Anda di halaman 1dari 34

Helminthes 2

(Taenia sp.,
Schistosoma sp.,
Faciolopsis buski)
Kelompok 6
Anggota Kelompok
2306241631 - Septi Lutvi Yanti

2306274724 - Sarah Safiqa

2306152014 - Audrey Samira M

2306274756 - Sherina Rahma Maulida

2306274642 - Syarla Maureen N.


1.Penyakit apa yang
disebabkan oleh cacing-
cacing tersebut dan apakah
cacing tersebut merupakan
masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia?
TAENIA SP.
Taenia sp atau cacing pita merupakan cacing yang
menyebabkan penyakit Taeniasis. Jenis cacing pita yang
dapat menyebabkan taeniasis antara lain adalah Taenia
saginata (beef tapeworm), Taenia solium (pork
tapeworm), dan Taenia asiatica (Asian tapeworm).
Selain itu, larva Taenia solium dapat menyebabkan
penyakit sistiserkosis atau infeksi pada jaringan lunak.
Mengkonsumsi daging sapi atau babi yang mentah atau
setengah matang merupakan faktor utama terkena
penyakit taeniasis.
TAENIA SP.
Taeniasis merupakan penyakit yang dapat ditemukan di
seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Prevalensi
taeniasis masih cukup tinggi pada 2%-48% dengan
daerah yang paling banyak ditemukan kasus infeksi
Taenia sp. adalah Papua, Bali, dan Sumatera Utara.
Dimana di daerah ini masih sering mengkonsumsi daging
babi ataupun daging sapi yang mentah ataupun
setengah matang. Kejadian ini dipengaruhi oleh
pendidikan, sanitasi lingkungan dan kebersihan, sosial
ekonomi dan budaya.
SCHISTOSOMA SP.
Schistosoma sp. adalah salah satu spesies trematoda
darah dan bersifat anhermaprodit (organ genital
terpisah) yang menyebabkan penyakit Schistosomiasis.
Tiga spesies utama yang dapat menginfeksi manusia
adalah Schistosoma haematobium, Schistosoma
japonicum, dan Schistosoma mansoni.
Schistosomiasis di Indonesia disebabkan oleh cacing
trematoda jenis Schistosoma japonicum dengan hospes
perantara keong Oncomelania hupensis lindoensis
SCHISTOSOMA SP.
Di Indonesia, penyakit schistosomiasis merupakan
penyakit endemis khususnya di Sulawesi Tengah,
yaitu di sekitar Lembah Napu dan Bada di
Kabupaten Poso, serta Lembah Lindu di
Kabupaten Sigi. Hal ini dikarenakan
keberlangsungan hidup keong Oncomelania
sangat didukung dengan iklim dan lingkungan
yang sesuai.
FASCIOLOPSIS BUSKI
Fasciolopsis buski merupakan salah satu
trematoda usus yang bersifat hermaprodit
yang dapat menimbulkan penyakit
fasciolopsis. Penyakit ini yang ditularkan
melalui kontak langsung dengan tinja
manusia dan babi, termasuk dalam
tumbuhan air, dan siput.
FASCIOLOPSIS BUSKI
Hingga saat ini, penyakit fasciolosis merupakan
penyakit Endemis di Indonesia. Penyakit ini ditemukan
ada di Kalimantan Selatan khususnya di 7 desa yaitu
Sei Papuyu, Kalumpang Dalam, Sarang Burung, Talaga
Mas, Putat Atas, Padang Bangkal, dan Danau
Panggang. Prevalensi fasciolosis di daerah ini
sebanyak 7,8%. Hal tersebut dikarenakan daerah ini
sebagian terdiri dari perairan rawa yang tergenang
hampir sepanjang tahun.
2. Mekanisme
penularan Cacing-
cacing tersebut dari
Penderita kepada
Orang lain
TAENIA SP.
Melalui Telur atau proglotid gravid Taenia sp yang dapat bertahan
hidup selama beberapa hari sampai beberapa bulan di tanah dan
menjadi infektif apabila tertelan makanan yang terkontaminasi.

