sebagai peneliti dan pengajar, dan jika perlu dapat dibantu oleh teman sejawat. Data
tersebut lebih banyak bersifat kualitatif, meski ada juga yang berupa data
kuantitatif.

b) Analisis data adalah upaya yang dilakukan oleh guru yang berperan sebagai peneliti
untuk merangkum secara akurat data yang telah dikumpulkan dalam bentuk yang
dapat dipercaya dan benar.

c) Sehubungan dengan butir 2, maka analisis data dilakukan dengan cara memilih,
memilah, mengelompokkan, data yang ada, merangkumnya, kemudian menyajikan
dalam bentuk yang mudah dibaca atau dipahami. Penyajian hasil analisis data
kualitatif dapat dibuat dalam bentuk uraian singkat, bagan alur, atau tabel sesuai
dengan hakikat data yang dianalisis.

d) Data kuantitatif dianalisis dengan statistik deskriptif untuk menemukan persentase,


dan nilai rata-rata. Penyajian hasil analisis dapat dilakukan dengan membuat tabel
distribusi atau grafik.

e) Interpretasi data adalah upaya peneliti untuk menemukan makna dari data yang
dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Interpretasi ini pada
gilirannya akan menjadi temuan penelitian.

f) Analisis yang akurat dan cara penyajian yang tepat akan memungkinkan
tafsiran/interpretasi hasil penelitian yang akurat dan valid itu. Oleh karena itu, guru
harus sangat berhati-hati dalam melakukan analisis. Kekurang-akuratan dapat
diminimalkan dengan melakukan “cross check” dengan sumber data atau dengan
data lain yang sejenis.

g) Agar mampu melakukan analisis data, guru harus banyak melakukan latihan dan
bekerja dalam kelompok.

h) Menyimpulkan adalah mengikhtisarkan atau memberi pendapat berdasarkan apa-


apa yang diuraikan sebelumnya. Sejalan dengan itu, kesimpulan atau simpulan

52
adalah kesudahan pendapat atau pendapat terakhir yang dibuat berdasarkan uraian
sebelumnya.

i) Dalam kaitan dengan PTK, kesimpulan harus disusun secara singkat, padat, dan
jelas; sesuai dengan uraian, dan mengacu kepada pertanyaan penelitian/tujuan
perbaikan. Di samping itu, kesimpulan harus disusun secara sistematis sesuai
dengan urutan pertanyaan penelitian/tujuan perbaikan.

j) Penyusunan kesimpulan seyogianya dilakukan melalui langkah-langkah: (1)


memeriksa dan memahami pertanyaan penelitian/tujuan perbaikan, (2) mencermati,
menganalisis, dan mensintesis deskripsi temuan, (3) menulis kesimpulan untuk
setiap pertanyaan penelitian/tujuan perbaikan, (4) mengurutkan setiap butir
kesimpulan sesuai dengan urutan pertanyaan penelitian/tujuan perbaikan, serta (5)
memeriksa kesesuaian antara pertanyaan penelitian/tujuan perbaikan dengan
deskripsi temuan, dan kesimpulan.

k) Saran dimaknai sebagai: pendapat (usul, anjuran, cita-cita) yang dikemukakan


untuk dipertimbangkan. Dalam kaitan dengan PTK, saran merupakan pemikiran
yang diajukan oleh guru peneliti untuk menindaklanjuti hasil penelitiannya.

l) Saran tindak lanjut hasil PTK harus memenuhi rambu-rambu: (1) bersumber atau
sesuai dengan kesimpulan, (2) bersifat kongkret, operasional, dan penting, sehingga
menarik untuk dilaksanakan oleh guru, (3) jelas sasarannya, apakah ditujukan
kepada guru atau sekolah, atau barangkali instansi lain, serta (4) dapat meliputi hal-
hal yang berkaitan dengan metodologi penelitian.

m) Pembuatan saran dapat dilakukan melalui langkah-langkah: (1) mencermati


kesimpulan hasil PTK, (2) mengkaji aspek-aspek dari kesimpulan tersebut yang
perlu ditindaklanjuti, baik oleh guru peneliti, guru lain, maupun sekolah, (3)
menetapkan kepada siapa saran tersebut akan ditujukan, serta (4) menulis saran.

6) Cara Penulisan Laporan Hasil PTK

Laporan PTK adalah laporan yang ditulis secara sistematis berdasarkan penelitian
tindakan kelas yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri. Laporan ini ditulis karena

53
merupakan dokumen yang dapat dijadikan acuan, harus diserahkan kepada pihak
sponsor, serta dapat diketahui oleh umum, terutama oleh para guru yang barangkali
mengalami masalah yang sama dengan yang dilaporkan.

Sistematika laporan PTK pada umumnya tidak jauh berbeda dari laporan penelitian
formal. Sesuai dengan format Laporan PTK yang terdapat dalam Panduan Umum, maka
Sistematika Laporan PTK dibuat sebagai berikut:

Struktur Laporan Penelitian Tindakan Kelas

Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Abstrak
Daftar Isi

BAB 1. Pendahuluan

a. Latar Belakang Masalah (data awal dalam mengidentifikasi masalah, analisis


masalah, dan pentingnya masalah dipecahkan).

b. Rumusan Masalah

c. Tujuan Penelitian

d. Manfaat Penelitian

BAB 2. Kajian Pustaka

BAB 3. Pelaksanaan Penelitian

a. Subjek Penelitian (Lokasi, waktu, mata pelajaran, kelas, dan karakteristik siswa)

b. Deskripsi per Siklus: (rencana, pelaksanaan, pengamatan/pengumpulan


data/instrumen, refleksi)

BAB 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

a. Deskripsi per siklus (data tentang rencana, pengamatan, refleksi),


keberhasilan dan kegagalan, lengkap dengan data.

b. Pembahasan dari setiap siklus.

54
BAB 5. Simpulan dan Saran

a. Kesimpulan

b. Saran

Daftar Pustaka
Lampiran

Secara teknis, beberapa hal penting yang perlu diperhatikan saat menyusun laporan PTK
yang akan dibuat, diantaranya:

a) Judul penelitian hendaknya menggambarkan aktivitas perbaikan yang dilaksanakan


sebagai fokus PTK.

b) Abstrak memuat sari pati dari setiap komponen penelitian, mulai dari masalah,
tujuan penelitian, pelaksanaan penelitian, hasil dan pembahasan, serta kesimpulan
dan saran. Dengan membaca abstrak, orang akan mendapat gambaran umum
mengenai PTK yang dilaporkan.

c) Pendahuluan memuat latar belakang munculnya masalah, analisis dan perumusan


masalah, serta tujuan dan manfaat penelitian.

d) Kajian pustaka menguraikan tentang berbagai teori/hasil penelitian yang terkait


dengan masalah penelitian, yang dapat dijadikan acuan dalam merancang perbaikan
dan membahas hasil penelitian.

e) Pelaksanaan penelitian mengungkapkan tentang subjek penelitian, prosedur


pelaksanaan per siklus, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan data,
dan cara refleksi.

f) Hasil Penelitian dan Pembahasan menyajikan hasil penelitian setiap siklus dengan
data lengkap, mulai dari perencanaan, pelaksanaan pengamatan, refleksi, yang
berisi penjelasan tentang keberhasilan dan kelemahan yang terjadi. Bagian ini
didukung dengan tabel dan grafik, dan disertai dengan pembahasan mengapa
hasilnya seperti itu.

55
g) Kesimpulan dan saran berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran untuk
menindaklanjuti hasil penelitian tersebut.

h) Daftar Pustaka memuat semua sumber yang digunakan sebagai acuan, yang disusun
berdasarkan abjad dengan menggunakan gaya penulisan tertentu

7) Diseminasi Hasil PTK

Selain kontruksi isi laporan secara teknis, pertimbangan lain yang juga perlu diperhatikan
saat menyusun laporan PTK yang siap dan layak didiseminasikan antara lain:

a) Dalam menulis laporan PTK, perlu diperhatikan berbagai ketentuan, seperti: (1) etika
penulisan, (2) penggunaan bahasa Indonesia ragam tulis, serta (3) berbagai ketentuan
teknis.

b) Etika penulisan mencakup: (1) kejujuran, (2) keobjektifan, dan (3) pengutipan.
Ketiga aspek ini sangat berkaitan erat. Kejujuran menuntut penulis jujur terhadap diri
sendiri dan orang lain dengan cara mengungkapkan dan menafsirkan data/informasi
apa adanya tanpa dicampuri oleh kepentingan pribadi. Keobjektifan menuntut penulis
menyajikan informasi sebagaimana adanya, tanpa manipulasi, sehingga apa yang
dibaca oleh pembaca memang benar adanya. Pengutipan berkaitan dengan mengutip
atau menggunakan pendapat orang lain dalam tulisan. Dalam hal ini, penulis harus
mencantumkan sumber kutipan dengan mengikuti aturan yang berlaku.

c) Penggunaan bahasa Indonesia ragam tulis, menuntut penulis memperhatikan kaidah-


kaidah bahasa tulis, sehingga tingkat keterbacaan laporan menjadi tinggi. Kaidah
bahasa tulis paling tidak mencakup: (1) pilihan kata, (2) struktur kalimat, (3)
paragraf, dan (4) ejaan. Kata/istilah yang digunakan dalam laporan seyogianya
merupakan kata/istilah baku yang diketahui oleh umum, kalimat cukup lugas dan
memenuhi unsur-unsur kalimat sempurna, paragraf merupakan paparan buah pikiran
yang utuh, serta cara penulisan harus mengikuti aturan Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD).

d) Ketentuan teknis berkaitan dengan penampilan laporan yang mudah dibaca.


Ketentuan ini mencakup, sistem penomoran, cara mengutip, serta huruf, spasi, dan

56
margin. Sistem penomoran dapat menggunakan sistem digit atau campuran angka
dan huruf, asal digunakan secara konsisten. Cara mengutip mengikuti aturan
American Psychology Association (APA); sedangkan huruf yang digunakan adalah
Times New Roman atau Arial dengan font size 12, spasi 1,5; serta margin 4 cm dari
pinggir kiri dan atas, dan 3 cm dari pinggir kanan dan bawah. Laporan PTK dapat
didiseminasikan melalui berbagai pertemuan tatap muka seperti seminar, rapat kerja,
kelompok kerja guru (MGMP dan PKG); di samping melalui berbagai media, seperti
majalah, jurnal, atau buletin.

4. Forum Diskusi

Setelah menyelesaikan pembahasan materi Modul 1 Kegiatan Belajar 2 ini, marilah kita
lanjutkan dengan membahas permasalahan berikut ini:

“Jika anda telah mengelola pembelajaran Peserta Didik kelas VII di semester satu,
kemudian mendapatkan fakta bahwa kemampuan Peserta Didik dalam menyelesaikan
permasalah pembelajaran berkenaan dengan representasi gambar senantiasa kurang. Hal
tesebut juga diindikasikan dengan banyaknya kesalahan yang dilakukan Peserta Didik
saat menyelesaikan soal-soal yang berkenaan dengan gambar. Jika anda bermaksud untuk
melakukan Penelitian Tindakan Kelas atas situasi tersebut, Apa sajakah data karakteristik
peserta didik yang perlu anda kumpulkan sebagai dasar penyelenggaraan PTK? Rencana
Tindakan apa sajakah yang menurut anda paling tepat untuk menangani permasalahan
yang dimaksud? Serta, Bagaimanakah pemetaan Instrumen dan proses pengolahan data
yang dihasilkan dari instrument tersebut guna menjawab permasalah yang teridentifikasi?
Diskusikanlah!”

C. Penutup

57
1. Rangkuman

Selamat, Anda telah menyelesaikan modul tentang Inkuiri dalam Pembelajaran IPA,
Manajamen Lab. IPA, dan PTK. Hal-hal penting yang telah Anda pelajari dalam modul
Inkuiri dalam Pembelajaran IPA, Manajamen Lab. IPA, dan PTK adalah sebagai berikut.

a. Hakikat IPA pada prinsipnya meliputi empat unsur utama yaitu: Produk, Proses,
Sikap, dan Aplikasinya.
b. Melalui pembelajaran IPA terpadu, diharapkan peserta didik dapat membangun
pengetahuannya melalui cara kerja ilmiah, bekerja sama dalam kelompok, belajar
berinteraksi dan berkomunikasi, serta bersikap ilmiah.
c. Salah satu kunci pembelajaran terpadu yang terdiri atas beberapa bidang kajian
adalah menyediakan lingkungan belajar yang menempatkan peserta didik mendapat
pengalaman belajar yang dapat menghubungkaitkan konsep-konsep dari berbagai
bidang kajian.
d. Proses merencanakan pelaksanaan pembelajaran adalah kegiatan menjabarkan
silabus menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran terpadu yang dikemas dalam
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup/tindak lanjut.
e. Pada laboratorium sains yang terdapat di sekolah guru sebagai pengelola maupun
sebagai guru mata pelajaran sains bertanggung jawab atas keselamatan kerja siswa di
laboratorium.
f. Siswa sudah seharusnya dilatih untuk bertanggung jawab atas semua alat dan bahan
yang digunakan dan dibiasakan untuk selalu menjaga kebersihan laboratorium.
g. Secara umum, Kecelakaan kerja dalam laboratorium dapat berupa: Terluka,
Terbakar, Terkena Racun, Terkena Zat Korosif, Terkena Radiasi, Terkena Kejutan
Listrik
h. Penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru ditujukan untuk meningkatkan kualitas
situasi pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya dan secara khusus penelitian
tindakan ini disebut ’penelitian tindakan kelas’ atau PTK.
i. PTK terdiri dari empat tahap besar yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,
dan refleksi. Selain menunjukkan empat tahap besar tersebut, PTK juga
menunjukkan adanya siklus atau pengulangan dari tahapan-tahapan tersebut.

58
2. Tes Formatif

Pilihlah jawaban a, b, c, atau d yang paling tepat.

1. Disajikan sebuah indikator pencapaian kompetensi dalam RPP IPA berikut:


“Mengidentifikasi setidaknya dua faktor yang mempengaruhi gejala Archimedes”
Materi ajar yang sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi tersebut adalah ....
a. gaya apung
b. tekanan zat cair
c. udara ada di mana-mana
d. kenaikan air pada celah sempit
e. dongkrak hidrolik

2. Materi berikut yang tidak sesuai dengan KD. Menganalisis interaksi antara makhluk hidup
dan lingkungannya serta dinamika populasi akibat interaksi tersebut adalah
a. Komponen ekosistem
b. Jaring-jaring makanan
c. Bentuk-bentuk interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya
d. Individu, populasi, komunitas, dan ekosistem
e. Proses fotosintesis pada malam hari

3. Perhatikan KD. Menjelaskan berbagai zat aditif dalam bahan makanan dan minuman, zat
adiktif serta dampaknya terhadap kesehatan. Materi berikut yang tidak sesuai dengan cakupan
KD tersebut adalah....
a. Zat-zat pengawet pada bahan makanan dan minuman
b. Zat-zat pemanis pada bahan makanan dan minuman
c. Zat-zat pengawet bahan makanan dan minuman
d. Za-zat adiktif, stimulan dan halusinasi
e. Hukum bagi pengedar dan penyalahgunaan narkotika dan obat-obat terlarang

4. Dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik pada materi suhu dan kalor,
Bu Rani meminta siswa untuk melakukan pengamatan terhadap fenomena perpindahan kalor,
yaitu dengan menunjukkan data pengaruh massa terhadap kalor yang diterima oleh benda.
Setelah siswa merumuskan masalah dan jawaban sementara, siswa diminta untuk melakukan
eksperimen untuk mendapatkan jawaban terhadap masalah yang sudah dirumuskan. Berikut
ini prosedur yang paling tepat untuk memfasilitasi siswa melakukan eksperimen adalah....
a. Menjelaskan petunjuk eksperimen dan alat-bahan yang dibutuhkan selama eksperimen
b. Meminta siswa merancang eksperimen menggunakan bahan bacaan, yaitu
mengidentifikasi variabel-variabel yang terlibat, mengidentifikasi alat bahan dan
merancang prosedur eksperimen, kemudian Bu Rani mengecek membimbing siswa.
c. Bu Rani melakukan demonstrasi bagaimana melakukan eksperimen
d. Menjelaskan contoh-contoh hasil eksperimen yang sudah dilakukan orang lain
59
e. Meminta siswa mencari contoh melalui media google atau sumber lainnya untuk
dijadikan rancangan percobaan

5. Suatu pembelajaran memiliki tujuan sebagai berikut: 1) siswa dapat menjelaskan hukum II
Newton dan 2) siswa dapat menerapkan hukum II Newton. Untuk mencapai kedua tujuan
tersebut, dilakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik dengan
kegiatan pendahuluan sebagai berikut:
(1) Mengucapkan salam, presensi, dan mengkondisikan kelas untuk belajar
(2) Menginformasikan bahwa kita akan melanjutkan pembelajaran minggu lalu
(3) ...
(4) Memotivasi siswa dengan mendemonstrasikan menarik benda dengan gaya tertentu,
benda yang semula diam menjadi bergerak
Kegiatan yang paling tepat untuk (3) adalah....

a. Menanyakan apa gaya itu, dan bagaimana jika benda tidak mendapatkan gaya
b. Menanyakan apa gaya itu, dan bagaimana jika benda mendapatkan gaya
c. Menanyakan pengertian gaya aksi dan gaya reaksi
d. Menanyakan keterkaitan gaya dengan percepatan
e. Menjelaskan hukum II Newton

6. Berikut adalah penggalan tahapan pembelajaran guru untuk tujuan pembelajaran: 1) siswa
dapat menjelaskan hukum II Newton dan 2) siswa dapat menerapkan hukum II Newton
(7) Meminta satu kelompok tertentu mempresentasikan hasil percobaannya, dan ditanggapi
kelompok lain
(8) Menguatkan prinsip yang diperoleh , dikenal sebagai hukum II Newton, dan
mendiskusikan lebih lanjut berbagai penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
(9) Memberi penghargaan kepada kelompok yang kinerjanya baik, misalnya pujian
(10) ...
(11) Melakukan refleksi terhadap pembelajaran hari ini
(12) Menginformasikan apa yang akan dipelajari selanjutnya, dan tugas untuk
mempelajarinya
Kegiatan yang paling tepat untuk (4) adalah...
a. Bersama siswa merangkum materi yang didapat hari ini, yakni hukum II Newton
b. Menanyakan apa gaya itu, dan bagaimana jika benda tidak mendapatkan gaya
c. Memberikan postes
d. Melakukan percobaan hukum II Newton
e. Guru menjelaskan hukum II Newton

7. Pak Amir sedang merancang pembelajaran pada KD. Menyelidiki pengaruh gaya terhadap
gerak benda. Kegiatan pembelajaran direncanakan menggunakan pendekatan saintifik dan
metode eksperimen, berikut ini yang paling tepat sebagai apersepsi adalah....
a. Siswa diminta untuk membaca bahan ajar materi tentang pengaruh gaya terhadap gerak
benda pada berbagai literatur.
b. Menjelaskan pengaruh gaya terhadap gerak benda di depan kelas termasuk materi
pembelajaran agar siswa menjadi tahu materi sebelum melakukan kegiatan eksperimen

60
c. Mengorientasikan siswa pada hasil-hasil kerja gaya dalam kehidupan sehari-hari,
kemudian melakukan tanya jawab atau curah pendapat tentang pengalaman siswa dalam
kehidupan sehari-hari yang relevan dengan pengaruh gaya terhadap gerak benda.
d. Menjelaskan prosedur eksperimen untuk menyelidiki pengaruh gaya terhadap gerak
benda di sekitar.
e. Mendemonstrasikan hasil-hasil kerja gaya terhadap gerak benda di depan kelas,
kemudian mencontohkan cara melakukan penyelidikan.

8. Bu Hany melakukan pembelajaran materi IPA dengan KD. Menerapkan konsep pengukuran
berbagai besaran dengan menggunakan satuan standar, yang melibatkan pengukuran massa
benda dengan menggunakan neraca OHAUS 310. Model pembelajaran yang digunakan
adalah pembelajaran langsung (direct instruction) yang melatih siswa mengukur massa tahap
demi tahap. Pada pertama, Bu Hany mengklarifikasi tujuan dan memotivasi siswa serta
menjelaskan kegiatan belajar siswa. Bu Hany juga menjelaskan pengetahuan deklaratif
tentang komponen-komponen neraca dan fungsinya masing-masing termasuk bagaimana
menggunakannya. Diantara kegiatan berikut yang merupakan tahap 2 yang seharusnya
dilakukan oleh Bu Hany adalah....
a. Menjelaskan materi pengukuran
b. Mendemonstrasikan tahap-tahap pengukuran massa dengan menggunakan neraca
OHAUS 310 tahap demi tahap.
c. Memberikan latihan soal kepada siswa
d. Meminta siswa berdiskusi tentang pengukuran
e. Melakukan kegiatan pengukuran massa dengan menggunakan neraca OHAUS 310

9. Dalam merancang pembelajaran, Bu Rina merumuskan indikator pembelajaran, siswa dapat


menjelaskan ketelitian menggunakan alat ukur standar dibandingkan dengan alat ukur tak
standar yang lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk apersepsi berikut yang
paling sesuai untuk indikator tersebut adalah....
a. Menunjukkan hasil pengukuran dengan alat ukur standar dan alat ukur tak standar pada
suatu besaran tertentu, seperti: suhu
b. Mendemonstrasikan cara mngukur suatu besaran tertentu menggunakan alat ukur standar
c. Mendemonstrasikan cara mengukur suatu besaran tertentu menggunakan alat ukur tak
standar
d. Meminta siswa melakukan kegiatan pengukuran suatu besaran tertentu
e. Meminta siswa menceritakan pengalamannya dalam mengukur suatu besaran tertentu,
kemudian melakukan tanya jawab.

10. Dalam suatu kegiatan pengamatan lapangan, para siswa bersama guru mengamati hewan-
hewan Invertebrata di tepi pantai. Guru mengajak siswa untuk mengambil sampel beberapa
hewan yang tujuannya untuk dibuat awetan basah di laboratorium sekolah. Hewan-hewan itu
berupa dolar pasir, bintang ular, ubur-ubur, beragam cangkang kerang, dll. Selama di
lapangan, para siswa juga membawa larutan alkohol dan formalin untuk pengawetan hewan

61
tersebut. Kembali dari pantai, sesampainya di sekolah, diketahui ubur-ubur yang dibawa itu
hancur. Menurut Anda mengapa bisa terjadi demikian?
a. Karena larutan alkohol yang digunakan 40%
b. Karena larutan formalin yang digunakan 40%
c. Karena ubur-ubur yang dibawa didalam wadah terkena guncangan
d. Karena membawa ubur-ubur harus didalam wadah kaca
e. Karena membawa ubur-ubur harus didalam wadah plastik

11. Kegiatan praktikum materi asam, basa, dan garam, siswa menggunakan larutan asam sulfat
encer padahal di laboratorium hanya tersedia larutan asam pekat. Oleh karena itu, siswa harus
melakukan aktivitas pengenceran sendiri. Kelalaian yang sering terjadi dalam proses
pengenceran adalah mata atau bagian tubuh lainnya terkena asam sulfat yang pekat dan
korosif karena percikan asam sulfat pekat. Agar hal ini dapat dihindari, maka prosedur
pengenceran yang sebaiknya dilakukan adalah...
a. Mengambil sejumlah asam sulfat pekat dengan hati-hati kemudian disimpan dalam labu
pengenceran, kemudian ditambahkan air secara bertahap
b. Mengambil sejumlah air dan dimasukkan secara hati-hati ke dalam labu pengenceran,
baru kemudian asam sulfat pekat ditambahkan ke dalamnya dengan perlahan dan hati-
hati
c. Mengambil sejumlah asam sulfat dan dimasukkan ke dalam labu pengenceran kemudian
ditumpahkan sejumlah air sesuai volume yang diinginkan dengan cepat
d. Mengambil asam sulfat dan air ke dalam labu pengenceran secara bersamaan agar terjadi
pencampuran
e. Melakukan pencampuran asam sulfat dan air menggunakan cepat dan hati-hati.

12. Penggunaan bahan-bahan volatile dan mudah terbakar, seperti eter dalam proses ekstraksi
bahan-bahan alam sering menyebabkan terjadinya kebakaran jika tidak dilakukan dengan
hati-hati. Tindakan yang sebaiknya dilakukan untuk mencegah kebakaran tersebut adalah...
a. Menggunakan pemanas menggunakan sumber listrik dengan suhu yang tidak terlalu
tinggi
b. Menggunakan pemanas bunsen yang dilapisi kasa pengaman sehingga bahan volatile dan
mudah terbakar terlindungi oleh kasa
c. Memasang alat ekstraksi dengan sebaik mungkin sehingga tidak ada bahan volatil yang
mudah terbakar yang bocor atau terbuang ke udara
d. Mengganti bahan volatil dengan yang tidak mudah volatil dan terbakar
e. Melakukan kegiatan percobaan di ruang khusus dengan tekanan udara yang rendah

13. Pada pembelajaran tentang keanekaragaman hayati tumbuhan di SMP guru menghadapi
permasalahan pembelajaran sebagai berikut: siswa dapat menyebutkan nama-nama tumbuhan
monokotil dan dikotil yang ada didalam buku yang dibacanya, namun jika diberikan
tumbuhan lain yang belum dikenalnya, mereka tidak bisa mengklasifikasikan mana yang
termasuk tumbuhan monokotil, dan mana yang termasuk dikotil. Jadi ciri-ciri tumbuhan
monokotil dan dikotil yang diketahui siswa hanya berasal dari informasi yang dihafalnya dari
buku. Guru berencana melakukan penelitian tindakan kelas agar siswa memiliki kemampuan

62
eksplorasi sendiri yang membuat siswa mampu membedakan serta menemukan ciri-ciri
tumbuhan monokotil dan dikotil berdasarkan pengamatannya. Manakah rumusan masalah
yang tepat untuk penelitian tindakan kelas tersebut?

a. Apakah penerapan model kooperatif jigsaw dapat meningkatkan kemampuan ilmiah


siswa tentang keanekaragaman tumbuhan?
b. Apakah penerapan model inkuiri dapat meningkatkan kemampuan penemuan siswa
tentang tumbuhan monokotil dan dikotil?
c. Apakah penerapan model PBL dapat meningkatkan kemampuan penemuan siswa tentang
tumbuhan monokotil dan dikotil?
d. Apakah penerapan model kooperatif TGT dapat meningkatkan kemampuan penemuan
siswa tentang keanekaragaman tumbuhan?
e. Apakah penerapan model Role Playing dapat meningkatkan kemampuan ilmiah siswa
tentang keanekaragaman tumbuhan?

14. Ibu Mina menganalisis hasil belajar siswa pada materi klasifikasi makhluk hidup. Siswa pada
umumnya mudah memahami keragaman makhluk hidup tetapi kesulitan ketika diminta
menganalisis faktor-faktor yang menjadi penyebab berkurangnya keragaman hayati. Jika
Anda menjadi guru biologi, apa yang sebaiknya dilakukan agar siswa tidak hanya memahami
konsep keragaman hayati tetapi dapat menganalisis masalah keragaman hayati minimal di
lingkungan sekitarnya.

a. Menerapkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik agar siswa terlibat aktif dalam
pembelajaran
b. Menerapkan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) agar siswa
melakukan analisis masalah dan mencari solusinya
c. Menerapkan pembelajaran kooperatif tipe group investigation untuk menyelidiki faktor-
faktor penyebab berkurangnya keragaman makhluk hidup
d. Melakukan kegiatan remedial dengan menggunakan strategi pembelajaran konvensional
e. Menerapkan pembelajaran berbasis projek untuk mengembangkan produk pemuliaan
spesies tertentu yang dianggap punah atau menuju kepunahan.

15. Materi keragaman hewan dan tumbuhan memiliki cakupan yang lebih luas jika dikaji secara
detail sehingga banyak siswa kesulitan untuk menguasai semua spesies dalam suatu
ekosistem. Guru biologi seringkali menyajikan materi keragaman hayati secara deklaratif dan
detail. Meskipun demikian siswa sulit menghubungkan antara satu bagian dengan bagian
ekosistem yang terkait satu dengan lainnya. Jika Anda sebagai guru biologi, tindakan berikut
yang paling tepat untuk dilakukan agar siswa menjadi lebih mudah mempelajari materi
tersebut adalah....

a. Menyajikan video keanekaragaman makhluk hidup sehingga siswa lebih tertarik dan
mudah belajar
b. Menggunakan peta konsep yang dilengkapi dengan contoh-contoh spesifik sehingga
materi keanekargaman hayati yang luas cakupannya menjadi lebih sederhana dan mudah
dipahami

63
c. Menggunakan peta pikiran (mind mapping) agar hubungan antara satu bagian dengan
bagian lainnya menjadi semakin jelas.
d. Menggunakan outline materi agar gambaran umum materi tampak jelas
e. Menggunakan ceramah dibantu slide power point agar siswa mendapatkan informasi
yang lebih komprehensif.

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian akhir modul
ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat
penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Arti tingkat penguasaan:

90 - 100% = baik sekali

80 - 89% = baik

70 - 79% = cukup

< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar
selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2,
terutama bagian yang belum dikuasai.

3. Daftar Pustaka

Bogdan, R. C., & Biklen, S. K. (1992). Qualitative reserach for education. An


introduction to theory and methods. Boston: Allyn and Bacon.
Elliot, J. (1991). Action research for educational change. Milton Keynes: Open
University Press.
Kemmis, S. (1983). Action Research. In T. Husen & T. Postletwwaite (Eds.),
International Encyclopedia of Education: Research and Studies. Oxford:
Pergamon.

64
Mettetal, G. Classroom Action Research Overview. http://www.accessexcellence.org/
LC/TL/AR/; diakses 6/1/2005
http://mypage.iusb.edu/~gmetteta/Classroom Action_Research.html
O’Brien, R. 2005. An Overview of the Methodological Approach of Action
Research.http://www.web.net/~robrien/papers/arfinal.html diakses 06/01/05
Suhardjono, Azis Hoesein, dkk. (1996). Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di
Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Widyaiswara. Jakarta
: Depdikbud, Dikdasmen.
http://www.ncrel.org/sdrs/areas/issues/envrnmnt/drugfree/sa3act.htm;diakses 06/01/05
Depdikbud. (1999). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research ). Jakarta :
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan
Menengah Umum.
Fasli Jalal (2006). Peningkatan Mutu Pendidikan. (Seminar Nasional Pendidikan).
Jakarta
Hardjodipuro, S. (1997). Action Research. Jakarta: IKIP Jakarta.
Ishaq, M. F(1997). Action Research. Malang: Depdiknas.
Mukhlis, A. (2001). Penelitian Tindakan Kelas, Konsep Dasar dan Langkah – langkah.
Surabaya: Unesa.
Rochiati Wiriatmadja, (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas, UPI Bandung dan
Rosda
Supriyadi, (2005), Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), Jakarta:
Universitas Negeri Jakarta
Susilo, H. (2003). "Konsep dan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas bagi Pengembangan
Profesi Guru dan Dosen MIPA." Makalah Seminar Exchange Experience dan
Workshop Pembelajaran MIPA Konstektual Menyongsong Implementasi KBK di
Malang tanggal 9 – 12 Juli 2003.
Kertiasa, Nyoman. 2006. Laboratorium Sekolah dan Pengelolaannya. Bandung: CV.
Pudak Scientific.
Nafianti, Sarah Diana. 2011. Bahan Kimia Berbahaya. Tersedia (online):
http://sarahdianafianti.wordpress.com/2011/05/15/bahan-kimia-berbahaya/ [diakses
pada tanggal 28 Maret 2013] Santosa, Edi. 2008. Bahan Bakar Hidrogen dari Air
Telah Dipatenkan Stanley Meyer. Tersedia (online):
http://m.detik.com/read/2008/05/25/115552/944712/10/bahan-bakar-hidrogen-
dariair-telah-dipatenkan-stanley-meyer [diakses pada tanggal 7 Maret 2013].

65
Sulisto, Suryo Bambang. 2013. Kadin Minta Subsidi BBM Dicabut Sepenuhnya.
Tersedia [online]: http://m.metrotvnews.com/read/news/2013/02/28/134564/Kadin-
Minta-Subsidi-BBM-DicabutSepenuhnya [diakses pada tanggal 7 Maret 2013].
Suryana, Sarna. 2010. Service MIkroskop. Tersedia (online): http://service-
mikroskop.blogspot.com [diakses pada tanggal 13 Maret 2010].
Tim Pudak Scientific. 2009. Panduan Contoh-Contoh Aktivitas Biologi untuk SMP dan
Sekolah Sederajat. Bandung: CV. Pudak Scientific.
Yunita. 2009. Panduan Pengelolaan Laboratorium Kimia. Bandung: CV. Insan Mandiri.

