Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Diagnosis dan Intervensi Komunitas


Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan
adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat dengan cara
pengumpulan data di lapangan dan kemudian melakukan intervensi sesuai dengan
permasalahan yang ada. Diagnosis dan intervensi komunitas merupakan suatu
prosedur atau keterampilan dari ilmu kedokteran komunitas. Dalam melaksanakan
kegiatan diagnosis dan intervensi komunitas perlu disadari bahwa yang menjadi
sasaran adalah komunitas atau sekelompok orang sehingga dalam melaksanakan
diagnosis komunitas sangat ditunjang oleh pengetahuan ilmu kesehatan masyarakat
(epidemiologi, biostatistik, metode penelitian, manajemen kesehatan, promosi
kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan gizi)
(Notoatmodjo, 2010).

2.2 Perilaku
2.2.1 Teori Perilaku
2.2.1.1 Teori Lawrence Green
Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat
kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu
faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior
causes).
Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :
1. Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan
fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana
kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.
3. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku masyarakat.

36
Pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :
1. Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan
seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan
menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :
1. Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia,
minat, kondisi fisik.
2. Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat,
sarana.
3. Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi dan
metodedalam pembelajaran.
Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya.
2) Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
4) Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
dan ada kaitannya dengan yang lain.
5) Sintesa
Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.
6) Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi / objek.

37
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap
mempunyai tiga komponen pokok :
1. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (obyek).
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
3. Praktik atau tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan
faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah
fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa
tingkatan :
1. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
2. Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.

38
3. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mancapai praktik tingkat tiga.
4. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran
tindakan tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan
wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam,
hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara
langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
Becker, 1979, mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan (health related behaviour) sebagai berikut :
1. Perilaku Kesehatan (health behavior)
Perilaku kesehatan adalah hal – hal yang berkaitan dengan tindakan atau
kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya, serta
tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih
makanan, sanitasi, dan sebagainya.
2. Perilaku sakit (illness behavior)
Perilaku sakit adalah segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang individu yang merasa sakit untuk merasakan dan mengenal
keadaan kesehatannya atau rasa sakit, termasuk kemampuan atau
pengetahuan individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit,
serta usaha – usaha untuk mencegah penyakit tersebut.
3. Perilaku peran sakit (the sick role behavior)
Periaku peran sakit adalah segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh
individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan. Perilaku ini
berpengaruh terhadap kesehatan atau kesakitan diri sendiri dan orang lain,
terutama kepada anak – anak yang belum mempunyai kesadaran dan
tanggung jawab terhadap kesehatannya.
2.2.1.2 Determinan perilaku
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena
perilaku merupakan resultansi dari berbagai faktor, baik internal maupun

39
eksternal (lingkungan). Secara lebih terinci perilaku manusia sebenarnya
merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan
keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya. Namun
demikian pada realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan yang
menentukan perilaku seseorang. Apabila ditelusuri lebih lanjut, gejala
kejiwaan tersebut ditentukan atau dipengaruhi oleh berbagai faktor lain,
diantaranya adalah faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosio-budaya
masyarakat dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
2.3 Rumah Sehat
2.3.1 Definisi Rumah Sehat
Menurut UU RI No. 4 Tahun 1992, rumah adalah struktur fisik terdiri
dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang dipakai sebagai tempat tinggal
dan sarana pembinaan keluarga. Rumah menjadi tempat berlindung dari cuaca
dan kondisi lingkungan sekitar, menyatukan sebuah keluarga, meningkatkan
tumbuh kembang kehidupan setiap manusia, dan menjadi bagian dari gaya
hidup manusia (Hindarto, 2007).
Rumah sehat dapat diartikan sebagai tempat berlindung, bernaung, dan
tempat untuk beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna
baik fisik, rohani, maupun sosial (Sanropie dkk., 1989).

2.3.2 Kriteria Rumah Sehat


Rumusan yang dikeluarkan oleh American Public Health Association
(APHA), syarat rumah sehat harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis.
a. Pencahayaan
Semua penerangan ini harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak
terlalu gelap atau tidak menimbulkan rasa silau. Rumah tersebut harus
terjamin pencahayaannya yang dibedakan atas cahaya matahari
(penerangan alamiah) serta penerangan dari nyala api lainnya
(penerangan buatan).
b. Penghawaan dan ruang gerak yang cukup
Mempertahankan temperatur lingkungan penting untuk mencegah
bertambahnya panas atau kehilangan panas secara berlebihan.
Sebaiknya temperatur udara dalam ruangan harus lebih rendah paling

40
sedikit 4°C dari temperatur udara luar untuk daerah tropis. Umumnya
temperatur kamar 22°C - 30°C sudah cukup segar.
c. Sirkulasi udara yang baik
Rumah tersebut harus mempunyai ventilasi yang sempurna sehingga
aliran udara segar dapat terpelihara. Luas lubang ventilasi tetap,
minimum 5% dari luas lantai ruangan, sedangkan luas lubang ventilasi
insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5% luas lantai sehingga
jumlah keduanya menjadi 10% dari luas lantai ruangan. Ini diatur
sedemikian rupa agar udara yang masuk tidak terlalu deras dan tidak
terlalu sedikit.
d. Terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
Rumah tersebut harus dapat melindungi penghuni dari gangguan bising
yang berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan kesehatan baik
langsung maupun dalam jangka waktu yang relatif lama. Gangguan
yang dapat muncul antara lain gangguan fisik seperti kerusakan alat
pendengaran dan gangguan mental seperti mudah marah dan apatis.
e. Memiliki ruang gerak yang cukup
Rumah tersebut harus memiliki luas yang cukup untuk aktivitas dan
untuk anak- anak dapat bermain. Hal ini penting agar anak mempunyai
kesempatan bergerak, bermain dengan leluasa di rumah agar
pertumbuhan badannya akan lebih baik, juga agar anak tidak bermain
di rumah tetangganya, di jalan atau tempat lain yang membahayakan.
2. Memenuhi kebutuhan psikologis.
a. Memiliki privasi yang cukup
Adanya ruangan khusus untuk istirahat bagi masing-masing penghuni,
seperti kamar tidur untuk ayah dan ibu. Anak-anak berumur < 2 tahun
masih diperbolehkan satu kamar tidur dengan ayah dan ibu. Anak-anak
> 10 tahun laki-laki dan perempuan tidak boleh dalam satu kamar tidur.
Anak-anak > 17 tahun mempunyai kamar tidur sendiri.
b. Terdapat komunikasi yang sehat antar anggota keluarga
Ruang duduk dapat dipakai sekaligus sebagai ruang makan keluarga,
dimana anak-anak sambil makan dapat berdialog langsung dengan
orang tuanya.

