Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

HUBUNGAN ANTARA ANTROPOLOGI DENGAN GIZI


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Psikologi
Dan Budaya Dalam Keperawatan
Dosen : Yayu Handayani, S.Kep., Ners

Disusun oleh :
1.
2.
3.
4.

Asep Indrayana, Amd. Kep


Diki Septian., Amd.Kep.
Siti Nuryanti., Amd.Kep.
Wendi Maulana, Amd. Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERWATAN PROGRAM B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MUHAMMADIYAH CIAMIS
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberinikmat dan kasih sayangNya kepada
kami

karena

hanya

dengan

izinNya

lah

kami

dapat

menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah


Antropologi Kesehatan ini dengan baik.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen
Antropologi

Kesehatan

yang

telah

memberikan pengarahan,

bantuan serta dukungannya kepada kami selama membuat tugas


makalah ini.
Seperti kata pepatah Tak ada gading yang tak retak
kami pun menyadari bahwamakalah yang telah kami susun ini
masih

banyak

kekurangan

baik

secara

sistematika

penulisan, bahasa, dan penyusunannya.


Oleh karena itu, kami memohon saran serta pendapat yan
g dapat membuat kami menjadi lebih baik dalam melaksanakan
tugas di lain waktu. Mudah mudahan karya tulis yang kami buat
menjadi

bermanfaat

bagi

kami

khususnya

dan

umumnya

bagi pembacanya

Ciamis, Oktober 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................i


DAFTAR ISI ..........................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................1
A. Latar Belakang ..........................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................1
C. Tujuan Makalah .........................................................2
D. Kegunaan Makalah ....................................................2
E. Prosedur Makalah .....................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................3
A. Tinjauan Teoritis ........................................................3

B. Pembahasan ............................................................14
BAB III PENUTUP ................................................................17
a. Kesimpulan ..............................................................17
b. Saran .......................................................................18
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................19

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada zaman sekarang banyak sekali orang yang kekurangan
gizi atau mengalami gizi buruk. Masalah ini sangat meresahkan
sekali, karena asupan gizi itu penting sekali bagi kelangsungan
hidup manusia. Dengan gizi yang baik, manusia dapat hidup
sehat karena dengan mengkonsumsi gizi yang baik dapat
mencegah penyakit, meningkatkan daya tahan tubuh sehingga
bisa terhindar dari berbagai penyakit.
Kekurangan gizi ini bisa diakibatkan oleh panen yang gagal,
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi itu sendiri, dan
bisa juga diakibatkan oleh kebiasaan-kebiasaan atau pantanganpantangan yang dianut atau dipercaya oleh suatu masyarakat,
dimana
makanan

tidak

boleh

yang

memakan
justru

atau

mengkonsumsi

mengandung

banyak

suatu
gizi.

Dengan adanya masalah ini memotivasi penulis untuk menyusun


makalah yang berjudul HUBUNGAN ANTARA ANTROPOLOGI
DENGAN GIZI, untuk mengetahui secara lebih mendalam
kebiasaan-kebiasaan suatu masyarakat dalam hal makanan. Hal
ini diharapkan dapat memecahkan masalah atau setidaknya
dapat memberikan pengetahuan kepada kita tentang masalah
kekurangan gizi ini supaya kita dapat memperbaiki tentang
masalah gizi ini, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan
orang banyak.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka
penulis dapat merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan antropologi ?
2. Apa yang dimaksud dengan gizi ?
3. Bagaimana hubungan antara antropologi dengan gizi ?

C. Tujuan Makalah
Makalah ini disusun dengan tujuan :
1. Untuk mengetahui pengertian antropologi
2. Untuk mengetahui pengertian gizi
3. Untuk mengetahui hubungan antara antropologi dengan gizi

D. Kegunaan Makalah
Dalam
menambah

penyusunan

makalah

pengetahuan

tentang

ini

diharapkan

antropologi,

gizi,

dapat
dan

hubungan antara keduanya agar dapat menigkatkan derajat


kesehatan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis, umumnya bagi pembaca.