66
DAR2/Profesional/097/1/2019

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM

MODUL 1
PEMBELAJARAN IPA DAN KONSEP IPBA

Kegiatan Belajar 3:
Struktur Bumi dan Mitigasi Bencana Kebumian

Penulis:
Agus Fany Chandra Wijaya

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


2019

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................................... i


A. Pendahuluan .......................................................................................................................... ii
1. Deskripsi Singkat ................................................................................................................. ii
2. Relevansi............................................................................................................................... ii
3. Petunjuk Belajar................................................................................................................. iii
B. Inti.......................................................................................................................................... 1
1. Capaian Pembelajaran........................................................................................................ 1
2. Sub Capaian Pembelajaran ................................................................................................ 1
3. Uraian Materi ...................................................................................................................... 1
a. Struktur Bumi ................................................................................................................... 1
b. Gempa Bumi dan Gunung Berapi ................................................................................. 19
1) Gempa Bumi ............................................................................................................... 19
2) Gunung Berapi ........................................................................................................... 34
3) Atmosfer ...................................................................................................................... 49
4) Hidrosfer ..................................................................................................................... 64
4. Forum Diskusi ...................................................................................................................... 72
C. Penutup ..................................................................................................................................... 73
1. Rangkuman .......................................................................................................................... 73
2. Tes Formatif ......................................................................................................................... 74
3. Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 79

i
Kegiatan Belajar 3 : Struktur Bumi dan Mitigasi Bencana Kebumian

A. Pendahuluan
1. Deskripsi Singkat

Modul Hybrid Learning Pembelajaran IPA dan Konsep IPBA ini merupakan buku modul
PPG dalam jabatan yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangka membekali guru dengan
kompetensi professional yang berorientasi pada implementasi Kurikulum 2013. Buku ini
dirancang untuk memperkuat kompetensi guru dari sisi pengetahuan, keterampilan, dan
sikap secara utuh. Proses pencapaiannya dirancang melalui pembelajaran hybrid dengan
didukung berbagai jenis media terkait yang menunjang sebagai suatu kesatuan yang saling
mendukung pencapaian kompetensi tersebut. Sebagai transisi menuju ke pendidikan
menengah, pemisahan mata pelajaran masih belum dilakukan sepenuhnya bagi peserta
didik SMP/ MTs. Materi-materi dari bidang-bidang ilmu Fisika, Kimia, Biologi, serta Ilmu
Bumi dan Antariksa masih perlu disajikan sebagai suatu kesatuan dalam mata pelajaran IPA
(Ilmu Pengetahuan Alam). Hal ini dimaksudkan untuk memberikan wawasan yang utuh bagi
peserta didik SMP/MTs tentang prinsip-prinsip dasar yang mengatur alam semesta beserta
segenap isinya.

Buku ini menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam Kurikulum
2013, peserta didik diberanikan untuk mencari sumber belajar lain yang tersedia dan
terbentang luas di sekitarnya. Peran guru sangat penting untuk meningkatkan dan
menyesuaikan daya serap peserta didik dengan ketersediaan kegiatan pada buku ini. Guru
dapat memperkayanya dengan kreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan
relevan yang bersumber dari lingkungan sosial dan alam.

2. Relevansi
Buku Modul IPA ini disusun dengan pemikiran di atas. Bidang ilmu Fisika, Kimia, dan
Biologi dipakai sebagai landasan (platform) pembahasan bidang ilmu kebumian dan
keantariksaan yang akan disajikan. Makhluk hidup digunakan sebagai objek untuk
menjelaskan prinsip-prinsip dasar yang mengatur alam seperti objek alam dan interaksinya,

ii
energi dan keseimbangannya, dan lain-lain. Melalui pembahasan menggunakan bermacam
bidang ilmu dalam rumpun ilmu pengetahuan alam, pemahaman utuh tentang alam yang
dihuninya beserta benda-benda alam yang dijumpai di sekitarnya dapat dikuasai oleh guru
IPA SMP/MTs untuk diajarkan kepada para siswanya.
Sebagai salah satu rumpun ilmu yang berperan penting dalam mempersiapkan dan
membekali siswa sebagai insan yang akan hidup di era abad 21, maka penyusunan modul ini
juga berkaitan erat dengan pengembangan kemampuan-kemampuan abad 21. Selain itu
pula, proses mengukur kemajuan pendidikan suatu negara serta pemahaman peserta didik
suatu negara terhadap IPA dibandingkan secara rutin sebagaimana dilakukan melalui
TIMSS (The Trends in International Mathematics and Science Study) dan PISA (Program
for International Student Assessment). Melalui penilaian internasional seperti ini kita dapat
mengetahui kualitas pembelajaran IPA dibandingkan dengan negara lain. Materi IPA pada
Kurikulum 2013 ini telah disesuaikan dengan tuntutan penguasaan materi IPA relevan
dengan TIMSS dan PISA.

3. Petunjuk Belajar
Sebelum Anda menggunakan modul ini, Anda perlu membaca bagian petunjuk ini. Mengapa
diperlukan? Ibarat Anda sedang berlibur di tempat wisata, Anda tentunya ingin
memanfaatkan fasilitas yang ada di tempat wisata tersebut bukan? Tentunya, agar tujuan
tersebut tercapai Anda akan membaca peta di mana fasilitas itu berada. Begitu juga dengan
modul ini. Jika Anda ingin memperoleh manfaat yang maksimal dari modul ini tentu
merupakan tindakan yang bijak jika Anda benar-benar memerhatikan dan memahami bagian
petunjuk penggunaan modul ini. Selamat mempelajari!
Fitur mari kita cari tahu ini berisi tugas atau permasalahan yang perlu untuk dicari jawabannya
atau untuk mencari pengetahuan tambahan terkait materi yang dipelajari. Fitur mari kita diskusikan
ini berisi suatu masalah yang berkaitan dengan konsep yang perlu untuk dipecahkan melalui
kelompok. Fitur ini dapat melatih Anda dalam mengungkapkan pendapat atau berkomunikasi dan
memecahkan masalah. Fitur rangkuman ini berisi ringkasan materi dari bab yang telah dipelajari.
Anda dapat mereview keseluruhan materi yang telah dipelajari melalui fitur ini. Fitur tes formatif
ini berisi soal-soal untuk mengevaluasi pemahaman dan penerapan konsep dalam satu bab yang telah
dipelajari.

iii
B. Inti
1. Capaian Pembelajaran

Memahami pengaruh perubahan struktur bumi terhadap bencana kebumian dan


mitigasinya.

2. Sub Capaian Pembelajaran

s. Menganalisis pengaruh perubahan struktur bumi yang menyebabkan terjadinya


bencana alam.
t. Mendeskripsikan langkah-langkah mitigasi yang diperlukan untuk mengurangi resiko
bencana alam.

3. Uraian Materi

a. Struktur Bumi

Bumi merupakan planet ketiga dalam sistem galaksi Bima Sakti. Berdasarkan gambar
yang diambil dari teleskop Hubble yang diluncurkan National Aeronautics and Space
Administration (NASA), Bumi memiliki bentuk bulat seperti bola.

Gambar 3.1 Penampakan Bumi dan foto Indonesia dari luar angkasa
Seperti yang kita ketahui, bahwa sebuah bola hanya memiliki selimut yang
menyelubungi permukaan saja, sedangkan bagian dalamnya kosong. Namun, apakah

1
planet kita juga kosong di bagian dalamnya seperti bola? Untuk memahami hal ini,
coba lakukan kegiatan berikut.

Mari Kita Lakukan

Aktivitas 3.1 Menyelidiki analogi lapisan Bumi

Ambillah sebuah telur rebus, bawang merah, dan pisau. Kemudian belah telur rebus
dan bawang merah secara membujur/vertikal menggunakan pisau.

Peringatan
Gunakan pisau secara hati-hati agar tidak melukai diri sendiri maupun orang lain.

Lapisan apa saja yang terdapat pada telur dan bawang merah tersebut? Coba amati.

Bagaimana hasil pengamatan dari kegiatan Anda di atas? Dari kegiatan di atas dapat
Anda ketahui bahwa telur dan bawang merah tersusun atas berbagai lapisan. Telur
memiliki lapisan yang tersusun atas cangkang atau kulit di bagian luar hingga kuning
telur di bagian paling dalam. Bawang merah terdiri atas lapisan-lapisan umbi.
Bagaimanakah dengan Bumi yang kita tinggali? Apakah juga terdiri atas lapisan-
lapisan tertentu? Untuk memahami hal ini, lakukanlah kegiatan berikut.

Mari Kita Diskusikan

Lakukanlah kajian pustaka dan diskusi tentang lapisan-lapisan Bumi dengan teman
Anda. Apakah Bumi terdiri atas lapisan-lapisan tertentu atau tidak? Berikan pendapat
Anda. Sertakan pula fakta-fakta yang mendukung pendapat yang Anda ajukan.

Hingga saat ini, Bumi merupakan satu-satunya planet dalam galaksi Bima Sakti yang
diketahui mampu menunjang kehidupan. Hal ini disebabkan komponen-komponen
pendukung kehidupan tersedia di Bumi, mulai dari air, udara, dan tanah yang

2
merupakan tempat tumbuhnya berbagai tanaman untuk mendukung kehidupan, hal ini
termasuk berbagai mineral dan hasil tambang yang dapat dieksplorasi. Beberapa
mineral seperti emas, besi, batu bara, dan beberapa mineral lain dieksplorasi dengan
menggali hingga kedalaman tertentu. Misalnya, Tambang emas milik PT. Freeport di
Papua memiliki kedalaman hingga 1.785 meter. Kedalaman tambang batu bara
bervariasi mulai 100-350 meter (Lihat Gambar 3.2!).

Gambar 3.2 Penampakan tambang PT. Freeport Papua


Sumber: mining-journal.com

Berdasarkan fakta tersebut, Anda dapat mengetahui bahwa pada kedalaman tertentu
Bumi memiliki penyusun yang berbeda. Pada bagian dalam Bumi juga tersusun dari
sebuah cairan. Untuk mengetahui hal tersebut, amatilah video atau gambar gunung
meletus.

Mari Kita Cari Tahu (3.1.)

Akseslah laman video melalui youtube berikut ini:

https://www.youtube.com/watch?v=BCm6xTZj-vk

Video tersebut menjelaskan mengenai fenomena gunung meletus. Berdasarkan video


tersebut, identifikasilah material-material yang dikeluarkan saat terjadi letusan
gunung berapi tersebut.

3
Salah satu material yang dimuntahkan saat terjadi letusan gunung berapi adalah lava,
yakni magma dari dalam Bumi yang keluar ke permukaan. Berdasarkan fakta tersebut
dapat diketahui bahwa jauh di dalam Bumi juga terdapat cairan berupa magma yang
menjadi salah satu penyusun Bumi. Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa Bumi
berbentuk bola yang memiliki isi di dalamnya.

Pada kegiatan sebelumnya telah Anda ketahui bahwa telur dan bawang merah terdiri
atas lapisan-lapisan tertentu di dalamnya. Sama halnya dengan Bumi. Bumi memiliki
lapisan- lapisan penyusun mulai dari lapisan paling dalam hingga lapisan terluar. Jika
Bumi ini “dibelah”, maka lapisan- lapisan penyusun Bumi akan nampak jelas seperti
Gambar 3.3. Pada Gambar 3.3., Bumi tersusun atas lapisan-lapisan yang terdiri atas
atmosfer sebagai lapisan terluar, kemudian ada mantel Bumi, inti luar, dan inti dalam.
Bentuk dari lapisan tersebut adalah selimut bola sehingga lapisan yang lebih luar
menyelimuti lapisan di dalamnya.

Gambar 3.3 Lapisan Bumi


Sumber: www.ilmusiana.com

Mari Kita Cari Tahu (3.2.)

4
Keberadaan dan karakteristik umum dari dua lapisan terluar Bumi telah kita bahas,
namun ternyata Bumi tidak hanya terdiri dari dua lapisan tersebut. Untuk mempelajari
lebih jauh mengenai lapisan dalam Bumi lainnya, cobalah akses laman youtube
berikut ini:

https://www.youtube.com/watch?v=faXNNHcyXXk

Secara langsung memang manusia belum pernah dapat mengakses bagian dalam
Bumi. Namun dengan memanfaatkan karakteristik gelombang gempa Bumi, kita
dapat mempelajari seperti apa struktur dalam Bumi kita. Cobalah aktivitas 3.2 berikut
ini untuk lebih memahami secara ilustratif bagaimana kita dapat memahami
karakteristik suatu benda hanya dengan mendengarkan bunyi-bunyian yang
dihasilkan benda tersebut.

Mari Kita Lakukan

Aktivitas 3.2 Menyelidiki lapisan dalam Bumi

Ajaklah salah satu kolega anda untuk melakukan aktivitas ini. Cobalah anda
pejamkan mata anda dan bersiap untuk mendengarkan bunyi-bunyian yang akan
dihasilkan kemudian dalam aktivitas ini. Mintalah kolega anda untuk memukul
beberapa jenis benda di sekitar anda dan memukulnya satu per satu secara bergantian
hingga menghasilkan bunyi khasnya yang dapat anda dengar. Kemudian untuk setiap
bunyi yang dihasilkan, cobalah anda tebak jenis benda apa yang menjadi sumber
bunyi tersebut.

Mari Kita Diskusikan

Saat suatu benda dipukul, apakah yang sebenarnya dihasilkan benda tersebut
sehingga bunyi dapat sampai ke telinga kita? Saat bunyi-bunyian dihasilkan oleh
benda-benda berbeda, karakteristik bunyi yang diterima telinga tidaklah sama,

5
berdasarkan karakteristik apakah itu? Berkenaan dengan video yang anda akses
melalui youtube pada aktivitas Mari Kita Cari Tahu (3.2.) berkenaan dengan cara
menentukan struktur bagian dalam Bumi kita, bagaimanakah anda dapat
menjelasakan lebih sederhana proses tersebut dilakukan? Sertakan pula fakta-fakta
yang mendukung pendapat yang Anda ajukan.

Sebagai pembahasan lebih mendalam mengenai struktur lapisan dalam Bumi, ulasan materi
akan didasarkan pada penggolongan lapisan Bumi menurut komposisi (jenis dari
materialnya). Pembahasan akan dimulai dari lapisan paling dalam hingga lapisan paling luar.

Inti Bumi

Lapisan inti Bumi yang juga dikenal dengan lapisan Barisphere, terletak di bagian
tengah/pusat Bumi. Secara umum inti Bumi memiliki massa jenis rata-rata 10 gr/cm3 – 13
gr/cm3, sehingga diperkirakan inti disusun oleh gabungan logam: 80% besi dan nikel.
Menurut para ahli, berdasarkan sifat dari materialnya inti Bumi terbagi menjadi dua lapisan,
yaitu:

1) Inti Bumi bagian dalam


Inti Bumi bagian dalam merupakan bagian bumi yang paling dalam atau dapat
juga disebut inti Bumi. inti bumi mempunyai tebal 1.200 km dan berdiameter
2.600 km. inti Bumi terdiri dari besi dan nikel berbentuk padat dengan temperatur
dapat mencapai 4.800 °C
2) Inti Bumi bagian luar
Inti Bumi bagian luar merupakan salah satu bagian dalam Bumi yang melapisi inti Bumi
bagian dalam. Inti Bumi bagian luar mempunyai tebal 2.250 km dan kedalaman antara
2.900-4.980 km. Inti Bumi bagian luar terdiri atas besi dan nikel cair dengan suhu
3.900 °C.

Berdasarkan keterangan dari penjelasan dua lapisan inti Bumi tadi, jika dijumlahkan maka
jari-jari inti Bumi 3.450 km, lebih sedikit dari setengah jari-jari Bumi (6.400 km), akan tetapi
volume inti Bumi < 20% dari volume Bumi.

6
Ada tiga alasan mengapa yang paling memungkinkan menyusun inti Bumi adalah besi: (1)
massa jenis besi (7,8 g/cm3) mendekati massa jenis rata-rata inti Bumi; (2) besi berwujud cair
pada tekanan dan suhu seperti dalam inti Bumi; (3) besi banyak terdapat di Bumi.

Mantel Bumi

Lapisan bagian dalam Bumi yang menyelimuti inti Bumi disebut sebagai mantel Bumi,
memiliki tebal rata-rata 2.900 km. Massa jenis rata-rata mantel adalah 4,5 g/cm3, sehingga
diperkirakan disusun oleh batuan silikat dan magnesium yang dikenal sebagai mineral mafic.
Suhu pada lapisan ini adalah sekitar 2.800oC pada bagian yang dekat dengan inti dan 1.800oC
pada bagian yang dekat dengan kerak.

Lapisan mantel Bumi ini pun bila diteliti lebih dalam memiliki karakteristik yang berbeda
pada bagian yang paling dalam (dekat dengan inti Bumi) dan bagian yang paling atas (dekat
dengan kerak Bumi). Pada bagian yang paling dalam, para ahli menyebutnya sebagai
Mesosfer dengan ketebalan sekitar 2.400 – 2.700 km dan disusun dari campuran batuan basa
dan besi. Sedangkan bagian paling atas dikenal sebagai Asthenosfer yang merupakan lapisan
dengan posisi terletak tepat di bawah lapisan lithosfer. Lapisan ini tebalnya 100 – 400 km ini
diduga sebagai tempat formasi magma (magma induk).

Kerak Bumi

Lapisan kerak Bumi merupakan lapisan terluar dan sekaligus tempat dimana manusia
melakukan aktivitas kehidupannya. Lapisan ini merupakan lapisan paling tipis,
dengan ketebalan berkisar antara 8 – 40 km. Kerak Bumi tersusun terutama oleh
batuan metamorf dan sedimen. Karena bahan utama penyusun kerak Bumi adalah
batuan, maka kerak Bumi disebut juga sebagai lapisan batuan atau Lithosfer (lithos =
batuan, sphere = lapisan). Kerak Bumi dapat dibedakan menjadi kerak benua yang
merupakan daratan, dan kerak samudera yang tertutupi oleh perairan. Kerak benua
memiliki ketebalan rata-rata sekitar 35 km, sedangkan kerak samudera memiliki
ketebalan rata-rata sekitar 7 km. Namun demikian massa jenis kerak samudera lebih
besar dibandingkan dengan massa jenis kerak benua, ini terjadi karena walaupun pada
dasarnya batuan dari kedua kerak ini memiliki kesamaan, namun kerak samudera
mendapatkan tekanan lebih besar oleh air laut yang berada tepat di atasnya dan

7
menyelimutinya.
Lebih jauh lagi kita akan mengenal bagaimana lapisan paling luar penyusun Bumi
kita ini mempengaruhi fenomena alam yang senantiasa akan kita selalu hadapi.
Dengan mempelajarinya diharapkan kita lebih mengenal Bumi yang kita tinggali ini

Litosfer

Perhatikan Gambar 3.4. berikut ini.

Gambar 3.4. Tanah memiliki lapisan dengan struktur yang berbeda


Sumber: http://ips-abi.blogspot.co.id

Bagaimanakah struktur tanah pada Gambar 1.18 tersebut? Dari gambar terlihat bahwa
tanah memiliki lapisan-lapisan tertentu. Bagaimana dengan struktur tanah pada setiap
lapisan? Anda juga dapat melihat bahwa setiap lapisan tanah memiliki struktur tanah
yang berbeda. Pada bagian atas merupakan tanah humus yang dapat digunakan untuk
bercocok tanam. Pada bagian tengah terdapat tanah dengan struktur yang lebih keras.
Pada lapisan ketiga tanah tersebut tersusun dari bebatuan keras. Dengan demikian,
Anda dapat mengetahui bahwa tanah di Bumi memiliki lapisan-lapisan tertentu
dengan struktur tanah dan batuan yang berbeda.
Dalam ilmu pengetahuan alam (IPA) tentang kebumian, tanah atau bebatuan yang ada
di Bumi disebut Litosfer. Litosfer berasal dari bahasa Yunani yakni lithos (batuan)
dan sphaira (lapisan). Jadi, litosfer merupakan lapisan batuan yang ada di Bumi.
Dalam pengertian luas, litosfer diartikan sebagai seluruh bagian padat Bumi,

8
termasuk intinya. Struktur padat Bumi terdiri atas kerak Bumi, mantel, dan inti Bumi.
Masing-masing struktur padat Bumi tersebut dibedakan lagi menjadi bagiannya
masing-masing. Kerak Bumi dibedakan menjadi kerak benua dan kerak samudera.
Kerak benua merupakan kerak Bumi yang berada di daratan. Kerak samudera
merupakan kerak Bumi yang berada di dalam laut. Mantel Bumi terdiri atas mantel
atas dan mantel bawah. Inti Bumi dibedakan menjadi 2, yakni inti luar yang berupa
cairan pekat dan inti dalam yang bersifat pekat hampir menyerupai padatan.
Berdasarkan struktur Bumi, ada dua teori mendasar yang perlu Anda pelajari, yaitu
teori tektonik lempeng serta teori gempa bumi, dan gunung berapi.

Teori Tektonik Lempeng

Perhatikan peta dunia pada Gambar 1.19. Jika Anda memotong gambar masing-
masing benua yang ada, kemudian menyatukannya kembali, apakah yang terjadi?
Ternyata potongan benua tersebut akan membentuk kesatuan seperti sebuah puzzle.

Gambar 3.5. Ilustrasi potongan benua yang menyatu membentuk Pangeae modern
Sumber: mymodernmet.com

Berdasarkan fakta tersebut, seorang ahli meteorologi asal Jerman bernama Alfred
Wegener mengajukan sebuah teori yang dikenal dengan teori pergerakan benua

9
(Continental drift). Dalam teorinya, Wegener menjelaskan bahwa pada zaman dahulu,
semua benua di Bumi menyatu membentuk sebuah daratan yang sangat luas
(Pangeae) Sekitar 200 juta tahun lalu benua tersebut terpisah dan bergerak menjauh
secara perlahan.

Gambar 3.6 Benua Pangeae


Sumber: National Geographic Indonesia

Selain fakta benua yang ada di Bumi seperti puzzle, penemuan fosil juga mendukung
teori pergerakan benua. Salah satu buktinya dengan adanya penemuan fosil
Mesosaurus di Amerika Selatan dan di Afrika. Mesosaurus merupakan jenis reptil
yang hidup di darat dan di air tawar. Wegener beranggapan bahwa tidak mungkin
berenang di samudera untuk sampai ke benua lain. Oleh karena itu, Wagener
beranggapan bahwa Mesosaurus hidup di benua tersebut pada saat benua masih
menyatu.

10
Gambar 3.7. Penyebaran fosil Mesosaurus, Cynognathus, Lystrosaurus, dan Glossopteris
Sumber: fr.wikipedia.org

Selain fosil Mesosaurus, penemuan fosil lainnya juga mendukung teori pergerakan
lempeng. Beberapa penemuan fosil tersebut, antara lain (a) Fosil Cynognathus yang
ditemukan di Amerika Selatan dan Afrika, (b) Fosil Lystrosaurus yang ditemukan di
Afrika, India, dan Antartika, (c) Fosil Glossopteris tumbuhan yang ditemukan di
Amerika Selatan, Afrika, India, Antartika, dan Australia.
Jika benua pernah menyatu, maka bebatuan yang menyusun benua tersebut akan
memiliki kesamaan. Misalnya, struktur bebatuan pegunungan di Amerika Serikat
memiliki kesamaan dengan batuan di Greenland dan Eropa Barat. Selain itu, struktur
batuan di Amerika Selatan dan Afrika juga memiliki kesamaan. Kesamaan struktur
batuan juga salah satu fakta pendukung bahwa benua pernah menyatu. Akan tetapi,
teori pergerakan benua yang diajukan Wagener tidak dapat menjelaskan bagaimana
benua berpisah dan bergerak menjauh. Oleh karena itu, teori pergerakan benua
Wagener ditolak oleh para ahli pada saat itu.
Pada awal tahun 1960, seorang ilmuwan dari Princeton University yang bernama
Harry Hess mengajukan teori yang bernama Seafloor spreading atau pergerakan dasar
laut. Hess menjelaskan bahwa di bawah kerak Bumi tersusun atas material yang
panas dan memiliki massa jenis yang rendah. Akibatnya, material tersebut naik ke
punggung kerak samudera. Kemudian material bergerak ke samping bersama dasar
kerak samudera, sehingga bagian dasar kerak samudera tersebut menjauh dari
11
punggung kerak samudera dan membentuk sebuah patahan. Proses tersebut
diilustrasikan pada Gambar 3.8.

Gambar 3.8. Dasar kerak samudera yang menjauh dari punggung kerak samudera
Sumber: www.tes.com

Karena dasar kerak samudera menjauh sehingga terbentuk patahan, maka magma
akan naik ke atas dan mengisi patahan tersebut. Magma yang telah sampai ke patahan
akan mendingin dan membentuk kerak yang baru. Teori Seafloor spreading ini
mampu menjelaskan bagaimana proses terbentuknya lembah maupun gunung bawah
laut. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian ternyata usia batuan dasar laut dengan
kapal Glomar Challenger (1968) juga memperkuat teori ini. Berdasarkan penelitian
tersebut dapat diketahui bahwa usia batuan pada punggung kerak samudera lebih tua
dari usia batuan pada dasar kerak. Hal ini menunjukkan bahwa batuan di punggung
kerak samudera baru terbentuk karena efek Seafloor spreading.
Sekitar tahun 1960, para ilmuwan mengembangkan sebuah teori berdasarkan teori
continental drift dan seafloor spreading Teori ini disebut teori tektonik lempeng.
Berdasarkan teori ini, kerak Bumi dan bagian atas dari mantel Bumi terbagi menjadi
beberapa bagian. Bagian ini disebut lempeng. Lempeng bersifat plastis dan dapat
bergerak di lapisan ini. Lempeng tersusun atas kerak dan bagian atas mantel Bumi,
seperti terlihat pada Gambar 3.9.

12
Lempeng
kerak
samudra

Lempeng kerak
benua
Litosfer

Litosfer

Lapisan
Astenosfer
tebal
bagian atas

Gambar 3.9 Lempeng tersusun atas kerak dan bagian atas mantel Bumi
Sumber: www.ipapedia.web.id

Berdasarkan teori tektonik lempeng, bagian luar Bumi tersusun atas litosfer yang
dingin dan kaku (lempeng) serta tersusun oleh astenosfer. Astenosfer bersifat plastis
yang berada di bawah lempeng. Akibatnya, lempeng seolah-olah mengapung dan
bergerak di atas astenosfer. Ketika lempeng bergerak, akan terjadi interaksi
antarlempeng. Lempeng dapat bergerak saling menjauh dan memisah. Selain itu,
lempeng juga bisa saling mendekat hingga terjadi tubrukan antarlempeng. Jenis
pergerakan lempeng tersebut dapat diamati pada Gambar 3.10.

13
Lempeng
Amerika
Lempeng Eurasian
Lempeng Amerika Utara
Utara

Lempeng
Lempeng Arab Lempeng
Lempeng
Juan De Pasifik
Karibia
Fuca
Lempeng Cocos Lempeng
Lempeng Afrika Filipina

Lempeng
Lempeng Lempeng
Pasifik
Nazca Amerika Lempeng India-
Selatan Australia

Lempeng
Scotia

Lempeng Lempeng
Antartika Antartika

Gambar 3.10 Diagram lempeng di dunia beserta jenis pergerakannya


Sumber: Biggs, 2008
Pergerakan sebuah lempeng akan mengakibatkan perubahan pada lempeng lainnya.
Berbagai lempeng yang ada di atas dapat bergerak secara terpisah dan juga
bersamaan. Apabila 2 lempeng bergerak saling menjauh, lempeng tersebut bersifat
Jika Anda amati pada Gambar 3.10, lempeng India-Australia bergerak menjauh dari
lempeng Antartika. Selain itu, lempeng Amerika Utara juga bergerak menjauh dari
lempeng Eurasia. Adanya pergerakan divergent ini akan mengakibatkan perisiwa
patahan/retakan (Gambar 3.11.). Salah satu patahan yang terbesar di dunia adalah
patahan San Andreas di California Amerika Serikat yang panjangnya 1.300 km.

Gambar 3.11. Patahan San Andreas


Sumber: earth.google.com, http://versesofuniverse.blogspot.co.id

14
Jika terdapat 2 lempeng yang saling mendekat, maka pergerakan tersebut disebut
convergent. Beberapa lempeng yang bergerak konvergen antara lain, lempeng
India-Australia dengan lempeng Filipina serta lempeng India-Australia dengan
lempeng Eurasia. Pergerakan lempeng secara konvergen akan mengakibatkan
tabrakan antarlempeng. Akibatnya terjadi fenomena Subduksi dan tabrakan
antarbenua. Subduksi merupakan hasil tabrakan lempeng Samudera dengan lempeng
Benua yang mengakibatkan lempeng Samudera menyelusup ke bawah lempeng
Benua seperti pada Gambar 3.12 dan 3.13. Salah satu akibatnya adalah terbentuknya
palung laut.

Gambar 3.12 Analisis subduksi lempeng samudera Filipina dengan lempeng benua Eurasia dan
pembentukan palung Mariana (Palung terdalam) di Filipina
Sumber: uk.wikipedia.org

Tabrakan antarbenua terjadi ketika kerak benua bergerak saling mendekat. Salah satu
fakta terjadinya tabrakan antarbenua adalah terbentuknya pegunungan Himalaya.
Pegunungan Himalaya terbentuk karena ada 2 lempeng benua yang bertabrakan,
sehingga mengakibatkan salah satu kerak benua terdorong ke atas dan membentuk
pegunungan.

15
Gambar 3.13 Analisis subduksi lempeng benua India dengan Eurasia dan pembentukan
Pegunungan Himalaya di India
Sumber: www.wsj.com, earth.google.com

Penyebab Terjadinya Pergerakan Lempeng Tektonik

Coba perhatikan dan amati ketika Anda memasak air hingga mendidih. Apa yang
akan terjadi? Ketika air mendidih akan timbul gelembung-gelembung udara yang
bergerak naik dan hilang di permukaan.

16
Gambar 3.14. Proses konveksi pada air yang dipanaskan dan fenomena yang sama di dalam perut
Bumi
Sumber: fathul-ilmi.blogspot.co.id, https://www.pearson.com/

Bagaimana hal itu dapat terjadi? Berdasarkan prinsip kalor, ketika air dipanaskan
maka air di dasar panci akan berubah menjadi uap air (gelembung) yang massa
jenisnya lebih kecil. Karena massa jenis uap air lebih kecil dibandingkan air, maka
udara akan bergerak naik ke permukaan. Sesampainya di permukaan, suhu uap air
akan turun sehingga akan kembali ke wujud air (Gambar 3.14.). Hal tersebut terus
berlangsung jika air dipanaskan. Perpindahan kalor tersebut dinamakan konveksi.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Wegener belum dapat menjelaskan
bagaimana lempeng bergerak. Akan tetapi, dengan adanya teknologi yang ada saat ini
para ilmuwan telah menemukan beberapa penjelasan tersebut. Salah satu teori yang
diajukan ilmuwan adalah terjadinya perpindahan panas dari inti Bumi ke lapisan
mantel secara konveksi. Hal ini mirip seperti peristiwa mendidihnya air yang
dimasak.
Inti Bumi yang memiliki suhu hingga 6.000oC akan memanaskan material mantel
Bumi bagian bawah, sehingga massa jenis material tersebut berkurang. Akibatnya,
material tersebut bergerak naik dari dasar ke permukaan mantel. Sesampainya di
permukaan, material tersebut akan mengalami penurunan suhu, sehingga massa jenis
material akan bertambah. Karena massa jenisnya bertambah, maka material tersebut
akan turun ke dasar mantel. Di dasar mantel, material tersebut akan terkena panas

17
Bumi kembali, sehingga proses konveksi terjadi terus menerus. Berdasarkan teori ini,
ilmuwan berhipotesis bahwa konveksi inti Bumi menyebabkan pergerakan lempeng.

Mari Kita Lakukan

Aktivitas 1.3 Menyimulasikan Konveksi Inti Bumi

Tujuan
Mensimulasikan proses konveksi yang terjadi di inti Bumi

Alat dan Bahan


1. Gelas kimia 1.000 mL atau panci bening
2. Kaki tiga dan kasa
3. Pembakar spiritus/bunsen
4. Pewarna makanan
5. Kertas HVS
6. Gunting

Cara Kerja
1. Gambar bentuk benua pada kertas HVS.
2. Potong kertas tersebut sehingga membentuk sebuah benua.
3. Isi gelas kimia atau panci bening dengan air sebanyak 800 mL.
4. Letakkan kasa di atas kaki tiga.
5. Nyalakan api pada pembakar spiritus/bunsen dan meletakkannya di bawah kaki
tiga.
6. Panaskan gelas kimia/panci bening di atas kaki tiga dan kasa.
7. Teteskan pewarna makanan ke dalam air.
8. Letakkan potongan kertas di permukaan air.
9. Amati perubahan yang terjadi hingga air mendidih dan catat hasil pengamatannya
di buku tugasmu.

18
Analisis
1. Gambarkan proses yang terjadi pada percobaan tersebut.
2. Bagaimana posisi potongan kertas sebelum dan sesudah air mendidih? Mengapa
demikian? Jelaskan.
Berdasarkan penjelasan di atas, Anda dapat mengetahui bahwa Bumi merupakan
planet yang dinamis dengan bagian inti yang panas. Panas dari inti Bumi akan
berpindah secara konveksi, sehingga mengakibatkan pergerakan lempeng. Ketika
lempeng bergerak, maka akan terjadi interaksi antarlempeng. Interaksi tersebut dapat
membentuk sebuah palung laut, pegunungan, maupun sebuah gunung berapi. Ketika
lempeng bergerak, maka sebuah energi akan dilepaskan berupa gelombang seismik
atau yang dikenal dengan gempa. Anda dapat melihat efek dari pergerakan lempeng
di daerah pegunungan, erupsi gunung berapi, atau sebuah tempat yang berubah
setelah terjadi gempa atau aktivitas gunung berapi.

b. Gempa Bumi dan Gunung Berapi

1) Gempa Bumi

Untuk memahami tentang gempa bumi, Anda dapat melakukan kegiatan berikut.

Mari Kita Cari Tahu

Ambillah sebuah ranting yang jatuh dari pohonnya. Kemudian bengkokkan


ranting tersebut secara perlahan. Berhentilah membengkokkan sebelum ranting
tersebut patah. Amati yang terjadi. Kemudian, bengkokkan kembali ranting
tersebut secara perlahan hingga patah. Apa yang Anda rasakan?

