Anda di halaman 1dari 41

PROPOSAL PENELITIAN

GAMBARAN PENATALAKSANAAN PENCEGAHAN INFEKSI


PADA PROSES PERSALINAN
DI PUSKESMAS WAIPARE TAHUN 2016

Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan


Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan (AMd.Keb)

Diajukan Oleh

MARTINA NONA REPIS


NIM. 14.1301.071

PROGRAM DIII KEBIDANAN


UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2016
PROPOSAL PENELITIAN

GAMBARAN PENATALAKSANAAN PENCEGAHAN INFEKSI


PADA PROSES PERSALINAN
DI PUSKESMAS WAIPARE TAHUN 2016

Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan


Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan (AMd.Keb)

Diajukan Oleh

MARTINA NONA REPIS


NIM. 14.1301.071

PROGRAM DIII KEBIDANAN


UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2016
LEMBAR PERSETUJUAN

PROPOSAL PENELITIAN

GAMBARAN PENATALAKSANAAN PENCEGAHAN INFEKSI


PADA PROSES PERSALINAN
DI PUSKESMAS WAIPARE TAHUN 2016

Diajukan oleh:

MARTINA NONA REPIS


NIM. 14.1301.071

Disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Rohani Mustari, S. ST, M. Kes Lilli Rusmaliyah, S. ST, M. Kes

Mengetahui
Ketua Prodi DIII Kebidanan

Andi Mariam, S.ST, FKM, M. Kes


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan petunjuk dan rahmat-Nya sehingga penulis
berhasil menyelesaikan Proposal ini dengan baik dan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.
Proposal dengan judul “ Gambaran penatalaksanaan pencegahan
infeksi pada proses persalianan “ diambil sebagai bahan penelitian karena
dilihat dari permasalahan masih ada kematian ibu yang disebabkan oleh
infeksi.
Proposal ini dapat diselesaikan dengan adanya dukungan dan
bimbingan dari berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :
1. Bapak Haji Haruna, MA, MBA selaku ketua Universitas Indonesia
Timur.
2. Bapak Prof. Dr. Baso Amang, SE, M.Si selaku rektor Universitas
Indonesia Timur.
3. Prof. Dr. M. Najib Gustan, MPH selaku dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Indonesia Timur.
4. Ibu Andi Mariam, S.ST, FKM, M. Kes selaku Kaprodi Kebidanan
Universitas Indonesia Timur.
5. Ibu Milda Ratu, S.ST, M. Kes selaku Wakil Kaprodi DIII Kebidanan
Universitas Indonesia Timur.
6. Ibu Rohani Mustari, S. ST, M. Kes selaku pembimbing I yang dengan
kesabaran membimbing dan memberikan petunjuknya sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal ini.
7. Ibu Lilli Rusmaliyaa, S. ST, M. Kes selaku pembimbing II yang
dengan kesabaran membimbing dan memberikan petunjuknya
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini
8. Bapak Ibu dosen beserta staf Program DIII Kebidanan Universitas
Indonesia Timur yang telah memberikan saran sehingga
terselesaikannya penulisan proposal ini.
9. Ibu Sopia Yasinta sebagai Kepala Puskesmas Waipare dan seluruh
staf yang telah memberikan ijin dalam pengambilan data.
10. Rekan-rekan mahasiswa Program DIII Kebidanan Universitas
Indonesia Timur angkatan 2014/2015 yang telah bekerjasama dan
membantu baik pikiran maupun tenaga.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi penyempurnaan proposal ini.
Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca dan
pihak-pihak yang memerlukan.

Makassar, Mei 2016

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBARAN JUDUL ............................................................................ i


LEMBARAN PERSETUJUAN .............................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................. iii
DAFTAR ISI ......................................................................................... v
DAFTAR TABEL .................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 4
A. Konsep Dasar Pencegahan infeksi ......................................... 4
B. Konsep Dasar Proses Persalinan........................................... 15
C. Kerangka Konsep Penelitian .................................................. 18
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 19
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................ 19
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 19
C. Populasi dan Sampel Penelitian.............................................. 19
D. Cara dan Alat Pengumpulan Data .......................................... 19
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel .......... 20
F. Rencana Pengolahan dan Analisis Data ............................... 20
G. Rencana Jadwal Penelitian .................................................... 21
H. Rencana Anggaran Penelitian ................................................ 21
I. Organisasi Penelitian .............................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ................................... ........................................... 22
LAMPIRAN ............................................................................................. 24
DAFTAR TABEL

Judul Tabel Halaman

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel .................................................. 20


Tabel 2. Rencana Jadwal Penelitian....................................................... 21
DAFTAR GAMBAR

Judul Gambaran Halaman

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian.............................................. 18


DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1: Lembaran Permintaan Menjadi Responden


2. Lampiran 2: Lembaran Persetujuan Menjadi Responden
3. Lampiran 3: Lembar Observasi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Healt Organization (WHO) memperkirakan lebih dari


