Anda di halaman 1dari 21

Pertemuan: 4

Hari / Tanggal :

………, ……….. 2020

LEMBARAN KERJA 3

MATA KULIAHFILSAFAT PENDIDIKAN

Prodi ……………………………….

…….. – UNIMED

NILAI

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Nama Mhs :

. NIM :

Materi: Aliran Filsafat Pendidikan Idealisme, Realisme, dan Materialisme.

Indikator Capaian: Dapat mendeskripsikan, menganalisis dan memverifikasi Aliran Filsafat

Pendidikan Idealisme, Realisme, dan Materialisme.

Soal:

1. Diskripsikan minimal 3 pendapat ahli tentang Aliran Filsafat :

- Idealisme

- Realisme

- Materialisme

2. Simpulkan masing-masing mennurut pendapat Saudara deskripsikan di

atas(no.1)!

Jawaban:

Daftar Pustaka:

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT
PENDIDIKAN ( IDEALISME,
REALISME, DAN MATERIALISME )
RABU, 02 MARET 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya

kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah “Filsafat Pendidikan” yang berjudul “Aliran-Aliran

Filsafat Pendidikan”.

Kami menyampaikan terimakasih kepada Bapak Mirza irawan yang telah membimbing

kami. Dan tak lupa kami menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kepada teman-

teman yang telah membantu menyeselesaikan makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami telah

mengerjakan makalah ini dengan sebaik-baiknya, tetapi sebagaimana hakikat manusia sebagai

makhluk ciptaan Tuhan yang tidak sempurna maka, kami meminta maaf yang sebesar-besarnya

apabila dalam makalah ini masih terdapat kesalahan dalam penulisannya.

Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi lebih baiknya makalah ini

dan makalah yang selanjutnya.Terimakasih.

 Penulis,1 Maret 2016      

                                  Kelompok 3

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................       i

DAFTAR ISI................................................................................................      ii

BAB  I PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang..................................................................................     1

B.       Rumusan Masalah.............................................................................     2

C.       Tujuan................................................................................................    2

BAB II PEMBAHASAN

A.      Aliran Filsafat Idealisme

·      Defenisi Aliran Filsafat Idealisme................................................    3 


·      Tokoh-Tokoh Aliran Filsafat Idealisme.......................................     4
·      Prinsip-Prinsip Aliran Filsafat Idealisme......................................    5
·      Implikasi Aliran Filsafat Idealisme...............................................    5
·      Bentuk-Bentuk Aliran Filsafat Idealisme.....................................     6
·      Hubungan Aliran Filsafat Idealisme dalam Pendidikan...............     7
B.       Aliran Filsafat Realisme

·      Defenisi Aliran Filsafat Realisme..................................................    9


·      Tokoh-Tokoh Aliran Filsafat Realisme..........................................   10
·      Prinsip-Prinsip Aliran Filsafat Realisme.......................................    12
·      Implikasi Aliran Filsafat Realisme................................................    12
·      Bentuk-Bentuk Aliran Filsafat Realisme.......................................    13
·      Hubungan Aliran Realisme dan Pendidikan...................................   17
C.      Aliran Filsafat Materialisme

·      Defenisi Aliran Filsafat Materialisme.............................................   18


·      Tokoh-Tokoh Aliran Filsafat Materialisme....................................   19
·      Prinsip-Prinsip Aliran Filsafat Materialisme..................................   19
·      Implikasi Aliran Filsafat Materialisme............................................  19
·      Bentuk-Bentuk Aliran Filsafat Materialisme...................................  20
·      Hubungan Aliran Filsafat Idealisme dalam Pendidikan................... 20

BAB III PENUTUP


A.      Kesimpulan..........................................................................................   23

B.       Saran....................................................................................................   23

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................   24

BAB I

PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG

Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis
dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-
eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari
solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari
proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak
diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama
dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada
sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa
penasaran dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam,
sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang
mempertanyakan segala hal.

Mula-mula filsafat berarti sifat seseorang berusaha menjadi bijak, selanjutnya filsafat mulai
menyempit yaitu lebih menekankan pada latihan berpikir untuk memenuhi kesenangan intelektual
(intelectual curiosity), juga filsafat pada masa ini ialah menjawab pertanyaan yang tinggi yaitu
pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh sains. Secara terminologi filsafat banyak diartikan oleh
para ahli secara berbeda, perbedaan konotasi filsafat disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan
pandangan hidup yang berbeda serta akibat perkembangan filsafat itu sendiri seperti; James melihat
konotasi filsafat sebagai kumpulan pertanyaan yang tidak pernah terjawab oleh sains secara
memuaskan. Russel melihat filsafat pada sifatnya ialah usaha menjawab, objeknya ultimate
question. Phytagoras menunjukkan filsafat sebagai perenungan tentang ketuhanan dan masih
banyak pendapat dari tokoh-tokoh lainnya.

Pada pembahasan kali ini kami ingin membahas mengenai Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan
Idealisme, Realisme, Materialisme.

B.       RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya yaitu :

1.      Jelaskan Defenisi dari Aliran Idealisme, Realisme dan Materialisme ?

2.      Siapa sajakah Tokoh-Tokoh yang beraliran Idealisme Realisme dan Materialisme ?


3.      Apa sajakah Prinsip-Prinsip dari Aliran Idealisme, Realisme, dan Materialisme ?

4.      Bagaimana Implikasi Aliran Idealisme, Realisme dan Materialisme didalam Pendidikan?

5.      Apa sajakah Bentuk-Bentuk dari Aliran Idealisme, Realisme, dan Materialisme?

6.      Bagaimana Hubungan Aliran Idealisme, Realisme, dan Materialisme didalam pendidikan?

C.      TUJUAN MASALAH

1.      Dapat Mengetahui Defenisi Aliran Idealisme, Realisme dan Materialisme

2.      Dapat Mengetahui Tokoh-Tokoh yang beraliran Idealisme Realisme dan Materialisme

3.      Dapat Mengetahui Prinsip-Prinsip dari Aliran Idealisme, Realisme, dan Materialisme

4.  Dapat Mengetahui Implikasi Aliran Idealisme, Realisme dan Materialisme didalam Pendidikan

5.      Dapat Mengetahui Bentuk-Bentuk dari Aliran Idealisme, Realisme, dan Materialisme

6. Dapat Mengetahui Hubungan Aliran Idealisme, Realisme, dan Materialisme didalam pendidikan

BAB II

PEMBAHASAN

      A.    ALIRAN FILSAFAT IDEALISME

1.      Defenisi Aliran Filsafat Idealisme

Idealisme termasuk aliran filsafat pada abad modern. Idealisme berasal dari bahasa Inggris
yaitu Idealism dan kadang juga dipakai istilahnya mentalism atau imaterialisme. Istilah ini pertama
kali digunakan secara filosofis oleh Leibnez pada mula awal abad ke-18. Idealisme diambil dari kata
ide yakni sesuatu yang hadir dalam jiwa. Idealisme dapat diartikan sebagai suatu paham atau aliran
yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan
roh.