Jika Anda membengkokkan secara perlahan, Anda akan menemukan bahwa


ranting dapat kembali ke bentuk normal apabila Anda berhenti membengkokkan
ranting tersebut. Namun, jika Anda terus membengkokkan ranting secara perlahan
maka ranting akan patah, seperti pada Gambar 3.15. Ketika ranting patah, Anda
dapat merasakan ada getaran pada ranting tersebut.

19
Gambar 3.15. Ketika ranting dibengkokkan secara perlahan hingga patah, akan terasa getaran
pada ranting
Sumber: Biggs, 2008

Pergerakan lempeng memberikan efek getaran yang sama seperti mematahkan


ranting. Ketika terdapat gaya yang cukup besar yang berasal dari pergerakan
lempeng, maka bebatuan di lempeng akan menegang. Akibatnya, lempeng
tersebut berubah bentuk. Bahkan, lempeng dapat patah atau kembali ke bentuk
semula jika gaya tersebut hilang.

Batuan pada lempeng mengalami perubahan bentuk atau deformasi secara perlahan
dalam jangka waktu tertentu. Ketika batuan tersebut mengeras/ menegang maka
energi potensialnya terus bertambah. Ketika lempeng bergerak atau patah, maka
energi tersebut dilepaskan. Energi tersebut mengakibatkan terjadinya getaran yang
merambat melalui material Bumi lainnya. Getaran ini disebut gempa Bumi. Semakin
besar energi yang dilepaskan, maka getarannya akan semakin terasa.
Ketika lempeng patah menjadi 2 bagian, maka masing-masing bagian akan
bergerak menjauh. Daerah lempeng yang patah tersebut dinamakan fault
(patahan/sesar). Sesar yang terjadi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis,
bergantung pada bagaimana sebuah gaya bekerja pada lempeng.

20
Gambar 3.16 Jenis sesar berdasarkan gaya yang bekerja pada lempeng. (a) Ketika lempeng
ditarik berlawanan arah, sesar turun (normal fault) terbentuk. (b) Ketika lempeng ditekan dari
arah yang berbeda, sesar naik (reverse fault) terbentuk. (c) Ketika lempeng ditekan dari arah
yang berbeda dengan bidang patahan lebih kecil dari 150o, sesar naik (Thrust fault) terbentuk
dimana batuan lebih tua menutupi batuan lebih muda, (d) Ketika lempeng bergeser, sesar geser
(strike slip fault) akan terbentuk
Sumber: Biggs, 2008

Ketika sebuah lempeng ditarik berlawanan oleh sebuah gaya, maka akan terbentuk
sesar normal seperti pada Gambar 3.16a. Pada sesar normal, struktur batuan lempeng
yang ada di atas sesar akan bergeser turun dibandingkan struktur batuan lempeng
yang ada di bawah sesar. Sebuah gaya yang mendorong lempeng saling mendekat
akan menekan lempeng tersebut dari arah yang berlawanan. Gaya dorong ini
menyebabkan struktur batuan lempeng di bagian atas sesar bergerak naik. Fenomena
ini disebut reverse fault (sesar terbalik, sesar turun) seperti pada Gambar 3.16b.
Sebuah gaya geser yang bekerja pada lempeng akan membentuk strike-slip fault
(sesar geser). Gaya geser mengakibatkan lempeng di kedua sisi sesar geser bergerak
berlawanan pada permukaan Bumi. Fenomena tersebut diilustrasikan pada Gambar
3.16c.

21
Ketika Anda membengkokkan ranting secara perlahan hingga patah, maka Anda akan
merasakan ada getaran di sepanjang ranting. Getaran tersebut bersumber dari patahan
kayu yang dibuat. Kemudian, getaran merambat sepanjang ranting hingga terasa di
tangan. Sama halnya dengan patahnya ranting, ternyata gempa Bumi juga melepaskan
gelombang (getaran yang merambat). Gelombang ini merambat sepanjang permukaan
Bumi dan gelombang gempa Bumi disebut gelombang seismik.
Pergerakan lempeng di sepanjang sesar melepaskan sebuah energi. Energi ini
merupakan energi potensial saat lempeng terkena gaya. Kemudian, energi potensial
tersebut merambat dalam bentuk gelombang seismik. Sebuah titik pada kedalaman
Bumi yang menjadi pusat gempa disebut hiposentrum. Permukaan Bumi yang
berada di atas hiposentrum disebut episentrum. Dua titik tersebut diilustrasikan
seperti pada Gambar 3.17.
Saat terjadi pergerakan lempeng, gelombang seismik muncul di hiposentrum.
Kemudian gelombang tersebut merambat dari hiposentrum ke segala arah seperti
yang diilustrasikan Gambar 3.17. Gelombang seismik merambat ke bagian dalam
Bumi serta ke permukaan Bumi. Gelombang yang merambat di permukaan Bumi
menyebabkan kerusakan saat terjadi gempa.
Gelombang seismik yang merambat di bagian dalam Bumi dibedakan menjadi
gelombang primer dan sekunder. Gelombang primer (p-wave) bergerak melalui
material batuan. Partikel batuan akan bergetar searah dengan arah rambat gelombang
seismik. Dengan kata lain, gelombang primer merupakan gelombang longitudinal.
Gelombang sekunder (s-wave) merambat melalui batuan dengan menggetarkan
partikel batuan tegak lurus dengan arah rambat gelombang seismik. Gelombang
sekunder merupakan gelombang transversal. Gelombang lainnya merambat di
permukaan Bumi dengan menggetarkan batuan dan tanah sejajar permukaan Bumi.
Gerakan tersebut dapat menghancurkan bangunan yang ada di atasnya.

22
Gambar 3.17 Letak hiposentrum dan episentrum sebuah gempa
Sumber: kirsman1jakarta.blogspot.com

Gelombang seismik di permukaan Bumi merambat pelan dan memiliki kekuatan


penghancur yang besar. Perambatan gelombang di permukaan Bumi begitu kompleks.
Beberapa gelombang merambat di permukaan Bumi dengan cara menggerakkan
batuan dan tanah seperti ombak. Ilmu yang mempelajari tentang gempa Bumi adalah
seismologi. Ilmuwan yang mengkaji gempa Bumi disebut ahli seismologi. Alat yang
digunakan untuk mencatat data gelombang seismik adalah seismograf.
Pada sebuah seismograf terdapat gulungan kertas yang terpasang pada sebuah tabung
berputar. Di atas kertas tersebut terdapat jarum dengan sebuah pena. Ketika terdapat
gelombang seismik, gulungan kertas akan bergetar, namun jarum tetap diam. Jarum
dengan pena yang terpasang akan menggambarkan grafik gelombang seismik pada
kertas. Ketinggian garis pada kertas menggambarkan besarnya energi yang dilepaskan
saat gempa yang dikenal sebagai magnitude. Grafik hasil pencatatan seismograf
dinamakan seismogram.
Hasil pencatatan aktivitas gelombang seismik yang berupa seismogram dapat
menentukan jarak episentrum dan stasiun seismik. Ketika terdapat aktivitas
gelombang seismik, gelombang primer merambat lebih cepat dibandingkan
gelombang sekunder. Gelombang primer tercatat lebih dulu di seismograf. Dalam
seismogram, gelombang primer dan sekunder digambarkan terpisah (Gambar 3.18).

23
Adanya jarak antara gelombang primer dan sekunder menggambarkan adanya
perbedaan waktu datangnya gelombang. Semakin jauh perbedaan waktu datangnya
gelombang, maka semakin jauh pula letak episentrumnya.

Gambar 3.18 Gelombang primer dan sekunder merambat dengan kecepatan yang berbeda.
Perbedaan kecepatan ini digunakan untuk seismik dengan episentrum.
Sumber: Biggs, 2008

Oleh karena itu, apabila menggunakan informasi dari seismogram, maka ahli
seismologi menggambarkan lingkaran dengan radius yang sama dengan jarak gempa
untuk 3 stasiun seismik. Seperti terlihat pada Gambar 3.19. Titik temu dari 3
lingkaran tersebut merupakan episentrum. Untuk memastikan letak dari episentrum
sebuah gempa, dapat digunakan data dari berbagai stasiun seismik.

24
Gambar 3.19 Cara menentukan episentrum sebuah gempa
Sumber: physicsedulab.files.wordpress.com

Kekuatan gempa (magnitude) pada sebuah daerah dinyatakan dengan Skala Richter.
Pengukuran kekuatan gempa didasarkan pada amplitudo atau grafik gelombang
seismik di seismogram. Skala Richter menunjukkan besarnya energi gempa yang
dilepaskan. Berdasarkan gempa yang terjadi sampai saat ini, rentang Skala Richter
antara 1,0 – 10,0. Setiap kenaikan 1,0 skala, energi gempa yang dihasilkan 32 kali
lebih besar. Misalnya, sebuah gempa dengan kekuatan 6,8 Skala Richter melepaskan
energi 32 kali lebih besar dibandingkan energi yang dilepaskan gempa dengan
kekuatan 5,8 Skala Richter. Pencatatan di seismogram juga akan menunjukkan
gelombang gempa 6,8 Skala Richter lebih tinggi dibandingkan gelombang gempa
berkekuatan 5,8 Skala Richter.
Besarnya magnitude sebuah gempa akan memengaruhi besarnya energi yang
dilepaskan. Semakin besar magnitude sebuah gempa, maka energi yang dilepaskan
juga semakin besar. Akibatnya, kerusakan yang terjadi juga semakin besar.
Berdasarkan besar magnitude dan kerusakan yang ditimbulkan, gempa dikategorikan
seperti pada Tabel 3.1.

25
Tabel 3.1 Kategori gempa berdasarkan besarnya dan kerusakan yang ditimbulkan

Mari Kita Diskusikan

Bacalah berita berikut.


Gempa 5,1 Skala Richter Goyang Lombok Utara (NTB)
Liputan6.com, Jakarta - Gempa 5,1 Skala Richter (SR) menggoyang Lombok Utara,
Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin dinihari. Hal itu diinformasikan Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

“Gempa terjadi pada pukul 00.45 WIB,” tulis situs BMKG yang dikutip
Liputan6.com, Jakarta, Senin (5/10/2015).

Gempa berada pada lokasi dengan koordinat 7,82 derajat Lintang Selatan (LS) –
116,99 derajat Bujur Timur (BT) dengan kedalaman pusat gempa 323 km. Gempa itu
berada pada 80 km Timur Laut Lombok Utara, 112 km Timur Laut Sumbawa Barat,
NTB dan 1.144 km Tenggara Jakarta. BMKG menegaskan, gempa ini tidak
berpotensi menimbulkan ancaman tsunami.

Analisis
1. Berdasarkan berita di atas, identifikasi besarnya magnitude gempa, kategori, serta
efek dari gempa tersebut.

26
2. Dimanakah letak hiposentrum dan episentrum gempa tersebut?

Sebagian besar kerusakan akibat gempa Bumi diakibatkan oleh gelombang yang
merambat di permukaan Bumi. Bangunan serta jalan raya dapat rusak. Ketika gempa
terjadi di dasar laut, gerakan lempeng tersebut akan mendorong air laut ke atas,
sehingga timbul gelombang yang besar dan kuat. Gelombang air laut dapat mengalir
ratusan kilometer ke segala arah dari episentrum. Gelombang air laut ini disebut
tsunami. Pusat gelombang tsunami adalah episentrum yang berada di laut yang jauh
dari pantai. Ketinggian gelombang tsunami di tengah lautan, hanya sekitar 1 meter.
Namun, gelombang tersebut dapat merambat dengan kecepatan 500-1.000 km/jam.
Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30
km/jam. Akan tetapi, tinggi gelombang tsunami di dekat pantai meningkat hingga
puluhan meter. Sebelum gelombang tsunami sampai di pantai, air laut yang ada di
pantai surut seketika. Hal tersebut merupakan pertanda bahaya akan terjadi
gelombang tsunami. Proses terjadinya gelombang tsunami dapat dilihat pada Gambar
3.20. berikut.

27
dalam bahasa Jepang

Celah diciptakan oleh


Getaran bawah air tersebar di antara Gelombang
gempa bawah laut, jarak 125-250 km, menciptakan besar sampai
terisap dalam air gelombang dengan kecepatan 500 mencapai pantai
sampai pada tetes km/jam
permukaan laut
10

0 Permukaan laut
-10

m
10
Penurunan pada
0
permukaan laut
-10

m
10
Gelombang raksasa
0

-10

m
Gambar 3.20. Proses terjadinya gelombang tsunami
Sumber: fst.undip.ac.id

a. Mitigasi Bencana Gempa Bumi

Anda telah belajar tentang gempa dan bagaimana kerusakan yang ditimbulkannya.
Selain kerusakan bangunan dan benda-benda di dalamnya, gempa juga menyebabkan
kematian. Dalam beberapa kejadian, seperti di Iran, korban meninggal akibat gempa
sampai mencapai 50.000 jiwa. Jika dijumlahkan seluruhnya, gempa Bumi
mengakibatkan kematian mencapai jutaan jiwa. Beberapa catatan gempa kuat yang
terjadi pada tahun 1989-2003 disajikan pada Tabel 3.2.

28
Tabel 3.2. Data kejadian gempa dan jumlah korban tahun 1989-2003

Gempa lain yang menimbulkan tsunami juga memakan korban yang sangat banyak.
Salah satu tsunami yang terjadi adalah tsunami tahun 2004 yang menerjang 14 negara
termasuk Indonesia, tepatnya di Aceh dan Sumatra Utara. Gelombang tsunami ini
menewaskan lebih dari 230.000 jiwa.
Jumlah korban jiwa saat gempa terjadi dapat dikurangi, setidaknya memulai dengan
menyelamatkan diri sendiri. Banyak cara untuk mengurangi risiko kematian dan
kerusakan saat gempa. Hal pertama yang harus Anda lakukan adalah mempelajari
sejarah gempa Bumi di daerah dimana Anda berada. Jika Anda mengetahui di daerah
tersebut sering terjadi gempa sebelumnya, maka Anda dapat mempersiapkan diri
karena memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadi gempa lagi.
Indonesia merupakan salah satu daerah yang sering mengalami gempa Bumi. Seperti
yang Anda ketahui dari media massa bahwa dalam setahun Indonesia diguncang
gempa sebanyak 8.000 kali, baik gempa kecil maupun gempa dengan kekuatan yang
besar. Untuk itu, apa yang harus Anda lakukan untuk meminimalisir kerusakan akibat
gempa? Untuk memahami hal ini lebih jauh, coba lakukan diskusi berikut.

Mari Kita Diskusikan

Permasalahan:
Mengapa di Indonesia sering terjadi gempa Bumi?
Lakukan kajian pustaka, baik dari buku maupun internet terkait permasalahan di atas.
Buatlah suatu jawaban ilmiah dari pertanyaan di atas.

Tindakan untuk mengurangi risiko kerusakan maupun korban jiwa dapat Anda
29
lakukan sebelum, saat, dan sesudah gempa berlangsung. Namun, hal yang terpenting
adalah Anda harus belajar terlebih dahulu apa yang disebut dengan gempa Bumi.
Anda juga harus memerhatikan lingkungan tempat Anda berada. Dengan demikian,
ketika terjadi gempa Anda dapat mengetahui tempat yang paling aman untuk
berlindung. Selain itu, untuk mengurangi risiko akibat dari gempa Bumi Anda harus
mempelajari beberapa keterampilan. Misalnya, belajar melakukan
P3Kdanmenggunakanalatpemadamkebakaran. Anda juga sebaiknya menyimpan
nomor darurat yang dapat dihubungi saat terjadi gempa, seperti ambulans, pemadam
kebakaran, tim SAR, dan lain-lain. Secara garis besar tindakan tanggap sebelum
terjadi gempa seperti diilustrasikan pada Gambar 3.21.

Merenovasi rumah Cek kestabilan Pelajari lingkungan


agar tahan gempa benda
sekitar kita
yang menggantung

Meletakkan benda berat dan Selalu sedia P3K, senter, dan


mudah pecah di bagian bawah makanan sebagai persediaan
darurat.

Gambar 3.21. Tindakan tanggap sebelum gempa Bumi terjadi


Sumber: inatews.bmkg.go.id

Negara kita merupakan salah satu negara yang paling sering terjadi gempa. Oleh
karena itu, Anda harus mempersiapkan diri untuk mengurangi kerugian akibat gempa.
Usaha tersebut dapat dimulai dari rumah Anda masing-masing. Anda harus
memastikan apakah rumah Anda cukup aman dari bahaya akibat gempa Bumi, seperti
tanah longsor. Anda juga dapat merenovasi rumah Anda agar tahan gempa.

30
Ketika dalam
ruangan, cari
perlindungan dari
reruntuhan

Ketika diluar ruangan,


tetaplah diluar ruangan
dan menjauh dari
bangunan atau benda lain
yang berpotensi runtuh

Jika dalam kendaraan,


keluar dan cari tempat
terbuka

Menjauh dari pantai,


karena berpotensi
tsunami

Jika di pegunungan,
menjauh dari daerah
yang rawan longsor

Gambar 3.22 Tindakan yang harus


dilakukan ketika gempa terjadi

Sumber: inatews.bmkg.go.id
Salah satu teknologi yang digunakan untuk mengurangi kerusakan saat gempa adalah
rekayasa bangunan tahan gempa. Bangunan ini dapat menahan kekuatan getaran yang
dihasilkan gempa, sehingga mengurangi kerusakan yang terjadi. Saat ini banyak
gedung yang berdiri di atas pondasi yang tersusun atas baja dan karet. Selain itu,
penataan struktur bangunan juga direkayasa sedemikian rupa agar tahan gempa.
Dengan demikian, bangunan tahan gempa tersebut dapat menahan getaran gempa
Bumi dan mengurangi risiko kerusakan dan kematian penghuni di dalamnya.
Untuk mengurangi kerusakan harta benda yang ada di rumah kita akibat gempa kita
harus menata barang-barang yang ada di rumah. Akan lebih baik jika kita
memastikan bahwa perabotan rumah seperti lemari, kabinet, dan lain-lain tidak roboh

31
saat terjadi gempa. Selain itu, kita juga harus memastikan benda-benda yang
tergantung di rumah agar tidak mudah jatuh saat terjadi gempa. Kita juga bisa
menyimpan barang- barang yang berat dan mudah pecah berada di bagian bawah
lemari atau rak. Pastikan kita mematikan listrik, air, dan gas ketika tidak digunakan.
Serta, selalu sediakan kotak P3K, senter, dan makanan sebagai perlengkapan darurat
jika terjadi gempa.
Gempa merupakan salah satu bencana yang dapat terjadi setiap saat. Ada kalanya
gempa datang di saat Anda bekerja, saat Anda berlibur, atau di saat Anda berlibur
di pantai. Untuk menyelamatkan diri dari bahaya gempa, Anda dapat melakukan
tindakan berikut sesuai tempat Anda berada. Hal yang paling utama yang harus
dilakukan adalah tetap tenang saat terjadi gempa. Jika Anda panik terhadap situasi
yang dialami, pikiran Anda tidak akan jernih dan tidak tahu harus berbuat apa.

Gambar 3.23. Tindakan yang harus dilakukan setelah gempa terjadi

Sumber: inatews.bmkg.go.id

32
Jika Anda berada dalam ruangan saat terjadi gempa, carilah tempat berlindung yang
kuat dan mampu menahan reruntuhan seperti di bawah meja atau tempat tidur. Jika
tidak ada tempat berlindung, Anda dapat menggunakan bantal atau benda lainnya
untuk melindungi kepala. Akan lebih aman jika Anda menjauhi lemari, rak buku, dan
jendela. Selain itu, Anda harus berhati-hati terhadap atap yang mungkin runtuh, benda
yang tergantung, dan sebagainya.
Ketika Anda sedang berada di luar ruangan saat gempa, Anda dapat mencari ruang
terbuka yang jauh dari gedung tinggi, tebing terjal, tiang listrik, papan reklame, atau
pepohonan yang besar. Jika tidak ada ruang terbuka, tetaplah di luar ruangan.
Pastikan tempat Anda aman dari reruntuhan benda-benda yang ada di sekitarnya. Jika
Anda sedang berada di pantai, Anda dapat menjauhi pantai untuk menghindari bahaya
tsunami akibat gempa. Apabila terjadi gempa di daerah pegunungan, Anda dapat
mencari tempat yang aman dari tanah longsor akibat dari gempa tersebut.
Gempa Bumi juga dapat terjadi saat Anda di dalam perjalanan menuju suatu tempat.
Apabila gempa terjadi saat Anda di dalam kendaraan, Anda harus segera
menghentikan dan keluar dari kendaraan. Akan tetapi, jangan menghentikan
kendaraan di jalan layang atau jembatan. Gunakan rem tangan jika kendaraan kita
berada di jalan yang miring. Hal tersebut mencegah kendaraan Anda tergelincir dan
menimpa kendaraan lain.
Jika gempa telah berhenti, maka hal-hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah
menuju titik evakuasi. Titik evakuasi merupakan daerah aman dan di titik evakuasi
biasanya bantuan baik materi maupun medis dikumpulkan.

Apabila Anda terjebak dalam bangunan atau reruntuhan, Anda dapat menyingkirkan
reruntuhan terlebih dahulu. Tutuplah mulut dan hidungmu dengan kain atau masker
agar aman dari debu reruntuhan. Kemudian Anda harus memeriksa adakah yang
terluka, lakukan dengan P3K jika ada yang terluka. Selain itu, Anda juga harus
memeriksa lingkungan sekitar Anda. Hal-hal yang perlu diperiksa, antara lain
kebakaran, gas bocor, korsleting listrik, saluran air, serta jangan pernah menyalakan
api dalam ruangan. Gunakan telepon untuk meminta pertolongan darurat. Jika telepon

33
tidak berfungsi, Anda dapat menggunakan benda yang ada di sekitar untuk memberi
sinyal kepada orang lain. Misalnya membunyikan kentongan. Langkah selanjutnya
adalah keluar ruangan dengan tenang dan tertib.

Jika Anda berada di luar ruangan saat gempa, jangan memasuki bangunan setelah
gempa. Karena ada kemungkinan bangunan tersebut dapat runtuh. Selain itu, Anda
juga harus memerhatikan situasi lingkungan sekitar Anda. Sebaiknya, Anda tidak
berada di daerah sekitar gempa karena kemungkinan bahaya akibat gempa masih ada.
Misalnya reruntuhan bangunan. Apabila Anda berada di pantai atau di daerah pesisir,
perhatikan kondisi air laut setelah gempa. Jika air laut tiba- tiba surut dalam sesaat,
segeralah menjauh dari pantai sejauh mungkin karena adanya kemungkinan
gelombang tsunami akan terjadi.

Selain itu, hendaknya Anda juga terus mengikuti informasi terkait gempa Bumi yang
terjadi. Dengan mengikuti informasi tersebut, Anda akan mengetahui apakah akan
ada gempa susulan atau gempa tersebut berpotensi menimbulkan tsunami. Ada
kalanya Anda juga harus mengisi angket dari instansi terkait. Hal tersebut bertujuan
untuk mengetahui besar kerusakan akibat gempa, sehingga instansi terkait dapat
memberikan bantuan dengan efektif. Sangat penting untuk terus berdoa kepada Tuhan
Yang Maha Esa demi keselamatan kita bersama.

2) Gunung Berapi

Pada bagian sebelumnya Anda telah mempelajari bahwa gelembung udara pada air
mendidih dapat naik ke permukaan karena memiliki massa jenis yang lebih kecil.
Sama halnya dengan air mendidih, batuan cair atau magma juga bergerak ke
permukaan karena memiliki massa jenis yang lebih kecil dari batuan yang ada di
sekitarnya. Naiknya magma ke permukaan menyebabkan erupsi. Erupsi terjadi pada
gunung berapi. Magma yang keluar dan mengalir di permukaan Bumi saat terjadi
erupsi disebut lava. Gunung berapi memiliki lubang yang berbentuk melingkar di
daerah puncaknya yang disebut kawah. Saat erupsi terjadi, magma dan material
lainnya dimuntahkan melalui kawah gunung berapi.

34
Ketika erupsi gunung berapi (gunung meletus) terjadi, lava dan beberapa material
dimuntahkan hingga ribuan meter kubik (m 3) ke udara. Partikel-partikel dari material
dan lava yang mendingin akan terlontar ke atas, kemudian berjatuhan dari langit.
Fenomena ini yang disebut hujan debu vulkanik (tephra).

Beberapa gunung berapi terbentuk karena tabrakan dua lempeng. Proses tersebut akan
menghasilkan serangkaian gunung berapi. Hal ini seperti yang telah Anda pelajari
sebelumnya. Jika terdapat dua lempeng yang bertabrakan, maka lempeng yang
memiliki massa jenis yang lebih besar akan menekuk ke bawah lempeng yang massa
jenisnya lebih rendah. Ketika sebuah lempeng menekuk dibawa lempeng lainnya,
maka batuan pada lempeng yang menekuk akan melebur menjadi magma. Magma
tersebut akan naik menuju permukaan karena perbedaan massa jenis, seperti pada
Gambar 3.24.

Gambar 3.24. Proses pembentukan gunung berapi


Sumber: http://langitbiruandalas.blogspot.co.id

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, aktivitas lempeng dapat membentuk serangkaian


gunung api. Salah satu rangkaian gunung api yang dikenal adalah cincin api pasifik
(Cincin api pasifik (ring of fire) merupakan pusat gempa dan rangkaian gunung
35
berapi di sekitar samudera Pasifik (Gambar 3.25). Hampir 90% pusat gempa berada
di sepanjang cincin api Pasifik. Rangkaian gunung berapi diilustrasikan dengan titik
merah pada Gambar 3.25.

Gambar 3.25. Cincin api pasifik (ring of fire) yang mengitari samudera Pasifik.
Sumber: http://www.geologyin.com

Berdasarkan gambar tersebut, ternyata Indonesia terletak di dalam cincin api pasifik.
Akibatnya, di Indonesia banyak terbentuk gunung api. Hal tersebut dikarenakan letak
Indonesia berada di jalur pertemuan lempeng Eurasia dan India-Australia. Gunung
api tersebut membentuk sebuah barisan yang membentang dari bagian barat hingga
timur Indonesia. Rangkaian gunung berapi membentang dari pulau Sumatra, Jawa,
Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi hingga kepulauan Maluku, seperti terlihat pada
gambar 3.26.

36
Gambar 3.26 Persebaran gunung api di Indonesia
Sumber: https://www.usgs.gov/

Indonesia memiliki sekitar 150 gunung berapi, baik yang aktif maupun yang dorman
(tidur). Gunung api aktif merupakan gunung api yang memiliki aktivitas vulkanik
yang tinggi dan meletus dalam jangka waktu yang pendek. Salah satu contohnya
adalah gunung Merapi. Sejak tahun 1000 M, gunung Merapi telah meletus sebanyak
80 kali. Gunung api dorman adalah gunung api yang tidak terdapat aktivitas
vulkaniknya dalam waktu yang lama. Akan tetapi, gunung tersebut dapat meletus
sewaktu-waktu. Salah satu gunung api dorman di Indonesia adalah gunung Sinabung
yang hingga September 2015 erupsinya belum selesai. Gunung Sinabung terakhir kali
meletus pada tahun 1600, kemudian tiba- tiba aktif lagi pada tahun 2010 dan meletus
kembali pada tahun 2013.
Erupsi merupakan keluarnya magma dan material lainnya dari dalam Bumi oleh
letusan gunung berapi. Namun, istilah erupsi di masyarakat lebih dikenal dengan
gunung meletus. Letusan gunung api akan memuntahkan material dengan kekuatan
yang dahsyat dan lava pijar maupun lahar dingin yang keluar akan menyapu segala
sesuatu yang dilewatinya. Akibatnya, letusan gunung berapi dapat mengakibatkan
kerusakan yang sangat besar.
Erupsi disebabkan oleh tekanan gas yang kuat dari dalam Bumi yang terus menerus

37
mendorong magma (Gambar 3.27A). Dengan demikian, magma akan terus naik
menuju ke permukaan. Dalam perjalanannya, magma yang memiliki suhu hingga
1200oC akan melelehkan batuan di sekitarnya. Akibatnya, terjadilah penumpukan
magma (Gambar 3.27B). Tekanan udara yang berasal dari dalam Bumi lambat laun
semakin besar, sehingga tersimpan energi yang besar untuk mendorong magma
keluar. Jika litosfer yang berada di atas magma tidak mampu menahan tekanan dari
dalam Bumi, maka terjadilah erupsi (Gambar 3.27C). Magma dan material lainnya
dimuntahkan melalui kawah gunung api. Energi yang tersimpan tersebut dilepaskan
dalam bentuk ledakan dan semburan yang kuat saat erupsi. Proses tersebut dapat
dilihat pada Gambar 3.27.

Gambar 3.27. Proses erupsi


Sumber: mountmerapi.net
Mari Kita Diskusikan

Bukalah link berikut untuk mempelajari proses erupsi.

http://news.bbc.co.uk/cbbcnews/hi/static/guides/volcanoes/swf/volcano_ani_guide_1.
swf

Diskusikanlah dengan teman Anda, bagaimana erupsi pada gunung api yang dorman
dan identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi erupsi pada gunung yang dorman?

Material yang dikeluarkan saat letusan gunung berapi meliputi material padat, cair,
dan gas. Letusan gunung berapi akan mengeluarkan material padatan berupa batuan

38
dan mineral dari dalam Bumi. Hasil lainnya dari letusan gunung api adalah lava dan
lahar. Lahar merupakan lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan material
lainnya. Selain itu, letusan gunung berapi juga menghasilkan gas beracun, yakni
Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur dioksida (SO2), dan Nitrogen dioksida (NO2). Selain
material tersebut, letusan gunung berapi juga menghasilkan awan panas (aliran
piroklastik) atau yang dikenal oleh masyarakat dengan nama “wedhus gembel”. Awan
panas merupakan hasil letusan seperti awan yang mengalir bergulung. Awan panas
terdiri atas batuan pijar, gas panas, serta material lainnya. Awan panas memiliki suhu
yang mencapai 700 0C. Awan panas ini mengalir menuruni lereng gunung api dengan
kecepatan mencapai 200 km/ jam. Perhatikan Gambar 3.28.

Gambar 3.28. Awan panas pada letusan gunung Berapi


Sumber: jogja.co

Letusan gunung berapi memiliki daya penghancur yang besar. Material berbahaya
seperti lahar dan abu vulkanik dapat merusak segala sesuatu yang dilewatinya. Lava
pijar yang keluar saat erupsi juga dapat menyebabkan hutan di sekitar gunung
terbakar. Hal ini akan mengancam ekosistem alami di hutan tersebut. Selain itu, suhu
tinggi awan panas yang mengalir menuruni bukit dapat merusak ekosistem serta

39
membunuh makhluk hidup. Gas beracun dan hujan debu akibat gunung meletus juga
dapat mencemari udara dan mengganggu pernapasan. Selain fenomena gunung berapi
saat terjadi letusan, di sekitar gunung berapi juga terdapat beberapa gejala atau
fenomena yang biasa terjadi dalam aktivitas vulkanismenya diantaranya adalah:

a. Solfatar : adalah gas sulfur/belerang yang keluar dari dalam bumi. Solfatar mudah
dikenali karena baunya yang busuk seperti kentut dan jika dalam tingkat
konsentrasi tinggi dapat berbahaya bagi mahluk hidup.

Gambar 3.29. Gejala vulkanisme Solfatar


Sumber: agnazgeograph.wordpress.com

b. Fumarol: adalah uap air yang keluar dari rekahan-rekahan bumi. Fumarol juga dapat
diartikan sebagai mata air panas yang terdapat di permukaan bumi.

40
Gambar 3.30. Gejala vulkanisme Fumarol
Sumber: agnazgeograph.wordpress.com

c. Mofet: adalah gas asam arang (CO2) yang keluar dari kawasan gunung api. Gas ini
sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kematian jika dihirup manusia.

41
Gambar 3.31. Gejala vulkanisme Mofet
Sumber: agnazgeograph.wordpress.com

d. Geyser: adalah semburan air panas yang berasal dari dalam perut bumi. Semburan
tersebut diakibatkan oleh tekanan yang tinggi dibawah permukaan bumi.

42
Gambar 3.32. Gejala vulkanisme Geyser
Sumber: agnazgeograph.wordpress.com

Anda perlu mengetahui bahwa aktivitas dan letusan gunung berapi sangat berbahaya bagi kita.
Gejala vulkanisme Solfatar dan Mofet jika manusia terpapar terlalu berlebihan maka akan dapat
mengakibatkan kematian secara perlahan. Begitupun saat letusan terjadi, hampir tidak mungkin
menghindari kerusakan yang dihasilkannya. Untuk mempermudah membaca aktivitas gunung
api dan proses evakuasi, dibuatlah tingkatan isyarat atau status gunung berapi. Badan geologi
Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM) membedakan status gunung api
menjadi empat (4) tingkatan. Level terendah adalah status NORMAL dengan warna isyarat hijau.
Tingkatan level paling tinggi adalah status AWAS dengan isyarat warna merah. Secara lengkap,
deskripsi status gunung api dapat dilihat pada Tabel 3.3.

