Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL ILMIAH SKRIPSI

PERAN BUDAYA 5S (SALAM, SENYUM, SAPA, SOPAN, SANTUN)


TERHADAP PENANAMAN SIKAP PEDULI SISWA SEBAGAI
IMPLEMENTASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER
DI SD NEGERI 2 PLIKEN

Disusun oleh :
UTARI NOORDIANA RAKHMAWATI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2018
PERAN BUDAYA 5S (SALAM, SENYUM, SAPA, SOPAN, SANTUN)
TERHADAP PENANAMAN SIKAP PEDULI SISWA SEBAGAI
IMPLEMENTASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER
DI SD NEGERI 2 PLIKEN

Utari Noordiana Rakhmawati, Dr. Sriyanto, Agung Nugroho,

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
E-mail : utarinoor4@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskrisikan peran budaya 5S (salam,


senyum, sapa, sopan, santun) terhadap sikap peduli siswa sebagai implemetasi
penguatan pendidikan karakter di SD Negeri 2 Pliken yang meliputi (1) penerapan
budaya 5 S (salam, senyum, sapa, sopan, santun) terhadap penanaman sikap peduli
siswa sebagai implementasi penguatan pendidikan karakter, (2) strategi guru terhadap
penanaman Sikap kepedulian siswa sebagai implementasi penguatan pendidikan
karakter melalui budaya 5 S (salam, senyum, sapa, sopan, santun), (3) faktor
pendukung dan penghambat pelaksanaan budaya 5 S (salam, senyum, sapa, sopan,
santun) terhadap sikap peduli siswa sebagai implementasi penguatan pendidikan
karakter. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan metode deskriptif. Proses
pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Partisipan
penelitian yaitu kepala sekolah, guru, peserta didik SDN 2 Pliken. Hasil penelitian
menunjukan bahwa penerapan budaya 5S (salam, senyum, sapa, sopan, santun)
sebagai penanaman sikap peduli siswa sebagai implementasi penguatan pendidikan
karakter dilakukan melalui salam pagi dan kebiasaan salam dan mlaku mbungkuk
siswa kepada guru, kepala sekolah dan penjaga sekolah. Budaya 5S ditanamkan
melalui startegi yang diterapkan oleh guru yaitu: kegiatan rutin, kegiatan spontan,
pengkondisian dan keteladanan. Pendukung pelaksanaan kegiatan budaya 5S yaitu
guru, kerjasama antar warga sekolah dan faktor lingkungan. Hambatan pelaksanaan
kegiatan budaya 5S yaitu; pergaulan dan Faktor cuaca.

Kata Kunci : pendidikan karakter , penguatan pendidikan karakter, budaya 5s


(salam, senyum, sapa, sopan, santun), sikap peduli, budaya sekolah.