Beberapa pengertian Idealisme :

a.         Adanya suatu teori bahwa alam semesta beserta isinya adalah suatu   penjelmaan pikiran. 

b.         Untuk menyakan eksistensi realitas, tergantung pada suatu pikiran dan aktivitas-aktivitas pikiran.
c.        Realitas dijelaskan berkenaan dengan gejala-gejala psikis seperti pikiran-pikiran, diri, roh, ide-ide,
pemikiran mutlak dan lain sebagainya dan bukan berkenaan dengan materi.

d.        Seluruh realitas sangat bersifat mental (spiritual, psikis). Materi dalam bentuk  fisik tidak ada.

e.      Hanya ada aktivitas berjenis pikiran dan isi pikiran yang ada. Dunia eksternal tidak bersifat fisik.

Inti dari Idealisme adalah suatu penekanan pada realitas ide gagasan, pemikiran, akal-pikir
atau kedirian daripada sebagai suatu penekanan pada objek-objek dan daya-daya material.
Idealisme menekankan akal pikir sebagai hal dasar atau lebih dulu ada bagi materi dan bahkan
menganggap bahwa akal pikir adalah sesuatu yang nyata, sedangkan materi adalah akibat yang
ditimbulkan oleh akal-pikir atau jiwa (mind). Hal itu sangat berlawanan dengan materialisme yang
berpendapat bahwa materi adalah nyata ada,  sedangkan akal-pikir (mind) adalah sebuah fenomena
pengiring.

Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik.
Pengetahuan yang diperoleh melaui panca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran ini
memandang nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa yang dikatakan baik, benar, cantik,
buruk secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Pada hakikatnya nilai itu tetap.
Nilai tidak diciptakan manusia, melainkan merupakan bagian dari alam semesta.

2.      Tokoh – Tokoh Aliran Filsafat Idealisme

·      Plato (477 -347 SM)

Menurut Plato, kebaikan merupakan hakikat tertinggi dalam mencari kebenaran. Tugas


ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah
mengetahui ide, manusia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakannya
sebagai alat untuk mengukur, mengklarifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-
hari. Menurut Plato juga tentang teori pengetahuan, idealisme mengemukakan pandangan bahwa
pengetahuan yang diperoleh melallui indera tidak pasti dan tidak lengkap,  karena dunia hanyalah
merupakan hasil akal belaka, karena akal dapat membedakan bentuk spiritual murni dan benda-
benda diluar penjelmaan material.

·      J. G. Fichte (1762-1914 M.)

Ia adalah seorang filsuf Jerman. Ia belajar teologi di Jena (1780-1788 M). Pada tahun
1810-1812 M, ia menjadi rektor Universitas Berlin.   Filsafatnya disebut “Wissenschaftslehre” (ajaran
ilmu pengetahuan). Secara sederhana pemikiran Fichte: manusia memandang objek benda-benda
dengan inderanya. Dalam mengindra objek tersebut, manusia berusaha mengetahui yang
dihadapinya. Maka berjalanlah proses intelektualnya untuk membentuk dan mengabstraksikan
objek itu menjadi pengertian seperti yang dipikirkannya.

·      G. W. F. Hegel (1770-1031 M.)

Ia belajar teologi di Universitas Tubingen dan pada tahun 1791 memperoleh gelar Doktor.
Inti dari filsafat Hegel adalah konsep Geists (roh atau spirit), suatu istilah yang di ilhami oleh
agamanya. Ia berusaha menghubungkan yang mutlak dengan yang tidak mutlak. Yang mutlak itu roh
atau jiwa, menjelma pada alam dan dengan demikian sadarlah ia akan dirinya. Roh itu dalam intinya
ide (berpikir).

3.      Prinsip – Prinsip Aliran Filsafat Idealisme

Prinsip yang mendasari pengetahuan idealisme adalah rasionalisme mengemukakan bahwa


indra kita hanya memberikan materi mentah bagi pengetahuan. Pengetahuan tidak ditemukan dari
pengalaman indra , melainkan dari konsepsi, dalam prinsip-prinsip sebagai hasil aktivitas 
Berpandangan bahwa nilai itu absolut. Tidak berubah dariØjiwa     generasi ke generasi. Pada
hakikatnya nilai itu tetap. Contohnya : hukum moral dan kewajiban manusia manusia untuk berlaku
jujur, adil, ikhlas, pemaaf, kasih sayang sesama manusia dimanapun berada. Diantara lain Prinsip-
prisip Idealisme :

·           Menurut idealisme bahwa realitas tersusun atas substansi sebagaimana gagasan-gagasan atau ide
(spirit). Menurut penganut idealisme, dunia beserta bagian-bagianya harus dipandang sebagai suatu
sistem yang masing-masing unsurnya saling berhubungan. Dunia adalah suatu totalitas, suatu
kesatuan yang logis dan bersifat spiritual.

·           Realitas atau kenyataan yang tampak di alam ini bukanlah kebenaran yang hakiki, melainkan hanya
gambaran atau dari ide-ide yang ada dalam jiwa manusia.

·           Idealisme berpendapat bahwa manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi
dari pada materi bagi kehidupan manusia. Roh pada dasarnya dianggap sebagai suatu hakikat yang
sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut sebagai penjelmaan dari roh atau sukma. Demikian
pula terhadap alam adalah ekspresi dari jiwa.

·           Idealisme berorientasi kepada ide-ide yang theo sentris(berpusat kepada Tuhan), kepada jiwa,
spiritualitas, hal-hal yang ideal (serba cita) dan kepada norma-norma yang mengandung kebenaran
mutlak. Oleh karena nilai-nilai idealisme bercorak spiritual, maka kebanyaakan kaum idealisme
mempercayai adanya Tuhan sebagai ide tertinggi atau Prima Causa dari kejadian alam semesta ini.

4.      Implikasi Aliran Filsafat Idealisme

Implikasi filsafat idealisme dalam pendidikan adalah sebagai berikut :

a.         Tujuan, untuk membentuk karakter, mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan
sosial.

b.         Kurikulum, pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan dan pendidikan praktis untuk
memperoleh pekerjaan.

c.         Metode, diutamakan metode dialektika (saling mengaitkan ilmu yang satu dengan yang
lain), tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.

d.        Peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuan dasarnya.

e.         Pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan melalui kerja sama dengan


alam.