43
Tabel 3.3 Tingkatan status gunung berapi menurut Badan Geologi Kementerian ESDM
(Sumber:pbs.twimg.com)

Jika Anda tinggal di daerah dekat gunung api, maka Anda harus dapat membaca alam
sebagai pertanda gunung tersebut akan meletus. Gunung api yang akan meletus
memiliki tanda-tanda yang dapat Anda pelajari. Di daerah sekitar gunung api yang
akan meletus akan memiliki suhu yang terus meningkat. Akibatnya, air dari sumber
air pegunungan menjadi hangat dan beberapa sumber air dapat mengering. Suhu di
daerah pegunungan berapi yang terus meningkat akan menyebabkan tumbuhan yang
hidup di daerah tersebut layu. Gunung yang akan meletus juga menimbulkan suara
gemuruh. Selain itu, gempa kecil yang terjadi terus menerus di sekitar gunung api
juga merupakan tanda bahwa gunung tersebut akan meletus. Kita juga dapat
memprediksi bahwa gunung api akan meletus dengan melihat perilaku hewan yang
tinggal di gunung. Jika hewan yang tinggal di atas pegunungan mulai bermigrasi
turun gunung, maka itu merupakan pertanda bahwa gunung akan meletus. Jika
kita sudah mengetahui gunung api akan meletus, langkah selanjutnya yang harus
dilakukan adalah mengungsi ke tempat yang aman atau ke titik evakuasi.
Selain pertanda alam di atas, Anda juga harus mengikuti arahan dari Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terkait aktivitas gunung api.
PVMBG terdapat di masing-masing gunung berapi. Dengan mengetahui status
gunungapi, Anda akan mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan. Anda juga
hendaknya mempersiapkan peralatan dan dukungan logistik untuk mengungsi saat

44
terjadi letusan. Anda juga harus mengetahui di mana pos evakuasi dan bagaimana
jalur evakuasi yang telah disiapkan pihak terkait. Pastikan Anda telah berada di pos
evakuasi sebelum gunung tersebut meletus dan mengikuti arahan dari pihak terkait
untuk mengurangi bahaya akibat letusan.
Bagi penduduk yang bertempat tinggal jauh di lereng gunung, ada kalanya badan
penanggulangan bencana merekomendasikan mengungsi saat terjadi letusan. Hal ini
karena dampak letusan melebihi perkiraan para ahli. Selama proses evakuasi Anda
harus menghindari jalan yang berada dekat dengan sungai. Karena sungai berpotensi
akan dilalui oleh lahar dingin. Selain itu, Anda juga harus menggunakan masker, sapu
tangan, atau kain untuk melindungi pernapasan dari debu vulkanik. Secara garis besar
tindakan siaga bencana gunung meletus seperti terlihat pada Gambar 3.29.

Gambar 3.29. Tindakan siaga bencana gunung meletus


Sumber: indonesiabaik.id

45
Proses evakuasi dapat dilakukan secara individu maupun kelompok sesuai arahan
pihak terkait, seperti badan penanggulangan bencana. Selalu informasi tentang
status gunung api. Dengan demikian, Anda dapat melakukan persiapan dan tindakan
yang tepat untuk proses evakuasi. Secara lengkap, berikut tindakan yang harus
dilakukan sesuai dengan status gunung berapi.

Gambar 3.30 Tindakan evakuasi sesuai status gunung berapi


Sumber: mountmerapi.net

Ketika letusan gunung berapi telah usai, ada kalanya kita belum boleh kembali ke
rumah. Apabila hal itu terjadi, kita harus memerhatikan persediaan makanan dan lain-
lainnya mencukupi untuk tinggal lebih lama di pos evakuasi. Selain itu, kita juga
hendaknya mengikuti perkembangan informasi terkait status gunung berapi maupun
bahaya lainnya akibat letusan. Seperti banjir lahar dingin. Hal lainnya yang penting

46
adalah terus mengikuti arahan dari pihak berwenang.
Jika kita berada di daerah yang terkena hujan debu vulkanik, lebih baik tetap di dalam
ruangan hingga hujan debu mereda. Apabila berada di luar ruangan, kita harus
mencari tempat berlindung. Misalnya di gedung atau mobil. Kita juga hendaknya
memakai masker, sapu tangan, atau kain untuk menutup mulut dan hidung. Hal
tersebut bertujuan agar debu vulkanik tidak mengganggu pernapasan. Jika kita
menggunakan lensa kontak, maka harus melepaskannya. Karena debu dapat
menempel pada lensa kontak tersebut dan akan merusak mata. Dengan demikian,
Anda telah berupaya untuk mengurangi risiko bahaya akibat letusan gunung berapi.
Walaupun efek kerusakan akibat letusan gunung berapi sangat besar, namun letusan
gunung berapi juga memberi dampak positif bagi kita. Tanah yang dilalui oleh
material vulkanik gunung berapi dapat digunakan sebagai lahan pertanian. Akibat
letusan gunung berapi, maka mineral yang berada dalam tanah akan keluar bersama
lahar dingin dan material lainnya. Akibatnya, tanah yang dilalui lahar dingin atau
material lainnya yang mengandung mineral tinggi akan menjadi tanah yang cukup
subur secara alamiah.
Selain itu, letusan berdampak positif bagi bisnis dan perekonomian. Abu vulkanik
hasil letusan gunung berapi dapat dimanfaatkan sebagai campuran adonan semen
bahan bangunan. Selain itu, sisa-sisa letusan juga menghasilkan bahan tambang yang
bernilai tinggi, seperti belerang, pualam, dan lain-lain. Bisnis pariwisata juga dapat
berkembang pasca letusan gunung berapi. Daerah di sekitar gunung berapi pasca
erupsi bisa dijadikan sebagai objek wisata yang menyajikan suasana khas erupsi
gunung berapi. Dengan berkembangnya bisnis tersebut, lapangan pekerjaan juga
semakin terbuka. Kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitar gunung berapi juga
meningkat. Untuk memahami tentang erupsi, lakukan kegiatan berikut.

Mari Kita Lakukan

Aktivitas 1.4 Menyimulasikan erupsi gunung berapi

Tujuan
Mensimulasikan terjadinya erupsi gunung berapi
47
Alat dan Bahan
1. Bubur kertas dan lem kayu/lem kanji
2. Papan triplek 50 x 50 cm
3. Baskom
4. Cuka makanan
5. Soda kue
6. Detergen
7. Pewarna kuning atau merah
8. Cat air warna hijau, kuning, dan cokelat

Cara Kerja
A. Membuat gunung berapi
1. Campurkan bubur kertas dengan lem kayu/tepung kanji yang telah dilarutkan
dengan air panas.
2. Bentuk adonan menyerupai gunung dan letakkan di atas triplek. Jangan lupa
untuk membuat rongga di tengah gunung dari puncak hingga dasar.
3. Buat alur pada gunung untuk menambah efek aliran lava, warnai gunung
dengan cat air warna cokelat, daerah kaki gunung dengan kombinasi warna
kuning dan hijau.
B. Membuat adonan magma
Campurkan cuka, detergen, dan pewarna dalam baskom hingga menjadi adonan
magma.
C. Mendemonstrasikan erupsi
1. Masukkan soda kue ke dalam rongga yang ada di gunung buatan.
2. Masukkan adonan ke dalam rongga gunung buatan.
3. Amati apa yang terjadi pada gunung buatan.

Analisis
Apa saja yang dikeluarkan saat gunung buatan erupsi? Coba identifikasi. Bandingkan

48
hasil identifikasi Anda dengan teori tentang erupsi gunung berapi.

Selain komponen padatan berupa lapisan batuan (Litisfer), secara umum Bumi terdiri
atas 2 komponen utama lainnya, yakni komponen gas yang disebut atmosfer, dan
komponen air yang disebut hidrosfer. Selain 3 komponen utama tersebut, Bumi juga
memiliki komponen lainnya yaitu, Bumi bagian es yang disebut kriosfer, dan bagian
Bumi tempat di mana berlangsungnya kehidupan yang dinamakan biosfer. Kita telah
membahas secara komprehensif komponen padatan Bumi, Berikut akan kita bahas
dua komponen Bumi lainnya, yakni komponen gas dan air dari Bumi.

3) Atmosfer

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, diketahui Bumi adalah satu-satunya planet
di Bima Sakti yang menunjang adanya kehidupan. Mengapa demikian? Seperti yang
telah Anda pelajari bahwa makhluk hidup aerob memerlukan oksigen dari udara
untuk bernapas. Udara adalah komponen pendukung kehidupan yang sangat penting.
Udara di Bumi ini terdapat pada bagian atmosfer (atmosphere). Atmosfer berasal dari
2 kata yunani, yakni atmos yang berarti uap dan sphaira yang berarti lapisan. Jadi,
atmosfer adalah lapisan uap yang menyelimuti Bumi.

Atmosfer Bumi terdiri atas campuran dari gas, serta sedikit cairan dan padatan yang
menyelimuti Bumi mulai dari permukaan Bumi hingga luar angkasa. Komposisi
atmosfer saat ini berbeda dengan komposisi atmosfer pada saat awal terbentuknya.
Atmosfer pada awalnya terbentuk dari letusan gunung berapi yang kaya nitrogen dan
karbon dioksida, akan tetapi sedikit oksigen. Kemudian, organisme fotosintetik
mengolah karbon dioksida menjadi oksigen dan melepaskan oksigen tersebut ke
atmosfer sebagai hasil pengolahan makanan yang memanfaatkan cahaya Matahari.
Setelah terdapat oksigen di atmosfer, terbentuklah ozon (O3). Ozon memiliki peran
yang penting bagi keberlangsungan hidup organisme yang ada di Bumi. Ozon
melindungi Bumi dari radiasi Matahari yang sangat berbahaya bagi organisme di
Bumi. Ozon juga melindungi tumbuhan hijau, sehingga dapat berkembang dan
49
menghasilkan lebih banyak oksigen. Saat ini, berbagai organisme yang hidup di Bumi
sangat bergantung dengan banyaknya oksigen di atmosfer.
Atmosfer saat ini merupakan campuran dari beberapa gas seperti pada Gambar 3.31.
Atmosfer sebagian besar tersusun atas gas nitrogen, yakni sebesar 78%. Oksigen
menyusun 21% atas atmosfer. Karbon dioksida, argon, dan beberapa gas lain
menyusun sebagian kecil dari atmosfer.

Gambar 3.31. Komposisi gas pada atmosfer


Sumber: owlcation.com

Seiring dengan berjalannya waktu, komposisi atmosfer berubah dalam jumlah yang
kecil namun memberi dampak yang besar bagi kehidupan. Misalnya, asap kendaraan,
asap pabrik, dan pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak Bumi yang
menghasilkan polusi di udara. Polutan (zat pencemar) tersebut akan bereaksi dengan
oksigen dan zat kimia lainnya menghasilkan asap. Pembakaran batubara, minyak
Bumi, dan gas alam akan menghasilkan karbon dioksida. Semakin banyak
penggunaan bahan bakar fosil akan meningkatkan jumlah karbon dioksida di
atmosfer.

Selain gas, pada atmosfer Bumi juga terdapat padatan dan zat cair dalam jumlah yang
kecil. Salah satu padatan pada atmosfer adalah debu. Partikel debu menjadi bagian
atmosfer karena terbawa angin yang berhembus di permukaan Bumi hingga ke udara.
Zat cair pada atmosfer yang sering dijumpai adalah sekumpulan tetesan air yang
berbentuk awan. Awan terbentuk karena proses penguapan air di permukaan Bumi,

50
kemudian uap air tersebut menyatu menjadi awan.
Lapisan Atmosfer

Ketika Anda menyeduh kopi kemudian membiarkannya sesaat, akan menemukan


bahwa pada gelas tersebut terdapat 2 lapisan. Pada lapisan atas memiliki warna lebih
cerah dibandingkan lapisan bawah. Layaknya secangkir kopi, atmosfer Bumi juga
terdiri atas berbagai lapisan. Terdapat 5 lapisan pada atmosfer yang memiliki
karakteristik yang berbeda. Berdasarkan pada Gambar 3.32., urutan lapisan atmosfer
dari bawah hingga atas adalah troposfer, stratosfer, mesosfer, termosfer, dan eksosfer.
Secara garis besar, atmosfer Bumi terbagi menjadi 2 bagian, yakni bagian bawah dan
bagian atas. Bagian bawah terdiri atas troposfer dan stratosfer. Bagian atas terdiri atas
mesosfer, termosfer, dan eksosfer.

Satelit Eksosfer

Pesawat ruang angkasa

Lintasan meteor

Termosfer

Mesosfer

Lapisan Ozon
Stratosfer

Bumi Troposfer

Gambar 3.32. Lapisan atmosfer


Sumber: Snyder dkk, 2005
Troposfer

Sebagian besar aktivitas makhluk hidup di Bumi, termasuk manusia yang sedang
tidur, belajar, dan bekerja berada pada lapisan troposfer. Troposfer merupakan lapisan
atmosfer yang berada di bagian paling bawah. Ketinggian troposfer terhitung mulai
dari permukaan laut (0 km) hingga 10 km di atas permukaan laut (dpl). Sebagian

51
besar bagian troposfer berbentuk uap air dan 75% terdiri atas gas-gas atmosfer.
Troposfer merupakan tempat berlangsungnya sistem Bumi, seperti hujan, angin, salju,
dan awan.

Gambar 3.33. Fenomena hujan dan awan yang terjadi pada lapisan troposfer
Sumber: http://www.civilsdaily.com
Stratosfer

Perhatikan pesawat yang melintas di udara. Ketika Anda memerhatikan pesawat yang
melintas, pesawat tersebut terlihat terbang di atas awan. Namun sebenarnya, pesawat
tersebut berada di lapisan stratosfer. Stratosfer memiliki ketinggian antara 10-50 km
dpl (Gambar 3.34). Lapisan stratosfer memiliki sedikit awan, namun tidak ada
aktivitas cuaca, sehingga tidak mengganggu penerbangan. Sebagian besar stratosfer
terdiri atas gas ozon (O3) yang akan lebih dibahas detail di bagian selanjutnya.

52
Gambar 3.34. Pesawat yang mengudara di stratosfer
Sumber: nasa.gov
Mesosfer

Saat melihat fenomena meteor, Anda akan menyaksikan bahwa seolah- olah meteor
tersebut melintasi Bumi dan kemudian hilang. Namun yang sebenarnya terjadi adalah
meteor sedang menuju Bumi. Akan tetapi meteor tersebut terbakar habis di atmosfer.
Dengan demikian, terlihat seolah-olah meteor tersebut melintasi Bumi. Lapisan
atmosfer yang membakar habis meteor tersebut adalah mesosfer. Lapisan mesosfer
terletak pada ketinggian 50-85 km dpl. Lapisan ini menjadi lapisan pelindung Bumi
dari benda-benda luar angkasa. Kebanyakan meteor yang menuju Bumi akan terbakar
habis di mesosfer.

Gambar 3.35. Fenomena hujan meteor pada mesosfer


Sumber: nationalgeographic.com

Termosfer

Ketika sebuah pesawat ulang-alik milik NASA bersamaan dengan peluncuran


teleskop Hubble, pernahkah terpikirkan dimana teleskop Hubble tersebut berada?
Apakah masih di dalam Bumi? Teleskop Hubble milik NASA mengorbit pada lapisan
termosfer. Lapisan termosfer memiliki ketinggian antara 85-500 km dpl. Dinamakan
termosfer karena suhu yang sangat panas yakni pada lapisan ini mencapai 1.982 oC.
Selain sebagai tempat mengorbitnya teleskop Hubble dan pesawat ulang-alik,
termosfer juga berfungsi sebagai pelindung Bumi dari radiasi ultraviolet.
53
Mari Kita Cari Tahu

Teleskop Hubble

Gambar 3.36. Teleskop Hubble


Sumber: nasa.gov

Sebuah teleskop luar angkasa yang diciptakan oleh Edwin Hubble pada tahun 1985.
Lima tahun kemudian teleskop ini di”angkasakan” oleh NASA. Tepatnya tahun 1990.
Teleskop dengan massa 11.110 kg ini mengorbit pada ketinggian 559 km. Teleskop
Hubble sangat membantu perkembangan ilmu astronomi. Dengan teleskop Hubble
para ilmuwan mengobservasi dan mempelajari tentang jagad raya serta objek-objek
luar angkasa seperti lubang hitam (black hole), galaksi, bintang, dan lain-lain.

Pada mesosfer dan termosfer terdapat lapisan yang memiliki partikel ion (bermuatan)
yang disebut ionosfer. Ketika Anda mendengarkan radio pada malam hari, siaran
radio dari kota lain akan terdengar lebih jelas. Hal ini disebabkan karena adanya
lapisan ionosfer. Pada siang hari, energi dari Matahari mengenai partikel pada
ionosfer mengakibatkan partikel tersebut menyerap gelombang radio dengan
frekuensi AM. Pada malam hari, tanpa energi Matahari, gelombang radio dipantulkan
pada ionosfer, sehingga dapat terpancar dengan jarak yang lebih jauh seperti yang
diilustrasikan pada Gambar 3.37. berikut.

54
Gambar 3.37. Pemantulan gelombang radio pada ionosfer
Sumber: radiojove.gsfc.nasa.gov

Eksosfer

Perhatikan Gambar 3.38. Dimanakah satelit tersebut mengorbit? Apakah masih dalam
atmosfer Bumi? Satelit-satelit buatan yang mengitari Bumi tersebut masih berada
dalam atmosfer Bumi, tepatnya pada lapisan eksosfer.

Gambar 3.38 Satelit Palapa B1 yang mengorbit Bumi pada lapisan eksosfer (36.000 km dpl)
Sumber: id.wikipedia.org

55
Lapisan eksosfer terdapat pada ketinggian lebih dari 500 km dpl. Kandungan utama
dari eksosfer adalah gas hidrogen. Jika Anda pernah melihat video atau film tentang
penjelajahan luar angkasa, Anda akan menjumpai bahwa pesawat luar angkasa
maupun satelit yang mengorbit di eksosfer tidak dapat bergerak bebas seperti pesawat
yang biasa Anda lihat. Hal ini disebabkan eksosfer memiliki sedikit molekul,
sehingga gaya tekan udara sangat rendah, dan mengakibatkan sayap dari pesawat luar
angkasa tidak berfungsi. Pergerakan dari satelit atau pesawat luar angkasa tersebut
bergantung pada mesin pendorongnya.

Tekanan Udara

Perhatikan Gambar 3.39., yaitu permainan panjat pinang.

Gambar 3.39 Permainan panjat pinang


Sumber: telegraph.co.uk

Untuk dapat mencapai puncak pohon pinang tersebut peserta harus saling menopang
dari bawah hingga ke atas seperti tampak pada gambar. Pada kondisi tersebut,
siapakah yang menahan beban paling besar? Pemain yang ada di atas atau di bawah?
Anda ingat bahwa salah satu sifat zat adalah memiliki massa. Gas yang terdapat di
atmosfer juga memiliki massa. Atmosfer menyelubungi Bumi hingga ratusan
kilometer di atas permukaan Bumi. Gravitasi Bumi akan menghasilkan gaya tarik
molekul gas mengarah ke permukaan Bumi, sehingga berat molekul suatu gas akan
menekan udara di bawahnya. Akibatnya, molekul udara di dekat permukaan Bumi

56
lebih rapat. Udara yang memiliki kerapatan tinggi ini akan menghasilkan gaya tekan
yang besar pula. Gaya yang diberikan pada suatu daerah disebut tekanan.

Gambar 3.40 Tekanan udara menurun seiring dengan bertambahnya ketinggian


Sumber: sites.google.com

Seperti ilustrasi tentang pemain panjat pinang di atas, tekanan udara di dekat
permukaan Bumi juga lebih besar. Besarnya tekanan udara akan berkurang seiring
dengan bertambahnya ketinggian atmosfer seperti pada Gambar 3.40. Ketika Anda
sedang mendaki gunung, atau berada di daerah pegunungan akan merasakan kesulitan
untuk bernapas seperti biasa. Hal tersebut terjadi karena di daerah yang lebih tinggi,
jumlah molekul udara termasuk oksigen semakin sedikit.

Mari Kita Diskusikan

Oksigen di Pegunungan
Atmosfer menyelimuti Bumi hingga ketinggian ratusan kilometer. Akan tetapi,
semakin tinggi dari permukaan Bumi, maka jumlah molekul udara semakin
berkurang. Jadi, semakin tinggi semakin kecil tekanan udaranya.

57
Gambar 3.41 Grafik hubungan antara ketinggian dengan tekanan udara
Sumber: commons.wikimedia.org

Identifikasi Masalah
Gambar 3.41 merupakan grafik hubungan antara ketinggian dengan tekanan udara.
Seorang pendaki profesional melakukan pendakian di gunung Jaya Wijaya Papua
yang memiliki ketinggian 4.884 meter. Beberapa bulan berselang pendaki tersebut
melanjutkan pendakian ke puncak Himalaya yang memiliki ketinggian 8.884. meter.
Setelah melakukan pendakian, pendaki akan bercerita bahwa semakin tinggi gunung
yang didaki maka semakin sulit pula ia bernapas.

Analisis Pemecahan Masalah


1. Berdasarkan grafik di atas buatlah perkiraan besarnya tekanan udara di puncak
Jaya Wijaya dan puncak Himalaya.
2. Hubungkan hasil perkiraan tekanan udara dengan jumlah molekul yang ada di
udara tersebut.

Mari Kita Lakukan

Aktivitas 1.5. Percobaan Menghitung Massa Udara

Tujuan
1. Membuktikan bahwa udara memiliki massa.

58
2. Mendeskripsikan hubungan antara jumlah udara dengan massa udara.

Alat dan Bahan


1. Bola sepak
2. Pentil bola
3. Pompa
4. Neraca

Cara Kerja
1. Kosongkan udara di dalam bola dengan menggunakan pentil bola.
2. Timbang massa bola tanpa udara tersebut menggunakan neraca.
3. Catat hasil pengukuran yang diperoleh pada tabel pengamatan.
4. Pasang pentil bola pada pompa.
5. Pompa bola sebanyak 3 kali tekanan.
6. Ukur massa bola yang telah dipompa tersebut.
7. Catat hasil pengukuran yang diperoleh pada tabel pengamatan.
8. Ulangi cara kerja 4 sampai dengan 7 untuk jumlah tekanan pompa sebanyak 5 kali
dan 7 kali.
Tabel Pengamatan

Analisis
1. Berdasarkan data yang diperoleh, adakah perbedaan massa bola sebelum dan
setelah dipompa? Bagaimana perbedaannya? Coba deskripsikan.
2. Bagaimana besarnya massa benda pada jumlah tekanan pompa sebanyak 3x, 5x,
dan 7x?

Simpulan
Buatlah sebuah simpulan yang mengacu pada tujuan kegiatan.

59
Suhu di Atmosfer

Matahari merupakan sumber


energi terbesar di galaksi Bima
Sakti. Energi Matahari
dipancarkan dengan cara
radiasi ke seluruh sistem
galaksi Bima Sakti. Sebelum
mencapai permukaan Bumi,
radiasi energi Matahari akan
melewati atmosfer, oleh
atmosfer sebagian energi
Matahari akan diserap dalam
bentuk kalor atau panas. Akan
tetapi, tidak semua gas
penyusun atmosfer mudah
menyerap energi Matahari.
Beberapa lapisan atmosfer
Gambar 3.42 Perubahan temperatur pada
tertentu memiliki molekul gas lapisan atmosfer
yang sulit menyerap energi Sumber: renscube.wordpress.com

Matahari. Dengan demikian, suhu di tiap lapisan atmosfer berbeda seperti yang
digambarkan oleh garis merah pada Gambar 3.42.

Lapisan troposfer memiliki suhu antara -52oC hingga 17oC. Berdasarkan pada gambar
tersebut, bagian terendah dari stratosfer memiliki suhu yang paling hangat. Hal ini
terjadi karena permukaan Bumi menyerap energi radiasi Matahari kemudian
menyalurkannya ke udara di atasnya.

Berbeda dengan lapisan troposfer, suhu di lapisan stratosfer semakin tinggi seiring
dengan bertambahnya ketinggian. Hal ini disebabkan adanya ozon. Ozon terdapat di
60
bagian atas stratosfer. Molekul ozon mampu menyerap energi Matahari, sehingga
mengakibatkan kenaikan temperatur.

Lapisan mesosfer memiliki karakteristik seperti troposfer, yakni semakin tinggi maka
temperaturnya semakin rendah. Hal ini dikarenakan mesosfer tersusun atas molekul
gas yang sulit menyerap energi Matahari.

Lapisan termosfer dan eksosfer merupakan lapisan pertama yang menerima radiasi
energi Matahari. Lapisan termosfer dan eksosfer memiliki jumlah molekul yang
sedikit. Akan tetapi, molekul pada 2 lapisan ini sangat efektif dalam menyerap energi
Matahari. Akibatnya, semakin tinggi ketinggiannya semakin besar pula
temperaturnya.

Lapisan Ozon

Perhatikan hasil pengukuran suhu kota


Jakarta. Pada Gambar 3.43
menggambarkan, suhu kota Jakarta pada
tanggal 8 April 2017 sebesar 31oC. Jika
Anda tinggal di Jakarta, apa yang Anda
rasakan? Sebagian besar orang akan
menjawab pasti di Jakarta sangat panas.
Gambar 3.43. Suhu kota Surabaya 8 April 2018
Selain itu, ketika tinggal di Jakarta Anda
Sumber: google.com
akan lebih rajin melindungi kulit dengan jaket atau menggunakan sun block. Ketika
Anda berada di tempat yang terpapar Matahari yang terik pasti Anda akan merasakan
panas Matahari seakan membakar kulit Anda.
Apakah yang Anda rasakan di Jakarta dan di Bumi pada umumnya adalah radiasi
energi maksimal dari Matahari? Matahari merupakan penghasil energi terbesar di
galaksi Bima Sakti. Energi yang dihasilkan Matahari dipancarkan dengan cara radiasi.
Salah satu bentuk energi radiasi yang dihasilkan Matahari adalah sinar ultraviolet.
Jika terlalu lama terpapar sinar ultraviolet ini maka dapat merusak kulit dan
menyebabkan kanker kulit. Akan tetapi, hanya 50% dari energi radiasi Matahari yang

61
sampai ke permukaan Bumi. Pada kenyataannya, jumlah radiasi ultraviolet yang
sampai ke permukaan Bumi hanya 1-3%, karena 97-99% radiasi ultraviolet diserap
oleh lapisan

Ozon.
Lapisan ozon terdapat pada stratosfer pada ketinggian 18-54 km dpl. Ozon tersusun
atas oksigen sebagai bahan dasar. Oksigen yang kita hirup memiliki 2 atom oksigen
tiap molekulnya. Satu molekul ozon memiliki 3 atom oksigen yang berikatan. Ozon
berfungsi untuk menyerap sebagian besar radiasi ultraviolet yang ada dalam atmosfer.
Kandungan ozon dalam stratosfer sangat tinggi, sehingga melindungi Bumi dari
radiasi Matahari yang berbahaya. Ozon menyerap sebagian besar radiasi ultraviolet
yang ada dalam atmosfer. Walaupun lapisan ozon tidak terlihat, kehidupan di Bumi
bergantung pada keberadaannya.

Konsentrasi ozon di atmosfer berubah-ubah setiap waktu. Salah satu faktor yang
memengaruhi konsentrasi ozon adanya gas klorofluorokarbon (CFC). Gas CFC
berasal dari pendingin lemari es, air conditioning (AC), dan parfum. CFC mampu
memecah molekul ozon yang ada di atmosfer. CFC terdiri atas atom carbon (C),
Fluor (F), dan Klorin (Cl). Kandungan klorin dari CFC dapat memecah molekul ozon
seperti Gambar 3.44 berikut.

62
Gambar 3.44 Proses pemecahan molekul ozon oleh CFC
Sumber: nanotech877.blogspot.com

Ketika CFC berada di atmosfer, sinar ultraviolet memecah molekul CFC, kemudian
atom klorin yang bebas akan mendekati dan memecah molekul ozon. Satu atom
oksigen berikatan dengan klorin, sedangkan sisanya membentuk molekul oksigen
(O2). Proses tersebut terus berlangsung ketika terdapat klorin di atmosfer. Senyawa
yang dibentuk oleh reaksi klorin dan atom oksigen tidak dapat menyerap radiasi
Matahari. Akibatnya, akan semakin banyak ultraviolet yang sampai ke permukaan
Bumi.
Pemecahan molekul ozon oleh CFC mengakibatkan penurunan konsentrasi ozon
secara berkala. Penurunan ozon tersebut terjadi di bagian Kutub Utara (Antartika).
Fenomena ini disebut lubang ozon. Pada setiap tahun, konsentrasi ozon pada akhir
bulan Agustus atau awal September mulai menurun. Pada bulan Oktober, konsentrasi
ozon mencapai titik terendah. Kemudian konsentrasi ozon akan terus naik dan lubang
ozon akan hilang pada bulan Desember.

Gambar 3.45. Perubahan lubang ozon


Sumber: fe101.net
Hasil pengamatan NASA menunjukkan bahwa lubang ozon semakin membesar dari
tahun 1980 hingga tahun 2010 yang disajikan pada Gambar 3.45. Pada gambar
tersebut, terlihat warna biru tua menggambarkan konsentrasi ozon yang paling
rendah. Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa dari tahun 1980-2010 luas

63
atmosfer dengan konsentrasi ozon rendah semakin meluas. Hal ini menunjukkan
dampak serius dari penggunaan CFC.

4) Hidrosfer

Perhatikan warna foto Bumi pada Gambar 3.46. Warna apa yang dominan pada bola
dunia tersebut? Kita juga dapat mengamati bentuk 3 dimensi Bumi dengan aplikasi
google earth atau menggunakan globe. Dari hasil pengamatan, dapat kita ketahui bahwa
warna biru merupakan warna yang dominan.

Gambar 3.46 Foto Bumi dari satelit milik NASA


Sumber: https://www.nasa.gov/
Kita dapat melanjutkan pengamatan menggunakan aplikasi google earth atau globe
dengan memutar posisi Bumi. Kita akan menemukan bahwa hampir 70% bagian Bumi
berwarna biru. Seolah-olah Bumi terselimuti warna biru. Berdasarkan fakta tersebut,
Bumi juga sering disebut planet biru. Apakah sebenarnya warna biru itu?

Warna biru menggambarkan perairan yang ada di Bumi. Dengan kata lain, Bumi yang
kita huni diselimuti oleh air, atau yang sering disebut Hidrosfer. Hidrosfer berasal dari
kata hidros yang berarti air dan sphaira yang berarti selimut. Jadi, hidrosfer merupakan
lapisan air yang menyelimuti Bumi. Hidrosfer tidak hanya meliputi perairan yang luas
seperti laut dan samudera. Hidrosfer juga meliputi air di danau, sungai, air tanah, dan uap
air yang ada di udara.

64
Air sangat penting bagi kehidupan. Hampir setiap elemen kehidupan memerlukan air
untuk melangsungkan kehidupannya. Tumbuhan memerlukan air untuk berfotosintesis,
sedangkan manusia memerlukan air untuk metabolisme dan memenuhi kebutuhan hidup.
Tidak ada makhluk hidup yang dapat hidup tanpa air.

Jika semua makhluk di Bumi menggunakan air untuk melangsungkan kehidupannya,


apakah air yang ada di Bumi akan berkurang dan habis? Atau jumlah air akan bertambah
karena adanya hujan? Ataukah jumlah air di Bumi tetap? Air yang ada di Bumi memiliki
sebuah siklus yang dinamakan siklus hidrologi atau siklus air. Siklus hidrologi
merupakan sebuah proses daur ulang air secara terus menerus, seperti pada Gambar 3.47.

Gambar 3.47 Proses terjadinya siklus air


Sumber: https://www.usgs.gov

Siklus air bermula ketika panas Matahari menguapkan air yang ada di laut dan di
permukaan Bumi (evaporasi). Uap air tersebut akan berkumpul di angkasa dan terjadi
proses kondensasi (pengembunan) hingga terbentuk awan. Awan tersebut kemudian
akan berjalan sesuai dengan arah embusan angin. Penguapan yang terjadi setiap hari
mengakibatkan uap yang menjadi awan semakin banyak. Jika awan sudah tidak dapat
menampung uap dari evaporasi, maka uap air di awan akan turun sebagai hujan. Air
hujan akan mengisi cadangan air yang berada di permukaan Bumi. Proses ini

65
berlangsung terus menerus.

Mari Kita Diskusikan

Bukalah animasi berikut untuk mempelajari proses terjadinya siklus air.

Mari Kita Diskusikan Siklus Air.swf

Lakukan kajian pustaka lanjutan mengenai siklus air. Setelah melakukan kajian,
jawablah pertanyaan berikut. “Apakah air di Bumi berkurang?”
Diskusikan jawaban Anda dengan teman Anda, jangan lupa untuk menyertakan
argumen Anda mengenai pertanyaan tersebut.

Seperti yang telah Anda pelajari bahwa air memiliki siklus daur ulang yang
berlangsung terus menerus. Dimulai dengan proses evaporasi hingga akhirnya air
jatuh kembali ke Bumi dalam bentuk hujan. Siklus air ini menjaga ketersediaan air di
Bumi. Akan tetapi, curah hujan yang terjadi setiap tahun tidak sama. Ada kalanya
curah hujan rendah (sedikit) dan ada kalanya curah hujan tinggi. Apabila curah hujan
tinggi, simpanan air di permukaan Bumi seperti waduk, danau, atau sungai meluap,
sehingga berpotensi banjir.

Gambar 3.48 Banjir di Jakarta


Sumber: www.klikteknik.com

66
Perhatikan Gambar 3.48. Apakah yang terjadi pada gambar tersebut? Pada gambar
tersebut terlihat bahwa jalanan di sekitar Monumen Selamat Datang (Bundaran HI)
tergenang air yang berwarna cokelat. Terlihat pula mobil yang melintas di jalan juga
terendam air akibat banjir yang melanda Jakarta beberapa tahun lalu.