Manusia biasanya tertelan telur atau proglotid gravid cacing pita


yang terkontaminasi, baik tertelan langsung ataupun berbarengan
dengan sayuran dan buah-buahan yang di dapat langsung dari
tanah, yang belum dicuci, dikupas dan yang tidak dimasak sampai
matang.

Penularan juga dapat terjadi dari air yang terkontaminasi telur


cacing pita.
SCHISTOSOMA SP.
Melalui Larva cacing Schistosoma sp yang menembus
kulit. Di dalam tubuh manusia, serkaria (larva cacing
Schistosoma sp) berkembang menjadi cacing dewasa
di pembuluh darah pada jaringan hati. Ketika akan
bertelur, cacing menuju pembuluh darah usus dan pada
akhirnya, telur keluar bersama feses.

Jika penderita Schistosomiasis buang air besar


sembarangan maka serkaria akan tersebar di tanah dan
lingkungan.
FASCIOLOPSIS BUSKI
Siklus hidup cacing Fosciolopsis buski yaitu melalui air
dan berkembang biak terutama di daerah beriklim
tropis. Sekresi dan telurnya menjadi infektif bila
berada di dalam air. Cacing ini ditularkan melalui air
maupun tumbuhan rawa. Penularan dari penderita ke
orang lain jika penderita buang air besar di sungai
maupun rawa, maka dapat menularkan Fosciolopsis
buski pada orang lain yang melakukan aktivitas di
sungai maupun rawa
3. Sajikan image dari
cacing-cacing tsb
(untuk mengenali
morfologinya).
TAENIA SP.

Cacing ini memiliki tubuh panjang dan pipih,


dengan skoleks (kepala) kecil di salah satu
ujungnya. Skoleks memiliki empat kait dan
empat pengisap yang digunakan cacing untuk
menempel pada dinding usus inangnya.

Tubuh cacing Taenia sp. terdiri dari segmen-


segmen yang disebut proglotid. Proglotid yang
lebih dekat ke skoleks belum matang,
sedangkan proglotid yang lebih jauh dari
skoleks sudah matang dan mengandung telur.
TAENIA SP.

Beberapa ciri morfologi cacing Taenia sp.:


Panjang: Cacing Taenia sp. dapat tumbuh hingga
beberapa meter panjangnya.
Lebar: Cacing Taenia sp. dapat mencapai lebar 1 cm.
Skoleks: Skoleks cacing Taenia sp. memiliki empat kait
dan empat pengisap.
Proglotid: Proglotid cacing Taenia sp. berbentuk persegi
panjang dan memiliki organ reproduksi jantan dan betina.
Telur: Telur cacing Taenia sp. kecil dan berwarna coklat..
Shistosoma Sp.
Shistosoma Sp.
Schistosoma sp. adalah cacing
trematoda (cacing pipih) yang
bersifat parasitik pada manusia dan
hewan.

Gambar tersebut menunjukkan cacing


Schistosoma sp. jantan dan betina.
Cacing jantan lebih pendek dan
gemuk daripada cacing betina.
Cacing betina lebih panjang dan
ramping, dan memiliki tubuh yang
pipih.
Shistosoma Sp.
Shistosoma Sp.
Ukuran: Cacing jantan dewasa panjangnya sekitar 10-15 mm, sedangkan
cacing betina dewasa panjangnya sekitar 16-20 mm.
Bentuk: Cacing jantan berbentuk seperti daun, sedangkan cacing betina
berbentuk seperti benang.
Warna: Cacing Schistosoma sp. berwarna putih atau krem.
Permukaan tubuh: Permukaan tubuh cacing Schistosoma sp. halus dan licin.
Skoleks: Skoleks cacing Schistosoma sp. kecil dan berbentuk seperti
kerucut.
Ovarium: Cacing betina memiliki ovarium yang terletak di bagian posterior
tubuhnya.
Testis: Cacing jantan memiliki dua testis yang terletak di bagian posterior
tubuhnya.
Telur: Telur cacing Schistosoma sp. berwarna coklat dan berbentuk oval.
Fasciolopsis Buski
Fasciolopsis Buski