E. Prosedur Makalah
Metode yang digunakan dalam makalah ini adalah metode
deskriptif dan teknik kajian pustaka.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Tinjauan Teoritis
1. Pengertian Antropologi
Antropologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari
tentang seluk beluk manusia dan juga budayanya. Menurut
Koentjaraningrat (1981 : 11) antropologi berarti ilmu
tentang manusia. Ilmu antropologi telah berkembang
dengan

luas,

ruang

lingkup

dan

batas

lapangan

perhatiannya yang luas ini yang menyebabkan timbulnya


paling sedikit 5 masalah penelitian.
Koentjaraningrat (1981 : 12) mengemukakan tentang 5
masalah ini : masalah sejarah asal dan perkembangan
manusia secara biologi, masalah sejarah terjadinya aneka
warna makhluk manusia, dipandang dari sudut ciri-ciri
tubuhnya

masalah

sejarah

asal,

perkembangan

dan

penyebaran aneka warna bahasa yang diucapkan manusia


di seluruh dunia. Masalah perkembangan, penyebaran, dan
terjadinya aneka warna kebudayaan manusia di seluruh
dunia. Masalah mengenai azas-azas dari kebudayaan
manusia dalam kehidupan masyarakat dari semua suku
bangsa yang tersebar di seluruh muka bumi masa kini.
Dengan melihat 5 masalah di atas, sudah dapat dipastikan
terdapat ilmu-ilmu yang terdapat dalam ilmu antropologi
yang membahas tentang ke-5 masalah tersebut. Untuk
memecahkan

suatu

masalah

sudah

dapat

dipastikan

dibutuhkan beberapa penelitian untuk mengetahui sumber


masalah itu sendiri dan pemecahannya. Menurut Anderson
(2006 : 256) ahli antropologi melaksanakan penelitian
mereka dengan cara eksplorasi yang relatif tanpa struktur
dan meliputi masalah-masalah yang sangat luas. Seorang
ahli

antropologi

tidak

terlalu

mempersoalkan

untuk

memisahkan antara masalah-masalah penelitian yang kecil


dan ketat yang dapat mereka kerjakan dengan disaindisain penelitian yang dari segi estetika memuaskan,
dengan masalah-masalah umum yang luas, yang akan
mengarahkan peneliti kepada banyak jalur penemuan.
Menurut Anderson (2006 : 257) pendekatan holistik
antropologi terhadap interpretasi atas bentuk-bentuk sosial
dan budaya serta ketergantungan pokok pada observasi
partisipasi untuk mengumpulkan data dan menghasilkan
hipotesis adalah hasil dari, atau berkaitan erat dengan
sampel umum dari penelitian antropologi. Akan tetapi
Anderson (2006 : 246) juga menyatakan antropologi tidak
mencukupi diri dalam menghasilkan hipotesis-hipotesis dan
topik-topik penelitian baru. Kita (ahli antropologi) didorong
oleh data dan ide-ide dari berbagai bidang lain.
Terdapat macam-macam antropologi seperti antropologi
fisik, antropologi budaya, antropologi biologi antropologi
sosial, antropologi kesehatan. Ilmu antropologi memberi
sumbangan bagi ilmu kesehatan. Anderson (2006 : 247)
menyatakan bahwa kegunaan antropologi bagi ilmu-ilmu
kesehatan terletak dalam 3 kategori utama:
a. Ilmu antropologi memberikan suatu cara yang jelas
dalam memandang masyarakat secara keseluruhan
maupun

para

anggota

individual

mereka.

Ilmu

antropologimenggunakan pendekatan yang menyeluruh


atau bersifat sistem, dimana peneliti secara tetap
menanyakan, bagaimana seluruh bagian dari sistem itu
saling menyesuaikan dan bagaimana sistem itu bekerja.
b. Ilmu antropologi memberikan suatu model yang secara
operasional berguna untuk menguraikan proses-proses
perubahan sosial dan buaya dan juga untuk membantu
memahami keadaan dimana para warga dari kelompok
sasaran melakukan respon terhadap kondisi yang
berubah dan adanya kesempatan baru.
c. Ahli

antropologi

menawarkan

kepada

ilmu-ilmu

kesehatan suatu metodologi penelitian yang longgar


dan efektif untuk menggali serangkaian masalah teoritis
dan praktis yang sangat luas, yang dihadapi dalam
berbagai program kesehatan.
Begitu pula sebaliknya, menurut Anderson (2006 : 244)
ilmu-ilmu kesehatan menawarkan kepada ilmu antropologi
berbagai bidang yang khusus, yang langsung dapat
dibandingkan dengan subjek-subjek tradisional seperti
masyarakat
Antropologi

rumpun
kesehatan

dan

merupakan

desa-desa.

bagian

dari

ilmu

antropologi yang sangat penting sekali, karena di dalam


antropologi kesehatan diterangkan dengan jelas kaitan
antara manusia, budaya, dan kesehatan sehingga kita
dapat mengetahui kaitan antara budaya suatu masyarakat
dengan

kesehatan

masyarakat

itu

sendiri.