Aliran air yang berlebihan hingga meluap ke daratan seperti Gambar 3.48 disebut
banjir. Banjir berasal dari luapan penyimpanan air, baik itu danau, waduk, maupun
sungai yang tidak mampu menampung jumlah air yang sangat besar. Ketika
penyimpanan air sudah penuh, maka air yang harusnya disalurkan ke penyimpanan
akan meluap ke daratan sehingga membanjiri daerah sekitarnya.
Banjir dapat diakibatkan oleh beberapa hal. Pertama, tingginya curah hujan menjadi
salah satu faktor penyebab banjir. Hujan yang terus menerus akan mengakibatkan
danau, bendungan, atau sungai penuh dan tidak sanggup lagi menampung air yang
masuk. Akibatnya, air akan meluap ke daratan di sekitarnya.

Gambar 3.49 Sungai dan padatnya pemukiman di Jakarta


Sumber: http://beritadaerah.co.id

Kedua, sistem pengelolaan lingkungan yang buruk. Perhatikan Gambar 3.49. Jika
sungai yang ada di tengah pemukiman penuh, kemanakah air akan meluap?
Berdasarkan gambar tersebut Anda dapat mengetahui bahwa di daerah tersebut tidak
ada tempat resapan air. Akibatnya, jika sungai penuh maka air akan membanjiri
pemukiman penduduk. Dengan terus bertambahnya jumlah penduduk akan

67
berdampak pada meningkatnya kebutuhan tempat tinggal di suatu daerah, sehingga
pemukiman di daerah tersebut semakin meluas. Akibatnya, daerah resapan air akan
berkurang karena permukaan tanah terlapisi beton dan aspal yang tidak dapat
menyerap air. Hal tersebut diperparah oleh penataan bangunan dan wilayah yang
tidak memerhatikan sistem pembuangan air. Selain itu, kurangnya pepohonan yang
dapat menyerap air juga menjadi penyebab terjadinya banjir.
Ketiga, akibat perilaku manusia. Coba amati sungai yang tersumbat sampah berikut.
Gambar 3.50. merupakan gambar kondisi sungai Ciliwung beberapa waktu lalu.
Apakah air di sungai tersebut akan mengalir dengan lancar? Berdasarkan gambar
tersebut, Anda dapat mengetahui bahwa sampah akan menghambat laju air di sungai.

Gambar 3.50. Sampah di Sungai Ciliwung


Sumber: rebanas.com

Perilaku manusia yang membuang sampah di sungai atau saluran pembuangan air
akan memicu terjadinya banjir. Sampah yang dibuang sembarangan akan menyumbat
aliran air di sungai atau saluran pembuangan. Akibatnya, ketika hujan air tidak akan
mengalir. Air terus tertimbun di suatu tempat hingga akhirnya meluap dan menjadi
banjir. Selain perilaku membuang sampah sembarangan, pembangunan rumah di
bantaran sungai juga dapat memicu banjir. Rumah bantaran sungai dibangun dengan
menggunakan tepian sungai. Akibatnya, lebar sungai akan berkurang dan daya
tampung sungai tersebut juga ikut berkurang. Ketika hujan terjadi, sungai tidak
mampu menampung air dalam jumlah besar. Akhirnya, air akan meluap ke daerah

68
sekitar.
Banjir yang melanda suatu daerah dapat memberikan dampak yang serius. Dampak
yang ditimbulkan oleh banjir meliputi kerusakan fisik hingga korban jiwa. Banjir
dapat merusak bangunan seperti rumah, gedung, jalan raya, atau jembatan.
Akibatnya, jalur transportasi terputus dan pengiriman bantuan darurat terhambat.
Banjir juga dapat mengontaminasi sumber air bersih. Biasanya banjir telah bercampur
dengan lumpur. Apabila banjir bercampur dengan sumber air bersih, maka air bersih
akan terkontaminasi. Akibatnya, sumber air bersih akan menjadi langka. Selain itu,
banjir dapat menjadi media penyebaran penyakit, seperti diare dan penyakit kulit.
Dampak lain dari banjir adalah kerugian ekonomi yang besar. Banjir yang menimpa
daerah pertanian akan mengakibatkan gagal panen dan lahan pertanian menjadi rusak.
Kerusakan fisik yang disebabkan oleh banjir cukup parah. Butuh biaya yang banyak
untuk merenovasi suatu bangunan atau lahan pertanian hingga dapat berfungsi
kembali (Lihat Gambar 3.51!).
Banjir juga sering memakan banyak korban jiwa. Pada banjir yang terjadi di Jakarta
selama bulan Februari 2015 tercatat hampir 57.000 jiwa menjadi korban
(republika.co.id). Banjir dengan debit air yang besar dapat menenggelamkan
seseorang. Selain itu, banjir dengan arus yang deras juga dapat menghanyutkan
seseorang hingga akhirnya tenggelam dan meninggal.

69
Gambar 3.51 Akibat banjir
Sumber: republika.co.id

Agar terhindar dari bahaya banjir, kita harus melakukan tindakan siaga banjir baik
sebelum, saat banjir, maupun setelah banjir. Hal terpenting yang kita lakukan adalah
mempelajari lingkungan rumah kita apakah daerah rawan banjir atau tidak. Kita juga
harus mengenali tanda-tanda datangnya banjir di daerah kita. Selain itu, kita juga
harus mengikuti informasi terkait pengumuman banjir dan letak posko evakuasi yang
disediakan. Dengan demikian, kita dapat menentukan tindakan yang akan dilakukan.

Agar selalu siapkan peralatan P3K. Lebih baik jika kita memahami keterampilan
pertolongan pertama dan tindakan tanggap darurat. Ketika banjir telah mencapai
daerah tempat kita tinggal, kita dapat melakukan persiapan sebelum air meninggi.
Jika muncul tanda-tanda banjir, kita dapat memindahkan semua peralatan rumah
tangga ke dalam rumah di tempat yang lebih tinggi. Hal tersebut bertujuan agar
barang-barang tidak hanyut saat terjadi banjir. Kita juga hendaknya menyimpan
dokumen penting ke dalam wadah yang kedap air. Misalnya kantong plastik. Selain
itu, matikan keran air serta matikan listrik. Hal ini untuk menghindari bahaya
tersengat arus listrik dan korsleting serta mempersiapkan barang bawaan untuk
mengungsi seperti dapat dilihat pada Gambar 3.52.

70
Gambar 3.52 Tindakan siaga sebelum banjir
Sumber: http://mitigasibencana.bpbd.kotabogor.go.id

Ketika air mulai meninggi, hendaknya kita segera mengungsi. Karena akan lebih
mudah dan lebih aman jika kita mengungsi sebelum air meninggi. Dalam proses
evakuasi, ikuti jalur yang telah ditentukan. Apabila belum ada jalur evakuasi yang
disarankan, maka pilihlah jalur dengan ketinggian yang rendah dan arus air yang
tidak membahayakan. Agar didahulukan anak-anak, orang cacat, dan orang lanjut
usia. Hal yang terpenting saat proses evakuasi adalah tetap tenang, tidak panik, serta
ikuti arahan yang diberikan petugas yang berwenang. Secara lengkap, tindakan siaga
banjir ketika terdapat tanda-tanda banjir seperti dapat dilihat pada Gambar 3.53.
Pada posko evakuasi, ada beberapa tindakan yang perlu diperhatikan. Jangan biarkan
anak-anak bermain di daerah banjir, karena berisiko hanyut. Selain itu, kita harus
saling membantu sesama pengungsi. Jangan kembali ke rumah sebelum keadaan
benar-benar aman dan ada arahan jelas dari petugas yang berwenang.

Setelah banjir surut, kita dapat kembali ke rumah kita masing-masing. Ketika sampai
di rumah hendaknya kita jangan langsung masuk rumah. Perhatikan lingkungan

71
sekitar rumah Anda. Adakah benda berbahaya atau tidak? Selain itu, periksa keadaan
rumah, seperti tembok dan atap rumah. Hal ini bertujuan untuk melihat kondisi
rumah, apakah berpotensi runtuh atau tidak. Pastikan rumah cukup aman untuk
dimasuki. Selain itu, kita harus memeriksa kabel atau alat elektronik yang terendam
air. Jangan langsung menyalakan listrik, hal ini akan berpotensi mengakibatkan
korsleting. Ketika membersihkan rumah, kita juga harus berhati-hati jika ada hewan
berbahaya di dalam rumah. Secara lengkap diilustrasikan pada Gambar 3.54.
Dengan melakukan tindakan siaga banjir tersebut, diharapkan kita dapat selamat dari
bencana banjir serta mengurangi kerugian harta benda. Akan tetapi, tidak semua
langkah tersebut dapat dilakukan. Tindakan siaga bencana bersifat fleksibel,
menyesuaikan kondisi dan sumber daya di lingkungan sekitar rumah.

4. Forum Diskusi

Negeri Subur nan Penuh Resiko Bencana Alam, Mengapa Demikian?

Gambar 3.53. Peta Fitur Geologi Dunia


Indonesia merupakan negara kepulauan dengan fitur Geologi yang kaya. Gunung
berapi berjajar dari sabang sampai ke Maluku yang juga bersejajaran dengan garis
Palung Samudera mengelilingi Nusantara membusur dari Barat ke Selatan hingga

72
Barat. Namun demikian selain fitur geologi ini sangat bermanfaat untuk menghasilkan
tanah yang subur, akan tetapi berbagai bencana alam pun tidak jauh melekat padanya.
Jenis Bencana Alam apa sajakah yang berpotensi terjadi di sekitar wilayah Indonesia
jika ditinjau dari fitur geologi yang ada? Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Pengetahuan apa yang masyarakat perlukan sehingga mereka siap siaga menghadapi
bencana tersebut? Apakah tanda-tanda munculnya bencana tersebut dapat diprediksi?
Bagaimana struktur Bumi berpengaruh terhadap resiko terjadinya bencana tersebut?
Diskusikanlah!

D. Penutup

1. Rangkuman

Selamat, Anda telah menyelesaikan modul tentang Struktur Bumi dan Mitigasi Bencana
Kebumian. Hal-hal penting yang telah Anda pelajari dalam modul Struktur Bumi dan
Mitigasi Bencana Kebumian ini adalah sebagai berikut.
a. Bumi terdiri atas lapisan-lapisan penyusun, baik yang tersusun atas padat, cair,
maupun gas.
b. Secara umum bumi terdiri atas 3 komponen, yakni Atmosfer, Litosfer, dan Hidrosfer.
c. Atmosfer merupakan lapisan udara yang menyelimuti Bumi.
d. Atmosfer tersusun atas lapisan-lapisan, antara lain Troposfer, Stratosfer, Mesosfer,
Termosfer, dan Eksosfer.
e. Udara yang ada di atmosfer memiliki sebuah tekanan udara yang menekan
permukaan Bumi.
f. Besarnya tekanan udara menurun seiring dengan bertambahnya ketinggian suatu
tempat.
g. Di atmosfer terdapat lapisan ozon yang melindungi Bumi dari radiasi sinar
ultraviolet.
h. Litosfer adalah lapisan bebatuan yang menyelimuti Bumi.
i. Salah satu bagian dari litosfer adalah lempeng yang selalu aktif bergerak.
j. Pergerakan lempeng tersebut diakibatkan oleh adanya aliran konveksi dari inti Bumi.
k. Lempeng dapat bergerak saling menjauhi maupun saling mendekati.

73
l. Ketika lempeng bergerak saling menjauhi, maka akan timbul patahan/ sesar.
m. Jika lempeng bergerak saling mendekati dan bertumbukan, maka akan terjadi
subduksi.
n. Salah satu efek dari pergerakan lempeng adalah adanya gempa dan terbentuknya
pegunungan berapi.
o. Hidrosfer merupakan lapisan air yang menyelimuti Bumi.
p. Hampir 70% bagian Bumi terdiri atas air.
q. Air yang ada di Bumi memiliki siklus hidrologi yang merupakan proses daur ulang
air secara terus menerus.

2. Tes Formatif

Pilihlah jawaban a, b, c, atau d yang paling tepat.

1. Saat ini, struktur interior Bumi telah diketahui secara mendetail walaupun hingga saat ini
belum pernah ada manusia dan teknologinya menembus, memasuki, dan menjelajahi
interior bumi secara langsung. Namun demikian, teknologi manusia telah mampu
mendeteksi secara akurat blueprint interior Bumi yang dibawa oleh gelombang yang
berasal dari tenaga endogen. Manakah pernyataan berikut yang benar menurut anda?
a. Gelombang Tsunami membawa pesan karakteristik interior Bumi melalui bentuk
gelombang dan ketinggiannya,
b. Gelombang Gempa Bumi membawa pesan karakteristik interior Bumi melalui
bentuk gelombang transversal yang mudah merambat disemua jenis medium,
c. Gelombang Tsunami membawa pesan karakteristik interior Bumi melalui bentuk
gelombang dan kecepatannyanya,
d. Gelombang Gempa Bumi membawa pesan karakteristik interior Bumi melalui
bentuk gelombang longitudinal yang mudah merambat disemua jenis medium
e. Gelombang Tsunami membawa pesan karakteristik interior Bumi melalui bentuk
gelombang dan amplitudonya.

2. Gunung Everest di Himalaya merupakan puncak tertinggi di dunia saat ini,dan


ketinggiannya pun menurut para ahli geologi masih terus bertambah seiring waktu.

74
Pegunungan Himalaya merupakan daerah yang berlokasi diantara utara India dan benua
Asia. Jika ditelaah dari keadaan geologi yang terjadi, pernyataan manakah yang tepat
untuk situasi tersebut?
a. Terdapat batas antar lempeng divergen diantara India dan Asia, karena ketinggian
gunung Everest masih terus bertambah
b. Terdapat batas antar lempeng konvergen diantara India dan Asia, karena India
merupakan masih bagian dari benua Asia
c. Terdapat batas antar lempeng divergen diantara India dan Asia, karena di daerah
Himalaya sering terjadi gempa Bumi
d. Terdapat batas antar lempeng Konvergen diantara India dan Asia, India dan Asia
merupakan dua lempeng yang saling mendekat
e. Terdapat batas antar lempeng divergen diantara India dan Asia, karena di daerah
Himalaya jarang terjadi gempa Bumi

3. Peristiwa tsunami di dunia lebih sering terjadi di daerah Jepang, Indonesia, dan di sekitar
wilayah timur samudera Pasifik, hingga saat ini belum pernah tercatat tsunami di daerah
Samudera Atlantik (diantara benua Amerika dan Afrika). Fenomena tersebut diakibatkan
karena…
a. Di sekitar wilayah timur dan barat Samudrera pasifik terdapat gejala palung laut
yang berpotensi mengakibatkan terjadinya tsunami
b. Di sekitar wilayah Samudrera Atlantik terdapat gejala palung laut yang berpotensi
mengakibatkan terjadinya tsunami
c. Di sekitar wilayah timur dan barat Samudrera pasifik terdapat gejala punggung
samudera yang berpotensi mengakibatkan terjadinya tsunami
d. Di sekitar wilayah Samudrera Atlantik terdapat gejala punggung samudera yang
berpotensi mengakibatkan terjadinya tsunami
e. Di sekitar wilayah timur dan barat Samudrera pasifik terdapat gejala sesar samudera
yang berpotensi mengakibatkan terjadinya tsunami

4. Di sekitar wilayah gunung berapi terdapat beberapa gejala vulkanisme yang


menjadikannya juga sebagai ciri penegas terdapat aktivitas vulkanisme di daerah

75
tersebut, terdapat beberapa gejala yang kita kenal sebagai gejala Solfatar, Fumarol,
Mofet, dan Geyser. Berdasarkan karakteristik gejala yang ditimbulkannya, gejala
manakah yang memiliki potensi bahaya lebih besar terhadap kelangsungan hidup
manusia?
a. Solfatar, karena menghasilkan gas CO2 yang dapat mengakibatkan kematian jika
memapar manusia secara berlebihan.
b. Fumarol, karena menghasilkan gas Belerang yang dapat mengakibatkan kematian
jika memapar manusia secara berlebihan.
c. Mofet, karena menghasilkan gas CO2 yang dapat mengakibatkan kematian jika
memapar manusia secara berlebihan.
d. Geyser, karena menghasilkan gas Belerang yang dapat mengakibatkan kematian jika
memapar manusia secara berlebihan.
e. Fermafrost merupakan bagian tanah yang membeku, sehingga jika lapisan ini
terbuka dan mencair dapat meningkatkan kadar CO2 di atmosfer

5. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana kegunungapian (PVMBG) mengkategorikan


beberapa status gunung berapi berdasarkan potensi terjadinya letusan gunung api.
Bentuk mitigasi perorangan sebagai penduduk penghuni sekitar wilayah gunung berapi
yang sebaiknya dilakukan sebelum terjadinya letusan adalah pada saat status gunung api
pada tingkatan….
a. Saat status Awas, karena pada saat itu kemungkinan letusan gunung berapi akan
segera terjadi
b. Sebelum status Awas, karena pada saat status Awas penduduk sudah harus segera
dievakuasi
c. Saat status Siaga, karena pada saat itu kemungkinan letusan gunung berapi akan
segera terjadi
d. Sebelum status Waspada, karena pada saat status Awas penduduk sudah harus
segera dievakuasi
e. Saat status Waspada, karena pada saat status Awas penduduk belum boleh segera
dievakuasi

76
Perhatikan gambar berikut untuk menjawab soal nomor 6-7

6. Tanda panah pada gambar di atas menggambarkan aliran konveksi dalam Bumi yang
mengakibatkan pergerakan lempeng. Lempeng bergerak sesuai dengan aliran konveksi
tersebut. Pernyataan berikut yang benar tentang pergerakan lempeng pada titik A ialah
....
a. lempeng bergerak searah
b. lempeng bergerak saling mendekat dan bertumbukan
c. lempeng bergerak saling menjauh
d. lempeng tidak bergerak
e. lempeng bergeser saling berpapasan

7. Fenomena Geologi yang dapat ditemui pada batas lempeng bagian B, kecuali ....
a. Palung samudera
b. Punggung samudera
c. Sesar
d. Gunung berapi
e. Zona Subduksi

Perhatikan gambar berikut untuk menjawab soal nomor 8-9

77
8. Berdasarkan gambar di atas, lempeng Indo-Australi dengan lempeng Eurasia bergerak
secara ....
a. konvergen
b. divergen
c. transformasi
d. saling menjauh
e. tidak bergerak

9. Pergerakan lempeng Indo-Australi dengan lempeng antartika terjadi secara ....


a. konvergen
b. divergen
c. transformasi
d. saling mendekat
e. tidak bergerak

10. Perhatikan gambar berikut.

Sebuah pusat gempa tercatat sejauh 1500 km dari


sebuah stasiun seismik. Keadaan tersebut
digambarkan penyebaran gelombang seismiknya.
Pada gambar tersebut titik H berperan sebagai
pusat gempa, yang disebut ....
a. Episentrum

78
b. Hiposentrum
c. Patahan
d. Titik Primer
e. Hotspot

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian akhir modul
ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat
penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Arti tingkat penguasaan:

90 - 100% = baik sekali

80 - 89% = baik

70 - 79% = cukup

< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan
dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus
mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.

3. Daftar Pustaka

Biggs, A., Ralph M. Feather Jr., Peter Rillero, Dinah Zike. (2008). Glencoe Science: Earth Science.
Ohio: Mc-Graw Hill

79
Snyder, S. L., Ralph M. Feather Jr., Dinah Zake. (2005). Glencoe Science: Earth Science. Ohio: Mc-
Graw Hill

Widodo, W., Rachmadiarti, F., dan Hidayati. S.N., (2017). Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

80
Sumber Daring

81
DAR2/Profesional/097/1/2019

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM

MODUL 1.
PEMBELAJARAN IPA DAN KONSEP IPBA

Kegiatan Belajar 4:
Tata Surya dan Pemanasan Global

Penulis:
Agus Fany Chandra Wijaya

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


2019

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................ i
A. Pendahuluan ................................................................................................................... iii
1. Deskripsi Singkat ..................................................................................................................... iii
2. Relevansi ................................................................................................................................... iii
3. Petunjuk Belajar ....................................................................................................................... iv
B. Inti .................................................................................................................................... 1
1. Capaian Pembelajaran .............................................................................................................. 1
2. Sub Capaian Pembelajaran ....................................................................................................... 1
3. Uraian Materi ............................................................................................................................. 1
a) Tata Surya .................................................................................................................................. 1
1) Matahari................................................................................................................... 9
2) Planet ...................................................................................................................... 12
3) Planet Kerdil (Dwarf Planet) ................................................................................ 17
4) Satelit ...................................................................................................................... 20
5) Benda-benda Kecil Tata Surya ............................................................................ 22
b) Bumi sebagai Planet ................................................................................................................. 25
a) Rotasi Bumi ............................................................................................................ 27
b) Revolusi Bumi ........................................................................................................ 29
c) Kondisi Bulan ........................................................................................................................... 31
1) Pasang Surut Air Laut .......................................................................................... 32
2) Pembagian Bulan................................................................................................... 32
3) Fase-fase Bulan ...................................................................................................... 33
4) Gerhana .................................................................................................................. 34
d) Pemanasan Global.................................................................................................................... 39
1) Efek Rumah Kaca ................................................................................................. 42
2) Pengertian Pemanasan Global ............................................................................. 44
3) Penyebab Pemanasan Global ............................................................................... 45
4) Dampak Pemanasan Global ................................................................................. 47
5) Usaha-usaha Menanggulangi Pemanasan Global .............................................. 50
4. Forum Diskusi .......................................................................................................................... 53
C. Penutup .......................................................................................................................... 54
1. Rangkuman .............................................................................................................................. 54
2. Tes Formatif ............................................................................................................................. 55

i
3. Daftar Pustaka.......................................................................................................................... 63
D. Tugas Akhir ................................................................................................................... 64
E. Tes Sumatif .................................................................................................................... 64
F. Kunci JawabanTes Formatif KB 1 – 4........................................................................ 72

ii
Kegiatan Belajar 4 : Tata Surya dan Pemanasan Global

A. Pendahuluan
1. Deskripsi Singkat

Modul Hybrid Learning Pembelajaran IPA dan Konsep IPBA ini merupakan Modul
modul PPG dalam jabatan yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangka membekali guru
dengan kompetensi professional yang berorientasi pada implementasi Kurikulum 2013.
Modul ini dirancang untuk memperkuat kompetensi guru dari sisi pengetahuan,
keterampilan, dan sikap secara utuh. Proses pencapaiannya dirancang melalui
pembelajaran hybrid dengan didukung berbagai jenis media terkait yang menunjang
sebagai suatu kesatuan yang saling mendukung pencapaian kompetensi tersebut. Sebagai
transisi menuju ke pendidikan menengah, pemisahan mata pelajaran masih belum
dilakukan sepenuhnya bagi peserta didik SMP/ MTs. Materi-materi dari bidang-bidang
ilmu Fisika, Kimia, Biologi, serta Ilmu Bumi dan Antariksa masih perlu disajikan
sebagai suatu kesatuan dalam mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Hal ini
dimaksudkan untuk memberikan wawasan yang utuh bagi peserta didik SMP/MTs
tentang prinsip-prinsip dasar yang mengatur alam semesta beserta segenap isinya. Oleh
karenanya, pengetahuan dan kemampuan guru menguasai materi esensial IPA yang
terkoneksi dan terintegrasi secara utuh diperlukan adanya.

Modul ini menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan peserta didik untuk
mencapai kompetensi yang diharapkan. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan
dalam Kurikulum 2013, peserta didorong untuk mencari sumber belajar lain yang
tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Peran aktif peserta sangat penting untuk
meningkatkan dan menyesuaikan daya serap mereka dengan ketersediaan kegiatan pada
Modul ini. Peserta dapat memperkayanya dengan kreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan
lain yang sesuai dan relevan yang bersumber dari lingkungan sosial dan alam.

2. Relevansi

Modul Modul IPA ini disusun dengan pemikiran di atas. Bidang ilmu Fisika, Kimia,
dan Biologi dipakai sebagai landasan (platform) pembahasan bidang ilmu kebumian dan
keantariksaan yang akan disajikan. Makhluk hidup digunakan sebagai objek untuk

iii
menjelaskan prinsip-prinsip dasar yang mengatur alam seperti objek alam dan
interaksinya, energi dan keseimbangannya, dan lain-lain. Melalui pembahasan
menggunakan bermacam bidang ilmu dalam rumpun ilmu pengetahuan alam,
pemahaman utuh tentang alam yang dihuninya beserta benda-benda alam yang dijumpai
di sekitarnya dapat dikuasai oleh guru IPA SMP/MTs untuk diajarkan kepada para
siswanya.

Sebagai salah satu rumpun ilmu yang berperan penting dalam mempersiapkan dan
membekali siswa sebagai insan yang akan hidup di era abad 21, maka penyusunan
modul ini juga berkaitan erat dengan pengembangan kemampuan-kemampuan abad 21.
Selain itu pula, proses mengukur kemajuan pendidikan suatu negara serta pemahaman
peserta didik suatu negara terhadap IPA dibandingkan secara rutin sebagaimana
dilakukan melalui TIMSS (The Trends in International Mathematics and Science Study)
dan PISA (Program for International Student Assessment). Melalui penilaian
internasional seperti ini kita dapat mengetahui kualitas pembelajaran IPA dibandingkan
dengan negara lain. Materi IPA pada Kurikulum 2013 ini telah disesuaikan dengan
tuntutan penguasaan materi IPA relevan dengan TIMSS dan PISA

3. Petunjuk Belajar

Sebelum Anda menggunakan modul ini, Anda perlu membaca bagian petunjuk ini.
Mengapa diperlukan? Ibarat Anda sedang berlibur di tempat wisata, Anda tentunya ingin
memanfaatkan fasilitas yang ada di tempat wisata tersebut bukan? Tentunya, agar
tujuan tersebut tercapai Anda akan membaca peta di mana fasilitas itu berada. Begitu
juga dengan modul ini. Jika Anda ingin memperoleh manfaat yang maksimal dari modul
ini tentu merupakan tindakan yang bijak jika Anda benar-benar memerhatikan dan
memahami bagian petunjuk penggunaan modul ini. Selamat mempelajari!

Fitur mari kita cari tahu ini berisi tugas atau permasalahan yang perlu untuk dicari
jawabannya atau untuk mencari pengetahuan tambahan terkait materi yang dipelajari.
Fitur mari kita diskusikan ini berisi suatu masalah yang berkaitan dengan konsep yang
perlu untuk dipecahkan melalui kelompok. Fitur ini dapat melatih Anda dalam
mengungkapkan pendapat atau berkomunikasi dan memecahkan masalah. Fitur
rangkuman ini berisi ringkasan materi dari bab yang telah dipelajari. Anda dapat
mereview keseluruhan materi yang telah dipelajari melalui fitur ini. Fitur tes formatif ini

iv
berisi soal-soal untuk mengevaluasi pemahaman dan penerapan konsep dalam satu bab
yang telah dipelajari.

v
B. Inti
1. Capaian Pembelajaran

Mampu menganalisis fenomena yang berkaitan dengan tata surya, struktur bumi,
perubahan iklim, dan mitigasi bencana.

2. Sub Capaian Pembelajaran

a. Mengelompokan anggota benda langit dalam sistem tata surya berdasarkan


karakteritik yang dimilikinya
b. Mengorelasikan kondisi dan fenomena interaksi Bumi dan Bulan serta dampaknya
terhadap kehidupan
c. Mengilustrasikan proses terjadinya gerhana Matahari dan gerhana Bulan secara
komprehensif
d. Mengidentifikasi proses dan penyebab terjadinya pemanasan global.
e. Membuat garis besar strategi yang paling tepat untuk mengatasi pemanasan global.

3. Uraian Materi

a) Tata Surya

Pernahkah Anda amati langit pada malam hari? Benda-benda apa saja yang Anda lihat di
langit? Pasti Anda akan melihat ribuan benda langit. Di antara benda-benda langit tersebut ada
yang disebut bintang dan ada juga yang disebut planet. Ketika pagi menjelang, masihkah Anda
dapat melihat benda-benda langit tersebut? Tentu saja tidak, karena di siang hari Anda hanya
dapat melihat Matahari di langit. Ketika malam datang, barulah Anda dapat melihat kembali
benda-benda langit tersebut. Mengapa demikian?
Peristiwa tersebut di atas akan kita pelajari dalam bahasan ini, yaitu sistem Tata Surya.
Segala sesuatu yang berkaitan dengan sistem Tata Surya akan berpengaruh terhadap sistem
kehidupan di Bumi. Maha besar Tuhan yang telah menciptakan alam dengan begitu agungnya.
Oleh karena itu, marilah belajar dengan sungguh-sungguh, senantiasa bersyukur serta berusaha
untuk menjaga karunia-Nya sebagai wujud ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar kelak

1
menjadi manusia yang cerdas dan peduli terhadap semua ciptaan Tuhan SWT (lihat Gambar
4.1!).

Gambar 4.1 Anggota sistem tata surya

Mari Kita Lakukan

Aktivitas 4.1 Menyelidiki orbit planet dalam Tata Surya


Ayo Amati
Perhatikan Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Gambaran orbit planet


Sumber: www.nasa.gov/

Bagaimanakah bentuk orbital planet-planet dalam Tata Surya?

Diskusikan

2
Apa yang dapat Anda simpulkan dari gambar tersebut?

Pemodelan Orbital Planet


1. Buatlah kelompok kerja yang terdiri atas 4 orang.
2. Siapkanlah alat dan bahan sebagai berikut.

Alat dan Bahan Jumlah


Pins (Paku payung) 2 buah
Penggaris 1 buah
Karton ukuran 23 cm x 30 cm 1 buah
Kertas HVS A4 1 buah
Pensil 1 buah
Benang Secukupnya

3. Lakukan langkah-langkah berikut.


a. Buatlah lingkaran dari benang dengan keliling 10 cm.
b. Letakkan kertas HVS A4 di atas karton.
c. Tancapkan sebuah pins di bagian pusat kertas HVS A4, yang berfungsi sebagai pins
pusat.
d. Tancapkan sebuah pins dengan jarak 2 cm dari pins pusat.
e. Letakkan lingkaran benang yang telah dibuat di atas kertas HVS dan pastikan
bahwa kedua paku pins yg telah ditancapkan sebelumnya berada di dalam lingkaran
tersebut.
f. Letakkan pensil ke dalam salah satu sisi lingkaran benang tersebut, dan tariklah
benangnya sampai meregang.
g. Gerakkan pensil mengelilingi kedua pins tersebut. (Pastikan benangnya tidak
kendur dan ujung pensil menyentuh kertas HVS, sehingga pola garisnya tergambar
di atas kertas tersebut).
(untuk lebih jelasnya, simak video aktivitas 4.1. berikut ini)

h. Hitunglah Eksentris (ukuran orbit dalam suatu pola lingkaran yang terbentuk), pola

3
yang tergambar dari kegiatan tersebut dengan menggunakan rumus berikut.

i. Catat hasil penghitungan eksentris dari masing-masing pola yang terbentuk ke


dalam Tabel 4.1.
j. Ulangi langkah a hingga i, dengan mengubah jarak pins dan keliling lingkaran dari
benang sebagai berikut.
Jarak pins 4 cm dan keliling lingkaran dari benang 14 cm.
Jarak pins 6 cm dan keliling lingkaran dari benang 18 cm.
Jarak pins 8 cm dan keliling lingkaran dari benang 22 cm.
4. Data Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Hasil penghitungan eksentris dari pola yang terbentuk
Jarak antar Panjang Sumbu
No. Eksentris (d)
pins (d) Utama (l)
1. 2 cm
2. 4 cm
3. 6 cm
4. 8 cm

Diskusikan
5. Bagaimanakah efek pengubahan jarak pins dan keliling lingkaran dari benang
terhadap pola garis yang terbentuk?
6. Pada percobaan ke berapakah diperoleh eksentris terbesar?
7. Bagaimanakah cara menurunkan eksentris dalam mengonstruksi pola garis dalam
percobaan tersebut?

Simpulkan
Kesimpulan apa yang dapat dibuat, apabila pins pusat dianalogikan sebagai Matahari dan
pola garis yang terbentuk dianalogikan sebagai orbital-orbital planet?

Manusia telah melihat langit sejak ribuan tahun yang lalu. Pengamatan awal mencatat terkait
perubahan posisi dari planet-planet dan mengembangkan ide-ide terkait tata surya yang

4
didasarkan pada pengamatan dan kepercayaan. Saat ini, manusia juga mengetahui objek di dalam
sistem tata surya mengorbit pada Matahari. Selain itu, gravitasi Matahari juga memengaruhi
pergerakan benda-benda dalam sistem tata surya sebagaimana gravitasi Bumi memengaruhi
pergerakan bulan yang mengorbit padanya.

Tata surya adalah sistem interaksi benda-benda langit yang terdiri atas Matahari
sebagai pusatnya dengan benda-benda angkasa lain (planet, planet kerdil, Satelit,
dan benda-benda kecil tata surya lainnya) yang mengelilingi Matahari.

