Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN CA PAROTIS

A. Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Parotis

Kelenjar parotis adalah kelenjar saliva yang berpasangan, berjumlah dua.Kelenjar parotis
merupakan kelenjar saliva yang terbesar. Masing-masing beratnya rata-rata 25 gram dan
bentuknya irregular, berlobus, berwarna antara hijau dan kuning (yellowish) terletak dibawah
meatus akustikus eksternus diantara mandibula dan muskulus sternokleidomastoideus.
Kelenjar parotis memiliki saluran untuk mengeluarkan sekresinya yang dinamakan Stensen’s
duct yang akan bermuara di mulut dekat gigi molar 2, lokasi biasanya ditandai oleh papilla
kecil.

Gambar 2.1. Kelenjar Saliva Tampak Lateral

Kelenjar parotis bentuknya bervariasi, jika dilihat dari lateral 50% berbentuk segitiga, 30%
bagian atas dan bawahnya membulat. Biasanya kelenjar parotis berbentuk seperti piramida
terbalik dengan permukaan-permukaannya sebagai berikut: permukaan superior yang kecil,
superficial, anteromedial, dan posteromedial. Bentuk konkav pada permukaan superior
berhubungan dengan bagian tulang rawan dari meatus akustikus eksternus dan bagian
posterior dari sendi temporomandibular.Disini saraf auriculotemporal mempersarafi kelenjar
parotis.Permukaan superfisialnya ditutup oleh kulit dan fascia superficial yang mengandung
cabang fasial dari saraf aurikuler, nodus limfatikus parotis superficial, dan batas bawah dari
platisma.

Bagian anterior kelenjar berbatasan dengan tepi posterior ramus mandibula dan sedikit
melapisi tepi posterior muskulus masseter.Bagian posterior kelenjar dikelilingi oleh telinga,
prosesus mastoideus, dan tepi anterior muskulus sternokleidomastoideus.Bagian dalam yang
merupakan lobus medial meluas ke rongga parafaring, dibatasi oleh prosesus stiloideus dan
ligamentum stilomandibular, muskulus digastrikus, serta selubung karotis.Di bagian anterior
lobus ini terletak bersebelahan dengan bagian medial pterygoideus.Bagian lateral hanya
ditutupi oleh kulit dan jaringan lemak subkutaneus.Jaringan ikat dan jaringan lemak dari fasia
leher dalam membungkus kelenjar ini.Kelenjar parotis berhubungan erat dengan struktur
penting di sekitarnya yaitu vena jugularis interna beserta cabangnya, arteri karotis eksterna
beserta cabangnya, kelenjar limfa, cabang auriculotemporalis dari nervus trigerninus dan
nervus fasialis.

Vaskularisasi kelenjar parotis berasal dari arteri karotis eksterna dan cabang-cabang di dekat
kelenjar parotis.Darah vena mengalir ke vena jugularis eksterna melalui vena yang keluar
dari kelenjar parotis.Nodul kelenjar limfe ditemukan pada kulit yang berada di atas kelenjar
parotis (kelenjar preaurikuler) dan pada bagian dari kelenjar parotis itu sendiri.Ada 10
kelenjar limfatik yang terdapat pada kelenjar parotis, sebagian besar ditemukan pada bagian
superficial dari kelenjar diatas bidang yang berhubungan dengan saraf fasialis.Kelenjar limfe
yang berasal dari kelenjar parotis mengalirkan isinya ke nodus limfatikus servikal atas.
Persarafan kelenjar parotis oleh saraf preganglionic yang berjalan pada cabang petrosus dari
saraf glossopharyngeus dan bersinaps pada ganglion otikus Serabut postganglionik mencapai
kelenjar melalui saraf auriculotemporal.Nervus kranialisVII yang berfungsi motorik untuk
wajah, masuk ke kelenjar parotis dan membaginya menjadi 2 zona surgical (lobus
superfisialis dan profunda). Nervus ini keluar dari skull base melalui foramen stylomastoid.
Trunkus kemedian bercabang dua yakni cabang temporofasialis (atas, bercabang dua:
temporal dan zigomaticus) dan cervicofasialis (bawah, bercabang tiga: bucal, marginal
mandibular, dan cervical).
Nervus fasialis ini dalam kelenjar parotis bercabang menjadi 5, yaitu:
1. Cabang temporal ke otot frontalis
2. Cabang zigoma ke otot orbicularis oculi
3. Cabang bucal ke otot wajah dan bibir atas
4. Cabang mandibular ke otot bibir bawah dagu
5. Cabang cervical ke otot plastisma