585.000 ibu pert tahunnya meninggal saat hamil atau bersalin. Di Asia
Selatan, wanita mempunyai peluang meninggal akibat kehamilan /
persalinan selama kehidupan, Negara Afrika 1:4 sedangkan di
Amerika Utara 1:6. Menurut laporan WHO yang telah dipublikasikan
pada tahun 2014, Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia mencapai angka
289.000 jiwa. Di Asia Tenggara 16.000 jiwa, Indonesia menempati
angka tertinggi mencapai 214 per 100.000 kelahiran hidup (WHO,
2014).
Beberapa faktor penyebab langsung kematian ibu di Indonesia
masih didomniasi oleh perdarahan 42 persen, eklampsia 13 persen,
abortus 11 persen, infeksi 10 persen, partus lama 9 persen dan
penyebab lain 15 persen. Sedangkan faktor tidak langsung penyebab
kematian ibu karena factor terlambat dan terlalu. Ini semua terkait
dengan factor akses, social budaya, pendidikan dan ekonomi , yang
dimaksud factor terlambat adalah terlambat mengenali tanda bahaya
persalinan dan mengambil keputusan, terlambat dirujuk dan terlambat
ditangani oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.
Pencegahan infeksi merupakan aspek ketiga dari Lima Benang
Merah yang terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman
dan juga merupakan salah satu usaha untuk meindungi ibu dan bayi
baru lahir. Tindakan pencegahan infeksi adalah bagian esensial dari
asuhan lengkap yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan
harus dilaksanakan secara rutin pada saat menolong persalinan dan
kelahiran, saat memberikan asuhan dasar selama kunjungan
antenatal, pasca persalinan, bayi baru lahir atau saat menatalaksana
penyulit. Pencegahan infeksi harus dilaksanakan oleh semua tenaga
kesehatan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru
lahir, keluarga, penolong persalinan, dan tenaga keshatan lainnya,
juga upaya-upaya menurunkan resiko terjangkit atau terinfeksi
mikroorganisme yang menimbulkan penyakit-penyakit berbahaya.
Mengingat bahwa infeksi dapat ditularkan melalui darah, secret
vagina, air mani, cairan amnion, dan cairan tubuh lainnya maka setiap
petugas yang bekerja di lingkungan yang mungkin terpapar hal-hal
tersebut mempunyai resiko untuk tertular bila tidak mengindahkan
prosedur pencegahan infeksi.
Masih ada petugas yang belum melaksanakan pencegahan
infeksi sesuai prosedur yang telah ditetapkan, padahal pelaksanaan
pencegahan infeksi sesuai prosedur dapat memberikan pelayanan
yang maksimal pada ibu bersalin dan dapat menurunkan angka
kematian ibu dan anak saat proses persalinan. Berdasarkan hasil
penelitian tentang pelaksanaan pencegahan infeksi pada saat
pertolongan persalinan di Bidan Praktek Swasta Wilayah Kota Banda
Aceh, pelaksanaan pencegahan infeksi saat pertolongan persalianan
dalam kategori baik 8 orang (20 persen), cukup 30 orang (75 persen),
kurang baik 2 orang atau 5 persen (Hastuty Henny , 2012).
Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang penulis lakukan
di Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka diperoleh jumlah ibu
bersalin dalam wilayah Kabupaten Sikka periode Januari –
Desember 2015 adalah 5.268 orang, dengan jumlah kematian ibu
sebanyak 8 orang, dengan penyebabnya perdarahan 1 orang, infeksi
2 orang, eklampsi 1 orang, penyebab lain 4 orang (penyakit penyerta).
Dengan adanya hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul : Gambaran penatalaksanaan pencegahan
infeksi pada proses persalinan di Puskesmas Waipare tahun 2016.
B. Rumusan Masalah

Berdasarakan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya


adalah : Bagaimanakah gambaran penatalaksanaan pencegahan
infeksi pada proses persalinan di Puskesmas Waipare tahun 2016?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah meliputi tujuan umum
dan tujuan khusus yaitu :

1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran penatalaksanaan pencegahan
infeksi pada proses persalinan di Puskesmas Waipare tahun
2016.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui gambaran penatalaksanaan prosedur cuci
tangan oleh bidan di Puskesmas Waipare tahun 2016.
b. Untuk mengetahui gambaran penatalaksanaan pemrosesan
alat bekas pakai oleh bidan di Puskesmas Waipare tahun
2016.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :


1. Bagi responden
Untuk meningkatkan pengetahuan bidan tentang cuci tangan dan
pemrosesan alat bekas pakai dalam penatalaksanaan
pencegahan infeksi pada proses persalinan di Puskesmas
Waipare.
2. Bagi peneliti
Menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan serta
menambah pengalaman dalam bidang metode penelitian
khususnya mengenai penatalaksanaan pencegahan infeksi pada
proses persalinan.
3. Bagi profesi
Sebagai acuan untuk menerapkan prosedur pencegahan infeksi
pada proses persalinan.
4. Bagi institusi
Dapat digunakan sebagai informasi lebih lanjut mengenai materi
yang berhubungan dengan pencegahan infeksi pada proses
persalinan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Pencegahan Infeksi

1. Pengertian

Pencegahan infeksi adalah suatu usaha yang dilakukan untuk


mencegah terjadinya resiko penularan infeksi mikrooorganisme dari
klien dan tenaga kesehatan, pengunjung dan masyarakat. Tindakan
pencegahan infeksi tidak terpisah dari komponen-komponen lain
dalam asuhan persalinan dan kelahiran bayi. Pencegahan infeksi
merupakan bagian esensial dari asuhan lengkap yang diberikan
kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksanakan secara rutin
pada saat menolong persalinan dan kelahiran bayi, saat memberikan
asuhan dasar selama kunjungan antenatal atau pasca persalinan/bayi
baru lahir atau saat menatalaksana penyulit (Gulardi dkk, 2008 Hal.
16)

2. Tujuan Pencegahan Infeksi

Tujuan pencegahan infeksi adalah mengurangi infeksi dan


melindungi petugas atau pasien. Tindakan pencegahan infeksi dalam
pelayanan kesehatan akan meminimalkan infeksi yang disebabkan
oleh mikroorganisme dan menurunkan resiko penularan penyakit yang
mengancam jiwa seperti Hepattis dan HIV/AIDS (Erawati A.D, 2011
Hal. 57)
Adapun tujuan utama pencegahan infeksi antara lain :
a. Mencegah infeksi umum.
b. Meminimalkan resiko penyebaran penyakit yang berbahaya seperti
Hepatitis dan HIV/AIDS kepada pasien, kepada petugas
kesehatan, termasuk petugas kebersihan dan rumah tangga.
c. Mengurangi terjadinya infeksi pada bayi dan ibu.
d. Memberikan perlindungan terhadap klien, tenaga kesehatan dan
masyarakat (maryunani a, 2011 hal. 202).