Berdasarkan hasil sidang umum International Astronomical Union (IAU) tahun 2006, anggota Tata
Surya terdiri dari:
1. Matahari

2. Planet

3. Planet Kerdil (Dwarf Planet)

4. Satelit

5. Benda-benda Kecil Tata Surya (Small Solar System Bodies)

Matahari merupakan pusat dari Tata Surya, dan objek inilah yang berperan besar dalam
membentuk karakter Tata Surya. Planet merupakan benda angkasa yang mengorbit mengelilingi
sebuah bintang (dalam hal ini Matahari) dan ia sendiri bukanlah sebuah bintang. Berdasarkan
jaraknya dari Matahari, kedelapan planet Tata Surya ialah Merkurius (57,9 juta km), Venus (108
juta km), Bumi (150 juta km), Mars (228 juta km), Jupiter (779 juta km), Saturnus (1.430 juta
km), Uranus (2.880 juta km), dan Neptunus (4.500 juta km). Sejak pertengahan 2008, ada lima
obyek angkasa yang diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Orbit planet-planet kerdil, kecuali
Ceres, berada lebih jauh dari Neptunus. Kelima planet kerdil tersebut ialah Ceres (415 juta km.
di sabuk asteroid; dulunya diklasifikasikan sebagai planet kelima), Pluto (5.906 juta km; dulunya
diklasifikasikan sebagai planet kesembilan), Haumea (6.450 juta km), Makemake (6.850 juta
km), dan Eris (10.100 juta km).

5
Enam dari kedelapan planet dan tiga dari kelima planet kerdil itu dikelilingi oleh satelit alami,
yang biasa disebut dengan "bulan" sesuai dengan Bulan atau satelit alami Bumi. Masing-masing
planet bagian luar dikelilingi oleh cincin planet yang terdiri dari debu dan partikel lain. Jika
ditinjau berdasarkan strukturnya, komponen utama sistem Tata Surya adalah Matahari, sebuah
bintang deret utama kelas G2 yang mengandung 99,86 persen massa dari system Tata Surya dan
mendominasi seluruh sistem dengan gaya gravitasinya. Jupiter dan Saturnus, dua komponen
terbesar yang mengedari Matahari, mencakup kira-kira 90 persen dari komposisi massa sisa Tata
Surya (90% dari 0,14%). Hampir semua objek-objek besar yang mengorbit Matahari, bidang
edarnya terletak sejajar dengan bidang edaran Bumi, yang dinamai ekliptika. Kemiringan bidang
edar seluruh planet terletak hampir sejajar ekliptika, sementara bidang edar komet dan objek-
objek sabuk Kuiper biasanya memiliki beda sudut yang sangat besar dibandingkan ekliptika.
Planet-planet dan objek-objek Tata Surya mengorbit mengelilingi Matahari berlawanan dengan
arah jarum jam jika dilihat dari atas kutub utara Matahari, terkecuali Komet Halley.

Bidang Ekliptika adalah bidang edar Bumi mengelilingi Matahari.

Hukum Gerakan Planet Kepler menjabarkan bahwa orbit dari objek-objek Tata Surya sekeliling
Matahari bergerak mengikuti bentuk elips dengan Matahari sebagai salah satu titik fokusnya
(seperti yang telah diilustrasikan dalam aktivita 4.1.). Objek yang berjarak lebih dekat dari
Matahari (sumbu semi-mayor-nya lebih kecil) memiliki tahun waktu yang lebih pendek. Pada
orbit elips, jarak antara objek dengan Matahari bervariasi sepanjang tahun. Jarak terdekat antara
objek dengan Matahari dinamai perihelion, sedangkan jarak terjauh dari Matahari dinamai
aphelion. Semua objek Tata Surya bergerak tercepat di titik perihelion dan terlambat di titik
aphelion. Orbit planet-planet bisa dibilang hampir berbentuk lingkaran, sedangkan komet,
asteroid dan objek sabuk Kuiper kebanyakan orbitnya berbentuk elips.

Untuk mempermudah representasi, kebanyakan diagram Tata Surya menunjukan jarak antara
orbit yang sama antara satu dengan lainnya. Pada kenyataannya, dengan beberapa perkecualian,
semakin jauh letak sebuah planet atau sabuk dari Matahari, semakin besar jarak antara objek itu
dengan jalur edaran orbit sebelumnya. Sebagai contoh, Venus terletak sekitar sekitar 0,33 satuan

6
astronomi (SA) lebih dari Merkurius, sedangkan Saturnus adalah 4,3 SA dari Jupiter, dan
Neptunus terletak 10,5 SA dari Uranus. Beberapa upaya telah dicoba untuk menentukan korelasi
jarak antar orbit ini (hukum Titus-Bode), tetapi sejauh ini tidak satu teori pun telah diterima.
Hampir semua planet-planet di Tata Surya juga memiliki sistem sekunder. Kebanyakan adalah
benda pengorbit alami yang disebut satelit, atau bulan. Beberapa benda ini memiliki ukuran lebih
besar dari planet. Hampir semua satelit alami yang paling besar terletak di orbit sinkron, dengan
satu sisi satelit berpaling ke arah planet induknya secara permanen. Empat planet terbesar juga
memliki cincin yang berisi partikel-partikel kecil yang mengorbit secara serempak.

Pada awal tahun 1600an, Johannes Kepler seorang ahli matematika dari Jerman mulai
mempelajari orbit planet- planet. Ia menemukan bahwa bentuk orbit planet tidak melingkar,
tetapi berbentuk oval atau elips. Perhitungan lebih lanjut menunjukkan bahwa letak Matahari
tidak di pusat orbit, tetapi sedikit offset. Kepler juga menemukan bahwa planet bergerak dengan
kecepatan yang berbeda dalam orbitnya di sekitar Matahari. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 4.2
berikut.

Tabel 4.2 Rata-rata kecepatan orbital planet dalam tata surya


No. Planet Rata-rata Kecepatan Orbital
(km/s)
1. Merkurius 48
2. Venus 35
3. Bumi 30
4. Mars 24
5. Jupiter 13
6. Saturnus 9,7
7. Uranus 6,8
8. Neptunus 5,4

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa planet yang dekat dengan Matahari bergerak lebih cepat daripada
planet yang jauh dari Matahari. Bidang edar planet-planet dalam mengelilingi Matahari disebut
bidang edar dan bidang edar Bumi dalam mengelilingi Matahari disebut bidang ekliptika.

Gambar 4.3 menjelaskan kategorisasi pengelompokkan planet, diantaranya berdasarkan posisi


orbit revolusinya maka planet-planet Tata Surya dapat dikelompokan menjadi dua, yakni: (a)

7
planet superior dan inferior, serta (b) planet dalam dan planet luar, sedangkan jika ditinjau
berdasarkan karakteristik bahan penyusunnya, maka dapat dikelompokan sebagai: (c) planet
Terrestrial dan planet Jovian.

8
Gambar 2.3 Pengelompokan planet di Tata Surya
Sumber: slideplayer.info

1) Matahari

Matahari adalah bintang yang berupa bola gas panas dan bercahaya yang menjadi pusat sistem
tata surya. Tanpa energi intens dan panas Matahari, tidak akan ada kehidupan di Bumi. Jarak
Matahari dari bumi sekitar 150 juta kilometer, yang disepakati sebagai 1 SA (Satuan Astronomi).
Bintang terdekat kedua setelah Matahari adalah Alpha Centuri yang berjarak 200.000 SA (4,8
tahun cahaya). Diameter Matahari sekitar 1.380.000 kilometer. Matahari merupakan bola gas
yang mempunyai suhu pada pusatnya sekitar 15.000.000 oC dan suhu permukaan sekitar 6.000
o
C. Matahari adalah bintang induk Tata Surya dan merupakan komponen utama sistem Tata
Surya ini. Bintang ini berukuran 332.830 massa Bumi. Massa yang besar ini menyebabkan
kepadatan inti yang cukup besar untuk bisa mendukung kesinambungan fusi nuklir dan
menyemburkan sejumlah energi yang dahsyat. Kebanyakan energi ini dipancarkan ke luar
angkasa dalam bentuk radiasi eletromagnetik, termasuk spektrum optik.

Matahari memiliki 4 lapisan, yaitu sebagai berikut.


a. Inti Matahari, memiliki suhu sekitar 1,5 x 107 oC yang cukup untuk mempertahankan fusi
termonuklir yang berfungsi sebagai sumber energi Matahari. Energi dari inti akan

9
diradiasikan ke lapisan luar Matahari dan kemudian sampai ke ruang angkasa.
b. Fotosfer, memiliki suhu sekitar 6.000 Kelvin, dengan ketebalan sekitar 300 km. Melalui
fotosfer, sebagian besar radiasi Matahari ke luar dan terdeteksi sebagai sinar Matahari
yang kita amati di Bumi. Di dalam fotosfer terdapat bintik Matahari, yaitu daerah dengan
medan magnet yang kuat dan dingin serta lebih gelap dari wilayah sekitarnya.
c. Kromosfer, memiliki suhu sekitar 4.500 Kelvin dan ketebalannya 2.000 km. Kromosfer
terlihat seperti gelang merah yang mengelilingi Bulan pada waktu terjadi gerhana Matahari
total.
d. Korona, merupakan lapisan terluar Matahari dengan suhu sekitar 1.000.000 Kelvin dan
ketebalannya sekitar 700.000 km. Memiliki warna keabu-abuan yang dihasilkan dari
ionisasi atom karena suhu yang sangat tinggi. Korona terlihat seperti mahkota dengan warna
keabu-abuan yang mengelilingi Bulan pada waktu terjadi gerhana Matahari total.

Di antara inti dan fotosfer terdapat daerah radiasi dan daerah konveksi. Di daerah tersebut energi
berpindah secara radiasi dan konveksi.

Gambar 4.4 Bagian-bagian Matahari


Sumber: http://blogmipa-geografi.blogspot.co.id

Mari Kita Lakukan

Aktivitas 4.3. Mengelompokan Planet-planet Tata Surya berdasarkan karakteristik bahan


pembentuknya

Ayo Amati

10
Simak dengan seksama dan catat beberapa karakteristik dari masing-masing anggota tata
surya (seperti yang tersaji pada bagian berikutnya tepat setelah bagian aktivitas 4.3. ini)
dalam tabel 4.3. berikut:
Tabel 4.3. Karakteristik Planet-planet Tata Surya
Memiliki
Massa Diameter Kala Kala Jumlah
No Nama Planet Cincin
Planet Planet Rotasi Revolusi Satelit Alami
(Ya/Tidak)
1
2
3
4
5
6
7
8

Diskusikan
Berdasarkan Data Massa Planet dan Diameter Planet, dapatkah anda tentukan berapa
massa jenis masing-masing planet (anggap Planet memiliki bentuk bola sempurna),
kemudian catatkan hasil perhitungannya dalam tabel 4.4. berikut ini:

Tabel 4.4. Pengelompokan Planet berdasarkan Nilai Massa Jenis


Massa jenis antara 3 – 6 gr/cm3 Massa jenis antara 0.1 – 2 gr/cm3
Massa Nama Massa Nama
No Nama Planet No Nama Planet
Jenis Kelompok Jenis Kelompok
Planet Planet
mirip mirip
Bumi Jupiter

11
Simpulkan
Berdasarkan pengelompokan yang telah dilakukan pada Tabel 4.4., temukan
kecenderungan ciri-ciri karakteristik planet untuk masing-masing kelompok tersebut
seperti yang telah disajikan dalam Tabel 4.3. (kala rotasi, kala revolusi, jumlah satelit
alami, dan kepemilikan cincin)

Ciri-ciri Kelompok Planet Mirip Bumi:


………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
Ciri-ciri Kelompok Planet Mirip Jupiter:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

2) Planet

Sampai saat ini dikenal ada delapan planet dalam sistem tata surya yaitu: Merkurius, Venus,
Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus. Sebagai anggota tata surya, setiap planet
melakukan dua gerakan yaitu :
• Gerak planet berputar pada sumbunya yang disebut dengan gerak rotasi. Lamanya waktu
yang diperlukan untuk melakukan satu kali rotasi disebut dengan kala rotasi
• Gerakan planet mengelilingi Matahari yang disebut gerak revolusi. Lamanya waktu yang
diperlukan untuk melakukan satu kali revolusi disebut kala revolusi. Lamanya kala
revolusi masing-masing planet berbeda-beda tergantung dari jaraknya terhadap Matahari.

Untuk lebih jelasnya, berikut akan dipaparkan karakteristik masing-masing planet anggota Tata
Surya

12
1. Merkurius

Gambar 4.5. Planet Merkurius


Planet ini mempunyai ukuran kecil dengan massa 3,3 x 1023 kg dan diameter sekitar 4.879 km
serta hampir tidak mempunyai atmosfer, sehingga angkasanya terlihat gelap. Jaraknya dari
Matahari sekitar 58 juta km. Karena tidak mempunyai atmorfer maka suhu di Merkurius sangat
ekstrim, pada siang hari suhunya mencapai 427oC dan pada malam hari suhunya mencapai
−184oC. Merkurius bergerak mengelilingi Matahari dengan cepat, sehingga hanya memerlukan
58 hari untuk satu kali orbit. Sedangkan kala rotasinya 59 hari. Merkurius sering disebut bintang
fajar karena terkadang terbit dan terlihat di pagi hari sebelum Matahari terbit.

2. Venus

Gambar 4.6. Planet Venus

Venus dikenal sebagai bintang fajar atau bintang senja yang terlihat sangat terang. Hal ini
disebabkan karena atmorfernya sangat pekat sebagian besar berupa karbon dioksida dan awan
putih sebagai akibat pembakaran asam sulfat panas. Ukuran venus hampir sama dengan bumi,

13
diameternya sekitar 12.100 km dengan massa 4,9 x 10 24 kg dan jaraknya dari Matahari sekitar
108 juta km. Suhu di Venus relatif stabil pada siang dan malam hari yaitu sekitar 482oC. Planet
ini memerlukan waktu 225 hari untuk satu kali orbit mengelilingi Matahari, sedangkan kala
rotasinya 243 hari.

3. Bumi

Gambar 4.7. Planet Bumi

Bumi dikenal sebagai planet biru karena sebagian besar permukaannya berupa air. Bumi
memiliki atmosfer yang memungkingkan mahluk hidup dapat hidup di planet ini. Diameter bumi
sekitar 12.700 km dengan massa 6 x 1024 kg dan jarak bumi terhadap Matahari sekitar 150 juta
km atau sering disebut dengan 1 SA. Untuk satu kali orbit mengelilingi Matahari, Bumi
memerlukan waktu 1 tahun (365,25 hari). Sedangkan kala rotasinya 24 jam. Bumi memiliki
sebuah satelit alami yang disebut Bulan.

4. Mars

Planet mars mempunyai permukaan berupa batu-batuan yang mengandung besi oksida sehingga
Mars disebut juga sebagai planet merah, mempunyai kutub es dan gunung berapi yang aktif
seperti bumi. Gunung berapi terbesar bernama gunung olympus dengan ketinggian 23.000 m dari
permukaan disekitarnya. Hasil penyelidikan Viking 1 dan Viking 2 diperoleh tanda-tanda
kehidupan di mars pada masa lalu. Suhu rata-rata di mars −55oC. Diameter planet ini sekitar

14
6.800 km dengan massa 6,4 x 1023 kg. Kala revolusi terhadap Matahari 687 hari, sedangkan kala
rotasinya 24,6 jam. Mars memiliki dua satelit yaitu Phobos dan Deimos

Gambar 4.8. Planet Mars

5. Jupiter

Gambar 4.9. Planet Jupiter

Jupiter merupakan planet terbesar dengan diameter 142.860 km dan massa 1,9 x 1027 kg.
Jaraknya terhadap Matahari sekitar 778 juta km. Kala revolusinya 12 tahun dan kala rotasinya
9,8 Jam. Jupiter mempunyai atmosfer yang terdiri dari hidrogen dan helium, mempunyai awan
dari amoniak dan kristal es yang berputar kencang dalam atmosfer dengan kelajuan 200 mil per
jam. Jupiter lebih mudah dilihat dari bumi karena memantulkan 70% cahaya Matahari yang
diterimanya. Cincin Jupiter sangat samar karena sebagian besar berupa kristal halus. Jupiter
mempunyai 63 satelit diantaranya Io, Europa, Ganymeda dan Calisto.

15
6. Saturnus

Gambar 4.10. Planet Saturnus

Saturnus mempunyai diameter 120.000 km dengan massa 5,7 x 1026 kg. Angkasanya diselimuti
oleh sabuk awan yang kaya akan hidrogen dan dapat memantulkan sinar Matahari dan suhu
dipermukaan −170oC. Jarak Saturnus dari Matahari kira-kira 1.428 juta km. Saturnus dikenal
sebagai planet yang mempesona karena mempunyai cincin yang berlapis terdiri dari kristal es
yang lebarnya 402.000 km dan tebalnya 15 km. Kala revolusi planet ini 29,5 tahun dan kala
rotasinya 10 jam 36 menit. Mempunyai 62 satelit, yang terkenal adalah Titan.

7. Uranus

Gambar 4.11. Planet Uranus

Uranus sangat berbeda dengan planet lain karena sumbu rotasinya sebidang dengan bidang edarnya.
Planet Uranus ditemukan oleh Wiliam Herschel tahun 1781. Planet ini berselubung kabut tebal yang
terdiri dari gas metan. Massanya sebesar 8,7 x 1025 kg dengan diameter 51.118 km dan jaraknya
terhadap Matahari kira-kira 2.870 juta km. Mempunyai kala revolusi 84 tahun dan kala rotasinya 17
jam 14 menit. Uranus mempunyai 27 satelit diantaranya Miranda, Ariel, Umbreil, Titania dan

16
Oberon. Planet Uranus juga ditemukan memiliki cincin, namun seperti halnya cincin Jupiter, cincin
Uranus pun sulit untuk diamati dikarenakan ukurannya yang tipis.

8. Neptunus

Gambar 4.12. Planet Neptunus

Jarak Neptunus dari Matahari kira-kira 4.500 juta km dengan kala revolusi 165 tahun dan kala
rotasinya 15 jam 48 menit. Diameternya 49.600 km dengan massa 1,02 x 1026 kg. Suhu
dipermukaan Neptunus kira-kira −120oC. Keadaan planet Neptunus hampir sama dengan planet
uranus sehingga sering disebut planet kembar. Uranus mempunyai cincin tetapi sangat tipis.
Jumlah satelit yang dimiliki sebayak 13 buah diantaranya Triton dan Nereid.

3) Planet Kerdil (Dwarf Planet)

Planet Kerdil (Dwarf Planet) Berbeda dengan planet-planet utama tata surya yang memiliki
zonasi orbit yang relatif teratur, planet kerdil tidak memiliki zonasi orbit yang khusus, teratur,
maupun berurutan. Dari lima planet kerdil yang telah diidentifikasi, Ceres yang lintasan orbitnya
berada di lintasan orbit Asteroid (di antara orbit Mars dan Jupiter) merupakan planet kerdil yang
terpencil dari planet kerdil lainnya yang lintasan orbitnya berada di belakang Neptunus. Lima
planet kerdil tersebut adalah: Ceres, Pluto, Haumea, Makemake, dan Eris.

17
Gambar 4.13. Planet Neptunus Posisi orbit planet kerdil di tata surya

1. Ceres

Gambar 4.14. Planet Kerdil Ceres

Ceres (2,77 SA) adalah benda terbesar di sabuk asteroid dan diklasifikasikan sebagai planet
kerdil. Diameternya adalah sedikit kurang dari 1000 km, cukup besar untuk memiliki gravitasi
sendiri untuk menggumpal membentuk bundaran. Ceres dianggap sebagai planet ketika
ditemukan pada abad ke 19, tetapi di-reklasifikasi menjadi asteroid pada tahun 1850an setelah
observasi lebih lanjut menemukan beberapa asteroid lagi. Ceres direklasifikasi lanjut pada tahun
2006 sebagai planet kerdil.

18
2. Pluto

Gambar 4.15. Planet Kerdil Pluto dan Satelitnya

Pluto adalah objek terbesar sejauh ini di Sabuk Kuiper. Ketika ditemukan pada tahun 1930,
benda ini dianggap sebagai planet yang kesembilan, definisi ini diganti pada tahun 2006 dengan
diangkatnya definisi formal planet. Pluto memiliki kemiringan orbit cukup eksentrik (17 derajat
dari bidang ekliptika) dan berjarak 29,7 SA dari Matahari pada titik prihelion (sejarak orbit
Neptunus) sampai 49,5 SA pada titik aphelion. Tidak jelas apakah Charon, bulan Pluto yang
terbesar, akan terus diklasifikasikan sebagai satelit atau menjadi sebuah planet kerdil juga. Pluto
dan Charon, keduanya mengedari titik barycenter gravitasi di atas permukaannya, yang membuat
Pluto-Charon sebuah sistem ganda. Dua bulan yang jauh lebih kecil Nix dan Hydra juga
mengedari Pluto dan Charon. Pluto terletak pada sabuk resonan dan memiliki 3:2 resonansi
dengan Neptunus, yang berarti Pluto mengedari Matahari dua kali untuk setiap tiga edaran
Neptunus. Objek sabuk Kuiper yang orbitnya memiliki resonansi yang sama disebut plutino.

3. Haumaea dan Makemake

Gambar 4.16. Planet Kerdil Haumea dan Satelitnya serta Makemake

19
Haumea (memiliki jarak dari Matahari rata-rata 43,34 SA) dan Makemake (memiliki jarak dari
Matahari rata-rata 45,79 SA) adalah dua objek terbesar sejauh ini di dalam sabuk Kuiper klasik.
Haumea adalah sebuah objek berbentuk telur dan memiliki dua bulan. Makemake adalah objek
paling cemerlang di sabuk Kuiper setelah Pluto. Pada awalnya dinamai 2003 EL61 dan 2005
FY9, pada tahun 2008 diberi nama dan status sebagai planet kerdil. Orbit keduanya berinklinasi
jauh lebih membujur dari Pluto (28° dan 29°) dan lain seperti Pluto, keduanya tidak dipengaruhi
oleh Neptunus, sebagai bagian dari kelompok Objek Sabuk Kuiper klasik.

4. Eris

Gambar 4.17. Planet Kerdil Eris dan Satelitnya

Eris (memiliki jarak dari Matahari rata-rata 68 SA) adalah objek piringan tersebar terbesar sejauh
ini dan menyebabkan mulainya debat tentang definisi planet, karena Eris hanya 5% lebih besar
dari Pluto dan memiliki perkiraan diameter sekitar 2.400 km. Eris adalah planet kerdil terbesar
yang diketahui dan memiliki satu bulan Dysnomia. Seperti Pluto, orbitnya memiliki eksentrisitas
tinggi, dengan titik perihelion 38,2 SA (mirip jarak Pluto ke Matahari) dan titik aphelion 97,6 SA
dengan bidang ekliptika sangat membujur.

4) Satelit

Satelit merupakan benda angkasa pengiring benda langit (planet, planet kerdil, dan benda-benda kecil tata
surya) dalam mengelilingi Matahari. Sebagai pengiring benda langit, satelit melakukan 3 gerak yaitu
gerak rotasi terhadap sumbunya, gerak revolusi mengelilingi benda langit yang diiringinya dan gerak
revolusi bersama dengan benda langit yang diiringinya mengelilingi Matahari. Planet Merkurius dan

20
Venus merupakan planet anggota tata surya yang tidak memiliki satelit. Bumi memiliki sebuah satelit
alami yaitu Bulan. Sedangkan Ceres dan Makemake adalah planet kerdil yang tidak memiliki satelit.

Gambar 4.18. Beberapa satelit yang ada di sistem tata surya dengan Bumi sebagi ukuran pembandingnya

Hingga bulan Juli tahun 2009, telah ditemukan sebanyak 336 objek langit yang diidentifikasi sebagai
satelit. Dengan sebaran sebanyak 168 satelit mengorbit enam dari delapan planet utama, 6 satelit
mengorbit tiga dari lima planet kerdil, 104 satelit mengorbit asteroid, dan 58 satelit mengorbit objek
trans-Neptunian (TNO), dan beberapa objek lain yang sejenis memiliki peluang untuk menjadi bagian
dari planet kerdil. Bahkan hingga saat ini 150 benda-benda kecil yang berada di sistem cincin Saturnus
telah teridentifikasi, namun benda-benda tersebut belum teramati secara utuh orbit nyatanya. Berikut
adalah data satelit yang terdapat di sistem Tata Surya:

21
Tabel 4.5. Satelit yang dimilki oleh Benda Langit

Benda Langit Jumlah Satelit Nama Satelit


Bumi 1 Bulan
Mars 2 Phobos, Deimos
Jupiter 63 Metis, Andrestea, Almathea, Thebe, Io, Europa,
Ganymede, Calisto, Leda, Himalia, Lysithea, Elara,
Aanenke, Carme, Pasiphea, Sinope, dll
Saturnus 62 Atlas, 1980S27, 1980S26, Euphemetheus, Janus,
Mimas, Enceladus, Tethys, Telesto, Calypso,
Dione, Helena, Rhea, Titan, Hyperion, Iapetus,
Phoebe,
Pandora, dll
Uranus 27 Miranda, Titania, Oberon, Cordella, Bianca,
Cressida, Desdemona, Juliet, Portia, Rosalind,
Belind, Puck, Ariel, Umbriel, Caliban, Ophelia,
Cordelia, Setebos, Prospero, Perdita, Stephano,
Mab, Cupid, Francisco, Ferdinand, Margaret,
Trinculo
Neptunus 13 Triton, Nereid, Proteus, Larissa, Galatea, Despina,
Thalassa, Halimede, Neso, Naiad, Sao, Laomedeia,
Psamathe
Pluto 3 Charon, Nix, Hydra
Haumea 2 Hi‟iaka, Namaka
Eris 1 Dysnomia
Benda-benda kecil Tata 133 S/2005 (79360) 1, 90482 Orcus I Vanth, 65489
Surya Ceto I Phorcys, 617 Patroclus I Menoetius, 50000
Quaoar I Weywot, 90 Antiope I, 42355 Typhon I,
Echidna 58534 Logos I Zoe, dll

5) Benda-benda Kecil Tata Surya

1) Asteroid

22
Gambar 4.19. Beberapa citra Asteroid yang pernah didokumentasikan

Asteroid secara umum adalah obyek Tata Surya yang terdiri dari batuan dan mineral logam beku.
Sabuk asteroid utama terletak di antara orbit Mars dan Jupiter, berjarak antara 2,3 dan 3,3 SA
dari Matahari, diduga merupakan sisa dari bahan formasi Tata Surya yang gagal menggumpal
karena pengaruh gravitasi Jupiter. Gugusan dari ratusan ribu asteroid ini disebut sabuk asteroid.
Asteroid tersusun atas senyawa carbon, nikel dan besi. Diantara ribuan asteroid yang mempunyai
ukuran paling besar adalah Pallas, Viesta, Apolo, Troygan, Hygia, Karus dan Divida. Orbit
asteroid bervariasi ada yang berbentuk lingkaran dan adapula yang sangat lonjong. Asteroid
Jearus adalah asteroid yang pernah mendekati bumi sampai jarak beberapa ribu kilometer.
Asteroid Apolo mempunyai orbit memotong orbit bumi. Troygan merupakan asteroid yang
mempunyai orbit yang mengikuti orbit Jupiter pada jarak yang sama dengan jarak jupiter dari
Matahari. Orbit asteroid yang memotong planet mars disebut mars-crossers. Gradasi ukuran
asteroid adalah ratusan kilometer sampai mikroskopis. Semua asteroid, kecuali Ceres yang
terbesar, diklasifikasikan sebagai benda kecil Tata Surya. Beberapa asteroid seperti Vesta dan
Hygiea mungkin akan diklasifikasi sebagai planet kerdil jika terbukti telah mencapai
kesetimbangan hidrostatik. Untuk lebih mengenal seperti apa asteroid diamati dan dipelajari,
simak tayangan video 4.1 berikut ini:

Video 4.1. Asteroid

Sabuk asteroid terdiri dari beribu-ribu, mungkin jutaan objek yang berdiameter satu kilometer.
Meskipun demikian, massa total dari sabuk utama ini tidaklah lebih dari seperseribu massa
Bumi. Sabuk utama tidaklah rapat, kapal ruang angkasa secara rutin menerobos daerah ini tanpa
mengalami kecelakaan. Asteroid yang berdiameter antara 10 dan 10−4 m disebut meteorid.

2) Komet

Komet/bintang berekor merupakan anggota sistem tata surya kita yang mempunyai lintasan
sangat lonjong. Benda-benda ini memiliki eksentrisitas orbit tinggi, secara umum perihelion-nya
terletak di planet-planet bagian dalam dan letak aphelion-nya lebih jauh dari Pluto. Komet
berasal dari bahasa Yunani Komet yang berarti rambut. Komet tersusun atas senyawa-senyawa
amonia, metana, air dan silikat yang biasanya dikenal sebagai es volatil. Bagian komet terdiri
dari kepala yang merupakan bagian padat dan ekor komet yang berupa gas yang selalu menjauhi

23
Matahari dan berubah-ubah ukurannya. Saat sebuah komet memasuki Tata Surya bagian dalam,
dekatnya jarak dari Matahari menyebabkan permukaan esnya bersumblimasi dan berionisasi,
yang menghasilkan koma, ekor gas dan debu panjang, yang sering dapat dilihat dengan mata
telanjang.

Gambar 4.20. Komet melintasi langit senja

Komet yang paling terkenal adalah Komet Halley (ditemukan oleh Edmunt Halley astronom
Inggris) yang muncul setiap 76 tahun sekali. Salah satu keluarga komet Jupiter yang pernah
terlihat dari bumi adalah Somaker Levy 5 (SL5). Komet berperioda pendek memiliki
kelangsungan orbit kurang dari dua ratus tahun. Sedangkan komet berperioda panjang memiliki
orbit yang berlangsung ribuan tahun. Komet berperioda pendek dipercaya berasal dari Sabuk
Kuiper, sedangkan komet berperioda panjang, seperti Hale-bopp, berasal dari Awan Oort.
Banyak kelompok komet, seperti Kreutz Sungrazers, terbentuk dari pecahan sebuah induk
tunggal. Sebagian komet berorbit hiperbolik mungking berasal dari luar Tata Surya, tetapi
menentukan jalur orbitnya secara pasti sangatlah sulit. Komet tua yang bahan volatilesnya telah
habis karena panas Matahari sering dikategorikan sebagai asteroid.

3) Meteor

24
Meteor adalah benda angkasa yang masuk dalam atmosfer bumi (karena pengaruh gravitasi
bumi) dan berpijar karena bergesekan dengan atmosfer.

Gambar 4.21. Kenampakan Meteor melintasi langit malam

Meteor biasa disebut bintang beralih atau bintang pindah. Bagian pecahan meteor yang tidak
habis terbakar dalam atmosfer dan dapat mencapai permukaan bumi disebut meteorit. Contoh
meteorit yang jatuh di Arizona Amerika Serikat dan membentuk kawah yang disebut Baringger
Crater dengan diameter 1.200 m dan kedalaman 200 m.

b) Bumi sebagai Planet

Setiap hari kita menyaksikan fajar terbit dari arah timur dan tenggelam di arah barat, kemudian
malam menjelang. Apakah benar bahwa Matahari bergerak dari arah timur ke arah barat? Dahulu
orang beranggapan bahwa, Bumi adalah pusat alam semesta. Mereka juga meyakini bahwa
Matahari bergerak mengelilingi Bumi. Akan tetapi, keyakinan itu tertumbangkan ketika tahun
1543, Nicholas Copernicus mempublikasikan bahwa Bulan bergerak mengelilingi Bumi,
sedangkan Bumi dan planet-planet lainnya bergerak mengelilingi Matahari.

Gagasan lainnya yang tidak benar adalah banyak orang meyakini bahwa Bumi itu datar. Oleh
karena itu, mereka takut apabila mereka berlayar cukup jauh ke laut, mereka akan jatuh dari
ujung dunia. Bagaimana Anda mengetahui bahwa keyakinan tersebut tidak benar? Atau
mengetahui hal itu tidak benar? Bagaimana ilmuwan menentukan bentuk sebenarnya dari Bumi?

25
Selama bertahun-tahun para pelaut mengamati bahwa hal yang pertama kali mereka lihat di laut
adalah puncak kapal. Hal ini menunjukkan bahwa Bumi berbentuk bulat. Begitu pula pada tahun
1522, Magelhaen telah membuktikan bahwa Bumi berbentuk bulat. Waktu itu dia mengadakan
pelayaran dengan arah lurus, kemudian dia berhasil kembali ke tempat awal dia berlayar.

Astronot telah melihat dengan jelas bentuk Bumi. Astronot dari atas melihat bahwa terdapat
sedikit tonjolan di khatulistiwa dan terdapat bagian Bumi yang rata di bagian kutubnya. Hal ini
menunjukkan bahwa bentuk Bumi tidak benar- benar bulat, akan tetapi sedikit lonjong. Bumi
berdiameter sekitar 12.742 km. Sebelum ke topik selanjutnya, terlebih dahulu lakukanlah
kegiatan berikut.

Mari Kita Lakukan

Aktivitas 4.4 Menyimulasikan pergerakan Bumi

Ayo Amati
Perhatikan Gambar 4.22.

Gambar 4.22. Perputaran Bumi

Menanya
Apakah yang terjadi pada belahan Bumi yang menghadap dan membelakangi Matahari?

Terjadinya siang dan malam


Alat dan Bahan
Alat dan Bahan Jumlah

26
Lampu senter 1 buah
Bola voli/bola sepak 1 buah

Cara Kerja
1. Bentuk kelompok yang beranggotakan 10 orang. Mintalah 8 orang bergandengan
tangan membentuk lingkaran dengan posisi saling membelakangi.
2. Mintalah satu teman Anda berdiri di luar lingkaran dan menyalakan senter, seolah-
olah dia menjadi Matahari.
3. Arahkan nyala senter pada teman-teman Anda yang membentuk lingkaran.
4. Teman yang terkena cahaya senter mengalami siang dan yang tidak terkena cahaya
mengalami malam. Mintalah teman Anda yang mengalami pagi hari mengatakan
selamat pagi, yang mengalami siang mengatakan selamat siang, sore mengatakan
selamat sore, dan malam mengatakan selamat malam.
5. Mintalah teman-teman Anda yang membentuk lingkaran berputar dari barat ke timur
berlawanan dengan arah putaran jarum jam.

