I. PENDAHULUAN
Diagnosis massa pada area paratestikular sebelum atau selama operasi sering sulit
karena gambaran morfologi yang bervariasi dan jarangnya literasi mengenai kasus-kasus
yang ditemukan pada area ini. Operasi inguinal hanya dilakukan jika dicurigai adanya
keganasan.1 Tumor dan tumor-like lesion pada region paratestikular sangat jarang
ditemukan. Tumor primer pada area ini hanya meliputi 7 – 10% dari seluruh tumor
intraskrotal, dan sebanyak 75% tumor paratestikuler muncul dari spermatic cord.2,3 70%
massa yang muncul pada area ini merupakan tumor jinak, sehingga hanya memerlukan
penanganan sederhana berupa ekstirpasi dan follow up. Sedangkan keganasan pada area
ini (30%) memerlukan penganan yang lebih rumit berupa orchiectomy dan kemoterapi
Hanya 7% dari seluruh keganasan yang muncul pada area paratestikular terlihat
sebagai massa pada scrotum.2 Lesi non neoplastic dan tumor jinak pada area
keganasan pada area ini. Seorang patolog harus dapat mendokumentasikan asal tumor
1
Pada referat ini akan dibahas mengenai lesi non neoplastik dan neoplasma pada
adneksa testis meliputi lesi pada rete testis, epididymis dan spermatic cord.
II.1.1Anatomi
Adneksa testis terbagi mejadi 3 bagian, yaitu rete testis, epididymis, dan
spermatic cord.5
Rete Testis
Berlokasi pada hilum dari testis dan memiliki arsitektur tubuler yang
terbagi mejadi tiga komponen, yaitu : septal, mediastinal atau tunikal, dan
eferen, yang terdiri dari 12 – 15 buah tubulus yang beragregasi pada region
Epididymis
eferen ke vas deferens dan secara anatomis terdiri dari tiga bagian, yaitu : head
(caput), body (corpus), dan tail (cauda). Epididimys merupakan suatu organ
yang berelongasi dan menempel pada permukaan posterior dari testis. Jika
diuraikan maka panjangnya dapat mencapai 5.5 m. Bagian ekor dari epididymis
epididimys berlanjut dengan bagian awal dari ductus deferens, dimana baik
2
epididimys maupun ductus deferens berfungsi sebagai tempat penyimpanan
Spermatic Cord
kanalis ingunalis dan berisi ductus deferens, arteri testikularis dan pleksus vena,
saraf, muskulus kremaster, pembuluh limfe, dan jaringan ikat. Bagian dari
spermatic cord yang melewati bagian anterior dari tulang pubis secara mudah
melewati dinding abdomen, dan berpotensi sebagai area yang lemah dan
deferens atau vasa deferentia. Muncul pada testis sepanjang batas porterior dari
testis, memasuki canalis inguinalis dan melewati sisi medial dari ureter. 6
Ampula dari duktus deferens merupakan bagian terminal yang akan bergabung
II.1.2Histologi 6,7
Rete Testis
3
Epididimys
principal merupakan sel columnar tinggi dan memiliki stereosilia. Basal sel
merupakan sel yang berukuran kecil dan speris dan berada pada dasar
epitelium. Di bawahnya terdapat lapisan tipis dari otot polos yang mengelilingi
setiap tubulus. Di sekitar lapisan otot polos, terdapat sel-sel dan serat dari
jaringan ikat.
Spermatic Cord
Vas deferens di dalam spermatic cord merupakan lumen yang sempit dan
irregular terdiri dari lipatan mukosa longitudinal, mukosa yang tipis, tunika
muskularis yang tebal dan tunika adventitia. Lumen pada vas deferens dilapisi
tampak lamina propia terdiri dari serat kolagen padat dan jaringan ikat elastik.
Tunika muskularis terdiri dari tiga lapisan yaitu dari dalam ke luar : lapisan
venula, dan arteriol, serta serabut saraf. Tunika adventitia akan bergabung
II.2 Epidemiologi
4
Angka kejadian keganasan pada testis adalah sebesar 1.5 per 100.000 populasi
di seluruh dunia.8
Neoplasma pada paratestikular memiliki insidensi sebesar 0,6% dari
2
seluruh keganasan pada pria. Distribusi dari tumor paratestikular dan tumor
like lesion pada area paratestikular terbanyak di epididymis (28,6%), kemudian
pada spermatic cord (21,4%), diikuti oleh tunika vaginalis (14,3%).2
II.3 Klasifikasi
Menurut Ackerman, lesi pada adneksa testis dapat terbagi mejadi lesi non
The Urinary System and Male Genital Organs 2016 terdapat klasifikasi tentang
Rete Testis
Rete testis dysgenesis
Cystic dilatatio
Rete testis-associated steroid cell nests
Hyperplasia of rete testis
Epididymis
Non Spesific epididymitis
Tuberculosis
Fungal infections
Granulomatous ischaemic lesion
Spermatic granuloma
Idiophatic granulomatous epididymitis
Spermatocele
Cribriform hyperplasia
Hydrocele
Spermatic Cord
Torsion of spermatic cord
5
Giant cell vasculitis
Vasitis nodosa
Proliferative funiculitis
Smooth muscle hyperplasia
2016:9
6
Smooth muscle tumours
Leiomyoma
Leiomyosarcoma
Skeletal muscle tumours
Rhabdomyoma
Rhabdomyosarcoma
Embrional type
Alveolar type
Pleomorphic type
Spindle cell / sclerosing type
Fibroblastic / myofibroblastic tumours
Cellular angiofibroma
Mammary-type myofibroblastoma
Deep (“aggressive”) angiomyxoma
Nerve sheath tumours
II.4 Patologi
II.4.1Rete Testis
Ditandai dengan rete testis yang kurang berkembang, dilapisi sel kolumnar atau
kuboidal.
2. Calcifying nodule
7
Calcifying nodule dapat terlihat menonjol ke dalam saluran rete testis, hal
pengaruh klinis yang signifikan. Ini berbeda dengan microlithiasis yang dapat
3. Cystic dilatation
Dilatasi kistik atau transformasi dari rete testis dapat muncul sebagai
kalsium oksalat.
Merupakan suatu nodul dari sel eosinofilik yang tumbuh dalam bentuk
band dengan dan atau menempel pada rete testis yang berbeda dengan sel
adneksa Leydig.
gambaran gross berupa massa solid atau kistik pada hilum testis. Seringnya,
penyebab yang lainnya. Secara mikroskopis tampak proliferasi epitel rete testis
ditemukan deposit globul hyalin, sehingga menyerupai tumor yolk sac. Secara
II.4.2Epididymis
8
Lesi Non Neoplastik5
1. Epididymitis
pembentukan abses.
2. Tuberkulosis
hematogen, atau menyebar dari prostat. Ketika tuberculosis pada rete testis
epididymal dan biasanya meliputi bagian kepala epididymis, sering dengan vas
deferens. Ketika berasal dari prostat, biasanya infeksinya meliputi ekor dari
dan histoplasmosis.
9
5. Spermatic granuloma epididymis / epididymis nodosa.
basement dari duktus epididymis oleh inflamasi atau trauma, diikuti dengan
6. Spermatokel
dengan lumina yang berisi massa sperma. Kista dilapisi epitel epitel kolumnar
tinggi bersilia, dan dindingnya terdiri dari jaringan ikat longgar. Perubahan
sekunder seperti cholesterol cleft, dan multinucleated giant cell benda asing
sering ditemukan.
keganasan.
8. Hydrokel
non spesifik. Beberapa kasus dapat disertai dengan gambaran histologi yang
10
dengan adanya kumpulan histiosit yang noduler, dan beberapa agregat small
round blue cell jinak yang diduga merupakan asal dari epitel rete testis.
II.4.3Spermatic Cord
1. Torsi spermatic cord, jika tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan
dengan puncak kedua pada saat pubertas. Pada 64% kasus, torsi dapat
sekitar spermatic cord dapat mengalami fat necrosis, kadang disebut sebagai
operasi, testis yang lain harus difiksasi pada muskularis dartos sebagai upaya
prefentif.