41
c. Memiliki jamban didalam rumah
Jamban dan kamar mandi harus ada dalam suatu rumah dan terpelihara
kebersihannya. Biasanya orang tidak senang atau gelisah bila terasa
ingin buang air besar tapi tidak mempunyai jamban sendiri karena
harus antri di jamban orang lain
d. Memiliki tanaman hias
Untuk memperindah pemandangan, perlu ditanami tanaman hias,
tanaman bunga yang kesemuanya diatur, ditata, dan dipelihara secara
rapi dan bersih, sehingga menyenangkan bila dipandang.
3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni
rumah, yaitu dengan tersedianya air bersih yang cukup dengan sistem
perpipaan yang dijaga jangan sampai bocor agar tidak tercemar oleh air
dari tempat lain, pengelolaan tinja dan air limbah rumah tangga yang
memenuhi syarat kesehatan, bebas vektor penyakit, tikus dan serangga,
kepadatan hunian yang berlebihan, cukup sinar matahari pagi,
terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping
pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan, baik yang
timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan
garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah
terbakar, tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir, alat-
alat listrik yang terlindung, tidak menyebabkan keracunan gas bagi
penghuni, dan terlindung dari kecelakaan lalu lintas (Azwar, 1990; CDC,
2006; Sanropie, 1989).

2.3.3 Parameter dan Indikator Penilaian Rumah Sehat


Berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2002), lingkup
penilaian rumah sehat dilakukan terhadap kelompok komponen rumah, sarana
sanitasi dan perilaku penghuni.
1. Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, jendela
kamar tidur, jendela ruang keluarga dan ruang tamu, ventilasi, sarana
pembuangan asap dapur dan pencahayaan.
2. Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan
kotoran, saluran pembuangan air limbah, sarana tempat pembuangan sampah.

42
3. Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela kamar tidur,
membuka jendela ruang keluarga, membersihkan rumah dan halaman,
membuang tinja bayi dan balita ke jamban, membuang sampah pada tempat
sampah.

Parameter yang dipergunakan untuk menentukan rumah sehat adalah


sebagaimana yang tercantum dalam Kepmenkes Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999
tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan.
1. Bahan bangunan
Syarat bahan bangunan yang diperbolehkan antara lain:
a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepas zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan, seperti debu total tidak lebih dari 150 μg/m3,
asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4 jam, dan timah hitam tidak
melebihi 300 mg/kg.
b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat memungkinkan tumbuh dan
berkembangnya mikroorganisme patogen.

2. Komponen dan penataan ruang rumah


Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis seperti
berikut:
a. Lantai yang kedap air dan mudah dibersihkan. Menurut Sanropie (1989),
lantai dari tanah lebih baik tidak digunakan lagi, sebab bila musim hujan
akan lembab sehingga dapat menimbulkan gangguan/penyakit terhadap
penghuninya. Oleh karena itu perlu dilapisi dengan lapisan yang kedap air
seperti disemen, dipasang tegel, keramik, teraso dan lain-lain. Untuk
mencegah masuknya air ke dalam rumah, sebaiknya lantai dinaikkan kira-
kira 20 cm dari permukaan tanah.
b. Dinding, dengan pembagian:
(i) Untuk di ruang tidur dan ruang keluarga dilengkapi dengan sarana
ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara;
(ii) Untuk di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah
dibersihkan.
Berdasarkan Sanropie (1989), fungsi dinding selain sebagai pendukung
atau penyangga atap, dinding juga berfungsi untuk melindungi ruangan

43
rumah dari gangguan, serangga, hujan dan angin, juga melindungi dari
pengaruh panas dan angin dari luar. Bahan dinding yang paling baik
adalah bahan yang tahan api yaitu dinding dari batu.
c. Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan.
d. Hubungan rumah yang memiliki tinggi 10 m atau lebih harus dilengkapi
dengan penangkal petir
e. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu,
ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi, dan
ruang bermain anak.

Menurut Sanropie (1989), banyaknya ruangan di dalam rumah biasanya


tergantung kepada jumlah penghuni. Banyaknya penghuni dalam suatu rumah
akan menuntut jumlah ruangan yang banyak terutama ruang tidur. Tetapi pada
umumnya jumlah ruangan dalam suatu rumah disesuaikan dengan fungsi
ruangan tersebut, seperti:
• Ruang untuk istirahat/tidur (ruang tidur)
Rumah yang sehat harus mempunyai ruang khusus untuk tidur. Ruang
tidur ini biasanya digunakan sekaligus untuk ruang ganti pakaian, dan
ditempatkan di tempat yang cukup tenang, tidak gaduh, jauh dari tempat
bermain anak-anak. Diusahakan agar ruang tidur mendapat cukup sinar
matahari. Agar terhindar dari penyakit saluran pernafasan, maka luas
ruang tidur minimal 9 m2 untuk setiap orang yang berumur diatas 5 tahun
atau untuk orang dewasa dan 4 1⁄2 m2 untuk anak-anak berumur dibawah 5
tahun. Luas lantai minimal 3 1⁄2 m2 untuk setiap orang, dengan tinggi
langit-langit tidak kurang dari 2 3⁄4 m.
• Ruang tamu
Ruang tamu yaitu suatu ruangan khusus untuk menerima tamu, biasanya
diletakkan di bagian depan rumah. Ruang tamu sebaiknya terpisah dengan
ruang duduk yang dapat dibuka atau ditutup atau dengan gorden, sehingga
tamu tidak dapat melihat kegiatan orang-orang yang ada di ruang duduk.
• Ruang duduk (ruang keluarga)
Ruang duduk harus dilengkapi jendela yang cukup, ventilasi yang
memenuhi syarat, dan cukup mendapat sinar matahari pagi. Ruang duduk
ini sebaiknya lebih luas dari ruang-ruang lainnya seperti ruang tidur atau