Analisis
1. Apakah setiap temanmu yang membentuk lingkaran mengalami siang atau malam
terus menerus? Mengapa demikian? Jelaskan jawabanmu.
2. Seandainya teman-teman Anda yang membentuk lingkaran dianalogikan sebagai
Bumi, berapakah kala rotasi Bumi? Apakah kala rotasi tiap kelompok sama?
3. Dalam kehidupan sehari-hari Matahari terlihat bergerak dari timur ke barat.
Bagaimanakah kejadian yang sebenarnya?

Simpulkan
Kesimpulan apa yang dapat dibuat berdasarkan aktivitas tersebut?

a) Rotasi Bumi

Rotasi Bumi adalah perputaran Bumi pada porosnya. Sedangkan kala rotasi Bumi adalah waktu
yang diperlukan Bumi untuk sekali berputar pada porosnya, yaitu 23 jam 56 menit. Bumi
berotasi dari barat ke timur. Aktivitas yang telah Anda lakukan adalah salah satu akibat dari

27
rotasi Bumi, yaitu terjadinya siang dan malam. Adapun akibat lain dari rotasi Bumi adalah
sebagai berikut.
1) Gerak semu harian Matahari.

Gambar 4.23. Gerak semu harian terlihat seolah-olah Matahari mengitari Bumi
Sumber: geograph88.blogspot.co.id
2) Perbedaan waktu.

Gambar 4.24. Perbedaan waktu 1 jam di Bumi setiap perbedaan sudut Bujur 15o
Sumber: http://blogjajatsudrajat.blogspot.co.id

3) Pembelokan arah angin.

28
Gambar 4.25 Pembelokan angin terjadi akibat kecepatan linear Bumi di daerah tropis
lebih cepat dibandingkan dengan di daerah sub tropis.

4) Pembelokan arah arus laut.

Gambar 4.26. Pembelokan arah angin diikuti oleh pembelokan arus laut
Sumber: http://smamuhammadiyahtasikmalayageo.blogspot.co.id

b) Revolusi Bumi

Revolusi Bumi adalah perputaran (peredaran) Bumi mengelilingi Matahari. Kala revolusi Bumi
adalah waktu yang diperlukan oleh Bumi untuk sekali berputar mengelilingi Matahari, yaitu
365,25 hari atau 1 tahun. Bumi berevolusi dengan arah yang berlawanan dengan arah perputaran
jarum jam.

29
Rotasi Bumi adalah perputaran Bumi pada porosnya.

Revolusi Bumi adalah peredaran Bumi mengelilingi Matahari.

Akibat dari revolusi Bumi, yaitu sebagai berikut.


1) Terjadinya gerak semu tahunan Matahari.

Gambar 4.27. Gerak semu tahunan matahari membuat lintasan orbit matahari yang
teramati pengamat Bumi cenderung sedikit bergeser ke Utara dan Selatan secara periodik.

2) Perbedaan lamanya siang dan malam.

30
Gambar 4.28. Perbedaan lamanya siang dan malam di daerah yang memiliki posisi
lintang yang berbeda pada setiap bulan.
3) Pergantian musim.

Gambar 4.29. Pergantian musim terjadi akibat Revolusi Bumi.


Sumber: allgeographynow.wordpress.com

c) Kondisi Bulan

Bulan adalah benda langit yang terdekat dengan Bumi sekaligus merupakan satelit Bumi. Karena
Bulan merupakan satelit, maka Bulan tidak dapat memancarkan cahaya sendiri melainkan
memancarkan cahaya Matahari. Sebagaimana dengan Bumi yang berputar dan mengelilingi
Matahari, Bulan juga berputar dan mengelilingi Bumi.

31
Bulan berbentuk bulat mirip seperti planet. Permukaan bulan berupa dataran kering dan tandus,
banyak kawah, dan juga terdapat pegunungan dan dataran tinggi. Bulan tidak memiliki atmosfer,
sehingga sering terjadi perubahan suhu yang sangat drastis. Selain itu, bunyi tidak dapat
merambat, tidak ada siklus air, tidak ditemukan makhluk hidup, dan sangat gelap gulita.

Bulan melakukan tiga gerakan sekaligus, yaitu rotasi, revolusi, dan bergerak bersama-sama
dengan Bumi untuk mengelilingi Matahari. Kala rotasi Bulan sama dengan kala revolusinya
terhadap Bumi, yaitu 27,3 hari. Oleh karena itu, permukaan Bulan yang menghadap ke Bumi
selalu sama. Dampak dari pergerakan bulan di antaranya adalah sebagai berikut.

1) Pasang Surut Air Laut

Pasang adalah peristiwa naiknya permukaan air laut, sedangkan surut adalah peristiwa turunnya
permukaan air laut. Pasang surut air laut terjadi akibat pengaruh gravitasi Matahari dan gravitasi
Bulan. Akibat Bumi berotasi pada sumbunya, maka daerah yang mengalami pasang surut
bergantian sebanyak dua kali. Ada dua jenis pasang air laut, yaitu pasang purnama dan pasang
perbani.

Pasang adalah peristiwa naiknya permukaan air laut.

Surut adalah peristiwa turunnya permukaan air laut.

1) Pasang Purnama dipengaruhi oleh gravitasi Bulan dan terjadi ketika Bulan purnama.
Pasang ini menjadi maksimum ketika terjadi gerhana Matahari. Hal ini karena dipengaruhi
oleh gravitasi Bulan dan Matahari yang mempunyai arah yang sama atau searah.
2) Pasang Perbani, yaitu ketika permukaan air laut turun serendah-rendahnya. Pasang ini
terjadi pada saat Bulan kuartir pertama dan kuartir ketiga. Pasang perbani dipengaruhi oleh
gravitasi Bulan dan Matahari yang saling tegak lurus.

2) Pembagian Bulan

Ada dua pembagian bulan, yaitu bulan sideris dan bulan sinodis. Waktu yang dibutuhkan bulan
untuk satu kali berevolusi sekitar 27,3 hari yang disebut kala revolusi sideris (satu bulan sideris).

32
Tetapi karena Bumi juga bergerak searah gerak Bulan, maka menurut pengamatan di Bumi
waktu yang dibutuhkan Bulan untuk melakukan satu putaran penuh menjadi lebih panjang dari
kala revolusi sideris, yaitu sekitar 29,5 hari yang disebut kala revolusi sinodis (satu bulan
sinodis). Kala revolusi sinodis dapat ditentukan melalui pengamatan dari saat terjadinya Bulan
baru sampai Bulan baru berikutnya. Satu bulan sinodis digunakan sebagai dasar penanggalan
Komariyah (penanggalan Islam).

Bulan Sideris membutuhkan kala revolusi selama 27,3 hari.

Bulan Sinodis membutuhkan kala revolusi selama 29,5 hari

Gambar 4.30. Acuan 1 bulan sinodis (B1-B3) dan sideris (B1-B2)


Sumber: aliboron.wordpress.com

3) Fase-fase Bulan

Fase-fase Bulan merupakan perubahan bentuk-bentuk Bulan yang terlihat di Bumi. Hal ini
dikarenakan posisi relatif antara Bulan, Bumi, dan Matahari.

33
Gambar 4.31. Fase-fase Bulan
Sumber: http://www.pakmono.com

Fase-fase Bulan dijelaskan sebagai berikut.


1. Bulan baru terjadi ketika posisi Bulan berada di antara Bumi dan Matahari. Selama
Bulan baru, sisi Bulan yang menghadap ke Matahari nampak terang dan sisi yang
menghadap Bumi nampak gelap.
2. Bulan sabit terjadi ketika bagian Bulan yang terkena sinar Matahari sekitar
seperempat, sehingga permukaan Bulan yang terlihat di Bumi hanya
seperempatnya.
3. Bulan separuh terjadi ketika bagian Bulan yang terkena sinar Matahari sekitar
separuhnya, sehingga yang terlihat dari Bumi juga separuhnya (kuartir pertama).
4. Bulan cembung terjadi ketika bagian Bulan yang terkena sinar Matahari tiga
perempatnya, yang terlihat dari Bumi hanya tiga perempat bagian Bulan.
Akibatnya, kita dapat melihat Bulan cembung.
5. Bulan purnama terjadi ketika semua bagian Bulan terkena sinar Matahari, begitu
juga yang terlihat dari Bumi. Akibatnya, kita dapat melihat Bulan purnama (kuartir
kedua).

4) Gerhana

Pernahkah Anda mengalami ketika siang hari tiba-tiba secara tidak terduga Matahari menghilang

34
dari langit, sesaat kemudian suasana berubah menjadi gelap dan kemudian Matahari muncul
kembali dan memancarkan sinarnya?
Peristiwa tersebut adalah gerhana. Apakah yang menyebabkan terjadinya gerhana? Gerhana
terjadi ketika posisi Bulan dan Bumi menghalangi sinar Matahari, sehingga Bumi atau Bulan
tidak mendapatkan sinar Matahari. Gerhana juga merupakan akibat dari pergerakan Bulan. Ada
dua jenis gerhana, yaitu gerhana Matahari dan gerhana Bulan.

1) Gerhana Matahari

Gerhana Matahari terjadi ketika bayangan Bulan bergerak menutupi permukaan Bumi. Dimana
posisi Bulan berada di antara Matahari dan Bumi, dan ketiganya terletak dalam satu garis.
Gerhana Matahari terjadi pada waktu Bulan baru.

Umbra adalah bayangan gelap yang terbentuk selama terjadinya gerhana.

Penumbra adalah bayangan kabur (remang-remang) yang terbentuk selama


terjadinya gerhana.

Akibat ukuran Bulan lebih kecil dibandingkan Bumi atau Matahari, maka terjadi tiga
kemungkinan gerhana, yaitu sebagai berikut.
a) Gerhana Matahari total (total solar eclipse), terjadi pada daerah-daerah yang berada di
bayangan inti (umbra), sehingga cahaya Matahari tidak tampak sama sekali. Gerhana
Matahari total terjadi hanya sekitar 6 menit.
b) Gerhana Matahari cincin (annular solar eclipse), terjadi pada daerah yang terkena lanjutan,
sehingga Matahari kelihatan seperti cincin.
c) Gerhana Matahari sebagian (partial solar eclipse), terjadi pada daerah yang terletak di
antara umbra dan penumbra (bayangan kabur), sehingga Matahari kelihatan sebagian.

35
Gambar 4.32. Jenis gerhana matahari dan mekanismenya
Sumber: https://www.nao.ac.jp/en/

36
2) Gerhana Bulan

Gerhana bulan terjadi saat sebagian atau keseluruhan penampang bulan tertutup oleh bayangan
bumi. Itu terjadi bila Bumi berada di antara matahari dan Bulan pada satu garis lurus yang sama,
sehingga sinar Matahari tidak dapat mencapai bulan karena terhalangi oleh Bumi. Gerhana Bulan
hanya dapat terjadi pada saat Bulan purnama. Karena kemiringan bidang orbit bulan terhadap
bidang ekliptika sebesar 5°, maka tidak setiap oposisi bulan dengan Matahari akan
mengakibatkan terjadinya gerhana bulan.

Terdapat tiga jenis gerhana yaitu Gerhana Bulan Total, Gerhana Bulan Sebagian, dan Gerhana
Bulan Penumbra. Pada waktu seluruh bagian Bulan masuk dalam daerah umbra Bumi, maka
terjadi gerhana bulan total. Proses Bulan berada dalam penumbra dapat mencapai 6 jam, dan
dalam umbra hanya sekitar 40 menit. Pada gerhana bulan sebagian, Bumi tidak seluruhnya
menghalangi bulan dari sinar matahari. Sedangkan sebagian permukaan bulan yang lain berada
di daerah penumbra. Sehingga masih ada sebagian sinar Matahari yang sampai ke permukaan
bulan. Pada gerhana bulan penumbra, seluruh bagian bulan berada di bagian penumbra.
Sehingga bulan masih dapat terlihat dengan warna yang suram.

Gambar 4.33. Jenis gerhana Bulan dan mekanismenya


Sumber: https://www.nao.ac.jp/en/

37
Mari Kita Lakukan

Aktivitas 4.5 Menyimulasikan Fase-fase Bulan dan Proses Terjadinya Gerhana

Alat dan Bahan


Alat dan Bahan Jumlah
Senter 1 buah
Bola pingpong 1 buah
Globe 1 buah
Pensil 1 buah

Cara Kerja
1. Bentuklah kelompok yang terdiri atas 4 orang.
2. Tancapkan bola pingpong di ujung pensil dan nyalakan senter.
3. Letakkan bola pingpong, globe, dan senter secara berurutan dalam satu garis lurus.
4. Gerakkan bola pingpong mengelilingi globe.
5. Tempatkan bola pingpong pada posisi Bulan baru, Bulan sabit, Bulan separuh, dan Bulan
cembung.
6. Catat hasil pengamatan Anda pada Tabel berikut.
Tabel 4.6 Hasil pengamatan fase-fase Bulan
Fase-fase Bulan Hasil Pengamatan
Bulan Baru
Bulan Sabit
Bulan Separuh
Bulan Cembung

7. Tempatkan bola pingpong di lokasi mana dapat terjadi gerhana Bulan.


8. Dekatkan bola pingpong ke arah Bumi dan kemudian jauhkan dari Bumi.
9. Perhatikan jumlah perubahan ukuran bayangan.
10. Ulangi langkah ke-7 dan ke-8 dengan menempatkan bola pingpong di lokasi mana dapat
terjadi gerhana Matahari.

Analisis dan Diskusi

38
1. Apabila bola pingpong dianalogikan sebagai Bulan, di posisi manakah dapat
menyebabkan terjadinya gerhana Bulan dan gerhana Matahari?
2. Bagaimana efek perubahan jarak bola pingpong terhadap globe (langkah 6-9) terhadap
bayangan umbra dan penumbra yang terbentuk?
3. Mengapa gerhana Bulan dan Matahari tidak terjadi setiap bulan? Jelaskan.

Simpulkan
Berdasarkan kegiatan yang telah Anda lakukan, kesimpulan apakah yang dapat Anda
buat?
Presentasikan hasil kerja Anda.
Bandingkan simpulan yang anda peroleh dengan simulasi Fase-fase Bulan Berikut ini:

Simulasi Aktivitas 4.5. Fase-fase Bulan

d) Pemanasan Global

Pernahkah Anda mengamati perubahan musim yang terjadi akhir-akhir ini? Anda ketahui bahwa
bulan Mei hingga September di Indonesia berlangsung musim kemarau dan bulan Oktober
hingga April berlangsung musim penghujan. Akan tetapi, beberapa tahun terakhir ini, perubahan
musim di negara kita tidak dapat diprediksi lagi, terkadang bulan Mei di Indonesia masih turun
hujan dan di bulan November di Indonesia masih berlangsung musim kemarau. Adapun yang
lebih menakjubkan lagi peristiwa tersebut tidak dapat diprediksikannya musim ini tidak hanya
terjadi di Indonesia saja, akan tetapi terjadi juga di negara-negara lain di dunia. Pernahkah kalian
mendengar berita turunnya salju di Arab? Mengapa hal ini dapat terjadi? Apakah yang akan
terjadi pada Bumi kita? Mari kita simak cuplikan berita pada Video 4.1. berikut ini:

https://www.youtube.com/watch?v=ZkE064fc6LY

Ternyata, peristiwa tersebut berkaitan erat dengan perubahan iklim di dunia. Perubahan iklim
tersebut terjadi karena adanya perubahan lingkungan. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa
perubahan lingkungan terjadi sebagai akibat dari aktivitas manusia. Maha Besar Tuhan yang
telah menciptakan alam dengan keseimbangannya. Oleh karena itu, marilah belajar dengan
sungguh-sungguh serta berusaha untuk melestarikan alam sebagai wujud ketakwaan kepada

39
Tuhan Yang Maha Esa agar kelak menjadi manusia yang cerdas dan peduli terhadap semua
ciptaan Tuhan.

Mari Kita Lakukan

Aktivitas 4.6. Mengamati model efek rumah kaca

Mengamati
Perhatikan Gambar 4.34.

Gambar 3.34. Pemodelan efek rumah kaca


Menanya
Akankah terjadi perbedaan suhu dari kedua Gambar 4.34. tersebut?

Menalar
Apa yang dapat Anda simpulkan dari gambar tersebut? Untuk lebih jelas, mari lakukan
kegiatan berikut.

Untuk memahami hal tersebut di atas, buatlah pemodelan tentang efek rumah kaca.

Pemodelan Efek Rumah Kaca


1. Buatlah kelompok kerja bersama teman Anda sebanyak 4 orang.
2. Siapkanlah alat dan bahan sebagai berikut.
Alat dan Bahan Jumlah
Toples kaca 2 buah
Termometer 2 buah

40
Kain perca yang direndam dengan air hangat selama 3 menit 2 buah
Stopwatch 1 buah
Plastik secukupnya
Karet gelang secukupnya

Peringatan!
Hati-hati ketika memegang termometer. Apabila termometer patah atau pecah, jangan
menyentuhnya.

3. Lakukan langkah-langkah berikut.


a. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
b. Berikan label pada masing-masing toples, yaitu A dan B.
c. Masukkan kain perca yang telah direndam dengan air hangat selama 3 menit ke toples A
dan toples B.
d. Masukkan termometer ke dalam kedua toples tersebut. (Pastikan temperatur awal pada
termometer adalah sama).
e. Tutuplah toples A dengan plastik, kemudian ikat dengan karet gelang hingga rapat.
f. Letakkan toples A dan toples B di bawah sinar Matahari atau lampu.
g. Pastikan bahwa kedua toples tersebut menerima energi panas yang sama.
h. Catatlah suhu pada kedua toples setiap 3 menit sekali, selama 15 menit.
i. Buatlah tabel seperti Tabel 4.7. Masukkan hasil pengamatan Anda. Kerjakan di buku
tugas Anda.
j. Setelah 15 menit, jauhkan kedua toples tersebut dari energi panas dan amati apa yang
terjadi.
Tabel 4.7. Hasil pengamatan pemodelan efek rumah kaca
Temperatur (oC) Temperatur (oC)
Waktu
No. Saat dipanaskan Saat diteduhkan
(menit)
Toples A Toples B Toples A Toples B
1. 3
2. 6
3. 9
4. 12

41
5. 15

4. Dari data yang diperoleh buatlah grafik hubungan waktu dan suhu pada toples A dan toples
B.

5. Gunakanlah pensil warna yang berbeda untuk menggambar diagram garis pada kedua hasil
pengamatan (toples A dan toples B).

Diskusikan
1. Termometer pada toples manakah yang menunjukkan suhu lebih tinggi selama percobaan
berlangsung? Mengapa demikian? Jelaskan.
2. Apakah yang terjadi ketika kedua toples tersebut dijauhkan dari sumber energi panas?
Jelaskan.
3. Coba kaitkan percobaan yang telah kalian lakukan dengan prinsip kerja gas-gas rumah kaca.

Simpulkan
Kesimpulan apakah yang dapat dibuat apabila ruang di dalam toples tersebut
dianalogikan sebagai Bumi?

1) Efek Rumah Kaca

Hasil percobaan yang telah Anda lakukan menunjukkan adanya perbedaan suhu antara toples
yang dibiarkan terbuka dengan toples yang ditutup dengan plastik diikat dengan karet gelang.

42
Ruang dalam toples dianalogikan sebagai Bumi dan tutup plastik dianalogikan sebagai gas-gas
rumah kaca.

Di atmosfer Bumi terdapat banyak gas-gas rumah kaca alami. Siklus air, karbon dioksida (CO 2),
dan metana adalah beberapa bagian penting yang ada di dalamnya. Tanpa adanya gas-gas rumah
kaca tersebut, kehidupan di Bumi tidak akan terjadi. Seperti halnya planet Mars, Bumi juga akan
menjadi sangat dingin apabila tidak terdapat gas- gas rumah kaca di atmosfernya. Sebaliknya,
jika jumlah gas-gas rumah kaca terus bertambah di atmosfer, maka suhu Bumi akan terus
meningkat. Coba pikirkan, manakah yang akan Anda pilih?

Meskipun CO2, siklus air, dan gas-gas rumah kaca lainnya di atmosfer adalah transparan untuk
radiasi cahaya Matahari, namun gas-gas tersebut masih mampu menangkap dan menyerap radiasi
cahaya yang memancar ke Bumi dalam jumlah banyak. Radiasi yang terserap sebagian juga akan
direfleksikan kembali oleh Bumi. Pada keadaan normal, jumlah radiasi panas yang diserap
dengan yang direfleksikan kembali sama.

Saat ini semakin tingginya polusi udara menyebabkan efek rumah kaca berubah. Sering kita
dengarkan istilah efek rumah kaca, sebenarnya apakah efek rumah kaca tersebut? Efek rumah
kaca adalah proses pemanasan alami yang terjadi ketika gas-gas rumah kaca di atmosfer Bumi
memerangkap radiasi panas dari Bumi.
Prosesnya, yaitu ketika radiasi sinar Matahari mengenai permukaan Bumi, maka akan
menyebabkan Bumi menjadi panas. Radiasi panas Bumi akan dipancarkan lagi ke atmosfer.
Panas yang kembali dipantulkan oleh Bumi terhalang oleh polutan udara sehingga terperangkap
dan dipantulkan kembali ke Bumi. Proses ini akan menahan beberapa panas yang terperangkap
kemudian menyebabkan suhu Bumi meningkat. Akibatnya, Bumi tetap menjadi hangat dan
suhunya semakin meningkat. Untuk lebih memahami prosesnya, simak simulasi 4.1 berikut ini:
Simulasi 4.1. Proses terjadinya Efek Rumah Kaca

Efek rumah kaca adalah proses pemanasan alami yang terjadi ketika gas-gas
tertentu di atmosfer Bumi memerangkap panas.

Gas rumah kaca tersebut membiarkan cahaya Matahari masuk ke dalam Bumi, akan

43
tetapi gas tersebut memantulkannya kembali ke permukaan Bumi. Dengan demikian, kondisi di
Bumi tetap hangat. Seperti halnya rumah yang dinding-dindingnya terbuat dari kaca. Sebagai
gambarannya, lihatlah Gambar 4.35. berikut ini.

Gambar 4.35. Efek rumah kaca


Sumber: http://indokku.com

Para ilmuwan telah mempelajari efek rumah kaca sejak tahun 1824. Joseph Fourier
menyatakan bahwa Bumi akan jauh lebih dingin jika tidak memiliki atmosfer. Adanya gas-gas
rumah kaca inilah yang membuat iklim Bumi layak huni. Tanpa adanya efek rumah kaca,
permukaan Bumi akan berubah sekitar 60oF atau 15,6oC lebih dingin.

2) Pengertian Pemanasan Global

Aktivitas manusia selalu menghasilkan berbagai zat sisa buangan yang salah satunya berupa gas.
Sebagian besar orang berpikir bahwa atmosfer dapat menyerap gas-gas buangan tersebut secara
tidak terbatas dan tidak menimbulkan dampak buruk bagi kehidupan. Akan tetapi, saat ini
diketahui bahwa banyaknya gas-gas buangan tersebut dapat menyebabkan perubahan mendasar
di atmosfer dan juga kondisi kehidupan di Bumi. Sebagai pengantar materi pada sub bagian ini,

44
mari kita simak tampilan presentasi powerpoint berikut ini

Efek Rumah Kaca dan Pemanasan Global.pptx

Berbagai aktivitas manusia seperti penggunaan bahan bakar fosil, penebangan dan pembakaran
hutan untuk pengalihfungsian menjadi lahan pertanian, pemukiman dan industri akan
menyumbangkan CO2 ke atmosfer dalam jumlah yang banyak. Lebih dari beberapa periode, CO2
di atmosfer meningkat sekitar 20%. Meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca seperti CO2
akan memengaruhi kadar panas di Bumi. Banyak dari radiasi Matahari yang menyinari
permukaan Bumi, kemudian direfleksikan kembali ke angkasa.

“Pemanasan global adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan


peningkatan suhu rata-rata atmosfer Bumi dan lautan secara bertahap, serta sebuah
perubahan yang diyakini secara permanen mengubah iklim Bumi.”

Meningkatnya kadar CO2 di atmosfer selama 150 tahun terakhir membuat para
ilmuwan prihatin karena hal tersebut berkaitan erat dengan meningkatnya suhu global. Lebih dari
satu abad, ilmuwan telah mempelajari bagaimana gas-gas rumah kaca menghangatkan Bumi dan
bagaimana pembakaran bahan bakar fosil berkontribusi terhadap pemanasan suhu Bumi.
Sebagian besar ilmuwan meyakini bahwa pemanasan global telah dimulai dan akan meningkat
cepat di abad ini.
Lebih dari 100 tahun yang lalu, temperatur rata-rata suhu di permukaan Bumi meningkat
sekitar 0,6oC. Peningkatan temperatur inilah yang disebut dengan pemanasan global. Pemanasan
global adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan peningkatan suhu rata-rata atmosfer
Bumi dan lautan secara bertahap, serta sebuah perubahan yang diyakini secara permanen
mengubah iklim Bumi.

3) Penyebab Pemanasan Global

Segala bentuk aktivitas manusia selalu berdampak bagi lingkungan, baik itu membawa dampak
positif ataupun dampak negatif. Begitu pula dengan kondisi atmosfer Bumi saat ini yang
mengalami perubahan akibat aktivitas manusia. Pembakaran bahan bakar fosil dan penebangan
45
hutan dapat meningkatkan kadar CO2 di atmosfer. Dikarenakan CO2 adalah salah satu gas rumah
kaca, maka meningkatnya kadar CO2 di atmosfer akan berkontribusi terjadinya pemanasan
global. Oleh karena itu, setiap tahun kadar CO2 di atmosfer terus menerus meningkat.

Gambar 4.36. Indikator pemanasan global


Sumber: iqbal920.wordpress.com, stevengoddard.wordpress.com

46
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pemanasan global di antaranya, adalah
sebagai berikut
1. Emisi CO2 yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil sebagai pembangkit tenaga
listrik.
2. Emisi CO2 yang berasal dari pembakaran gasoline sebagai bahan bakar alat transportasi.
3. Emisi metana dari hewan, lahan pertanian, dan dari dasar laut Arktik.
4. Deforestation (penebangan liar) yang disertai dengan pembakaran lahan hutan.
5. Penggunaan chlorofluorocarbons (CFCs) dalam refrigator (pendingin).
6. Meningkatnya penggunaan pupuk kimia dalam pertanian.

Gambar 4.37. Pemanasan global di Indonesia


Sumber: fplh.wordpress.com

4) Dampak Pemanasan Global

47
Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya bahwa aktivitas manusia telah mengubah kealamian
dari gas rumah kaca di atmosfer. Konsekuensi dari perubahan gas rumah kaca di atmosfer sulit
diprediksi, tetapi beberapa dampak yang telah nampak, yaitu sebagai berikut.
1. Temperatur Bumi menjadi semakin tinggi, di beberapa wilayah mungkin temperaturnya
menjadi lebih tinggi dan di wilayah lainnya mungkin tidak.
2. Tingginya temperatur Bumi dapat menyebabkan lebih banyak penguapan dan curah hujan
secara keseluruhan, tetapi masing- masing wilayah akan bervariasi, beberapa menjadi
basah dan bagian lainnya kering.
3. Mencairnya glasier yang menyebabkan kadar air laut meningkat. Begitu pula dengan
darat- an pantai yang landai, lama-kelamaan akan mengalami peningkatan akibat
penggenangan air.
4. Hilangnya terumbu karang. Sebuah laporan tentang terumbu karang yang dinyatakan
bahwa dalam kondisi terburuk, populasi ka- rang akan hilang pada tahun 2100 karena
meningkatnya suhu dan pengasaman laut. Sebagaimana diketahui bahwa banyak spesies
lain yang hidupnya bergantung pada terumbu karang.
5. Kepunahan spesies yang semakin meluas. Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam
majalah Nature, peningkatan suhu dapat menyebabkan kepunahan lebih dari satu juta
spesies. Sampai saat ini hilangnya spesies semakin meluas dan daftar spesies yang
terancam punah terus berkembang dan bertambah.
6. Kegagalan panen besar-besaran. Menurut penelitian terbaru, terdapat 90% kemungkinan
bahwa 3 miliar orang di seluruh dunia harus memilih antara pergi bersama keluarganya
ke tempat yang beriklim baik atau kelaparan akibat perubahan iklim dalam kurun waktu
100 tahun.
7. Mencairnya Permaforst di Artika. Permafrost merupakan lapisan tanah beku di bawah
permukaan Bumi, meliputi potongan batu, air, dan bahan organik yang membeku dengan
suhu di bawah 0 derajat celsius selama dua tahun atau lebih secara berturut-turut.

48
Gambar 4.38. Permafrost di Artika mencair
Sumber: nationalgeographic.grid.id

Sesuai dengan namanya, permafrost biasanya bertahan dalam waktu lama. Terutama pada
area dataran tinggi di Arktika dan Antartika.Di sekitar Mould Bay dan wilayah
terpengaruh lainnya, para peneliti menemukan perkembangan thermokarst, lubang
berawa seperti kawah yang tidak teratur–biasanya tercipta dari pencairan lapisan es
dalam jumlah besar. Air terkadang bisa mengendap dalam kawah dan biasa disebut
dengan danau tundra. Namun, selain perubahan fitur topografi, pencairan permafrost juga
dapat ‘mengunci’ mikroorganisme. Saat daratan mencair, mereka beraksi dan mulai
memecah bahan organik dalam tanah. Alhasil, itu akan menghasilkan lebih banyak
karbon dioksida dan gas rumah kaca lainnya. Inilah yang menjadi alasan mengapa
permafrost kerap disebut sebagai ‘raksasa tidur’ dari perubahan iklim. Dan tampaknya,
hasil penelitian terbaru memberi tahu kita bahwa raksasa tidur tadi sebentar lagi akan
terbangun.

49
Gambar 4.39. Akibat pemanasan global
Sumber: http://geologylearn.blogspot.co.id

5) Usaha-usaha Menanggulangi Pemanasan Global

Penyebab terbesar pemanasan global adalah karbon dioksida (CO2) yang dilepaskan ketika bahan
bakar fosil seperti minyak dan batu bara yang dibakar untuk menghasilkan energi. Besarnya
penggunaan bahan bakar fosil untuk aktivitas manusia akan menyumbangkan peningkatan CO2
di udara.
Kerusakan lapisan ozon adalah salah satu contoh dampak dari aktivitas manusia yang
mengganggu keseimbangan ekosistem dan biosfer. Kondisi tingginya gas polutan di udara
menyebabkan terjadinya pemanasan global. Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk
menanggulangi pemanasan global, di antaranya sebagai berikut.
1) Menggunakan energi terbarukan dan mengurangi penggunaan batu bara, gasoline, kayu,
dan bahan bakar organik lainnya.
2) Meningkatkan efisiensi bahan bakar kendaraan.
3) Mengurangi deforestasi.
4) Mengurangi penggunaan produk-produk yang mengandung (CFCs) dengan menggunakan
produk-produk yang ramah lingkungan.
5) Mendukung dan turut serta pada kegiatan penghijauan.

50
Hasil penelitian meyakini bahwa setiap pepohonan hijau dapat menangkap karbon yang cukup
untuk mengimbangi emisi yang dihasilkan dari gas buang pengendara mobil selama setahun.
Untuk lebih mudah memahami pengaruh tanaman terhadap suhu Bumi, lakukanlah kegiatan
berikut.

Mari Kita Lakukan

Aktivitas 4.7. Memahami pengaruh tanaman terhadap suhu bumi

Gambar 4.40. Percobaan pengaruh tanaman terhadap suhu Bumi


Sumber: firdaputridarojati.wordpress.com

Perhatikan Gambar 4.40.


Adakah perbedaan suhu dari kedua Gambar 4.40. tersebut?
Apa yang dapat Anda prediksi dari Gambar 4.40. tersebut?

Untuk lebih jelas mari kita lakukan kegiatan berikut ini.


Buatlah kelompok kerja dengan temanmu untuk melakukan kegiatan observasi di bawah
ini. Setiap kelompok terdiri atas 4 orang.

Siapkanlah alat dan bahan sebagai berikut.


Alat dan Jumlah
Bahan
Tabung plastik dengan diameter 20 cm 2
buah

51
Termometer 2
buah
Stopwatch 1
buah
Tanaman kacang hijau 5
buah

Peringatan!
Hati-hati ketika memegang termometer. Apabila termometer patah atau pecah,
jangan menyentuhnya.

Lakukan langkah-langkah berikut.


1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Berikan label pada masing-masing tabung, yaitu Tabung A dan Tabung B.
3. Masukkan termometer pada Tabung A.
4. Masukkan kelima tanaman kacang hijau ke dalam Tabung B dan kemudian masukkan
termometer pada Tabung B. Pastikan suhu awal dari kedua termometer tersebut adalah
sama dan masing- masing ujung reservoirnya tidak menyentuh tanah.
5. Letakkan kedua tabung plastik di bawah sinar Matahari.
6. Catatlah suhu pada kedua tabung setiap 3 menit selama 15 menit.
7. Masukkan hasil pengamatan Anda pada Tabel 4.2
Tabel 4.2 Hasil pengamatan pengaruh tanaman terhadap suhu bumi

Waktu Temperatur (oC)


No.
(menit) Tabung A Tabung B
1. 3
2. 6
3. 9
4. 12
5. 15
a. Adakah perbedaan dari kedua tabung tersebut setelah dipanaskan selama 15 menit?
Jelaskan jawaban Anda.
b. Termometer pada tabung manakah yang menunjukkan suhu lebih tinggi selama

52
percobaan berlangsung? Mengapa demikian? Jelaskan jawaban Anda.