5.      Bentuk-Bentuk Aliran Filsafat Idealisme


Terdapat pengelompokkan-pengelompokkan tentang jenis-jenis idealisme. Berikut akan
diuraikan secara singkat tentang idealisme subyektif, idealisme oyektif, dan personalisme.

a.      Idealisme Subyektif (Immaterialisme)

Idealisme Subyektif  kadang-kadang dinamakan mentalisme atau fenomenalisme.


Seorang idealis subyektif berpendirian bahwa akal, jiwa dan persepsi-persepsinya atau ide-idenya
merupakan segala yang ada. Obyek pengalaman bukan benda material, obyek pengalaman adalah
peersepsi. Benda-benda seperti bangunan dan pohon-pohonan itu ada, tetapi hanya ada dalam akal
yang mempersepsikannya. 

Kaum idealis subyektif mengatakan bahwa tak mungkin ada benda atau persepsi tanpa
seorang yang mengetahui benda atau persepsi tersebut, subyek (akal atau si yang tahu) seakan-akan
menciptakan obyeknya (apa yang disebut materi atau benda-benda) bahwa apa yang riil itu adalah
akal yang sadar atau persepsi yang dilakukan oleh akal tersebut. Mengatakan bahwa suatu benda
ada berarti mengatakan bahwa benda itu dipersepsikan oleh akal.

b.      Idealisme Obyektif

Idealisme Objektif adalah idealisme yang bertitik tolak pada ide di luar ide manusia.
Idealisme objektif ini dikatakan bahwa akal menemukan apa yang sudah terdapat dalam susunan
alam.  Menurut idealisme objektif segala sesuatu baik dalam alam atau masyarakat adalah hasil dari
ciptaan ide universil. Pandangan filsafat seperti ini pada dasarnya mengakui sesuatu yang bukan
materi, yang ada secara abadi di luar manusia, sesuatu yang bukan materi itu ada sebelum dunia
alam semesta ini ada, termasuk manusia dan segala pikiran dan perasaannya.

Kelompok idealis obyektif modern berpendapat bahwa semua bagian alam tercakup
dalam suatu tertib yang meliputi segala sesuatu, dan mereka menghubungkan kesatuan tersebut
kepada ide dan maksud-maksud dari suatu akal yang mutlak (absolute mind).

Kelompok idealis obyektif tidak mengingkari adanya realitas luar atau realitas obyektif.
Mereka percaya bahwa sikap mereka adalah satu-satunya sifat yang bersifat adil kepada segi
obyektif dari pengalaman, oleh karena mereka menemukan dalam alam prinsip: tata tertib, akal dan
maksud yang sama seperti yang ditemukan manusia dalam dirinya sendiri. Terdapat suatu akal yang
memiliki maksud di alam ini. Mereka percaya bahwa hal itu ditemukan bukan sekadar difahami
dalam alam.

c.        Idealisme Personal/ personalisme

Idealisme personal yaitu nilai-nilai perjuangannya untuk menyempurnakan


dirinya. Personalisme muncul sebagai protes terhadap meterialisme mekanik dan idealisme
monistik. Sebagai suatu kelompok, pengikut aliran idealisme personal menunjukkan perhatian yang
lebih besar kepada etika dan lebih sedikit kepada logika daripada pengikut idealisme mutlak.

6.      Hubungan Aliran Filsafat Idealisme dalam Pendidikan

Aliran idealisme terbukti cukup banyak  berpengaruh dalam dunia pendidikan. William T.
Harris adalah salah satu tokoh aliran pendidikan idealisme yang sangat berpengaruh di Amerika
Serikat. Idealisme terpusat tentang keberadaan sekolah. Aliran inilah satu-satunya yang melakukan
oposisi secara fundamental terhadap naturalisme. Pendidikan harus terus eksis sebagai lembaga
untuk proses pemasyarakatan manusia sebagai kebutuhan spiritual, dan tidak sekedar kebutuhan
alam semata.

Bagi aliran idealisme, peserta didik merupakan pribadi tersendiri, sebagai makhluk spiritual.
Guru yang menganut paham idealisme biasanya berkeyakinan bahwa spiritual merupakan suatu
kenyataan, mereka tidak melihat murid sebagai apa adanya, tanpa adanya spiritual.

Sejak idealisme sebagai aliran filsafat pendidikan menjadi keyakinan bahwa realitas adalah
pribadi, maka mulai saat itu dipahami tentang perlunya pengajaran secara individual. Pola
pendidikan yang diajarkan filsafat idealisme berpusat dari idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya
berpusat dari anak atau materi pelajaran, juga bukan masyarakat tapi idealisme. Maka tujuan
pendidikan menurut aliran idealisme terbagi atas tiga hal, tujuan untuk individual, masyarakat, dan
campuran antara keduanya.

Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi
kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis, dan pada
akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan tujuan
pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan antar manusia.
Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan individual dengan
sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan.

Guru dalam sistem pengajaran menurut aliran idealisme berfungsi sebagai :

a.       Guru adalah personifikasi dari kenyataan anak didik. Artinya, guru merupakan wahana atau
fasilitator yang akan mengantarkan anak didik dalam mengenal dunianya lewat materi-materi dalam
aktifitas pembelajaran. Untuk itu, penting bagi guru memahami kondisi peserta didik dari berbagai
sudut, baik mental, fisik, tingkat kecerdasan dan lain sebagainya.

b.      Guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa. Artinya, seorang guru itu
harus mempunyai pengetahuan yang lebih dari pada anak didik.

c.       Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik. Artinya, seorang guru harus mempunyai
potensi pedagogik yaitu kemampuan untuk mengembangkan suatu model pembelajaran, baik dari
segi materi dan yang lainnya.

d.      Guru haruslah menjadi pribadi yang baik, sehingga disegani oleh murid. Artinya, seorang guru harus
mempunyai potensi kepribadian yaitu karakter dan kewibawaan yang berbeda dengan guru yang
lain.

e.       Guru menjadi teman dari para muridnya. Artinya, seorang guru harus mempunyai potensi sosial
yaitu kemampuan dalam hal berinteraksi dengan anak didik.

f.       Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih memfokuskan
pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran yang textbook. Agar
pengetahuan dan pengalamannya aktual.
B.     ALIRAN FILSAFAT REALISME

1.      Defenisi Aliran Filsafat Realisme

Memasuki abad ke-20, realisme muncul. Real berarti yang aktual atau yang ada, kata
tersebut menunjuk kepada benda-benda atau kejadian-kejadian yang sungguh-sungguh, artinya
yang bukan sekadar khayalan atau apa yang ada dalam pikiran. Real menunjukkan apa yang
ada. Pada dasarnya realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme
berbeda dengan materialisme dan idealisme yang bersifat monistis. Realisme berpendapat bahwa
hakikat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rahani. Realisme membagi realitas menjadi
dua bagian, yaitu subyek yang menyadari dan mengetahui disatu pihak, dan dipihak lainnya adalah
adanya realita diluar manusia, yang dapat dijadikan sebagai objek pengetahuan manusia.
Implikasinya Realisme dalam pendidikan adalah kebutuhan dasar dan hak yang mendasar bagi
manusia dan kewajiban penting bagi semua masyarakat untuk memastikan bahwa semua anak-anak
dilahirkan dengan pendidikan yang baik.

Sebagai aliran filsafat, realisme berpendirian bahwa yang ada yang ditangkap pancaindra
dan yang konsepnya ada dalam budi itu memang nyata ada. Contoh : Batu yang tersandung di jalan
yang baru dialami memang ada. Bunga mawar yang bau harumnya merangsang hidung sungguh-
sungguh nyata ada bertengger pada ranting pohonnya di taman bunga. Kucing yang dilihat mencuri
lauk di atas meja makan betul-betul ada dan hidup dalam rumah keluarga itu.

Adanya benda tetumbuhan, makhluk hidup, dan manusia itu lengkap. Mereka tidak hanya
ada dalam bayangan dan budi sebagai esensia atau hakikat yang abstrak, tetapi lengkap dengan
eksistensia atau keberadaan mereka masing-masing. Contoh : Batu yang tersandung waktu orang
melintas di jalan bukan hanya bayangan dan konsep ”kebatuan”, tetapi memang ada, dapat
disentuh, menyembul keluar di badan jalan. Kucing yang mencuri lauk bukan hanya bayangan dan
konsep ”kekucingan”, tetapi betul-betul ada dan bila dipegang memang mencakar

Jadi, yang ada dan dialami oleh pancaindra dan dimengerti oleh budi itu tak dapat diragukan
memang ada; dengan lingkup dan esensia dan eksistensianya, dengan hakikat dan keberadaannya,
dan merupakan makhluk yang ada dan hidup. Karena hanya bila berupa bayangan, konsep,
esensianya saja, bagaimana batu dapat disandungi, bunga mawar dapat dicium baunya, kucing dapat
kelihatan waktu mencuri lauk?

2.      Tokoh – Tokoh Aliran Filsafat Realisme

Beberapa tokoh yang beraliran realisme:

·      Aristoteles

“Menurut Aristoteles (bahasa Yunani: ριστοτέλης, Aristoteles) adalah seorang filosof Yunani, murid


dari Plato dan guru dari Alexander Agung. Dia menulis di banyak mata pelajaran, termasuk fisika,
metafisika, puisi, teater, musik, logika, retorika, politik, pemerintahan, etika, biologi dan zoologi.
Meskipun ia adalah murid Plato selama 20 tahun dan sangat terpengaruh olehnya, ada dalam
filsafatnya yang merupakan reaksi terhadap pemikiran Plato dalam mendefinisikan Soul (jiwa), dia
merasa perlu untuk mempertimbangkan tingkat kehidupan yang berbeda:

a.       Kehidupan Tanaman tingkat terendah dimana hanya ditemukan kemampuan mencari gizi, kekuatan
menerima makanan.
b.      Kehidupan Hewan kemapuan mencari gizi dan kemampuan persepsi-menginginkan kemampuan dan
kekuatan penggerak.

c.       Kehidupan Manusia-memiliki kemampuan berpikir-hewan yang berpikir dan fungsi sejati adalah


hidup secara rasional.”

·      Johan Amos Comenius

“ Menurut John Amos Comenius (28 Maret 1592 -15 November 1670) seorang guru Ceko, ilmuwan,
pendidik, dan penulis. Dia adalah seorang Moravia (uskup) Protestan, pengungsi religius, dan salah
satu pencetus paling awal pendidikan universal, sebuah konsep yang akhirnya ditetapkan dalam
bukunya Didactica Magna. Ia sering dianggap sebagai FATHER OF MODERN EDUCATION.

Konsepsi menarik dari pemikiran Comenius adalah realistis yang jelas, meski keyakinan religiusnya
tidak menyelaraskan dengan hal tersebut. Manusia bagaikan sebuah cermin yang terpenjara dalam
sebuah ruangan, yang merefleksikan gambaran-gambaran dari semua yang ada disekitarnya, dan
menjadi suatu figure hidup untuk menggambarkan karakter dari pikiran. Kamar adalah duniayang
eksternal.”

·      Santo Thomas Aquinas

“Menurut Santo Thomas Aquinas Aliran Realiseme Berkaitan dengan indra. Dimana,  Indra adalah
sumber pengetahuan. Bentuk Manusia universal, atau kategori, dari berbagai persepsi tentang
seperti benda.

a.    Percaya pada pengetahuan melalui indra.

b.   Percaya bahwa baik materi dan hakikat terikat di benda-benda fisik.

c.    Percaya bahwa pengetahuan dimulai dengan rasa persepsi.

d.   Pengetahuan dapat tumbuh di luar indra ketika alasan dunia diterapkan pada pengalaman indrawi.

e.    Percaya dalam menggunakan penalaran induktif untuk sampai pada generalisasi atau universal.

Dia berpikir penyelidikan ilmiah yang didukung Thomas berjuang keras untuk menjawab hubungan
antara Tuhan dan substansi material darimana dunia itu dibuat.

Jika Tuhan adalah roh, maka sesuatu akan terpisah dari-Nya. Jawaban Saint Thomas pada masalah
ini bahwa Tuhan adalah sesuatu yang tanpa batas dan abadi, tidak ada awal atau akhirnya. Oleh
karena itu, benda ini tidak hidup pada waktu sama dengan Tuhan di dalam kekekalan sebelum alam
semesta ini dibuat. Tuhan menciptakan sesuatu benda, dan pada materi utama, Tuhan menciptakan
benda tersebut yang merupakan unsure pokok yang membedakan dengan benda yang lainnya dan
berbeda dengan objek individu dimana dunia itu dibuat. Materi bukanlah satu hal yang otomatis
atau keberadaan yang tanpa sebab.”

·      Rene Descartes

·      Francis Bacon

·      Wiliam Mc Gucken

·      John Locke
·      Galileo

·      David Hume

·      John Stuart Mill.

3.      Prinsip – Prinsip Aliran Filsafat Realisme

Pada prinsip dasarnya realisme merupakan filsafat yang memandang hakikat


wujud/realitas/ontologi secara dualitas, terdiri atas dunia fisik dan rohani. Para pengikut realisme
ada kesepakatan tentang prinsip dasar yang berhubungan dengan pendidikan. Beberapa prinsip
dasar pendidikan realisme adalah sebagai berikut :

·           Belajar pada dasarnya mengutamakan perhatian pada peserta didik seperti apa adanya.

·           Inisiatif dalam pendidikan harus ditekankan pada pendidik bukan pada anak.

·           Inti dari proses pendidikan adalah asimilasi dari subjek mater yang telah ditentukan. Kurikulum
diorganisasikan dan direncanakan dengan pasti oleh guru. Secara luas lingkungan materiil dan sosial,
manusia yang menentukan bagaimana seharusnya ia hidup.

4.       Implikasi Aliran Filsafat Realisme

Power (1982) mengemukakan implikasi pendidikan realisme sebagai berikut :

a.    Tujuan Pendidikan, untuk Penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial

b.    Kedudukan siswa        , Dalam hal pelajaran, menguasai pengetahuan yang handal, dapat dipercaya.
Dalam hal disiplin, peraturan yang baik adalah esensial untuk belajar. Disiplin mental dan moral
dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik.

c.    Peranan guru, Menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar, dan dengan keras
menuntut prestasi dari siswa

d.   Kurikulum, Kurikulum komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna. Berisikan


pengetahuan liberal dan pengetahuan praktis.

e.    Metode, Belajar tergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung. Metode
penyampaian harus logis dan psikologis. Metode Conditioning (SR) merupakan metode utama bagi
realisme sebagai pengikut behaviorisme.

5.      Bentuk-Bentuk Aliran Filsafat Realisme

Realisme merupakan aliran filsafat yang memiliki beraneka ragam bentuk. Kneller membagi
realisme menjadi dua bentuk, yaitu : 1) Realisme Rasional, 2) Realisme Naturalis. (Uyoh Sadullah :
2007 : 103)

1.      Realisme Rasional

Realisme rasional dapat didefinisikan pada dua aliran, yaitu realisme klasik dan realisme religius.
Bentuk utama dari realisme religius ialah “Scholastisisme”.  Realisme klasik ialah filsafat Yunani yang
pertama kali dikembangkan oleh Aristoteles, sedangkan realisme religius, terutama Scholatisisme
oleh Thomas Aquina, dengan menggunakan filsafat Aristoteles dalam membahas teologi gereja.
Thomas Aquina menciptakan filsafat baru dalam agama kristen, yang disebut tomisme, pada saat
filsafat gereja dikuasai oleh neoplatonisme yang dipelopori oleh Plotinus.

Realisme klasik maupun realisme religius menyetujui bahwa dunia materi adalah nyata, dan
berada diluar fikiran (idea) yang mengamatinya. Tetapi sebaliknya, tomisme berpandangan bahwa
materi dan jiwa diciptakan oleh Tuhan, dan jiwa lebih penting daripada materi karena Tuhan adalah
rohani yang sempurna. Tomisme juga mengungkapkan bahwa manusia merupakan suatu
perpaduan/kesatuan materi dan rohani dimana badan dan roh menjadi satu. Manusia bebas dan
bertanggung jawab untuk bertindak, namun manusia juga abadi lahir ke dunia untuk mencintai dan
mengasihi pencipta, karena itu manusia mencari kebahagiaan abadi.

a.      Realisme klasik

Realisme klasik berpandangan bahwa manusia pada hakikatnya memiliki ciri rasional. Dunia
dikenal melalui akal, dimulai dengan prinsip “self evident”, dimana manusia dapat menjangkau
kebenaran umum.. Self evident  merupakan suatu bukti yang ada pada diri (realitas, eksistensi) itu
sendiri. Jadi, bukti tersebut bukan pada materi atau pada realitas yang lain. Self evident  merupakan
asas untuk mengerti kebenaran  dan sekaligus untuk membuktikan kebenaran. Self
evident  merupakan asas bagi pengetahuan artinya pengetahuan yang benar buktinya ada didalam
pengetahuan atau kebenaran pengetahuan itu sendiri.

Pengetahuan tentang Tuhan, sifat-sifat Tuhan, eksistensi Tuhan, adalah bersifat self evident.
Artinya bahwa adanya Tuhan tidak perlu dibuktikan dengan bukti-bukti lain sebab Tuhan itu self
evident. Sifat Tuhan itu Esa, artinya Esa hanya dimiliki Tuhan, tidak ada yang menyamainya terhadap
sifat Tuhan tersebut. Tujuan pendidikan bersifat intelektual. Memperhatikan intelektual adalah
penting, bukan saja sebagai tujuan, melainkan dipergunakan sebagai alat untuk memecahkan
masalah.

b.      Realisme religious

Realisme religious dalam pandangannya tampak dualistis. Ia berpendapat bahwa terdapat


dua order  yang terdiri atas “order natural”  dan  “order supernatural”.  Kedua order tersebut
berpusat pada tuhan. Tuhan adalah pencipta semesta alam dan abadi. Pendidikan merupakan suatu
proses untuk meningkatkan diri, guna mencapai yang abadi. Kemajuan diukur sesuai dengan yang
abadi tersebut yang mengambil tempat dalam alam. Hakikat kebenaran dan kebaikan memiliki
makna dalam pandangan filsafat ini. Kebenaran bukan dibuat, melainkan sudah ditentukan, dimana
belajar harus mencerminkan kebenaran tersebut.

Moral pendidikan berpusat pada ajaran agama. Pendidikan agama sebagai pedoman bagi
anak untuk mencapai Tuhan dan Akhirat.Pandangannya tentang moral, realisme religious
menyetujui bahwa kita dapat memahami banyak hokum moral dengan mengunakan akal, namun
secara tegas beranggapan bahwa hukum-hukum moral tersebut diciptakan oleh Tuhan. Tuhan telah
memberkahi manusia dengan kemampuan rasional yang sangat tinggi untuk memahami hukum
moral tersebut. Tujuan pendidikan adalah keselamatan atau kebahagiaan jasmani dan rohani
sekaligus. Anak yang lahir pada dasarnya rohaninya dalam keadaan baik, penuh rahmat, diisi dengan
nilai-nilai ketuhannan. Anak akan menerima kebaikan dan menjauhi kejahatan bukan hanya karena
perintah akal, melainkan juga karena perintah Tuhan.

Johan Amos Comenius merupakan pemikir pendidikan yang dapat digolongkan pada
realisme religious, mengemukakan bahwa semua manusia harus berusaha untuk mencapai dua
tujuan.
Pertama, keselamatan dan kebahagiaan hidup yang abadi. Kedua, keadaan dan kehidupan
dunia yang sejahtera dan damai. Tujuan pertama merupakan tujuan yang inheren  dalam diri
manusia, dimana tujuannya terletak diluar hidup ini. Pada tujuan yang kedua, Comenius tampaknya
memandang kebahagiaan dan perdamaian dunia merupakan sebahagiaan dari kebahagiaan hidup
yang abadi.

Beberapa prinsip mengajar yang dikemukakan oleh Comenius adalah sebagai berikut :

a.       Pelajaran harus didasarkan pada minat siswa keberhasilan dalam belajar tidak karena dipaksakan
dari luar, melainkan merupakan suatu hasil perkembangan dari dalam pribadinya.

b.      Pada waktu permulaan belajar, guru harus menyusun out line secara garis besar dari setiap mata
pelajaran.

c.       Guru harus menyiapkan dan menyampaikan informasi tentang garis-garis besar pelajaran sebelum
pelajaran dimulai, atau pada waktu permulaan pelajaran.

d.      Kelas harus diisi dengan gambar-gambar, peta, motto, dan sejenisnya yang berkaitan dengan
rencana pelajaran yang akan diberikan.

e.       Guru menyampaiakan pelajaran sedemikian rupa, sehingga pelajaran merupakan suatu kesatuan.
Setiap pelajaran merupakan suatu keseimbangan dari pelajaran sebelumnya, dan untuk
perkembangan pengetahuan secara terus-menerus.

f.       Apapun yang dilakukan guru, hendaknya membantu untuk pengembangan hakikat manusia. Kepada
siswa ditunjukan kepentingan yang praktis dari setiap system nilai.

g.      Pelajaran dalam subjek yang sama diperuntukan bagi semua anak.

2.      Realisme Natural Ilmiah

      Realism natural ilmiah mengatakan bahwa manusia adalah organisme biologis dengan
system syaraf yang kompleks dan secara inheren berpembawaan social (social disposition). Apa yang
dinamakan berfikir merupakan fungsi yang sangat kompleks dari organism yang berhubungan
dengan lingkungannya. Kebanyakan penganut realism natural menolak eksistensi kemauan keras.

      Menurut realisme natural ilmiah, filsafat mencoba meniru objektivitas sains. Karena dunia
sekitar manusia nyata, maka tugas sainslah untuk meneliti sifat-sifatnya. Tugas filsafa
mengkordinasikan konsep-konsep dan temuan-temuan sains yang berlainan dan berbeda-beda.
Perubahan merupakan realitas yang sesuai dengan hokum-hukum alam yang permanen, yang
menyebabkan akam semesta sebagai suatu struktur yang berlangsung terus, karena dunia bebas dari
manusia dan diatur oleh hukum alam, dan manusia memiliki sedikit control, maka sekolah harus
menyediakan subject matter  yang akan memperkenalkan anak dengan dunia sekelilingnya.

      Jadi, menurut realisme ilmiah, pengetahuan yang shahih adalah pengetahuan yang diperolah
melalui pengalaman empiris, dengan jalan observasi, atau penginderaan. Teori pengetahuan yang
mereka ikuti adalah teori pengetahuan “empirisme”, seperti yang diuraikan terdahulu. Menurut
empirisme, pengalaman merupakan factor fundamental dalam pengetahuan, sehingga merupakan
sumber dari pengetahuan manusia.
3.      Neo-Realisme dan Realisme Kritis (Uyoh Sadulloh : 2007 : 110)

Selain aliran-aliran realism diatas, masih ada lagi pandangan-pandangan lain, yang termasuk
realism. Aliran tersebut disebut “Neo-Realisme” dari Frederick Breed, dan “Realisme Kritis” dari
Immanuel Kant. Menurut pandangan Breed, filsafat pendidikan hendaknya harmoni dengan prinsip-
prinsip demokrasi. Prinsip demokrasi adalah hormat dan menghormati atas hak-hak individu.
Pendidikan sebagai pertumbuhan harus diartikan sebagai menerima arah tuntunan social dan
individual. Istilah demokrasi harus didefinisikan kembali sebagai pengawasan dan kesejahteraan
social.

Selanjutnya Breed mengatakan bahwa, sekolah harus menghantarkan pewarisan social


sedemikian rupa untuk menanamkan kepada generasi muda dengan kenyataan bahwa kebenaran
merupakan unsure penting dari tradisi masyarakat. Berkali-kali dia menekankan keharusan
menolong pemuda untuk menyesuaikan diri pada fakta yang sebenarnya, pada alam realitas yang
bebas, yang menjadi unsure utama atau yang menjadi tulang punggung pengalaman manusia.

Semua aliran filsafat pendidikan menyetjui bahwa :

a.       Proses pendidikan berpusat pada tugas mengembangkan laki-laki dan wanita yang hebat dan kuat.

b.      Tugas manusia di dunia adalah memajukan keadilan dan kesejahteraaan umum

c.       Kita seharusnya memandang bahwa tujuan akhir pendidikan adalah memecahkan masalah-masalah
pendidikan.

6.       Hubungan Aliran  Realisme dan Pendidikan

Pendidikan dalam realisme memiliki keterkaitan erat dengan pandangan john locke bahwa
akal-pikiran jiwa manusia tidak lain adalah tabularasa, ruang kosong tak ubahnya kertas putih
kemudian menerima impresi dari lingkungan. Oleh karena itu, pendidikan dipandang dibutuhkan
karena untuk membentuk setiap individu agar mereka menjadi sesuai dengan apa yang dipandang
baik. Dengan demikian, pendidikan dalam realisme kerap diidentikkan sebagai  sebagi upaya
pelaksanaan psikologi behaviorisme ke dalam ruang pengajaran.

Murid adalah sosok yang mengalami inferiorisasi secara berlebih sebab ia dipandang sama
sekali tidak mengetahui apapun kecuali apa-apa yang telah pendidikan berikan. Di sini dalam
pengajaran setiap siswa akan subjek didik tak berbeda dengan robot. Ia mesti tunduk dan takluk
sepatuh-patunya untuk diprogram dan mengerti materi-materi yang telah ditetapkan sedemikian
rupa.

Pada ujung pendidikan, realisme memiliki proyeksi ketika manusia akan dibentuk untuk
hidup dalam nilai-nilai yang telah menjadi common sense sehingga mereka mampu beradaptasi
dengan lingkungan-lingkungan yang ada. Sisi buruk pendidikan model ini kemudian cenderung lebih
banyak dikendalikan skeptisisme positivistik, ketika mereka dalam hal apa pun akan meminta bukti
dalam bentuk-bentuk yang bisa didemonstrasikan secara indrawi.

Realisme memiliki pula jasa bagi perkembangan dunia pendidikan. Salah satunya adalah
dengan temuan gagasan Crezh, salah seorang pendidik di Mosenius pada abad ke-17 dengan karya
Orbic Pictus-nya. Pada periode itu, temuan Orbic Pictus sempat mengejutkan dunia pendidikan dan
dipandang sebagai gagasan baru. Ini disebabkan oleh paling tidak ada periode tersebut belum ada
satupun yang memiliki pemikiran untuk memasukkan alat bantu visual separti gambar-gambar perlu
digunakan dalam pengjaran anak, terutama dalam mempelajari bahasa.

Diabad selanjutnya, yaitu ke-18 menjelang abad 19, gagasan Moravi ini menginspirasi
seorang pestalozzi. Ia menghadirkan objek-objek peraga fisik dalam ruang pengajaran di dalam kelas.

Corak lain pendidikan realisme adalah tekanan-tekanan hidup yang terarah kedalam
pengaturan-pengaturan serta keteraturan yang bersifat mekanistik. Meskipun tidak semua
pengaturan yang bersifat mekanistik buruk, apa yang diterapkan realisme dalam ruang pendidikan
melahirkan berbagai hal yang kemudian menuai banyak kecaman sebab telah menjadi penyebab
berbagai dehumanisasi.

C.    ALIRAN FILSAFAT MATERIALISME

1.      Defenisi Aliran Filsafat Materialisme

Materialisme adalah salah satu paham filsafat yang banyak dianut oleh para filosof, seperti
Demokritus, Thales, Anaximanoros dan Horaklitos. Paham ini menganggap bahwa materi berada di
atas segala-galanya. Ketika paham ini pertama muncul, paham tersebut tidak mendapat banyak
perhatian karena banyak ahli filsafat yang menganggap bahwa paham ini aneh dan mustahil. Namun
pada sekitar abad 19 paham materialisme ini tumbuh subur di Barat karena sudah banyak para
filosof yang menganut paham tersebut.

Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, bukan
spiritual, atau supranatural. Filsafat materialisme memandang bahwa materi lebih dahulu ada
sedangkan ide atau pikiran timbul setelah melihat materi. Dengan kata lain materialisme mengakui
bahwa materi menentukan ide, bukan ide menentukan materi. Contoh: karena meja atau kursi
secara objektif ada, maka orang berpikir tentang meja dan kursi. Bisakah seseorang memikirkan
meja atau kursi sebelum benda yang berbentuk meja dan kursi belum atau tidak ada.

·         Ciri-ciri filsafat materialisme

a.       Segala yang ada (wujud) berasal dari satu sumber yaitu materi

b.      Tidak meyakini adanya alam ghaib

c.       Menjadikan panca-indera sebagai satu-satunya alat mencapai ilmu

d.      Memposisikan ilmu sebagai pengganti agama dalam peletakkan hukum

e.       Menjadikan kecondongan dan tabiat manusia sebagai akhlak.

2.      Tokoh – Tokoh Aliran Filsafat Materialisme

Tokoh-tokoh aliran ini adalah:

a.       Thales (625-545 SM) berpendapat bahwa unsur asal adalah air.

b.      Anaximandros (610-545 SM) berpendapat bahwa unsur asal adalah apeiron, yaitu unsur yang tak
terbatas.

c.       Anaximenes (585-528 SM) berpendapat bahwa unsur asal adalah udara.


d.      Heraklitos (540-475 SM) berpendapat bahwa unsur asal adalah api.

e.       Demokritus (460-360 SM) berpendapat bahwa hakikat alam adalah atom-atom yang amat banyak
dan halus. Atom-atom itulah yang menjadi asal kejadian alam semesta

3.      Prinsip – Prinsip Aliran Filsafat Materialisme

Prinsip materialisme yang didasarkan pada suatu asumsi bahwa realitas yaitu :

a.       Apa yang dikatakan jiwa ( mind ) dan segala kegiatannya ( berfikir, memahami ) adalah merupakan
suatu gerakan yang kompleks dari otak, sistem urat saraf, atau organ-organ jasmani yang lainnya.

b.      Apa yang disebut dengan nilai dan cita-cita, makna dan tujuan hidup, keindahan dan kesenangan,
serta kebebasan hanyalah sekedar nama-nama atau semboyan.

4.      Implikasi Aliran Filsafat Materialisme

Menurut Power (1982), implikasi aliran filsafat pendidikan materialisme, sebagai berikut:

·      Temanya yaitu manusia yang baik dan efisien dihasilkan dengan proses pendidikan terkontrol secara
ilmiah dan seksama.

·      Tujuan pendidikan merupakan perubahan perilaku, mempersiapkan manusia sesuai dengan


kapasitasnya, untuk tanggung jawab hidup sosial dan pribadi yang kompleks.

·      Isi kurikulum pendidikan yang mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya (handal), dan
diorganisasi, selalu berhubungan dengan sasaran perilaku.

·      Metode, semua pelajaran dihasilkan dengan kondisionisasi (SR conditioning), operant condisioning,
reinforcement, pelajaran berprogram dan kompetisi.

·      Kedudukan siswa tidak ada kebebasan, perilaku ditentukan oleh kekuatan dari luar, pelajaran sudah
dirancang, siswa dipersiapkan untuk hidup, mereka dituntut untuk belajar.

·      Guru memiliki kekuasaan untuk merancang dan mengontrol proses pendidikan, guru dapat
mengukur kualitas dan karakter hasil belajar siswa.

5.      Bentuk-Bentuk Aliran Filsafat Materialisme

Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu :

a.    Filsafat Materialisme Dialektika

Materialisme dialektika adalah materialisme yang memandang segala sesuatu selalu


berkembang sesuai dengan hukum-hukum dialektika: hukum saling hubungan dan perkembangan
gejala-gejala yang berlaku secara objektif di dalam dunia semesta. Pikiran-pikiran materialisme
dialektika inipun dapat kita jumpai dalam kehidupan misalnya, “bumi berputar terus, ada siang ada
malam”, “habis gelap timbullah terang”, “patah tumbuh hilang berganti” dsb. Semua pikiran ini
menunjukkan bahwa dunia dan kehidupan kita senantiasa berkembang.
b.   Filsafat Materialisme Metafisik

Materialisme metafisik, yang memandang dunia secara sepotong-sepotong atau dikotak-kotak,


tidak menyeluruh dan statis. Pikiran-pikiran materialisme metafisik ini misalnya: “sekali maling tetap
maling”, memandang orang sudah ditakdirkan, tidak bisa berubah.

6.      Hubungan Aliran  Materialisme dan Pendidikan

·      Pandangan Materialisme Mengenai Belajar Positivisme

        Materilisme maupun positivisme,pada dasarnya tidak menyusun konsep pendidikan secara
eksplisit. Bahkan menurut Henderson (1956). Materialisme belum pernah menjadi penting dalam
menentukan sumber teori pendidikan.