Nervus auticulotemporal yang merupakan cabang dari n. trigeminus bagian mandibularis,


berjalan pararel dengan arteri dan vena temporalis superfisialis. Nervus ini membawa serabut
parasimpatik ke parotis jika cedera akan mengakibatkan terjadinya sindrom Frey’s. nervus
auriculotemporalis ini juga berperan dalam penyebaran tumor parotis ganas ke basis crania
dan intracranial melalui perineuralsheat-nya, terutama untuk jenis adenoid kistik karsinoma
(cylindroma).

Vaskularisasi kelenjar parotis berasal dari arteri karotis eksterna dan cabang-cabang di dekat
kelenjar parotis.Darah vena mengalir ke vena jugularis eksterna melalui vena yang keluar
dari kelenjar parotis. Nodul kelenjar limfe ditemukan pada kulit yang berada di atas kelenjar
parotis (kelenjar preaurikuler) dan pada bagian dari kelenjar parotis itu sendiri. Ada 10
kelenjar limfatik yang terdapat pada kelenjar parotis, sebagian besar ditemukan pada bagian
superficial dari kelenjar diatas bidang yang berhubungan dengan saraf fasialis. Kelenjar limfe
yang berasal dari kelenjar parotis mengalirkan isinya ke nodus limfatikus servikal atas.

B. Definisi
Tumor didefinisikan sebagai massa jaringan abnormal dengan pertumbuhan berlebihan dan
tidak ada koordinasi dengan pertumbuhan jaringan normal dan tetap tumbuh secara
berlebihan setelah stimulus yang menimbulkan perubahan tersebut berhenti. Tuor parotis
adalah tumor yang meyerang kelenjar saliva.

C. Epidemiologi
Setiap tahunnya ditemukan 2500 kasus baru tumor glandula salivatorius dan 80 % kasus
merupakan tumor glandula parotis. Adanya massa di kelenjar parotis, 75 % merupakan
tumor sedangkan 25 % sisanya disebabkan oleh proses non neoplasma infiltrative, seperti
kista dan inflamasi. Pada tumor parotis, 70 sampai dengan 80 % kasus merupakan kasus
benigna.Tumor parotis paling banyak ditemukan pada bangsa kulit putih.

D. Etiologi
Penyebab pasti tumor kelenjar liur belum diketahui secara pasti, dicurigai adanya keterlibatan
faktor lingkungan dan faktor genetik.Paparan radiasi dikaitkan dengan tumor jinak warthin
dan tumor ganas karsinoma mukoepidermoid.Epstein-Barr virus mungkin merupakan salah
satu faktor pemicu timbulnya tumor limfoepitelial kelenjar liur.Kelainan genetik, misalnya
monosomi dan polisomi sedang diteliti sebagai faktor timbulnya tumor kelenjar liur.

E. Klasifikasi
Klasifikasi Histopatologi WHO/ AJCC

Benign Malignant
plemorphic adenoma ( mixed benign tumor) mucoepidermoid carcinoma
Warthin’s tumor adenoid cystic carcinoma
Lymphoepithelial lesion Adenocarcinoma
Oncocytoma acinic cell carcinoma
monomorphic adenoma Malignant mixed tumor
Benign cysts epidermoid carcinoma
Other ananplastic carcinoma