Anderson (2006 : 3) menyatakan bahwa antropologi


kesehatan

adalah

disiplin

biobudaya

yang

memberi

perhatian kepada aspek-aspek biologis dan sosial budaya


dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara

interaksi ntara keduanya di sepanjang sejarah kehidupan


manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit.
Antropologi kesehatan ini tidak serta merta muncul dengan
sendirinya,

akan

tetapi

antropologi

mempunyai

akar.

Anderson

(2006

kesehatan

4)

ini

menyatakan

antropologi kesehatan kontemporer mempunyai 4 sumber :


a. Perhatian ahli antropologi fisik terhadap topik-topik
seperti evolusi, adaptasi, anatomi, komparatif, tipetipe ras genetika, dan serologi.
b. Perhatian etnografi tradisional terhadap pengobatan
primitif, termasuk ilmu sihir dan magis.
c. Gerakan kebudayaan dan kepribadian pada akhir
1930-an dan 1940-an yang merupakan kerjasama
antara ahli-ahli psikiatri dan antropologi.
d. Gerakan kesehatan masyarakat internasional setelah
perang dunia II.
Untuk menjadi seorang ahli antropologi kesehatan tidaklah
mudah, dibutuhkan pegalaman, naluri dalam menyikapi
masalah, seperti yang dikatakan Anderson (2006 : 244),
beliau

menyatakan

antropologi

kesehatan,

untuk

menjadi

seseorang

seorang

memerukan

ahli
dasar

latihan antropologi ang baik, pengalaman penelitian, naluri


terhadap masalah, simpati terhadap orang lain, dan
tentunya

dapat

memasuki

dunia

kesehatan

dan

masyarakat kesehatan yang bersedia menerma kehadiran


para ahli antropologi itu. Untuk menjadi ahli antropologi
kesehatan, selain yang sudah disebutkan, seorang ahli
antropologi kesehatan haruslah sabar dan teliti karena

seperti yang dikatakan Anderson (2006 : 246) beliau


menyatakan
generalis,
tentang

Para

ahli

mencatat,
geografi,

antropologi

dan

harus

menjadi

menginterpretasikan

kebudayaan

material,

data

kehidupan

ekonomi, organisasi sosial, religi, kesenian, foklor, rekreasi,


bahasa segala sesuatu yang dilakukan manusia atau
diingat pernah dilakukan mereka. Akan tetapi semua ini
tidaklah

cukup

seorang

ahli

antropologi

harus

bisa

mengetahui, memahami, dan juga menerangkan mengapa


suatu sikap atau tingkah laku di suatu masyarakat bisa
terjadi.

2. Pengertian Gizi
Ilmu gizi merupakan salah satu ilmu terapan yang
berkaitan dengan berbagai ilmu dasar seperti ilmu kimia,
biokimia, biologi, fisiologi, pathologi, ilmu pangan, dan lainlain. Lahirnya ilmu gizi diawali dengan penemuan tentang
hal yang berkaitan dengan penggunaan energi makanan
meliputi proses pernapasan, oksidasi, dan kalorimetri.
Gizi merupakan zat yang sangat penting dan sangat
dibutuhkan oleh tubuh kita. Dan untuk mengetahui tentang
gizi ini kita harus lebih mendalam mempelajari tentang
gizi. Almatsier (2004 : 3) menyatakan ilmu gizi adalah ilmu
yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam
hubungannya

dengan

kesehatan

optimal.

Kata

gizi

berasal dari bahasa Arab Ghidza, yang berarti makanan.


Di satu sisi ilmu gizi berkaitan dengan makanan dan di sisi
lain dengan tubuh manusia.

Selain

pendapat

Almatsier,

banyak

juga

yang

berpendapat tentang ilmu gizi yang dibahas dalam buku


FKM UI (2007 : 4).
a. Guthrie (1983), beliau menyatakan prinsip-prinsip gizi
dasar adalah ilmu yang mempelajari makanan, zat gizi,
proses pencernan, metabolisme dan penyerapan dalam
tubuh, fungsi serta akibat kekurangan atau kelebihan
zat gizi bagi tubuh.
b. Sediaoetama

(1987),

beliau

menyatakan

ilmu

gizi

adalah ilmu yang mempelajari hal ikhwal makanan yang


dikaitkan dengan kesehatan tubuh.
c. National Academy of Science (1994), ilmu gizi adalah
ilmu

yang

mempelajari

zat-zat

dari

pangan

yang

bermanfaat bagi kesehatan dan proses yang terjadi


pada pangan sejak dikonsumsi, dicerna, diserap sampai
dimanfaatkan

tubuh,

serta

dampaknya

terhadap

pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup


manusia serta faktor yang mempengaruhinya.
Dengan melihat pengertian ilmu gizi di atas, sudah dapat
dipastikan gizi merupakan zat gizi atau makanan yang
sangat bermanfaat bagi kesehatan kita. Menurut Almatsier
(2004 : 3) zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan
tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu menghasilkan
energi,

membangun

mengatur

dan

proses-proses

memelihara
jaringan.

jaringan,

Dengan

serta

demikian,

apabila kita memilih makanan sehari-hari kita harus


memilih dengan baik karena makanan yang baik dapat
memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi
normal tubuh. Jadi apabila kita memilih makanan, kita

harus memilih makanan yang mengandung zat gizi yang


berfungsi seperti yang dikatakan Anderson (2006 : 8).
Beliau menyatakan bahwa :
a. Memberi energi : zat-zat gizi yang dapat memberikan
energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Oksidasi
zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan
tubuh untuk melakukan kegiatan/aktivitas.
b. Pertumbuhan dan pemelihara jaringan tubuh : protein,
mineral, dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Oleh
karena itu, diperlukan untuk membentuk sel-sel baru,
memelihara, dan mengganti sel-sel yang rusak.
c. Mengatur proses tubuh : protein, mineral, air, dan
vitamin

diperlukan

untuk

mengatur

proses

tubuh.

Protein mengatur keseimbangan air di dalam sel,


bertindak sebagai buffer dalam upaya memelihara
netralitas tubuh dan membentuk antibodi sebagai
pangkal organisme yang bersifat infektif dan bahanbahan asing yang dapat masuk ke dalam tubuh.
Setelah mengetahui betapa pentingnya gizi bagi kesehatan
atau fungsi tubuh kita, maka kita harus senantiasa
menjaga agar jangan sampai kita ini kekurangan ataupun
kelebihan gizi, karena akan berbahaya. Menurut Almatsier
(2004 : 9) bahwa gangguan gizi disebabkan oleh faktor
primer dan sekunder. Faktor primer adalah bila susunan
makanan seseorang salah dalam kuantitas dan atau
kualitas yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan
pangan, kurang baiknya distribusi pangan, kemiskinan,
ketidaktahuan,

kebiasaan

makan

yang

salah,

dan

sebagainya. Faktor sekunder meliputi semua faktor yang

menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai di sel-sel tubuh


setelah makanan dikonsumsi.

3. Hubungan antara Antropologi dengan Gizi


Dari empat bilyun manusia di dunia, ratusan juta
orang menderita gizi buruk dan kekurangan gizi. Angka
yang

tepat

tidak

ada,

tidak

ada

sensus

mengenai

kelaparan dan perbedaan antara gizi cukup dan gizi kurang


merupakan jalur yang lebar, bukan suatu garis yang jelas.
Apapun tolok ukur kita, kelaparan (dan sering mati
kelaparan) merupakan hambatan yang paling besar bagi
perbaikan kesehatan di sebagian terbesar negara-negara di
dunia. Kekurangan gizi menurunkan daya tahan tubuh
terhadap infeksi, menyebabkan banyak penyakit kronis,
dan menyebabkan orang tidak mungkin melakukan kerja
keras. Kekurangan gizi ini selain dari ketidakmampuan
negara-negra non industri untuk menghasilkan cukup
makanan untuk memenuhi kebutuhan penduduk mereka
yang berkembang, juga muncul karena kepercayaankepercayaan

keliru

yang

terdapat

di

mana-mana,

mengenai hubungan antara makanan dan kesehatan, dan


juga

tergantung

pantangan-pantangan

pada
dan

kepercayaan-kepercayaan,
upacara-upacara,

yang

mencegah orang memanfaatkan sebaik-baiknya makanan


yang tersedia bagi mereka. Anderson (2006 : 311)
menyatakan karena pengakuan bahwa masalah gizi di
seluruh dunia didasarkan atas bentuk-bentuk budaya
maupun karena kurang berhasilnya pertanian, maka semua
organisasi pengembangan internasional maupun nasional
yang utama menaruh perhatian tidak semata-mata pada

pertambahan produksi makanan, melainkan juga pada


kebiasaan

makanan

tradisional

yang

berubah,

untuk

mencapa keuntungan maksimal dari gizi yang diperoleh


dari makanan yang tersedia.
Karena kebiasaan makan hanya dapat dimengerti
dalam konteks budaya yang menyeluruh, maka programprogram pendidikan gizi yang efektif yang mungin menuju
kepada perbaikan kebiasaan makan harus didasarkan atas
pengertian tentang makanan sebagai suatu pranata sosial
yang memenuhi banyak fungsi. Studi mengenai makanan
dalam

konteks

budayanya

yang

menunjuk

kepada

masalah-masalah yang praktis ini, jelas merupakan suatu


peranan para ahli antropologi yang sejak pertama dalam
penelitian lapangannya telah mengumpulkan keterangan
tentang praktek-praktek makan dan kepercayaan tentang
makanan

dari

penduduk

yang

mereka

observasi.

Dalam buku karya Anderson (2006 : 312), Norge Jerome


menyatakan bahwa Antropologi Gizi meliputi disiplin ilmu
tentang gizi dan antropologi. Bidang itu memperhatikan
gejala-gejala antropologi yang mengganggu status gizi dari
manusia. Dengan demikian, evolusi manusia, sejarah dan
kebudayaan, dan adaptasinya kepada variabel gizi yang
berubah-ubah dalam kondisi lingkungan yang beraneka
ragam menggambarkan bahan-bahan yang merupakan
titik perhatian dalam antropologi gizi. Menurut Anderson
(2006 : 312) ada dua aspek penting dari antropologi gizi :
a. Sifat sosial, budaya, dan psikologis dari makanan (yaitu
peranan-peranan sosial budaya dari makanan yang
berbeda dengan peranan-peranan gizinya).

b. Cara-cara dimana dimensi-dimensi sosial budaya dan


psikologi dari makanan berkaitan dengan masalah gizi
yang cukup, terutama dalam masyarakat-masyarakat
tradisional.
Menurut Anderson (2006 : 313) menyatakan bahwa para
ahli antropologi memandang kebiasaan makan sebagai
suatu

kompleks

kesukaran

kegiatan

dan

ketidaksukaran,

kepercayaan-kepercayaan,
takhayul-takhayul

masak-memasak,

yang

masalah

kearifan

rakyat,

pantangan-pantangan,
berkaitan

dengan

dan

produksi,

persiapan, dan konsumsi makanan. Pendeknya, sebagai


suatu kategori budaya yang penting, ahli-ahli antropologi
melihat makanan mempengaruhi dan berkaitan dengan
banyak kategori budaya lainnya.
Setelah

mengetahui

betapa

kuatnya

kepercayaan-

kepercayaan kita atau suatu masyarakat mengenai apa


yang dianggap makanan dan apa yang dianggap bukan
makanan,
meyakinkan

sehingga
orang

terbukti
untuk

sangat

sukar

menyesuaikan

untuk

makanan

tradisional mereka demi kepentingan gizi yang baik.


Karena pantangan agama, takhayul, kepercayaan tentang
kesehatan, dan suatu peristiwa yang kebetulan dalam
sejarah ada bahan-bahan yang bergizi baik yang tidak
boleh dimakan, mereka diklasifikasikan sebagai bukan
makanan. Dengan kata lain, penting untuk membedakan
antara nutrimen dengan makanan. Anderson (2006 : 313)
menyatakan

bahwa

nutrimen

adalah

suatu

konsep

biokimia, suatu zat yang mampu untuk memelihara dan


menjaga kesehatan organisme yang menelannya. Makanan
adalah suatu konsep budaya, suaty pernyataan yang

sesungguhnya mengatakan zat ini sesuai bagi kebutuhan


gizi

kita.

Dalam kebudayaan bukan hanya makanan saja yang


dibatasi atau diatur, akan tetapi konsep tentang makanan,
kapan dimakannya, terdiri dri apa dan etiket makan. Di
antara masyarakat yang cukup makanan, kebudayaan
mereka mendikte, kapan mereka merasa lapar dan apa,
serta

berapa

banyak

mereka

harus

makan

agar

memuaskan rasa lapar. Jadi dengan demikian, nafsu makan


lapar adalah suatu gejala yang berhubungan namun
berbeda. Anderson (2006 : 315) menyatakan nafsu makan,
dan apa yang diperlukan untuk memuaskan adalah suatu
konsep budaya yang dapat sangat berbeda antara suatu
kebudayaan dengan kebudayaan lainnya. Sebaliknya, lapar
menggambarkan suatu kekurangan gizi yang dasar dan
merupakan suatu konsep fisiologis.
Makanan selain penting bagi kelangsungan hidup kita, juga
penting bagi pergaulan sosial. Anderson (2006 : 317)
menyatakan tentang simbolik dari makanan :
a. Makanan