3. Prinsip-Prinsip Pencegahan Infeksi

Prinsip pencegahan infeksi merupakan upaya yang dilakukan


untuk mencegah resiko penularan atau penyebaran infeksi
mikroorganisme dari lingkungan klien dan tenaga kesehatan yang
bertujuan untuk mengurangi terjadinya infeksi,dan melindungi klien
dan tenaga kesehatan dari resiko penularan (Musrifatul dkk, 2012 Hal.
41).

Prinsip-prinsip pencegahan infeksi yang efektif berdasarkan


berikut :

a. Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus


dianggap dapat menularkan penyakit karena infeksi yang terjadi
bersifat asimptomatik (tanpa gejala).
b. Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi.
c. Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lain
yang akan dan telah bersentuhan dengan kulit tak utuh, selaput
mukosa atau darah harus dianggap terkontaminasi sehingga
setelah selesai digunakan harus dilakukan proses pencegahan
infeksi secara benar.
d. Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda
lainnya telah diproses dengan benar harus dianggap telah
terkontaminasi
e. Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total tetapi dapat
dikurangi hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-
tindakan pencegahan infeksi yang benar dan konsisten (sunarsih
& eny, 2011 hal. 104).
4. Definisi Tindakan-Tindakan Pencegahan Infeksi

Beberapa definisi tindakan dalam pencegahan infeksi, adalah


sebagai berikut :
a. Asepsis atau tekhnik aseptik adalah istilah umum yang bisa
digunakan dalam pelayanan kesehatan. Istilah ini dipakai untuk
menggambarkan semua usaha yang dilakukan dalam mencegah
masuknya mikroorganisme kedalam tubuh dan berpotensi untuk
menimbulkan infeksi. Tekhnik aseptik membuat prosedur lebih
aman bagi ibu, bayi baru lahir dan penolong persalinan dengan
cara menurunkan jumlah atau menghilangkan seluruh (eradikasi)
mikroorganisme pada kulit, jaringan dan instrument/peralatan
hingga tingkat yang aman.
b. Antisepsis mengacu pada pencegahan infeksi dengan cara
membunuh/menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit
atau jaringan tubuh lainnya.
c. Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan
bahwa petugas kesehatan dapat menangani secara aman
berbagai benda yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh.
Peralatan medis, sarung tangan dan permukaan (misalnya, meja
periksa) harus segera didekontaminasi segera setelah terpapar
darah atau cairan tubuh.
d. Mencuci dan membilas adalah tindakan-tindakan yang dilakukan
untuk menghilangkan semua cemaran darah, cairan tubuh atau
benda asing (misalnya debu, kotoran) dari kulit atau
instrument/peralatan.
e. Desinfeksi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan
hampir semua mikroorganisme penyebab penyakit yang
mencemari benda-benda mati atau instrument.
f. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) adalah tindakan yang dilakukan
untuk menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora
bakteri dengan cara merebus atau kimiawi.
g. Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan
semua mikroorganisme (bakteri, jamur, parasit dan virus)
termasuk endospora bakteri pada benda-benda mati atau
instrument (Nurul & Ardiani, 2010 Hal. 66-67).

5. Penatalaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi

Dalam memberikan asuhan yang bermutu tinggi, penolong harus


melindungi pasien, diri sendiri dan rekan kerjanya dari infeksi. Cara
praktis, efektif dan ekonomis dalam melakukan pencegahan infeksi
meliputi : Cuci tangan, memakai sarung tangan, menggunakan teknik
aseptik, memproses alat bekas pakai, menangani peralatan tajam
dengan aman, menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan (termasuk
pengelolaan sampah sampah secara benar) (Sarwono,2008).

a. Cuci tangan

Cuci tangan adalah prosedur yang paling penting dari


pencegahan penyebaran infeksi yang menyebabkan kesakitan dan
kematian ibu dan bayi baru lahir.
Cuci tangan harus dilakukan segera setelah tiba di tempat kerja,
sebelum melakukan kontak fisisk secara langsung dengan ibu dan
bayi baru lahir, sebelum memakai sarung tangan DTT atau steril,
setelah melepas sarung tangan, setelah menyentuh benda yang
mungkin terkontaminasi oelh darah atau cairan tubuh lainnya
meskipun saaat itu sedang menggunakan sarung tangan, setelah ke
kamar mandi atau menggunakan toilet dan sebelum pulang kerja.
Prosedur cuci tangan meliputi :

1) Melepaskan perhiasan di tangan dan pergelangan.