2. Giant cell vasculitis telah dilaporkan sebagai lesi fokal / terbatas pada
11
yang berproliferasi dengan lokasi di intramural dan invasi perineural dapat
dikarenakan torsi.
5. Hiperplasia otot polos dari adneksa testis terlihat sebagai peningkatan lokal
sel otot polos dari spermatic cord atau paratestis yang tumbuh diantara atau
Neoplasma5,9,10
1. Adenoma
rete testis. Merupakan tumor jinak dari epitel rete testis yang dapat berupa
komponen stromal dari rete testis (adenofibroma), dan tubulus padat yang
12
Adenoma pada rete testis sangat jarang dan muncul pada pasien pada
dekade ke dua sampai ke delapan dengan gambaran klinis berupa massa yang
jelas dan dapat teraba, biasanya berlokasi di central hilum. Secara makroskopis
merupakan tumor solid sampai kistik dan berbatas tegas. Secara mikroskopis,
dengan stroma fibrosa, dilapisi oleh sel kuboid sampai kolumnar yang kadang-
kadang dapat berstratifikasi tanpa disertai atipia dan mitosis.5,9,10 Transisi dari
epitel rete testis normal akan sangat membantu dalam penegakkan diagnosis
intrakistik dengan saluran rete testis yang berdilatasi dan mempunyai gambaran
solid yang terdiri dari tubulus yang tersusun rapat, terkadang solid, dilapisi sel
epitel yang memiliki sitoplasma banyak dan terwarna pucat, dengan inti di basal
diagnostik sebagai berikut : 1) tumor terdapat pada bagian tengah dari hilum
testis, 2) tidak ada tumor ekstrascrotal lain dengan gambaran histologis yang
sama / tidak adanya tumor primer lain 3) secara morfologinya tidak sesuai
13
mesothelioma dan ovarian type carcinoma (papillay serous carcinoma) telah
disingkirkan.9,10
dapat muncul mulai dari dekade pertama sampai ke sembilan kehidupan. Secara
klinis, adenocarcinoma rete testis muncul sebagai keluhan berupa massa pada
testis, yang dapat terasa nyeri dan disertai hidrokel. Dapat terlihat penyebaran
memberikan gambaran solid sampai kistik. Dapat terlihat nodul satelit yang
menyebar sampai spermatic cord pada dua per tiga dari seluruh kasus. Secara
kaposiform, dan pola bifasik. Sel epitel yang melapisinya berupa sel kuboidal
Adanya area transisi dari epitel normal rete testis menjadi adenocarcinoma
pada rete testis. Walaupun demikian, transisi ini sering tidak tampak, dan dapat
14
Tumor ini biasanya menyebar secara lokal dan bermetastasis ke kelenjar
getah bening para aorta dan iliaka. Dapat pula bermetastasis langsung ke paru,
maligna dari tunika vaginalis. Karena sangat jarang, adenocarcinoma rete testis
calretinin, dan negative untuk B72.3 dan BerEP 4. Carcinoma pada rete testis
carcinoma.5,9,10
Epididymal Tumors9
1. Cystadenoma epididymis
sesuai dengan tipe papillary dan dapat berhubungan dengan von Hippel-Lindau
columnar tinggi yang serupa dengan lesi pada rete testis dan dapat muncul di
tempat lain.
15
Dapat muncul pada usia 16 sampai 76 tahun dengan rata-rata 35 tahun.
ditemukan secara kebetulan berupa lesi yang tumbuh perlahan, tidak nyeri dan
Secara makroskopis, lesi biasanya terdiri dari struktur kistik yang secara
3. Adenocarcinoma epididymis
16
hidrokel. Biasanya terletak pada bagian tengah epididymis tapi meliputi struktur
gambaran clear cell dengan tubulus yang dilapisi epitel kuboidal sampai
belum dapat diketahui dikarenakan belum adanya data yang adekuat terkait
insidensi dari tumor yang sangat jarang. Tetapi dari beberapa kasus yang
operasi disertai eksisi batas yang luas dan diseksi kelenjar getah bening
1. Adipocytic tumours
17
yaitu dengan insidensi sebanyak 20 – 56% dari seluruh sarcoma pada regio ini.
ditemukan.
liposarcoma muncul sebagai massa soft tissue non spesifik, sering dengan
disertai pita fibrosa irregular yang berisi sel stromal yang membesar dan
inflamasi kronis. Diferensiasi otot polos matur dapat terlihat dan disebut
sebagai lipoleiomyosarcoma.
liposarcoma yang sudah ada sebelumnya dan secara tipikal terdapat gambaran
metaplastik.
