Anda di halaman 1dari 24

HUBUNGAN INFEKSI SALURAN NAPAS ATAS DENGAN OTITIS MEDIA

AKUT
Nerissa Arviana R

Abstrak
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) memiliki dampak yang besar pada kesehatan
masyarakat dan merupakan salah satu alasan kunjungan ke pusat layanan primer.
Pasien yang terpapar ISPA dengan daya tahan tubuh yang rendah pada akhirnya dapat
mengalami komplikasi-komplikasi seperti Otitis Media Akut (OMA). Otitis media
akut yang diawali oleh ISPA menyebabkan akumulasi sekret yang masuk ke telinga
tengah melalui tuba eustachius, sehingga terjadi inflamasi dan edem pada telinga
tengah. Diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Tatalaksana yang diberikan bergantung pada stadium penyakitnya.

Kata Kunci: infeksi saluran pernapasan akut, otitis media akut

Abstract
Acute Respiratory Infections (ARI) have a major impact on public health and are one
of the reasons for visits to primary care centers. Patients exposed to ARI with
decreased immunity may eventually experience various complication and one of them
is Acute Otitis Media (AOM). Acute otitis media initiated by ARI causes accumulation
of secretions in the middle ear through the eustachian tube, resulting in inflammation
and edema of the middle ear. Diagnosis can be established by anamnesis and
physical examination. The management provided depends on the stage of the illness.

Keyword: acute respiratory infection, acute otitis media

PENDAHULUAN
Infeksi Saluran Pernapasan Akut Tuba Eusthacius ini merupakan
(ISPA) merupakan penyakit infeksi saluran penghubung antara rongga
akut yang menyerang salah satu atau telinga tengah dengan nasofaring yang
lebih dari saluran pernapasan, mulai berfungsi sebagai ventilasi, drainase
dari hidung (saluran atas) hingga sekret dan menghalangi masuknya
alveoli (saluran bawah) beserta organ sekret ke telinga tengah, dan OMA
adneksanya seperti sinus-sinus, terjadi akibat tidak berfungsinya
rongga telinga tengah dan pleura.1 sistem pelindung tersebut. Sumbatan
Penyakit ini merupakan infeksi dan peradangan pada tuba eustachius
akut yang menyerang salah satu atau merupakan faktor utama terjadinya
lebih bagian saluran pernapasan yang otitis media.2
memiliki dampak yang besar pada OMA lebih sering terjadi pada
kesehatan masyarakan dan merupakan anak oleh karena infeksi saluran nafas
salah satu alasan kunjungan ke pusat atas sangat sering terjadi pada anak-
pelayanan primer. ISPA menempati anak dan bentuk anatomi tuba
urutan ketujuh penyebab kematian di eustachius pada anak lebih pendek,
Indonesia pada tahun 2001 dengan lebar dan agak horisontal letaknya
prevalensi sebesar 4,9%.1 dibanding orang dewasa. Dengan
Otitis Media Akut (OMA) keadaan itu infeksi mudah menjalar
sebagai salah satu komplikasi ISPA melalui tuba eustachius. Namun, tidak
bagian atas yang paling sering terjadi mustahil terjadi juga pada orang
merupakan suatu infeksi pada telinga dewasa.
tengah yang disebabkan karena
masuknya bakteri patogenik ke dalam KEKERAPAN
telinga tengah.2 Otitis media akut merupakan satu
Telinga tengah adalah organ yang dari sepuluh penyakit dengan
memiliki penghalang yang biasanya prevalensi tertinggi pada poliklinik
dalam keadaan steril. Bila terdapat rawat jalan THT-KL RSU Prof. Dr. R.
infeksi bakteri pada nasofaring dan D. Kandou Manado pada tahun 2010.
faring, secara alamiah terdapat Hasil Survei Kesehatan Indera
mekanisme pencegahan penjalaran Pendengaran yang dilaksanakan pada
bakteri memasuki telinga tengah oleh tahun 1994-1996 di tujuh provinsi di
enzim pelindung dan bulu-bulu halus Indonesia menunjukkan bahwa
yang dimiliki oleh tuba eustachius.2 prevalensi morbiditas Telinga, Hidung

2
dan Tenggorok ialah 38,6%. Gambar 1. Anatomi Saluran
Penelitian yang dilakukan oleh Pernapasan
Samuel Rudolf (2012) mendapatkan Saluran Pernapasan Bagian Atas
bahwa angka kejadian OMA di RSUP 1. Cavum nasi
H. Adam Malik sebesar 0,22% pada Hidung dibentuk oleh tulang
tahun 2009 dan 0,08% pada tahun sejati (os) dan tulang rawan
2010. Kasus OMA terbanyak (kartilago). Hidung dibentuk
ditemukan pada usia di atas 9 tahun. oleh sebagian kecil tulang
Belum ada data yang jelas mengenai sejati, sisanya terdiri atas
angka kejadian otitis media akut di kartilago dan jaringan ikat
Indonesia.1,6 (connective tissue). Bagian
dalam hidung merupakan
ANATOMI SALURAN NAPAS suatu lubang yang dipisahkan
Saluran Pernapasan digolongkan menjadi lubang kiri dan kanan
menjadi dua berdasarkan letaknya, oleh sekat (septum). Rongga
yaitu: hidung mengandung rambut
1. Saluran Pernapasan Bagian Atas (fimbriae) yang berfungsi
(Upper Respiratory Airway), sebagai penyaring (filter) kasar
yaitu: cavum nasi, sinus terhadap benda asing yang
paranasalis, faring dan laring. masuk. Pada permukaan
2. Saluran Pernapasan Bagian (mukosa) hidung terdapat
Bawah (Lower Respiratory epitel bersilia yang
Airway), yaitu: trakea, bronkus mengandung sel goblet. Sel
dan bronkiolus. tersebut mengeluarkan lendir
sehingga dapat menangkap
benda asing yang masuk ke
dalam saluran pernapasan.
2. Sinus paranasal
Sinus paranasalis merupakan
daerah yang terbuka pada
tulang kepala. Dinamakan
sesuai dengan tulang tempat
dia berada yaitu sinus
frontalis, sinus ethmoidalis,