sebagai

ungkapan

ikatan

sosial

Barangkali di setiap masyarakat, menawarkan makanan


(dan kadang-kadang minuman) adalah menawarkan
kasih sayang, perhatian, dan persahabatan. Menerima
makanan
menerima

yang

ditawarkan

perasaan

yang

adalah

mengakui

diungkapkan

dan

dan
untuk

membalasnya.
b. Makanan

sebagai

ungkapan

dari

kesetiakawanan

kelompok
Makanan sering dihargai sebagai lambang-lambang
identitas suatu bangsa atau nasional. Namun tidak

semua makanan mempunyai nilai lambang seperti ini,


makanan yang mempunyai dampak yang besar adalah
makanan yang berasal atau dianggap berasal dari
kelompok itu sendiri dan bkan yang biasanya dimakan
di banyak negara yang berlainan atau juga dimakan
oleh banyak suku bangsa.
c. Makanan

dan

ketenteraman

stress

Makanan

dalam

memberi

keadaan-keadaan

rasa
yang

menyebabkan stres. Burgess dan Dean menyatakan


bahwa

sikap-sikap

mencerminkan

terhadap

persepsi

makanan

tentang

bahaya

sering
maupun

perasaan stres. Menurut mereka, suatu cara untuk


mengatasi stres ini dari dalam, sehubungan dengan
ancaman

terhadap

jiwa

atau

terhadap

keamanan

emosional adalah melebih-lebihkan bahaya dari luar,


cara lainnya adalah mempersalahkan ancaman dari
dalam akibat pengaruh-pengaruh luar.
d. Simbolisme makanan dalam bahasa Pada tingkatan
yang

berbeda,

bahasa

mencerminkan

hubungan-

hubungan psikologis yang sangat dalam di antara


makanan,

persepsi

kepribadian,

dan

keadaan

emosional. Dalam bahasa Inggris, yang pada ukuran


tertentu mungkin tidak tertandingi oleh bahasa lain,
kata-kata sifat dasar yang biasa digunakan untuk
menggambarkan kualitas-kualitas makanan digunakan
juga untuk menggambarkan kualitas-kualitas manusia.
Setelah

mengetahui

betapa

rumit

masalah

yang

berhubungan dengan gizi ini ataupun makanan karena


berkaitan dengan kebudayaan masyarakat yang berbedabeda, maka salah satu cara adalah dengan memberikan

pengetahuan kepada masyarakat tentang apa yang sering


belum

dipelajari

oleh

masyarakat

rumpun

maupun

masyarakat pedesaan adalah hubungan antara makanan


dan kesehatan serta antara makanan yang baik dengan
kehamilan,

juga

kebutuhan-kebutuhan

akan

makanan

khusus bagi anak setelah penyapihan. Anderson (2006 :


323) menyatakan bahwa dalam perencanaan kesehatan,
masalahnya tidak terbatas pada pencarian cara-cara untuk
menyelesaikan lebih banyak bahan makanan, melainkan
harus pula dicarikan cara-cara untuk memastikan bahwa
bahan-bahan makanan yang tersedia digunakan secara
efektif.
Kesenjangan

yang

besar

dalam

pemahaman

tentang

bagaimana makanan itu digunakan dengan sebaik-baiknya.


Barangkali yang terpenting dari kesenjangan itu adalah
kegagalan

yang

berulangkali

terjadi

untuk

mengenal

hubungan yang pasti antara makanan dan kesehatan.


Susunan makanan yang cukup cenderung

ditafsirkan

dalam rangka kuantitas, bukan kualitasnya mengenai


makanan yang pokok, yang cukup, bukan pula dari
keseimbangannya

dalam

hal

berbagai

makanan.

Kesenjangan besar yang kedua dalam kearifan makanan


tradisional pada masyarakat rumpun dan masyarakat
petani

adalah

mengenali

seringnya

bahwa

kegagalan

anak-anak

mereka

mempunyai

untuk

kebutuhan-

kebutuhan gizi khusus, baik sebelum maupun sesudah


penyapihan.
Penemuan Burgess dan Dean tentang masalah gizi karena
perubahan budaya dalam buku karya Anderson (2006 :
325)

menggambarkan

aturan

yang

umum.

Meskipun

terdapat suatu kecenderungan umum bahwa makanan


menjadi lebih baik dengan bertambahnya penghasilan.
Kebalikannya, makanan juga bisa lebih buruk terutama
dalam

perubahan

dari

ekonomi

sub

sistem

menjadi

ekonomi uang. Dan Marchione yang berpendapat tentang


masalah

gizi

karena

perubahan

budaya.