18
2. Smooth muscle tumour
tersering pada region ini setelah liposarcoma, dan sering meliputi spermatic
cord atau tunika testicular. Secara klinis biasanya pasien mengeluhkan adanya
tegas, berwarna abu keputihan, merupakan nodul yang kenyal, dan sering
paratestikular sama dengan gambaran tumor otot polos berdifrensiasi baik pada
organ lain. Pada beberapa kasus yang jarang, dapat ditemui pola
mikrotrabekular atau inti yang bizarre, serupa seperti yang dapat ditemui pada
dan terdiri dari fasikula dari sel-sel spindle dengan sitoplasma cerah eosinofilik.
dengan ujung inti yang tumpul. Didapatkan mitotic activity, inti yang atipik,
dedifferentiated.
19
leiomyoma, tetapi lebih bervariasi pada leiomyosarcoma. CD34 dan CK dapat
merupakan kasus yang sangat jarang, paling sering mengenai dewasa muda,
seperti tali (strap-shaped), dengan sitoplasma eosinofilik dan inti bulat, tanpa
atau dengan sedikit gambaran atipia dan mitosis. Sel-sel tersebut tersusun
individual, atau dalam kelompokan kecil, atau dalam bentuk nodul (jarang),
ditemukan merupakan tipe embryonal, terdiri dari sel primitive berbentuk bulat
20
immunohistokimia, demin dan muscle actin (HHF35) positif difuse bervariasi.
Myf4 (myogenin) terwarna pada inti, dan MyoD1 merupakan marker paling
spesifik.
tumor berbatas tegas, berukuran 5 – 10 cm, dan terdiri dari sel-sel spindle
dengan inti pendek dan gemuk, disertai dinding pembuluh darah yang menebal
dalam stroma kolagen, yang dapat mengandung sel lemak. Sel tumor secara
bervariasi positif terhadap CD34 dan atau smooth muscle actin, dan desmin.
yang tumpang tindih dengan spindle cell lipoma, tetapi stroma kolagen bundle
yang kasar dan sering positif terhadap desmin. Tumor ini muncul pada inguinal
Deep angiomyxoma merupakan kasus yang jarang yang muncul pada pria
dibandingkan wanita pada area genital. Pada pria, deep angiomyxoma biasanya
muncul pada dewasa dan paling sering meliputi spermatic cord atau scrotum.
Merupakan lesi yang infiltrative dan dan terdiri dari sel spindle sampai stelat
21
pada matriks miksoid disertai proliferasi pembuluh darah yang prominen.
Secara immunohistokimia positif terhadap actin, desmin, dan CD34, dan secara
Nerve sheats tumor sangat jarang muncul pada area testicular. Kasus yang
III. PEMBAHASAN
Lesi Jinak
ke-tiga dan ke-empat kehidupan. Tumor ini juga dapat muncul pada spermatic
cord dan duktus ejakulatorius pada pria, dan pada tuba falopii serta uterus pada
rasa nyeri. Secara mikroskopis, biasanya tumor ini tidak berkapsul dan berbatas
22
tidak tegas, dapat meliputi testis terdekat. Secara makroskopis berupa nodul
solid lunak kecil dengan ukuran rata-rata 2 cm, berwarna putih keabuan.
Terdapat proliferasi sel mulai dari sel kuboidal sampai sel gepeng, yang
mempunyai batasan yang atrophic dan tampak utas berbeda seperti helai
stromal tumor. Stroma di sekitarnya dapat berisi banyak serat fiber dan otot
halus, dapat memiliki reaksi desmoplastik dan diinfiltrasi oleh sel inflamatori.