Simpulkan
Kesimpulan apa yang dapat dibuat, apabila ruang di dalam tabung tersebut dianalogikan
sebagai Bumi?

Mengomunikasikan
Presentasikan hasil percobaan yang telah Anda lakukan.

4. Forum Diskusi

Bagaimana gerak Bulan bisa mempengaruhi kehidupan Bumi

Gambar 4.41. Berita Pasang-Surut air laut

Dalam beberapa pekan masyarakat di sekitar pesisir pantai di Indonesia dihimbau oleh
BMKG untuk waspada terhadap kemungkinan tingginya gelombang air laut. Gelombang
pasang tersebut biasanya diiringi dengan air kencang yang menerjang pemukiman
penduduk. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Adakah hubungan gelombang pasang
tersebut dengan pergerakan Bulan? Bagaimana anda bisa memprediksi gelombang pasang
tersebut dilihat dari fase Bulan dan Jarak Bulan terhadap Bumi? Buatlah studi kasus
untuk memprediksi kapan gelombang tersebut akan terjadi lagi menggunakan perangkat
lunak yang tersedia seperti Stellarium. Diskusikanlah.

53
C. Penutup
1. Rangkuman

Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 4 tentang Tata Surya dan Global
Warming. Hal-hal penting yang telah Anda pelajari dalam modul Tata Surya dan Global
Warming ini adalah sebagai berikut:
a. Tata surya adalah susunan benda-benda langit yang terdiri atas Matahari sebagai pusat
tata surya, planet-planet, komet, meteoroid, dan asteroid yang mengelilingi Matahari.
b. Matahari adalah bintang yang terdapat di dalam tata surya yang memiliki empat lapisan,
yaitu inti Matahari, fotosfer, kromosfer, dan korona.
c. Planet dalam adalah planet yang orbitnya dekat dengan Matahari.
d. Planet dalam terdiri atas Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars.
e. Planet luar adalah planet yang orbitnya jauh dari Matahari.
f. Planet luar terdiri atas Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto.
g. Komet adalah benda langit yang mengelilingi Matahari dengan orbit yang sangat lonjong.
h. Meteoroid adalah potongan batu atau puing-puing logam yang bergerak di luar angkasa.
i. Meteor adalah meteoroid yang habis terbakar oleh atmosfer bumi.
j. Meteorit adalah meteoroid yang jatuh ke bumi.
k. Asteroid adalah potongan-potongan batu yang mirip dengan materi penyusun planet.
l. Rotasi Bumi adalah perputaran Bumi pada porosnya.
m. Kala Rotasi Bumi adalah waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk sekali berputar, yaitu
23 jam 56 menit.
n. Dampak dari rotasi Bumi di antaranya adalah gerak semu harian Matahari, perbedaan
waktu, pembelokan arah angin, dan pembelokan arah arus laut.
o. Revolusi Bumi adalah pergerakan Bumi untuk mengelilingi Matahari.
p. Kala revolusi Bumi adalah waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk sekali mengelilingi
Matahari, yaitu 365,25 hari.
q. Dampak dari revolusi Bumi di antaranya adalah terjadinya gerak semu tahunan Matahari,
perbedaan lamanya siang dan malam, dan pergantian musim.
r. Bulan melakukan tiga gerakan sekaligus, yaitu rotasi, revolusi, dan bergerak bersama-

54
sama dengan Bumi untuk mengelilingi Matahari. Kala rotasi Bulan sama dengan kala
revolusinya terhadap Bumi, yaitu 27,3 hari.
s. Dampak dari pergerakan Bulan diantaranya terjadinya pasang surut air laut, pembagian
Bulan, fase-fase Bulan, gerhana Matahari, dan gerhana Bulan.
t. Gerhana Matahari terjadi ketika posisi Bulan berada di antara Matahari dan Bumi, dan
ketiganya terletak dalam satu garis.
u. Gerhana Bulan terjadi apabila Bumi berada di antara Matahari dan Bulan.
v. Efek rumah kaca adalah proses pemanasan alami yang terjadi ketika gas-gas tertentu di
atmosfer Bumi memerangkap panas.
w. Pemanasan global adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan peningkatan
suhu rata-rata atmosfer Bumi dan lautan secara bertahap, serta sebuah perubahan yang
diyakini secara permanen mengubah iklim Bumi.
x. Faktor yang menyebabkan pemanasan global di antaranya emisi CO 2, emisi metana, dan
pembakaran lahan hutan, penggunaan (CFCs), dan meningkatnya penggunaan pupuk
kimia dalam pertanian.
y. Dampak pemanasan global yang telah nampak, di antaranya temperatur Bumi menjadi
semakin tinggi, penguapan dan curah hujan yang tidak menentu, mencairnya glasier yang
menyebabkan volume air laut meningkat, hilangnya terumbu karang, kepunahan spesies
yang semakin meluas, kegagalan panen besar-besaran, dan penipisan lapisan ozon.
z. Usaha-usaha untuk menanggulangi pemanasan global, di antaranya menggunakan energi
terbarukan, meningkatkan efisiensi bahan bakar kendaraan, mengurangi, mengurangi
penggunaan (CFCs), mendukung dan turut serta pada kegiatan penghijauan.

2. Tes Formatif

1. Manusia berencana akan melakukan penjelajahan menuju Mars pada tahun 2033 nanti.
Tahun 2033 dipilih sebagai jendela waktu yang efektif untuk melakukan perjalanan ini,
karena dengan menggunakan teknologi pesawat luar angkasa saat ini, perjalanan tersebut
diperkirakan hanya akan memerlukan waktu sekitar 6 hingga 8 bulan satu kali jalan. Untuk
dapat kembali dengan waktu perjalanan yang sama seperti saat berangkat dari Planet yang

55
memiliki kala revolusi 687 hari dan kala rotasi 24,6 hari tersebut, para astronot harus
menetap terlebih dahulu di Mars selama sekitar 1,5 tahun. Hal tersebut dikarenakan ….
a. Kombinasi Kala rotasi planet Mars dan Planet Bumi akan menghasilkan jarak tempuh
paling pendek setelah 1,5 tahun sekali.
b. Kombinasi Kala revolusi planet Mars dan Planet Bumi akan menghasilkan jarak tempuh
paling pendek setiap 1,5 tahun sekali.
c. Kombinasi Kala rotasi planet Mars dan Planet Bumi akan menghasilkan jarak tempuh
paling panjang setelah 1,5 tahun sekali.
d. Kombinasi Kala revolusi planet Mars dan Planet Bumi akan menghasilkan jarak tempuh
paling panjang setelah 1,5 tahun sekali.
e. Kombinasi Kala rotasi planet Mars dan Planet Bumi akan menghasilkan jarak tempuh
selalu sama selama 1,5 tahun sekali.

2. Berikut ini disajikan data jarak planet terhadap matahari dalam AU (Astronomical Unit).
Jarak Planet Planet
0.995 AU A
0.720 AU B
0.316 AU C
Berdasarkan data tersebut, manakah pernyataan berikut yang benar?

a. Planet A memiliki Kala rotasi paling lambat


b. Planet B memiliki kala revolusi paling cepat
c. Planet C memiliki kala rotasi paling sebentar
d. Planet A memiliki kala revolusi paling lama
e. Planet B memiliki kala rotasi paling lama

3. Perhatikan gambar dibawah ini!


1 3 5 7

56
2 4 6 8

Manakah yang benar dari pernyataan berikut ….

a. 1,2,8 adalah ciri-ciri dari Jupiter


b. 1,3,4 adalah ciri-ciri dari Saturnus
c. 5,6,7 adalah ciri-ciri dari Jupiter
d. 2,3,5 adalah ciri-ciri dari Saturnus
e. 3,4,7 adalah ciri-ciri dari Jupiter

4. Perhatikan Gambar berikut!

Gambar tersebut menunjukan tiga fase bulan berbeda di tiga hari yang berbeda, pada saat fase
bulan manakah pasang air laut akan mengalami pasang tertingginya?
a. Fase Bulan (1), karena saat terjadi bulan purnama, posisi Bulan, Matahari dan Bumi berada pada
satu garis lurus sehingga mengakibatkan total gaya gravitasi terbesar dialami oleh air laut.
b. Fase Bulan (2), karena saat terjadi bulan kuartil, posisi Bulan, Matahari dan Bumi berada pada
satu garis lurus sehingga mengakibatkan total gaya gravitasi terbesar dialami oleh air laut.
c. Fase Bulan (3), karena saat terjadi bulan purnama, posisi Bulan, Matahari dan Bumi berada pada
satu garis tegak lurus sehingga mengakibatkan total gaya gravitasi terbesar dialami oleh air laut.
d. Fase Bulan (1), karena saat terjadi bulan baru, posisi Bulan, Matahari dan Bumi berada pada satu
garis tegak lurus sehingga mengakibatkan total gaya gravitasi terbesar dialami oleh air laut.

57
e. Fase Bulan (2), karena saat terjadi bulan kuartil, posisi Bulan, Matahari dan Bumi berada pada
satu garis tegak lurus sehingga mengakibatkan total gaya gravitasi terbesar dialami oleh air laut.

5. Di daerah sub tropis yang memiliki 4 musim setiap tahunnya, posisi matahari terkadang
berada lebih mendekati horizon langit. Jika anda sedang berada di Australia (posisi Australia
berada di belahan Bumi Selatan) dan anda melihat posisi Matahari sepanjang hari berada di
dekat Horison langit sebelah Utara, kondisi seperti apakah yang sedang anda alami saat itu?
a. Musim Panas di sekitar bulan Juni, karena posisi Matahari saat itu tepat berada di titik
balik Utara
b. Musim Dingin di Bulan Desember, karena posisi Matahari saat itu tepat berada di titik
Balik Utara
c. Musim Panas di sekitar bulan Desember, karena posisi Matahari saat itu tepat berada di
titik balik Utara
d. Musim Dingin di sekitar bulan Juni, karena posisi Matahari saat itu tepat berada di titik
balik Utara
e. Musim semi di sekitar bulan September, karena posisi Matahari saat itu tepat berada di
titik balik Utara

6. Perhatikan gambar di bawah ini!

58
Tahun Jumlah CO2
(milyar per ton)
1880 40
1900 50
1920 60
1940 90
1960 130
1980 180
2000 270

Grafik tersebut jika dikaitkan dengan data jumlah CO2 pada tabel di atas, maka pernyataan yang
benar adalah...

a. Jika jumlah CO2 di udara tinggi, maka suhu di bumi akan semakin rendah
b. Bertambahnya jumlah CO2 menunjukkan bahwa bumi memiliki komposisi udara yang
baik.
c. Suhu bumi terus meningkat setiap tahunnya seiring dengan bertambahnya jumlah CO2
di udara
d. Suhu bumi tidak bergantung pada jumlah CO 2 di udara
e. Pola Rerata Suhu bumi terus meningkat setiap tahunnya seiring dengan bertambahnya
jumlah CO2 di udara

7. Bacalah teks di bawah ini!


Gas-gas rumah kaca antara lain adalah karbon diokasida (CO2), Metan (CH4),
klorofluorkarbon (CFC), sulfur dioksida (SO2), dan nitrogen dioksida (NO2). CFC terbentuk
dari atom klor, flor, dan karbon. Ketiga atom ini termasuk atom yang mudah terikat oleh
atom lainnya. Saat CFC telah menyebar ke lapisan ozon akan sangat mudah dipecah dan
kemudian bereaksi dengan ozon yang terbentuk dari tiga atom O (oksigen). Reaksi kimia di
antara atom-atom inilah yang akan menghasilkan molekul-molekul baru, mulai dari O, O2,
CO, CO2, dan lain-lain. Jika O3 sudah terpecah, fungsinya sebagai filter radiasi matahari akan
hilang. Klorin adalah zat utama yang dapat memecah atom-atom ozon. Alat-alat elektronik
yang menggunakan CFC antara lain adalah kulkas dan pendingin ruangan (AC). Namun, saat
ini banyak orang beralih dengan menggunakan HC (hidrokarbon) sebagai pengganti CFC

59
Dari teks di atas, maka pernyataan yang benar di bawah ini adalah...

a. Ozon yang menipis diakibatkan oleh klorin yang memecah atom-atom ozon sehingga
tidak dapat berfungsi sebagai pelindung radiasi matahari
b. Semakin banyak klorin di udara maka lapisan ozon akan semakin tebal
c. Atom-atom ozon yang telah terpecah akan meningkatkan kemampuan ozon dalam
menangkal radiasi matahari yang berlebih.
d. Masyarakat beralih menggunakan HC karena CFC dapat merusak ekosistem di bumi.
e. Penggunaan peralatan pendingin berkontribusi terhadap meningakatnya suhu Bumi,
karena peralatan pendingin melepaskan kalor ke lingkungan

8. Dibawah ini merupakan proses terjadinya efek rumah kaca.


1) Gelombang inframerah, karbondioksida, uap air, metana dan gas rumah kaca lainnya
menyerap panas dari bumi, dan memancarkan kembali.
2) Sinar UV menembus bumi dan panasnya diserap oleh tanah
3) Radiasi bumi terperangkap di atmosfer menyebabkan suhu bumi terus meningkat
4) Panas yang dihasilkan oleh bumi dipancarkan kembali ke atmosfer
5) Tanah memantulkan energi panas yang dipancarkan oleh sinar UV
Urutan yang benar mengenai proses terjadinya efek rumah kaca adalah....

a. 5-1-4-3-2
b. 5-2-1-4-3
c. 2-5-4-1-3
d. 2-5-1-4-3
e. 1-2-5-4-3

9. Perhatikan gambar berikut!

60
Gambar di atas menunjukkan kondisi tundra. Tundra adalah salah satu area di daerah kutub
utara dan selatan yang memiliki iklim sejuk. Rusa, kelinci salju, rubah, burung elang,
beruang kutub, burung hantu, penguin, dan paus merupakan contoh hewan yang hidup di
tundra. Jika pemanasan global terus terjadi, beberapa hewan seperti rubah merah akan
banyak bermigrasi ke kutub utara karena mencari daerah yang lebih dingin. Jika populasi
rubah merah terlalu banyak maka masalah yang akan terjadi adalah...

a. Penumpukan populasi rubah merah di kutub utara


b. Populasi kelinci salju juga akan ikut bertambah
c. Ketidakteraturan rantai makanan menyebabkan ekosistem tidak seimbang
d. Membuat ekosistem lebih seimbang karena bertambahnya hewan yang hidup di daerah
tundra
e. Peningkatan kuantitas sumber daya alam di daerah Tundra karena berkurangnya populasi
hewan di daerah tersebut

10. Pada sebuah sisi badan bus terdapat tulisan seperti dibawah ini :

Bis ini lebih ramah lingkungan daripada sebuah mobil

40 mobil menghasilkan : 230.000 kg CO2 setiap tahun

Bis ini menghasilkan : 3.200 kg CO2 setiap tahun

61
Dalam pernyataan tersebut terdapat pesan yang mengajak masyarakat untuk menggunakan
bis sebagai transportasi umum karena dapat mengurangi produksi CO 2 jika di bandingkan
dengan menggunakan mobil pribadi. Bagaimana tanggapan anda terhadap pernyataan
tersebut ?

a. Setuju, karena jika ada 40 orang dalam 1 bis, maka masing-masing orang akan
menghasilkan 80 kg CO2.
b. Tidak setuju, karena jika ada 2 orang dalam 1 mobil pribadi, maka masing-masing orang
akan menghasilkan 2.875 kg CO2.
c. Setuju, karena jumlah bis di indonesia lebih sedikit dibandingkan dengan mobil pribadi.
d. Tidak setuju, karena jika ada 3 orang dalam 1 mobil pribadi, maka masing-masing hanya
akan menghasilkan 1.917 kg CO2.
e. Setuju, karena jika menggunakan mobil pribadi, maka kontribusi setiap orang dalam
menghasilkan CO2 lebih kecil.

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 4 yang terdapat di bagian akhir modul
ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat
penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 4.

Arti tingkat penguasaan:

90 - 100% = baik sekali

80 - 89% = baik

70 - 79% = cukup

< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar
selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 4,
terutama bagian yang belum dikuasai.

62
3. Daftar Pustaka

Campbell, N.A., Reece. J.B., Urry, L.A., Cain, M.L., Wasserman, S.A., Minorsky, P.V., & Jackson, R.B.
(2008). Biology 8th edition. USA:Pearson Education, Inc.

Miller, G. Tyler & Spoolman, S. (2012). Living in the Environment 17th edition. USA:Brooks/ Cole,
Cengage Learning.

Reece, J. B., Urry, L. A., Cain, M. L., Wasserman, S. A., Minorsky, P. V., & Jackson, R. (2012).
Campbell biology (p. 135). Boston: Pearson.

Widodo, W. Rachmadiarti, F. dan Hidayati., S.N. (2017). Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

Zubaidah, S., Mahanal, S., Yuliati, L., Dasna, I.W., Pangestuti, A.A., Puspitasari, D.R., Mahfudhillah,
H.T., Robitah, A. Kurniawati, Z.L., dan Prasmala, E.R. (2017). Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Sumber Daring

www.ananto-cool.blogspot.com www.mikirbae.com
www.dw.com www.nafiun.com
www.en.wikipedia.org www.photos.uc.wisc.edu
www.esf.edu www.pompair.com
www.firdaputridarojati.wordpress.com www.rcvt.si
www.fplh.wordpress.com www.rodmartin.org
www.geologylearn.blogspot.co.id www.sites.google.com
www.goanobserver.in www.starberita.com
www.housesofmaputo.blogspot.com www.stevengoddard.wordpress.com
www.indokku.com www.sukashareee.blogspot.co.id
www.iqbal920.wordpress.com www.swa.co.id
www.jepang.panduanwisata.id www.therealdeal.com

63
www.Andaspenemu.blogspot.co.id www.tutoriallingkungan.blogspot.co.id
www.merdeka.com

D. Tugas Akhir
Pemanasan Global hanya dapat dikurangi dampaknya dengan melibatkan banyak solusi yang
berbeda secara komprehensif, dan tidak dapat dilakukan hanya parsial saja. Rancanglah
sebuah orientasi solusi yang dapat diajukan dengan mengacu pada keseimbangan tiga aspek
yakni Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan. Rancanglah minimal satu strategi untuk setiap
kategori berikut:
1) Konservasi Energi
2) Transportasi
3) Energi Alternatif
4) Pendidikan
5) Penyerapan dan Penyimpanan Karbon

E. Tes Sumatif

1. Soal Pilihan Ganda

Pilihlah jawaban a, b, c, atau d yang paling tepat.

1. Terdapat KD: Menerapkan konsep pengukuran berbagai besaran dengan menggunakan


satuan standar (baku)

Dalam kehidupan sehari-hari banyak cara untuk mengukur panjang suatu benda, seperti
menggunakan ukuran langkah, depa, dan meter. Di antara pilihan berikut yang merupakan
indikator pencapaian kompetensi berpikir tingkat tinggi adalah....
a. menganalisis kesalahan yang mungkin terjadi dari hasil pengukuran panjang
b. menjelaskan perbedaan ketepatan mengukur panjang suatu benda dengan alat ukur
standar dan alat ukur tidak standar
c. menjelaskan pentingnya menggunakan alat ukur standar dalam pengukuran
d. menjabarkan cara menggunakan penggaris untuk mengukur panjang benda

64
e. menyebutkan jenis-jenis alat ukur standar, besaran, dan satuan panjang

2. Dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik pada materi suhu dan kalor,
Bu Rani meminta siswa untuk melakukan pengamatan terhadap fenomena perpindahan
kalor, yaitu dengan menunjukkan data pengaruh massa terhadap kalor yang diterima oleh
benda. Setelah siswa merumuskan masalah dan jawaban sementara, siswa diminta untuk
melakukan eksperimen untuk mendapatkan jawaban terhadap masalah yang sudah
dirumuskan. Berikut ini prosedur yang paling tepat untuk memfasilitasi siswa melakukan
eksperimen adalah....
a. menjelaskan petunjuk eksperimen dan alat-bahan yang dibutuhkan selama eksperimen
b. meminta siswa merancang eksperimen menggunakan bahan bacaan, kemudian Bu Rani
mengecek dan membimbing siswa
c. Bu Rani melakukan demonstrasi bagaimana melakukan eksperimen dan meminta siswa
untuk melakukan kegiatan seperti yang didemonstrasikan
d. menjelaskan contoh-contoh hasil eksperimen yang sudah dilakukan orang lain
e. meminta siswa mencari contoh melalui internet atau sumber lainnya untuk dijadikan
rancangan percobaan

3. Hasil penilaian harian materi cermin, dengan KKM 75, adalah sebagai berikut:
1. sebanyak 25 siswa mendapat nilai di bawah 75
2. Sebanyak 3 siswa mendapat nilai di atas 75
Kegiatan tindak lanjut yang sebaiknya dilakukan guru adalah...

a. Memberikan pembelajaran remedial dan pengayaan secara klasikal


b. Memberikan pembelajaran remedial secara klasikal dan pengayaan secara kelompok
c. Melakukan pembelajaran ulang pada materi tersebut untuk 25 siswa dan pengayaan
secara berkelompok untuk 3 siswa
d. Mengulangi materi pada soal yang dijawab salah kepada seluruh kelas
e. Melanjutkan pembelajaran untuk materi selanjutnya

65
4. Bu Ana mendapati, bahwa siswa-siswanya memiliki gaya belajar kinestetik-badani (body
kinesthetic). Bu Ana hendak melakukan pembelajaran tekanan pada zat. Pembelajaran yang
sesuai adalah ....
a. Meminta siswa membaca materi tekanan zat dan menggarisbawahi kata-kata penting
b. Menugasi siswa secara berkelompok untuk menelusuri internet tentang efek ketinggian
(tekanan udara rendah) terhadap prestasi atlet
c. Menunjukkan gejala tekanan, mendiskusikan konsep tekanan, dan berlatih soal tekanan
pada zat
d. Meminta siswa menyelidiki pengaruh luas permukaan benda terhadap kedalaman
jejaknya bila ditaruh di atas plastisin
e. Memfasilitasi kenyamanan belajar tekanan zat dengan memperdengarkan musik dengan
volume yang tidak terlalu keras

5. Perhatikan KD. Menjelaskan berbagai zat aditif dalam bahan makanan dan minuman, zat
adiktif serta dampaknya terhadap kesehatan. Materi berikut yang tidak sesuai dengan
cakupan KD tersebut adalah....
a. Zat-zat pengawet pada bahan makanan dan minuman
b. Zat-zat pemanis pada bahan makanan dan minuman
c. Zat-zat pengawet bahan makanan dan minuman
d. Za-zat adiktif, stimulan dan halusinasi
e. Hukum bagi pengedar dan penyalahgunaan narkotika dan obat-obat terlarang

6. Pada pembelajaran IPA tentang Tata Surya, guru menemukan permasalahan berikut: hasil
ulangan harian belum memenuhi KKM, siswa tidak aktif belajar, siswa kurang dapat
berinteraksi dengan sesama teman, siswa belum mampu mengidentifikasi karakteristik
gerhana bulan dan bulan purnama dengan baik, siswa tidak bisa membayangkan posisi bumi,
bulan, dan bumi ketika terjadi gerhana bulan dan bulan purnama. Guru berencana
memperbaiki pembelajarannya dengan menerapkan model bermain peran atau Role Playing
melalui Penelitian Tindakan Kelas agar pemahaman dan interaksi belajar siswa meningkat.
Manakah rumusan masalah yang tepat untuk PTK tersebut?

66
a. Bagaimana mengembangkan media yang tepat untuk pembelajaran gerhana bulan dan
bulan purnama?
b. Apakah ada pengaruh penerapan model Role playing terhadap hasil belajar siswa tentang
gerhana bulan dan bulan purnama?
c. Apakah ada perbedaan hasil belajar diantara siswa yang diajar dengan penerapan model
Role playing dengan siswa yang tidak diajar dengan model Role Playing?
d. Bagaimanakah peningkatan pemahaman dan interaksi belajar siswa pada materi gerhana
bulan dan bulan purnama melalui penerapan model Role Playing?
e. Apakah media gambar efektif meningkatkan pemahaman siswa tentang gerhana bulan
dan bulan purnama?

7. Letusan gunung berapi dapat menimbulkan bencana alam bagi ekosistem di sekitarnya
karena selain menghasilkan lelehan lava, awan panas, juga dapat menimbulkan tsunami,
seperti pada terjadi pada letusan gunung anak krakatau di Kepulauan Seribu. Langkah
berikut yang paling tepat dilakukan untuk menghindari bencana tersebut adalah...
a. menjauhi daerah pantai dan bergerak ke daerah yang lebih tinggi
b. menjauhi gedung-gedung dan pusat perbelanjaan
c. menjauhi daerah sekitar lereng gunung krakatau
d. bersembunyi dalam gua-gua atau bunker di sekitar
e. membangun di sekitar pantai yang berhadapan dengan anak gunung Krakatau

8. Gunung merapi merupakan gunung berapi yang aktif karena


letaknya pada zona subduksi, dimana lempeng Indo-Australia
menunjam di bawah lempeng Eurasia yang memicu timbulnya
patahan dan retakan akibat tektonik dan mendahului vulkanisme.
Berdasarkan informasi geografis gunung merapi tersebut, pernyataan berikut yang paling
potensial sebagai penyebab terjadinya letusan gunung merapi adalah...
a. Pergeseran antar lempeng yang menyebabkan tumbukan antar lempeng Indo-Australia
dengan lempeng Eurasi menimbulkan patahan sehingga menimbulkan potensi magma
bergerak ke permukaan

67
b. Tumbukan antara lapisan kerak bumi yang menimbulkan gesekan antara kerak bumi yang
memicu terjadinya peleburan batuan yang lelehannya kemudian bergerak ke permukaan
bumi
c. Penipisan kerak samudra yang memungkinkan magma menerobos dasar samudra yang
menimbulkan banjir lava
d. Adanya gerak saling menjauh secara horisontal antara kerak bumi yang menimbulkan
patahan yang menjadi jalan keluarnya lelehan lava
e. Gempa bumi yang memicu timbulnya patahan dan retakan sehingga memberi peluang
lava

9. Gempa bumi atau gunung berapi yang meletus seringkali tidak hanya menimbulkan
guncangan, getaran, dan keretakan pada struktur lapisan bumi, melainkan juga menimbulkan
berbagai bencana lainnya, seperti tsunami atau naiknya permukaan air laut hingga ke
pemukiman yang padat penduduk. Meskipun demikian tidak semua gempa bumi
menimbulkan tsunami. Pernyataan yang benar tentang gempa bumi yang berpotensi
menimbulkan tsunami adalah....
a. gempa bumi dari tumbukan antar lempeng yang menimbulkan deformasi pada dasar laut
b. gempa bumi/pusat gempa terjadi di darat yang menimbulkan patahan
c. gempa bumi terjadi di laut tetapi tidak mengakibatkan terjadinya patahan/sesar dasar laut
d. gempa bumi tergolong gempa bumi dalam
e. semakin besar kekuatan gempa semakin besar potensi terjadinya tsunami

10. Selain bergerak mengelilingi matahari, bumi juga bergerak berputar pada porosnya yang
menyebabkan terjadi siang ketika menghadap matahari dan malam ketika membelakangi
matahari. Namun lama siang dan malam di beberapa tempat di bumi tidak sama, seperti: di
Indonesia panjang siang dan malam hampir seimbang, yaitu 12 jam, tetapi di negara-negara
Eropa dan Amerika Serika waktu siang lebih lama daripada malam hari. Hal ini terjadi
karena...
a. Bumi berputar pada porosnya selama 24 jam
b. Bumi begerak mengelilingi matahari dengan posisi miring

68
c. Bumi bergerak mengelilingi matahari selama 365 hari
d. Posisi bumi di urutan ketiga diantara planet-planet galaksi bimasakti
e. Bumi mengalami dua gerak, yaitu gerak revolusi dan gerak rotasi

11. Di daerah sub tropis yang memiliki 4 musim setiap tahunnya, posisi matahari terkadang
berada lebih mendekati horizon langit. Jika anda sedang berada di Australia (posisi Australia
berada di belahan Bumi Selatan) dan anda melihat posisi Matahari sepanjang hari berada di
cukup jauh dari Horison langit sebelah Utara, kondisi seperti apakah yang sedang anda alami
saat itu?
a. Musim Panas di sekitar bulan Juni, karena posisi Matahari saat itu tepat berada di titik
balik Utara
b.Musim Dingin di Bulan Desember, karena posisi Matahari saat itu tepat berada di titik
Balik Utara
c. Musim Panas di sekitar bulan Desember, karena posisi Matahari saat itu tepat berada di
titik balik Selatan
d.Musim Dingin di sekitar bulan Juni, karena posisi Matahari saat itu tepat berada di titik
balik Selatan
e. Musim semi di sekitar bulan September, karena posisi Matahari saat itu tepat berada di
titik balik Utara

12. Berikut ini beberapa hal yang terjadi dewasa ini:


1. Masih banyaknya pemakaian CFC yang membuat ozon menipis
2. Semakin berkurangnya pohon-pohon
3. Banyaknya penggunaan kaca untuk bangunan
4. Keluarnya gas metan dari peternakan dan permafrost
Pernyataan yang berkaitan langsung dengan penyebab pemanasan global adalah ....
a. 1, 2, 3
b. 1, 3
c. 2, 4
d. 4

69
e. 1, 2, 3, 4

2. Essay

1. Perhatikan Kompetensi Dasar (KD) berikut.


4.9 Menyajikan karya tentang upaya menjaga kesehatan sistem pernapasan.
Rincikanlah Indikator, Cakupan Materi Pembelajaran, Model Pembelajaran, jenis penilaian,
dan instrumen penilaian yang paling sesuai dengan KD tersebut!

2. Pada pembelajaran IPA tentang Struktur dan Fungsi Sel, guru menemukan permasalahan
berikut: hasil ulangan harian belum memenuhi KKM, siswa tidak aktif belajar, siswa kurang
dapat berinteraksi dengan sesama teman, siswa belum memahami struktur dan fungsi sel
dengan baik, siswa tidak bisa membayangkan bentuk-bentuk organel sel dan letaknya
didalam sel, siswa belum bisa membedakan fungsi diantara organel organel sel tersebut.
Guru berencana memperbaiki pembelajarannya dengan menerapkan model bermain peran
atau Role Playing melalui Penelitian Tindakan Kelas agar pemahaman dan interaksi belajar
siswa meningkat. Identifikasi rumusan masalah yang tepat, Alternatif Tindakan yang sesuai,
dan Instrumen penelitian yang sesuai untuk PTK tersebut!
3. Anak Krakatau merupakan salah satu Gunung berapi aktif yang ada di Indonesia. Selain
lokasinya merupakan bagian dari pertemuan antar lempeng, lokasi Gunung ini sangatlah
dekat dengan wilayah pemukiman penduduk, sehingga menimbulkan banyak potensi
bencana alam. Sebutkan dan Jelaskan jenis bencana alam apa sajakah yang berpotensi terjadi
dari keberadaan Gunung Anak Krakatau tersebut? Langkah-langkah apa sajakah yang dapat
dilakukan pemerintah guna memitigasi potensi bencana-bencana tersebut?
4. Disajikan data suhu rata-rata selama satu tahun untuk beberapa kota besar di Indonesia
sebagai berikut:

70
Suhu panas pada musim pancaroba (sekitar Mei dan Oktober) bukan gelombang panas atau
cuaca ekstrem. Itu adalah fenomena tahunan yg normal. Suhu panas di banyak kota di
Indonesia disebabkan 3 faktor utama:
• Posisi Matahari berada di atas Indonesia (deklinasi Matahari = lintang tempat).
• Liputan awan masih minim.
• Efek pendinginan dari angin yg berasal dari daerah musim dingin sudah berhenti.
Faktor lain yg menambah efek pemanasan adalah urban heat island (pulau panas perkotaan)
akibat peningkatan emisi karbon dioksida dari transportasi, industri, dan aktivitas rumah
tangga. Karbon dioksida menahan pelepasan panas ke angkasa. Perhatikan data untuk tiga
kota berikut: Medan, Semarang, dan Bali. Jika dikaitkan dengan posisi lintang geografis
masing-masing dan posisi matahari setiap bulannya sebagai sumber terjadinya musim di
Bumi ditambahkan dengan karakteristik masing-masing kota, bagaimanakah anda bisa
menjelaskan posisi dan fluktuasi nilai rata-rata suhu pada ketiga kota tersebut?

71
F. Kunci JawabanTes Formatif KB 1 – 4

KB 1 KB 2 KB 3 KB 4
No Jawaban No Jawaban No Jawaban No Jawaban
1 E 1 A 1 D 1 B
2 E 2 E 2 D 2 D
3 A 3 E 3 A 3 B
4 D 4 C 4 C 4 A
5 C 5 A 5 D 5 D
6 C 6 A 6 C 6 E
7 B 7 C 7 B 7 A
8 B 8 B 8 A 8 C
9 A 9 E 9 B 9 C
10 C 10 B 10 B 10 A
11 A 11 B
12 B 12 C
13 C 13 B
14 B 14 C
15 C 15 B

72

Anda mungkin juga menyukai