a. Tumor jinak
1) Pleomorfik adenoma (mixed tumor jinak):
Merupakan tumor tersering pada kelenjar liur dan paling sering terjadi pada kelenjar
parotis.Dinamakan pleomorfik karena terbentuk dari sel-sel epitel dan jaringan
ikat.Pertumbuhan tumor ini lambat, berbentuk bulat, dan konsistensinya lunak.Secara
histologi dikarakteristik dengan struktur yang beraneka ragam.biasanya terlihat seperti
gambaran lembaran, untaian atau seperti pulau-pulau dari spindel atau stellata.
Penatalaksanaanya yaitu eksisi bedah dari kelenjar yang terkena.
2) Warthin's tumor (kistadenoma limfomatosum papiler, adenoma kistik papiler)
Tumor ini tampak rata, lunak pada daerah parotis, memiliki kapsul apabila terletak
pada kelenjar parotis dan terdiri atas kista multipel.Histologi Warthin's tumor yaitu
memiliki stroma limfoid dan sel epitelial asini.Perubahan menjadi ganas tidak pernah
dilaporkan. Lebih sering ditemukan pada kelenjar mayor.4
3) Papiloma intraduktal
Berbentuk kecil, lunak dan biasanya ditemukan pada lapisan submukosa.Gambaran
mikroskopiknya tampak dilatasi kistik duktus parsial dengan epitel kuboid. Sangat
jarang terjadi pada kelenjar minor.4
4) Oxyphil adenoma (oncosistoma)
Sangat jarang ditemukan, lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria dengan
ratio 2:1.Diameternya kecil (< 5 cm), pertumbuhannya lambat dan berbentuk sferis.
Dapat terjadi rekurens jika eksisi tumor tidak komplit.

b. Tumor Ganas Kelenjar Liur


1) Mukoepidermoid karsinoma
Kebanyakan berasal dari kelenjar parotis dan biasanya memiliki gradasi yang rendah.
Sering terjadi pada orang dewasa dan wanita > laki-laki dekade antara 30-40 tahun.
Hampir 75% pasien mempunyai gejala pembengkakan yang asimtomatis, 13 %
dengan rasa sakit, dan sebagian kecil lainnya dengan paralisis nervus fasialis. Tumor
ini tidak berkapsul, dan metastasis kelenjar limfe ditemukan sebanyak 30-40 %.4
2) Kista Adenoma karsinoma
Merupakan karsinoma yang paling banyak pada kelenjar minor. Pertumbuhannya
lambat dan kebanyakan memiliki gradasi yang rendah. Dapat berulang setelah
dilakukan pembedahan, kadang-kadang beberapa bulan setelah operasi.
Umumnya melibatkan penderita antara usia 40 dan 60 tahun.4
3) Adenokarsinoma
Terdapat beberapa tipe adenokarsinoma:
a) Karsinoma sel asinik
Paling banyak berasal dari kelenjar parotis dan pertumbuhannya lambat. Tumor ini
berkapsul, merupakan suatu proliferasi sel-sel yang membentuk masa bulat, dengan
diameter kurang dari 3 cm.
b) Adenokarsinoma polimorfik grade rendah
Kebanyakan berasal dari kelenjar minor
c) Adenokarsinoma yang tidak dispesifikasikan:
Bila dilihat di mikroskop tumor ini memiliki penempakan yang cukup untuk disebut
adenokarsinoma, tetapi belim memiliki penampakan untuk dispesifikasikan.sering
berasal dari kelenjar parotis dan kelenjar minor.4
d) Adenokarsinoma yang jarang:
Contohnya seperti basal sel adenokarsinoma, clear cell adenokarsinoma, kista
adenokarsinoma, sebaceus adenokarsinoma, musinous adenokarsinoma.4
c. Mixed tumor maligna
Terdiri atas 3 tipe yaitu, karsinoma ex pleomorfik adenoma, karsinosarkoma dan mixed
tumor metastasis. Kasrinoma ex pleomorfik adenoma merupakan tipe yang paling banyak.
Karsinoma ex pleomorfik adenoma merupakan kanker yang berkembang dari mixed tumor
jinak (pleomorfik adenoma). Kebanyakan terjadi pada kelenjar liur mayor.4

d. Kanker kelenjar liur lainnya yang jarang


 Squamous sel karsinoma: terutama pada laki-laki yang tua. Dapat berkembang
setelah terapi radiasi untuk kanker yang lain pada area yang sama.
 Epitelial-mioepitelial karsinoma
 Anaplastik small sel karsinoma
 Karsinoma yang tidak berdiferensiasi
 Limfoma non hodgkin .4