        Menurut Waini Rasyidin (1992),filsafat positivisme sebagai cabang dari materialism lebih
cenderung menganalisis hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi upaya dan hasil pendidikan
secara factual. Memilih aliran positivisme berarti menolak filsafat pendidikan dan mengutamakan
sains pendidikan.

Dikatakan positivisme,karena mereka beranggapan bahwa yang dapat kita pelajari hanyalah
yang mendasarkan fakta-fakta,berdasarkan data-data yang nyata,yaitu yang mereka namakan
positif.

·      Pandangan Materialisme Mengenai  Belajar Behaviorisme

Menurut behaviorisme,apa yang disebut dengan kegiatan mental kenyataannya tergantung


pada kegiatan fisik,yang merupakan berbagai kombinasi dan materi dalam gerak. Gerakan fisik yang
terjadi dalam otak,kita sebut berpikir,dihasilkan oleh peristiwa lain dalam dunia materi,baik material
yang berada dalam tubuh manusia maupun materi yang berada diluar tubuh manusia.

Pendidikan,dalam hal ini proses belajar,merupakan proses kondisionaisasi lingkungan.


Misalnya, dengan mengadakan percobaan terhadap anak yang tidak pernah takut pada
kucing,akhirnya ia menjadi takut pada kucing. Menurut behaviorisme, perilaku manusia adalah hasil
pembentukan melalui kondisi lingkungan (seperti contoh anal dan kucing diatas).

·      Kelebihan dan Kekurangan Filsafat Materialisme untuk Pendidikan

Jika dibandingkan dengan aliran filsafat yang lain aliran filsafat materialisme adalah aliran
yang mendapatkan kritikan dari berbagai pihak, terutama dalam anggapannya yang hanya meyakini
bahwa tidak ada sesuatu selain materi yang sedang bergerak. Mereka menganggap bahwa materi
berada di atas segala-galanya. Materialisme adalah aliran yang memandang bahwa segala sesuatu
adalah relitas, dan realitas seluruhnya adalah materi belaka. Kenyataan bersifat material dipandang
bahwa segala sesuatu yang hendak dikatakannya adalah berasal dari materi dan berakhir dengan
materi atau berasal dari gejala yang bersangkutan dengan materi.

Kelebihannya:
·     Teori-teorinya jelas berdasarkan teori-teori pengetahuan yang sudah umum.

·     Isi pendidikan mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya (handal), dan diorganisasi,selalu
berhubungan dengan sasaran perilaku.

·     Semua pelajaran dihasilkan dengan kondisionisasi, pelajaran berprogram dan kompetensi

           Kelemahannya:

·      Dalam dunia pendidikan aliran materialisme hanya berpusat pada guru dan tidak memberikan
kebebasan kepada siswanya, baginya guru yang memiliki kekuasan untuk merancang dan
mengontrol proses pendidikan. Guru dapat mengukur kualitas dan karakter hasil belajar siswa.
Sedangkan siswa tidak ada kebebasan, perilaku ditentukan oleh kekuatan dari luar, pelajaran sudah
dirancang, siswa dipersiapkan untuk hidup, mereka dituntut untuk belajar.

·      Di kelas, anak didik hanya disodori setumpuk pengetahuan material, baik dalam buku-buku teks
maupun proses belajar mengajar. Yang terjadi adalah proses pengayaan pengetahuan kognitif tanpa
upaya internalisasi nilai. Akibatnya, terjadi kesenjangan yang jauh antara apa yang diajarkan dengan
apa yang terjadi dalam kehidupan sehar-hari anak didik. Pendidikan agama menjadi tumpul, tidak
mampu mengubah sikap-perilaku mereka.

BAB III

PENUTUP
A.    KESIMPULAN

             Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memilirkan segala sesuatunya secara
mendalam dan sunguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai hakikat segala situasi tersebut.
Dalam rangka perwujudan pendididkan yang baik maka filsafat berperan penting dalam penciptaan-
penciptaan kondisi-kondisi yang benar-benar mendukung bagi pelaksanaan suatu kegiatan
kependidikan. Dimana adapun aliran-aliran filsafat pendidikan diantaranya adalah aliran filsafat
idealisme, realisme dan materialisme.

             Idealisme dapat diartikan sebagai suatu paham atau aliran yang mengajarkan bahwa hakikat
dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh.     Sebagai aliran filsafat,
realisme berpendirian bahwa yang ada yang ditangkap pancaindra dan yang konsepnya ada dalam
budi itu memang nyata ada.

             Materialisme adalah salah satu paham filsafat yang banyak dianut oleh para filosof, seperti
Demokritus, Thales, Anaximanoros dan Horaklitos. Paham ini menganggap bahwa materi berada di
atas segala-galanya.

B.     SARAN

             Menurut Saran Kami dari isi Makalah ini. Sebaiknya sebagai seorang pengajar kita perlu
mengetahui aliran apa yang cocok untuk pengajaran di sekolah yang berlaku di Indonesia agar dapat
diterapkan dengan baik. Sebagai seorang pengajar  kita harus bisa menjaga kepercayaan masyarakat
karena sekolah yang baik adalah sekolah yang dapat dipercaya masyarakat dan untuk para orang tua
agar dapat mengawasi anaknya dalam belajar sehingga anaknya dapat meraih prestasi. Agar dinding
pemisah antara sekolah dan masyarakat itu dapat dihapuskan.

DAFTAR PUSTAKA

·           Minna, Minarwati. “Filsafat Pendidikan Materialisme dan Filsafat Pendidikan Paragmatisme”. 11


Juni 2015. http://senjaplb.blogspot.co.id/2013/10/filsafat-pendidikan-materialisme-dan.html

·           Pertiwi, Ramadhani. “Aliran Materialisme dalam Pendidikan”. 15 April 2013. http://muslimahasy-


syauq.blogspot.co.id/2013/04/aliran-materialisme-dalam  pendidikan.html

·           Kadhapi, Muamer. “Filsafat Pendidikan”.  28 Desember 2014. http://cahaya-


fieraz.blogspot.co.id/2014/12/filsafat-pendidikan-idealisme-realisme.html

·           Mawarni, Sella. “Filsafat Idealisme dalam Pendidikan”. http://kuliah-e-


learning.blogspot.co.id/2013/11/filsafat-idealisme-dalam-pendidikan.html

·           Munir, Muhammad. “Aliran Pendidikan Realisme”. http://anekailmu-


ilmu.blogspot.co.id/2013/01/aliran-pendidikan-realisme.html
Unknown di 05.54
Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar
Beranda

Lihat versi web


MENGENAI SAYA
Unknown

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai