Disusun Oleh:
Nerissa Arvianar R
(1102013210)
Pembimbing:
Kol. (Purn) dr. Dasril Dahar, Sp.M
Mayor CKM dr. Leidina R, Sp.M
Oleh:
Dominique Bremond-Gignac, Hachemi Nezzar, Paolo Emilio Bianchi
Dimuat di:
British Journal of Ophtalmology, Volume 98, Issue 6
Diunduh di :
https://bjo.bmj.com/content/98/6/739.long pada tanggal 27 November 2018
ABSTRAK
Tujuan
Untuk menilai kemanjuran dan keamanan pemakaian obat tetes azitromisin 1,5% pada
kelompok anak-anak dengan konjungtivitis bakterial purulen.
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian multicenter, internasional, random dan
investigator-masked terhadap 286 anak-anak dengan discharge purulent dan infeksi
konjungtiva bulbi. Pasien menerima obat tetes mata Azitromisin 1,5% (dua kali sehari
selama tiga hari) atau Tobramisin 0,3% (setiap dua jam selama dua hari). Gejala klinis
di evaluasi pada hari 0, 3 dan 7 dan kultur bakteri pada hari 0 dan 7. Variabel utama
pada penelitian ini merupakan pemulihan klinis (tidak ditemukan lagi infeksi
konjungtiva bulbi dan discharge) pada hari ke-3 pada sisi mata pasien yang ditemukan
kultur bakteri positif di hari ke-0.
Hasil
Dari total 286 pasien, 203 memiliki kultur bakteri positif pada hari ke-0. Pemakaian
Azitromisin lebih baik dalam clinical cure rate pada hari ke-3 (47,1% vs 28,7%,
p=0,013 dan pada hari ke-7 (89,2% vs 78,2%). Pemakaian Azitromisin mengeradikasi
pathogen penyebab, termasuk spesies yang resisten, dengan resolution rate yang sama
dengan pemakaian Tobramisin. Hasil dari penelitian ini selanjutnya dikonfirmasi oleh
sub-grup pasien berusia <24 bulan.
Kesimpulan
Obat tetes mata Azitromisin 1,5% memiliki tingkat kesembuhan klinis yang cepat di
bandingkan oleh tetes mata Trobramisin 0,3% terhadap pengobatan konjungtivitis
bakteri purulen pada anak-anak, dengan dosis dua kali sehari yang lebih mudah.
DEFINISI OPERASIONAL
Konjungtivitis adalah salah satu infeksi mata yang paling banyak terjadi pada
anak-anak dan penyebab umum dari kunjungan perawatan primer anak-anak di
Bagian Emergensi Pediatrik. Dari berbagai variasi infeksi bakteri, sebanyak hampir
50% pada orang dewasa dan 70-80% pada anak-anak adalah kasus konjungtivitis.
Konjungtivitis bakteri diklasifikasikan berdasarkan discharge mukopurulen
dan hiperemis pada konjungtiva. Pada sebagian kasus ringan, konjungtivitis dapat
sembuh sendiri dalam waktu 5-10 hari. Namun berdasarkan consensus terbaru,
pemakaian antibiotic topikal meningkatkan kecepatan pemulihan klinis dan resolusi
mikrobiologi dibandingkan dengan air mata buatan. Antibiotik topikal juga diketahui
dapat mengurangi kemungkinan re-infeksi dan dapat mencegah penyebaran infeksi.
Pilihan antibiotik untuk pengobatan konjungtivitis bakteri purulen untuk anak-
anak cukup terbatas. Pada panelitian ini, cairan mata azitromisin 1,5%, sebuah
antibiotic topikal yang baru saja diakui di Eropa sebagai pengobatan untuk
konjungtivitis bakteri dan konjungtivitis trakoma, di ujicobakan pada penderita anak-
anak berusia beberapa hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai tingkat
kemanjuran dan keamanan pemberian tetes mata azitromisin 1,5% dan juga laju
kerjanya dalam proses indikasi pada anak-anak, terutama yang berusia dibawah dua
tahun. Tujuan sekunder dari penelitian ini berupa penentuan profil bakteri penyebab
dan tingkat resolusi mikroba.
METODE
1. Jenis penelitian
multicenter, internasional, randomised, investigator-masked, paralel-group
2. Populasi
penderita anak-anak (usia 1 hari – 18 tahun) dengan konjungtivitis bakteri
purulen yang ditentukan oleh derajat ringan hingga berat pada injeksi konjungtiva
dan discharge purulen pada paling sedikit satu mata.
