Anda di halaman 1dari 25

“PEMIKIRAN KHD

TERHADAP
KONTEKS SOSIO
KULTURAL”
RUANG KOLABORASI A2-CGP A9
Anggota
Kelompok
1. SITI NOOR A'ISAH (SMAN 1 KARANGANYAR)
2. MUSTAHIB (SMAN 2 MRANGGEN)
3. NENY QORYNA (SMAN 1 KARANGANYAR)
4. IIS FITRIYANI (SMAN 1 WEDUNG)
5. NOR LAILI KHOTIMAH (SMAN 1 KARANGANYAR)
6. DESTRIAWAN KURNIADI (SMAN 1 WEDUNG)
Bu Aisah Bu Nor Laili Bu Neny

Pak Darto

Bu Iis Pak Destriawan Pak Mustahib


Apa kekuatan konteks di di
Daerah Anda yang sejalan
dengan pemikiran KHD?
● Gotong Royong (Sambatan)
● Empati (Gugur Gunung)
● Sopan Santun (Bahasa Krama,
Unggah Ungguh)
● Rasa Syukur (Sedekah Bumi)
● Nilai Religius (Maghrib Matikan TV,
Ayo Mengaji)
Sambatan Gugur Gunung

Unggah-ungguh Sedekah Bumi Maghrib Matikan TV


● Gotong Royong
Konsep kolaborasi dalam pendekatan pembelajaran sesuai dengan semangat
gotong royong. Ki Hadjar Dewantara mendorong siswa untuk bekerja bersama,
saling membantu, dan berbagi pengetahuan demi mencapai pemahaman
yang lebih baik (Kusumah & Alawiyah 2021).
● Empati
Mengacu pada prinsip ajaran Ki Hadjar Dewantara, yaitu "ngerasa bisa", dapat
dipahami bahwa konsep "ngerasa" atau merasakan menunjukkan situasi di
mana seseorang berada dalam posisi aktif untuk mengalami perasaan dan
sensasi. Baik melalui tubuh atau melalui panca indera, individu mengalami
langsung, memungkinkan mereka untuk mengevaluasi pengalaman pribadi.
Keinginan untuk merasakan sesuatu dapat bermula dari kedalaman hati
nurani dan rasa empati yang dimiliki oleh seseorang (Nufus & Irnawati, 2020).
● Sopan Santun
Ki Hajar Dewantara sangat menekankan pentingnya menggunakan bahasa
yang sopan dan santun. Kata-kata yang dipilih harus menghormati nilai-nilai
budaya dan tidak merendahkan orang lain (Zunnurrain, 2021).
● Rasa Syukur
Ki Hadjar Dewantara mendorong rasa syukur terhadap budaya dan warisan
bangsa. KHD ingin anak-anak Indonesia menghargai dan menjaga nilai-nilai
budaya mereka, yang merupakan bagian penting dari identitas nasional (Melia,
(2021).
● Nilai Religius
Ki Hajar Dewantara sangat menekankan pentingnya pembentukan karakter
yang baik melalui pendidikan. Ini mencakup nilai-nilai moral dan etika yang
menjadi landasan dalam banyak agama, seperti kejujuran, keadilan, dan kasih
sayang (Afifah, et al., 2023).
Bagaimana pemikiran KHD dapat
dikontekstualkan sesuaikan dengan
nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal
yang relevan menjadi penguatan karakter
murid sebagai individu sekaligus sebagai
anggota masyarakat pada konteks lokal
sosial budaya di daerah Anda?
Gotong Royong dalam
Sambatan
● Diskusi Kelompok dalam pembelajaran
● Melakukan praktikum/percobaan secara
kelompok saat pembelajaran
● Kegiatan kebersihan kelas
Empati dalam Gugur Gunung
● Membantu teman ketika mengalami
kesulitan misalnya pemahaman materi,
dan sedang kesusahan.
● Bakti sosial ke panti Asuhan
● Program siswa Homestay pada
masyarakat tertentu.
Sopan Santun (Bahasa Krama,
Unggah Ungguh)
● Senyum, Sapa, dan Salam
● Penggunaan bahasa kromo inggil pada hari
tertentu
● Salim (Bersalaman) Murid cium tangan Bapak/Ibu
Guru
● Mengucapkan salam saat masuk sekolah
● Izin saat keluar dan masuk kelas
Rasa Syukur (Sedekah Bumi)
● Kegiatan Jum’at Amal
● Penggalangan dana untuk keluarga yang
terkena musibah
● Mengucap hamdalah dan doa setelah pelajaran
● Jurnal Rasa Syukur
Nilai Religius
● Berdoa sebelum KBM dimulai
● Sholat Dhuhur Berjama’ah
● Berdoa sebelum dan setelah KBM selesai
● Membaca Asmaul Husna sebelum pembelajaran
● Shalat Dhuha Bersama
● Tahlil Sebelum Pelajaran di hari Jumat
Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang
menebalkan laku murid di kelas atau sekolah
Anda sesuai dengan konteks lokal sosial
budaya di daerah Anda yang dapat
diterapkan.
Sopan Santun/ Unggah-ungguh

Karena peserta didik membutuhkan


tuntunan dalam hal budi pekerti (sopan
santun). Sopan santun akan melekat pada
diri peserta didik selamanya ketika peserta
didik menjadi manusia dan menjadi anggota
masyarakat.
Sopan Santun/ Unggah-ungguh

