Anda di halaman 1dari 25

Assalamu'alaikum Wr.

Wb
Salam dan Bahagia
Bapak /Ibu guru hebat
Pemahaman Modul 1.4
BUDAYA POSITIF

Dais Nurmilati
CGP Angkatan
8
TUJUAN
01Menumbuhkan budaya positif di lingkungan sekolah,yang dilakukan
secara berkolaborasi dengan seluruh warga sekolah dengan membuat
keyakinan kelas.

02 Menumbuhkan motivasi intrinsik dari murid

03
Menumbuhkan karakter murid yang selaras dengan
nilai-nilai kebajikan sesuai dengan profil pelajar
pancasila.
MENCIPTAKAN BUDAYA POSITIF DI
SEKOLAH
• Disiplin positif dan nilai-nilai kebajikan
• Teori motivasi, hukuman dan penghargaan
• Keyakinan kelas
• 5 Kebutuhan Dasar Manusia
• 5 Posisi Kontrol
• Segitiga Restitusi
MAKNA DISIPLIN
Apa yang terbayang di benak kita, ketika
mendengar kata "Disiplin"?
Dalam budaya kita, makna kata disiplin dimaknai
menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang pada
orang lain untuk mendapatkan kepatuhan.
Disiplin dari beberapa sumber adalah sebuah
kesadaran seseorang untuk mau dan mampu
mengendalikan diri dan mematuhi aturan / nilai-
nilai yang telah di sepakati yang berkaitan dengan
aturan maupun norma yang berlaku bagi diri sendiri
maupun dalam lingkungan sosial
Makna disiplin positif, menurut KHD dan Gossen adalah
Disiplin sebagai bentuk kontrol diri, yaitu belajar untuk
kontrol diri agar dapat mencapai suatu tujuan yang mulia.

Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan anak-


anak yang memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa
berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan
dan memiliki motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik.
NILAI-NILAI
KEBAJIKAN
Beberapa institusi atau organisasi pendidikan telah
memiliki nilai- nilai kebajikan yang di yakini dan di
sepakati bersama, diantaranya nilai nilai kebajikan yang
terdapat dalam profil pelajar pancasila.
3 MOTIVASI PERILAKU

01 MANUSIA
Untuk menghindari ketidak nyamanan atau hukuman.
Ini adalah tingkat terendah dari motivasi perilaku manusia. Biasanya orang yang motivasi
perilakunya untuk menghindari hukuman atau ketidaknyamanan, akan bertanya, apa yang akan
terjadi apabila saya tidak melakukannya?

02
Untuk mendapatkan imbalan / penghargaan dari orang lain.
Satu tingkat di atas motivasi yang pertama, disini orang berperilaku untuk mendapatkan
imbalan atau penghargaan dari orang lain. Orang dengan motivasi ini akan bertanya, apa
yang akan saya dapatkan apabila saya melakukannya?

03
Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-
nilai yang mereka percaya. Orang dengan motivasi ini akan bertanya, akan menjadi
orang yang seperti apa apabila saya melakukannya?
KEYAKINAN
KELAS
Mengapa Keyakinan kelas
? Tidak Peraturan kelas ?
Keyakinan Kelas :
Karena keyakinan merupakan nilai-nilai kebajikan (prinsip-prinsip) universal yang disepakati bersama
secara universal, lepas dari latar belakang suku, negara, bahasa maupun agama. Keyakinan akan lebih
memotivasi seseorang dari dalam, atau memotovasi secara instrinsik. Seseorang akan lebih tergerak dan
bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian
peraturan.
Pembuatan keyakinan melibatkan semua warga kelas melalui kegiatan curah pendapat.

Peraturan kelas :
Sejumlah peraturan yang harus ditaati atau dipatuhi di dalam kelas supaya proses belajar
mengajar berlangsung dengan lancar.
Peraturan kelas di buat boleh guru , tidak melibatkan semua warga kelas melalui curah
pendapat.
Pembentukan Keyakinan Sekolah/Kelas

Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang lebih rinci dan
konkrit.
Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal.
Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif.
Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan
dipahami oleh semua warga kelas.
Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut.
Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas
lewat kegiatan curah pendapat.
Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu
nilai-nilai kebajikan yang diterima secara universal lepas dari
latar belakang budaya, bahasa, suku bangsa, maupun agama
berupa hal-hal seperti keadilan, kehormatan, peduli,
integritas, kejujuran, pelayanan, keamanan, kesabaran,
tanggung jawab, mandiri, berprinsip, keselamatan,
kesehatan, dan masih banyak lagi nilai-nilai kebajikan
universal.
Membuat Keyakinan Kelas
Menurut Dr. William Glasser

5 Kebutuhan Dasar
Manusia
1. Kebutuhan Bertahan Hidup ( Survival)
2. Perasaan Diterima oleh kelompoknya
3. Kebutuhan Kebebasan / membuat pilihan
4. Kebutuhan akan kesenangan
5.Penguasaan
Semua orang senantiasa berusaha untuk memenuhi kebutuhannya dengan berbagai cara.
Bila mereka tidak bisa mendapatkan kebutuhannya dengan cara yang positif, mereka bisa
melanggar peraturan atau melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kebajikan.

Seorang murid yang tidak begitu berhasil secara akademik, mungkin


kebutuhannya akan penguasaan tidak terpenuhi di sekolah. Oleh karena itu,
mungkin dia akan mencoba untuk memenuhi kebutuhannya akan penguasaan

Seorang yang tidak merasa diterima oleh teman-temannya, kebutuhannya akan


kasih sayang dan rasa diterima tidak terpenuhi, oleh karena itu dia mungkin akan
memiliki satu teman dan memisahkan diri yang lain.
5 Posisi Kontrol
Berikut ini akan disampaikan suatu program disiplin positif yang
berpusat pada murid, yang dikembangkan oleh Diane Gossen
dengan pendekatan Restitusi, yang disebut dengan 5 Posisi Kontrol.

ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua


ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol
tersebut adalah Penghukum, Pembuat Rasa Bersalah, Teman,
Pemantau dan Manajer.
Segitiga Restitusi
Sisi 1. Menstabilkan Identitas (Stabilize the
Identity)
Bagian dasar dari segitiga bertujuan untuk mengubah identitas anak dari
orang yang gagal karena melakukan kesalahan menjadi orang yang sukses.
contoh kalimat :
• Berbuat salah itu tidak apa-apa.
• Tidak ada manusia yang sempurna
• Saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu.
• Kita bisa menyelesaikan ini.
• Bapak/Ibu tidak tertarik mencari siapa yang salah, tapi Bapak/Ibu ingin
mencari solusi dari permasalahan ini.
Sisi 2. Validasi Tindakan yang Salah
Menurut Teori Kontrol semua tindakan manusia, baik atau buruk, pasti memiliki
maksud/tujuan tertentu. Seorang guru yang memahami teori kontrol pasti akan
mengubah pandangannya dari teori stimulus response ke cara berpikir proaktif yang
mengenali tujuan dari setiap tindakan. Kita mungkin tidak suka sikap seorang anak
yang terus menerus merengek, tapi bila sikap itu mendapat perhatian kita, maka itu
telah memenuhi kebutuhan anak tersebut. Kalimat-kalimat di bawah ini mungkin
terdengar asing buat guru, namun bila dikatakan dengan nada tanpa menghakimi
akan memvalidasi kebutuhan mereka.
Lanjutan

Contoh Kalimat yang biasa digunakan :


• Kamu pasti punya alasan mengapa melakukan hal itu”
• “Kamu patut bangga pada dirimu sendiri karena kamu telah melindungi sesuatu
yang penting buatmu”.
• “Kamu boleh mempertahankan sikap itu, tapi kamu harus menambahkan sikap
yang baru.”
Sisi 3. Menanyakan Keyakinan
Ketika identitas sukses telah tercapai (langkah 1) dan tingkah laku yang salah telah
divalidasi (langkah 2), maka anak akan siap untuk dihubungkan dengan nilai-nilai
yang dia percaya, dan berpindah menjadi orang yang dia inginkan. Pertanyaan-
pertanyaan di bawah ini menghubungkan keyakinan anak dengan keyakinan kelas
atau keluarga.
• Apa yang kita percaya sebagai kelas atau keluarga?
• Apa nilai-nilai umum yang kita telah sepakati?
• Apa bayangan kita tentang kelas yang ideal?
• Kamu mau jadi orang yang seperti apa?
Lanjutan
Penting untuk menanyakan ke anak, kehidupan seperti apa nantinya yang
mereka inginkan?
Kebanyakkan anak akan mengatakan “Iya,” Tapi mereka tidak tahu bagaimana
caranya menjadi orang seperti itu. Guru dapat membantu dengan bertanya,
seperti apa jika mereka menjadi orang seperti itu. ketika anak sudah mendapat
gambaran yang jelas tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, guru dapat
membantu anak-anak tetap fokus pada gambaran tersebut.
Thank You
See you next time!

Anda mungkin juga menyukai