Fasciolopsis buski adalah cacing


trematoda (cacing pipih) yang bersifat
parasitik pada usus manusia dan hewan.
Tubuh:
Bentuk: Pipih dorsoventral, memanjang
seperti pita.
Panjang: 2-7,5 cm.
Lebar: 0,8-2 cm.
Warna: Putih krem.
Permukaan: Halus dan licin.
Fasciolopsis Buski
Fasciolopsis Buski

Skoleks:
Ujung anterior (depan) tubuh. Strobila:
Berbentuk seperti daun. Bagian tubuh setelah
Memiliki dua alat pengisap skoleks.
untuk menempel pada Terdiri dari proglotid yang
dinding usus inang. belum matang dan
matang.
Proglotid belum matang
Batil isap: terletak dekat skoleks,
Dua organ berotot di bagian sedangkan yang matang
ventral skoleks. berada di ujung posterior
Berfungsi untuk menempel (belakang).
pada dinding usus inang.
Fasciolopsis Buski
Fasciolopsis Buski

Proglotid: Telur:
Segmen penyusun strobila. Berwarna coklat
Berbentuk persegi panjang. kekuningan.
Ukuran proglotid matang Berbentuk oval.
lebih besar. Ukuran: 130-140 x 80-
Masing-masing proglotid 90 mikron.
hermafrodit (memiliki organ Operkulum (tutup) di
reproduksi jantan dan salah satu kutub.
betina).
Proglotid matang
mengandung banyak telur.
4.
Jelaskan bagaimana mekanisme cacing-
cacing tersebut dapat menyebabkan
kerusakan pada tubuh manusia, dan
sebutkan gejala dan tanda penyakit
yang disebabkan oleh cacing-cacing
tersebut
Taenia Sp.

Gejala dan Tanda Mekanisme


Taeniasis karena T. solium, T. saginata atau T. asiatica
biasanya ditandai dengan gejala ringan dan tidak spesifik.
Sakit perut, mual, diare atau konstipasi dapat timbul
ketika cacing pita berkembang sempurna di usus, kira-kira
8 minggu setelah konsumsi daging yang mengandung
sistiserkus.

Gejala lainnya yang bisa terjadi adalah sakit kepala kronis,


kebutaan, kejang, hidrosefalus, meningitis, dan gejala
yang disebabkan oleh lesi yang menempati ruang sistem
saraf pusat
Shistosoma Sp.
Shistosoma Sp.
Mekanisme Gejala dan Tanda
Gejala dana tanda utama schistosomiasis, yaitu:
Ruam atau kulit gatal
Demam
Menggigil
Batuk
Disuria
Hematuria
Mual, muntah, diare
Nyeri otot dapat dimulai dalam 1-2 bulan
setelah infeksi
Fasciolopsis Buski
Fasciolopsis Buski

Mekanisme Gejala dan Tanda


Sebagian besar infeksi ringan dan tanpa
gejala. Pada infeksi yang lebih berat, gejalanya
meliputi:
Diare
Sakit perut
Demam
Asites
Anasarka
Obstruksi usus.
Anemia
5. Bagaimana cara
memutuskan rantai
penularan penyakit
yang disebabkan oleh
cacing-cacing tsb?
Taenia SP
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk
memutuskan taeniasis yaitu:

Hindari mengonsumsi ikan dan daging


(terutama daging babi) yang tidak matang
sempurna.
Cuci semua buah dan sayuran, serta masak
makanan hingga matang sebelum dimakan.
Bagi yang memiliki peternakan, buatlah
saluran pembuangan kotoran yang baik,
jangan sampai mencemari air yang digunakan
untuk keperluan konsumsi.
Bawalah hewan peliharaan ke dokter hewan
jika terinfeksi cacing pita. Ini Taenia!
Cucilah tangan dengan sabun sebelum dan
sesudah mengolah makanan, sebelum makan,
dan setelah keluar dari toilet.
shistosoma sp
Cara dasar untuk Memutuskan infeksi
Schistosoma adalah menghindari kontak
dengan air tawar yang dipenuhi parasit
Schistosoma . Berenang, mengarungi, atau
aktivitas air lainnya di perairan ini membuat kulit
rentan terhadap penetrasi serkaria. Dalam
menggunakan air dari sumber air tawar tersebut
untuk minum atau mandi, air harus dididihkan
minimal 1 menit untuk membunuh parasit yang
mungkin ada di dalam air.
Ini shistosoma!
fasciolopsis buski

cara memutuskan nya adalah adalah


dengan tidak meminum air yang
terkontaminasi atau memakan tanaman
air tawar di daerah dimana Fasciolopsis
buski endemik.

Ini fasciolopsis !
6. Bagaimana cara mengetahui
apakah seseorang telah terinfeksi oleh
cacing-cacing tsb? Apakah dapat
diketahui keberadaan cacing-cacing
tsb di lingkungan? Bila ya, bagaimana
caranya?
TAENIA SP.
untuk mengetahui apakah pasien menderita enyakit taeniasis, perlu dilakukan
pemerikasaan telur,proglotid, dan cacing dewasa pada feses pasien tersebut.
Pada babi dań sapi, untuk mengetahuinya dapat dilakukan pemeriksaan feses pula.
Pemeriksaan feses ini dilakukan dengan menggunakan metode sedimentasi

SCHISTOSOMA SP.
Diagnosis penyakit dapat melalui deteksi telur parasit dalam tinja atau
spesimen urin. Antibodi dan/atau antigen yang terdeteksi dalam sampel darah
atau urin juga merupakan indikasi infers.
Pemantauan eDNA mampu mendeteksi schistosomes di badan air tawar
dengan penyempurnaan metode pengambilan sampel, penyimpanan, dan
pengujian lapangan.
FASCIOLOPSIS BUSKI

Umumnya Fasciolopsis tidak menunjukan gejala pada penderitanya.Namun


untuk diagnosisnya dapat menggunakan identifikasi telur yang
besar(135x80), dengan telur beroperkulum(operculated eggs) pada tinja
atau muntahan merupakan diagnosis dasar yang spesifik
Terimakasih
Daftar Pustaka
Inobaya, M.T. et al. (2014) Prevention and control of schistosomiasis: A current
perspective, Research and reports in tropical medicine. Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4231879/ (Accessed: 30
March 2024).
Marie, C. and William A. Petri, J. (2024) Fasciolopsiasis - infectious diseases,
MSD Manual Professional Edition. Available at:
https://www.msdmanuals.com/professional/infectious-diseases/trematodes-
flukes/fasciolopsiasis (Accessed: 30 March 2024).
RACHIM, M., 2015. TAENIASIS. [ONLINE] DINAS PANGAN, PERTANIAN, DAN
PERIKANAN. AVAILABLE AT: [ACCESSED 30 MARET 2024].
KUSUMASARI, R., 2019. PENYAKIT FASCIOLOPSIASIS – MENARA ILMU
PARASITOLOGI KEDOKTERAN UGM. [ONLINE] PARASITO.FKKMK.UGM.AC.ID.
AVAILABLE AT: [ACCESSED 30 MARET 2024].
CDC. 2020. PARASITES - SCHISTOSOMIASIS. [ONLINE] AVAILABLE AT:
[ACCESSED 30 MARET 2024].
Identifikasi Morfologi Proglotid Taenia Asiatica Simalungun Jurnal Fakultas
Kedokteran UISU: jurnal.fk.uisu.ac.id AVAILABLE AT: [ACCESSED 30 MARET
2024].
Parasitologi Kedokteran Edisi 6: Markell & Voge, hal. 232-243 [ACCESSED 30
MARET 2024].

Anda mungkin juga menyukai