2) Membasahi tangan dengan air bersih dan air mengalir, teteskan
sabun cair secukupnya di atas telapak tangan atau gosoklah
kedua telapak tangan dan kedua punggung tangan apabila
menggunakan sabun padat.
3) Telapak dengan telapak. Gosoklah kedua telapak tangan secara
bergantian,sehingga kedua telapak tangan kena sabun.
4) Telapak kanan diatas punggung tangan kiri dan telapak kiri diatas
punggung tangan kanan. Gosok kedua punggung tangan secara
bergantian dan, gosok diantara jari jemari tangan secara
bergantian sehingga kena sabun.
5) Telapak dengan telapak dan jari saling terkait. Gosok kedua
telapak tangan dan diantara jari jemari secara bergantian sehingga
kena sabun.
6) Letakkan punggung jari pada telapak satunya dengan jari saling
mengunci. Gosok punggung jari yang saling mengunci pada
telapak satunya, secara bergantian.
7) Jempol kanan digosok memutar oleh telapak kiri & sebaliknya
gosok jempol, dan jari jari tangan lainnya, secara memutar
bergantian di kedua tangan.
8) Jari kiri menguncup, gosok memutar kekanan & ke kiri pada
telapak kanan & sebaliknya gosok gosoklah ujung ujung kuku
pada telapak tangan, sehingga busa sabun masuk kedalam sela
sela kuku, secara bergantian dikedua tangan.
9) Pegang pergelangan tangan kiri dengan tangan kanan &
sebaliknya, gerakan memutar gosok pergelangan tangan secara
memutar dari pergelangan tangan sampai siku secara bergantian.
10) Setelah selesai siramlah kedua tangan dengan air yang mengalir,
dengan kran air atau dengan air mengalir menggunakan gayung.
11) Membiarkan tangan kering dengan diangin-anginkan atau
dikeringkan dengan kertas tisu yang bersih dan kering atau
handuk pribadi yang bersih dan kering.
12) Bila menggunakan sabun padat misalnya sabun batangan,
gunakan dalam potongan-potongan kecil dan tempatkan sabun
dalam wadah yang berlubang- lubang untuk mencegah air
menggenangi sabun tersebut.
13) Jangan mencuci tangan dengan mencelupkannya ke dalam wadah
berisi air meskipun air tersebut sudah ditambah larutan antiseptik,
karena Mikroorganisme dapat bertahan hidup dan berkembang
biak dalam larutan tersebut.
14) Bila tidak tersedia air mengalir: menggunakan ember tertutup
dengan kran yang bisa ditutup pada saat mencuci tangan dan
dibuka kembali jika ingin membilas, menggunakan botol yang
sudah diberi lubang agar air bisa mengalir, minta orang lain
menyiramkan air ke tangan, menggunakan pencuci tangan yang
mengandung anti mikroba berbahan dasar alkohol atau campuran
bahan alkohol 60-90% kira-kira 100 mL dengan 2 mL gliserin dan
kemudian menggosok kedua tangan hingga kering cara ini diulangi
sampai tiga kali.
15) Mengeringkan tangan dengan handuk bersih dan kering. Jangan
menggunakan handuk yang juga digunakan orang lain. Handuk
basah atau lembab adalah tempat yang baik untuk
mikroorganisme berkembang biak.
16) Bila tidak ada saluran air untuk membuang air yang sudah
digunakan, kumpulkan air di baskom dan buang ke saluran limbah
atau jamban di kamar mandi.
b. Memakai sarung tangan

Pakai sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang basah


(kulit tak utuh, selaput mukosa, darah atau cairan tubuh lainnya) atau
peralatan, sarung tangan atau sampah yang terkontaminasi. Jika
sarung tangan diperlukan, ganti sarung tangan untuk menangani
setiap ibu atau bayi baru lahir setelah terjadi kontak langsung untuk
menghindari kontaminasi silang atau gunakan sarung tangan yang
berbeda untuk situasi yang berbeda pula

c. Menggunakan tehnik asepsis atau antiseptik

Teknik aseptik membuat prosedur menjadi lebih aman bagi ibu,


bayi baru lahir, dan penolong persalinan, meliputi :

1) Menggunakan perlengkapan perlindungan pribadi.

Perlengkapan pribadi mencegah petugas terpapar


mikroorganisme penyebab infeksi dengan cara menghalangi atau
membatasi (kaca mata pelindung, masker wajah, sepatu boot atau
sepatu tertutup, celemek) petugas dari percikan cairan tubuh, darah,
atau cedera selama melaksanakan prosedur klinik.

2) Antiseptik.

Antiseptik adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah


infeksi dengan cara membunuh atau mengurangi mikroorganisme
pada jaringan kulit atau tubuh. Karena kulit atau tubuh tidak dapat
disterilkan maka penggunaan Antiseptik akan sangat mengurangi
jumlah mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi luka terbuka
dan menyebabkan infeksi.
d. Pemrosesan Alat Bekas Pakai

Pemrosesan peralatan (terbuat dari logam, plastik, dan karet)


serta benda–benda lainnya dengan upaya pencegahan infeksi,
direkomendasikan untuk melalui tiga langkah pokok.

Tiga proses pokok yang direkomendasikan untuk proses


peralatan dan benda-banda lain dalam upaya pencegahan infeksi
adalah :

1) Dekontaminasi

Dekontaminasi adalah langkah pertama yang penting dalam


menangani peralatan, perlengkapan, sarung tangan, dan benda–
benda lainnya yang terkontaminasi. Dekontaminasi membuat benda-
benda lebih aman untuk ditangani dan dibersihkan oleh petugas.
Untuk perlindungan lebih jauh, pakai sarung tangan yang terbuat dari
bahan lateks jika akan menangani peralatan bekas pakai atau kotor.
Segera setelah digunakan, masukkan benda–benda yang
terkontaminasi ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Prosedur ini dengan cepat mematikan virus Hepatitis B dan HIV.
Pastikan bahwa benda-benda yang terkontaminasi terendam
seluruhnya oleh larutan klorin. Daya kerja larutan klorin akan cepat
mengalami penurunan sehingga harus diganti paling sedikit setiap 24
jam, atau lebih cepat jika terlihat telah kotor atau keruh.

2) Pencucian dan pembilasan

Pencucian adalah cara paling efektif mikroorganisme pada


peralatan/perlengkapan yang kotor atau sudah digunakan. Baik
sterilisasi maupun desinfeksi tingkat tinggi menjadi kurang efektif
tanpa proses pencucian sebelumnya jika benda-benda yang
terkontaminasi tidak dapat dicuci segera setelah dikontaminasi, bilas
peralatan dengan air untuk mencegah korosi dan menghilangkan
bahan-bahan organik, lalu cuci dengan seksama secepat mungkin.
Sebagian besar mikroosrganisme yang terdapat dalam darah dan
bahan-bahan organik lainnya bias dihilangkan melalui proses
pencucian. Pencucian juga dapat menurunkan endospora bakteri
yang menyebabkan tetanus dan gangrene, pencucian ini penting
karena residu bahan-bahan organic bisa menjadi tempat kolonisasi
mikroorganisme dan melindungi mikrooeganisme dari proses
sterilisasi dan desinfeksi kimiawi.