3
sinus sphenoidalis, dan sinus esofagus berada di posterior
maxillaris. Sinus berfungsi laring. Fungsi utama laring
untuk membantu adalah untuk pembentukan
menghangatkan dan suara, sebagai proteksi jalan
humidifikasi dan meringankan napas bawah dari benda asing
berat tulang tengkorak, serta dan untuk memfasilitasi proses
mengatur bunyi suara manusia terjadinya batuk. Laring terdiri
dengan ruang resonansi. atas: Epiglotis; katup kartilago
3. Faring yang menutup dan membuka
Faring merupakan pipa berotot selama menelan. Glotis;
berbentuk cerobong yang lubang antara pita suara dan
letaknya bermula dari dasar laring. Kartilago tiroid;
tengkorak sampai kartilago yang terbesar pada
persambungannya dengan trakhea, terdapat bagian yang
esofagus pada ketinggian membentuk jakun. Kartilago
tulang rawan (kabrtilago) krikoid; cincin kartilago yang
krikoid. Faring digunakan utuh di laring (terletak di
pada saat ‘digestion’ bawah kartilago tiroid).
(menelan) seperti pada saat Kartilago aritenoid; digunakan
bernapas. Berdasarkan pada pergerakan pita suara
letaknya faring dibagi menjadi bersama dengan kartilago
tiga yaitu di belakang hidung tiroid. Pita suara; sebuah
(naso-faring), belakang mulut ligamen yang dikontrol oleh
(oro-faring), dan belakang pergerakan otot yang
laring (laringofaring). menghasilkan suara dan
4. Laring menempel pada lumen laring.
Laring sering disebut dengan
‘voice box’ dibentuk oleh ANATOMI TELINGA
struktur epiteliumlined yang Telinga dibagi menjadi 3 bagian
berhubungan dengan faring (di yaitu telinga luar, telinga tengah dan
atas) dan trakhea (di bawah). telinga dalam.
Laring terletak di anterior
tulang belakang (vertebrae)
ke-4 dan ke-6. Bagian atas dari

4
Gambar 2. Anatomi Telinga

Gambar 3. Membran Timpani


Telinga Tengah
Telinga tengah terdiri dari 3
Membran timpani memisahkan
bagian yaitu membran timpani, cavum
cavum timpani dari kanalis
timpani dan tuba eustachius.
akustikus eksternus. Letak
1. Membran timpani
membrana timpai pada anak lebih
Membran timpani berbentuk
pendek, lebih lebar dan lebih
hampir lonjong, tampak translusen,
horizontal dibandingkan orang
berwarna putih seperti mutiara,
dewasa. Bentuknya ellips, sumbu
terletak oblik di liang telinga, dan
panjangnya 9-10 mm dan sumbu
membatasi liang telinga dengan
pendeknya 8-9 mm, tebalnya kira-
kavum timpani. Diameternya rata-
kira 0,1 mm.
rata sekitar 1 cm. Secara anatomis
membran timpani dibagi dalam 2
2. Kavum timpani
bagian yaitu pars flasida dibagian
Kavum timpani merupakan suatu
atas dan pars tensa di bagian
ruangan yang berbentuk irreguler
bawah. Bagian pinggir pars tensa
diselaputi oleh mukosa. Kavum
lebih tebal dan dibentuk oleh cincin
timpani terdiri dari 3 bagian yaitu
fibrokartilago yang disebut anulus
epitimpanium yang terletak di atas
timpanikus. Pada pemeriksaan
kanalis timpani nervus fascialis,
telinga yang normal menggunakan
hipotimpananum yang terletak di
otoskop biasanya akan tampak
bawah sulcus timpani, dan
manubrium malleus atau umbo dan
mesotimpanum yang terletak
1,4
refleks cahaya atau cone of light.
diantaranya.
Batas cavum timpani;
Atas : tegmen timpani

5
Dasar : dinding vena jugularis dengan tulang stapes pada artikulasi
dan promenensia styloid inkudo-stapedius. Prosesus longus
Posterior : mastoid, m.stapedius, inkus merupakan bagian yang paling
prominensia pyramidal sedkit perdarahannya sehingga sering
Anterior : dinding arteri karotis, mengalami nekrosis akibat
tuba eustachius, m.tensor timpani peradangan di telinga tengah.
Medial : dinding labirin Stapes terletak paling medial,
Lateral : membrana timpani terdiri dari kaput, kolum, krus anterior
dan posterior, serta basis
Kavum timpani berisi 3 tulang stapedius/foot plate. Basis stapedius
pendengaran yaitu maleus, inkus, dan tepat menutup foramen ovale dan
stapes. Ketiga tulang pendengaran ini letaknya hampir pada bidang
saling berhubungan melalui artikulatio horizontal. Lempeng kaki stapes
dan dilapisi oleh mukosa telinga berhubungan dengan pinggir fenestra
tengah. Ketiga tulang tersebut ovalis melalui ligamentum anulare
menghubungkan membran timpani sehingga stapes dapat bergerak
dengan foramen ovale, sehingga suara sewaktu menerima energi suara. Pada
dapat ditransmisikan ke telinga dalam. krura posterior melekat tendo m.
Maleus, merupakan tulang stapedius yang akan berkontraksi
pendengaran yang letaknya paling akibat suara keras.
lateral. Malleus terdiri 3 bagian yaitu
kapitulum mallei yang terletak di
epitimpanum, manubrium mallei yang
melekat pada membran timpani dan
kollum mallei yang menghubungkan
kapitullum mallei dengan manubrium
mallei.
Inkus terdiri atas badan,
Gambar 4. Osikulus
manubrium (prosesus longus) dan
prosesus brevis. Badan inkus pada
3. Tuba eustachius
bagian anterior cekung tempat
Kavitas tuba eustachius adalah
persendiannya dengan maleus. Pada
saluran yang meneghubungkan kavum
ujung manubrium terdapat prosesus
timpani dan nasofaring. Panjangnya
lentikularis inkus yang berhubungan

