DISUSUN OLEH
Kelompok :2
Kelas 2.1
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
D3 KEPERAWATAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-
Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Jenis - jenis Wirausaha di
Bidang Kesehatan / Keperawatan (Bidang PelayananKeperawatan) ”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas dari mata kuliah Kewirausahaan.
Selama penulisan makalah ini penulis mengalami banyak kesulitan dalam
penyusunannya, namun kesulitan tersebut dapat diatasi berkat adanya bantuan, bimbingan serta
dorongan baik secara moral maupun materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang tidak
dapat disebutkan satu persatu yang telah turut memberikan bantuannya dalam penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna mengingat keterbatasan
kemampuan, pengetahuan, waktu dan buku-buku penunjang yang penulis miliki. Oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk
penyempurnaannya.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini, dapat bermanfaat bagi semua pihak di
kemudian hari.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Simpulan.......................................................................................... 16
3.2 Saran................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
sakit dalam jangka waktu lama akan menurunkan kualitas manajemen rumah sakit dan cost
inefective. Jika peluang itu dapat ditangkap, maka seharusnya perawat mampu
meningkatkan peranannya di rumah sakit. Oleh karena itu, pengembangan
Entrepreneurship perlu ditanamkan agar kreatifitas pelaku keperawatan dapat tumbuh dan
menjadi nilai jual dan daya saing tersendiri bagi pemiliknya kelak sebagai bekal memulai
untuk terjun ke dunia kerja.
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui tentang Home Care
1.3.2 Untuk mengetahui tentang Konsultan Keperawatan
1.3.3 Untuk mengetahui tentang Terapi Komplementer
1.3.4 Untuk mengetahui tentang Nursing Care Centre
1.3.5 Untuk mengetahui tentang Fisioterapi
1.3.6 Untuk mengetahui tentang Klinik Kesehatan Swasta
2
BAB II
PEMBAHASAN
a. Definisi
Menurut Departemen Kesehatan (2002) menyebutkan bahwa home care adalah
pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan
kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk
meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan
tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit.
Pelayanan kesehatan di rumah adalah pelayanan keperawatan yang diberikan
kepada pasien di rumahnya, yang merupakan sintesa dari pelayanan keperawatan
komunitas dan keterampian teknikal tertentu yang berasal dari spesalisasi kesehatan
tertentu, yang befokus pada asuhan keperawatan individu dengan melibatkan
keluarga, dengan tujuan menyembuhkan, mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan fisik, mental/ emosi pasien.
b. Tujuan
Tujuan dari home care terbagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum dari home care adalah untuk meningkatkan, mempertahankan atau
memaksimalkan tingkat kemandirian, dan meminimalkan akibat dari penyakit untuk
mencapai kemampuan individu secara optimal selama mungkin yang dilakukan
secara komprehensif dan berkesinambungan. Sedangkan, tujuan khusus dari home
care adalah sebagai berikut:
1) Terpenuhi kebutuhan dasar (bio-psiko-sosial-spiritual) secara mandiri.
2) Meningkatkan kemandirian keluarga dalam pemeliharaan kesehatan.
3) Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan kesehatan dirumah
3
Menurut Drs.I Nyoman Cakra, A.Md.Kep, SH. (2006). Perawatan kesehatan di
rumah bertujuan :
1) Membantu klien memelihara atau meningkatkan status kesehatan dan kualitas
hidupnya,
2) Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota keluarga
dengan masalah kesehatan dan kecacatan,
3) Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatan antar keluarga,
4) Membantu klien tinggal atau kembali ke rumah dan mendapatkan perawatan yang
diperlukan, rehabilitasi atau perawatan paliatif,
5) Biaya kesehatan akan lebih terkendali.
c. Prinsip
Prinsip dari home care adalah sebagai berikut:
Pengelolaan home care dilaksanaka oleh perawat/ tim
Mengaplikasikan konsep sebagai dasar mengambil keputusan dalam praktik.