3. Waktu
December 2008 – Februari 2011
4. Sampel
286 penderita yang memenuhi kriteria inklusi
5. Jenis
Random controlled trial
6. Prosedur Penelitian
Pada hari ke-0, penderita yang memenuhi kriteria dialokasikan secara acak (rasio
1:1) ke dalam salah satu dari dua jenis pengobatan pada penelitian ini. Pembagian
secara acak ditentukan berdasarkan kelompok umur ( <4, 4-12 dan 12-18 tahun).
Penderita menerima obat tetes mata azitromisin 1,5%, satu tetes sebanyak dua
kali dalam satu hari (pagi dan sore) dari hari ke-0 hingga ke-2 atau obat tetes
mata tobramisin 0,3%, satu sampai dua tetes setiap dua jam pada hari ke-0 dan
ke-1 dilanjutkan satu tetes sebanyak empat kali dalam satu hari di hari ke-2
sampai ke-6.
7. Penilaian studi
Seluruh penderita atau subjek di instruksikan untuk kontrol pada hari ke-0, ke-3
dan ke-7. Gejala klinis kardinal pada konjungtivitis bakteri (berupa injeksi
konjungtiva dan discharge purulen) dinilai pada kedua mata dibawah lampu slit
berdasarkan skala four-point. Variabel utama merupakan pemulihan klinis yang
berdasarkan ketidakadaan atau hilangnya injeksi konjungtiva bulbi dan discharge
purulen pada mata dengan infeksi lebih buruk di hari ke-3 yang dapat dilihat
menggunakan Microbiological Positive Full Analysis Set (MFAS: penderiita
dengan kultur bakteri positif di hari ke-0). Variabel kedua merupakan pemulihan
klinis di hari ke-7, gejala klinis yang lain dapat dinilai berdasarkan skala four-
point ordinal (0=absent; 1=ringan, 2=sedang, 3=parah).
Swab konjungtiva diambil dari kedua mata yang terinfeksi pada hari ke-0 dan ke-
7. Sampel bakteri yang didapatkan akan dianalisa oleh laboran lokal
menggunakan metode validasi standar. Status bakteri ditentukan oleh
independent central review menggunakan klasifikasi Cagle yang sudah
diperbarui. Sampel bakteri dinyatakan positif apabila bakteri yang di isolasi
setelah kultur berada diatas ambang atau derajat patogenik berdasarkan kriteria
Cagle. Resolusi mikrobiologi (ketidakadaan bakteri atau penurunan ambang
patogenik) dinilai pada hari ke-7.
Analisa keamanan pemakaian obat ini didasari oleh evaluasi dari Adverse Event
8. Hasil
Total dari 286 penderita yang memenuhi kriteria dibagi secara acak. Dari total
tersebut, 203 penderita (71%) dengan kultur bakteri sama dengan atau lebih dari
ambang patogenik pada minimal satu mata dimasukkan ke MFAS. Tujuh
penderita dengan azitromisin (4,8%) dan empat penderita dengan tobramisin
(2,9%) dikeluarkan dari penelitian ini. Dalam MFAS, 8 penderita yang sembuh
oleh azitromisin dan 11 penderita dengan tobramisin juga dikeluarkan dari
MPPS.
Rata-rata usia adalah 3,0±3,4, dan 55,2% penderita berusia lebih muda dari 24
bulan. Secara keseluruhan, 66% dari penderita memiliki injeksi konjungtiva
sedang hingga parah pada mata yang terinfeksi lebih buruk dan 87,2% memiliki
discharge purulent yang sedang hingga parah.
Kemanjuran Klinis
Pada hari ke-3, laju kesembuhan klinis pada mata yang lebih parah meningkat
secara signifikan pada kelompok azitromisin dibandingkan dengan tobramisin
untuk pasien dalam MFAS (47,1% vs 28,7%, p=0,013). Pada hari ke-7, tidak ada
perbedaan yang signifikan secara statistik pada laju kesembuhan klinis kedua
kelompok tersebut (89,2% vs 78,2%, p=0,077).
Perbaikan pada gejala klinis yang lain (reaksi folikulo-papiler, eritema dan
bengkak pada kelopak mata) juga terlihat pada hari ke-3 dan ke-7, namun tidak
terlalu signifikan.
Resolusi Bakteri
Penyebab mikroba terbanyak dari penderita yang memenuhi kriteria inklusi ada
Haemophilus (31,5%), Staphylococcus aureus (17,7%), Streptococcus pneumonia
(14,8%) dan Staphylococcus koagulase-negatif (12,8%) dan Staphylococcus
epidermidis (11,3%).