Beliau

menemukan masalah kekurangan gizi pada rumah tanggarumah tangga di desa yang lebih miskin, yang hidupnya
berorientasi pada pertanian setengah sub sistem, menurun
secara menyolok terutama di atara anak-anak. Bahwa
suatu peningkatan dalam pertanian sub sistem sebagian
besar atau seluruhnya menjelaskan perbaikan ini, hal itu
dibuktikan oleh angka-angka kekurangan gizi di perkotaan,
yang tetap konstan karena perubahan yang berarti dalam
hal pola penyediaan makanan.
Setelah mengetahui keterkaitan atau hubungan antara gizi
atau makanan dengan antropologi atau kebudayaan, bagi
kita yang menaruh perhatian pada usaha memperbaiki
tingkatan gizi dari masyarakat yang menderita kurang gizi,
jelaslah bahwa analisis klinis dari kekurangan gizi baru
merupakan langkah awal. Kemajuan akan sedikit sekali
tercapai,

kecuali

apabila

petugas

penyuluhan

juga

memahami fungsi-fungsi sosial dari makanan, arti simbolik,


dan kepercayaan yang terkait dengannya. Pengetahuan
mengenai kepercayaan lokal tersebut dapat dipakai dalam
perencanaan perbaikan gizi. Dalam buku Anderson (2006 :
330) Cassel telah menunjukkan netapa pengidentifikasian
makanan-makanan sehat dalam makanan kuno orang Zulu
dapat

membangkitkan

perhatian

mereka

terhadap

makanan dan dengan motivasi nasionalistik bersedia

menerima banyak perubahan-perubahan demi peningkatan


gizi mereka.
Kemiskinan dan kekurangan akan gizi yang memadai pada
tingkatan

tertentu

membatasi

kemungkinan

untuk

memperbaiki gizi jutaan penduduk yang menderita kurang


pangan.

Sebaliknya,

sungguh

mengecewakan

untuk

melihat bahwa betapa seringnya praktek-praktek budaya


menimbulkan kekurangan kebutuhan dasar. Kesadaran
akan praktek-praktek demikian dan pengetahuan tentang
hambatan-hambatan yang harus diatasi untuk dapat
merubah mereka adalah sangat penting untuk membantu
masyarakat memaksimalkan sumber-sumber pangan yang
tersedia bagi mereka. Di sinilah antropologi memberikan
sumbangan

besar

kepada

ilmu

gizi

dalam

lapangan

penelitian dan pengajaran.

B. Pembahasan
Antropologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang
segala

sesuatu

yang

berkaitan

dengan

manusia

dan

budayanya, dan di dalam antropologi juga diterangkan


tentang antropologi kesehatan yang menerangkan tentang
hubungan

manusia,

budaya,

dan

kesehatan.

Di

dalam

antropologi kesehatan ini diterangkan dengan lebih jelas


tentang

tingkah

laku

manusia

yang

mempengaruhi

kesehatannya dikarenakan budayanya. Gizi merupakan zat


yang terdapat di dalam makanan yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup. Dengan mengkonsumsi gizi seseorang
dapat

tumbuh

dengan

baik

karena

zat

gizi

ini

dapat

memberikan zat-zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh


sehingga tubuh dapat terpelihara dengan baik.
Setelah mengetahui tentang antropologi dan gizi, maka
sedikit

banyak

kita

dapat

melihat

hubungan

antara

antropologi dengan gizi. Hubungan antropologi dengan gizi ini


sangat kuat sekali atau sangart erat. Seseorang atau suatu
kelompok masyarakat mengalami gizi buruk atau kekurangan
gizi bukann hanya karena masalah ekonomi, akan tetapi bisa
juga diakibatkan oleh kepercayaan atau budaya seseorang.
Banyak sekali terdapat suatu kelompok masyarakat yang
mengalami gizi buruk dikarenakan mereka percaya kepada
kepercayaan atau kebudayaan mereka. Mereka mengalami
gizi buruk karena mereka tidak mau memakan makanan yang
seharusnya mereka makan yang jelas mengandung banyak
gizi