Mengumpulan data secara sistematis, akurat dan komrehensif.
Menggunakan data hasil pengkajian dalam menetakan diagnosa keperawatan.
Mengembangkan rencana keperawatan didasarkan pada diagnosa keperawatan.
Memberi pelayanan prepentif, kuratif, promotif dan rehabilitaif.
Mengevaluasi respon pasien dan keluarganya dalam intervensi keperawatan
Bertanggung jawab terhadap pelayanan yang bermutu melalui manajemen kasus.
Memelihara dan menjamin hubungan baik diantara anggota tim.
Mengembankan kemampuan professional
Berpartisipasi pada kegiatan riset untuk pengembangan home care
Menggunakan kode etik keperawatan daam melaksanakan praktik keperawatan.
d. Ruang Lingkup
Ruang lingkup atau bidang pelayanan dalam home care meliputi:
1) Pelayanan medik dan asuhan keperawatan
2) Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan yang terapeutik
4
3) Pelayanan rehabilitasi dan terapi fisik
4) Pelayanan informasi dan rujukan
5) Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan
6) Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan
7) Pelayanan perbaikan untuk kegiatan social
a. Definisi
5
Konsultan adalah seorang tenaga profesional yang menyediakan jasa nasihat
ahli dalam bidang keahliannya. Perbedaan antara seorang konsultan dengan ahli
biasa adalah konsultan bukan merupakan karyawan di perusahaan, melainkan
seseorang yang menjalankan usahanya sendiri serta berurusan dengan berbagai klien
dalam satu waktu. Tidak hanya menyediakan jasa, konsultan juga bisa memberikan
layanan konsultasi atau konseling secara langsung pada klien.
Konseling dapat membantu dan memotivasi klien untuk lebih bertanggung
jawab terhadap dirinya sendiri dalam mengatasi masalahnya. Konseling
diselenggarakan untuk mencapai pemahaman dan penerimaan diri, proses belajar dari
berperilaku tidak adaptif menjadi adaptif, dan belajar melakukan pemahaman yang
lebih luas tentang dirinya yang tidak hanya “know about” tetapi juga belajar “how
to” sesuai dengan kualitas dan kuantitas.
1) Dalam konseling, klien tidak dianggap sebagai orang yang sakit mental, tetapi
dipandang sebagai orang yang memiliki kemampuan untuk memilih tujuan,
membuat keputusan dan secara umum menerima tanggung jawab dari tingkah
laku dan perkembangannya dikemudian hari
2) Konseling berfokus pada saat ini dan masa depan, tidak berfokus pengalaman
masa lalunya.
3) Klien adalah klien, bukan pasien. Dan konselor bukan figur yang memiliki
otoritas tetapi secara esensial sebagai guru dan partner klien sebagaimana mereka
bergerak secara mutual dalam mendefinisikan tujuan.
6
4) Konselor secara moral, tidak netral. Tetapi memiliki nilai, perasan yang standar
untuk dirinya. Konselor tidak seharusnya menjauhkan nilai, perasaan dan standar
itu dari klien, dan dia tidak mencoba menyembunyikannya pada klien
5) Konselor memfokuskan pada perubahan tingkah laku dan bukan hanya membuat
klien menjadi sadar
7
dapat merahasiakan kehidupan pribadi klien dan memiliki tanggung jawab moral
untuk membantu memecahkan masalah yang dihadapi klien.
2) Kemampuan intelektual
Konselor yang baik harus memiliki kemampuan intelektual dan dapat berpikir
secara logis, kritis, dan mengarah ke tujuan sehingga ia dapat membantu klien
mencapai tujuan, memberikan alternatif-alternatif yang harus dipertimbangkan
oleh klien dan memberikan saran-saran yang bijaksana. Semua kecakapan yang
harus dimiliki seorang konselor di atas, membutuhkan tingkat perkembangan
intelektual yang cukup baik.
