Anda di halaman 1dari 51

Budaya

Positif
Disiplin Positif dan Nilai-
nilai Kebajikan Universal
“..bila kita ingin membuat kemajuan perlahan,
sedikit-sedikit, ubahlah sikap atau perilaku Anda.
Namun bila kita ingin memperbaiki cara-cara
utama kita, maka kita perlu mengubah kerangka
acuan kita. Ubahlah bagaimana Anda melihat
dunia, bagaimana Anda berpikir tentang manusia,
ubahlah paradigma Anda, skema pemahaman dan
penjelasan aspek-aspek tertentu tentang realitas”.
Makna Kata Disiplin
Ki Hajar menyatakan bahwa untuk mencapai
kemerdekaan atau dalam konteks pendidikan kita saat
ini, untuk menciptakan murid yang merdeka, syarat
utamanya adalah harus ada disiplin yang kuat.
Disiplin yang dimaksud adalah disiplin diri, yang
memiliki motivasi internal. Jika kita tidak memiliki
motivasi internal, maka kita memerlukan pihak lain
untuk mendisiplinkan kita atau motivasi eksternal,
karena berasal dari luar, bukan dari dalam diri kita
sendiri.
Nilai-nilai Kebajikan
ki Hadjar Dewantara maupun Diane
Gossen, di mana kedua pakar pendidikan
mengartikan disiplin sebagai bentuk
kontrol diri, yaitu belajar untuk kontrol
diri agar dapat mencapai suatu tujuan
mulia. Tujuan mulia di sini mengacu pada
nilai-nilai atau prinsip-prinsip mulia yang
dianut seseorang. Kita namakan nilai-
nilai tersebut sebagai nilai-nilai
kebajikan (virtues) yang universal.
PROFIL PELAJAR PANCASILA
Beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan
Berakhlak Mulia.
Lihat Ilustrasi Berikut

Mandiri
Bernalar Kritis
Berkebinekaan Global
Bergotong royong
Kreatif
TEORI MOTIVASI, HUKUMAN DAN
PENGHARGAAN, RESTITUSI

Motivasi Perilaku Manusia


Mari kita tanyakan ke diri kita sendiri, bagaimana kita berperilaku? Mengapa kita
melakukan segala sesuatu? Apakah kita melakukan sesuatu karena adanya dorongan
dari lingkungan, atau ada dorongan yang lain? Terkadang kita melakukan sesuatu
karena kita menghindari rasa sakit atau ketidaknyamanan, terkadang kita juga
melakukan sesuatu untuk mendapatkan apa yang kita mau.
Bagaimana menurut Anda? Pernahkah Anda melakukan sesuatu untuk mendapat
senyuman dari orang lain? Untuk mendapat hadiah? Atau untuk mendapatkan uang?
Apalagi kira-kira alasan orang melakukan sesuatu?
Diane Gossen dalam bukunya Restructuring
School Discipline, menyatakan ada 3
motivasi perilaku manusia:
UNTUK MENJADI ORANG YANG MEREKA
UNTUK MENGHINDARI UNTUK MENDAPATKAN IMBALAN INGINKAN DAN MENGHARGAI DIRI
KETIDAKNYAMANAN ATAU HUKUMAN ATAU PENGHARGAAN DARI ORANG SENDIRI DENGAN NILAI-NILAI YANG
LAIN. MEREKA PERCAYA.