dikarenakan

mereka

mempercayai

bahwa

makanan

tersebut tidak boleh dimakan ataupun kebudayaan mereka


melarang mereka untuk mengkonsumsi makanan tersebut.
Hal ini tentu saja sangat mengecewakan karena banyak sekali
kelompok masyarakat yang kekurangan gizi karena tidak bisa
mendapatkannya karena masalah ekonomi. Akan tetapi ada
suatu kelompok masyarakat yang mampu untuk mendapatkan
makanan tersebut namun mereka tidak mempergunakannya
dengan sebaik-baiknya. Hal ini menyebabkan banyaknya
suatu kelompok masyarakat yang kekurangan gizi, padahal
dalam kelompok masyarakat itu terdapat cukup banyak
makanan yang mengandung gizi.
Setelah mengetahui hubungan antara antropologi dengan
gizi, maka kita sebagai penyuluh kesehatan penting sekali
bagi kita untuk mempelajari antropologi atau kebudayaan
penduduk setempat yang akan diberi penyuluhan. Dengan

mempelajari

antropologi

akan

memudahkan

kita

untuk

meningkatkan derajat kesehatan, karena kalaun kita sebelum


memberikan

penyuluhan

kita

mempelajari

kepercayaan-

kepercayaan atau kebudayaan penduduk setempat akan


memudahkan kita untuk memberikan penyuluhan karena kita
sudah mengetahui seluk beluk masyarakat tersebut. Dengan
ilmu antropologi kita akan mengetahui bagaimana menangani
masalah kesehatan atau kekurangan gizi suatu masyarakat.
Dengan ilmu ini kita dapat meyakinkan masyarakat tentang
pentingnya kesehatan ini dan betapa pentingnya makanan
yang mengandung gizi untuk tubuh kita, ataupun kita bisa
memberikan alternatif lain yaitu dengan cara kita memberikan
penyuluhan dengan cara menyarankan kepada masyarakat
untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak gizi
yang tidak bertentangan dengan kebudayaan mereka. Agar
apa yang kita usahakan tidak sia-sia karena tidak mungkin
atau kecil sekali kemungkinan kita dapat memperbaiki gizi
syatu daerahkalau apa yang kita sarankan itu bertentangan
dengan kebudayaan mereka. Akan sulit sekali kita merubah
perilaku seseorang yang diakibatkan oleh budaya, hal itu akan
memakan atau membutuhkan proses yang lama dan panjang.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Antropologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang
seluk beluk manusia dengan budayanya, atau juga berarti
ilmu tentang manusia. Dalam antropologi diterangkan
bagaimana hubungan manusia dengan budayanya dan apa
pengaruhnya. Cakupan ilmu antropologi itu luas sekali,
salah satunya antropologi kesehatan yang menerangkan
tentang manusia, budaya, dan kesehatan sehingga kita
dapat mengetahui kaitan antara budaya suatu masyarakat
dengan kesehatan masyarakat itu sendiri.
2. Gizi merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
kita. Ilmu gizi sendiri adalah ilmu yang mempelajari segala
sesuatu tentang makanan dalam hubungannya dengan
kesehatan optimal. Gizi itu sangat penting sekali bagi
kelangsungan hidup kita. Apabila gizi kita terpenuhi, maka
kita akan terhindar dari berbagai penyakit karena kita
mempunyai tubuh yang sehat.
3. Hubungan antara antropologi dengan gizi itu sangat erat
sekali, karena banyak sekali orang yang kekurangan gizi
yang bukan diakibatkan oleh masalah ekonomi, akan tetapi
diakibatkan oleh kepercayaan atau kebudayaan mereka
yang melarang memakan makanan yang sebenarnya
mengandung banyak gizi. Hal ini menimbulkan sesuatu
yang

sangat

mengecewakan.

Di

satu

sisi

terdapat

masyarakat yang kekurangan gizi karena mereka tidak bisa

mendapatkannya karena masalah ekonomi, di sisi lain


terdapat

masyarakat

yang

kekurangan

gizi

akibat

kebudayaan mereka tidak mengizinkan atau melarang


mereka memakan makanan tersebut yang seharusnya
dipergunakan dengan sebaik-baiknya karena makanan
tersebut sangat bermanfaat bagi mereka.

B. Saran
Setelah membaca makalah ini, penulis berharap pembaca
lebih mendapatkan pengetahuan tentang hubungan antara
antropologi dengan gizi, sehingga pembaca dapat mengetahui
tentang pentingnya gizi dan pengaruh antropologi terhadap
gizi

suatu

masyarakat,

pengetahuan

tentang

sehingga
cara-cara

pembaca

mendapatka

meningkatkan

derajat

kesehatan. Akhirnya, semoga penyusunan makalah ini dapat


bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT.


Gramedia Pustaka Utama.
Anderson, Foster. (2006). Antropologi Kesehatan. Jakarta : UI
Press.
FKM UI. (2007). Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai