Anda di halaman 1dari 15

On the Role of USG & CT-scan in

the Diagnosis of Acute Appendicitis


Disusun oleh:
Nerissa Arviana R (1102013210)

Pembimbing:
Mayor CKM dr. Atiek W, Sp. Rad
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini untuk melihat kembali fungsi
dari Ultrasonografi (USG) sebagai modalitas
pencitraan utama dalam mendiagnosis Apendicitis
Akut dan untuk menetapkan CT-Scan sebagai
modalitas pencitraan kedua.
Pendahuluan
• Apendisitis akut (AA) merupakan penyebab paling
umum terjadinya akut abdomen yang membutuhkan
intervensi bedah segera.
• Dalam mendiagnosis AA, tidak selalu mudah dilakukan
terutama pada wanita karena bisa terjadi misdiagnosis
dengan penyakit ginekologi yang memiliki manifestasi
klinis yang mirip dengan AA.
• USG telah lama dianggap sebagai modalitas yang
sangat berguna untuk mendiagnosis AA.
• Namun saat ini CT-Scan didapatkan lebih akurat dan
lebih sering digunakan dibanding USG meskipun USG
memiliki tingkat akurasi yang sama apabila dilakukan
oleh ahli radiologi yang handal.
Objektif

Tujuan dari penelitian ini untuk melihat kembali fungsi


dari Ultrasonografi (USG) sebagai modalitas pencitraan
utama dalam mendiagnosis Apendicitis Akut dan untuk
menetapkan CT-Scan sebagai modalitas pencitraan
kedua.
Alat dan Metode

• Penelitian ini dilakukan di Bangsal Kelas III di Rumah


Sakit Militer di India dan dilakukan selama 2 tahun
secara prospektif (Agustus 2009 – Juli 2011).
• Kelompok studi merupakan pasien dengan AA yang
dicurigai secara klinis dan/atau radiologis yang
dirawat di rumah sakit ini.
• Pemeriksaan USG dilakukan dengan protokol standar
untuk Apendisitis.
• Diagnosis apendisitis dapat dilihat dari apendiks non-
kompresi yang memiliki diameter luar 07 mm atau
lebih.
• Gambaran lainnya berupa ileus terlokalisir, cairan
periappendiceal, terdapatnya cairan pada pelvis,
dan limpadenopati yang terlokalisir.
• Penggunaan CT-scan yang dibatasi dilakukan pada
regio abdomen bawah dan pelvis pada pemeriksaan
USG pasien dengan gambaran apendiks yang
terlihat samar.
• Pasien dengan gambaran apendiks yang tidak
meyakinkan pada USG namun memiliki manifestasi
klinis sekunder juga menjalani pemeriksaan CT-scan.
• Analisis statistik dilakukan dengan uji chi-square dan
P-value <0,05.
Hasil
• Sebanyak 121 pasien dirujuk untuk • Terdapat 3 kasus misdiagnosis yang
dilakukan USG dengan kecurigaan sudah dilakukan USG.
klinis apendisitis.

• 84 pasien menjalani operasi berdasarkan


temuan klinis dan pemeriksaan penunjang, • 3 kasus itu adalah Divertikulitis Meckel,
dimana 76 diantaranya memiliki Endometriosis dengan Salpingitis, dan KET
appendisitis yang dikonfirmasi dengan tanpa ruptur tuba).
pemeriksaan histopatologi.
• Dari 76 pasien apendisitis yang dikonfirmasi melalui
pemeriksaan histopatologi, 63 pasien diantaranya memiliki
fitur appendisitis sehingga tidak membutuhkan modal
pencitraan tambahan.
• Dari 121 pasien, 12 pasien membutuhkan modalitas CT-Scan
yang disebabkan oleh terlihat gambaran atipik pada
pemeriksaan USG.
• Dari 12 pasien ini, 7 diantaranya memiliki apendisitis
retrosekal dan 3 lainnya memiliki apendisitis paracolic tinggi.
• Dengan menggunakan CT-scan sebagai modalitas
pencitraan kedua pada 12 kasus tersebut, sebanyak 73 dari
76 kasus Apendisitis Akut terbukti dapat didiagnosis
sebelum dilakukan operasi.
Tabel 1. USG

Sensitifitas 81
Spesifitas 88
PPV 92,6
NPV 71,6
Akurasi 83%

Tabel 2. USG + CT-scan

Sensitifitas 96% (P=0,0014)


Spesifitas 89%
PPV 93%
NPV 93,5% (P=0,0001)
Akurasi 93% (P=0,0484)
Pembahasan
• Apendisitis akut (AA) merupakan kasus yang sering
ditemukan. Namun, meskipun sudah tercipta kemajuan
bidang ilmu klinis dan pencitraan, misdiagnosis tidak
jarang terjadi bahkan sampai hari ini.
• Meskipun USG telah lama menjadi modalitas yang
berperan penting dalam mendiagnosis AA, namun di
banyak negara lain, CT-scan semakin sering
digunakan dibanding USG sebagai modalitas
pencitraan utama pada pasien yang dicurigai
dengan AA.
• Tidak ada pedoman universal untuk keberhasilan
pada penatalaksanaan kasus AA, namun dengan
menggunakan protokol klinis berbasis bukti (evidence-
based clinical protocol), investigasi yang tidak perlu
bahkan berbahaya (seperti dilakukannya CT-scan)
dapat dikurangi seminimal mungkin.
• Pada kasus curiga AA, modalitas pencitraan yang
dibutuhkan cukup USG apendiks oleh ahli radiologi
yang handal, dimana CT-scan digunakan sebagai
modalitas second-line atau problem-solving.
• “USG first and CT next, if required.”
• Dari studi yang dilakukan pada institusi ini, hanya
10% dari total kasus AA yang membutuhkan
modalitas tambahan CT-scan untuk mengkonfirmasi
diagnosis.
• Kelebihan dari USG ialah USG tidak memiliki radiasi
ion dan oleh karena itu dapat dilakukan lebih dari 1x
tanpa efek samping yang buruk dan USG juga dapat
menunjukkan informasi klinis relevan yang ahli bedah
ingin ketahui (contoh: apendiks yang terinflamasi),
juga memberikan gambaran diagnosis alternatif.
Kesimpulan
Pada era dimana CT-scan semakin digunakan sebagai
modalitas pencitraan utama untuk mendiagnosis
Apendisitis Akut (AA), USG Appediks masih tetap
berguna dalam mendiagnosis AA ataupun bukan AA.
Oleh karena itu, USG masih lebih baik untuk digunakan
sebagai modalitas pencitraan utama untuk mendiagnosis
AA dan CT-scan appendiks dengan risiko radiasi yang
berbahaya sebagai modalitas pencitraan second-line
atau problem-solving.

Anda mungkin juga menyukai