6
sekitar 31-38 mm, mengarah ke
antero-inferomedial, membentuk
sudut 30-40 dengan bidang
horizontal, dan 45 dengan bidang
sagital. 1/3 bagian atas saluran ini
adalah bagian tulang yang terletak
anterolateral terhadap kanalis Gambar 5. Tuba Eustachius

karotikus dan 2/3 bagian bawahnya


merupakan kartilago. Muara tuba di FISIOLOGI PENDENGARAN

faring terbuka dengan ukuran 1-1,25 Proses mendengar diawali dengan

cm, terletak setinggi ujung posterior ditangkapnya energi bunyi oleh daun

konka inferior. telinga dalam bentuk gelombang yang

Pinggir anteroposterior muara dialirkan melalui udara atau tulang ke

tuba membentuk plika yang disebut koklea. Getaran tersebut

torus tubarius, dan di belakang torus menggetarkan membran timpani, lalu

tubarius terdapat resesus faring yang diteruskan ke telinga tengah melalui

disebut fossa rosenmuller. rangkaian tulang pendengaran.

Pada perbatasan bagian tulang Energi getar ini akan diteruskan

dan kartilago, lumen tuba menyempit ke tulang stapes yang menggerakkan

dan disebut isthmus dengan diameter tingkap lonjong sehingga perilimfa

1-2 mm. Isthmus ini mudah tertutup pada skala vestibuli bergerak. Getaran

oleh pembengkakan mukosa atau oleh diteruskan melalui membrana

infeksi yang berlangsung lama, Reissner yang mendorong endolimfa

sehingga terbentuk jaringan sikatriks. sehingga akan menimbulkan gerak

Pada anak-anak, tuba ini lebih pendek, relatif antara membran basalis dan

lebih lebar dan lebih horizontal membran tektoria. Rangsang mekanik

dibandingkan orang dewasa, ini menyebabkan terjadinya defleksi

sehinggga infeksi dari nasofaring stereosilia sel-sel rambut, sehingga

mudah masuk ke kavum timpani.1,4,5 kanal ion terbuka dan terjadi


pelepasan ion bermuatan listrik dari
badan sel. Keadaan ini menimbulkan
proses depolarisasi sel rambut,
sehingga melepaskan neurotransmiter
ke dalam sinaps yang akan

7
menimbulkan potensial aksi pada OTITIS MEDIA AKUT
syaraf auditorius, lalu dilanjutkan ke Otitis media akut (OMA) adalah
nukleus auditorius sampai ke korteks peradangan sebagian atau seluruh
pendengaran (area 39 – 40) di lobus mukosa telinga tengah, tuba
temporalis. 1,2 Eustachius, antrum mastoid dan sel-
sel mastoid.
INFEKSI SALURAN NAPAS Telinga tengah biasanya steril,
AKUT meskipun terdapat mikroba ke dalam
Infeksi Saluran Pernapasan Akut di nasofaring dan faring. Secara
(ISPA) merupakan penyakit infeksi fisiologik terdapat mekanisme
akut yang menyerang salah satu atau pencegahan masuknya mikroba ke
lebih dari saluran pernapasan, mulai dalam telinga tengah oleh silia
dari hidung (saluran atas) hingga mukosa tuba Eustachius, enzim dan
alveoli (saluran bawah) beserta organ antibody.
adneksanya seperti sinus-sinus, Otitis media akut terjadi karena
rongga telinga tengah dan pleura. 16 faktor pertahanan tubuh ini terganggu.
Depkes RI menyatakan ISPA Sumbatan tuba Eustachius merupakan
bagian atas umumnya disebabkan oleh faktor penyebab utama dari otitis
virus seperti Influenza, virus media. Karena fungsi tuba Eustachius
Parainfluenza dan virus campak), terganggu, pencegahan invasi kuman
Adenovirus, Coronavirus, ke dalam telinga tengah terganggu,
Picornavirus, Herpesvirus dan lain- sehingga kuman masuk ke dalam
lain, sedangkan ISPA bagian bawah telinga tengah dan terjadi peradangan.
dapat disebabkan oleh bakteri seperti Dikatakan juga, bahwa pencetus
bakteri Streptococcus, Stapilococcus, terjadinya OMA ialah infeksi saluran
Pneumococcus, Haemophyllus, nafas atas. Pada anak, makin sering
Bordetella dan Corynobacterium.1 anak terserang infeksi saluran nafas,
Gejala ISPA bagian atas dapat makin besar kemungkinan terjadinya
berupa rasa panas, kering dan gatal OMA.2
dalam hidung, yang kemudian diikuti
bersin terus menerus, hidung ETIOLOGI
tersumbat dengan ingus encer serta Sumbatan pada tuba Eustachius
demam dan nyeri kepala.1 merupakan penyebab utama dari otitis
media. Pertahanan tubuh pada silia

