Anda di halaman 1dari 4

HUBUNGAN ANTIOKSIDAN DAN SERAT TERHADAP PENYAKIT STROKE

A. ANTIOKSIDAN

Antioksidan adalah senyawa yang berfungsi untuk mencegah dan memperbaiki kerusakan sel-sel di
dalam tubuh, khususnya yang disebabkan oleh paparan radikal bebas. Antioksidan bisa ditemukan di
dalam berbagai jenis makanan, minuman, serta suplemen.

Radikal bebas adalah suatu zat kimia yang sifatnya tidak stabil dan dapat merusak sel-sel tubuh. Saat
tubuh terlalu banyak terpapar radikal bebas, risiko terjadinya berbagai masalah kesehatan, seperti
penuaan dini dan penyakit tertentu, akan menjadi lebih tinggi.

Sebenarnya, bila jumlahnya normal, radikal bebas tidak akan membahayakan kesehatan. Sebaliknya, bila
jumlahnya berlebih, radikal bebas bisa meningkatkan risiko terjadinya berbagai penyakit, seperti kanker,
penyakit jantung, diabetes, dan demensia.

Untuk mencegah kerusakan sel akibat paparan radikal bebas, tubuh membutuhkan asupan antioksidan
yang cukup.

Berbagai Jenis dan Sumber Antioksidan :

Terdapat beragam jenis antioksidan. Masing-masing memiliki cara kerja berbeda untuk melindungi sel-
sel tubuh dari kerusakan. Berikut adalah jenis antioksidan yang perlu Anda dapatkan dari makanan yang
Anda konsumsi:

 Vitamin C, berfungsi untuk mencegah dan memperbaik kerusakan sel serta merangsang
pembentukan kolagen.
 Vitamin E, berfungsi untuk mengurangi peradangan dan meningkatkan daya tahan tubuh.
 Flavonoid, berfungsi untuk membersihkan tubuh dari radikal bebas, mendukung kinerja sel-sel
tubuh, dan mengurangi efek zat beracun pada tubuh.
 Likopen, berfungsi untuk menjaga kesehatan kulit dan mengurangi risiko terjadinya penyakit
kanker.
 Lutein dan zeaxanthin, berfungsi untuk melindungi sel-sel mata dan saraf serta melindungi
tubuh dari penyakit degeneratif, seperti katarak dan degenerasi makula.

Di samping itu, masih ada banyak jenis antioksidan lain yang tak kalah penting untuk kesehatan tubuh, di
antaranya glutathione, betakaroten, polifenol, serta antosianin.

Antosianin merupakan zat pewarna alami yang terdapat pada tumbuhan, seperti buah, sayuran, dan biji-
bijian. Zat inilah yang memberikan beragam warna cerah pada buah dan sayuran, seperti merah, oranye,
kuning, dan ungu.
Berikut adalah beberapa makanan sumber antioksidan utama yang disarankan untuk dikonsumsi secara
rutin:

 Buah-buahan, seperti apel, pir, anggur, jeruk, pisang, mangga, nanas, pepaya, sukun, stroberi
 Sayur-sayuran, seperti brokoli, asparagus, tomat, kubis merah, ubi merah
 Kacang-kacangan, seperti kacang pecan, kenari, kedelai, dan almond
 Biji-bijian, seperti barley atau jelai, flaxseed, dan biji chia

Selain sumber antioksidan di atas, masih ada banyak sumber antioksidan yang baik, misalnya cokelat,
teh, kopi, serta tumbuhan herbal tertentu.

Sumber : Andrian, K. 2021. Ketahui Manfaat Antioksidan dan Sumbernya. Diakses dari
https://www.alodokter.com/ketahui-manfaat-antioksidan-dan-sumbernya pada 29 Maret 2021

Antioksidan diketahui menjadi pertahanan terhadap aterosklerosis yang merupakan penyebab


terjadinya penyakit jantung, stroke dan penyakit pembuluh darah lain. Namun tidak semua antioksidan
mampu mengurangi risiko stroke.

Hal itu diketahui dari sebuah studi di Belanda yang diterbitkan dalam jurnal Neurology. Dalam penelitian
disebutkan tidak ada hubungan antara total asupan antioksidan dengan risiko penyakit otak yang lebih
rendah.

Antioksidan selama ini diyakini mampu mengurangi sejumlah risiko gangguan kesehatan. Tak heran
banyak orang mengonsumsi makanan yang kaya antioksidan seperti blueberry, cokelat dan suplemen
yang mengandung antioksidan tinggi.

Pada penelitian sebelumnya dikatakan bahwa diet tinggi vitamin C berhubungan dengan risiko stroke
yang lebih rendah. Selain itu, asupan vitamin E yang tinggi dikaitkan pula dengan kasus demensia atau
pikun yang lebih rendah. Namun studi ini tidak membahas manfaat diet kaya antioksidan secara umum.

Nah, pada penelitian terbaru ini para peneliti Belanda melibatkan 5.395 orang dewasa berusia 55 tahun
ke atas yang tidak memiliki tanda-tanda demensia. Masing-masing peserta diminta menyelesaikan
kuesioner diet yang diikuti selama kurang lebih 14 tahun.

Dari penelitian, para peneliti kemudian membagi para responden menjadi tiga kelompok. Mereka adalah
orang-orang dengan asupan makanan antioksidan tingkat rendah, sedang dan tinggi. Sekitar 90 persen
terjadi perbedaan kadar antioksidan ini disebabkan oleh jumlah kopi dan teh yang dikonsumsi. Sebab
kopi dan teh memiliki kandungan flavonoid yang tinggi.

Sekitar 600 orang responden mengalami gejala demensia, dan sekitar 600 lainnya mengalami stroke
selama masa itu. Peneliti juga menemukan mereka yang mengkonsumsi antioksidan paling banyak
sebenarnya juga memiliki risiko stroke dan demensia.
Penulis studi ini, Dr Elizabeth Devore, dari Harvard Medical School dan Brigham and Women's Hospital
mengatakan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa antioksidan dapat membantu melindungi
terhadap stroke dan demensia. Namun dengan hasil penelitian terbaru ini menunjukkan bahwa ternyata
membutuhkan penelitian yang benar-benar spesifik bahwa antioksidan bisa mengurangi risiko demensia
dan stroke.

Sejumlah penelitian besar menunjukkan bahwa vitamin C serta diet tinggi buah-buahan dan sayuran
dapat mengurangi risiko stroke. Beberapa studi lain menemukan bahwa asupan tinggi vitamin E juga
bisa menurunkan risiko demensia.

Orang dewasa dalam penelitian ini memiliki asupan tinggi vitamin E yang terdapat pada minyak kacang
dan minyak biji. Vitamin E juga lazim ditemukan pada tumbuhan dengan daun hijau gelap, buah-buahan
dan sayuran lainnya.

Sumber : _____. 2013. Tak Semua Antioksidan Mengurangi Risiko Stroke & Pikun. Diakses dari
https://health.detik.com/hidup-sehat-detikhealth/d-2178021/tak-semua-antioksidan-mengurangi-
risiko-stroke--pikun pada 29 Maret 2021

B. SERAT

Orang yang mengonsumsi lebih banyak serat sehari-hari diketahui memiliki risiko stroke lebih rendah
dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsi banyak serat, berdasarkan penelitian.

"Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan adanya kaitan antara serat dengan penyakit
kardiovaskular, termasuk jantung koroner dan stroke," ungkap peneliti Victoria Burley pada Reuters
Health (20/04).

Burley dan koleganya mengamati hasil penelitian dari delapan penelitian sejak tahun 1990 yang
mengamati 500.000 partisipan. mereka melaporkan konsumsi serat setia hari selama delapan sampai 19
tahun.

Peneliti menemukan bahwa risiko terkena stroke turun sebanyak tujuh persen setiap penambahan tujuh
gram serat pada makanan setiap hari. Karena itu, orang yang paling banyak mengonsumsi serat setiap
hari juga memiliki risiko paling rendah untuk terkena stroke.

Rekomendasi dari Institute of Medicine untuk jumlah serat yang harus dikonsumsi adalah 24 gram untuk
wanita dan 35 gram untuk pria setiap harinya.

Sayangnya penelitian ini tidak melihat efek dari beberapa jenis serat pada orang pada rentang usia
tertentu. Sehingga tak diketahui apakah ada perbedaan antara orang yang lebih muda atau orang yang
sudah beranjak tua.
Penemuan ini tidak membuktikan bahwa serat bisa mencegah stroke. Peneliti juga tak mengetahui
dengan jelas mengapa serat bisa menurunkan risiko stroke. Namun mereka berasumsi bahwa makanan
yang kaya serat biasanya rendah kalori dan membantu orang untuk menjaga berat badan.

Hal ini pada gilirannya akan menurunkan risiko stroke. Selain itu, makanan kaya serat mengandung
banyak vitamin, mineral, dan antioksidan yang membuat pembuluh darah lebih elastis.

Sumber : Ananda, K.S. 2013. Konsumsi banyak serat turunkan risiko stroke. Diakses dari
https://www.merdeka.com/sehat/konsumsi-banyak-serat-turunkan-risiko-stroke.html pada 29 Maret
2021

Anda mungkin juga menyukai