Anda di halaman 1dari 6

PATOLOGI SISTEM REPRODUKSI HEWAN

Drh. I Ketut Eli Supartika, M.Sc, APVet


NIP. : 196801071997031002
Medik Veteriner Muda

Balai Besar Veteriner Denpasar


Jl. Raya Sesetan No. 266, Denpasar, Bali
22 Nopember 2011

PATOLOGI SISTEM REPRODUKSI HEWAN


Drh. I Ketut Eli Supartika, M.Sc., APVet
Balai Besar Veteriner Denpasar
Jl Raya Sesetan No. 266, Denpasar, Bali

Pendahuluan
Sistem reproduksi sangat penting artinya bagi kelanjutan generasi hewan. Penyebab
gangguan sistem reproduksi pada hewan sangat komplek (virus, bakteri, jamur, protozoa,
tumor, hormonal, nutrisi, dll). Untuk itu penanganan kasus kegagalan reproduksi pada
hewan mesti ditangani secara menyeluruh dari berbagai aspek baik aspek epidemiologi
penyakit, gejala klinis, patologi dan didukung oleh hasil pemeriksaan laboratorium.
Pada tulisan ini dibahas secara ringkas gambaran patologi (Patologi Anatomi dan
Histopatologi) sistem reproduksi hewan yang sering dijumpai pada kasus-kasus di
lapangan untuk memudahkan diagnosa penyakit yang terkait dengan sistem reproduksi
hewan
A. Patologi reproduksi hewan betina.
Alat kelamin primer : ovarium (membentuk ova dan hormon)
Alat kelamin skunder ( oviduk, uterus, servik, vagina, vulva)
1. Ovarium dan salpinx.
Radang pada ovarium (ovariitis) dan salpinx (salpingitis) disebabkan oleh kuman yang
bersirkulasi secara hematogen dan juga infeksi ikutan dari radang peritonium.
Kista ovari sering ditemukan pada sapi dan kuda. Kebnaykan kista ini bersifat kongenital
dan juga akibat defisiensi nutrisi. Tangkai kista dapat membelit kolon sehingga dapat
menimbulkan kolik. Di lain pihak, kista folikel yang menetap dapat menimbulkan
nimfomania (perpanjangan estrus) misalnya pada sapi dan anjing. Kista semacam ini dapat
menimbulkan pyometra.
Salpingitis penting artinya bagi reproduksi hewan betina. Sebab salpingitis dapat
mengakibatkan lumen oviduk tertutup sehingga ovum tidak sampai di uterus yang dapat
mengakibatkan majir. Disamping itu eksudat radang pada salpinx dapat membunuh
spermatozoa.
Berdasarkan jenis eksudatnya, salpingitis dapat dibedakan menjadi: salpingitis kataralis
yang disebabkan oleh kuman stapilococcus dan streptococcus dan salpingitis purulenta
(pyosalpinx) yang disebabkan oleh kuman pyogenes (pembentuk nanah). Gambaran
patologi lain yang dijumpai pada salpinx adalah: hidrosalpinx yaitu kista yang terbentuk di
dalam salpinx yang berisi cairan bening.

2. Uterus.
Torsiouteri: uterus terpuntir. Penyebabnya adalah penggantung uterus tidak kuat atau
akibat isi lambung/usus yang berlebihan. Gambaran patologi anatomi yang dijumpai pada
torsio uteri adalah: terjadingan pembendungan/kongesti uterus yang sangat jelas terlihat.
Mukosa uterus berwarna merah kehitaman dan membengkak. Bagian yang terpuntir sangat
anemik. Bagian serosa juga berwarna merah kehitaman.
Ruptur uteri: penyebabnya adalah adanya kontraksi uterus yang sangat hebat, faktor
mekanik, dan juga akibat distokia. Gambaran patologi anatomi ruptur uteri adalah: daerah
serosa uterus terlihat suram kelabu kekuningan. Lumen uterus ditutupi oleh masa yang
berwarna putih.
Metrorrhagia (perdarahan di dalam uterus). Penyebabnya adalah lesi traumatik pada saat
hewan melahirkan.
Radang uterus.
Radang uterus dapat dibagi menjadi 4 bagian sesuai dengan lokasi lesi yaitu:
1.
2.
3.
4.

Endometritis : bila radang dijumpai pada lamina mukosa sampai ke lamina propria.
Metritis: bila radang uterus meluas sampai ke lamina muskularis.
Perimetritis: bila radang dijumpai pada bagian serosa dan subserosa uterus.
Parametritis : radang yang melibatkan uterus dan jaringan sekitarnya, terutama
penggantung uterus.

Penyebab radang uterus dapat berupa kuman-kuman yang berasal dari bagian lain alat
reproduksi (vagina, kandung kemih, dll), kuman komensal yang ditemukan di dalam uterus
seperti: Streptococcus sp, kuman-kuman pyogenes. Perubahan hormonal, misalnya saat
hewan birahi juga dapat menimbulkan peradangan pada uterus. Faktor mekanik sesudah
beranak juga bisa menyebabkan radang uterus.
Gambaran patologi anatomi yang dapat diamati pada radang uterus adalah: uterus
membengkak, selaput lendirnya berwarna kemerahan dan berisi eksudat. Sedangkan pada
pengamatan mikroskopik (histopatologi) sel-sel radang dapat ditemukan pada lamina
propria mukosa. Pada radang yang bersifat akut sela radang utamanya adalah sel-sel
limfositik, sel plasma dan histiosit.
Diagnosa endometritis pada hewan yang masih hidup dapat dilakukan dengan pemeriksaan
biopsi mukosa uterus secara : histopatologi dan bakteriologi.

3. Pyometra.
Yakni tertimbunnya nanah di dalam uterus yang disebabkan oleh flora normal yang hidup
di uterus menjadi patogen akibat pengaruh hormonal. Pyometra sering dijumpai pada sapi
dan anjing.

Gambaran patologi anatomi yang dijumpai pada kasus pyometra adalah: uterus terlihat
menbengkak berisi banyak nanah pada mukosanya (tidak berbau), selaput lendir uterus
sangat kasar karena terjadi hiperplasia pada lamina mukosa uterus. Secara histopatologi
epitel mukosa uterus mengalami erosi, didalam mukosa banyak diinfiltrasi oleh sel-sel
neutrofil dan limfosit.
Pyometra dapat menyebabkan kematian akibat infeksi skunder dan juga askibat intoksikasi
atau septisemia yang berasal dari uterus.
4. Tumor pada uterus.
Jarang ditemukan. Kadang-kadang ditemukan karsinoma pada dinding uterus.
5. Vagina dan vulva.
Kelainan-kelainan yang sering ditemukan pada vagina dan vulva adalah vaginitis yang
disebabkan oleh berbagai hal antara lain:
1. Traumatik sata partus. Nekrosis akibat luka traumatik dapat menimbulkan radang yang
meluas ke daerah sekitarnya bahkan dapat menimbulkan peritonitis. Hewan dapat mati
karena mengalami peritonitis akibat resorpsi dari toksin.
2. Vaginitis juga dapat disebabkan oleh kuman-kuman seperti: Brucella sp, Vibrio foetus,
Trichomonas fetus.
Tumor pada vagina dan vulva.
Tumor yang sering dijumpai pada vagina dan vulva terutama pada anjing adalah venereal
sarcoma. Tumor ini menyerang semua jenis ras anjing yang biasanya dijumpai pada anjinganjing yang sudah dewasa. Tumor bersifat soliter atau multiple seperti bunga kol berupa
nodul dengan ukuran kecil sampai beberapa cm yang dijumpai pada bagian posterior
vagina. Secara histopatologi dijumpai sel-sel tumor berupa sel-sel limfositik berbentuk
ovoid, polihedral. Bentuk dan ukuran sel sama (uniform). Tumor membentuk stroma.
Gambaran mitosis sering dijumpai.
B. Patologi reproduksi hewan jantan.
1. Skrotum (kulit pembungkus testis)
Kulit skrotum lebih tipis dibandingkan dengan kulit tubuh lainnya. Radang pada skrotum
(Dermatitis skrotalis) sering disebabkan oleh: Dermathopilus congolensis, jamur dan
ektoparasit (eg. Chorioptes sp)
Tunika vaginalis merupakan lapisan dalam dari skrotum. Radang tunika vaginalis
merupakan ikutan dari penyakit TBC, limfadenitis kaseosa, juga dapat disebabkan oleh
penyakit Bruselosis, Trypanosomiasis (Surra), periorchitis dan epididimitis.

2. Penis dan prepusium.


Kastrasi yang terlalu dini dapat menyebabkan hipoplasia pada penis dan prepusium.
Radang pada glands penis (balanitis), prepusium (postthitis), penis dan prepusium
(balanoposthitis).
Penyebab balanoposthitis.
1. Herpes virus
2. Corynebacterium renale
3. Haemophilus sunnus
4. Fungi/Clamidia
5. Protozoa
Infectious Bovine
IPV)/Herpes virus.

Rhinotracheitis-Infectious

Pustular

Vulvovaginitis

(IBR-

Gambaran patologi anatomi: penis dan prepusium terlihat membengkak, edema, akumulasi
nanah berwarna putih kebiruan. Glands penis mengalami erosi dan ulserasi. Secara
histopatologi: dijumpai nekrosis epitel disertai infiltrasi sel-sel neutrofil dan limfosit pada
daerah radang.
Ulserativ posthitis.
Penyebabnya adalah akibat ekskresi urine yang kaya dengan kandungan urea disertai
dengan infeksi kuman Corynebacterium renale. Secara makroskopik (PA) daerah radang
terlihat berwarna kekuningan. Epidermis mengalami nekrosis disertai ulserasi. Pada infeksi
skunder, prepusium nampak membengkak berisi urine dan nanah.
3. Tumor pada penis dan prepusium.
1. Fibropapilloma pada sapi: menyerang glands penis sapi yang berumur antara 1-2
tahun. Tumor berbentuk multiple dengan diameter beberapa cm serta berwarna pink.
Secara histopatologi gamabran mitosis sangat jelas terlihat.
2. Squamus cell papilloma pada kuda: Tumor jinak. Daerah tumor mengalami
keratinisasi. Sel tumor kebanyakan berupa sel-sel limfoplasmasitik.
3. Venereal sarcoma pada anjing: tumor dijumpai pada bagian prepusium, bersifat
multiple atau single dengan diameter beberapa cm. Secara histopatologi sel-sel tumor
bentuknya polyhedral, uniform, dengan gambaran mitosis yang sangat jelas.
4. Testes.
Hipoplasia testes :
Dapat menimbulkan kemajiran. Salah satu testes atau keduanya lebih kecil dari normal dan
terasa lebih keras.. Tergantung pada derjata hipoplasianya, hewan yang mengalami
hipoplasia testes masih dapat menurunkan keturunan walaupun vertilitasnya kurang.

Secara histopatologi hipoplasia testes dapat mengakibatkan terganggunya tubuli


semeniferi, aspermatogenesis sehingga sperma tidak terbentuk. Tubuli semeniferi dilapisi
oleh beberpa lapisan epitel lembaga.
Cryptorchyd:
Yaitu tidak turunnya testes ke rongga skrotum. Penyebabnya faktor keturunan. Bisa
bersifat unilateral atau bilateral. Kebanyakan kasus bersifat unilateral. Kejadian cryptochyd
berkisar antara 1-10%. Tempat terjadinya cryptorchyd mungkin di kanalis inguinalis atau
subkutan pada cincin inguinalis eksternal. Secara patologi anatomi testes nampak kecil,
konsistensinya keras. Secara histopatologi ditemukan adanya fibrosis dan hipoplasiapada
pada tunika albugenia.
Orchitis:
Yaitu radang pada testes. Secara umum disebabkan
Spatphylococcus sp, Corynebacterium pyogenes, E. Coli.

oleh:

Streptococcus

sp,

Dapat diklasifikasikan menjadi:


1. Orchitis interstisialis : gambaran PA tidak jelas, namun secara histopatologi terlihat
adanya infiltrasi sel-sel limfosit pada buluh semeniferi, tubulus rekti dan duktus
efferensia.
2. Orchitis intertubuler : gambaran PA tidak jelas. Gambaran histopatologinya adalah
terlihat adanya reaaksi granulomatosa dengan infiltrasi sel-sel neutrofil, limfosit dan
sel-sel datia pada tubuli semeniferi. Sel Sartoli mengalami hiperplasia dan kalsifikasi.
3. Orchitis nekrotikan. Penyebabnya adalah infeksi penyakit Brusellosis, traumatik,
iskemia. Periorchitis yang bersifat kronis dapat menimbulkan gangguan suplai darah
sehingga terjadi nekrosis. Secara histopatologi dijumpai adanya nekrosis koagulatif
yang dibatasi oleh sel-sel fibroblas (fibrosis) dengan infiltrasi sel-sel limfosit.

DAFTAR PUSTAKA.
Acland, H. M. (1995). Reproduction System: Female; Male. In: Thomsons Special
Veterinary Pathology. 2nd Ed. Mosby-Year Book, Inc. 11830 Westline Industrial Drive. St.
Louis, Missouri 63146. NY. pp. 512- 560.
Jubb, K.V.F., Kennedy, P.C and Palmer, N. (1985). Pathology of Domestic Animals. 3 rd Ed.
Vol. 3. Academic Press, Inc.1250 Sixth Avenue, San Diego, California 92101. pp. 306-459.

Anda mungkin juga menyukai