8
mukosa tuba Eustachius terganggu, gangguan pendengaran, penderita juga
sehingga pencegahan invasi kuman ke akan mengalami nyeri pada telinga.
dalam telinga tengah terganggu juga Bila keadaan demikian
sehingga terjadi peradangan. berlangsung lama akan menyebabkan
Kuman penyebab utama pada refluks dan aspirasi bakteri dari
OMA ialah bakteri piogenik seperti nasofaring ke dalam telinga tengah
Streptoccocus hemolyticus, melalui tuba eustachius. Mukosa
Staphylococcus aureus, Pneumokokus. tengah bergantung pada tuba
Terkadang ditemukan pula eustachius yang mengatur proses
Haemophillus influenza, Escherichia ventilasi yang berkelanjutan dari
colli, Streptoccocus anhaemolyticus, nasofaring. Jika terjadi gangguan pada
Proteus vulgaris dan Pseudomonas tuba seperti obstruksi, akan
aureginosa. 3,4 mengaktivasi proses inflamasi
kompleks dan terjadi efusi cairan ke
PATOFISIOLOGI telinga tengah.
Salah satu penyebab terjadinya Bila tuba eustachius tersumbat,
OMA adalah infeksi saluran drainase telinga tengah terganggu
pernapasan atas oleh bakteri atau serta terjadi akumulasi sekret di
alergi yang mengakibatkan terjadinya telinga tengah, kemudian terjadi
kongesti dan edema pada mukosa proliferasi mikroba pathogen pada
saluran napas atas, yang kemudian sekiret. Akibat dari infeksi saluran
dapat menyebar ke telinga tengah napas atas, sitokin dan mediator-
melewati tuba eustachius. mediator inflamasi yang dilepaskan
Ketika bakteri memasuki tuba akan menyebabkan disfungsi tuba
eustachius maka dapat menyebabkan eustachius. Virus respiratori juga
infeksi dan terjadi pembengkakan dan dapat meningkatkan kolonisasi dan
peradangan pada saluran tersebut, adhesi bakteri, sehingga menganggu
serta sumbatan tekanan negatif pada pertahanan imun pasien terhadap
telinga tengah sehingga pendengaran infeksi bakteri.
dapat terganggu karena membran Jika dari proses inflamasi lokal
timpani dan tulang osikel (maleus, sekret dan pus bertambah banyak,
incus, stapes) yang menghubungkan pendengaran dapat terganggu karena
telinga bagian dalam tidak dapat membran timpani dan tulang-tulang
bergerak bebas. Selain mengalami pendengaran tidak dapat bergerak

9
bebas terhadap getaran. Akumulasi
cairan yang terlalu banyak tersebut
akhirnya dapat merobek membran
timpani akibat tekanannya yang
semakin tinggi dan terjadi otitis media
akut.
Otitis media akut (OMA) yang Gambar 6.Oklusi Tuba
berlangsung selama lebih dari dua
bulan dapat berkembang menjadi 2. Stadium Hiperemis
otitis media supuratif kronis (OMSK) (Presupurasi)
apabila faktor higiene kurang Tampak pembuluh darah yang
diperhatikan, terapi yang terlambat, melebar di membran tympani
pengobatan tidak adekuat, dan adanya atau seluruh membran tympani
7,8
daya tahan tubuh yang kurang baik. tampak hiperemis akibat
neovaskularisasi. Sekret yang
KLASIFIKASI telah terbentuk mungkin masih
Stadium Otitis Media Akut dibagi sedikit, sehingga osikulus masih
menjadi : bisa bekerja normal. Pasien
1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius mulai merasakan panas dan
Terdapat gambaran nyeri pada telinga.
retraksi/penonjolan membran
tympani akibat tekanan negatif 3. Stadium Supurasi
di dalam telinga tengah kadang Edema yang hebat pada mukosa
berwarna normal atau keruh telinga tengah dan hancurnya sel
pucat. Efusi tidak dapat ephitel superfisial. Serta
dideteksi. Sukar dibedakan terbentuknya eksudat yang
dengan otitis media serosa purulen di kavum timpani,
akibat virus atau alergi. menyebabkan membran tympani
Gejala yang dirasakann pasien menonjol (bulging) ke arah
berupa telinga grebek-grebek, liang telinga luar.
namun belum ada nyeri telinga.

10
apabila terjadi ruptur (perforasi)
tidak mudah menutup kembali.
4. Stadium Perforasi
Karena beberapa sebab seperti
terlambatnya pemberian
antibiotika atau virulensi kuman
Gambar 7. Stadium Supurasi yang tinggi, maka akan terjadi
ruptur membran tympani dan
Pada keadaan ini pasien nanah keluar mengalir dari
tampak sangat sakit, nadi, dan telinga tengah ke liang telinga
suhu meningkat, serta rasa nyeri luar.
di telinga bertambah hebat.
Apabila tekanan pus di kavum
timpani tidak berkurang, maka
terjadi iskemia,akibat tekanan
pada kapiler, serta timbul
tromboflebitis pada vena-vena
kecil dan nekrosis mukosa dan Gambar 8. Stadium Perforasi
submukosa. Nekrosis ini pada
membran timpani terlihat 5. Stadium Resolusi
sebagai daerah yang lebih Bila membran timpani tetap
lembek dan berwarna utuh, maka keadaan membran
kekuningan, di tempat ini akan timpani perlahan-lahan akan
terjadi ruptur. normal kembali. Bila sudah
Bila tidak dilakukan insisi
terjadi perforasi, maka sekret
membran timpani (miringotomi) akan berkurang dan akhirnya
pada stadium ini, maka kering. Bila daya tahan tubuh
kemungkinan besar membran baik atau virulensi kuman
timpani akan ruptur dan nanah rendah, maka resolusi dapat
keluar ke liang telinga luar. terjadi walaupun tanpa
Dengan melakukan pengobatan. OMA berubah
miringotomi, luka insisi akan menjadi OMSK bila perforasi
menutup kembali, sedangkan
menetap dengan sekret yang

11
keluar terus-menerus atau hilang merupakan pengumpulan
timbul. OMA dapat cairan di telinga tengah yang
menimbulkan gejala sisa dibuktikan dengan salah satu
(sequele) berupa otitis media diantara tanda berikut, seperti
serosa bila sekret menetap di menggembungnya membran
kavum timpani tanpa terjadinya timpani atau bulging, terbatas
perforasi.1 atau tidak ada gerakan pada
membran timpani, terdapat
DIAGNOSIS
bayangan cairan di belakang
ISPA pada stadium awal,
membran timpani dan terdapat
gejalanya berupa rasa panas, kering
cairan yang keluar dari telinga.
dan gatal dalam hidung, yang
3. Terdapat tanda atau gejala
kemudian diikuti bersin terus
peradangan telinga tengah,
menerus, hidung tersumbat dengan
yang dibuktikan dengan
ingus encer serta demam dan nyeri
adanya salah satu diantara
kepala. Pada pemeriksaan fisik
tanda berikut, seperti
rhinoskopi anterior dapat ditemukan
kemerahan atau erythema pada
permukaan mukosa hidung tampak
membran timpani, nyeri
merah dan membengkak. Infeksi lebih
telinga atau otalgia yang
lanjut membuat sekret menjadi kental
mengganggu tidur atau
dan sumbatan di hidung bertambah.
aktivitas normal. 9,10
Bila tidak terdapat komplikasi,
gejalanya akan berkurang sesudah 3-5 Diagnosis OMA dapat ditegakkan