B. Patofisiologi
a. Teori multiseluler: teori ini menyatakan bahwa tumor kelenjar liur berasal dari
diferensiasi sel-sel matur dari unit-unit kelenjar liur. Seperti tumor asinus berasal dari
sel-sel asinar, onkotik tumor berasal dari sel-sel duktus striated, mixed tumor berasal
darisel-sel duktus interkalated dan mioepitelial, squamous dan mukoepidermoid
karsinoma berasal dari sel-sel duktus ekskretori.
b. Teori biseluler: teori ini menerangkan bahwa sel basal dari glandula ekskretorius dan
duktus interkalated bertindak sebagai stem sel. Stem sel dari duktus interkalated dapat
menimbulkan terjadinya karsinoma acinous, karsinoma adenoid kistik, mixed tumor,
onkotik tumor dan Warthin's tumor. sedangkan stem sel dari duktus ekskretorius
menimbulkan terbentuknya skuamous dan mukoepidermoid karsinoma.3

C. Manifestasi Klinik
a. Gejala
Biasanya terdapat pembengkakan di depan telinga dan kesulitan menggerakkan salah
satu sisi wajah. Pada tumor parotis benigna biasanya asimtomatis (81%), nyeri didapatkan
pada sebagian pasien (12%), dan paralisis nervus fasialis (7%).Paralisis nervus facialis lebih
sering didapatkan pada pasien dengan tumor parotis maligna, tetapi paralisis nervus facialis
lebih sering berhubungan dengan Bell palsy. Adanya bengkak biasanya mengurangi
kepekaan wilayah tersebut terhadap rangsang (painless) dan menyebabkan pasien kesulitan
dalam menelan.5
b. Tanda
Pada tumor benigna benjolan bisa digerakkan, soliter, dan keras. Namun, pada
pemeriksaan tumor maligna diperoleh benjolan yang terfiksasi , konsistensi keras, dan cepat
bertambah besar.6

D. Staging tumor Parotis

Union Internationale Contre le Cancer (UICC) tahun 1997 dan American Joint Commitee
(AJCC) tahun 2002, membagi stadium dari tumor ganas kelenjar parotis berdasarkan ukuran
tumor (T), pembesaran kelenjar getah bening regional (N), dan ada atau tidaknya metastasis
(M).
Klasifikasi TNM tumor ganas parotis.14
T
T0 Tidak ada tumor primer
T1 Ukuran tumor ≤2 cm, penyebaran
ekstra parenkim (-)
T2 Ukuran tumor 2-4 cm, penyebaran
ekstraparenkim (-)
T3 Ukuran tumor 4-6 cm, atau ada
penyebaran ekstraparenkim tanpa
adanya keterlibatan NVII
T4 Ukuran tumor ≥6 cm, atau ada
keterlibatan NVII, atau ada infiltrasi
intracranial
N
Nx Metastasis kgb belum dapat
ditentukan
N0 Metastasis kgb (-)
N1 Metastasis kgb <3 cm, ipsilateral,
soliter
N2 Metastasis kgb 3-6 cm,
soliter/multipel,
ipsilateral/kontralateral/bilateral
N2a Metastasis kgb 3-6 cm, soliter,
ipsilateral
N2b Metastasis kgb 3-6 cm, multipel,
ipsilateral
N2c Metastasis kgb 3-6 cm, multipel,
bilateral
N3 Metastasis kgb ≥ 6 cm
M
M0 Metastasis jauh (-)
M1 Metastasis jauh (+)

Stadium tumor ganas parotis.14


Stadium
I T1-2 N0 M0
II T3 N0 M0
III T1-2 N1 M0
IV T4 N0 M0
T3-4 N1 M0
Tany N2-3 M0
Tany Nany M1

