Positif
Disiplin Positif dan Nilai-
nilai Kebajikan Universal
“..bila kita ingin membuat kemajuan perlahan,
sedikit-sedikit, ubahlah sikap atau perilaku Anda.
Namun bila kita ingin memperbaiki cara-cara
utama kita, maka kita perlu mengubah kerangka
acuan kita. Ubahlah bagaimana Anda melihat
dunia, bagaimana Anda berpikir tentang manusia,
ubahlah paradigma Anda, skema pemahaman dan
penjelasan aspek-aspek tertentu tentang realitas”.
Makna Kata Disiplin
Ki Hajar menyatakan bahwa untuk mencapai
kemerdekaan atau dalam konteks pendidikan kita saat
ini, untuk menciptakan murid yang merdeka, syarat
utamanya adalah harus ada disiplin yang kuat.
Disiplin yang dimaksud adalah disiplin diri, yang
memiliki motivasi internal. Jika kita tidak memiliki
motivasi internal, maka kita memerlukan pihak lain
untuk mendisiplinkan kita atau motivasi eksternal,
karena berasal dari luar, bukan dari dalam diri kita
sendiri.
Nilai-nilai Kebajikan
ki Hadjar Dewantara maupun Diane
Gossen, di mana kedua pakar pendidikan
mengartikan disiplin sebagai bentuk
kontrol diri, yaitu belajar untuk kontrol
diri agar dapat mencapai suatu tujuan
mulia. Tujuan mulia di sini mengacu pada
nilai-nilai atau prinsip-prinsip mulia yang
dianut seseorang. Kita namakan nilai-
nilai tersebut sebagai nilai-nilai
kebajikan (virtues) yang universal.
PROFIL PELAJAR PANCASILA
Beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan
Berakhlak Mulia.
Lihat Ilustrasi Berikut
Mandiri
Bernalar Kritis
Berkebinekaan Global
Bergotong royong
Kreatif
TEORI MOTIVASI, HUKUMAN DAN
PENGHARGAAN, RESTITUSI
Ini adalah tingkat terendah dari Satu tingkat di atas motivasi yang Orang dengan motivasi ini akan
motivasi perilaku manusia. Biasanya pertama, disini orang berperilaku
orang yang motivasi perilakunya bertanya, akan menjadi orang yang
untuk mendapatkan imbalan atau seperti apabila saya melakukannya?
untuk menghindari hukuman atau penghargaan dari orang lain. Orang
ketidaknyamanan, akan bertanya, apa Mereka melakukan sesuatu karena
dengan motivasi ini akan bertanya,
yang akan terjadi apabila saya tidak nilai-nilai yang mereka yakini dan
apa yang akan saya dapatkan apabila
melakukannya? Sebenarnya mereka hargai, dan mereka melakukannya
saya melakukannya? Mereka
sedang menghindari permasalahan karena mereka ingin menjadi orang
yang mungkin muncul dan melakukan sebuah tindakan untuk
mendapatkan pujian dari orang lain yang melakukan nilai-nilai yang
berpengaruh pada mereka secara fisik, mereka yakini tersebut. Ini adalah
psikologis, maupun tidak yang menurut mereka penting dan
mereka letakkan dalam dunia motivasi yang akan membuat
terpenuhinya kebutuhan mereka, bila
mereka tidak melakukan tindakan berkualitas mereka. Mereka juga seseorang memiliki disiplin positif
tersebut. Motivasi ini bersifat melakukan sesuatu untuk karena motivasi berperilakunya
eksternal. mendapatkan hadiah, pengakuan, bersifat internal, bukan eksternal.
atau imbalan. Motivasi ini juga
bersifat eksternal.
Hukuman,
Konsekuensi dan
Restitusi
Hukuman, Konsekuensi dan Restitusi
Dalam menjalankan peraturan ataupun keyakinan
kelas/sekolah, bilamana ada suatu pelanggaran,
tentunya sesuatu harus terjadi. Untuk itu kita perlu
meninjau ulang tindakan penegakan peraturan atau
keyakinan kelas/sekolah kita selama ini. Tindakan
terhadap suatu pelanggaran pada umumnya
berbentuk hukuman atau konsekuensi. Dalam modul
ini akan diperkenalkan program disiplin positif yang
dinamakan Restitusi.
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk
memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali
pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat
(Gossen; 2004). Restitusi juga merupakan proses kolaboratif
yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah
mereka, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti
apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus
memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996).
Dihukum oleh
Penghargaan
PENGARUH JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG
• Penghargaan efektif jika kita menginginkan seseorang melakukan sesuatu
yang kita inginkan, dalam jangka waktu pendek.