3) Keluwesan (fleksibelity)
Hubungan dalam konseling yang bersifat pribadi mempunyai ciri yang supel
dan terbuka. Konselor diharapkan tidak bersifat kaku dengan langkah-langkah
tertentu dan sistem tertentu. Konselor yang baik dapat dengan mudah
menyesuaikan diri terhadap perubahan situasi konseling dan perubahan tingkah
laku klien. Konselor pada saat-saat tertentu dapat berubah sebagai teman dan pada
saat lain dapat berubah menjadi pemimpin. Konselor bersama klien dapat dengan
bebas membicarakan masalah masa lampau, masa kini, dan masa mendatang yang
berhubungan dengan masalah pribadi klieni. Konselor dapat dengan luwes
bergerak dari satu persoalan ke persoalan lainnya dan dapat menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi dalam proses konseling.
4) Sikap penerimaan (acceptance)
Konselor harus dapat mengakui kepribadian klien dan menerima klien sebagai
pribadi yang mempunyai hak untuk mengambil keputusan sendiri. Konselor harus
percaya bahwa klien mempunyai kemampuan untuk membuat keputusan yang
bijaksana dan bertanggung jawab. Sikap penerimaan merupakan prinsip dasar
yang harus dilakukan pada setiap konseling.
5) Pemahaman (understanding)
Seorang konselor harus dapat menangkap arti dari ekspresi klien. Pemahaman
adalah menangkap dengan jelas dan lengkap maksud yang sebenarnya yang
8
dinyatakan oleh klien dan di pihak lain konseli dapat merasakan bahwa ia
dimengerti oleh konselor. Klien dapat menangkap bahwa konselor mengerti dan
memahami dirinya, jika konselor dapat mengungkapkan kembali apa yang
diungkapkan klien dengan bahasa verbal maupun nonverbal dan disertai dengan
perasaannya sendiri. Memahami orang lain tidak cukup hanya mengerti data-data
yang terkumpul, tetapi yang lebih penting konselor dapat mengerti bagaimana
klien memberikan arti terhadap data-data tadi. Memahami dalam proses konseling
jangan disamakan dengan memahami suatu ilmu pengetahuan. Dalam ilmu
pengetahuan orang ingin menangkap arti yang objektif, sedangkan dalam
konseling justru karena ingin menangkap arti yang subjektif, yaitu arti yang
diberikan oleh klien. Seorang konselor tidak perlu meneliti kebenaran kata-kata
klien, tetapi yang penting bagi konselor adalah menangkap cara klien menyatakan
kebenaran tersebut dan akhirnya konselor dapat menangkap arti keseluruhan
pernyataan kepribadian klien.
Seorang konselor harus mengikuti perubahan kepribadian klien dengan baik.
Konselor harus dapat menyatukan dirinya dengan dunia klien dan dapat
menyatukan kembali dengan cara yang wajar dan dengan penuh perasaan agar
klien mudah menangkap dan mengertinya. Akhirnya, klien dapat melihat
alternatif-alternatif yang realistis dengan diri sendiri dan berani merumuskan suatu
keputusan yang bijaksana. Konselor sangat berperan dalam situasi puncak proses
konseling ini.
6) Sikap jujur
Dalam segala hal konselor harus dapat menunjukkan sikap jujur dan wajar
sehingga ia dapat dipercaya oleh klien dan klien berani membuka diri terhadap
konselor.
7) Komunikasi
Komunikasi merupakan kecakapan dasar yang harus dimiliki oleh setiap
konselor. Dalam komunikasi, konselor dapat mengekspresikan kembali
pernyataan-pernyataan klien secara tepat. Menjawab atau memantulkan kembali
pernyataan konseli dalam bentuk perasaan dan kata-kata serta tingkah laku
konselor. Konselor harus dapat memantulkan perasaan klien dan pemantulan ini
9
dapat ditangkap serta dimengerti oleh konseli sebagai pernyataan yang penuh
penerimaan dan pengertian.
2.3 Terapi Komplementer
a. Pengertian Terapi Komplementer
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Terapi adalah usaha untuk
memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit; pengobatan penyakit; perawatan
penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat menyempurnakan.
Menurut WHO (World Health Organization), Pengobatan
komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara
yang bersangkutan, sehingga untuk Indonesia jamu misalnya, bukan termasuk
pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan
tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu
digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu negara.
Terapi Komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang dilakukan
sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan
pilihan lain diluar pengobatan medis yang Konvensional.
Metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat bermanfaat dalam
mengatasi berbagai kondisi kesehatan tertentu dan juga sebagai analgesi (pereda
nyeri). Cara kerjanya adalah dengan mengaktivasi berbagai molekul signal yang
10
berperan sebagai komunikasi antar sel. Salah satu pelepasan molekul tersebut
adalah pelepasan endorphin yang banyak berperan pada sistem tubuh.
2. Terapi hiperbarik
Terapi herbal medik yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik
berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa
fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik pada
cell line atau hewan coba, baik terhadap keamanan maupun efektivitasnya. Terapi
dengan menggunakan herbal ini akan diatur lebih lanjut oleh Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi seorang praktisi komplementer, yaitu
sebagai berikut :
11
o Sumber daya manusia harus tenaga dokter, perawat dan atau dokter gigi yang
sudah memiliki kompetensi.
o Bahan yang digunakan harus yang sudah terstandar dan dalam bentuk sediaan
farmasi.
o Rumah sakit yang dapat melakukan pelayanan penelitian harus telah mendapat
izin dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan akan dilakukan
pemantauan terus – menerus.
2.4 Nursing Care Centre
a. Definisi
Nursing care center adalah lembaga keperawatan yang memberikan akses
langsung pada klien dalam pelayanan keperawatan profesional yang berorientasi
pada kebutuhan masyarakat sesuai dengan masalah yang dihadapi masyarakat.
Nursing care center merupakan pengelolaan terpadu dalam pelayanan,
pendidikan dan penelitian keperawatan melalui pemberdayaan seluruh potensi yang
ada secara optimal. Dalam nursing care center pun selalu diupayakan untuk
memandang keperawatan sebagai suatu kesatuan yang utuh, sehingga nursing care
center memiliki karakteristik tertentu.
12
tugas pelayanan, pendidikan dan penelitian yang dipandang sebagai
tanggung jawab bersama.
3) Untuk dapat mengoptimalisasikan seluruh potensi yang ada tersebut,diperlukan
persamaan persepsi seluruh personal yang terlibat terhadap keperawatan
komunitas baik eksternal maupun internal keperawatankomunitas.
4) Secara internal keperawatan, persamaan persepsi dapat diperoleh melalui
membangun masyarakat ilmiah keperawatan komunitas dimana seluruh anggota
profesi bersatu padu dalam mengembangkan keperawatan baik dalam teori
maupun praktik.
5) Secara eksternal, persamaan persepsi juga mutlak diperlukan dari seluruh stake
holder yang terkait dengan semua upaya kesehatan masyarakat melalui kolaborasi
berbagai sector
Untuk dapat mencapai tujuan umum tersebut, maka Nursing Center memiliki
tujuan khusus sebagai berikut:
13
Terselenggaranya penelitian keperawatan komunitas untuk peningkatan
kualitas layanan, pendidikan dan pengembangan ilmu keperawatan.
Terselenggaranya layanan informasi kesehatan masyarakat.
Meningkatkan kinerja tenaga keperawatan di puskesmas
14
Penyebaran informasi kesehatan melalui media massa
Pembuatan leaflet, brosur, dan CD yang berkaitan dengan promosi kesehatan
a. PengertianKlinik
Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan /atau
spesialistik, diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan dan dipimpin
oleh seorang tenaga medis (PermenkesRI, No. 028/Menkes/Per/I/2011).
b. Jenis Klinik
1) Klinik Pratama
Klinik Pratama merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik
dasar yang dilayani oleh dokter umum dan dipimpin oleh seorang dokter
umum. Berdasarkan perijinannya klinik ini dapat dimiliki oleh badan usaha
atau pun perorangan.
2) Klinik Utama
Klinik Utama merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik
spesialistik atau pelayanan medic dasar dan spesialistik. Spesialistik berarti
mengkhususkan pelayanan pada satu bidang tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ atau jenis penyakit tertentu. Klinik ini dipimpin seorang
dokter spesialis ataupun dokter gigi spesialis. Berdasarkan perijinannya klinik
ini hanya dapat dimiliki oleh badan usaha berupa CV, ataupun PT.
Adapun perbedaan antara klinik pratama dan klinik utama adalah:
1) Pelayanan medis pada klinik pratama hanya pelayanan medis dasar,sementara
pada klinik utama mencangkup pelayanan medis dasar dan spesialis;
2) Pimpinan klinik pratama adalah dokter atau dokter gigi,sementara pada klinik
utama pimpinannya adalah dokter spesialis atau dokter gigi spesialis;
3) Layanan didalam klinik utama mencangkup layanan rawat inap ,sementara
pada klinik pratama layanan rawat inap hanya boleh dalam hal klinik berbentuk
15
badan usaha;
4) Tenaga medis dalam klinik pratama adalah minimal dua orang dokter atau
dokter gigi ,sementara dalam klinik utama diperlukan satu orang spesialis
untuk masing-masing jenis pelayanan.
Adapun bentuk pelayanan klinik dapat berupa:
a) Rawat jalan;
b) Rawat inap;
c) Onedaycare;
d) Home care;
e) Pelayanan 24 jam dalam 7 hari.
Perlu ditegaskan lagi bahwak linik pratama yang menyelenggarakan rawat inap,
harus memiliki izin dalam bentuk badan usaha. Mengenai kepemilikan klinik,dapat
dimiliki secara perorangan ataupun badan usaha. Bagi klinik yang menyelenggarakan
rawat inap maka klinik tersebut harus menyediakan fasilitas-fasilitas yang mencakup:
1) Ruang rawat inap yang memenuhi persyaratan;
2) Minimal 5 bed, maksimal 10 bed, dengan lama inap maksimal 5 hari;
3) Tenaga medis dan keperawatan sesuai jumlah dan kualifikasi;
4) Dapur gizi;
5) Pelayanan laboratoriumklinik pratama.
c. Usaha KlinikKesehatan Bersama
16
Dari arti kata-kata tersebut diatas dapat dirumuskan pengertian Usaha Klinik
Kesehatan Bersama tersebut yaitu Suatu kegiatan bersama atau berkelompok dalam
suatu tempat (klinik) dengan mengerahkan tenaga, pikiran atau badan, guna
mengobati orang sakit agar memperoleh keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Klinik kesehatan bersama yang menjalankan
suatu usaha dapat disebut sebagai badan usaha, yaitu perusahaan atau bentuk usaha
yang berbentuk badan hukum yang menjalankan suatu jenis usaha yang bersifat
tetap dan terus menerus dengan tujuan untuk memperoleh laba.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
17
Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan/atau spesialistik,
diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan dan dipimpin oleh seorang
tenaga medis
3.2 Saran
Kami selaku penulis berharap dengan laporan yang kami tulis ini dapat membuat
para pembaca lebih memahami mengenai jenis-jenis wirausaha dibidang kesehatan. Kami
berharap agar selanjutnya dapat membuat laporan yang lebih sempurna di kesempatan
berikutnya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Ginting, Serta Ulina. 2010. Perilaku Pasien Fisioterapi di Rumah Sakit. Available at :
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwir2Puswp
XdAhVJPo8KHfjBCzwQFjAAegQIARAC&url=http%3A%2F%2Frepository.ump.ac.id
%2F5399%2F2%2FFikilhusna%2520BAB
%2520II.pdf&usg=AOvVaw2gEVv5UZvSCPB6d0nHtIIQ. Diakses pada 30 Juli 2020
19