Ini adalah tingkat terendah dari Satu tingkat di atas motivasi yang Orang dengan motivasi ini akan
motivasi perilaku manusia. Biasanya pertama, disini orang berperilaku
orang yang motivasi perilakunya bertanya, akan menjadi orang yang
untuk mendapatkan imbalan atau seperti apabila saya melakukannya?
untuk menghindari hukuman atau penghargaan dari orang lain. Orang
ketidaknyamanan, akan bertanya, apa Mereka melakukan sesuatu karena
dengan motivasi ini akan bertanya,
yang akan terjadi apabila saya tidak nilai-nilai yang mereka yakini dan
apa yang akan saya dapatkan apabila
melakukannya? Sebenarnya mereka hargai, dan mereka melakukannya
saya melakukannya? Mereka
sedang menghindari permasalahan karena mereka ingin menjadi orang
yang mungkin muncul dan melakukan sebuah tindakan untuk
mendapatkan pujian dari orang lain yang melakukan nilai-nilai yang
berpengaruh pada mereka secara fisik, mereka yakini tersebut. Ini adalah
psikologis, maupun tidak yang menurut mereka penting dan
mereka letakkan dalam dunia motivasi yang akan membuat
terpenuhinya kebutuhan mereka, bila
mereka tidak melakukan tindakan berkualitas mereka. Mereka juga seseorang memiliki disiplin positif
tersebut. Motivasi ini bersifat melakukan sesuatu untuk karena motivasi berperilakunya
eksternal. mendapatkan hadiah, pengakuan, bersifat internal, bukan eksternal.
atau imbalan. Motivasi ini juga
bersifat eksternal.
Hukuman,
Konsekuensi dan
Restitusi
Hukuman, Konsekuensi dan Restitusi
Dalam menjalankan peraturan ataupun keyakinan
kelas/sekolah, bilamana ada suatu pelanggaran,
tentunya sesuatu harus terjadi. Untuk itu kita perlu
meninjau ulang tindakan penegakan peraturan atau
keyakinan kelas/sekolah kita selama ini. Tindakan
terhadap suatu pelanggaran pada umumnya
berbentuk hukuman atau konsekuensi. Dalam modul
ini akan diperkenalkan program disiplin positif yang
dinamakan Restitusi.
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk
memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali
pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat
(Gossen; 2004). Restitusi juga merupakan proses kolaboratif
yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah
mereka, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti
apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus
memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996).
Dihukum oleh
Penghargaan
PENGARUH JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG
• Penghargaan efektif jika kita menginginkan seseorang melakukan sesuatu
yang kita inginkan, dalam jangka waktu pendek.
• Jika kita menggunakan penghargaan lagi, dan lagi, maka orang tersebut
akan bergantung pada penghargaan yang diberikan, serta kehilangan
motivasi dari dalam.
• Jika kita mendapatkan penghargaan untuk melakukan sesuatu yang baik,
maka selain kita senantiasa berharap mendapatkan penghargaan tersebut
lagi, kita pun menjadi tidak menyadari tindakan baik yang kita lakukan.
Penghargaan Tidak Efektif
• SUATU PENGHARGAAN ADALAH SUATU BENDA ATAU PERISTIWA YANG
DIINGINKAN, YANG DIBUAT DENGAN PERSYARATAN: HANYA JIKA ANDA
MELAKUKAN HAL INI, MAKA ANDA AKAN MENDAPATKAN PENGHARGAAN
YANG DIINGINKAN.
• JIKA SAYA MENGHARAPKAN SUATU PENGHARGAAN DAN TIDAK
MENDAPATKANNYA, MAKA SAYA AKAN KECEWA DAN BERKECIL HATI, SERTA
KEMUNGKINAN LAIN KALI SAYA TIDAK AKAN BERUSAHA SEKERAS
SEBELUMNYA.
• JIKA KITA MEMBERIKAN SESEORANG SUATU PENGHARGAAN UNTUK
MELAKUKAN SESUATU, MAKA KITA HARUS TERUS MENERUS MEMBERIKAN
PENGHARGAAN ITU JIKA KITA INGIN ORANG TERSEBUT MENERUSKAN
PERILAKU YANG KITA INGINKAN.
• ORANG YANG BERUSAHA BERHENTI MEROKOK, ATAU ORANG YANG
BERUSAHA DIET MENGURUSKAN BADAN BILA DIBERIKAN PENGHARGAAN
HAMPIR PASTI TIDAK BERHASIL.
Penghargaan Merusak Hubungan
• Ketika seorang diberi penghargaan atau dipuji di depan orang banyak, maka yang
lain akan merasa iri, dan sebagian dari mereka akan tidak menyukai orang yang
diberikan penghargaan tersebut.
• Jika seorang guru sering memberikan penghargaan kepada murid-muridnya, besar
kemungkinan murid-muridnya termotivasi hanya untuk menyenangkan gurunya.
Mereka tidak akan bersikap jujur kepada guru tersebut.
• Penghargaan menciptakan persaingan di dalam kelas, dan persaingan menciptakan
kecemasan.
• Mereka yang percaya bahwa mereka tidak memiliki kesempatan untuk
mendapatkan penghargaan akan berhenti mencoba.
Penghargaan Mengurangi Ketepatan