hari. Komplikasi yang mungkin dengan anamnesis dan pemeriksaan

terjadi adalah sinusitis, faringitis, fisik yang cermat. Gejala yang timbul

infeksi telinga tengah, infeksi saluran bervariasi bergantung pada stadium

tuba eustachius, hingga bronkhitis dan dan usia pasien. Pada anak-anak

pneumonia (radang paru).15 umumnya keluhan berupa rasa nyeri

Sedangkan diagnosis pada OMA di telinga dan demam. Biasanya ada

harus memenuhi tiga kriteria berikut: riwayat infeksi saluran pernafasan atas

1. Penyakit munculnya sebelumnya. Pada remaja atau orang

mendadak (akut). dewasa biasanya selain nyeri terdapat

2. Ditemukan tanda efusi di gangguan pendengaran dan telinga

telinga tengah. Efusi terasa penuh. Beberapa teknik

12
pemeriksaan dapat digunakan untuk Pengobatan OMA tergantung
menegakkan diagnosis OMA, seperti pada stadium penyakitnya. Tujuan
otoskop, otoskop pneumatik, dari pengobatan yaitu menghilangkan
timpanometri, dan timpanosintesis. tanda dan gejala penyakit, eradikasi
Dengan otoskop dapat dilihat adanya infeksi, dan pencegahan komplikasi.
gendang telinga yang menggembung, Pada stadium oklusi, tujuan terapi
perubahan warna gendang telinga dikhususkan untuk membuka kembali
menjadi kemerahan atau agak kuning tuba eustachius. Diberikan obat tetes
dan suram, serta cairan di liang hidung HCl efedrin 0,5% dalam
telinga.4, 13,14 larutan fisiologik untuk anak <12 thn
dan HCl efedrin 1% dalam larutan
TERAPI fisiologik untuk anak yang berumur
Tujuan penatalaksanaan OMA >12 thn atau dewasa. Selain itu,
adalah mengurangi gejala dan sumber infeksi juga harus diobati
rekurensi. Pada fase inisial dengan memberikan antibiotik.
penatalaksanaan ditujukan pada Pada stadium presupurasi,
penyembuhan gejala yang diberikan antibiotik, obat tetes hidung,
berhubungan dengan nyeri dan dan analgesik. Bila membran timpani
demam dan mencegah komplikasi sudah hiperemi difus, sebaiknya
supuratif seperti mastoiditis atau dilakukan miringotomi. Antibiotik
meningitis.13 yang diberikan ialah penisilin atau
Diagnosis yang tidak tepat dapat eritromisin. Jika terdapat resistensi,
menyebabkan pilihan terapi yang dapat diberikan kombinasi dengan
tidak tepat. Pada anak di bawah dua asam klavunalat atau sefalosporin.
tahun, hal ini bisa menimbulkan Untuk terapi awal diberikan penisilin
komplikasi yang serius. Diagnosis IM agar konsentrasinya adekuat di
yang tidak tepat dapat menyebabkan dalam darah. Antibiotik diberikan
pasien diterapi dengan antibotik yang minimal selama 7 hari.
sebenarnya kurang tepat atau tidak Pengobatan stadium supurasi
perlu. Hal ini dapat menyebabkan selain antibiotik, pasien harus dirujuk
meningkatnya resistensi antibiotik, untuk dilakukan miringotomi bila
sehingga infeksi menjadi lebih sulit membran timpani masih utuh. Dengan
diatasi.14 miringotomi gejala- gejala klinis lebih
cepat hilang dan rupture dapat

13
dihindari. Selain itu, analgesik juga KOMPLIKASI
perlu diberikan agar nyeri dapat Sebelum ada antibiotika
berkurang. komplikasi dapat terjadi dari yang
Miringotomi adalah tindakan ringan hingga berat tetapi setelah ada
insisi pada pars tensa membran antibiotika komplikasi biasanya
timpani agar terjadi drainese sekret didapatkan sebagai komplikasi dari
telinga tengah. Miringotomi dilakukan otitis media supuratif kronis.
bila ada cairan yang menetap di OMA dengan perforasi membran
telinga setelah 3 bulan penanganan timpani dapat berkembang menjadi
medis dan terdapat gangguan otitis media supuratif kronis apabila
pendengaran. Miringotomi harus gejala berlangsung lebih dari 2 bulan,
dilakukan secara a-vue (dilihat hal ini berkaitan dengan beberapa
langsung), anak harus tenang dan faktor antara lain higiene, terapi yang
dapat dikuasai agar membran timpani terlambat, pengobatan yang tidak
dapat terlihat dengan baik. Biasanya adekuat, dan daya tahan tubuh yang
pada anak kecil dignakan anastesi kurang baik.
umum. Lokasi miringotomi adalah di Komplikasi yang dapat terjadi
kuadran posteroinferior. adalah mastoidis, paralisis nervus
Pada stadium perforasi, fascialis, komplikasi ke intrakranial
diberikan obat cuci telinga H2O2 3% seperti abses ekstradural, abses
selama 3-5 hari serta antibiotik yang subdural, meningitis, abses otak,
adekuat. Biasanya sekret akan hilang trombosis sinus lateralis, otittis
dan perforasi dapat menutup kembali hidrocephalus, labirintis dan petrosis.1
dalam waktu 7-10 hari.
Stadium resolusi, maka membran CASE REPORT
timpani berangsur normal kembali, Pada hari kamis, 15 Februari 2018
sekret tidak ada lagi dan perforasi jam 11.00, seorang pasien laki-laki
membran timpani menutup. Bila tidak bernama Tuan H (32 tahun), datang ke
terjadi resolusi biasanya akan tampak poliklinik THT RS TK II Moh.
sekret mengalir di liang telinga luar Ridwan Meuraksa dengan keluhan
melalui perforasi di membrane keluar cairan dari telinga kiri sejak
timpani. Pada keadaan ini antibiotik satu minggu sebelumnya yang
dapat dilanjutkan sampai 3 minggu.2,3 terkadang dirasa nyeri. Pasien
mengatakan bahwa cairan yang keluar