44
ruang tamu karena ruang duduk sering digunakan pula untuk berbagai
kegiatan seperti tempat berbincang-bincang anggota keluarga, tempat
menonoton TV, kadang-kadang digunakan untuk tempat membaca atau
belajar dan bermain anak-anak. Selain itu ruangan ini juga sering
digunakan sekaligus sebagai ruang makan keluarga.
• Ruang makan
Ruang makan sebaiknya mempunyai ruangan yang khusus, ruangan
tersendiri, sehingga bila ada anggota keluarga sedang makan tidak akan
terganggu oleh kegiatan anggota keluarga lainnya. Tetapi untuk suatu
rumah yang kecil/sempit, ruang makan ini boleh jadi satu dengan ruang
duduk.
• Ruang dapur
Dapur harus mempunyai ruangan tersendiri, karena asap dari hasil
pembakaran dapat membawa dampak negatif terhadap kesehatan. Ruang
dapur harus memiliki ventilasi yang baik agar udara/asap dari dapur dapat
teralirkan keluar (ke udara bebas). Luas dapur minimal 4 m2 dan lebar
minimal 1,5 m.
Di dapur harus tersedia alat-alat pengolahan makanan, alat-alat memasak,
tempat cuci peralatan serta tempat penyimpanannya. Tersedia air bersih
yang memenuhi syarat kesehatan dan mempunyai sisitem pembuangan air
kotor yang baik, serta mempunyai tempat pembuangan sampah sementara
yang baik/tertutup. Selain itu dapur harus tersedia tempat penyimpanan
bahan makanan atau makanan yang siap disajikan. Tempat ini harus
terhindar dari gangguan serangga (lalat) dan tikus. Oleh karena itu ruangan
harus bebas serangga dan tikus.
• Kamar mandi atau W.C
Lantai kamar mandi dan jamban harus kedap air dan selalu terpelihara
kebersihannya agar tidak licin. Dinding minimal setinggi 1 1⁄2 m dari
lantai. Setiap kamar mandi dan jamban yang letaknya di dalam rumah,
diusahakan salah satu dindingnya yang berlubang ventilasi harus
berhubungan langsung dengan bagian luar rumah. Bila tidak, ruang/kamar
mandi dan jamban ini harus dilengkapi dengan alat penyedot udara untuk
mengeluarkan udara dari kamar mandi dan jamban tersebut keluar,
sehingga tidak mencemari ruangan lain (bau dari kamar mandi dan W.C.)

45
Jumlah kamar mandi harus cukup sesuai dengan jumlah penghuni rumah.
Selain itu kebersihannya harus selalu terjaga. Jamban harus berleher angsa
dan 1 jamban tidak boleh dipergunakan untuk lebih dari 7 orang.
• Gudang
Gudang berfungsi sebagai tempat penyimpanan alat-alat atau bahan-bahan
lainnya yang tidak dapat ditampung di ruangan lain, seperti alat-alat untuk
memperbaiki rumah (tangga, dan lain–lain).
• Ruang dapur harus dilengkapi sarana pembuangan asap.

3. Pencahayaan
Pencahayaan dalam ruangan dapat berupa pencahayaan alami dan atau
buatan, yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat menerangi seluruh
ruangan. Intensitas minimal pencahayaan dalam ruangan adalah 60 lux dan
tidak menyilaukan.

4. Kualitas udara
Kualitas udara dalam ruangan tidak boleh melebihi ketentuan sebagai berikut:
a. Suhu udara nyaman berkisar 18° sampai 30° C
b. Kelembapan udara berkisar antara 40% sampai 70%
c. Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam
d. Pertukaran udara (air exchange rate) = 5 kaki kubik per menit per
penghuni
e. Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam
f. Konsentrasi gas formaldehid tidak melebihi 120 mg/m3

5. Ventilasi
Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10%
dari luas lantai. Menurut Sanropie (1989), ventilasi sangat penting untuk suatu
rumah tinggal. Hal ini karena ventilasi mempunyai fungsi ganda. Fungsi
pertama sebagai lubang masuk udara yang bersih dan segar dari luar ke dalam
ruangan dan keluarnya udara kotor dari dalam keluar (cross ventilation).
Dengan adanya ventilasi silang (cross ventilation) akan terjamin adanya gerak
udara yang lancar dalam ruangan.
Fungsi kedua dari ventilasi adalah sebagai lubang masuknya cahaya

46
dari luar seperti cahaya matahari, sehingga didalam rumah tidak gelap pada
waktu pagi, siang hari maupun sore hari. Oleh karena itu untuk suatu rumah
yang memenuhi syarat kesehatan, ventilasi mutlak harus ada. Suatu ruangan
yang tidak memiliki sistem ventilasi yang baik akan menimbulkan keadaan
yang merugikan kesehatan, antara lain:
a. Kadar oksigen akan berkurang, padahal manusia tidak mungkin dapat
hidup tanpa oksigen dalam udara.
b. Kadar karbon dioksida yang bersifat racun bagi manusia, akan
meningkat.
c. Ruangan akan berbau, disebabkan oleh bau tubuh, pakaian, pernafasan,
dan mulut.
d. Kelembapan udara dalam ruangan akan meningkat disebabkan oleh
penguapan cairan oleh kulit dan pernafasan (Azwar,1990).

Berdasarkan Azwar (1990), ada dua cara yang dapadilakukan agar ruangan
mempunyai sistem aliran udara yang baik, yaitu
a) Ventilasi alamiah, yaitu ventilasi yang terjadi secara alamiah
dimana udara masuk melalui jendela, pintu, ataupun lubang angin
yang sengaja dibuat untuk itu. Proses terjadinya aliran udara ialah
karena terdapatnya perbedaan suhu, udara yang panas lebih ringan
dari pada udara yang dingin.
b) Ventilasi buatan, ialah ventilasi berupa alat khusus untuk
mengalirkan udara, misalnya penghisap udara (exhaust ventilation)
dan air condition.
6. Binatang penular penyakit
Di dalam rumah tidak boleh ada tikus yang bersarang.
7. Air
a. Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/hari/orang.
b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan atau air
minum sesuai perundang-undangan yang berlaku.
8. Tersedianya sarana penyimpanan makanan yang aman.
9. Limbah
a. Limbah cair yang berasal dari rumah tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah.

47
b. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, pencemaran
terhadap permukaan tanah, serta air tanah.
10. Kepadatan hunian ruang tidur
Luas ruang tidur minimal 9 meter, dan tidak dianjurkan digunakan
lebih dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak di bawah umur
5 tahun.

11. Atap
Fungsi atap adalah untuk melindungi isi ruangan rumah dari gangguan
angin, panas dan hujan, juga melindungi isi rumah dari pencemaran udara
seperti: debu, asap, dan lain-lain. Atap yang paling baik adalah atap dari
genteng karena bersifat isolator, sejuk dimusim panas dan hangat di musim
hujan (Sanropie, 1989).

2.3.4 Sarana Sanitasi Rumah Sehat


Dilihat dari aspek sanitasi, maka beberapa sarana lingkungan yang berkaitan
dengan perumahan sehat adalah sebagai berikut:
1. Sarana air bersih dan air minum
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No.416/MENKES/PER/IX/1990
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1990).
Air minum adalah air yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum dan berasal dari penyediaan air minum sesuai Keputusan
Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002 (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2002).
Sarana air bersih adalah semua sarana yang dipakai sebagai sumber air
bagi penghuni rumah yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Hal yang
perlu diperhatikan dalam pembuatan sarana air bersih antara lain:
a) jarak antara sumber air dengan sumber pengotoran (seperti septik tank,
tempat pembuangan sampah, air limbah) minimal 10 meter,
b) pada sumur gali sedalam 10 meter dari permukaan tanah dibuat kedap
air dengan pembuatan cincin dan bibir sumur,

48
c) Penampungan air hujan pelindung air, sumur artesis atau terminal air
atau perpipaan/kran atau sumur gali terjaga kebersihannya dan
dipelihara rutin.
Ada 3 syarat utama yang harus dipenuhi agar air layak dikonsumsi sebagai air
minum, antara lain:
a. Syarat fisik
Syarat fisik air minum yaitu air yang tidak berwarna, tidak berbau, jernih
dengan suhu sebaiknya di bawah suhu udara sehingga menimbulkan rasa
nyaman.
b. Syarat kimia
Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan
oleh zat-zat kimia ataupun mineral, terutama yang berbahaya bagi
kesehatan.
c. Syarat bakteriologis
Air tidak boleh mengandung suatu mikroorganisme. Sebagai petunjuk
bahwa air telah dicemari oleh faeces manusia adalah adanya E.coli karena
bakteri ini selalu terdapat dalam faeces manusia baik yang sakit, maupun
orang sehat serta relatif lebih sukar dimatikan dengan pemanasan air
(Entjang, 1997).
2. Saluran Pembuangan Air Limbah
Air limbah atau air kotor atau air bekas ialah air yang tidak bersih dan
mengandung belbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia,
hewan dan lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia.
Pada dasarnya pengolahan air limbah bertujuan untuk:
a. Melindungi kesehatan anggota masyarakat dari ancaman berbagai
penyakit. Ini disebabkan karena limbah sering dipakai sebagai tempat
berkembang-biaknya berbagai macam bibit penyakit.
b. Melindungi timbulnya kerusakan tanaman, terutama jika air limbah
tersebut mengandung zat organik yang membahayakan kelangsungan
hidup.
c. Menyediakan air bersih yang dapat dipakai untuk keperluan hidup
sehari-hari, terutama jika sulit ditemukan air bersih.

49
3. Jamban atau kakus
Kakus atau jamban adalah tempat yang dipakai manusia untuk
melepaskan hajatnya. Adapun syarat-syarat dalam mendirikan kakus atau
jamban menurut Azwar (1990) ialah:
a. Harus tertutup, dalam arti bangunan tersebut terlindung dari pandangan
orang lain, terlindung dari panas atau hujan, serta terjamin privasi-nya.
Dalam kehidupan sehari-hari, syarat ini dipenuhi dalam bentuk
mengadakan ruangan sendiri untuk kakus di rumah ataupun mendirikan
rumah kakus di pekarangan.
b. Bangunan kakus ditempatkan pada lokasi yang tidak sampai mengganggu
pandangan, tidak menimbulkan bau, serta tidak menjadi tempat hidupnya
perbagai binatang.
c. Bangunan kakus memiliki lantai yang kuat, mempunyai tempat berpijak
yang kuat, syarat ini yang terutama harus dipenuhi jika mendirikan kakus
model cemplung.
d. Mempunyai lobang kloset yang kemudian melalui saluran tertentu
dialirkan pada sumur penampungan atau sumur rembesan.
e. Menyediakan alat pembersih seperti air atau kertas yang cukup, sehingga
dapat segera dipakai setelah membuang kotoran.

Berdasarkan Azwar (1990) jenis-jenis kakus atau jamban dilihat dari


bangunan jamban yang didirikan, tempat penampungan, pemusnahan kotoran
dan penyaluran air kotor, seperti:
a. Kakus cubluk (pit privy), ialah kakus yang tempat penampungan tinjanya
dibangun dekat dibawah tempat injakan atau dibawah bangunan kakus.
Menurut Entjang (1997), kakus ini dibuat dengan menggali lubang ke
dalam tanah dengan diameter 80-120 cm sedalam 2,5-8 meter. Lama
pemakaiannya antara 5-15 tahun. Pada kakus ini harus diperhatikan:
i. jangan diberi desinfektan karena mengganggu proses pembusukan
sehingga cubluk cepat penuh,
ii. untuk mencegah bertelurnya nyamuk, tiap minggu diberi minyak
tanah,
iii. agar tidak terlalu bau diberi kapur barus.

50
b. Kakus empang (overhung latrine), ialah kakus yang dibangun di atas
empang, sungai atau rawa. Kakus model ini kotorannya tersebar begitu
saja, yang biasanya kotoran tersebut langsung dimakan ikan, atau ada yang
dikumpul memakai saluran khusus yang kemudian diberi pembatas seperti
bambu, kayu dan lain sebagainya yang ditanam melingkar ditengah
empang, sungai atau rawa.
c. Kakus kimia (chemical toilet), kakus model ini biasanya dibangun pada
tempat- tempat rekreasi, pada alat transportasi dan lain sebagainya. Di
tempat ini, tinja didisenfeksi dengan zat-zat kimia seperti caustic soda, dan
sebagai pembersihnya dipakai kertas (toilet paper). Kakus kimia sifatnya
sementara, oleh karena itu kotoran yang telah terkumpul perlu dibuang
lagi. Ada dua macam kakus kimia, yaitu:
i. tipe lemari (commode type)
ii. tipe tanki (tank type).
d. Kakus dengan “angsa trine” ialah kakus dimana leher lubang kloset
berbentuk lengkungan, dengan demikian akan selalu terisi air yang penting
untuk mencegah bau serta masuknya binatang-binatang kecil. Kakus
model ini biasanya dilengkapi dengan lubang atau sumur penampung atau
sumur resapan yang disebut septi tank. Kakus model ini adalah yang
terbaik dan dianjurkan dalam kesehatan lingkungan.
4. Tempat Sampah
Usaha yang diperlukan agar sampah tidak membahayakan kesehatan
manusia dalah perlunya dilakukan pengelolaan terhadap sampah, seperti
penyimpanan (storage), pengumpulan (collection), dan pembuangan
(disposal). Tempat sampah tiap-tiap rumah, isinya cukup 1 meter kubik.
Tempat sampah sebaiknya tidak ditempatkan di dalam rumah atau di pojok
dapur, karena akan menjadi gudang makanan bagi tikus-tikus dan rumah
menjadi banyak tikusnya.
Tempat sampah yang baik harus memenuhi kriteria, antara lain (Entjang,
1997):
a) Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan tidak mudah rusak,
b) Harus mempunyai tutup sehingga tidak menarik serangga atau
binatang-binatang lainnya, dan sangat dianjurkan agar tutup sampah
ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan,

51
c) Ditempatkan di luar rumah. Bila pengumpulannya dilakukan oleh
pemerintah, tempat sampah harus ditempatkan sedemikian rupa
sehingga karyawan pengumpul sampah mudah mencapainya.

2.3.5 Manfaat Rumah Sehat


a. Memberi perlindungan terhadap populasi yang menyandang risiko
tinggi, yakni anak-anak dan wanita, masyarakat dengan rumah sub
standard, masyarakat yang tersisih dan mobil, manula, penderita
penyakit kronis dan yang cacat.
b. Meningkatan penyuluhan serta kualitas profesi kesehatan masyarakat
dan profesi yang membangun pemukiman; penyediaan perumahan dan
penggunaan rumah untuk meningkatkan kesehatan.
c. Memberi perlindungan dari penyakit menular, mencakup pelayanan air
bersih, sanitasi, persampahan, drainase, higiene perseorangan dan
pemukiman, kemanan makanan, bangunan yang aman terhadap tranmisi
penyakit.
d. Memberi perlindungan terhadap penyakit kejiwaan dengan mengurangi
tekanan jiwa dan sosial akibat rumah.
e. Meningkatkan kesehatan dalam lingkungan perumahan dengan
memperhatikan ketersediaan pelayanan keperluan sehari-hari dan
pekerjaan dekat rumah.
f. Meningkatkan pemanfaatan rumah sehingga dapat meningkatkan
kesehatan, yaitu pemanfaatan rumah dapat memberi dampak kesehatan
yang maksimum pada penghuninya.
g. Meningkatkan perlindungan terhadap kecelakaan dan penyakit kronis
dengan memperbaiki kontruksi dan bahan bangunan rumah, pencemaran
di dalam rumah, penggunaan rumah sebagai tempat kerja.
h. Penyebarluasan pentingnya aspek kesehatan rumah sehingga yang
berwenang dapat memasukkan aspek-aspek kesehatan tersebut ke dalam
kebijakan pembangunan pemukiman.
i. Meningkatkan kebijakan sosial ekonomi yang menunjang tata guna
tanah dan pemukiman sehingga kesehatan fisik, mental dan sosial
dicapai secara maksimal.
j. Meningkatkan proses pembangunan sosial ekonomi; mulai dari

52
perencanaan, pengelolaan, pengaturan tata guna tanah derah urban,
peraturan pemukiman, desain dan kotruksi rumah, pelayanan terhadap
masyarakat dan pemantauan yang kontinu.
k. Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
pemukiman secara swadaya, gotong royong dan koperatif.

2.3.6 Penyakit yang berkaitan dengan rumah tidak sehat


Sanitasi rumah yang kurang baik dikaitkan dengan tingginya berbagai
masalah kesehatan, seperti penyakit infeksi pernapasan, asma, keracunan
timah, penyakit kronik dan perkembangan mental anak.
Pengaruh lingkungan hidup terhadap kesehatan manusia sangatlah
kompleks. Peranan faktor lingkungan dalam menimbulkan penyakit dapat
dibedakan menjadi empat, yaitu :
 Sebagai faktor predisposisi, artinya berperan dalam menunjang
terjangkitnya penyakit.
 Sebagai penyebab penyakit secara langsung.
 Sebagai media transmisi penyakit.
 Sebagai faktor yang mempengaruhi perjalanan penyakit.

Rumah yang tidak sehat dan juga perilaku tidak sehat dapat
menyebabkan dan menularkan penyakit bagi penghuninya, seperti sakit batuk-
batuk, pilek, sakit mata, demam, sakit kulit, maupun kecelakaan. Kebiasaan
tidur beramai-ramai dalam satu kamar tidur atau terlalu padat penghuni adalah
kebiasaan tidak baik dalam rumah, karena dapat menularkan penyakit dengan
cepat. Biasanya bila salah seorang menderita batuk dan pilek maka semua
yang tidur bersama-sama dengan orang tersebut akan tertular sakit batuk dan
pilek. Penyakit-penyakit lain yang dapat menular akibat tidur ramai-ramai
yaitu sakit mata, kulit, batuk darah (TB).
Merokok adalah kebiasaan yang sangat tidak sehat bagi perokok tersebut,
apalagi dilakukan di dalam rumah maka akibatnya dapat mengenai penghuni
rumah lainnya. Asap yang dikeluarkan dari rokok mengandung zat yang
sifatnya racun bagi tubuh dan dapat mennyebabkan sakit kanker, jantung dan
gannguan janin pada ibu hamil.

53
Dapur merupakan tempat kegiatan untuk mengolah, menyiapkan dan
menyimpan makanan, kegiatan memasak sering dilakukan oleh ibu-ibu sambil
menggendong anaknya yang masih kecil. Tanpa disadari bahwa menggendong
anak sambil memasak merupakan perilaku tidak sehat terutama untuk sang
anak karena dapat terkena asap dapur yang berasal dari pembakaran bahan
bakar (minyak, kayu, arang, daun, batu bara). Dari kegiatan memasak sambil
menggendong anak dapat terkena sakit saluran pernafasan seperti batuk-batuk.
Menjamah makanan tanpa cuci tangan pakai sabun terlebih dahulu adalah
sangat berbahaya karena di tangan terdapat banyak kotoran setelah tangan
melakukan banyak kegiatan. Kegiatan manusia sebagian besar menggunakan
tangan, sehingga tangan dapat menjadi sumber penularan penyakit. Penyakit
yang dapat ditularkan melalui tangan antara lain diare, kecacingan, keracunan,
sakit kulit dan lain - lain. Secara ringkas keadaan rumah yang tidak sehat dapat
menjadi sumber penularan penyakit seperti terlihat pada alur penularan
penyakit dibawah ini.

Bagan.2.1. Penularan Penyakit Terkait Rumah Tidak Sehat.

Konstruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan


merupakan faktor resiko sumber penularan beberapa jenis penyakit, seperti :

54
1. ISPA
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran napas mulai hidung sampai
alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura). Patogen
yang paling sering menyebabkan ISPA adalah virus, namun demikian bakteri
Streptococcus Pneumoniae merupakan penyebab utama pneumonia di banyak
negara (Depkes, 2007).
ISPA dibagi menjadi 2 golongan, yaitu pneumonia dan bukan
pneumonia. Untuk penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan
penyakit jalan nafas bagian atas lainnya termasuk dalam golongan bukan
pneumonia. Untuk menurunkan angka kejadian ISPA di masyarakat, maka
kondisi rumah harus memenuhi syarat kesehatan sehingga penghuninya tetap
sehat. Rumah harus memiliki ventilasi dan kelembaban rumah yang cukup,
pemasangan genteng kaca sehingga cahaya matahari dapat masuk ke dalam
rumah yang akan mengurangi kelembaban dalam rumah (Depkes, 2000).
Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis, dan penyakit
jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia.
Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus
dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. ISPA dapat ditularkan melalui air
ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup
oleh orang sehat ke saluran pernafasannya. Biasanya penularan organisme
terjadi dari orang ke orang, tetapi penularan melalui kontak sesaat jarang
terjadi.
2. Diare
Diare akut adalah buang air besar (BAB) dengan konsistensi yang
lebih lunak atau cair yang terjadi dengan frekuensi ≥ 3× dalam 24 jam dan
berlangsung dalam waktu < 14 hari. Di negara berkembang, diare adalah
penyebab kematian paling umum kematian balita, dan juga membunuh lebih
dari 2,6 juta orang setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan kondisi cuaca yang
tidak stabil, sanitasi tempat pengungsian yang buruk serta kondisi rumah yang
masih kotor terkena genangan air, juga sulitnya mendapat air bersih
menyebabkan mudahnya terjadi wabah diare setelah banjir. Penyakit diare
yang terlihat ringan justru bisa membahayakan jiwa, karena saat tubuh

55
kekurangan cairan, maka semua organ akan mengalami gangguan. Diare akan
semakin berbahaya jika terjadi pada anak-anak.
3. Malaria
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama
Plasmodium. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi
parasit tersebut. Di dalam tubuh manusia, parasit Plasmodium akan
berkembang biak di organ hati kemudian menginfeksi sel darah merah yang
akhirnya menyebabkan penderita mengalami gejala-gejala malaria seperti
gejala pada penderita influenza, bila tidak diobati maka akan semakin parah
dan dapat terjadi komplikasi yang berujung pada kematian.
Penyakit ini paling banyak terjadi di daerah tropis dan subtropis di
mana parasit Plasmodium dapat berkembang baik begitu pula dengan vektor
nyamuk Anopheles. Apabila lingkungan rumah tidak terjaga dengan baik,
kondisi ventilasi dan tempat-tempat dimana nyamuk dapat berkembang masih
tidak dibersihkan maka malaria akan semakin cepat menyebar.
Cara efektif mencegah Penyakit Malaria, berdasarkan faktor penyebab
penyakit, sebagai berikut :
Lingkungan rumah /ventilasi kurang baik
• Memasang kawat kasa pada ventilasi /lubang penghawaan
• Jauhkan kandang ternak dari rumah ayau membuat kandang kolektif
• Buka jendela atau buka genting kaca agar terang dan tidak lembab
Lingkungan sekitar rumah tidak terawat
• Sering membersihkan rumput / semak disekitar rumah dan tepi kolam
• Genangan air dialirkan atau ditimbun
• Memelihara tambak ikan dan membersihkan rumput
• Menebar ikan pemakan jentik
Perilaku tidak sehat
• Melipat dan menurunkan kain/baju yang bergantungan
• Tidur dalam kelambu
• Pada malam hari berada dalam rumah
4. Demam Berdarah
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan
oleh virus Dengue yang ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan
nyamuk Aedes. Aedes aegypti merupakan vektor yang paling utama, namun

56
spesies lain seperti Aedes albopictus juga dapat menjadi vektor penular.
Nyamuk penular dengue ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia,
kecuali di tempat yang memiliki ketinggian lebih dari 1000 meter di atas
permukaan laut. Nyamuk ini biasanya hidup di antara garis lintang 35° Utara
dan 35° Selatan, di bawah ketinggian 1000 m. Nyamuk-nyamuk tersebut lebih
sering menggigit pada siang hari. Satu gigitan dapat menginfeksi manusia.
Penyakit DBD banyak dijumpai terutama di daerah tropis dan sering
menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Beberapa faktor yang mempengaruhi
munculnya DBD antara lain rendahnya status kekebalan kelompok masyarakat
dan kepadatan populasi nyamuk penular karena banyaknya tempat perindukan
nyamuk yang biasanya terjadi pada musim penghujan.
Sejumlah gejala dari demam dengue adalah demam, sakit kepala, kulit
kemerahan yang tampak seperti campak, dan nyeri otot dan persendian. Pada
sejumlah pasien, demam dengue dapat berubah menjadi satu dari dua bentuk
yang mengancam jiwa. Yang pertama adalah demam berdarah, yang
menyebabkan pendarahan, kebocoran pembuluh darah dan rendahnya tingkat
trombosit darah. Yang kedua adalah Sindrom Renjat Dengue, yang
menyebabkan tekanan darah rendah yang berbahaya.
WHO menyarankan beberapa tindakan khusus untuk mengendalikan
dan menghindarkan gigitan nyamuk. Cara terbaik untuk mengendalikan
nyamuk “Aedes Aegypti” adalah dengan menyingkirkan habitatnya.
Masyarakat harus mengosongkan wadah air yang terbuka (sehingga nyamuk
tidak dapat bertelur di dalam wadah-wadah terbuka tersebut). Insektisida atau
agen-agen pengendali biologi juga dapat digunakan untuk mengendalikan
nyamuk di wilayah-wilayah ini. Air diam (tidak mengalir) harus dibuang
karena air tersebut menarik nyamuk, dan juga karena manusia dapat terkena
masalah kesehatan jika insektisida menggenang di dalam air diam. Untuk
mencegah gigitan nyamuk, orang-orang dapat memakai pakaian yang menutup
kulit mereka sepenuhnya. Mereka juga dapat menggunakan anti nyamuk
(seperti semprotan nyamuk), yang membantu menjauhkan nyamuk. (DEET
paling ampuh) selain itu juga dapat menggunakan kelambu saat beristirahat.
5. Penyakit kulit
Jika lingkungan sudah tidak bersih lagi maka akan sangat berbahaya
bagi kesehatan penghuninya. Salah satunya adalah penyakit kulit yang biasa

57
dikenal dengan nama kudis, skabies, gudik, budugen. Penyebab penyakit kulit
ini adalah tungau atau sejenis kutu yang yang sangat kecil yang bernama
sorcoptes scabies. Tungau ini berkembang biak dengan cara menembus
lapisan tanduk kulit kita dan membuat terowongan di bawah kulit sambil
bertelur.
Cara penularan penyakit ini dengan cara kontak langsung atau melalui
peralatan seperti baju, handuk, sprei, tikar, bantal, dan lain-lain. Sedangkan
cara pencegahan penyakit ini dengan cara antaralain:
- Menjaga kebersihan diri, mandi dengan air bersih minimal 2 kali sehari
dengan sabun, serta hindari kebiasaan tukar menukar baju dan handuk
- Menjaga kebersihan lingkungan, serta biasakan selalu membuka jendela
agar sinar matahari masuk.
Cara efektif mencegah penyakit kulit (berdasarkan faktor penyebab
penyakit), sebagai berikut:
- Gunakan air dari sumber yang terlindung
- Penyediaan air tidak memenuhi syarat
- Pelihara dan jaga agar sarana air terhindar dari pencemaran
Kesehatan perorangan jelek
- Cuci tangan pakai sabun
- Mandi 2 kali sehari pakai sabun
- Potong pendek kuku jari tangan
Perilaku tidak hygienis
- Peralatan tidur dijemur
- Tidak menggunakan handuk dan sisir secara bersamaan
- Sering mengganti pakaian
- Pakaian sering dicuci
- Buang air besar di jamban
- Istirahat yang cukup
- Makan makanan bergizi
6. Cacingan
Penyakit cacingan merupakan penyakit yang dimana tubuh manusia
memiliki cacing parasit di tubuh, cacing ini memakan nutrisi yang dibutuhkan
oleh tubuh sehingga merugikan para pengidapnya. Penyakit ini sering terjadi
pada anak-anak maupun pada orang dewasa di mana saja, termasuk di

58
Indonesia. Penyakit cacingan biasanya disebabkan oleh Cacing Gelang,
Cacing Tambang dan Cacing Kremi.
a. Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides) berkembang biak di dalam perut
manusia dan di tinja. Telur cacing dapat masuk kedalam mulut melalui
makanan yang tercemar atau tangan yang tercemar dengan telur
cacing. Telur Cacing menetas menjadi cacing didalam perut,
selanjutnya keluar bersama-sama tinja.
b. Cacingan yang disebabkan karena Cacing Kremi (Enterobius
vermicularis). Tempat berkembang biak jenis cacing ini di perut
manusia dan tinja, dengan cara penularan menelan telur cacing yang
telah dibuahi, dapat melalui debu, makanan atau jari tangan (kuku).
c. Penyakit cacingan lain, disebabkan oleh Cacing tambang
(Anchylostomiasis Duodenale). Jenis cacing ini mempunyai tempat
berkembang biak Perut manusia dan tinja. Cara Penularan dimulai
ketika telur dalam tinja di tanah yang lembab atau lumpur menetas
menjadi larva. Kemudian larva tersebut masuk melalui kulit, biasanya
pada telapak kaki. Pada saat kita menggaruk anus, telur masuk
kedalam kuku, jatuh ke sprei atau alas tidur dan terhirup mulut. Telur
dapat juga terhirup melaui debu yang ada di udara. atau dengan
reinfeksi (telur – larva – masuk anus lagi)
Cara efektif mencegah penyakit cacingan (berdasarkan faktor penyebab
penyakit), sebagai berikut :
Pembuangan Kotoran Tidak Saniter
- Buang air besar hanya di jamban
- Lubang WC atau jamban ditutup
- Bila belum punya, anjurkan untuk membangun sendiri atau berkelompok
dengan tetangga
- Plesterisasi lantai rumah

Pengelolaan makanan tidak saniter


- Cuci sayuran dan buanh-buahan yang akan dimakan dengan air bersih
- Masak makanan sampai benar-benar matang
- Menutup makanan pakai tudung saji
-

59
Perilaku Tidak Hygienis
- Cuci tangan pakai sabun sebelum makan
- Cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar
- Gunakan selalu alas kaki
- Potong pendek kuku
- Tidak gunakan tinja segar untuk pupuk tanaman
7. Keracunan Makanan
Keracunan makanan adalah kondisi yang muncul akibat mengonsumsi
makanan yang telah terkontaminasi oleh organisme menular, seperti bakteri,
virus, dan parasit. Cara efektif mencegah Keracunan Makanan, berdasarkan
faktor penyebab penyakit, sebagai berikut :
a. Makanan rusak atau kadaluwarsa
- Pilih bahan makanan yang baik dan utuh
- Makanan yang sudah rusak/kadaluwarsa tidak dimakan
b. Pengolahan Makanan tidak Akurat
- Memasak dengan matang dan panas yang cukup
- Makan makanan dalam akeadaan panas atau hangat
- Panaskan makanan bila akan dimakan
c. Lingkungan tidak bersih atau higienis
- Tempat penyimpanan makanan matang dan mentah terpisah
- Simpan makanan pada tempat yang tertutup
- Kandang ternak jauh dari rumah
- Tempat sampah tertutup
d. Perilaku tidak higienis
- Cuci tangan sebelum makan atau menyiapkan makan
- Cuci tangan pakai sabun sesudah BAB
- Bila sedang sakit jangan menjamah makanan atau pakailah tutup mulut.
2.4 Hal yang mendukung kesehatan pada sebuah rumah menurut Islam.
Kebersihan merupakan sesuatu yang harus dijaga oleh setiap manusia, baik
itu kebersihan diri maupun lingkungan. Dalam islam terdapat ajaran untuk
mengutamakan kebersihan. Bahkan dikatakan bahwa kebersihan merupakan
sebagian dari iman. Allah tidak menyukai sesuatu yang kotor ataupun najis.
Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam adalah teladan bagi umat islam. Maka
itu sudah selayaknya bagi kita mengikuti apa-apa yang dilakukan oleh Nabi

60
Muhammad Shallallahu „alaihi wa sallam, termasuk dalam hal menjaga
kebersihan yang merupakan bagian dari gaya hidup sehat Rasulullah.

“Kebersihan adalah sebagian dari iman”


Dari Abu Malik Al-Asy‟ariy radhiallahu‟anhu bahwasanya Nabi shalallahu
alaihi wasallam bersabda:

“Kesucian adalah sebagian dari iman.“ (HR. Muslim)

Kita diwajibkan untuk menjaga kebersihan di tempat tinggal kita, agar tetap
bersih dan indah. Tidak kalah pentingnya lingkungan tempat tinggal kita, seperti
selokan, halaman rumah, dll. Tempat tinggal dan lingkungan harus selalu dijaga,
dirawat dengan baik serta teratur sehingga menjadi lingkungan yang bersih dan sehat.

Seperti hadits di bawah ini:

Artinya :
"Agama Islam itu adalah agama yang bersih atau suci, maka hendaklah kamu menjaga kebersihan.
Sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang suci." (HR. Baihaqiy)

Ungkapan ini mengandung makna betapa pentingnya kebersihan bagi


kesehatan manusia, baik perorangan, keluarga, masyarakat, maupun lingkungan.
Kebersihan adalah upaya manusia untuk memelihara diri dan lingkungan dari
berbagai macam kotoran baik kotoran jasmani maupun kotoran rohani.

61
2.5. Kerangka Teori
Konsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori Lawrence
Green, yang menyatakan bahwa perilaku oleh beberapa factor yang
memengaruhi terbentuknya pengetahuan, yaitu :

FAKTOR PREDISPOSISI:
 Pengetahuan
 Lingkungan
 Usia
 Kepercayaan masyarakat
 Tingkat pendidikan
 Sosial ekonomi

FAKTOR PENDUKUNG:
 Ketersediaan sarana
PERILAKU

FAKTOR PENDORONG:
 Sikap dan perilaku tokoh
masyarakat, tokoh agama,
dan petugas kesehatan

Bagan 2.2. Kerangka Teori

62
2.6 Kerangka Konsep
Berdasarkan teori sebelumnya, dapat dibuat suatu kerangka konsep yang
berhubungan dengan area permasalahan yang terjadi pada keluarga binaan di
Kampung Andil, RT 004/ RW 001, Desa Talok, Kecamatan Kresek, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten. Kerangka konsep ini terdiri dari variabel
independen dari kerangka teori yang dihubungkan dengan area permasalahan.

PENGETAHUAN

EKONOMI

PENDIDIKAN

PERILAKU TENTANG
RUMAH SEHAT PADA
KELUARGA BINAAN
PERANAN PETUGAS
KESEHATAN, TOKOH
MASYARAKAT DAN
TOKOH AGAMA

LINGKUNGAN

USIA

SARANA

Bagan 2.3. Kerangka Konsep

63
Tabel 2.4. Definisi Operasional
Skala
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Pengukuran
1 Perilaku Kebiasaan sehari-hari penghuni rumah Kuesioner Wawancara 0=Perilaku Buruk: 0-3 Ordinal
tentang Rumah dalam melakukan kesehatan dan 1=Perilaku Baik: 4-10
Sehat kebersihan rumah seperti membuka *Jika semua pertanyaan
jendela, membersihkan rumah, dan dijawab dengan benar
membuang sampah.
2 Pengetahuan Wawasan mengenai definisi, kriteria dan Kuesioner Wawancara 0 = pengetahuan buruk : 0-2 Ordinal
manfaat rumah sehat 1 = pengetahuan baik : 3-6*
*Jika semua pertanyaan
dijawab dengan benar
3 Ekonomi Penghasilan keluarga yang mempengaruhi Kuesioner Wawancara 1 = penghasilan rendah: Ordinal
daya beli keluarga tersebut untuk < Rp. 3.555.853
mendapatkan informasi dari berbagai 2 = penghasilan cukup:
prasarana, seperti handphone, televisi, dan = Rp. 3.555.853
internet, merujuk pada UMR Kabupaten 3 = penghasilan tinggi :
Tangerang tahun 2017 sebesar Rp. > Rp. 3.555.853
3.555.853,-

64
Tabel. 2.4 (Lanjutan) Definisi Operasional

4 Pendidikan Derajat tertinggi jenjang pendidikan yang Kuesioner Wawancara 0=


diselesaikan dari sekolah formal terakhir sek
dengan sertifikat kelulusan 1=
2=
hin
5 Peranan Kegiatan petugas kesehatan, tokoh Kuesioner Wawancara 0=
Petugas masyarakat dan tokoh agama dalam 1=
Kesehatan, menjalankan program kesehatan lingkungan
tokoh seperti penyuluhan kesehatan mengenai
masyarakat dan rumah sehat
tokoh agama
6 Usia Lamanya waktu hidup yaitu terhitung sejak Kuesioner Wawancara 1=
lahir sampai dengan saat wawancara 2=
3=
7 Lingkungan Keadaan lingkungan sekitar keluarga binaan Kuesioner Wawancara 0=
yang dapat mempengaruhi suatu individu 1=
untuk menerapkan rumah sehat
8 Sarana Alat yang dibutuhkan dalam menunjang Kuesioner Wawancara 0=
terwujudnya rumah sehat, seperti sapu, pel, 1=
kain lap, tempat sampah.

Anda mungkin juga menyukai