Beberapa kasus yang jarang dapat memiliki nekrosis tipe infark yang
sebenarnya, yang juga dapat terlihat pada rete testis. Tumor vaskuler akan
reaktif terhadap ERG, CD34, dan CD31, walaupun dapat pula koekspresi dengn
keratin.
2. Mesothelioma
Kebanyakan bersifat ganas. Dapat terjadi pada pria dengan rentang umur yang
luas, dapat terjadi pada anak-anak, spektrum differensiasi yang luas, dan
23
agresif, sering rekuren dan bermetastasis. Secara imunihistokimia reaktif
yang sering didapatkan pada peritoneum pada wanita. Pada pria, lesi ini sering
didapatkan secara kebetulan pada kantung hydrocele. Diagnosis ini terbatas jika
didapatkan gambaran papilla dan tubula yang dilapisi selapis epitel mesothel
(VHL) disease dan sering terlihat disertai dengan manifestasi lain dari
penyakit ini, terutama bila tumor ini terdapat bilateral. Secara makroskopis,
carcinoma ginjal. Krena pasien dengan VHL dapat memiliki clear cell
24
cell carcinoma ginjal pada epididymis. Pewarnaan yang kuat terhadap CK7
epididymis.
memiliki gambaran yang jinak atau borderline, tetapi beberapa dapat memiliki
5. Pseudotumor dapat muncul pada bagian tengah epididymis dan terdiri dari
myofibroblast yang reaktif dan dapat ditemui pada anak-anak setelah torsio
25
lainnya seperti meconium periorchitis, yang berhubungan dengan perforasi
Terdapat beberapa tipe dari tumor primer dari spermatic cord. Karena
anatomi yang mana tumor tersebut berasal, terutama bila massa tumornya besar.
Dari sudut pandang topografi dan operatif, mungkin lebih sesuai jika hanya
membagi tumor tersebut sebagai yang berasal dari skrotum dan dari kanalis
inguinalis, tanpa mengacu pada struktur anatomi tertentu, kecuali jika telah
1. Tumor tersering pada region ini adalah lipoma. Dikelilingi oleh tunika
vaginalis dan menerima suplai darah dari pembuluh darah spermatic cord.
2. Tumor genital stromal familial, identik dengan lesi tesebut pada region
26
tediri dari, spindle sel pendek, dengan stroma collagenous dan berhubungan
desmin. Lesi ini, yang dapat rekurent secara local, memiliki karakter HMGA2
4. Tumor primer lain yang dilaporkan dari region ini adalah hemangioma,
5. Keterlibatan sekunder dari spermatic cord oleh testicular germ cell tumor
melalui ekstensi langsung dari invasi vaskuler dapat muncul pada region ini.
27
Sangat penting untuk membedakan adanya lesi metastasis ini dari kontaminan
IV. SIMPULAN
ditemukan. Lesi non neoplastik dan tumor jinak pada area paratestikuler dan adneksa
testis, karena topografinya, dapat menyerupai suatu keganasan pada area ini.
Tumor jinak pada rete testis jarang ditemukan, bila ada biasanya merupakan
adenoma. Adenocarcinoma pada rete testis dapat ditegakkan bila memenuhi kriteria
diagnostik sebagai berikut : 1) tumor terdapat pada bagian tengah dari hilum testis,
2) tidak ada tumor ekstrascrotal lain dengan gambaran histologis yang sama / tidak
adanya tumor primer lain 3) secara morfologinya tidak sesuai dengan tumor testikular
Terkait beragamnya struktur yang terdapat pada area testis dan paratestis, maka
28
DAFTAR PUSTAKA
Vol.90.p707-15.
5. Rosai J. Testis and Testicular Adneksa. In: Rosai J, editor. Rosai and
Ackerman's Surgical Pathology. 11th ed. St. Louis Missouri: Mosby Elsevier;
6. Van De Graaff KM. Male Reproductive System. In : Human Anatomy. 6th ed:
29
9. Holger M, Peter A,Ulbright TM. WHO Classification of Tumours of The Urinary
System and Male Genital Organs 4th Ed. Lyon : IARC.p.244 – 56.
10. David G, Liang Cheng. Spermatic Cord and Testicular Adneksa. In : Urologic
30