Riset I: Dalam sebuah percobaan, sekelompok anak laki-laki berusia


sekitar 9 tahun diminta untuk melihat gambar-gambar wajah yang
ditampilkan di layar, dan mereka harus memberitahukan jika wajah-
wajah tersebut sama atau berbeda. Gambar-gambar tersebut hampir
sama. Beberapa dari mereka diberi penghargaan (dalam bentuk
uang) pada saat mereka memberikan jawaban benar, sementara
sebagian yang lain tidak.
Hasil: Anak laki-laki yang dibayar membuat lebih banyak kesalahan.
Penghargaan Mengurangi Ketepatan

Riset II: Anak-anak diminta mengingat kata-kata tertentu, kemudian


mereka diminta mengambil kartu yang berisi kata-kata yang diingat
tersebut setiap kali muncul. Beberapa anak diberikan permen setiap
mereka memberikan jawaban yang benar, dan sebagian yang lain
hanya diberitahu saja bila jawaban mereka benar.
Hasil: Anak-anak yang mendapatkan permen jawabannya banyak
yang tidak tepat dibandingkan anak-anak yang hanya diberitahu
jawabannya benar.
PENGHARGAAN MENURUNKAN
KUALITAS
Pengamatan dilakukan pada sekelompok mahasiswa/i
yang sedang kerja praktik di sebuah surat kabar
universitas; saat itu mereka sedang belajar menuliskan
sebuah artikel tentang sebuah judul berita utama. Seiring
waktu mahasiswa/i tersebut semakin mampu bekerja
dengan cepat. Kemudian, ada beberapa mahasiswa/i yang
dibayar untuk setiap judul berita utama yang mereka
mampu hasilkan, dan setelah beberapa lama mahasiswa/i
yang dibayar ini hasil kinerjanya berhenti berkembang.
Mereka yang tidak menerima bayaran terus berupaya
mengasah diri menjadi lebih baik.
Penghargaan Mematikan Kreativitas
• Murid-murid diminta berpikir mengenai hadiah atau penghargaan yang bisa mereka
dapatkan bila berhasil menulis sebuah puisi. Kreatifitas kelompok murid-murid ini
menjadi berkurang, dibandingkan dengan yang tidak diberitahukan tentang hadiah
yang bisa mereka terima.
• Penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan seni atau sebuah penulisan cerita menjadi
kurang kreatif bila dijanjikan sebuah hadiah/penghargaan.
• Dalam tugas-tugas memecahkan masalah, para murid memakan waktu lebih lama
dan memberikan jalan keluar kurang kreatif, saat mereka dijanjikan suatu
penghargaan.
Penghargaan Menghukum
• Penghargaan ‘menghukum’ mereka yang tidak mendapatkan penghargaan. Misalnya
dalam sistem ‘ranking’. Mereka yang mendapatkan ranking kedua akan merasa paling
‘dihukum’.

• Memberikan penghargaan dan hukuman adalah hal yang sama, karena keduanya
mencoba mengendalikan perilaku seseorang.

• Karena orang pada dasarnya tidak suka dikendalikan, dalam jangka waktu lama,
penghargaan akan terlihat sebagai hukuman.

• Jika suatu penghargaan diharapkan, namun Anda tidak mendapatkannya, Anda akan
merasa dihukum.
Motivasi dari Dalam Diri (Intrinsik)

• Saat seorang anak belajar untuk pertama kali, menggabungkan huruf-huruf dan kata-
kata, serta menyadari bahwa ia dapat membaca, timbul pijar di matanya dan sebuah
senyuman di wajahnya. Anak tersebut begitu gembira bahwa ia telah mempelajari dan
menguasai suatu keterampilan baru. Kesadaran akan kemampuannya bahwa ‘dia’
sudah dapat membaca, sesungguhnya sudah merupakan sebuah penghargaan.

• Jika kita memberikan penghargaan kepada seorang anak pada saat dia sedang merasa
bangga dengan pencapaiannya sendiri, maka kita akan mengambil kegembiraan yang
saat itu sedang dirasakan secara alamiah.
Restitusi: Sebuah Pendekatan
untuk Menciptakan Disiplin
Positif
MULAI
KEYAKINAN
KELAS