Perlengkapan atau bahan-bahan yang digunakan untuk mencuci


peralatan : sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah
tangga yang terbuat dari bahan lateks, sikat halus, tabung suntik
minimal ukuran 10 ml untuk membilas bagian dalam kateter termasuk
kateter penghisap lender, wadah plastik atau baja antikarat seperti
stainless steel, air bersih dan sabun atau deterjen.

Tahap-tahap pencucian dan pembilasan :

a) Pakai sarung tangan karet yang tebal pada kedua tangan.


b) Ambil peralatan bekas pakai yang sudah didekontaminasi.
c) Agar tidak merusak benda-benda yang terbuat dari plastik atau
karet, jangan dicuci segera bersamaan dengan peralatan yang
terbuat dari logam.
d) Cuci setiap benda tajam secara terpisah dengan tahapan sebagai
berikut : gunakan sikat dengan air dan sabun untuk
menghilangkan sisa darah dan kotoran, buka engsel gunting dan
klem, sikat dengan seksama terutama di bagian sambungan dan
pojok peralatan, pastikan tidak ada sisa darah dan kotoran yang
tertinggal pada peralatan, cuci setiap benda sedikitnya tiga kali
atau lebih jika perlu dengan air dan sabun atau deterjen, bilas
benda-benda tersebut dengan air bersih.
e) Ulangi prosedur tersebut pada benda-benda lain.
f) Jika peralatan akan didesinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi
tempatkan peralatan dalam wadah yang bersih dan biarkan kering
sebelum memulai proses DTT.
g) Peralatan yang akan didesinfeksi tingkat tinggi secara dengan
cara dikukus atau direbus, atau disterilisasi di dalam otoklaf atau
oven panas kering, tidak usah dikeringkan sebelum proses DTT
atau sterilisasi dimulai.
h) Selagi masih memakai sarung tangan, cuci sarung tangan
dengan air dan sabun dan kemudian bilas secara seksama
dengan menggunakan air bersih.
i) Gantungkan sarung tangan dan biarkan kering dengan cara
dianginanginkan.

Untuk mencuci kateter termasuk kateter penghisap lendir,


lakukan tahap-tahap berikut ini : pakai sarung tangan karet yang tebal
atau sarung tangan rumah tangga dari lateks pada kedua tangan,
lepaskan penutup wadah penampung lendir (untuk kateter penghisap
lendir), gunakan tabung suntik untuk mencuci tangan bagian dalam
kateter sedikitnya tiga kali atau lebih jika perlu dengan air dan sabun
atau deterjen, bilas kateter menggunakan tabung suntik dan air bersih
dan letakkan kateter dalam wadah yang bersih dan biarkan kering
sebelum dilakukan proses DTT (Depkes RI, 2008).

3) Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) dan Sterilisasi

Meskipun sterilisasi adalah cara yang paling efektif untuk


membunuh mikroorganisme tetapi proses sterilisasi tidak selalu
memungkinkan dan praktis. DTT adalah satu-satunya alternatif dalam
situasi tersebut. DTT dapat dilakukan dengan cara merebus,
mengukus atau kimiawi. Untuk peralatan, perebusan seringkali
merupakan metode DTT yang paling sederhana dan efisien.
Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan
semua mikroorganisme yaitu bakteri, jamur, parasit dan virus,
termasuk endospora bakteri pada benda-benda mati atau instrument.
Sterilisasi dengan otoklaf 106 kPa pada temperatur 1210C selama 30
menit jika instrumen terbungkus dan 20 menit jika tidak terbungkus,
panas kering pada temperatur 1700C selama 60 menit, instrumen
disimpan dalam wadah steril yang tertutup rapat.

e. Penggunaan Peralatan Tajam Secara Aman

Luka tusuk benda tajam (misalkan jarum) merupakan salah satu alur
utama infeksi HIV dan Hepatitis B di antara para penolong persalinan.
Oleh karena itu, perhatikan pedoman berikut: letakkan benda-benda
tajam di atas baki steril atau disinfeksi tingkat tinggi atau dengan
menggunakan “daerah aman” yang sudah ditentukan (daerah khusus
untuk meletakkan dan mengambil peralatan tajam), hati-hati saat
melakukan penjahitan agar terhindar dari luka tusuk secara tidak
sengaja, gunakan pemegang jarum dan pinset pada saat menjahit,
buang benda-benda tajam dalam wadah tahan bocor dan segel
dengan perekat jika sudah dua pertiga penuh jangan memindahkan
benda-benda tajam tersebut ke wadah lain, jika benda-benda tajam
tidak dapat dibuang secara aman dengan cara insenerasi, bilas tiga
kali dengan larutan klorin 0,5% (dekontaminasi), tutup kembali
menggunakan teknik satu tangan dan kemudian kuburkan.

f. Pengelolahan Sampah dan Mengatur Kebersihan dan Kerapian

Sampah bisa terkontaminasi dan tidak terkontaminasi. Sampah


yang tidak terkontaminasi tidak mengandung resiko bagi petugas
yang menanganinya. Tetapi sebagian besar limbah persalinan dan
kelahiran bayi adalah sampah terkontaminasi. Jika tidak dikelola
dengan benar, sampah terkontaminasi berpotensi untuk menginfeksi
siapapun yang melakukan kontak atau menangani sampah tersebut
termasuk anggota masyarakat. Sampah terkontaminasi termasuk
darah, nanah, urin, kotoran manusia dan benda-benda kotor oleh
cairan tubuh. Tangani pembuangan sampah dengan hati-hati.
Setelah selesai melakukan suatu tindakan (misalnya asuhan
persalinan) dan sebelum melepas sarung tangan, letakkan sampah
terkontaminasi (kasa, gulungan kapas, perban dll) kedalam tempat
sampah tahan air/kantung plastik sebelum dibuang. Hindarkan
kontaminasi bagian luar kantung dengan sampah terkontaminasi.
Cara pembuangan yang benar untuk benda-benda tajam
terkontaminasi adalah dengan menempatkan benda-benda tersebut
dalam wadah tahan bocor (misalnya, botol plastik air mineral atau
botol infus) maupun kotak karton yang tebal, kaleng atau wadah yang
terbuat dari logam. Singkirkan sampah yang terkontaminasi dengan
cara dibakar. Jika hal ini tidak memungkinkan, kuburkan bersama
wadahnya. Sampah yang tidak terkontaminasi bisa dibuang kedalam
wadah sampah bisa.

B. Konsep Proses Persalinan

Pada proses persalinan di bagi 4 kala yaitu:

1. Kala I (kala pembukaan)

Kala I dimulai dari pembukaan serviks 1 cm sampai lengkap 10 cm.


Dalam kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase yaitu fase laten yang
dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap, mulai dari pembukaan serviks 1 cm
sampai 4 cm. Kala I biasanya berlangsung ± 8 jam. Fase Aktif, frekuensi
dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontrkasi adekuat/3 kali
atau lebih dalam 10mmenit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih
biasanya pertambahan pembukaan 1 cm, mulai dari pembukaan serviks
4 cm sampai 10 cm, terjadi penurunan bagian terendah janin,
berlangsung selama 6 jam.

2. Kala II (kala pengeluaran janin)

Kala II adalah kala dimana kekuatan his bertambah hinggan ada


perasaan mengejan yang menyebabkan janin terdorong keluar. Kala II
mempunyai ciri khas: his terkoodinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira
2-3 menit sekali, kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan
secara reflektoris menimbulkan rasa ingin meneran, ibu merasakan
adanya peningkatan tekanan pada rektum dan vaginanya, perineum
terlihat menonjol, vulva-vagina dan spingter ani membuka, meningkatnya
pengeluaran lendir bercampur darah. Kala II dimulai dari pembukaan
serviks 10 cm sampai seluruh badan janin lahir. Lama pada kala II ini
berbeda antara primi dan multipara.
Jika tanda gejala kala II sudah ada tunggu hingga timbul kontraksi
atau rasa ingin meneran bantu ibu untuk meneran secara efektif dan
benar dan mengikuti dorongan alamiah yang terjadi. Anjurkan keluarga
ibu untuk membantu dan mendukung usaha ibu meneran. Beri ibu cara
cukup minu dan pantau DJJ setiap 5-10 menit. Pastikan ibu beristirahat
disetiap kontraksi. Lakukan stimulasi puting susu untuk memperkuat
kontraksi.

3. Kala III (kala pengeluaran plasenta)

Kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban. Pada kala III sebelum plasenta lahir
fundus uteri setinggi pusat otot uterus (miometrium) berkontraksi hingga
menyebabkan berkurangnya tempat perlekatan plasenta, oleh karnaini
akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus, plasenta
akan turun kebagian bawah uterus atau kedalam vagina. Lepasnya
plasenta ditandai dengan: perubahan bentuk dan tinggi fundus, tali pusat
memanjang, semburan darah mendadak dan singkat.

4. Kala IV (kala pengawasan)

Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir


dua jam setelahnya. Pemantauan pada kala IV:

a. Evaluasi tinggi fundus uteri


Ukur tinggi fundus uteri dengan meletakan jari tangan secara
melintang dengan pusat sebagai patokan. Umumnya fundus uteri setinggi
atau beberapa jari dibawah pusat.

b. Memperkirakan kehilangan darah


Cara tak langsung untuk mengukur jumlah kehilangan darah adalah
melalui penampakangejala dan tekanan darah. Apabila perdarahan
menyebabkan ibu lemas, pusing dan kesadaran menurun serta tekanan
darah sistolik turun lebih 10 mmHg dari kondisi sebelumnya maka telah
terjadi perdarahan lebih dari 500 mL. Bila ibu mengalami syok
hipovelemik maka ibu telah kehilangan darah 50% dari total jumlah darah
ibu (2000-2500). Penting untuk selalu memantau keadaan umum dan
memulai jumlah kehilangan darah ibu selama kala IV melalui tanda vital,
jumlah darah yang keluar dan kontraksi uterus.

c. Memeriksa perdarahan dari perineum


Perhatikan dan temukan penyebab perdarahan dari laserasi atau
robekan perineum dan vagina.

d. Pencegahan infeksi
Dekontaminasi alat plastik, tempat tidur dengan larutan iodin 0,5%
kemudian cuci dengan deterjen dan air bersih.
e.Pemantauan keadaan umum ibu
Selama 2 jam pertama pasca persalinan, pantau tekanan darah, nadi,
tinggi fundus uteri, kandung kemih dan darah yang keluar setiap 15 menit
pada satu jam pertama dan 30 menit pada jam kedua. Massase uterus
untuk membuat uterus berkontraksi dengan baik setiap 15 menit pada 1
jam pertama dan 30 menit pada jam kedua. Pantau temperatur tubuh
setiap jam dalam 2 jam pertama.

C. Kerangka Konsep Penelitian

Cuci tangan
Penatalaksanaan
pencegahan infeksi
pada proses persalinan
Pemrosesan alat bekas
pakai

Gambar 1. Kerangka konsep penelitian


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian


deskriptif dengan menggunakan instrumen penelitian berupa lembar
observasi yang berisi penatalaksanaan pencegahan infeksi pada
proses persalinan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Puskesmas Waipare. Penelitian ini


dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2016.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang


diteliti (Notoadmojo, 2010). Adapun yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh bidan yang bertugas di Puskesmas
Waipare yang berjumlah 42 orang.
Sampel yang diambil secara total sampling yang berjumlah 42
orang bidan.

D. Cara dan Alat Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data diperoleh dengan observasi pada bidan


untuk mengamati penatalaksanaan pencegahan infeksi pada saat
pertolongan persalinan.
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian
ini adalah lembaran observasi dalam bentuk checklist. Skala
pengukuran yang digunakan adalah skala Guttman. Tindakan diukur
melalui 17 pernyataan. Apabila responden melakukan tindakan (ya)
diberi nilai 1 dan apabila tidak melakukan tindakan (tidak) diberi nilai 0.
Pernyataan dibagi dalam dua kelompok yaitu cuci tangan dan
pemrosesan alat bekas pakai. Jumlah nilai tertinggi yang dicapai
responden adalah 17 dengan kriteria objektif penelitian dikatakan
Tindakan Baik : Apabila jumlah skor 13-17 dan Tindakan cukup :
apabila jumlah skor 10 – 16, Kurang : Apabila jumlah skor 0 – 9
(Ridwan, 2010).

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Tabel 1
Definisi Operasional Variabel

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Skor

Variabel

1. Penatalaksanaan Tindakan yang dilakukan Lembar Ordinal Baik: 76-100%


pencegahan oleh penolong dalam observasi
Infeksi pada menerapkan pencegahan
proses infeksi, meliputi mencuci Cukup: 56-75%
persalinanan di tangan dan memproses
Puskesmas alat bekas pakai Kurang: 0-55%
Waipare

F. Rencana Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan data
a. Editing yaitu upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh atau dikumpulkan dan dapat dilakukan pada
tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Peneliti
melakukan pengeditan lembar observasi apakah lembar
observasi sudah lengkap atau belum, semua pernyataan dapat
dilakukan atau tidak dilakukan, ada ketidak serasian, dan
kesalahan-kesalahan.
b. Coding yaitu kegiatan pemberian kode numerik atau angka
terhadap data dengan tujuan untuk memudahkan pengolahan
data. Peneliti mengklasifikasi tindakan dari setiap responden
dengan memberi kode masing-masing tindakan menurut item
pada lembar observasi. Peneliti menggunakan kode 1 sampai
42 untuk responden, tindakan yang dilakukan diberi nilai 1 dan
tindakan yang tidak dilkakukan diberi nilai 0.
c. Tabulating yaitu kegiatan penyusunan data yang ada dalam
bentuk tabel. Peneliti melakukan kegiatan penyusunan tindakan
responden pada lembar observasi ke dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi.
2. Analisis data
Analisis data dilakukan secara deskriptif yaitu pengambilan
data melalui lembar observasi dan ditabulasi berdasarkan
gambaran penatalaksanaan pencegahan infeksi pada proses
persalinan di Puskesmas Waipare, hasil penelitian dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi, dengan menggunakan rumus proposi
dimana pembilang membagi penyebut (Nursalam, 2003) yaitu :
a keterangan : a : jumlah tindakan yang dilakukan
x k b : jumlah pernyataan
b k : konstanta (100%)
G. Rencana Jadwal Penelitian

Tabel 2
Rencana Jadwal Penelitian

No Jenis Kegiatan Waktu

1 Penyusunan proposal Mei 2016


2 Penyusunan instrumen Mei 2016
3 Seminar proposal Juni 2016
4 Perbaikan proposal Juni 2016
5 Pengumpulan data Juni 2016
6 Pengolahan Data Juli 2016
7 Analisa data Juli 2016
8 Penyusunan hasil penelitian Juli 2016
9 Seminar hasil penelitian Agustus 2016
10 Perbaikan dan penjilidan Agustus 2016

H. Rencana Anggaran Penelitian

Biaya pengetikan = Rp. 150.000,00


Biaya perbanyakan proposal = Rp. 200.000,00
Biaya penjilidan = Rp. 200.000,00
Biaya penelitian = Rp. 200.000,00
= Rp. 750.000,00

I. Organisasi Penelitian

Pembimbing I : Rohani Mustari, S. ST, M. Kes


Pembimbing II : Lilli Rusmaliyaa, S. ST, M. Kes

Peneliti : Martina Nona Repis

NIM : 14.1301.071
DAFTAR PUSTAKA

Andrian, 2009, Tenaga kerja informal, available from:


http://www.suarakarya-online.com, {diakses tanggal 22 April
2011}.

Arikounto S, 2006, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, Jakarta:


PT Rineka Cipta.

Fatkul L, 2009, Teori pengetahuan, available from:


http://bidanlia.blogspot.com/.html, {diakses tanggal 22 April
2011}.

Fernandes G, Lau F, Seran D, dkk, 2008, HIV/AIDS, PMS dan


masyarakat kita, Kupang: Gita Kasih.

Husnawaty, 2010, Gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang


HIV/AIDS di SMU Negeri I Bandar Lampung, available from:
http://www.husna.org, {diakses tanggal 12 April 2011}.

Ishmayana S, 2005, Adakah obat untuk HIV/AIDS saat Ini?, available


from: http://www.chem-is-try.org, {diakses tanggal 07 April 2011}.

Mahdiana R, 2010, Mengenal, mencegah, & mengobati penularan


penyakit dari infeksi, Yogyakarta: Citra Pustaka.

Notoadmodjo S, 2010, Metodologi penelitian kesehatan, Jakarta:


PT Rineka Cipta.

Nugroho I, 2009, Jumlah kasus AIDS di Indonesia capai 18.442, available


from: http://www.detiknews.com, {diakses tanggal 07 April 2011}.

Nursalam, 2003, Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu


keperawatan, Jakarta: PT Salemba Madika.

Pukan B, 2008, NTT-AIDS harus ditangani bersama, available from:


http://www.berita2.com.html, {diakses tanggal 07 April 2011}.

, 2010, Penyebaran HIV/AIDS di Kupang, available from:


http://www.berita2.com.html, {diakses tanggal 12 April 2011}.

Rini, 2008, Ukuran pengetahuan, available from:


http://clickgtg.blogspot.com/.html, {diakses tanggal 22 April 2011}.
Sunaryati S, 2011, 14 penyakit paling sering menyerang dan sangat
mematikan, Yogyakarta: Flashbooks

Tanjung A, Indrasari W, Wahyurini C, dkk, 2004, Modul proses belajar


aktif kesehatan reproduksi remaja, Jakarta: PKBI.

Vrisaba R, 2001, Kiat menangkal AIDS, Bandung: CV Pionir Jaya.


Jnk-kr, apn, asuhan esensial bagi ibu dan bbl serta penatalaksanaan
komplikasi segera paskah persalinan dan nifas, jaringan nasional
pelatihan klinik-kese reproduksi, asosiasi unit pelatihan klinik organisasi
profesi, 2012
Lampiran I

LEMBARAN PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada
Yth.Calon Responden.
Di
Tempat

Dengan hormat,
Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Martina Nona Repis

NIM : 14.1301.071

Adalah mahasisiwa Program DIII Kebidanan Universitas Indonesia


Timur Makassar, akan mengadakan penelitian tentang “Gambaran
penatalaksanaan pencegahan infeksi pada proses persalianan di
Puskesmas Waipare tahun 2016“.
Penelitian ini tidak merugikan bagi resonden dan segala informasi
yang diberikan akan dijamin kerahasiaannya serta hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian. Pada surat ini calon responden boleh menolak
berpartisipasi dalam penelitian ini. Untuk itu saya mohon kesediaan untuk
memberikan ijin kepada saya dalam pengambilan data.
Atas bantuan dan kerjasama yang baik saya ucapkan terima kasih.

Makassar, Mei 2016


Peneliti

Martina Nona Repis

Lampiran II

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah membaca pada lembaran pertama, maka saya bersedia


turut berpartisipasi sebagai calon responden penelitian yang akan
dilakukan oleh Mahasiswa Program DIII Kebidanan Universitas Indonesia
Timur Makassar, atas nama Martina Nona Repis tentang “Gambaran
penatalaksanaan pencegahan infeksi pada proses persalianan di
Puskesmas Waipare tahun 2016“.
Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berdampak negatif
terhadap saya, sehingga tindakan yang saya lakukan adalah yang
sebenarnya dan tanpa paksaan.
Dengan demikian saya bersedia menjadi responden dalam penelitian
ini.

Waipare, Mei 2016

Responden

…..……………………
Lampiran III

LEMBAR OBSERVASI

GAMBARAN PENATALAKSANAAN PENCEGAHAN INFEKSI PADA


PROSES PERSALIANAN DI PUSKESMAS WAIPARE TAHUN 2016

Tanggal :………./……../2016

Observer :Martina Nona Repis

Nama :…………………………………

Umur :…………………………………

Pendidikan terakhir :…………………………………

Lamanya bekerja sebagai Bidan :................................................

Pernah mengikuti pelatihan APN : Ya Tidak


Pernyataan

No Pernyataan Ya Tidak

1 Sebelum mencuci tangan bidan terlebih dahulu


melepaskan perhiasan dari tangan
2 Bidan membasahi tangan dengan air bersih
dibawah air mengalir, kemudian menggunakan
sabun.
3 Bidan menggosok kedua telapak tangan secara
bergantian sehingga kedua telapak tangan kena
sabun lalu menggosok kedua punggung tangan
secara bergantian dan gosok diantara jari jemari
tangan secara bergantian lalu menggosok kedua
telapak tangan dan diantara jari jemari secara
bergantian sehingga kena sabun.

4 Gosok punggung jari yang saling mengunci pada


telapak satunya, secara bergantian.

5 Jempol kanan digosok memutar oleh telapak kiri &


sebaliknya gosok jempol, dan jari jari tangan
lainnya, secara memutar bergantian di kedua
tangan.

6 Jari kiri menguncup, gosok memutar kekanan & ke


kiri pada telapak kanan & sebaliknya gosok
gosoklah ujung ujung kuku pada telapak tangan,
sehingga busa sabun masuk kedalam sela sela
kuku, secara bergantian dikedua tangan.

7 Pegang pergelangan tangan kiri dengan tangan


kanan & sebaliknya, gerakan memutar gosok
pergelangan tangan secara memutar dari
pergelangan tangan sampai siku secara
bergantian.
8 Bidanmembilas tangan dengan air bersih yang
mengalir.

No Pernyataan Ya Tidak

9 Tangan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan


atau keringkan dengan tissue atau handuk pribadi
yang bersih dan kering.
10 Bidan mencuci tangan sebelum dan sesudah
memakai sarung tangan steril.

11 Dalam pemrosesan alat bekas pakai, petugas


menggunakan sarung tangan tebal
12 Instrumen yang terkontaminasi segera
dimasukkan ke dalam larutan klorin 0,5 persen
selama 10 menit
13 Benda-benda yang terbuat dari plastik atau karet,
tidak dicuci bersamaan dengan peralatan yang
terbuat dari logam
14 Alat instrumen bekas pakai disikat dengan air
sabun untuk menghilangkan sisa
darah dan kotoran dari instrumen.
15 Bidan membuka engsel gunting dan klem dan sikat
dengan seksama terutama di bagian sambungan
dan pojok peralatan sampai tidak ada sisa darah
dan kotoran yang tertinggal pada peralatan
16 Bidan mencuci setiap benda sedikitnya tiga kali
atau lebih
17 Alat Instrumen yang sudah dicuci dan disikat,
dibilas dengan air bersih sampai bersih.
18 Alat instrumen dikeringkan
19 Alat instrumen disterilkan

20 Larutan clorin diganti paling sedikit setiap 24 jam,


atau lebih cepat jika terlihat telah kotor atau keruh.

Anda mungkin juga menyukai