PENDAHULUAN
Globalisasi membuat ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju, kemajuan
tersebut dapat merubah tatanan hidup manusia. Globalisasi memunculkan perilaku
positif dan perilaku negatif. Kurangnya pengawasan dan penanaman karakter yang
baik membuat siswa cenderung kurang peduli, menghargai, menghormati, dan acuh
kepada lingkungan sekitar. Salah satu lembaga yang bertugas untuk menumbuhkan
karakter pada siswa adalah sekolah. Salah satu pendidikan yang diterapkan di sekolah
adalah pendidikan karakter. Pendidikan karakter menurut Stenberg dalam Saptono
(2011: 23) mengemukakan bahwa pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan
dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik (good character)
berlandasakn kebijakan-kebijakan inti (core virtues) yang secara objektif baik bagi
individu maupun masyarakat. Membentuk karakter pada siswa tidak dapat dilakukan
secara instan, diperlukan adanya suatu pembiasaan pada siswa, pembiasaan ini dapat
dilakukan melalui budaya yang ada di sekolah, salah satu budaya yang ada disekolah
adalah budaya 5 S. Budaya 5 S atau budaya salam, senyum, sapa, sopan dan santun
adalah salah satu program yang ada di sekolah guna menggembangkan karakter pada
siswanya. Namun pada kenyataanya dengan adanya perkembangan jaman dan
globalisasi membuat pergaulan menjadi semakin bebas, hal ini berdampak pada etika,
sopan, santun, serta empati siswa yang rendah. Salah satu program yang sedang
gencar-gencarnya diterapkan adalah program penguatan pendidikan karakter.
Program penguatan pendidikan karakter memiliki empat dimensi, salah satunya
adalah olah rasa. Olah rasa berkaitan dengan afeksi atau perasaan seperti emosi,
minat, sikap peduli dan menghargai, serta nilai-nilai luhur. Berdasarkan hasil
wawancara kepada salah satu pengawas TK/SD Unit Pendidikan Kecamatan
Kembaran, beliau mengemukakan respon siswa saat beliau berkunjung di beberapa
sekolah dasar yang ada di kecamatan kembaran siswa cenderung acuh dan tidak mau
tau, bahkan saat ditanya banyak yang tidak mendengarkan dan berlarian sendiri.
Namun berbeda dengan satu SD yaitu SD Negeri 2 Pliken kecamatan Kembaran.
Beliau menuturkan bahwa siswa yang ada di SDN 2 Pliken lebih sopan dan sangat
peduli serta ramah, saat beliau berkujung ke SDN 2 pliken tersebut siswa langsung
datang menghampiri, memberi salam serta menjabat tangan beliau lalu mengantarkan
ke ruang guru. Dari hasil wawancra awal dengan kepala sekolah didapat hasil bahwa
salah satu kegiatan yang berkaitan dengan budaya 5 S adalah budaya salam. Kegiatan
Budaya 5S ini menjadi ketertarikan bagi peneliti untuk untuk mengetahui gambaran
peran budaya 5S (Salam, Senyum, Sapa, Sopan, Santun) terhadap sikap peduli siswa,
Satrategi Guru dalam penanaman sikap peduli siswa, dan faktor pendukung serta
penghambat pelaksanaan kegiatan budaya 5S terhadap penanaman sikap peduli siswa
sebagai penguatan pendidikan karakter di SD Negeri 2 Pliken.
METODE
Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Subyek penelitian adalah kepala
sekolah, guru, dan siswa. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi,
wawancara, dan dokumentasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Penerapan Budaya 5 S (Salam, Senyum, Sapa, Sopan, Santun) Terhadap
Penanaman Sikap Peduli Siswa Sebagai Implementasi Penguatan
Pendidikan Karakter di SD Negeri 2 Pliken
Pendidikan karakter dapat digunakan untuk membentuk perilaku terpuji
pada diri siswa. Pendidikan karakter merupakan pendidikan untuk membentuk
karakter terpuji pada siswa. Menurut Kohn dalam Samani dan Hariyanto (2012:
44) menyatakan pendidikan karakter dalam dua makna, yaitu secara luas dan
sempit. Dalam makna luas, pendidikan karakter mencakup usaha sekolah di luar
bidang akademis, terutama yang bertujuan untuk membantu peserta didik tumbuh
menjadi seseorang yang memiliki karakter baik. Sedangkan dalam makna sempit,
pendidikan karakter dimaknai sebagai pelatihan moral yang merefleksikan nilai-
nilai tertentu. pendidikan karakter merupakan pendidikan diluar bidang akademik
yang sangat penting. Pendidikan bertujuan membentuk moral dan nilai-nilai
luhur yang bermanfaat bagi siswa dimasa mendatang.
Budaya sekolah merupakan sarana yang digunakan sekolah untuk
menanamkan pendidikan karakter dan moral pada siswa. lickona dalam Widyanti
dan yani (2014) bahwa pendidikan karakter yang baik perlu menekankan pada
pembinaan perilaku secara berlanjutan mulai proses moral knowing, moral
feeling dan moral action. Budaya 5S merupakan salah satu kegiatan dari moral
action, melalui budaya 5S diharapkan siswa mampu menguatkan moral, karakter
disiplin, peduli, serta tanggung jawab. Pelaksanaan budaya 5S adalah dengan
cara salam pagi. Siswa dengan diarahkan oleh guru berbaris berderet dan
menyambut siswa dan guru yang datang, dengan cara besalaman, memberikan
senyum dan menyapa dengan cara menyebutkan kata salam seperti
assalamualaikum dan memanggil nama. Selain kegiatan salam pagi terdapat juga
kebiasaan untuk bersalaman dan ngapurancang kepada guru yang dijumpai,
biasanya pada saat jam istirahat. Ngapurancang (dalam budaya jawa
ngapurancang adalah gerak tubuh sedikit membungkung ketika bertemu
seseorang yang lebih dituakan, sebagai penghormatan sebagai sikap sopan
kepada orang yang lebih tua). Selain bersalaman dan ngapurancang terdapat juga
kebiasaan, saat ada tamu yang datang pada jam istirahat siswa langsung datang
menghampiri dan memberikan salam kepada tamu tersebut. Budaya 5S juga
bertujuan untuk menanamkan sikap peduli kepada siswa.
Sikap peduli merupakan salah satu sikap yang terpuji yaitu peka terhadap
apa yang ada di lingkungan sekitar, baik itu mahluk sesama maupun lingkungan
sekitar, Zubaedi (2011: 78) mengatakan bahwa kepedulian (Caring) adalah
kemampuan menunjukan pemahamana terhadap orang lain dengan
memperlakukan secara baik, bersikap dermawan dan dengan semangat
memaafkan. Cerminan sikap peduli yang sering dilakukan oleh siswa dalah
menolong temannya yang sedang kesusahan seperti saat temannya sedang piket
dan membutuhkan ikrak maka siswa lain akan membawakan ikrak untuk
membantu siswa yang sedang piket, selain itu juga siswa sering membantu
penjaga sekolah pada saat pagi hari yaitu dengan cara membantu membersihkan
halaman sekolah dan teras depan kelas masing-masing, siswa juga sering
membantu temannya yang sedang sakit dengan cara menjenguk dengan
didampingi oleh guru atau kepala sekolah. Siswa mengumpukan sumbangan
dalam bentuk uang dan dari uang tersebut siswa membelikan barang berupa buah
atau jajan yang dibawa saat menjenguk temannya.
2. Strategi Guru Terhadap Penanaman Sikap Peduli Siswa Sebagai
Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Budaya 5 S (Salam,
Senyum, Sapa, Sopan, Santun) di SD Negeri 2 Pliken.
Budaya 5S yang telah dilaksanakan bertujuan untuk menanamkan sikap
peduli siswa sebagai implentasi penguatan pendidikan karakter. Hal tersebut
tidak lepas dari stategi yang diterapkan oleh guru. Hampir semua guru
memberikan stategi yang sama untuk menanamkan sikap peduli pada siswa.
Strategi yang diterapkan dapat dilakukan didalam maupun diluar
pembelajaran menurut kementrian pendidikan nasional dalam Samani dan
Hariyanto (2012: 146) dalam kaitan pengembangan budaya sekolah yang
dilaksanakan dalam kaitan pengembangan diri, menyarankan empat hal yang
meliputi kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, dan pengkondisian.
a. Kegiatan rutin Sekolah
Kegitan rutin sekolah yang dilaksanakan adalah kegiatan rutin harian.
Kementrian pendidikan nasional dalam Samani dan Hariyanto (2012: 146)
mengatakan kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilaksanakan perserta didik
secara terus-menerus dan konisisten setiap saat. Kegiatan rutin dari budaya 5S
yang dilakukan di SDN 2 Pliken ada dua kegiatan. Pertama, setiap pagi di depan
gerbang sekolah akan dilaksanakan budaya 5S berupa program salam pagi yang
diikuti oleh seluruh waraga sekolah baik itu kepala sekolah, guru dan siswa.
Program ini dilakukan untuk menanamkan sikap peduli dan tanggung jawab pada
siswa. Kedua, setiap hari siswa akan melaksanakan kegiatan infak harian yang
dipandu oleh guru kelas masing-masing. Perwakilan siswa mengambil kotak
infak di kantor, siswa yang masuk ke kantor wajib mengucap salam dan
mengetuk pintu. Selanjutnya kotak tersebut akan diisi oleh siswa dengan uang
seikhlasnya.
Kegiatan rutin dilaksanakan untuk penananaman sikap peduli melalui
budaya 5S sebagai implementasi penguatan pendidikan karakter yang
dilaksanakan SDN 2 Pliken secara rutin dan terus-menerus oleh warga sekolah.
Program salam pagi mengandung salam, senyum, sapa yang menunjukan sikap
sopan dan santun terhadap sesama. Melalui program salam pagi siswa dan guru
akan melemparkan senyum dan saling menyapa atupun mengucap salam, hal
tersebut akan menanamkan sikap respect terhadap sesama, siswa yang
sebelumnya tidak mengenal lama kelamaan akan saling mengenal satu sama lain.
b. Kegiatan Spontan
Dari hasil penelitian kegiatan spontan yang dilakukan, terdapat empat
kegiatan spontan dalam kaiatannya dengan program 5S. Petama, warga sekolah
selalu bersikap ramah dengan cara memberikan salam ketika bertemu terutama
pada saat jam istirahat pada hal ini contohnya seperti siswa akan menjabat tangan
guru pada saat jam istirahat dan menjabat tangan bila ada tamu pada saat jam
istirahat, serta memberikan senyuman kepada warga sekolah lain. Kedua,
kebanyakan siswa akan ngapurancang ketika bertemu dengan guru atau lewat di
depan guru yang sedang berdiri atau duduk. Ketiga, siswa akan mengucapkan
salam ketika ada seseorang yang memasuki ruang kelas pada jam belajar di
sekolah. Keempat, guru tidak segan untuk menegur atau menghukum siswa
ketika siswa tidak mengikuti aturan.
Kegiatan Spontan yang dilakukan terkait budyaa 5S merupakan kegiatan
yang dilakukan secara tidak terencana seperti yang dikatakan oleh kementrian
pendidikan nasional dalam Samani dan Hariyanto (2012: 146) Kegaiatan spontan
bersifat spontan saat itu juga, terjadi keadaan tertentu. Kegiatan spontan tersebut
dilakukan siswa dan guru untuk menunjukan sikap peduli dikehidupan sehari-
harinya, terutama di lingkungan sekolah.
c. Pengkondisain
Terdapat dua pengkondisian dalam pelaksanakan budaya 5S sebagai
penanaman sikap peduli di SDN 2 Pliken. Pertama, pengkondisian lingkungan
berupa slogan mengenai buadaya 5S yang dipajang di lingkungan sekolah.
Kedua, adanya pengkondisian waktu yang berupa alokasi waktu dalam
pelaksanaan program salam pagi yang dilaksnakan pada pukul 06.30 dan
berakhir pada pukul 07.00. Alokasi ini bertujuan untuk mempermudah
perencanaan kegiatan selanjutnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
kementrian pendidikan nasional dalam Samani dan Hariyanto (2012: 146)
Pengkondisian ialah Penciptaan kondisi yang mendukung keterlaksanaan
pendidikan karakter. Dengan menciptakan kondisi yang mendukung diharapkan
program 5S akan berjalan sesuai tujuan.
d. Keteladanan
keteladanan yang dilakukan guru dalam pelasanaan budaya 5S dengan
memberikan contoh langsung kepada siswa dan melibatkan siswa secara
langsung. Guru memberikan contoh cara bertindak dan bersikap yang
menunjukan kepedulian terhadap sesama. Guru memiliki peran penting terhadap
penanaman sikap peduli siswa. Guru sebagai penuntun dan pemberi teladan bagi
siswa. Hal tersebut sesuai dengan kementrian pendidikan nasional dalam Samani
dan Hariyanto (2012: 146) Keteladanan menimbulkan sikap dan perilaku peserta
didik karena meniru perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan disekolah.
Melaui keteladanan yang diberikan siswa akan meniru hal baik yang diberikan
oleh guru sebagai penuntun atau pemberi contoh.
Selaian ke-empat hal tersebut terdapat juga punishment atau hukuman.
Rahyubi (2014: 69) kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar merupakan
proses perubahan tingkah laku dimana penguatan dan penghargaan (reinforment)
serta hukuman (punishment) menjadi stimulus untuk merangsang siswa dalam
berperilaku. Teori belajar yang dapat digunakan melalui kegiatan 5S salah
satunya adalah teori belajar sosial atau social learning theory. Rahyubi (2014:
98) adalah proses pembelajaran atau tingkah laku yang dibentuk melalui konteks
sosial. Social learning theory menggabungkan antara faktor kognitif, interaksi
dan lingkungan. Melalui budaya 5S siswa dapat belajar mengenai tingkah laku
bagai mana cara ramah kepada orang lain, menghargai dan peduli kepada orang
lain.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Budaya 5 S (Salam,
Senyum, Sapa, Sopan, Santun) Terhadap Sikap Peduli Siswa Sebagai
Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter di SD Negeri 2 Pliken
Keberhasilan Sekolah dalam melaksanakan suatu program atau kegiatan
tidak terlepas dari adanya faktor pendukung dan penghambat.
a. Faktor Pendukung Budaya 5S (Salam, Senyum, Sapa, Sopan, Santun)
Terhadap Sikap Peduli Siswa Sebagai Implementasi Penguatan
Pendidikan Karakter di SD Negeri 2 Pliken.
Budaya 5S yang telah dilaskanakan selama 2 tahun berjalan
dengan baik dan lancar karena terdapat faktor yang mendukung
kegiatan diantaranya adalah adanya niat yang kuat dari guru dan siswa
untuk memperlancar kegiatan yang dilaksanakan setiap harinyaGuru
harus mempelopori kegiatan sehingga berjalan dengan
lancar.Terjadinya kerja sama yang baik antara kepala sekolah, guru
dan siswa. Guru selalu mengajak dan mengarahkan siswa agar
mengikuti kegiatan budaya 5S dengan baik. Pengawasan kepala
sekolah yang baik dan tepat membuat kegiatan budaya 5S selalu
berjalan dengan tertib. Adanya sikap sigap siswa membuat kegiatan
berjalan dengan lancar.
b. Faktor Penghambat Budaya 5S (Salam, Senyum, Sapa, Sopan, Santun)
Terhadap Sikap Peduli Siswa Sebagai Implementasi Penguatan
Pendidikan Karakter di SD Negeri 2 Pliken.
Budaya 5S yang telah berjalan tidak selalu berjalan dengan
lancar karena munculnya beberapa faktor penghambat seperti terdapat
beberapa siswa yang tidak mau mengikuti kegiatan budaya 5S seperi
salam pagi. Hal ini menyebabkan beberapa siswa lainnya mengikuti
hal yang tidak baik ini.
Selain terdapat siswa yang tidak mengikuti kegiatan budaya 5S
terdapat juga faktor cuaca seperti turunnya hujan atau gerimis pada
pagi hari yang membuat kegiatan Budaya 5S terganggu atau tidak bisa
dilaksanakan. Budaya 5S yang tidak bisa dilaksakan jika turun hujan
atau gerimis adalah kegiatan salam pagi yang menggunakan halaman
sekolah sebagai tempat pelaksanaan.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan budaya 5 S (salam, senyum, sapa, sopan, santun) terhadap
penanaman sikap peduli siswa sebagai implementasi penguatan pendidikan
karakter di SD Negeri 2 Pliken. Penerapan budaya 5 S (salam, senyum, sapa,
sopan, santun) dilaksanakan melalui kegiatan salam pagi yaitu dengan cara
guru dan siswa berbaris di depan gerbang sekolah untuk menyambut siswa
dan guru yang datang serta adanya kebiasaan salam dan ngapurancang jika
siswa bertemu guru, kepala sekolah bahkan penjaga sekolah sebagai rasa
hormat, sopan dan santun. Sikap peduli siswa ditunjukan dari hal sederhana
seperti membantu teman yang kesulitan dan menjenguk teman yang sakit.
2. Strategi guru terhadap penanaman Sikap peduli siswa sebagai implementasi
penguatan pendidikan karakter melalui budaya 5 S (salam, senyum, sapa,
sopan, santun) di SD Negeri 2 Pliken. Pada dasarnya guru cenderung
menjalankan statregi yang sama dalam menanamkan sikap peduli sebagai
implementasi penguatan pendidikan karakter pada siswa staretgi yang
diterpakan meliputi kegiatan rutin, kegiatan spontan, pengkondisian, dan
keteladanan. Kegiatan rutin berupa kegiatan salam pagi dan kegiatan infak
setiap harinya. Kegiatan spontan berupa salam, ngapurancang saat bertemu
guru,kepala sekolah dan penjaga sekolah dan juga terdapat teguran pada
siswa. Pengkondisian berupa pengkondisian lingkungan seperti adanya
slogan mengenai budaya 5S (salam, senyum, sapa, sopan, santun) serta
pengkondisian berupa alokasi waktu untuk kegiatan salam pagi. Keteladanan
berupa contoh langsung yang diberikan oleh guru dan melibatkan siswa
langsung sehingga siswa akan mudah mencontoh apa yang dilakukan oleh
guru. Selain ke-empat hal tersebut terdapat juga punishment atau hukuman
berupa teguran dan hukuman lain sperti bersih-bersih punishment bertujuan
agar siswa memiliki efek jera untuk melanggar aturan.
3. Faktor pendukung pelaksanaan budaya 5 S (salam, senyum, sapa, sopan,
santun) terhadap penanaman sikap peduli siswa sebagai implementasi
penguatan pendidikan karakter di SD Negeri 2 Pliken adalah niat yang kuat
dari guru dan siswa untuk melancarakan kegiatan budaya 5S seperti salam
pagi yang dilaksakan setiap harinya. Adanya kerjasama antara kepala
sekolah, guru dan siswa, guru harus sering mengingatkan dan mendorong
niat siswa agar mau mengikuti kegiatan salam pagi dengan teman-teman
lainnya.
4. Faktor penghambat pelaksanaan budaya 5 S (salam, senyum, sapa, sopan,
santun) terhadap penanaman sikap peduli siswa sebagai implementasi
penguatan pendidikan karakter di SD Negeri 2 Pliken adalah terdapat
beberapa siswa yang tidak mengikuti kegiatan budaya 5S yang
mengakibatkan siswa lain ikut-ikutan meninggalkan tanggung jawab mereka
untuk mengikuti kegiatan budaya 5S dengan teman-teman dan guru lainya.
Faktor cuaca seperti turunya hujan dan gerimis pada pagi hari yang
mengakibatkan tidak terlaksanya salam pagi

Anda mungkin juga menyukai