Mengapa keyakinan kelas, mengapa tidak peraturan


kelas saja?
• Mengapa kita memiliki peraturan tentang penggunaan helm
pada saat mengendarai kendaraan roda dua/motor?
(Kemungkinan jawaban Anda adalah untuk ‘keselamatan’).
• Mengapa kita memiliki peraturan tentang penggunaan
masker dan mencuci tangan setiap saat? (Kemungkinan
jawaban Anda adalah ‘untuk kesehatan dan/atau
keselamatan’).
Nilai-nilai keselamatan atau
kesehatan inilah yang kita sebut
sebagai suatu ‘keyakinan’, yaitu
nilai-nilai kebajikan universal
yang disepakati secara tersirat dan
tersurat, lepas dari latar belakang
suku, negara, bahasa maupun
agamai
Nilai-nilai Kebajikan bahwa
menekankan pada keyakinan
seseorang akan lebih memotivasi
seseorang dari dalam. Seseorang
akan lebih tergerak dan
bersemangat untuk menjalankan
keyakinannya, daripada hanya
sekedar mengikuti serangkaian
peraturan tertulis tanpa makna.
Pembentukan Keyakinan Sekolah/Kelas
• Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang lebih rinci
dan konkrit.
• Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal.
• Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif.
• Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat
dan dipahami oleh semua warga kelas.
• Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan
tersebut.
• Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan
keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat.
• Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu.
Kebutuhan Dasar
Manusia dan
Dunia Berkualitas
KASIH SAYANG DAN RASA DITERIMA PENGUASAAN (KEBUTUHAN PENGAKUAN
(KEB UT UHAN UNTUK DITERIMA) ATAS KEMAMPUAN)

Kebutuhan untuk disayangi dan diterima meliputi Kebutuhan ini berhubungan dengan kekuatan
kebutuhan akan hubungan dan koneksi untuk mencapai sesuatu, menjadi kompeten,
sosial,kebutuhan untuk memberi dan menerima menjadi terampil, diakui atas prestasi dan
kasih sayang dan kebutuhan untuk merasa keterampilan kita, didengarkan dan memiliki rasa
menjadi bagian dari suatu kelompok. Kebutuhan harga diri. Kebutuhan ini meliputi keinginan
ini juga meliputi keinginan untuk tetapterhubung untuk dianggap berharga, bisa membuat
dengan orang lain, seperti teman, keluarga, perbedaan, bisa membuat pencapaian, kompeten,
pasangan hidup, teman kerja,binatang peliharaan, diakui, dihormati. Ini meliputi self esteem, dan
dan kelompok dimana kita tergabung keinginan untuk meninggalkan pengaruh.

Kebutuhan akan kesenangan adalah Kebutuhan untuk bebas adalah kebutuhan


kebutuhan untuk mencari kesenangan, akan kemandirian, otonomi, memiliki
bermain, dan tertawa. Bayangkan hidup tanpa pilihan dan mampu mengendalikan arah
kenikmatan apa pun, betapa menyedihkan. hidup seseorang. Anak-anak dengan
Glasser menghubungkan kebutuhan akan kebutuhan kebebasan yang tinggi
kesenangan dengan belajar. Semua hewan
dengan tingkat intelegensi tinggi (anjing, menginginkan pilihan, mereka perlu banyak
lumba-lumba, primata, dll) bermain. Saat bergerak, suka mencoba-coba, tidak terlalu
mereka bermain, mereka mempelajari terpengaruh orang lain dan senang mencoba
keterampilan hidup yang penting. Manusia hal baru dan menarik.
tidak berbeda