9. Diskusi
Antibiotik topikal dengan lisensi terbaru untuk konjungtivitis bakteri telah diakui
berdasarkan penelitian klinis terhadap orang dewasa, sedangkan sangat sedikit
data klinis terhadap bayi baru lahir dan balita (<24 bulan). Penelitian ini telah
menentukan kemanjuran dan keamanan dalam pemberian obat tetes azitromisin
1,5% pada anak-anak berusia <3 tahun.
Pada penelitian ini, regimen pengobatan yang singkat (3 hari) dengan
azitromisin 1,5% menghasilkan laju kesembuhan yang cepat pada anak-anak
dengan konjungtivitis bakteri purulen dibandingkan dengan penggunaan
tobramisin 0,3%. Ketika dibandingkan di tobramisin, kemanjuran azitromisin
didapatkan lebih superior pada hari ke-3 dan non-inferior pada hari ke-7.
Haemophilus influenzae ditemukan sebagai mikroba penyebab terbanyak,
dengan kemungkinan karena tingginya insidensi OMA pada anak yang disertai
konjungtivitis bakteri (pada 20-30% kasus). S pneumoniae juga cukup banyak
didapatkan dari kultur bakteri, diikuti oleh Haemophilus, Staphylococcus
epidermidis, Staphylococcus negatif-koagulase dan Staphylococcus aureus.
Kebanyakan antibiotik topikal diberikan secara empiris tanpa diagnosis profil
bakteri yang tepat, hasil dari penelitian ini menunjukkan pentingnya tindakan
tersebut untuk menentukan pengobatan yang paling tepat dalam mengeradikasi
mikroba penyebab, terutama pada populasi 0-2 tahun.
Pemberian azitromisin 1,5% pada penelitian ini dibuktikan aman dan
ditoleransi dengan baik oleh anak-anak, bahkan pada yang berusia beberapa hari,
dengan efek samping terbanyak berupa sensasi terbakar atau perih ketika
diteteskan ke mata. Para orang tua juga menilai bahwa pemberian azitromisin
1,5% (satu tetes di pagi dan sore hari, selama tiga hari) lebih efisien dan lebih
mudah untuk dilakukan dibanding pemberian tobramisin 0,3%. Dosis pada
regimen azitromisin juga dinilai lebih baik untuk menghindari penyalahgunaan
antibiotik dan mengurangi risiko terhadap resistensi bakteri.
10. Kesimpulan
Obat tetes azitromisin 1,5% merupakan pilihan pengobatan efektif dan aman
terhadap konjungtivitis bakteri purulen untuk penderita anak-anak, terutama usia
0-2 tahun.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi
Secara anatomis konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis
yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis)
dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva palpebralis
melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus superior
dan inferior) dan membungkus jaringan episklera menjadi konjungtiva bulbaris.
Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbital di forniks dan melipat
berkali-kali.
2. Konjungtivitis
2.1 Definisi
Radang konjungtiva (konjungtivitis) merupakan penyakit mata paling umum
di dunia.Konjungtivitis merupakan suatu keadaan dimana konjungtiva
mengalami suatu inflamasi yang mengakibatkan dilatasi pembuluh darah
konjungtiva sehingga mata tampak merah.Gejala penting konjungtivitis
adalah sensasi benda asing, yaitu sensasi tergores atau panas, sensasi penuh
disekitar mata, gatal, dan fotofobia.Tanda penting konjungtivitis adalah
hiperemia, air mata berlebih, eksudasi, pseudoptosis, hipertropi papiler,
kemosis, folikel, pseudomembran, granuloma, dan adenopati
preaurikuler.Penyebanya umumnya eksogen, namun dapat endogen. Ada tiga
tipe utama, yakni konjungtivitis infeksi, alergi, dan kimia.1,2
Konjungtivitis infeksi biasanya disebabkan oleh virus dan
bakteri.Konjungtivitis bakteri merupakan infeksi bakteri yang melibatkan
membran mukosa pada permukaan mata. Kondisi ini biasanya mengalami
remisi sendiri (self-limiting illness) pada kasus yang ringan, namun kadang-
kadang dapat menjadi berat atau mendasari terjadinya penyakit sistemik.2
2.2 Etiologi
Bentuk konjungtivitis bakterial di kelompokkan menjadi konjungtivitis
hiperakutdan subakut, akut catarrhal, dan menahun.Penyebab paling sering
dari konjungtivitis hiperakut adalah N. Gonorrhoeae dan Neisseria
meningitidis. Konjungtivitis subakut disebabkan oleh Haemophilus influenzae,
sedangkan konjungtivitis kataralis akut biasanya disebabkan oleh
Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, Haemophilus aegyptus.
Konjungtivitis bakterial kronik disebabkan oleh Staphylococcus aureus,
Moraxella lacunata, Pseudomonas, Enterobacteriaceae dan Proteus spp. Dari
kesemuanya, tiga patogen yang paling umum menyebabkan konjungtivitis
bakteri adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan
Staphylococcus aureus.1,4,7,8
2.3 Patofisiologi
Mata mempunyai mekanisme petahanan terhadap invasi bakteri. Mekanisme
pertahanan primer terhadap infeksi berupa lapisan epitel yang menutupi
konjungtiva dan pertahanan sekunder melibatkan mekanisme imun
hematologik yang dibawa oleh pembuluh darah konjungtiva, lisozim
bakteriostatik, immunoglobulin pada tear film, kedipan mata, dan bakteri non
patogenik yang berkolonisasi pada mata dan berkompetisi dengan organisme
yang mencoba menginvasi. Apabila salah satu dari mekanisme pertahanan ini
terganggu, maka infeksi bakteri patogen dapat terjadi.2,9
Infeksi bakteri dan eksotoksin yang mereka produksi akan dikenali sebagai
antigen. Hal ini akan menginduksi reaksi antigen-antibodi dan menyebabkan
terjadinya inflamasi. Pada orang yang sehat, mata akan berusaha untuk
kembali ke kondisi homeostasis, dan bakterinya akan dieradikasi. Namun,
invasi bakteri yang berat bisa menjadi sangat sulit untuk di lawan, dan
menyebabkan terjadinya infeksi konjungtiva dan yang selanjutnya dapat
meluas ke kornea dan bagian mata lainnya.9
Konjungtivitis bakteri terjadi akibat pertumbuhan berlebihan dan infiltrasi
bakteri pada lapisan epitel konjungtiva dan kadang-kadang pada substansia
propria.Sumber infeksinya adalah kontak langsung dengan sekret individu
yang terinfeksi, biasanya melalui kontak mata – tangan (eye-hand contact)
atau penyebaran infeksi dari organisme yang berkoloni pada mukosa nasal dan
sinus pasien sendiri. Pada orang dewasa dengan konjungtivitis bakteri
unilateral, sistem nasolakrimal sebaiknya diperiksa karena obstruksi duktus
nasolakrimalis, dakriosistitis, dan kanalikulitis dapat menyebabkan
konjungtivitis bakteri unilateral.7
2.5 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
- Anamnesis : gejala yang dialami pasien, penyakit pasien yang lain, pekerjaan,
riwayat alergi, terekspos zat kimia, perjalanan penyakit, riwayat keluarga.
- Pemeriksaan fisik:
a. Injeksi konjungtiva dapat muncul secara segmental atau difus, sekret yang
muncul lebih purulen, kelopak mata sering melengket satu sama lain
terutama saat bangun tidur. Pembesaran nodus limfatikus preaurikuler
jarang ditemukan pada konjungtivitis bakteri, namun biasanya ditemukan
pada konjungtivitis bakteri yang berat. Dapat terjadi pembengkakan
kelopak mata yang ringan, refleks pupil normal.2,10
b. Dengan menggunakan slit lamp, inflamasi dari konjungtiva dapat terlihat
berbentuk follikular atau papilar. Pola follikular pembuluh darahnya
tampak disekitar dasar dari lesi kecil yang timbul, dimana hal ini biasanya
nampak pada infeksi viral. Pada infeksi bakteri, polanya adalah papilar
dimana pembuluh darah berada pada pusat lesi kecil yang timbul.2
- Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan mikroskopik kerokan konjungtiva
dengan pewarnaan Gram atau Giemsa: banyak netrofil polimorfonuklear,
kultur dari sekret konjungtiva.
Pewarnaan gram dan kultur konjungtiva tidak diperlukan pada kasus ringan
(uncomplicated), tetapi harus dilakukan pada situasi berikut:
Host yang memiliki kerentanan yang tinggi, seperti
neonatus,individudengan immunocompromised.
Kasus konjungtivitis purulen berat, untuk membedakannya dari
konjungtivitis hiperpurulen, yang pada umumnya membutuhkan terapi
sistemik.
Kasus-kasus yang tidak berespon terhadap terapi awal.7,8
- Pemeriksaan radiologi: pemeriksaan radiologi tidak biasa dilakukan pada
konjungtivitis bakteri, kecuali dicurigai adanya sinusitis dapat di lakukan
pemeriksaan CT-Scan dan MRI. CT scan orbita diindikasikan untuk
menyingkirkan kemungkinan abses orbital atau pansinusitis, atau jika
konjungtivitis berkaitan dengan selulitis orbitalis.2
Halo - - - ++
Normal, atau
Tajam Menurun
suram ringan Menurun Menurun
Penglihatan
karena sekret
Sekret + - - -
Gatal +/- - - -
2.7 Terapi