14
berwarna bening kekuningan, agak Pada pemeriksaan klinis telinga
kental dan tidak berbau. Pasien juga didapatkan hasil: pada bagian luar
mengeluh telinga kiri berdengung, tidak ditemukan adanya deformitas,
kadang-kadang pendengaran kelainan nyeri tekan, sikatrik (jaringan
berkurang. parut), dan kelainan kogenital. Pada
Pasien mengatakan juga telinga kiri bagian tengah didapatkan
mengalami demam dan batuk pilek sekret putih yang kental pada liang
dalam jangka waktu satu minggu telinga dan membran timpani yang
tersebut, namun sudah membaik perforasi kecil dibagian sentral.
ketika datang ke poliklinik. Keluhan Pada pemeriksaan hidung bagian
menjadi lebih buruk ketika pasien luar tidak terdapat adanya deformitas,
kelelahan dan keluhan dirasa edema, hematoma, tidak ada deviasi
berkurang ketika pasien beristirahat. nyeri tekan, dan krepitasi.
Pasien sudah pernah berobat Pemeriksaan rhinoskopi anterior
sebelumnya di Puskesmas Kecamatan didapatkan hasilnya sebagai berikut:
Makasar untuk mengatasi keluhannya. septum nasal intak, tidak ada udem
Dokter sebelumnya meresepkan pada concha inferior dan media, tidak
pasien berupa Dexamethason, ada cairan yang keluar dan concha
Molexflu dan Ambroxol, namun tidak ada hiperemis. Rhinoskopi
setelah minum obat keluhan tidak posterior dalam batas normal.
kunjung membaik. Pada pemeriksaan cavum oris dan
Pasien mengatakan tidak pernah orofaring pada bagian mukosa tidak
mengalami keluhan yang sama terdapat hiperemis. Uvula berada di
sebelumnya dan di keluarga pasien tengah tidak ada deviasi. Gigi tidak
tidak ada riwayat keluhan yang sama ada yang bolong, tidak terdapat bau
dengan pasien ataupun penyakit mulut. Pada pemeriksaan tonsil
keluarga seperti diabetes melitus, didapatkan T1/T1 atau dalam batas
penyakit jantung, asma, dan alergi. normal.
Status generalis berupa TD: Pada pemeriksaan faring tidak
130/90, suhu nadi 80x/ per menit, laju ditemukan ada kelainan pada dinding
pernapasan 24 kali per menit. Hasil faring ataupun post nasal drip.
auskultasi pada thorax: suara vesikular Rencana terapi yang diambil
+/+, rhonki dan wheezing (-). adalah pemberian antibiotik topikal

15
ofloxacin, antibiotik oral ciproflocaxin Pemeriksaan fisik telinga
dan chlorpheniramine maleat. mengkonfirmasi adanya proses
inflamasi akibat infeksi pada telinga
DISKUSI tengah. Tampaknya sekret
Pada kasus ini diperoleh mukopurulen pada liang telinga kiri
informasi yang dapat mendukung dikarenakan adanya proses inflamasi
mendiagnosis baik dari anamnesa akibat infeksi pada telinga tengah
maupun pemeriksaan fisik yang yang diawali dengan ISPA. ISPA
dilakukan. Berdasarkan data pasien adalah salah satu dari penyebab
diatas dapat mengarahkan diagonis terjadinya OMA.
kerja yaitu Otitis Media Akut Stadium Pada keterangan yang diberikan
Perforasi Auricula Sinistra yang pasien bahwa sebelum pasien datang
sebelumnya disebabkan oleh infeksi ke poli, terdapat demam yang saat ini
saluran pernapasan akut. sudah sembuh, juga sesuai dengan
Infeksi saluran pernapasan teori bahwa pada stadium perforasi
akut merupakan salah satu penyebab didapatkan nyeri berkurang dan
terjadinya Otitis Media Akut pada demam mulai turun.
anak-anak maupun orang dewasa. Hal Harus dibedakan antara OMA dan
ini disebabkan oleh terganggunya OMSK. Riwayat keluhan telinga yang
fungsi tuba berupa disfungsi tuba baru terjadi selama 1 minggu
eustachius sehingga sekret dapat menunjukkan adanya proses akut pada
menginvasi telinga tengah melalui telinga. Pasien juga mengaku
tuba eutachius dan akhirnya terjadinya sebelumnya tidak pernah mengalami
akumulasi sekret dan bakteri di keluhan serupa.
belakang membran timpani sampai Penanganan ditujukan pada
terjadinya peradangan dan edem eradikasi infeksi dan simtomatis untuk
mukosa. mengurangi gejala yang dirasakan
Sesuai dengan teori, keluhan pasien. Eradikasi infeksi pada OMA
keluarnya cairan dari liang telinga kiri harus adekuat sehingga infeksi tidak
berkonsistensi agak kental dan warna menetap dan berubah menjadi OMSK.
bening kekuningan yang disebut Untuk terapi medikamentosa
dengan sekret mukopurulen mengarah pada pasien diberikan antibiotic
ke OMA stadium perforasi. topical ofloxacin pada telinga yang
otore dan antibiotic oral ciprofloxacin

16
dengan tablet chlorpheniramine 5. Gulya AJ., Anatomy of the ear
maleat. Antibiotik diberikan pada and temporal bone. In: Glasscock
pasien ini untuk menjamin adekuasi III ME, Gulya AJ, editors.
terapi. Pasien diminta kembali lagi Glasscokc-Shambaugh, surgery
untuk kontrol setelah 2 minggu untuk of the ear. Fifth edition. BC
melihat perkembangan terutama Decker Inc. Ontario: 2003.
berhentinya otore dan penutupan pada 6. Boies, Adams, Higler. Boies Buku
perforasi membran timpani. Ajar Penyakit THT Edisi 6. EGC.
Jakarta: 1997.
DAFTAR PUSTAKA 7. Harmes KM., Blackwood RA.,
1. Departemen Kesehatan RI. Profil Burrows HL., Cooke JM.,
Kesehatan Indonesia 2011. Harrison RV., Passamani PP.
Depkes RI. Jakarta: 2012. Otitis Media: Diagnosis and
2. Djaafar ZA., Helmi, Restuti RD. Treatment. Clinical practice
Kelainan Telinga Tengah. guidline. American Academy of
Dalam: Soepardi EA., Iskandar Family Physycian. USA: 2013.
HN. Buku Ajar Ilmu Kesehatan 8. Dhingra PL., Dhingra S.,
Telinga Hidung Tenggorok Dhingra D. Disease of Ear Nose
Kepala dan Leher. Edisi 7. Badan and Throat & Head and Neck
Penerbit FKUI. Jakarta: 2012. Surgery. 6th ed. Elsevier.
3. Djaafar ZA., Helmi, Restuti RD. Haryana: 2014.
Kelainan Telinga Tengah. 9. Kerschner JE. Otitis Media. In:
Dalam: Soepardi EA., Iskandar Kliegman RM., ed. Nelson
HN. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Textbook of Pediatrics. 18th ed.
Telinga Hidung Tenggorok Saunders Elsevier. USA: 2007.
Kepala dan Leher. Edisi 6. Badan 10. American Academy of Pediatrics
Penerbit FKUI. Jakarta: 2017. and American Academy of Family
4. Umar S., Restuti RD., Suwento R., Physicians. Diagnosis and
Priyono H., Mansyur M. Management of Acute Otitis
Prevalensi dan Faktor Risiko Media. Clinical Practice
Otitis Media Akut Pada Anak- Guideline. Pediatric 2004:
anak di Kotamadya Jakarta 113(5):1451-1465.
Timur. Skripsi FKUI. Depok: 11. Neff MJ. AAP, AAFP release
2013. guideline on diagnosis and

17
management of acute otitis Rosenfeld RM, Bluestone CD,eds.
media. Am Fam Physician. Evidence-based otitis media.
2004;69(11):2713-2715. 15. Jacobs MR. Current
12. Healy GB, Rosbe KW. Otitis considerations in the
media and middle ear effusions. management of acute otitis
In: Snow JB, Ballenger JJ,eds. media. Infectious disease Otitis
Ballenger’s otorhinolaryngology Media. US Pediatrics review:
head and neck surgery. 16th 2007.
edition. BC Decker New York: 16. Rahmawati, Hartono. Gangguan
2003. Pernafasan pada Anak: ISPA.
13. Ramakrishnan K, Sparks RA, Nuha Medika. Yogyakarta: 2012.
Berryhill WE. Diagnosis and
treatment of otitis media. Am Fam
Physician. 2007;76(11):1650-58.
14. Rosenfeld RM. Clinical pathway
for acute otitis media. In:

BAB I
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. H

18
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 32 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Security
Alamat : Pinang Ranti
Tanggal Pemeriksaan : 15 Februari 2018

II. ANAMNESIS
Dilakukan pada tanggal 15 Februari 2018, jam 10.30 WIB. Secara autoanamnesa.
1. Keluhan utama : Keluar cairan dari telinga kiri
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poliklinik THT RS TK II Moh Ridwan Meuraksa dengan
keluhan keluar cairan dari telinga kiri. Keluhan dirasakan sejak 1 minggu yang lalu
dan diawali dengan rasa nyeri dan berdengung pada telinga kiri. Nyeri yang
dirasakan terutama saat membuka mulut dan mengunyah, dan dengung terdengar
hilang timbul. Kemudian pasien mengatakan mengalami demam yang cukup tinggi
dan badan lemas, dengan nyeri telinga yang semakin hebat. Pasien juga
mengeluhkan daya pendengaran yang berkurang. Hingga akhirnya pasien
merasakan cairan tiba-tiba keluar dari liang telinga kiri. Cairan agak kental, bening
kekuningan dan tidak berbau.
Pasien mengakui adanya riwayat batuk dan pilek berulang sebelum mengalami
keluhan yang sekarang, namun pasien mengatakan bahwa batuk-pileknya
merupakan faktor dari cuaca dan udara yang tidak baik. Faktor yang memperberat
terjadinya keluhan adalah ketika pasien kelelahan dan keluhan berkurang ketika
beristirahat. Keluhan pusing berputar disangkal.
Pasien mengakui riwayat sering membersihkan telinganya menggunakan
cotton bud. Pasien menyangkal riwayat suka berenang. Pasien sudah pernah
berobat untuk mengatasi keluhannya, namun setelah minum obat keluhan tidak
kunjung membaik.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
o Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya
o Alergi obat : disangkal
o Alergi makanan : disangkal
o Riwayat hipertensi : disangkal

19
o Riwayat DM : disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga


o Anggota keluarga tidak ada yang sakit seperti ini

III. PEMERIKSAAN FISIK


o Keadaan Umum : Cosposmentis
o Kesadaran : Baik
o Tanda vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Laju Nadi : 80 x/menit
Laju Pernapasan : 20x/menit
Temperatur : Afebris, 37,2
STATUS GENERALIS
o Kepala : Dalam batas normal
o Mata
Konjungtiva : -/-
Sklera : -/-
Pupil : -/-
o Leher : Dalam batas normal
o Thorax : Tidak dilakukan pemeriksaan
o Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan
o Ekstremitas : Tidak ada kelainan
o Neurologis : Tidak dilakukan pemeriksaan

STATUS LOKALIS
A. TELINGA

BAGIAN KELAINAN KANAN KIRI


Kongenital Fistula (-), Fistula (-),
auricula asesoris (-) auricula asesoris (-)
Radang (-) (-)
Pre-aurikula
Tumor (-) (-)
Trauma (-) (-)
Nyeri tekan tragus (-) (-)
Kongenital Mikro/makrotia (-) Mikro/makrotia (-)
Aurikula Radang (-) (-)
Tumor Ateroma (-), keloid (-), Ateroma (-), keloid (-),

20
kista (-) kista (-)
Trauma Hematoma (-) Hematoma (-)
Edema (-) (-)
Nyeri tekan (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Retro-aurikula
Sikatriks (-) (-)
Fistula (-) (-)
Fluktuasi (-) (-)
Kongenital Atresia (-) Atresia (-)
Kulit Warna merah muda Warna merah muda
Sekret (-) (+) agak kental, bening
kekuningan
CAE
Cerumen (+) (+)
Edema (-) (-)
Jar. granulasi (-) (-)
Massa (-) (-)

BAGIAN KELAINAN KANAN KIRI


Membran timpani Intak (+) Perforasi sentral
Warna Putih keabuan seperti Kemerahan
mutiara
Refleks cahaya (+) (-)
Gambar : Dalam batas normal. Tidak terlihat ada cone of
Cone of light terlihat di light.
pukul 5.
Cavum timpani Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai

B. HIDUNG

PEMERIKSAAN KANAN KIRI


Keadaan luar Bentuk & ukuran Bentuk biasa, asimetri (-), Bentuk biasa, asimetri (-),
deviasi (-), deformitas (-) deviasi (-), deformitas (-)
Edema (-) (-)
Hematom (-) (-)
Nyeri tekan (-) (-)
Krepitasi (-) (-)
Kel. kongenital (-) (-)
Radang (-) (-)
Trauma (-) (-)
Tumor (-) (-)
Rhinoskopi anterior Cavum nasi Lapang, sekret (-) Lapang, sekret (-)
Konka inferior Eutrofi, warna merah Eutrofi, warna merah
muda, permukaan licin muda, permukaan licin
Konka media Eutrofi, warna merah Eutrofi, warna merah
muda, permukaan licin muda, permukaan licin
Meatus nasi Sekret (-) Sekret (-)

21
Septum Lurus Lurus
Kelainan lain Tumor (-), korpus Tumor (-), korpus alienum
alienum (-), adhesi konka (-), adhesi konka dengan
dengan septum (-) septum (-)

Pasase udara Positif Positif

Rhinoskopi Mukosa
posterior
Sekret
Koana Mukosa merah muda, Mukosa merah muda,
Torus tubarius tidak ada sekret tidak ada sekret
berlebihan, tidak terlihat berlebihan, tidak terlihat
Fossa massa, tidak ada tumor massa, tidak ada tumor
Rossenmuler dan massa. dan massa.
Tumor
Ost. tuba
eustachius

C. CAVUM ORIS DAN OROFARING

BAGIAN KETERANGAN
Mukosa Warna merah muda
Lidah Normal, ulkus (-)
Gigi geligi Berlubang (-), tambal (-)
Uvula Simetris
Pilar Simetris, hiperemis, pergerakan palatum (+)
Halitosis (-)
Tonsil :
- Mukosa T1-T1
- Besar Dalam batas normal
- Kripta -/-
- Detritus -/-
- Perlengketan -/-

Faring :
- Mukosa Dalam batas normal
- Granula (-)
- Post nasal drip (-)
Laring :
1. Epiglotis
2. Kartilago arytenoid
3. Plika aryeiglotika Tidak diperiksa
4. Plika vestibularis
5. Plika vokalis
6. Rima glotis
7. Trakea

22
D. MAXILLOFACIAL
Bagian Keterangan
MAXILLOFACIAL :
- Bentuk Dalam batas normal
- Parese N. Cranialis

E. LEHER
Bagian Keterangan
LEHER :
- Bentuk Normal, deformitas (-), tanda radang (-), edema (-),
pembesaran kelenjar tiroid & KGB (+)

(-)
- Massa

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tidak dilakukan pemeriksaan.

V. RESUME
1. Pemeriksaan Subjektif
o Pasien datang ke Poliklinik THT RS TK II Moh Ridwan Meuraksa dengan
keluhan keluar cairan dari telinga kiri. Keluhan dirasakan sejak 1 minggu yang
lalu. Cairan tiba-tiba keluar dari luang telinga yang terkadang dirasa nyeri.
Cairan agak kental, bening kekuningan dan tidak berbau. Pasien juga mengeluh
telinga kiri gembrebek, berdengung, kadang-kadang buntu dan pendengaran
berkurang.
o Pasien sering membersihkan telinganya menggunakan cotton bud. Pasien sudah
pernah berobat untuk mengatasi keluhannya, namun setelah minum obat cairan
keluhan tidak kunjung membaik.

2. Pemeriksaan Objektif
 Telinga
Telinga kiri : terdapat discharge mukoid warna bening kekuningan, terlihat
membran timpani perforasi kecil di bagian sentral

23
 Hidung : Tidak ditemukan kelainan
 Sinus : Tidak ditemukan kelainan
 Tenggorok : Tidak ditemukan kelainan
 Leher dan kepala : Tidak ditemukan kelainan
 Mulut dan Gigi : Tidak ditemukan kelainan

VI. DIAGNOSIS KERJA


1. Otitis Media Akut Stadium Perforasi Auricula Sinistra

VII. DIAGNOSIS BANDING


Otitis Media Supuratif Kronis Aurikula Sinistra

VIII. PENATALAKSANAAN

 Medikamentosa
o Antibiotik oral  Ciprofloxacin tablet 2 x 500 mg, peroral
o Antibiotik topikal  Ofloxacin (tetes telinga)
o Antihistamin  chlorpheniramine maleat 3 x 4 mg, peroral

IX. PROGNOSIS
QUO AD VITAM : Bonam
QUO AD FUNCTIONAM : Dubia ad malam
QUO AD SANATIONAM : Dubia ad bonam

24

Anda mungkin juga menyukai