KE SENANGAN (KEBUTUHAN UNT UK KEB EB ASAN (KEBUTUHAN AKAN


MER AS A SENANG) PIL IHAN)
Konsep 5 kebutuhan dasar manusia tidak hanya
berlaku bagi anak-anak atau murid-murid, namun juga
bagi manusia dewasa, dalam setting sekolah adalah
para tenaga pendidik dan kependidikan. Lihatlah para
guru di sekolah Anda. Dapatkan Anda memprediksi
kira-kira guru mana yang memiliki kebutuhan dasar
yang tinggi akan penguasaan, kebebasan, kesenangan,
atau kasih sayang dan rasa diterima? Kebutuhan dasar
mana yang sedang berusaha dipenuhi oleh guru
ketika mereka melakukan sebuah tindakan tertentu?
Kalau begitu, apa yang dapat dilakukan oleh seorang
pemimpin sekolah berdasarkan konsep 5 kebutuhan
dasar ini dalam rangka mewujudkan lingkungan dan
budaya sekolah yang positif?
Dunia Berkualitas
Dunia Berkualitas Anda adalah tempat khusus dalam pikiran
Anda, tempat Anda menyimpan gambaran representasi dari
semua yang Anda inginkan: bisa berisi orang-orang, hal-hal dan
apa saja yang terbaik dalam hidup Anda dan membuat Anda
merasa bahagia dan terpenuhi kebutuhan dasar Anda. Dr.
William Glasser menyebutnya seperti semacam album foto
sehingga isinya tidak akan terlalu banyak, hanya akan terdiri
dari beberapa hal saja yang sangat signifikan dan benar-benar
terbaik dalam hidup Anda yang membuat hidup Anda menjadi
lebih bermakna. Kebutuhan dasar bersifat lebih umum dan
universal, sedangkan dunia berkualitas lebih unik dan personal.
RESTITUSI - LIMA
POSISI KONTROL
Penghukum
Penghukum (Nada suara tinggi, Hasil:
Seorang penghukum bisa menggunakan bahasa tubuh: mata melotot, dan jari
hukuman fisik maupun verbal. Orang-orang
yang menjalankan posisi penghukum,
menunjuk-nunjuk menghardik): Kemungkinan murid marah dan
senantiasa mengatakan bahwa sekolah “Terlambat lagi, pasti terlambat lagi, mendendam atau bersifat agresif.
memerlukan sistem atau alat yang dapat selalu datang terlambat, kapan bisa Bisa jadi sesudah kembali duduk,
lebih menekan murid-murid lebih dalam datang tepat waktu?” murid tersebut akan mencoret-coret
lagi. Guru-guru yang menerapkan posisi Tanyakan kepada diri Anda: bukunya atau meja tulisnya. Lebih
penghukum akan berkata: Bagaimana perasaan murid bila guru buruk lagi, sepulang sekolah, murid
“Patuhi aturan saya, atau awas!” melihat motor atau mobil bapak/ibu
“Kamu selalu saja salah!” berbicara seperti itu pada saat
“Selalu, pasti selalu yang terakhir selesai” muridnya datang terlambat? guru dan akan menggores kendaraan
Guru seperti ini senantiasa percaya hanya tersebut dengan paku.
ada satu cara agar pembelajaran bisa
berhasil, yaitu cara dia.
Pembuat Merasa Bersalah

Pembuat Merasa Bersalah (Nada Hasil:


Pada posisi ini biasanya guru akan bersuara Murid akan merasa bersalah. Bersalah telah
lebih lembut. Pembuat rasa bersalah akan suara memelas/halus/sedih, bahasa mengecewakan ibu atau bapak gurunya.
menggunakan keheningan yang membuat tubuh: merapat pada anak, lesu): Murid akan merasa menjadi orang yang gagal
orang lain merasa tidak nyaman, bersalah, atau “Adi, kamu ini bagaimana ya? Kamu dan tidak sanggup membahagiakan orang
rendah diri. Kata-kata yang keluar dengan sudah berjanji dengan ibu tidak akan lain. Kadangkala sikap seperti ini lebih
lembut akan seperti: berbahaya dari sikap penghukum, karena
“Ibu sangat kecewa sekali dengan kamu” terlambat lagi. Kamu kenapa ya
emosi akan tertanam rapat di dalam, murid
“Berapa kali Bapak harus memberitahu kamu senang sekali mengecewakan Ibu. menahan perasaan. Tidak seperti murid dalam
ya?” Ibu benar-benar kecewa sekali.” dengan guru penghukum, di mana murid bisa
“Gimana coba, kalau orang tua kamu tahu Bagaimana perasaan murid bila menumpahkan amarahnya walaupun dengan
kamu berbuat begini?” cara negatif. Murid tertekan seperti inilah
Di posisi ini murid akan memiliki penilaian ditegur seperti cara ini?
yang tiba-tiba bisa meletus amarahnya, dan
diri yang buruk tentang diri mereka, murid bisa menyakiti diri sendiri atau orang lain.
merasa tidak berharga, dan telah
mengecewakan orang-orang disayanginya.
Teman

Teman (nada suara: ramah, akrab, Hasil:


Guru pada posisi ini tidak akan menyakiti murid, namun akan
dan bercanda, bahasa tubuh: merapat
Murid akan merasa senang dan akrab
tetap berupaya mengontrol murid melalui persuasi. Posisi
dengan guru. Ini termasuk dampak
teman pada guru bisa negatif ataupun positif. Positif di sini pada murid, mata dan senyum yang positif, hanya saja di sisi negatif
berupa hubungan baik yang terjalin antara guru dan murid.
Guru di posisi teman menggunakan hubungan baik dan humor jenaka) murid menjadi tergantung pada guru
untuk mempengaruhi seseorang. Mereka akan berkata: “Adi, ayolah, bagaimana sih kamu. tersebut. Bila ada masalah, dia merasa
“Ayo bantulah, demi bapak ya?” Kemarin kamu sudah janji ke bapak
“Ayo ingat tidak bantuan Bapak selama ini?” bisa mengandalkan guru tersebut
“Ya sudah kali ini tidak apa-apa. Nanti Ibu bantu bereskan”. bukan, kenapa terlambat lagi? untuk membantunya. Akibat lain dari
Hal negatif dari posisi teman adalah bila suatu saat guru (sambil tertawa ringan). Ya, sudah posisi teman, Adi hanya akan berbuat
tersebut tidak membantu maka murid akan kecewa dan berkata,
“Saya pikir bapak/Ibu teman saya”. Murid merasa
tidak apa-apa, duduk dulu sana. sesuatu bila yang menyuruh adalah
dikecewakan, dan tidak mau lagi berusaha. Hal lain yang Nanti Pak Guru bantu. Kamu ini.” guru tersebut, dan belum tentu berlaku
mungkin timbul adalah murid hanya akan bertindak untuk guru (sambil senyum-senyum). yang sama dengan guru atau orang
tertentu, dan tidak untuk guru lainnya. Murid akan tergantung
Bagaimana perasaan murid dengan lain.
pada guru tersebut.
sikap guru seperti ini?
Pemantau

Pemantau (nada suara datar, bahasa tubuh Hasil:


Memantau berarti mengawasi. Pada saat kita mengawasi, yang formal): Murid memahami konsekuensi yang
kita bertanggung jawab atas perilaku orang-orang yang Guru: “Adi, tahukah kamu jam berapa harus dijalankan karena telah
kita awasi. Posisi pemantau berdasarkan pada peraturan- kita memulai?” melanggar salah satu peraturan
peraturan dan konsekuensi. Dengan menggunakan Adi: “Tahu Pak!”
sanksi/konsekuensi, kita dapat memisahkan hubungan Guru: “Kamu terlambat 15 menit, apakah sekolah. Guru tidak menunjukkan
pribadi kita dengan murid, sebagai seseorang yang kamu sudah mengerti konsekuensi yang suatu emosi yang berlebihan, menjadi
menjalankan posisi pemantau. Pertanyaan yang diajukan harus dilakukan bila terlambat?” marah atau membuat merasa berbuat
Adi: “Paham Pak, saya harus tinggal
seorang pemantau:
kelas pada jam istirahat nanti dan salah. Murid tetap dibuat tidak
“Peraturannya apa?”
mengerjakan tugas ketertinggalan saya.” nyaman yaitu dengan harus tinggal
“Apa yang telah kamu lakukan?” Guru: “Ya, benar, nanti pada saat jam kelas pada waktu jam istirahat dan
“Sanksi atau konsekuensinya apa?” istirahat kamu harus tinggal di kelas untuk
Seorang pemantau sangat mengandalkan penghitungan,
mengerjakan tugas. Guru tetap harus
menyelesaikan tugas yang tertinggal tadi.
catatan, data yang dapat digunakan sebagai bukti atas Saya tunggu” memantau murid pada saat
perilaku seseorang. Posisi ini akan menggunakan stiker, Bagaimana perasaan murid diperlakukan mengerjakan tugas di jam istirahat
slip catatan, daftar cek. Posisi pemantau sendiri berawal seperti ini? karena murid tidak bisa ditinggal
dari teori stimulus-respon, yang menunjukkan tanggung seorang diri.
jawab guru dalam mengontrol murid.
Manajer
Posisi terakhir, Manajer, adalah posisi di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan Tugas seorang manajer bukan untuk mengatur perilaku
seseorang. Kita membimbing murid untuk dapat mengatur
murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung dirinya. Seorang manajer bukannya memisahkan murid dari
murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Seorang manajer kelompoknya, tapi mengembalikan murid tersebut ke
telah memiliki keterampilan di posisi teman maupun pemantau, dan dengan kelompoknya dengan lebih baik dan kuat.
demikian, bisa jadi di waktu-waktu tertentu kembali kepada kedua posisi tersebut Bisa jadi dalam praktik penerapan disiplin sehari-
bila diperlukan. Namun bila kita menginginkan murid-murid kita menjadi manusia hari, kita akan kembali ke posisi Teman atau
yang merdeka, mandiri dan bertanggung jawab, maka kita perlu mengacu kepada Pemantau, karena murid yang ditangani belum siap
Restitusi yang dapat menjadikan murid kita seorang manajer bagi dirinya sendiri. Di diajak berdiskusi atau diundang melakukan restitusi.
manajer, murid diajak untuk menganalisis kebutuhan dirinya, maupun kebutuhan Namun perlu disadari tujuan akhir dari 5 posisi
kontrol seorang guru adalah pencapaian posisi
orang lain. Disini penekanan bukan pada kemampuan membuat konsekuensi, namun
Manajer, di mana di posisi inilah murid dapat
dapat berkolaborasi dengan murid bagaimana memperbaiki kesalahan yang ada. menjadi pribadi yang mandiri, merdeka, dan
Seorang manajer akan berkata bertanggung jawab atas segala perilaku dan
“Apa yang kita yakini?” (kembali ke keyakinan kelas) sikapnya, yang pada akhirnya dapat menciptakan
“Apakah kamu meyakininya?” lingkungan yang positif, nyaman, dan aman.
“Jika kamu meyakininya, apakah kamu bersedia memperbaikinya?”
“Jika kamu memperbaiki ini, hal ini menunjukkan apa tentang dirimu?”
“Apa rencana kamu untuk memperbaiki hal ini?”
Manajer
Manajer (nada suara tulus, bahasa tubuh tidak kaku, mendekat ke murid):
Guru: “Adi, apakah kamu mengetahui jam berapa sekolah dimulai?”
Adi: “Tahu Pak, jam 7:00!”
Guru: “Ya, jadi kamu terlambat, kira-kira bagaimana kamu akan memperbaiki
masalah ini?”
Adi: “Saya bisa menanyakan teman saya Pak, untuk mengejar tugas yang tertinggal.”
Guru: “Baik, itu bisa dilakukan. Apakah besok akan ada masalah untuk kamu agar
bisa hadir tepat waktu ke sekolah?”
Adi: “Tidak Pak, saya bisa hadir tepat waktu.”
Guru: “Baik. Saya hargai usahamu untuk memperbaiki diri”
Bagaimana perasaan murid diperlakukan seperti ini?
Manajer
Pada posisi Manajer maka suara guru sebaiknya tulus. Tidak perlu marah, tidak perlu
meninggikan suara, apalagi menunjuk-nunjuk jari ke murid, berkacak pinggang, atau
bersikap seolah-olah menyesal, tampak sedih sekali akan perbuatan murid ataupun
bersenda gurau menempatkan diri sebagai teman murid.
Fokus ada pada murid, bukan untuk membahagiakan guru atau orang tua. Murid
sudah mengetahui adanya suatu masalah, dan sesuatu perlu terjadi. Bila guru
mengambil posisi Pemantau, guru akan melihat apa konsekuensinya apa
peraturannya? Namun pada posisi Manajer, guru akan mengembalikan tanggung
jawab pada murid untuk mencari jalan keluar permasalahannya, tentu dengan
bimbingan guru.
Restitusi -
Segitiga
Restitusi
T E N TA N G 3 S I S I D A R I S E G I T I G A
R E S T I T U S I . P R O S E S T I G A TA H A PA N
T E R S E B U T D I D A S A R K A N PA D A P R I N S I P -
P R I N S I P U TA M A D A R I T E O R I K O N T R O L ,
YA I T U :
S I S I 1 . M E N S TA B I L K A N I D E N T I TA S
( S TA B I L I Z E T H E I D E N T I T Y )

Bagian dasar dari segitiga bertujuan untuk mengubah identitas anak dari orang yang gagal karena
melakukan kesalahan menjadi orang yang sukses. Anak yang melanggar peraturan karena sedang
mencari perhatian adalah anak yang sedang mengalami kegagalan. Dia mencoba untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya namun ada benturan. Kalau kita mengkritik dia, maka kita akan tetap membuatnya
dalam posisi gagal. Kalau kita ingin ia menjadi reflektif, maka kita harus meyakinkan si anak, dengan
cara mengatakan kalimat-kalimat ini:
• Berbuat salah itu tidak apa-apa.
• Tidak ada manusia yang sempurna
• Saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu.
• Kita bisa menyelesaikan ini.
• Bapak/Ibu tidak tertarik mencari siapa yang salah, tapi Bapak/Ibu ingin mencari solusi dari
permasalahan ini.
• Kamu berhak merasa begitu.
• Apakah kamu sedang menjadi teman yang baik buat dirimu sendiri?
S I S I 2 . VA L I D A S I T I N D A K A N YA N G
S A L A H ( VA L I D AT E T H E M I S B E H . . .

Setiap tindakan kita dilakukan dengan suatu tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan dasar. Kalau kita
memahami kebutuhan dasar apa yang mendasari sebuah tindakan, kita akan bisa menemukan cara-cara
paling efektif untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Menurut Teori Kontrol semua tindakan manusia, baik atau buruk, pasti memiliki maksud/tujuan
tertentu. Seorang guru yang memahami teori kontrol pasti akan mengubah pandangannya dari teori
stimulus response ke cara berpikir proaktif yang mengenali tujuan dari setiap tindakan. Kita mungkin
tidak suka sikap seorang anak yang terus menerus merengek, tapi bila sikap itu mendapat perhatian
kita, maka itu telah memenuhi kebutuhan anak tersebut. Kalimat-kalimat di bawah ini mungkin
terdengar asing buat guru, namun bila dikatakan dengan nada tanpa menghakimi akan memvalidasi
kebutuhan mereka.
• “Padahal kamu bisa melakukan yang lebih buruk dari ini ya?”
• “Kamu pasti punya alasan mengapa melakukan hal itu”
• “Kamu patut bangga pada dirimu sendiri karena kamu telah melindungi sesuatu yang penting
buatmu”.
• “Kamu boleh mempertahankan sikap itu, tapi kamu harus menambahkan sikap yang baru.”
S I S I 2 . VA L I D A S I T I N D A K A N YA N G
S A L A H ( VA L I D AT E T H E M I S B E H . . .

Biasanya guru menyuruh anak untuk menghentikan sikap yang tidak baik, tapi teori kontrol
menyatakan bahwa resep itu tidak manjur. Mungkin tindakan guru dengan memvalidasi sikap yang
tidak baik seperti bertentangan dengan aturan yang ada, namun sebetulnya tujuannya untuk
menunjukkan bahwa guru memahami alasan di balik tindakan murid.
Restitusi tidak menyarankan guru bicara ke murid bahwa melanggar aturan adalah sikap yang baik,
tapi dalam restitusi guru harus memahami alasannya, dan paham bahwa setiap orang pasti akan
melakukan yang terbaik di waktu tertentu. Sebuah pelanggaran aturan seringkali memenuhi kebutuhan
anak akan penguasaan/power walaupun seringkali bertabrakan dengan kebutuhan yang lain, yaitu
kebutuhan akan kasih sayang dan rasa diterima/love and belonging. Kalau kita tolak anak yang sedang
berbuat salah, dia akan tetap menjadi bagian dari masalah, namun bila kita memahami alasannya
melakukan sesuatu, maka dia akan merasa dipahami.
Para guru yang telah menerapkan strategi ini mengatakan bahwa anak-anak yang tadinya tidak
terjangkau, menjadi lebih terbuka pada mereka. Strategi ini menguntungkan bagi murid dan guru
karena guru akan berada dalam posisi siswa, dan karena itu akan memiliki perspektif yang berbeda.
S I S I 3 . M E N A N YA K A N K E YA K I N A N
(SEEK THE BELIEF)

Teori kontrol menyatakan bahwa kita pada dasarnya termotivasi secara internal. Ketika identitas
sukses telah tercapai (langkah 1) dan tingkah laku yang salah telah divalidasi (langkah 2), maka anak
akan siap untuk dihubungkan dengan nilai-nilai yang dia percaya, dan berpindah menjadi orang yang
dia inginkan. Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini menghubungkan keyakinan anak dengan keyakinan
kelas atau keluarga.

• Apa yang kita percaya sebagai kelas atau keluarga?


• Apa nilai-nilai umum yang kita telah sepakati?
• Apa bayangan kita tentang kelas yang ideal?
• Kamu mau jadi orang yang seperti apa?
Penting untuk menanyakan ke anak, kehidupan seperti apa nantinya yang mereka inginkan?
Apakah kamu ingin menjadi orang yang sukses, bertanggung jawab, atau bisa dipercaya?
Kebanyakkan anak akan mengatakan “Iya,” Tapi mereka tidak tahu bagaimana caranya menjadi orang
seperti itu. Guru dapat membantu dengan bertanya, seperti apa jika mereka menjadi orang seperti itu.
ketika anak sudah mendapat gambaran yang jelas tentang orang seperti apa yang mereka inginkan,
guru dapat membantu anak-anak tetap fokus pada gambaran tersebut.

Anda mungkin juga menyukai