• Jika kita menggunakan penghargaan lagi, dan lagi, maka orang tersebut
akan bergantung pada penghargaan yang diberikan, serta kehilangan
motivasi dari dalam.
• Jika kita mendapatkan penghargaan untuk melakukan sesuatu yang baik,
maka selain kita senantiasa berharap mendapatkan penghargaan tersebut
lagi, kita pun menjadi tidak menyadari tindakan baik yang kita lakukan.
Penghargaan Tidak Efektif
• SUATU PENGHARGAAN ADALAH SUATU BENDA ATAU PERISTIWA YANG
DIINGINKAN, YANG DIBUAT DENGAN PERSYARATAN: HANYA JIKA ANDA
MELAKUKAN HAL INI, MAKA ANDA AKAN MENDAPATKAN PENGHARGAAN
YANG DIINGINKAN.
• JIKA SAYA MENGHARAPKAN SUATU PENGHARGAAN DAN TIDAK
MENDAPATKANNYA, MAKA SAYA AKAN KECEWA DAN BERKECIL HATI, SERTA
KEMUNGKINAN LAIN KALI SAYA TIDAK AKAN BERUSAHA SEKERAS
SEBELUMNYA.
• JIKA KITA MEMBERIKAN SESEORANG SUATU PENGHARGAAN UNTUK
MELAKUKAN SESUATU, MAKA KITA HARUS TERUS MENERUS MEMBERIKAN
PENGHARGAAN ITU JIKA KITA INGIN ORANG TERSEBUT MENERUSKAN
PERILAKU YANG KITA INGINKAN.
• ORANG YANG BERUSAHA BERHENTI MEROKOK, ATAU ORANG YANG
BERUSAHA DIET MENGURUSKAN BADAN BILA DIBERIKAN PENGHARGAAN
HAMPIR PASTI TIDAK BERHASIL.
Penghargaan Merusak Hubungan
• Ketika seorang diberi penghargaan atau dipuji di depan orang banyak, maka yang
lain akan merasa iri, dan sebagian dari mereka akan tidak menyukai orang yang
diberikan penghargaan tersebut.
• Jika seorang guru sering memberikan penghargaan kepada murid-muridnya, besar
kemungkinan murid-muridnya termotivasi hanya untuk menyenangkan gurunya.
Mereka tidak akan bersikap jujur kepada guru tersebut.
• Penghargaan menciptakan persaingan di dalam kelas, dan persaingan menciptakan
kecemasan.
• Mereka yang percaya bahwa mereka tidak memiliki kesempatan untuk
mendapatkan penghargaan akan berhenti mencoba.
Penghargaan Mengurangi Ketepatan
• Memberikan penghargaan dan hukuman adalah hal yang sama, karena keduanya
mencoba mengendalikan perilaku seseorang.
• Karena orang pada dasarnya tidak suka dikendalikan, dalam jangka waktu lama,
penghargaan akan terlihat sebagai hukuman.
• Jika suatu penghargaan diharapkan, namun Anda tidak mendapatkannya, Anda akan
merasa dihukum.
Motivasi dari Dalam Diri (Intrinsik)
• Saat seorang anak belajar untuk pertama kali, menggabungkan huruf-huruf dan kata-
kata, serta menyadari bahwa ia dapat membaca, timbul pijar di matanya dan sebuah
senyuman di wajahnya. Anak tersebut begitu gembira bahwa ia telah mempelajari dan
menguasai suatu keterampilan baru. Kesadaran akan kemampuannya bahwa ‘dia’
sudah dapat membaca, sesungguhnya sudah merupakan sebuah penghargaan.
• Jika kita memberikan penghargaan kepada seorang anak pada saat dia sedang merasa
bangga dengan pencapaiannya sendiri, maka kita akan mengambil kegembiraan yang
saat itu sedang dirasakan secara alamiah.
Restitusi: Sebuah Pendekatan
untuk Menciptakan Disiplin
Positif
MULAI
KEYAKINAN
KELAS
Kebutuhan untuk disayangi dan diterima meliputi Kebutuhan ini berhubungan dengan kekuatan
kebutuhan akan hubungan dan koneksi untuk mencapai sesuatu, menjadi kompeten,
sosial,kebutuhan untuk memberi dan menerima menjadi terampil, diakui atas prestasi dan
kasih sayang dan kebutuhan untuk merasa keterampilan kita, didengarkan dan memiliki rasa
menjadi bagian dari suatu kelompok. Kebutuhan harga diri. Kebutuhan ini meliputi keinginan
ini juga meliputi keinginan untuk tetapterhubung untuk dianggap berharga, bisa membuat
dengan orang lain, seperti teman, keluarga, perbedaan, bisa membuat pencapaian, kompeten,
pasangan hidup, teman kerja,binatang peliharaan, diakui, dihormati. Ini meliputi self esteem, dan
dan kelompok dimana kita tergabung keinginan untuk meninggalkan pengaruh.
Bagian dasar dari segitiga bertujuan untuk mengubah identitas anak dari orang yang gagal karena
melakukan kesalahan menjadi orang yang sukses. Anak yang melanggar peraturan karena sedang
mencari perhatian adalah anak yang sedang mengalami kegagalan. Dia mencoba untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya namun ada benturan. Kalau kita mengkritik dia, maka kita akan tetap membuatnya
dalam posisi gagal. Kalau kita ingin ia menjadi reflektif, maka kita harus meyakinkan si anak, dengan
cara mengatakan kalimat-kalimat ini:
• Berbuat salah itu tidak apa-apa.
• Tidak ada manusia yang sempurna
• Saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu.
• Kita bisa menyelesaikan ini.
• Bapak/Ibu tidak tertarik mencari siapa yang salah, tapi Bapak/Ibu ingin mencari solusi dari
permasalahan ini.
• Kamu berhak merasa begitu.
• Apakah kamu sedang menjadi teman yang baik buat dirimu sendiri?
S I S I 2 . VA L I D A S I T I N D A K A N YA N G
S A L A H ( VA L I D AT E T H E M I S B E H . . .
Setiap tindakan kita dilakukan dengan suatu tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan dasar. Kalau kita
memahami kebutuhan dasar apa yang mendasari sebuah tindakan, kita akan bisa menemukan cara-cara
paling efektif untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Menurut Teori Kontrol semua tindakan manusia, baik atau buruk, pasti memiliki maksud/tujuan
tertentu. Seorang guru yang memahami teori kontrol pasti akan mengubah pandangannya dari teori
stimulus response ke cara berpikir proaktif yang mengenali tujuan dari setiap tindakan. Kita mungkin
tidak suka sikap seorang anak yang terus menerus merengek, tapi bila sikap itu mendapat perhatian
kita, maka itu telah memenuhi kebutuhan anak tersebut. Kalimat-kalimat di bawah ini mungkin
terdengar asing buat guru, namun bila dikatakan dengan nada tanpa menghakimi akan memvalidasi
kebutuhan mereka.
• “Padahal kamu bisa melakukan yang lebih buruk dari ini ya?”
• “Kamu pasti punya alasan mengapa melakukan hal itu”
• “Kamu patut bangga pada dirimu sendiri karena kamu telah melindungi sesuatu yang penting
buatmu”.
• “Kamu boleh mempertahankan sikap itu, tapi kamu harus menambahkan sikap yang baru.”
S I S I 2 . VA L I D A S I T I N D A K A N YA N G
S A L A H ( VA L I D AT E T H E M I S B E H . . .
Biasanya guru menyuruh anak untuk menghentikan sikap yang tidak baik, tapi teori kontrol
menyatakan bahwa resep itu tidak manjur. Mungkin tindakan guru dengan memvalidasi sikap yang
tidak baik seperti bertentangan dengan aturan yang ada, namun sebetulnya tujuannya untuk
menunjukkan bahwa guru memahami alasan di balik tindakan murid.
Restitusi tidak menyarankan guru bicara ke murid bahwa melanggar aturan adalah sikap yang baik,
tapi dalam restitusi guru harus memahami alasannya, dan paham bahwa setiap orang pasti akan
melakukan yang terbaik di waktu tertentu. Sebuah pelanggaran aturan seringkali memenuhi kebutuhan
anak akan penguasaan/power walaupun seringkali bertabrakan dengan kebutuhan yang lain, yaitu
kebutuhan akan kasih sayang dan rasa diterima/love and belonging. Kalau kita tolak anak yang sedang
berbuat salah, dia akan tetap menjadi bagian dari masalah, namun bila kita memahami alasannya
melakukan sesuatu, maka dia akan merasa dipahami.
Para guru yang telah menerapkan strategi ini mengatakan bahwa anak-anak yang tadinya tidak
terjangkau, menjadi lebih terbuka pada mereka. Strategi ini menguntungkan bagi murid dan guru
karena guru akan berada dalam posisi siswa, dan karena itu akan memiliki perspektif yang berbeda.
S I S I 3 . M E N A N YA K A N K E YA K I N A N
(SEEK THE BELIEF)
Teori kontrol menyatakan bahwa kita pada dasarnya termotivasi secara internal. Ketika identitas
sukses telah tercapai (langkah 1) dan tingkah laku yang salah telah divalidasi (langkah 2), maka anak
akan siap untuk dihubungkan dengan nilai-nilai yang dia percaya, dan berpindah menjadi orang yang
dia inginkan. Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini menghubungkan keyakinan anak dengan keyakinan
kelas atau keluarga.