Anda di halaman 1dari 10

3.3.a.4.2.

Eksplorasi Konsep – Refleksi – Halaman 8


Modul 3.3. Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid

Nama CGP : DAIS NURMILATI, S.Pd.I


Asal Sekolah : SMPN 1 SUKARAJA
Pengajar Praktik : CUCU AHMAD SULAEMAN, S.Pd.
Fasilitator : AAS KURNIAWATI, S.Pd.

SITUASI 1
TK Cahaya memiliki sedikit lahan di samping halaman bermain sekolah yang belum dimanfaatkan. Saat ini, lahan tersebut bukan
hanya terlantar namun juga memberikan pemandangan yang kurang apik karena menjadi tempat tumpukan barang-barang yang tidak
terpakai. Pak Segar, guru TK B sangat prihatin dengan kondisi tersebut. Saat ia mengawasi dan mengamati murid-muridnya istirahat
bermain, Pak Segar lalu mengajak beberapa murid-muridnya bercakap-cakap. Ia meminta ide dari murid-muridnya untuk mengetahui
sebaiknya lahan yang luasnya terbatas tersebut digunakan untuk apa. Ia menanyakan apa saja yang mereka inginkan ada di halaman
bermain sekolah mereka. Saat itu, murid-murid memberikan banyak sekali pendapat. Namun, di antara pendapatpendapat yang
diberikan oleh murid, ada salah satunya yang sangat menarik. Murid itu mengatakan bahwa ia ingin ada kebun di sekolah di mana ia
nanti bisa menanam biji jeruk yang dimakannya. Pak Segar merasa ide murid tersebut sangat mungkin untuk diwujudkan dengan
anggaran yang terbatas. Di kelas, Pak Segar lalu mengajak murid-murid untuk mendiskusikan lebih lanjut ide tersebut. Ternyata ide
tersebut juga didukung oleh murid-murid yang lain. Ia lalu meminta murid-muridnya untuk menggambarkan seperti apa kebun impian
mereka. Ia juga menanyakan jenis-jenis tanaman apa yang mereka ingin ada di kebun tersebut. Dari hasil diskusi, Pak Segar tidak
hanya mendapatkan ide tentang kebun seperti apa yang diinginkan oleh anak-anak, namun, anak-anak ternyata juga dapat mengusulkan
bagaimana mereka dapat membantu mewujudkan kebun tersebut. Ada murid yang mengatakan akan membawa biji pepaya yang biasa
ia makan di rumah untuk di tanam di kebun itu. Ide ini kemudian diikuti oleh anak-anak lain yang juga ingin membawa potongan jenis-
jenis sayuran yang dapat ditanam kembali dari sisa potongan sayuran yang mereka konsumsi di rumah. Dengan bantuan pertanyaan-
pertanyaan Pak Segar, anak-anak bahkan dapat memberikan gagasan bagaimana kebun ini bisa dirawat bersama oleh murid-murid.
Seorang murid, yang ayahnya adalah petani bahkan akhirnya menawarkan akan mengajak ayahnya untuk membantu menyiapkan lahan
tersebut supaya siap untuk ditanami, karena ia sering melihat ayahnya melakukan hal tersebut. Pak Segar lalu membawa ide murid-
murid ini kepada kepala sekolah. Kepala Sekolah sangat mendukung ide tersebut dan meminta Pak Segar untuk mendiskusikan lebih
lanjut ide ini dengan guru-guru kelas lain. Setelah dimatangkan, ide yang awalnya berasal dari usulan murid-murid tersebut akhirnya
mewujud menjadi sebuah program yang kemudian disebut dengan “Program Kebun Cahaya”. Setiap kelas di TK Cahaya kini memiliki
kavling kecil di lahan yang tadinya terlantar tersebut dan secara bersama bertanggung jawab untuk merawatnya.

Pertanyaan:

1. Jenis Kegiatan atau program apakah yang dideskripsikan tersebut (Apakah intrakurikuler, ko-
kurikuler, atau ekstrakurikuler)?
2. Dalam setiap situasi, identifikasilah dibagian mana dan bagaimana guru mencoba
mempertimbangkan ‘suara’; ‘pilihan’; dan ‘kepemilikan’ murid untuk mendorong tumbuhnya
kepemimpinan murid. Jelaskan jawaban Ibu/Bapak.
3. Dalam setiap situasi yang digambarkan di atas, apa dimensi Profil Pelajar Pancasila yang
dikembangkan? Jelaskan jawaban Anda!

Jawaban dan Analisis Situasi 1

1. Program tersebut termasuk pada ko-kulikuler karena berfokus pada penguatan karakter murid yang
berhubungan dengan pembelajaran.
2. Guru mempertimbangkan suara siswa ketika guru mengajukan pertanyaan mengenai usul
pemanfaatan lahan. Pilihan diperlihatkan pada keputusan apa saja yang akan siswa tanam, dan
Kepemilikan dapat dilihat dari banyaknya keinginan siswa dalam merawat tanaman yang mereka
tanam, bahkan ada siswa yang menawarkan bantuan ayahnya untuk mempersiapkan lahan
tersebut.
3. Dimensi P3 yang dikembangkan menurut saya adalah gotong Royong,

SITUASI 2

Bu Ara mengajar di Kelas 1 SD. Di awal tahun ajaran baru ia ingin melibatkan murid-muridnya mengatur
sendiri ruang kelas mereka. Bu Ara ingin murid-muridnya memiliki rasa kepemilikan terhadap kelas mereka
sehingga mereka akan secara sadar menjaga dan memelihara kelasnya dengan baik. Ia kemudian meminta
murid-muridnya untuk bekerja kelompok merancang layout kelas. Setiap kelompok diberikan selembar kertas
dan mendiskusikan lalu memutuskan di mana mereka akan meletakkan loker, kursi, meja, tempat sampah,
keranjang buku, lemari buku, meja guru, dsbnya. Karena murid-murid kelas 1 belum semuanya bisa menulis,
maka mereka boleh menggambar. Setelah itu setiap kelompok akan menjelaskan layout kelas kelompok
mereka di depan kelas. Murid-murid lain dapat memberikan pertanyaan tentang layout tersebut. Setelah semua
kelompok melakukan presentasi, mereka kemudian harus memutuskan layout mana yang akan dipilih untuk
diimplementasikan. Setelah dilakukan pemilihan, terpilihlah satu layout yang paling ingin diimplementasikan
oleh murid-murid di kelas tersebut. Namun, Ibu Ara lalu menyadari bahwa layout pilihan tersebut menurut
kacamata dia sebagai guru sepertinya adalah layout yang “paling sulit untuk dilakukan dan paling tidak
efektif”. Namun karena itu yang paling banyak dipilih, Ibu Ara ingin sekali mewujudkan desain itu untuk
menghargai pilihan murid. Ibu Ara sangat galau, karena ia tahu, kalau ia mewujudkan desain tersebut, kelasnya
akan menjadi tidak rapi dan berantakan. Orang tua murid dan kepala sekolah juga pasti akan mempertanyakan.
Ibu Ara pun akhirnya memutuskan untuk berbicara langsung kepada kepala sekolah. Di luar dugaan, kepala
sekolah sangat mengapresiasi upaya bu Ara menghargai pilihan murid-muridnya. Lewat proses diskusi dan
dengan pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh kepala sekolah, Ibu Ara akhirnya memutuskan untuk
tetap mewujudkan layout tersebut dan akan mengevaluasinya setelah beberapa hari diimplementasikan. Proses
evaluasi ini akan menjadi sebuah proses pembelajaran yang berharga buat murid. Setelah beberapa hari
mengimplementasikan layout pilihan murid tersebut, Ibu Ara pun lalu mengajak murid-muridnya berefleksi
dan menanyakan apakah menurut mereka, layout ini membantu mereka untuk belajar, bergerak dan berinteraksi
dengan baik di kelas. Bu Ara memberikan pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk membantu siswa berefleksi.
Ternyata murid-murid Ibu Ara juga merasa bahwa layout tersebut tidak efektif. Ada yang yang bilang tempat
sampahnya ternyata kejauhan. Atau ternyata letak lemari bukunya menghalangi orang untuk melihat ke luar
jendela. Setelah melakukan refleksi, Ibu Ara lalu mengajak murid-muridnya untuk memberikan saran
bagaimana agar layout kelas mereka bisa lebih efektif. Berdasarkan masukan murid-murid, di minggu berikan
layout kelas mereka pun diubah sesuai dengan hasil refleksi, sehingga menjadi lebih efektif.

Pertanyaan

1. Jenis Kegiatan atau program apakah yang dideskripsikan tersebut (Apakah intrakurikuler, ko-
kurikuler, atau ekstrakurikuler)?
2. Dalam setiap situasi, identifikasilah dibagian mana dan bagaimana guru mencoba
mempertimbangkan ‘suara’; ‘pilihan’; dan ‘kepemilikan’ murid untuk mendorong tumbuhnya
kepemimpinan murid. Jelaskan jawaban Ibu/Bapak.
3. Dalam setiap situasi yang digambarkan di atas, apa dimensi Profil Pelajar Pancasila yang
dikembangkan? Jelaskan jawaban Anda!