Selain metode pembiasaan, metode keteladanan ditunjukkan oleh


guru dan orang dewasa di lingkungan sekolah terutama dalam hal
menepati waktu, memberi dan membalas salam sehingga
menumbuhkan karakter disiplin dan sopan santun pada anak
didik. Hal ini sejalan dengan peran guru dalam falsafah Ing ngarso
sung tuladha (di depan memberikan teladan) (Dewantara, 2013).
Pentingnya Pengembangan Sopan Santun
Interaksi Sosial: Sopan santun membantu siswa berinteraksi secara positif dengan teman
sebaya, guru, dan orang dewasa. Interaksi yang sopan menciptakan lingkungan yang nyaman
dan harmonis di dalam dan di luar kelas.

Kemampuan Berkomunikasi: Sopan santun yang baik mendukung pengembangan


kemampuan komunikasi verbal dan nonverbal. Siswa yang tahu bagaimana berbicara
dengan sopan dan mendengarkan dengan baik akan lebih efektif dalam menyampaikan ide
dan gagasan.

Etika dan Nilai: Sopan santun terkait erat dengan etika dan nilai-nilai masyarakat.
Mengajarkan sopan santun membantu siswa memahami dan menginternalisasi nilai-nilai
seperti menghormati, toleransi, dan empati.

Pengembangan Diri: Sopan santun membantu siswa mengembangkan kepribadian yang


baik dan percaya diri. Mereka akan merasa lebih nyaman dengan diri mereka sendiri dan
mampu menghadapi berbagai situasi dengan tenang.

Pengurangan Konflik: Sopan santun yang dipraktikkan oleh siswa dapat membantu
mengurangi potensi konflik dan pertikaian di sekolah. Ini menciptakan lingkungan yang lebih
kondusif untuk belajar dan tumbuh.
Pentingnya Pengembangan Sopan Santun
Persiapan Dunia Kerja: Sopan santun adalah keterampilan yang sangat dihargai di dunia
kerja. Siswa yang terbiasa dengan sopan santun akan lebih siap menghadapi tantangan
dalam dunia profesional di masa depan.

Citizenship yang Baik: Mengajarkan sopan santun adalah bagian dari membentuk warga
negara yang baik. Siswa yang menghargai orang lain dan menjunjung tinggi norma-norma
sosial akan lebih mungkin berkontribusi positif pada masyarakat.

Pentingnya Etiket Digital: Di era digital, sopan santun juga perlu diterapkan dalam interaksi
online. Mengajarkan siswa tentang etiket digital, seperti cara berkomunikasi yang sopan di
media sosial, sangatlah relevan.

Menghormati Keberagaman: Sopan santun melibatkan menghormati keberagaman


budaya, agama, dan latar belakang lainnya. Ini membantu siswa menjadi lebih terbuka dan
menghargai perbedaan.

Perkembangan Karakter: Sopan santun merupakan bagian penting dari pembentukan


karakter seseorang. Memiliki karakter yang baik akan membantu siswa menjadi individu yang
lebih baik secara keseluruhan.
Penerapan/Aksi Nyata Pengembangan
Sopan Santun

● Guru Piket berdiri di gerbang


masuk
● Melakukan Senyum, Sapa,
dan Salam
● Siswa salim (Bersalaman dan
cium tangan) Bapak/Ibu Guru
Tantangan dan Hambatan
● Kurikulum yang Padat
● Evaluasi dan Pengukuran
● Perbedaan Individu
● Keterlibatan Orang Tua dan Masyarakat
● Pengaruh Media dan Teknologi
● Konsistensi dan Kelanjutan
Referensi
Afifah, N. N., Sakir, M., & Saefullah, M. (2023). Pendidikan, Humanis, Islam. Konsep Pendidikan
Humanis Perspektif Ki Hajar Dewantara Dan Relevansinya Dengan Tujuan Pendidikan
Islam. Alphateach (Jurnal Profesi Kependidikan Dan Keguruan), 3(1).

Dewantara, K. H. (2013). Bagian I: Pendidikan. Yogyakarta: UST Press & Majelis Luhur
Persatuan Tamansiswa.

Kusumah, W., & Alawiyah, T. (2021). Guru Penggerak: Mendorong Gerak Maju Pendidikan
Nasional. Penerbit Andi.

Melia, R. (2021). Konsep Pendidikan Karakter Anak Usia Dini Perspektif Ki Hadjar Dewantara
(Doctoral Dissertation, UIN Raden Intan Lampung).

Nufus, A. B., & Irnawati, I. (2020). Pengamalan Nilai-Nilai Ajaran “Tringa” Ki Hadjar Dewantara
Dalam Menyikapi Pandemi Covid 19. JURNAL KALACAKRA: Ilmu Sosial Dan Pendidikan, 1(1),
45-54.

Zunnurrain, F. I. (2021). Konsep Pendidikan Karakter Dalam Teori Tripusat Pendidikan Ki Hajar
Dewantara Dan Relevansinya Dengan Pendidikan Akhlak. IAIN Purwokerto. http://repository.
iainpurwokerto. ac. id/10398.

Anda mungkin juga menyukai