E. Diagnosis
a. Pemeriksaan Klinis
1) Anamnesa

Anamnesa dengan cara menanyakan kepada penderita atau keluarganya tentang :


a.) Keluhan
 Pada umumnya hanya berupa benjolan soliter, tidak nyeri, di pre/infra/retro aurikula (tumor
parotis), atau di submandibula (tumor sumandibula), atau intraoral (tumor kelenjar liur
minor)
 Rasa nyeri sedang sampai hebat (pada keganasan parotis atau submandibula)
 Paralisis n. fasialis, 2-3% (pada keganasan parotis)
 Disfagia, sakit tenggorok, gangguan pendengaran (lobus profundus parotis terlibat)
 Paralisis n.glosofaringeus, vagus, asesorius, hipoglosus, pleksus simpatikus (pada karsinoma
parotis lanjut)
 Pembesaran kelenjar getah bening leher (metastase)

b.) Perjalanan penyakit ( progresivitas penyakit)


c.) Faktor etiologi dan resiko (radioterapi kepala leher, ekspos radiasi)
d.) Pengobatan yang telah diberikan serta bagaimana hasil pengobatannya
e.) Berapa lama kelambatan.7, 10

2) Pemeriksaan fisik
a.) Status general

Pemeriksaan umum dari kepala sampai kaki, tentukan :


 Penampilan (Karnofski / WHO)
 Keadaan umum
Adakah anemia, ikterus, periksa T,N,R,t, kepala, toraks, abdomen, ekstremitas,vertebra,
pelvis
 Apakah ada tanda dan gejala ke arah metastase jauh (paru, tulang tengkorak, dll)

b.) Satus lokal


 Inspeksi (termasuk inraoral, adakah pedesakan tonsil/uvula)
 Palpasi (termasuk palpasi bimanual, untuk menilai konsistensi, permukaan, mobilitas
terhadap jaringan sekitar)
 Pemeriksaan fungsi n.VII,VIII,IX,X,XI,XII
c.) Status regional

Palpasi apakah ada pembesaran kelenjar getah bening leher ipsilateral dan kontralaeral. Bila
ada pembesaran tentukan lokasinya, jumlahnya, ukuran terbesar, dan mobilitasnya.10

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologis (Atas Indikasi)
a) Imaging

 Foto Polos
Foto polos sekarang jarang digunakan untuk mengevaluasi glandula salivatorius
mayor.Foto polos paling baik untuk mendeteksi adanya radioopaque ada sialolithiasis,
kalsifikasi, dan penyakit gigi. Foto madibula AP/Eisler, dikerjakan bila tumor melekat
tulang. Sialografi, dibuat bila ada diagnosa banding kista parotis / submandibula. Foto toraks
terkadang dilakukan untuk mencari metastase jauh. Meskipun foto polos dapat diperoleh
secara cepat dan relatif murah, namun memiliki keterbatasan nilai klinis karena hanya dapat
mengidentifikasi kalsifikasi gigi. Sialolit atau kalsifkasi soft tissue lebih mudah diidentifikasi
lebih mudah diidentifikasi menggunakan USG dan CT Scan.8

 USG
USG pada pemeriksaan penunjang berguna untuk evaluasi kelainan vaskuler dan
pembesaran jaringan lunak dari leher dan wajah, termasuk kelenjar saliva dan kelenjar limfe.
Cara ini ideal untuk membedakan massa yang padat dan kistik. Kerugian USG pada daerah
kepala dan leher adalah penggunaannya terbatas hanya pada struktur superficial karena tulang
akan mengabsopsi gelombang suara.8

 CT Scan
Gambaran CT tumor parotis adalah suatu penampang yang tajam dan pada dasarnya
mengelilingi lesi homogen yang mempunyai suatu kepadatan yang lebih tinggi dibanding
glandular tisssue.Tumor mempunyai intensitas yang lebih besar ke area terang (intermediate
brightness. Foci dengan intensitas signal rendah (area gelap/radiolusen) biasanya
menunjukkan area fibrosis atau kalsifikasi distropik. Kalsifikasi ditunjukkan dengan tanda
kosong (signal void) pada neoplasma parotid sebagai tanda diagnosa.7
Pemeriksaan radiografi CT dan MRI berguna untuk membantu menegakkan
diagnosa pada penderita tumor parotid. Dengan CTI, deteksi tumor 77% pada bidang aksial
dan 90% pada bidang aksial dengan CE CT.
Pemeriksaan Tumor parotis dengan CTI oleh radiolog untuk mengetahui
lokasi dan besar tumor, deteksi lesi, batas tumor, batas lesi, aspek lesi, kontras antara lesi
dengan jaringan sekitarnya, gambaran intensitas dari lesi, keberhasilan pemakaian medium
kontras, aspek lesi setelah injeksi medium kontras, deteksi kapsul nya dan resorpsi tulang
yang terjadi di sekitar lesi tersebut.8
Deteksi lesi dapat diklasifikasikan menjadi positif atau negatif.Pinggir lesi
dapat diklasifikasikan menjadi kurang jelas atau semuanya jelas.Batas lesi dapat
diklasifikasikan menjadi halus atau berlobus.Aspek lesi dapat diklasifikasikan menjadi
homogen atau tidak homogen.Kontras antara lesi dengan jaringan sekitarnya dapat
diklasifikasikan menjadi tinggi atau rendah. Gambaran intensitas dari lesi dengan otot
disebelah lesi diklasifikasikan kedalam empat kelompok: tinggi, intrermediet, rendah, atau
gabungan tinggi dengan rendah. Aspek lesi terhadap injeksi medium kontras diklasifikasikan
menjadi homogen, tidak homogen dan perifer. Deteksi kapsulnya dan resorpsi tulang
diklasifikasikan menjadi positif atau negatif.8

 MRI

Pemeriksaan MRI bisa membantu untuk membedakan massa parotis yang bersifat
benigna atau maligna. Pada massa parotis benigna, lesi biasanya memiliki tepi yang halus
dengan garis kapsul yang kaku. Namun demikian, pada lesi malignansi dengan grade rendah
terkadang mempunyai pseudokapsul dan memiliki gambaran radiografi seperti lesi
benigna.Lesi malignansi dengan grade tinggi memiliki tepi dengan gambaran infiltrasi.7

 PET (Positron Emission Tomography)

Alat ini menggunakan glukosa radioaktif yang dikenal sebagai fluorine18 atau
Fluorodeoxyglucose (FGD) yang mampu mendiagnosa kanker dengan cepat dan dalam
stadium dini.Caranya, pasien disuntik dengan glukosa radioaktif untuk mendiagnosis sel-sel
kanker di dalam tubuh. Cairan glukosa ii akan bermetabolisme di dalam tubuh dan
memunculkan respon terhadap sel-sel yang terkena kanker.8
b) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium rutin, seperti: darah, urine, SGOT/SGPT, alkali fosfatase,


BUN/kreatinin, globulin, albumin, serum elektrolit, faal hemostasis, untuk menilai keadaan
umum dan persiapan operasi.10

c) Pemeriksaan Patologi

 FNA
Belum merupakan pemeriksaan baku.Pemeriksaan ini harus ditunjang oleh ahli
sitopatologi handal yang khusus menekuni pemeriksaan kelenjar liur.
 Biopsi insisional
Dikerjakan pada tumor ganas yang inoperabel.
 Biopsi eksisional

 Pada tumor parotis yang operabel dilakukan parotidektomi superfisial


 Pada tumor submandibula yang operabel dilakukan eksisi submandibula
 Pada tumor sublingual dan kelenjar liur minor yang operabel dilakukan eksisi luas (
minimal 1 cm dari batas tumor).

 Pemeriksaan potong beku


Dikerjakan terhadap spesimen operasi pada biopsi eksisional.
 Pemeriksaan spesimen operasi. 4

G. Diagnosis Banding 8
a. Inflamasi:
1) Abses/sellulitis/reactive adenopathy
2) Benign lymphoepithelialcysts (AIDS)
3) Autoimun/Sjogren syndrome
b. Benign tumor :
1) Benign mixed tumor (pleomorphic adenoma)
2) Warthin tumor
3) Lipoma
c. Malignansi :
1) Mucoepidermoid carcinoma
2) Adenoid cystic carcinoma;
3) Non-Hodgkin lymphoma
4) Malignant mixed tumor;
5) Lainnya: acinar cell carcinoma, adenocarcinoma, squamouscell
carcinoma
d. Metastasis:
1) Skin squamous cell carcinoma or melanoma
2) Breast orlung carcinoma
3) Nodal non-Hodgkin lymphoma.

H. Komplikasi
Komplikasi pasca operasi parotis
 Sindrom Frey
 Kelumpuhan saraf fasialis.
 Fistula kelenjar liur. 9

I. Penatalaksanaan
Pengobatan tumor parotis adalah multidisipliner termasuk bedah, neurologi, radiologi
diagnostik dan inventersional, onkologi dan patologi.Faktor tumor dan pasien harus
diperhitungkan termasuk keparahannya, besarnya tumor, tingkat morbiditas serta availabilitas
tenaga ahli dalam bedah, radioterapi dan khemoterapi.
a. Tumor operable
1) Terapi utama

Terapi utama pada tumor parotis yang operable adalah pembedahan, dapat berupa:
a. Parotidektomi superfisial, dilakukan pada tumor jinak parotis lobus superfisialis.
b. Parotidektomi total, dilakukan pada :
i. Tumor ganas parotis yang belum ada ekstensi ekstraparenkim dan
n.VII
ii. Tumor jinak parotis yang mengenai lobus profundus
c. Parotidektomi total diperluas, dilakukan pada tumor ganas parotis yang sudah ada ekstensi
ekstraparenkim atau n.VII
d. Deseksi leher radikal (RND), dikerjakan bila terdapat metastase kelenjar getah bening leher
yang masih operabel.9
2) Terapi tambahan

Terapi tambahan berupa radioterapi pasca bedah dan diberikan pada tumor ganas dengan
kriteria :
a. High grade malignancy
b. Masih ada residu makroskopis atau mikroskopis
c. Tumor menempel pada syaraf (n.fasialis, n.lingualis, n.hipoglosus, n. asesorius )
d. Setiap T3,T4
e. Karsinoma residif
f. Karsinoma parotis lobus profundus
Radioterapi sebaiknya dimulai 4-6 minggu setelah pembedahan untuk memberikan
penyembuhan luka operasi yang adekuat, terutama bila telah dikerjakan alih tandur syaraf.
- Radioterapi lokal diberikan pada lapangan operasi meliputi bekas insisi sebanyak 50 Gy
dalam 5 minggu.
- Radioterapi regional/leher ipsilateral diberikan pada T3,T4, atau high grade malignancy. 13

b. Tumor inoperabel
1) Terapi utama

Radioterapi : 65 – 70 Gy dalam 7-8 minggu

2) Terapi tambahan

Kemoterapi :
a) Untuk jenis adenokarsinoma (adenoid cystic carcinoma, adenocarcinoma, malignant mixed
tumor, acinic cell carcinoma)

 adriamisin 50mg/m2 iv pada hari 1


 5 fluorourasil 500mg/m2 iv pada hari 1
 sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2
b) Untuk jenis karsinoma sel sqamous (squamous cell carcinoma,
mucoepidermoid carcinoma)

 methotrexate 50mg/m2 iv pada hari ke 1 dan 7


 sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2. 9

c. Metastase Kelenjar Getah Bening (N)


1) Terapi utama
a) Operabel : deseksi leher radikal
(RND)
b) Inoperabel : radioterapi 40
Gy/+kemoterapi preoperatif,
kemudian dievaluasi
- menjadi operabel à RND
- tetap inoperabel à radioterapi dilanjutkan sampai 70Gy

2) Terapi tambahan
Radioterapi leher ipsilateral 40 Gy.10

d. Metastase Jauh (M)

Terapi paliatif : khemoterapi

1) Untuk jenis adenokarsinoma (adenoid cystic carcinoma, adenocarcinoma, malignant


mixed tumor, acinic cell carcinoma)

 adriamisin 50mg/m2 iv pada hari 1


 5 fluorourasil 500mg/m2 iv pada hari 1
 sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2
2) Untuk jenis karsinoma sel squamous (squamous cell carcinoma, mucoepidermoid
carcinoma)

 methotrexate 50mg/m2 iv pd hari ke 1 dan 7


 sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2. 13

Gambar 2.12.Bagan Penanganan Tumor Parotis Operabel dengan (N) Secara Klinis
Negatif.13
J. Prognosis
Prognosis pada tumor maligna sangat tergantung pada histology, perluasan local dan
besarnya tumor dan jumlah metastasis kelenjar leher.Jika sebelum penanganan tumor maligna
telah ada kehilangan fungsi saraf, maka prognosisnya lebih buruk.Untuk tumor maligna,
pengobatan dengan eksisi dan radiasi menghasilkan tingkat kesembuhan sekitar 50%, bahkan
pada keganasan dengan derajat tertinggi. Ketahanan hidup 5 tahun kira-kira 5%, namun hal
ini masih tetap tergantung kepada histologinya.5

K. Kesimpulan

Kelenjar parotis adalah kelenjar liur yang berpasangan, berjumlah 2.Kelenjar parotis
merupakan kelenjar liur yang terbesar.Tumor pada ini relatif jarang terjadi, persentasenya
kurang dari 3% dari seluruh keganasan pada kepala dan leher.Keganasan pada tumor
kelenajar liur berkaitan dengan paparan radiasi, faktor genetik, dan karsinoma pada dada.
Sebagian besar tumor pada kelenjar liur terjadi pada kelenjar parotis, dimana 75% - 85% dari
seluruh tumor berasal dari parotis dan 80% dari tumor ini adalah adenoma pleomorphic jinak
(benign pleomorphic adenomas).
Tumor kelenjar parotis baik itu jinak atau ganas akan muncul sebagai suatu massa berbentuk
soliter, berkembang diantara sel-sel pada kelenjar yang terkena. Pertumbuhan yang cepat dari
massa dan rasa sakit pada lesi itu berkaitan dengan perubahan ke arah keganasan, tetapi
bukan sebagai alat diagnostik. Keterlibatan saraf fasialis (N.VII) umumnya sebagai indikator
dari keganasan, walaupun gejala ini hanya nampak pada 3% dari seluruh tumor parotis dan
prognosisnya buruk.
Keganasan pada kelenjar liur sebagian besar asimtomatik, tumbuhnya lambat, dan berbentuk
massa soliter. Rasa sakit didapatkan hanya 10-29% pasien dengan keganasan pada kelenjar
parotisnya.Rasa nyeri yang bersifat episodik mengindikasikan adanya peradangan atau
obstruksi daripada akibat dari keganasan itu sendiri.Massa pada kelenjar liur yang tidak nyeri
dievaluasi dengan aspirasi menggunakan jarum halus (Fine Needle Aspiration) atau
biopsi.Pencitraan menggunakan CT-Scan dan MRI dapat membantu.Untuk tumor ganas,
pengobatan dengan eksisi dan radiasi menghasilkan tingkat kesembuhan sekitar 50%, bahkan
pada keganasan dengan derajat tertinggi.
Untuk terapi dilakukan reseksi tergantung dari stadiumnya.Terapi tambahan berupa radiasi
pasca operasi atau kemoterapi dapat diberikan dengan mempertimbangkan resiko-resiko yang
harus dihadapi nantinya.Untuk tumor maligna, pengobatan dengan eksisi dan radiasi
menghasilkan tingkat kesembuhan sekitar 50%, bahkan pada keganasan dengan derajat
tertinggi.Untuk prognosis sesudah terapi adekuat pada tumor benigna terjadi residif lokal
kurang dari 1% kasus.Namun, jika tumor benigna tidak diangkat secara luas, sering timbul
residif lokal.

Anda mungkin juga menyukai