Jawaban dan Analisis Situasi 2

1. Kegiatan yang dideskripsikan adalah kegiatan ko-kurikuler, terlihat pada penguatan karakter anak
yaitu untuk meningkatkan motivasi belajar melalui kelas impian mereka.
2. Guru mempertimbangkan suara anak pada berbagai layout kelas yang dipresentasikan, guru
mengapresiasi semua layout. Pada aspek pilihan, guru memberikan kesempatan dan peluang untuk
semua layout agar dijadikan opsi, sehingga layout tersulit terpilih atas pilihan bersama. Sementara
pada aspek kepemilikan, guru berusaha mewujudkan pilihan siswa karena itu adalah cerminan
kepemilikan mereka, tetapi dilanjutkan dengan refleksi sehingga dapat dibuat lebih efektif tetapi
tidak menolak pilihan siswa dari awal. Anak belajar secara bermakna.
3. Dimensi P3 yang dikembangkan menurut saya sama seperti pada situasi 1, yaitu Bergotong Royong.

SITUASI 3

SMP Matahari setiap tahun memiliki program yang disebut “study wisata” untuk murid-muridnya di Kelas IX. Biasanya,
kegiatan ini dirancang oleh guru di awal tahun ajaran dan dilaksanakan di akhir tahun ajaran. Walaupun kegiatan ini adalah
kegiatan tahunan yang selalu dinanti-nantikan oleh murid-murid Kelas IX, namun sejak tahun lalu Pak Atap, salah satu guru
kelas IX SMP Matahari merasa kegiatan ini akhirnya hanya menjadi kegiatan wisata rutin, yang lebih bersifat perayaan dan
bersenang-senang. Murid-murid memang tampak senang, namun Pak Atap merasa bahwa murid-murid seharusnya dapat belajar
lebih banyak lagi dari kegiatan study wisata ini. Di awal semester, Pak Atap menyatakan kegelisahanya ini kepada kepala
sekolah yang kemudian menyarankannya untuk membuat komite ad hoc yang disebut dengan Komite Studi Wisata Kelas 9,
yang anggotanya adalah perwakilan guru dan murid. Pak Atap lalu mengajak 2 orang perwakilan guru dan 6 orang perwakilan
murid dari masing-masing Kelas untuk menjadi anggota komite studi wisata tersebut (ada 3 kelas IX di SMP Matahari dan
masing-masing kelas diwakili 2 orang). Karena pelaksanaan studi wisata ini masih lama waktunya, komite ini sepakat bertemu
setiap bulan sekali untuk mendiskusikan semua elemen yang terkait pelaksanaan studi wisata dan akan bertemu seminggu sekali
sebulan sebelum pelaksanaan program tersebut. Di awal pertemuan komite, Pak Atap menanyakan kepada murid-murid anggota
komite tersebut, sejauh ini, pengetahuan dan keterampilan apa saja yang telah mereka pelajari selama di Kelas 9? Pak Atap juga
menjelaskan bahwa sebenarnya tujuan dari kegiatan studi wisata tersebut salah satunya adalah untuk membantu mereka
memperdalam pengetahuan dan memperkuat berbagai keterampilan yang telah mereka pelajari tersebut. Pak Atap lalu
menanyakan kepada murid-murid, apa lagi sebenarnya keuntungan dari kegiatan studi wisata ini untuk mereka. Setelah
menjelaskan tujuan kegiatan studi wisata, Pak Atap lalu menanyakan destinasi seperti apa yang menarik buat mereka, yang
dapat membantu murid mencapai tujuan yang diharapkan dari studi wisata tersebut. Pak Atap menjelaskan kriteria destinasi
wisata yang aman dan memungkinkan untuk dikunjungi dan juga menjelaskan tentang kemungkinan keterbatasan anggaran,
agar murid-murid lebih mindful saat memilih destinasi ini. Murid-murid anggota komite ini kemudian memutuskan melakukan
riset dan juga meminta pendapat teman-teman kelasnya. Melalui proses ini, Pak Atap jadi mengetahui tentang apa yang disukai
oleh murid-murid kelas 9 ini. Setelah diberi waktu melakukan riset, perwakilan murid ini menyortir 3 pilihan destinasi yang
menurut kelas mereka sesuai dengan kriteria. Secara bersama-sama. anggota komite lalu mendiskusikan pilihan-pilihan destinasi
ini. Mereka menggunakan checklist yang mengacu pada kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Destinasi yang memenuhi
semua kriteria pun akhirnya yang dipilih. Murid perwakilan komite ini kemudian membawa destinasi pilihan ini kepada kepala
sekolah. Kepala sekolah lalu meminta komite untuk mempresentasikan ide ini kepada para orang tua Kelas 9. Setelah
mendapatkan persetujuan dan masukan dari para orang tua, Komite Studi Wisata inipun lalu mulai melakukan persiapan secara
matang. Murid-murid dalam komite ini memberikan gagasan tentang apa saja kegiatan yang akan menarik untuk dilakukan,
siapa yang akan memimpin kegiatan, apa yang akan dilakukan saat perjalanan, dsb. Guru-guru dalam komite memberikan
pandangan dan perspektif tentang keamanan, risiko, tantangan yang mungkin akan dihadapi, atau memberikan saran saat murid
merasa bahwa sebuah ide kelihatannya sulit untuk diwujudkan. Proses diskusi tentang studi wisata ini menjadi sangat
kolaboratif. Setelah pelaksanaan Studi Wisata, sebelum komite ini dibubarkan, komite ini juga bertemu lagi untuk kemudian
melakukan refleksi terhadap pelaksanaannya dan memberikan saran perbaikan. Saran perbaikan ini akan menjadi dasar untuk
diskusi awal oleh komite Studi Wisata yang baru di tahun ajaran yang akan datang.

Pertanyaan

1. Jenis Kegiatan atau program apakah yang dideskripsikan tersebut (Apakah intrakurikuler, ko-
kurikuler, atau ekstrakurikuler)?
2. Dalam setiap situasi, identifikasilah dibagian mana dan bagaimana guru mencoba
mempertimbangkan ‘suara’; ‘pilihan’; dan ‘kepemilikan’ murid untuk mendorong tumbuhnya
kepemimpinan murid. Jelaskan jawaban Ibu/Bapak.
3. Dalam setiap situasi yang digambarkan di atas, apa dimensi Profil Pelajar Pancasila yang
dikembangkan? Jelaskan jawaban Anda!
Jawaban dan Analisis Situasi 3

1. Program Studi Tour pada situasi tersebut merupakan kegiatan ko-kulikuler karena dimanfaatkan untuk
pendalaman materi anak-anak.
2. Aspek pertimbangan suara terlihat pada proses diskusi komite ad hoc, program studi yang pada
beberapa tahun terakhir tidak sesuai dengan pendalaman materi pada akhirnya ditemukan solusinya,
yaitu ada beberapa pilihan. Selanjutnya pertimbangan pilihan terlihat pada adanya 3 pilihan tujuan
Study Tour dengan kriteria tertentu. Sementara aspek kepemilikan, hal ini diperlihatkan pada adanyad
diskusi mengenai berbagai aspek keamanan, risiko, tantangan, dengan berkolaborasi. Pada akhirnya
refleksi yang dilakukan sebelum komite dibubarkan, hal ini merupakan penggambaran aspek
kepemilikan.

SITUASI 4

Dalam masa pandemi ini, Pak Bahri, seorang kepala sekolah SMA merasa galau karena sudah selama 1
tahun ajaran, semua kegiatan ekstra kurikuler di sekolahnya harus dihentikan. Ia merasa murid-muridnya masih
perlu melakukan berbagai kegiatan yang dapat mengasah minat dan bakatnya, meskipun di masa pandemi.
Namun ia bingung, dengan segala keterbatasan di masa pandemi ini, kira-kira kegiatan apa yang menarik minat
murid dan masih memungkinkan untuk dapat dilakukan secara daring. Ia kemudian mengajak murid-murid
yang menjadi anggota OSIS untuk bertemu secara daring. Setelah menanyakan kabar, perasaan, dan umpan
balik mereka tentang kegiatan pembelajaran daring yang selama ini dilakukan, barulah Pak Bahri kemudian
menyampaikan kegalauannya. Ia tanyakan apakah murid-murid merasakan kegalauan yang sama dengannya.
Dari pertemuan tersebut, ia mengetahui ternyata murid-murid juga merasakan kegalauan yang sama. Ia lalu
menanyakan apakah anak-anak memiliki saran atau gagasan, bagaimana mereka dapat tetap mengadakan
kegiatan ekstrakurikuler, walaupun secara daring, dan apa saja kegiatan-kegiatan yang sekiranya menarik
minat murid-murid. Ternyata, murid-murid memiliki banyak sekali gagasan yang luar biasa tentang ragam
aktivitas yang dapat dilakukan. Namun, ada beberapa kegiatan yang disarankan yang sepertinya sulit untuk
dilakukan, karena Pak Bahri merasa bahwa tidak ada guru yang memiliki keahlian untuk dapat mengajarkan
kegiatan tersebut. Pak Bahri pun menyampaikan kesulitan tersebut kepada para anggota OSIS. Ternyata,
murid-murid malah memberikan ide untuk meminta agar murid saja yang mengajar kegiatan ekstrakurikuler
tersebut. Mereka rupanya mengetahui ada salah satu teman mereka yang “ahli’ melakukan hal tersebut. Mereka
mengatakan, guru cukup mensupervisi kegiatannya saja, tetapi murid yang memang memiliki keahlian
tersebutlah yang akan mengajarkan teknik-tekniknya. Mereka juga bahkan mengajukan diri untuk membantu
membujuk anak tersebut agar bersedia menjadi ‘guru’ untuk kegiatan ekstra kurikuler tersebut. Akhirnya, atas
kesepakatan bersama, mereka memutuskan untuk melakukan beberapa kegiatan ekstrakurikuler. Ada kegiatan
yang diajar oleh guru, dan untuk beberapa kegiatan yang tidak dapat diajarkan oleh guru, diajarkan oleh murid-
murid dengan supervisi guru. Mereka lalu mendiskusikan jadwal, sumber daya yang diperlukan, dan
pengorganisasiannya. Dibantu oleh OSIS akhirnya kegiatan tersebut dipromosikan dan ternyata, animo murid
untuk terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut sangat besar. Pak Bahri pun merasa senang.

Pertanyaan :

1. Jenis Kegiatan atau program apakah yang dideskripsikan tersebut (Apakah intrakurikuler, ko-
kurikuler, atau ekstrakurikuler)?
2. Dalam setiap situasi, identifikasilah dibagian mana dan bagaimana guru mencoba
mempertimbangkan ‘suara’; ‘pilihan’; dan ‘kepemilikan’ murid untuk mendorong tumbuhnya
kepemimpinan murid. Jelaskan jawaban Ibu/Bapak.
3. Dalam setiap situasi yang digambarkan di atas, apa dimensi Profil Pelajar Pancasila yang
dikembangkan? Jelaskan jawaban Anda!

Jawaban dan Analisis Situasi 4

1. Program yang dideskripsikan tersebut termasuk pada ekstrakulikuler, karena gamblang dijelaskan pada
deskipsi, kegiatan ini pun dilaksanakan dengan narasumber dari murid juga selain dari guru. Kegiatan ini
pun dilaksanakan untuk mengasah skill anak pada beberapa kegiatan yang dituliskan dengan kata
“tersebut”.
2. Pada bagian suara, Pak Bahri menerima berbagai saran dari para anggota OSIS, dan melahirkan berbagai
saran yang menarik yang muncul dari siswa padahal Pak Bahri sendiri ada dalam keadaan bingung pada
awalnya. Pada bagian pilihan, berbagai saran tersebut diberikan kesempatan untuk didiskusikan yaitu
mengenai pengajar yang mengampunya yang pada akhirnya diputuskan ada seorang siswa yang menguasai
skill yang dibutuhkan tetapi tetap akan disupervisi pelaksanaannya oleh guru. Pada bagian kepemilikan,
terlihat anak-anak berdiskusi mengenai berbagai hal yaitu jadwal, sumber daya yang diperlukan, dan
pengorganisasiannya.
3. Dimensi P3 yang tergambar pada proses diskusi tersebut adalah Dimensi Mandiri yaitu pada Elemen
“Pemahaman Diri dan Situasi yang Dihadapi”, mereka melakukan refleksi terhadap kondisi diri dan situasi,
mencari kelebihan dan keterbatasan diri, serta mengenali dan menyadari kebutuhan pengembangan diri
yang sesuai.

SITUASI 5

Dalam satu kesempatan, sebuah SMK menjalankan pembelajaran terintegrasi berbasis proyek. Mata
pelajaran normatif yang terkait adalah Bahasa Indonesia (BI), Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
sebagai mata pelajaran adaptif, dan mata pelajaran Teknologi Pakan Ternak (TPK) sebagai mata pelajaran
produktif. Guru pelajaran TPK menantang murid untuk mengidentifikasi potensi pakan ternak organik dari
lingkungan dan masyarakat sekitar berikut permasalahannya, kemudian menawarkan solusi untuk
mengembangkannya. Tawaran solusi akan dipaparkan melalui presentasi yang secara teknis akan dinilai oleh
Guru TIK dan secara konten bahasa akan dinilai oleh Guru BI. Dalam perjalanan, para murid terlebih dahulu
memutuskan untuk menciptakan pakan ternak organik bagi peternakan ayam negri (broiler) di sekolahnya.
Selama ini pakan yang digunakan adalah pakan jadi yang dibeli oleh sekolah. Para murid kemudian mencari,
dan menguji coba berbagai sumber pakan organik di sekitar lingkungan mereka dan mengolahnya menjadi
pakan ayam broiler. Akhirnya, mereka pun menemukan sumber pakan yang paling cocok dan ekonomis untuk
skala produksi kala itu adalah cacing sutra yang diternak cukup banyak oleh masyarakat di sekitar sekolah.
Setelah beberapa uji coba, mereka juga menemukan bahwa daging ayam broiler yang mengkonsumsi pakan
dengan bahan utama cacing sutra memiliki massa daging lebih banyak dibanding yang mengkonsumsi pakan
ternak biasa. Sekolah melihat hal ini dan menghubungkan para murid dengan media TV lokal untuk
membagikan apa yang mereka lakukan. Tak dikira, hal tersebut dianggap menarik oleh sebuah waralaba ayam
goreng internasional yang beroperasi di kabupaten mereka dan memutuskan untuk menguji dan akhirnya
menyatakan bahwa produk daging ayam broiler murid-murid ini layak untuk digunakan. Para murid pun
diminta untuk memasok sebagian daging ayam untuk franchise tersebut. Selain memproduksi sendiri daging
ayam broiler di sekolah, para murid juga mengajak masyarakat peternak broiler di sekitar sekolah untuk
menggunakan pakan buatan mereka sehingga menghasilkan volume daging yang cukup untuk memasok
daging ayam ke waralaba tersebut.
Pertanyaan :

1. Jenis Kegiatan atau program apakah yang dideskripsikan tersebut (Apakah intrakurikuler, ko-
kurikuler, atau ekstrakurikuler)?
2. Dalam setiap situasi, identifikasilah dibagian mana dan bagaimana guru mencoba
mempertimbangkan ‘suara’; ‘pilihan’; dan ‘kepemilikan’ murid untuk mendorong tumbuhnya
kepemimpinan murid. Jelaskan jawaban Ibu/Bapak.
3. Dalam setiap situasi yang digambarkan di atas, apa dimensi Profil Pelajar Pancasila yang
dikembangkan? Jelaskan jawaban Anda!

Jawaban dan Analisis Situasi 5

1. Program ini termasuk pada kokulikuler karena terintegrasi pada berbagai mata pelajaran yang saling
berhubungan.
2. Pada bagian suara, terlihat pada prosesnya guru mempertimbangkan saran siswa untuk menggunakan
pakan ternak hasil kreatifitas siswa sendiri yaitu cacing sutra. Untuk bagian pilihan, siswa memiliki
peluang untuk setuju diliput oleh media TV dan memasoknya pada franshise internasional yang
menawarkan diri. Sementara aspek kepemilikan, siswa menggunakan pakan buatan mereka dengan
mengajak masyarakat peternak broiler untuk sama-sama menggunakan hasil karya mereka, hal ini
memperlihatkan bahwa mereka memiliki pilihan dan kepemilikan atas ide yang mereka miliki.
3. Dimensi P3 yang tergambar secara kentara adalah Dimensi Kreatif.

SITUASI 6

Pak Tegas adalah seorang guru di sebuah SMK. Sebagai seorang guru di jurusan Teknik Komputer Jaringan
(TKJ) ia kerap didatangi murid-muridnya untuk berdiskusi baik tentang pelajaran ataupun hal lainnya. Suatu
hari, tercetus ide dari murid-murid untuk membuat sebuah wadah kegiatan bagi murid-murid TKJ. Muridmurid
tersebut mengusulkan satu program ekstra kurikuler yang bisa menampung keterampilan dan keahlian mereka
dalam teknik komputer dan jaringan. Berbasis keterampilan dan keahlian mereka di jurusan teknik komputer
dan jaringan, akhirnya disepakati nama program ekstrakurikuler itu dengan nama ITS (Information Technology
Student). Dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan pemandu dari Pak Tegas, murid-murid lalu mematangkan
gagasan tersebut. Mereka mendiskusikan aspek-aspek apa, mengapa, bagaimana, siapa dari program tersebut
secara lebih rinci. Setelah cukup matang, Pak Tegas lalu mengajak murid-muridnya untuk mempresentasikan
ide mereka ini kepada Wakasek. Murid-murid ini pun lalu mempersiapkan presentasi ini. Ketika mendengarkan
presentasi dari murid, Wakasek sangat mendukung. Namun, di pertemuan tersebut Wakasek juga
menyampaikan bahwa anggaran sekolah hanya memungkinkan sebagian kecil saja dari ide murid tersebut yang
dapat dijalankan. Wakasek meminta murid-murid untuk mendiskusikan kembali kirakira apa solusi yang bisa
dilakukan. Setelah melakukan modifikasi ide beberapa kali, akhirnya berjalanlah program tersebut. Mengingat
terbatasnya anggaran, murid-murid memutuskan untuk menyediakan jasa service komputer di tahun pertama
pelaksanaan dengan peralatan seadanya yang tersedia di sekolah. Dari kegiatan itu, murid-murid kemudian
dapat mengumpulkan uang kas yang kemudian menjadi modal untuk membeli perangkat-perangkat lain yang
diperlukan. Di tahun-tahun awal, Pak Tegas memberikan pendampingan langsung kepada murid-muridnya ini,
Di tahun kedua, Pak Tegas hanya mensupervisi dan mengawasi kegiatan. Pembimbingan dilakukan bukan lagi
dari guru kepada murid, tapi dari murid kepada murid. Murid tingkat dua akan membimbing murid tingkat 1.
Program ini pun berlanjut menjadi semakin berkembang. Banyak ide-ide murid yang kemudian semakin
banyak dapat diwujudkan dalam program ini.
Pertanyaan :

1. Jenis Kegiatan atau program apakah yang dideskripsikan tersebut (Apakah intrakurikuler, ko-
kurikuler, atau ekstrakurikuler)?
2. Dalam setiap situasi, identifikasilah dibagian mana dan bagaimana guru mencoba
mempertimbangkan ‘suara’; ‘pilihan’; dan ‘kepemilikan’ murid untuk mendorong tumbuhnya
kepemimpinan murid. Jelaskan jawaban Ibu/Bapak.
3. Dalam setiap situasi yang digambarkan di atas, apa dimensi Profil Pelajar Pancasila yang
dikembangkan? Jelaskan jawaban Anda!

Jawaban dan Analisis Situasi 6

1. Program ini merupakan ekstrakuler karena dilakukan di luar jam pembelajaran. Program ini merupakan
pengembangan potensi dan minat siswa dalam bidang Komputer Jaringan dengan tetap menjadikan guru
untuk membimbing.
2. Pak Tegas mempertimbangkan suara / keinginan murid untuk membentuk suatu ekstrakulikuler
berdasarkan minat mereka, mereka dipersilakan untuk mempresentasikan ide-ide mereka kepada Wakasek.
Pada bagian pilihan, guru mempertimbangkan program yang dijalankan dengan anggaran dan peralatan
seadanya. Dan pada bagian kepemilikan ahirnya mereka dapat membuka jasa servise computer dan
mendapatkan uang kas dari hasil keras mereka.
3. Dimensi P3 yang tergambar adalah Dimensi Bergotong Royong dan Kreatif.

SITUASI VIDEO 1

Pertanyaan :

1. Jenis Kegiatan atau program apakah yang dideskripsikan tersebut (Apakah intrakurikuler, ko-
kurikuler, atau ekstrakurikuler)?
2. Dalam setiap situasi, identifikasilah dibagian mana dan bagaimana guru mencoba
mempertimbangkan ‘suara’; ‘pilihan’; dan ‘kepemilikan’ murid untuk mendorong tumbuhnya
kepemimpinan murid. Jelaskan jawaban Ibu/Bapak.
3. Dalam setiap situasi yang digambarkan di atas, apa dimensi Profil Pelajar Pancasila yang
dikembangkan? Jelaskan jawaban Anda!

Jawaban dari Situasi Video 1

1. Program Pasar Senen Legi SALAM termasuk kegiatan kokulikuler karena kegiatan ini dapat
memperkuat karakter anak terhadap pemahaman ekonomi nyata.
2. Pada bagian suara, guru terlihat pada mempertimbangkan mereka untuk mengikuti kegiatan dan
berdiskusi bersama orang tua dan guru terlebih dahulu sebelum kegiatan berlangsung, dan
mempertimbangkan pilihan murid dan membebaskan mereka untuk mengambil peran sesuai dengan
minatnya. Pada aspek kepemilikan anak-anak terlihat sangat antusias dengan peran-peran yang
mereka ambil, dan bertanggung jawab dengan pilihan yang mereka ambil.
3. Dimensi P3 yang terlihat adalah Bernalar Kritis, Gotong royong dan mandiri

SITUASI VIDEO 2

Pertanyaan :

1. Jenis Kegiatan atau program apakah yang dideskripsikan tersebut (Apakah intrakurikuler, ko-
kurikuler, atau ekstrakurikuler)?
2. Dalam setiap situasi, identifikasilah dibagian mana dan bagaimana guru mencoba
mempertimbangkan ‘suara’; ‘pilihan’; dan ‘kepemilikan’ murid untuk mendorong tumbuhnya
kepemimpinan murid. Jelaskan jawaban Ibu/Bapak.
3. Dalam setiap situasi yang digambarkan di atas, apa dimensi Profil Pelajar Pancasila yang
dikembangkan? Jelaskan jawaban Anda!

Jawaban dari Situasi Video 2

1. Jenis Kegiatan pada SALAM sangat lengkap, milai dari dari intrakulikuler, ko-kulikuler, sampai
ekstrakulikulernya.
2. Pada bagian suara. Fony mengungkpakan berbagai pengalaman lainnya, mengenai bagaimana murid-
murid dilibatkan dalam program-program sekolah. Disini terlihat aspek “pilihan”. Setiap murid
memiliki target semester dan cita-cita yang berbeda, sehingga murid-murid melaksanakan proses
belajar yang berbeda-beda. Pada aspek kepemilikan murid melakukan presentasi di akhir semester.
3. Dimensi P3 yang terdapat pada Sekolah Anak Alam dengan video singkat tersebut adalah dimensi
gotong royong, Kreatif, Mandiri, dan bernalar kritis.

Pembelajaran yang ambil dari tayangan Video 3

Pertanyaan :

1. Jenis Kegiatan atau program apakah yang dideskripsikan tersebut (Apakah intrakurikuler, ko-
kurikuler, atau ekstrakurikuler)?
2. Dalam setiap situasi, identifikasilah dibagian mana dan bagaimana guru mencoba
mempertimbangkan ‘suara’; ‘pilihan’; dan ‘kepemilikan’ murid untuk mendorong tumbuhnya
kepemimpinan murid. Jelaskan jawaban Ibu/Bapak.
3. Dalam setiap situasi yang digambarkan di atas, apa dimensi Profil Pelajar Pancasila yang
dikembangkan? Jelaskan jawaban Anda!

Jawaban dari analisis Video 3:


1. Program yang dilaksanakan tentunya mencakup (intrakurikuler, kokurikuler, ekstrakurikuler. Tetapi
pada tayangan video tidak diberikan rinciannya. Pada video terdapat 2 garis besar/kegiatan yang
dirancang yaitu 1) Mengelola program pembelajaran yang berdampak positif; dan 2) Membangun
kemitraan dengan berbagai lintas komunitas.
2. Pada bagian suara, pilihan dan rasa kepemilikan dipertimbangkan pada tayangan video. Guru
mempertimbangkan suara murid ketika mereka diberikan kebebasan untuk menentukan ide dalam
suatu programyang direncanakan. Pada bagian Pilihan guru mempertimbangkan pilihan murid dalam
pemecahan masalah yang dapat memberikan kebermanfaatan bagi dirinya dan orang yang ada di
sekitarnya. Dan pada bagian Kepemilikan, guru mempertimbangkan kepemilikan murid menjadi agent
of change ( Agen perubahan ) yang berguna bagi dirinya, masyarakat dan lingkungan yang disekitar.
3. Dimensi Profil Pelajar Pancasila yang dikembangkan adalah keseluruhan dari dimensi Profil Pelajar
Pancasila yaitu : Beriman dan bertakwa Kepada Tuhan YMR dan berakhlak mulia, gotong royong,
mandiri, Kreatif dan bernalar kritis.
• Terkait dengan Dimensi P3, pada tayangan video, kegiatan-kegiatan yang dilakukan terdiri dari 2 program
utama yaitu 1) Pengelolaan program yang berdampak positif; dan 2) Membangun kemitraan, yang kedua-
duanya mencakup semua dimensi P3. Menurut Ibu Elia Cokorudy (Guru SD Global Jaya), menurutnya
penting sekali untuk membantu murid-murid meihat kejadian yang ada di sekeliling mereka, mebawa isu
hangat ke dalam kelas dan mengajar mereka berdiskusi, gar mereka menyadari bahwa mereka bagaian dari
masyarakat dan komunitas yang lebih luas. Salah satu murid beliau, Abdul Basit Zubair Tanki yang
merupakan komite lingkungan sekolah juga, mengatakan bahwa dia sering membawa isu hangat ke dalam
kelas, dia bersama temantemannya selalu berdikusi mengenai berbagai isu-isu lingkungan. “Eco-freiendly
Challenger” merupakan salah satu kegiatan yang diajukan oleh Abdul Basit lakukan. Dia didengarkan,
diapresiasi, dan didukung oleh guru dan kepala sekolah. Sehingga dia yakin akan membuat sebuah
perubahan. Terkahir menurut Ibu Indra Sari (Wakasek Kurikullum SMP Insan Teladan), beliau
mengingatkan bahwa pelibatan komunitas dalam berbagai probram pembelajaran adalah keterlibatan
murid harus dapat membantu mewujudkan kepemimpinan murid dan mendorong aspek suaram pilhan, dan
rasa memiliki. Dengan terwujudnya kepemimpinan murid, maka karakter murid akan terbentuk, profil
pelajarpancasila pun akan terwujud.

Anda mungkin juga menyukai