Anda di halaman 1dari 29

RISKA OKTAFIANI

240210150060
KELOMPOK 9A

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


Kertas dikenal sebagai media utama untuk menulis, mencetak serta melukis
dan banyak kegunaan lain yang dapat dilakukan dengan kertas misalnya kertas
pembersih (tissue) yang digunakan untuk hidangan, kebersihan ataupun toilet
(Buckle, 2007). Jenis-jenis kertas yang digunakan sebagai pengemas bahan pangan
antara lain kertas kraft, kertas kraft untuk kantung besar, kertas manila, kertas
glasin, kertas kedap lemak, kertas pouch, kertas perkamen, kertas tissu, container
board, dan chipboard (Tjahjadi dan Marta, 2008). Bahan baku kertas adalah pulp
kayu dari kayu lunak (kayu pinus) atau kayu keras (kayu jati) serta dari bahan-bahan
berserat selulosa lain seperti ampas tebu, merang, bambu, dan jerami (Herudiyanto,
2008).
Plastik merupakan merupakan senyawa polimer tinggi yang dicetak
berbentuk lembaran dan memiliki ketebalan yang berbeda-beda. Bahan pembuat
plastik terbuat dari minyak dan gas sebagai sumber alami, dalam perkembangannya
kini digantikan oleh bahan-bahan sintesus sehingga dapat diperoleh sifat-sifat
plastik yang diinginkan dengan cara kopolimerisasi, laminasi, dan ekstruksi
(Syarief, et al., 1989). Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas memiliki
keunggulan dibanding bahan pengemas lain karena plastik memiliki sifat yang
transparan, ringan, kuat, termoplatis dan selektif dalam permeabilitasnya terhadap
uap ait, O2, CO2. Sifat permeabilitas plastik terhadap uap air dan udara
menyebabkan plastik dapat berperan memodifikasi ruang kemas selama
penyimpanan (Winarno, 1987). Namun plastik juga memiliki beberapa kelemahan
karena adanya zat monomer dan molekul kecil dari plastik yang mungkin dapat
bermigrasi ke dalam bahan pangan yang dikemas. Ryall dan Lipton (1972)
menyatakan bahwa plastik merupakan jenis kemasan yang dapat menarik selera
konsumen karena kemudahannya untuk dimodifikasi.
Praktikum kali ini tentang indentifikasi kemasan kertas dan plastik. Untuk
kemasan kertas, kegiatan praktikum yang dilakukan adalah pendeskripsian setiap
kertas yang dilihat dari warna, ketebalan, tekstur, pengukuran berat berbagai
kemasan kertas, dan massa jenis kemasan. Sedangkan untuk kemasan plastik,
kegiatan yang dilakukan adalah pengamatan sifat dan pengukuran massa jenis serta
massa persatuan. Selain itu, sifat kimia plastik juga diamati dengan dilakukan uji
RISKA OKTAFIANI
240210150060
KELOMPOK 9A

burning test (uji nyala). Pengetahuan tentang kemasan kertas ini berfungsi agar
parktikan mampu menentukan jenis kemasan kertas apa yang cocok untuk bahan
pangan yang memiliki karakteristik tertentu. Sedangkan pengetahuan tentang
kemasan plastik ini berfungsi agar praktikan mampu menentukan berbagai jenis
kemasan plastik yang cocok unutk digunakan untuk mengemas bahan pangan.

4.1 Kemasan Kertas


4.1.1 Pengenalan Berbagai Jenis Kemasan Kertas
Jenis kemasan kertas yang digunakan dalam praktikum ini antara lain kertas
Dalam kegiatan pengenalan berbagai jenis kemasan kertas karton I, kertas karton
II, kertas sampul, kertas kreb, kertas sertifikat, kertas roti, kertas perkamen, kertas
gelasin, kertas tisu, kertas nasi, aluminium foil, kertas lapisa, kertas, serap, kertas
emas, kertas kardus laminar, kertas kardus bergelombang, kertas kraft extensible,
kertas kraft, kertas kraft reguler, dan kertas kraft medium. Tahapan pertama yang
dilakukan adalah kertas diamati warna dan tekstur, kemudian dicatat deskripsinya
dan masing-masing kertas dapat dibandingkan. Di bawah terdapat tabel
pengamatan mengenai penengenalan berbagai jenis kemasan kertas.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Jenis Kemasan Kertas
Jenis Deskripsi
No. Kemasan
Warna Kehalusan Kelenturan
Kerta
1. Kertas Karton Coklat muda Kasar + Kaku
1
2. Kertas Karton Coklat tua Kasar Kaku +
2
3. Kertas Coklat Halus Lentur ++
Sampul
4. Kertas krep Merah Kasar ++ Lentur +++
5. Kertas Putih gading Halus + Lentur
sertifikat
6. Kertas roti Putih gading Halus +++ Lentur +++
7. Kertas Putih gading Halus +++ Lentur ++
perkamen
8. Kertas glasin Kuning Halus +++ Lentur ++++
9. Kertas tisu Putih Halus +++++ Lentur +++++
10. Kertas nasi Coklat Halus ++ Lentur +
11. Alumunium Abu-abu Halus+++ Lentur++
foil
RISKA OKTAFIANI
240210150060
KELOMPOK 9A

Jenis Deskripsi
No. Kemasan
Warna Kehalusan Kelenturan
Kerta
12. Kertas Lapis Coklat Halus+++++ Lentur++++
kekuningan++
13. Kertas serap Kuning Kasar Lentur+++
14. Kertas emas Buram dan Terdapat 2 bagian Lentur
emas (kasar dan halus)
15. Kertas kardus Coklat Kasar Lentur+
laminar
16. Kertas kardus Coklat Kasar Kaku+
bergelombang
17. Kertas kraft Kuning coklat Kasar + Lentur ++
extensible ++
18. Kertas kraft Kuning Halus++ Lentur+++
kecoklatan
cerah+++
19. Kertas kraft Kuning Halus+ Lentur+++
reguler kecoklatan+
20. Kertas kraft Abu krem Kasar Lentur++++
medium pucat
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)

Kertas karton I memiliki warna coklat muda, tingkat kehalusannya kasar


+, dan kelenturannya kaku. Sedangkan untuk kertas karton II, warnanya coklat tua,
kasar, dan kaku +. Kertas karton merupakan kertas yang tergolong tebal (lebih dari
0,3 mm). ukurannya 150-200 kg/m. Pada pembuatannya tidak dilakukan
pengelantangan. Filternya digunakan tanah liat. Biasa digunakan untuk pembuatan
dus (box) dengan berbagai bentuk. Karton lipat atau daluang lipat merupakan jenis
pengemas yang populer karena sifat praktis dan harganya relatif murah. Mudah
dilipat sehingga hanya memerlukan sedikit tempat dalam pengangkutan dan
penyimpanan (Herudiyanto, 2008). Untuk meningkatkan daya tahan minyak atau
fungsi penahan yang lain dapat dilakukan laminasi pada bagian dalam. Karton
adalah kertas tebal yang disebut sebagai paperboard, pembuatannya sama dengan
pembuatan kertas. Perbedaan kertas dengan karton umumnya pada ketebalan,
dimana ketebalan karton 10 kali lebih tebal dari ketebalan kertas dan gramatur
karton di atas 224 gr/m2 menurut International Organisation for Standardisation
(Robertson dan gordon, 2005). Bahan yang banyak digunakan untuk membuat
karton lipat adalah cylinder board yang terdiri dari beberapa lapisan, dan bagian
RISKA OKTAFIANI
240210150060
KELOMPOK 9A

tengahnya erbuat dari kertas-kertas daur ulang, sedangkan kedua sisi lainnya berupa
kertas koran murni dan bahan murni yang dipucatkan. Untuk memperbaiki sifat-
sifat karton lipat, maka dapat dilapisi dengan selulosa asetat dan polivinil klorida
(PVC) yang diplastisasi. Kasein yang dicampurkan pada permukaan kertas akan
memberikan permukaan cetak yang lebih halus dan putih. Keuntungan dari karton
lipat adalah dapat digunakan untuk transportasi, dan dapat dihias dengan bentuk
yang menarik pada transportasi barang-barang mewah. Teapi kelemahannya adalah
kecenderungan untuk sobek di bagian tertentu. Melalui hasil percobaan didapat
bahwa karton berwarna putih, lembut, dan kaku.
Kemasan ini merupakan suatu jenis karton yang pembuatannya terdiri dari
lembaran yang berlapis-lapis, dapat terdiri dari dua lapis atau lebih. Lapisan atas
berwarna putih, disalut atau tidak. Umumnya karon dupleks mempunyai sifat
khusus yaitu gramatur dan sifat kekakuan yang tinggi.Salah satu penggunaan jenis
karton ini untuk pengemasan suatu produk atau kotak karton lipat. Dalam hal ini
diperlukan syarat, kekakuan, densitas, derajat putih dan daya serap air.Sifat
kekakuan diperlukan agar kotak karton lipat tidak ambruk pada saat ditumpuk dan
tidak gembung karena ada beban isi. Densitas erat hubungaanya dengan kekakuan
dan ketebalan karton. Derajat putih diperlukan agar penampilan kotak karton lipat
secara visual baik. Sedangkan daya serap air diperlukan karena dapat mendukung
proses pencetakan dan katak karton lipat lebih tahan terhadap udara lembab
(Yuriyanto, et al., 2001).
Hasil pengamatan kertas sampul yang dideskripsikan antara lain warnanya
coklat, tingkat kehalusannya halus, dan tingkat kelenturannya lentur ++. Kertas
sampul adalah kertas yang mempunyai kemantapan ukuran, mutu lipat, dan
keuletan dengan permukaan yang khusus untuk sampul. Kertas ini tidak biasa
digunakan sebagai pengemas bahan pangan, karna jenis kertas ini sanggat mudah
rusak dan sangat tidak tahan terhadap air dan minyak.
Hasil pengamatan kertas selanjutnya adalah kertas sertifikat, dimana yang
dideskripsikannya antara lain yaitu warnanya putih gading, tingkat kehalusannya
halus +, dan tingkat kelenturannya lentur. Hasil pengamatan kertas krep yang telah
dideskripsikan antara lain wananya merah, tingkat kehalusannya kasar ++, dan
tingkat kelenturannya lentur +++. Hasil deskripsi dari kertas nasi antara lain sebagai
RISKA OKTAFIANI
240210150060
KELOMPOK 9A

berikut: warnanya coklat, tingkat kehalusannya halus ++, dan tingkat kelenturannya
lentur +. Hasil deskripsi berikutya adalah kertas lapis, dimana dapat dijelaskan
sebagai berikut: warnanya coklat kekuningan +, tingkat kehalusannya halus +++++,
dan tingkat kelenturannya lentur ++++. Hasil deskripsi dari kertas serap antara lain
sebagai berikut: warnanya kuning, tingkat kehalusnnya kasar, dan tingkat
kelenturannya lentur +++. Hasil deskripsi dari kertas kardus laminar antara lain
sebagai berikut: warnanya coklat, tingkat kehalusannya kasar, dan tingkat
kelenturannya lentur +.
Hasil deskripsi dari kertas perkamen antara lain yaitu warnanya putih
gading, tingkat kehalusannya halus +++, dan tingkat kelenturannya lentur ++.
Kertas perkamen dibuat dengan proses sulfat dan dilakukan dengan mengelantang.
Mempunyai sifat ketahan baik terhadap lemak dan cukup kuat dalam keadaan
basah, tidak terang (baur), dan lebih kasar dari kertas minyak. Kertas ini sering
digunakan untuk pembuatan label (Herudiyanto, 2008). Melalui hasil pengamatan
didapat bahwa kertas perkamen berwarna putih abu, bertekstur kasar, dan bersifat
lentur. Kertas jenis perkamen ini merupakan kertas yang tembus pandang
(transparan) tetapi kertas jenis perkamen ini mempunyai tekstur yang lebih kasar
jika dibandingkan dengan kertas glasin dan minyak, permukaan yang licin, dan jika
terdekorasi mempunyai efek pewarnaan yang baik. Kertas perkamen biasanya
digunakan sebagai kemasan mentega, keju dalam bentuk bungkusan, dan juga dapat
digunakan sebagai label.
Hasil deskripsi dari kertas glasin antara lain sebagai berikut: warnanya
kuning, tingkat kehalusannya halus +++, dan tingkat kelenturannya lentur ++++.
Kertas gelasin dibuat dengan proses sulfat supaya tembus pandang dan licin karena
proses pengecetan (calendering). Sifatnya lainnya adalah tahan terhadap lemak
minyak, tidak tahan air, dan penutupan kemasan cukup mudah. Kertas minyak
mempunyai kemampuan untuk menyerap minyak dengan baik, biasanya digunakan
untuk produk yang mempunyai kadar minyak berlebih sehingga minyaknya
terserap dan menjadi berkurang. Kertas minyak ini cukup tipis dan akan menjadi
agak transparan jika sudah menyerap minyak. Kertas minyak dibuat dengan cara
memperpanjang waktu pengadukan pulp sebelum dimasukkan ke mesin pembuat
kertas. Penambahan bahan-bahan lain seperti plastizier bertujuan untuk menambah
RISKA OKTAFIANI
240210150060
KELOMPOK 9A

kelembutan dan kelenturan kertas. Penambahan antioksidan bertujuan untuk


memperlambat ketengikan dan menghambat pertumbuhan jamur atau khamir.
Ketebalan 20-40 g/m2 dan sifat lain adalah tahan terhadap minyak dan lemak, tidak
tahan air, penutupan kemasan cukup mudah (Herudiyanto, 2008). Melalui hasil
percobaan, kertas glasine berwarna kuning buram, bertekstur agak kasar, lembut,
dan cukup lentur.
Hasil deskripsi dari kertas tisu antara lain sebagai berikut: warnanya putih,
tingkat kehalusannya halus +++++, dan tingkat kelenturannya lentur +++++. Kertas
tisu memiliki sifat yang sangat ringan dan mengalami pengelantangan atau setengah
dikelantang dan bersifat sangat porus. Tisu merupakan jenis kertas yang termasuk
dalam golongan kertas yang mempunyai permukaan halus dengan ketebalan yang
tipis serta transparan. Kertas tisu mempunyai sifat sangat ringan dan mengalami
pengelantangan atau setengah dikelantang dan bersifat sangat porus (Herudiyanto,
2008). Dari hasil percobaan didapat bahwa kertas tisu berwarna putih, bertekstur
lembut, tipis, dan lentur. Teksturnya yang sangat porus menyebabkan air atau pun
zat lain mudah tembus, selain itu karena ketebalannya yang sangat tipis
menyebabkan tisu mudah dirobek. Pada umumnya jenis kertas ini digunakan
sebagai serbet, tisu wajah dan tisu toilet.
Hasil deskripsi dari aluminium foil antara lain sebagai berikut: warnanya
abu-abu, tingkat kehalusannya halus +++, dan tingkat kelenturannya lentur ++.
Aluminium foil banyak digunakan sebagai bahan pelapis atau laminan (Syarif,
2009). Kertas karton sebagai kemasan sekunder banyak digunakan untuk berbagai
jenis produk karena lebih diutamakan sebagai pelindung kemasan primer. Terdapat
beberapa jenis produk seperti tepung-tepungan dan teh bubuk yang hanya
menggunakan jenis kertas sampul atau kertas fotocopy, hal tersebut lebih mudah
dalam proses mengemasnya namun memiliki kekurangan karena dapat menyerap
air dan mudah sobek sehingga dapat mempengaruhi produk itu sendiri. Berbagai
jenis bahan kemasan yang direkatkan bersama disebut laminasi. Sifat-sift yang
dihasilkan oleh kemasan laminasi dari dua atau lebih film dapat memiliki sifat
yangunik. Lapisan luar yang terdiri dari kertas berfungsi untuk cetakan permukaan
yang ekonomis. Polietilen berfungsi sebagai perekat anatar aluminium foil dengan
kertas, sedangkan polietilen bagian dalam mampu memberikan kekuatan dan
RISKA OKTAFIANI
240210150060
KELOMPOK 9A

kemampuan untuk direkat atau ditutupi dengan panas. Dengan konsep laminasi,
masing-masing lapisan saling menutupi kekurangannya menghasilkan lembar
kemasan yang bermutu tinggi (Winarno, et al., 1994).
Hasil deskripsi dari kertas emas antara lain sebagai berikut: warnanya
buram dan emas, tingkat kehalusannya terdapat 2 bagian (kasar dan halus), dan
tingkat kelenturannya lentur. Kertas emas memiliki dua bagian yaitu bagian atas
warna emas, bawah putih. Kertas ini tidak cocok untuk mengemas bahan pangan
terutama bahan pagan yang mengandung lemak. Kertas ini tidak dapat menyerap
minyak, sehingga kertas ini tidak dianjurkan untuk mengemas bahan pangan.
Berdasarkan hasil pengamatan kertas emas memiliki warna emas pad bagian luar
dan abu muda pada bagian dalam, tipis, mudah dibentuk, licin, dan kasar.
Hasil deskripsi dari kertas kadus bergelombang antara lain sebagai berikut:
warnanya coklat, tingkat kehalusannya kasar, dan tingkat kelenturannya kaku +.
Karton gelombang (kardus) terdiri atas bagian bergelombang yang kedua sisinya
ditutup dengan lembaran karton yang direkatkan, bagian ini disebut liner. Kedua
liner ini harus memilki tebal yang sama. Konstruksi bergelombang ini menjadikan
karton ini dapat meredam getaran atau tekanan (Herudiyanto, 2008). Jenis karton
gelombang yang paling umum adalah jenis RSC atau disebut wadah celah teratur,
karena kedua tutup sama panjangdan bertemu di tengah saat menutup (Herudiyanto,
2008). Dari hasil percobaan didapat bahwa kardus (karton bergelombang) berwarna
coklat, lembut, sangat kaku, dan tebal.
Hasil deskripsi dari kertas kraft extensible antara lain sebagai berikut:
warnanya kuning coklat ++, tingkat kehalusannya kasar +, dan tingkat
kelenturannya lentur ++. Hasil deskripsi dari kertas kraft yaitu warnanya kuning
kecoklatan cerah +++, tingkat kehalusannya halus ++, dan tingkat kelenturannya
lentur +++. Kertas kraft reguler memiliki karkateristik sebagai berikut: warnanya
kuning kecoklatan +, tingkat kehalusannya halus, dan tingkat kelenturannya adalah
lentur ++++.
Kertas kraft adalah kertas yang terbuat dari pulp dengan proses sulfat,
tetapi kadang-kadang pada pabrik kertas yang masih dalam skala kecil sering kali
membuat kertas kraft dari pulp dengan proses soda. Warna alami dari kertas kraft
ini adalah coklat, hal inilah yang terlihat ketika praktikum dilaksanakan kertas kraft
RISKA OKTAFIANI
240210150060
KELOMPOK 9A

yang digunakan adalah kertas kraft yang berwarna coklat, tetapi selain berwarna
coklat adapun kertas kraft yang warna alaminya berwarna putih. Kertas kraft ini
mempunyai tekstur yang sangat kuat, hali ini dikarenakan proses pembuatannya
yang menggunakan sulfat dan perlakuan bleaching atau pemucatan. Warna coklat
alami yang dipunyai oleh kertas kraft ini merupakan hasil dari pembleachingan.
Ketebalan kertas kraft ini 10-180g/m2, bervariasi sesuai dengan kebutuhan
(Herudiyanto, 2008). Kertas kraft ini sering digunakan sebagai bahan untuk
mengemas bahan yang mempunyai berat jenis yang besar, hal ini disebabkan karena
teksturnya yang keras dan kuat, selain itu juga kertas kraft juga biasanya digunakan
sebagai kemasan sekunder dalam bentuk kantung, sak, pembungkus, tabung kaleng
komposit, amplop. Selain itu kertas kraft juga dapat dibuat karung dan sebagai
pelapis papan bergelombang.
Kemasan kertas dapat berupa kemasan fleksibel atau kemasan kaku. Jenis
kemasan ketas yang dapat digunakan sebagai kemasan fleksibel adalah kertas kraft
dan kertas tahan lemak (grease proof). Glassin dan kertas lilin (waxed paper) atau
kertas yang dibuat dari modifikasi kemasan kertas fleklsibel. Kemasan kertas yang
kaku terdapat dalam bentuk karton, kotak, drum, cawan - cawan yang tahan air,
yang dapat dibuat dari paper board, kertas laminasi, corrugated board dan
berbagai jenis board dari kertas khusus. Wadah kertas biasanya dibungkus lagi
dengan bahan - bahan kemasan lain seperti plastik dan foil logam yang lebih bersifat
protektif.
Data dari hasil pengamatan identifikasi kemasan dari berbagai jenis produk
menunjukkan bahwa jenis kertas yang digunakan untuk kemasan bergantung pada
jenis atau karakteristik produknya, seperti pada produk coklat dan sereal digunakan
kemasan primer berupa aluminium foil yang mana sifat-sifat dari aluminium foil
adalah hermetis, fleksibel, tidak tembus cahaya sehingga dapat digunakan untuk
mengemas bahan-bahan yang berlemak dan bahan-bahan yang peka terhadap
cahaya. Aluminium foil banyak digunakan sebagai bahan pelapis atau laminan
(Syarif,2009). Kertas karton sebagai kemasan sekunder banyak digunakan untuk
berbagai jenis produk karena lebih diutamakan sebagai pelindung kemasan primer.
Terdapat beberapa jenis produk seperti tepung-tepungan dan teh bubuk yang hanya
menggunakan jenis kertas sampul atau kertas fotocopy, hal tersebut lebih mudah
RISKA OKTAFIANI
240210150060
KELOMPOK 9A

dalam proses mengemasnya namun memiliki kekurangan karena dapat menyerap


air dan mudah sobek sehingga dapat mempengaruhi produk itu sendiri. Berbagai
jenis bahan kemasan yang direkatkan bersama disebut laminasi. Sifat-sifat yang
dihasilkan oleh kemasan laminasi dari dua atau lebih film dapat memiliki sifat
yangunik. Lapisan luar yang terdiri dari kertas berfungsi untuk cetakan permukaan
yang ekonomis. Polietilen berfungsi sebagai perekat anatar aluminium foil dengan
kertas, sedangkan polietilen bagian dalam mampu memberikan kekuatan dan
kemampuan untuk direkat atau ditutupi dengan panas. Dengan konsep laminasi,
masing-masing lapisan saling menutupi kekurangannya menghasilkan lembar
kemasan yang bermutu tinggi (Winarno, et al., 1994).
4.1.2 Pengukuran Ketebalan Berbagai Jenis Kemasan Kertas
Pada praktikum bagian ini, jenis sampel yang digunakan antara lain yaitu
kertas karton, kertas nasi, kertas minyak, kertas sak, dan kertas roti. Tahapan
pertama yang dilakukan adalah masing-masing contoh kertas diukur ketebalannya
dengan menggunakan mikrometer sekrup dan jangka sorong. Pengukuran ketebalan
kerta ini dilakukan di bagian 5 titik. Selanjutnya, ketebalan kertas, nilai tertinggi,
nilai terendah, dan rata-rata dari tebal masin-masing kemasan tersebut dicatat dan
dihitung. Di bawah ini terdapat hasil pengamatan pengukruan ketebalan berbagai
jenis kemasan kertas:
Tabel 2. Hasil Pengukuran Ketebalan Berbagai Jenis Kemasan Kertas
Karton (cm) Nasi (cm) Minyak (cm) Sak (cm) Roti (cm)
MS JS MS JS MS JS MS JS MS JS
1 1,03 1,05 0,11 0,1 0,03 0,01 0,06 0,07 0,04 0,03
2 1,03 1,05 0,11 0,1 0,03 0,02 0,06 0,08 0,04 0,02
3 1,045 1,10 0,13 0,1 0,09 0,02 0,06 0,08 0,04 0,02
4 1,035 1,05 0,11 0,1 0,03 0,01 0,06 0,08 0,04 0,03
5 1,2 1,35 0,11 0,1 0,01 0,01 0,06 0,08 0,04 0,02
Max 1,03 1,35 0,13 0,1 0,09 0,02 0,06 0,07 0,04 0,03
Min 1,045 1,05 0,11 0,1 0,01 0,01 0,06 0,08 0,04 0,02
Rata-rata 1,068 1,12 0,114 0,1 0,03 0,1 0,06 0,08 0,04 0,024
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018)

Menurut hasil pengamatan tabel 2 menunjukkan bahwa jenis kemasan


kertas yang memiliki ketebalan dari tertinggi hingga terendah antara lain sebagai
berikut: kertas karton > kertas nasi > kertas sak > kertas minyak > kertas roti. Kertas
RISKA OKTAFIANI
240210150060
KELOMPOK 9A

yang tebalnya 0-3 mm digolongkan dalam kemasan lentur, seluruh kertas yang
diamati termasuk pada kemasan lentur (flexible).
Pada pengukuran ketebalan digunakan alat jangka sorong dan mikrometer
sekrup, hal ini karena kedua alat tersebut memiliki ketelitian yang berbeda. Jangka
sorong yang digunakan mempunyai ketelitian 0,01 mm dan mikrometer sekrup
yang digunakan mempunyai ketelitian 0,001 mm (Giancoli, 2001). Pengukuran
dilakukan lebih dari satu kali (pada kertas yang berbeda) dimaksudkan untuk
mendapatkan nilai/data yang cukup valid, karena setiap lembar kertas yang
diproduksi memiliki ketebalan yang berbeda-beda. Sampel kertas minyak dan
kertas sampul tidak dilakukan pengukuran menggunakan jangka sorong, karena
ketebalan sampel tersebut lebih kecil dari 0,001 mm, sehingga tidak dapat terukur
menggunakan jangka sorong. Menurut Herudiyanto (2009) bahwa kertas minyak
memiliki ketebalan 20-40 g/m2.
Dalam pengukuran ini, terdapat berbagai jenis kemasan kertas dengan
ketebalan yang berbeda-beda. Ada bahan yang mempunyai ketebalan yang paling
tebal sehingga menyebabkan permukaan kertas menjadi tegas dan rigid. Ada pula
kertas yang mempunyai ketebalan yang besar namun permukaannya menjadi
lembek. Hal ini bisa disebabkan oleh komposisi pembentuk kertas.
Ketebalan suatu kertas pada sampel akan menentukan permeabilitas dari
tiap sampel tersebut. Semakin tebal kertas maka hal itu juga dapat mengakibatkan
semakin besar pula daya transpirasinya dan sebaliknya. Permeabilitas ini juga akan
sangat mempengaruhi respirasi yang terjadi pada bahan pangan yang dikemas
dengan kemasan kertas yang terdapat dalam tabel di atas. Untuk jenis bahan pangan
yang klimakterik seperti sayur dan buah yang hendak dipertahankan kesegarannya
hendaknya jangan menggunakan bahan pengemas yang terlalu tebal karena dapat
menghambat respirasinya. Padahal untuk mendapatkan hasil terbaik cukup dengan
meminimalisir laju respirasinya.
Ketebalan kertas ini dipengaruhi oleh tekanan yang diberikan pada kertas
saat pembuatan kertas tersebut dan juga dipengaruhi oleh komposisi dan metode
pembuatan kertas tersebut. Setelah menghitung ketebalannya, maka dihitung
gramatur. Gramatur kertas yaitu berat kertas per satuan luas. Untuk memudahkan
dalam penentuan besar gramatur dari tiap kertas, maka masing-masing kertas
RISKA OKTAFIANI
240210150060
KELOMPOK 9A

dipotong per satuan luas 25 cm2. Menurut Casey (1981) bahwa gramatur kertas
dipengaruhi oleh kadar air pada kelembaban udara relatif di sekitar kertas. Karena
gramatur selalu dinyatakan sebagai total berat kertas termasuk kadar air maka
pengukuran harus dilakukan pada kondisi standar.
Adanya keragaman dalam gramatur mengindikasikan pada fluktuasi
pemakaian bahan baku kertas per satuan luas. Semakin kecil gramatur maka
penggunaan bahan baku semakin sedikit, konsumsi energi untuk pengolahan kertas
lebih rendah, mengurangi polusi pabrik, biaya penanganan bahan dan produk
rendah, efisiensi ruang penyimpanan, memperkecil gulungan atau potongan yang
nantinya akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses pembuatan kertas
(karton) secara keseluruhan. Dalam pengukuran gramatur tersebut, pengukuran
tebal dilakukan lima kali di beberapa titik pada kertas yang berbeda akan tetapi
masih dalam satu jenis kertas. Ketebalan dalam sehelai kertas tidak merata sehingga
perlu dilakukan pengulangan pengukuran. Perbedaan ketebalan kertas di beberapa
titik ini berhubungan dengan bahan baku dan proses produksi kertas itu sendiri.
Setelah didapat beberapa nilai ketebalan kemudian dirata-ratakan.
Dari hasil percobaan juga diperoleh adanya perbedaan ketebalan pada kertas
percobaan. Hal ini disebabkan adanya pengaruh perlakuan komposisi dan metoda
pembuatan, dan juga dipengaruhi oleh tekanan yang diberikan pada waktu
pembuatan lembaran kertas (Mimi, 2002). Menurut Casey (1981) menyatakan
bahwa kertas bersifat comprissible. Perbedaan tekanan akan menyebabkan
perbedaan yang kecil pada ketebalan. Ketebalan mempengaruhi hampir setiap sifat
fisik, optik dan elektrik kertas. Beberapa alasan yang menyebabkan terjadinya
keragaman untuk sifat fisik panjang dan lebar adalah adanya kesalahan dalam
presisi produksi, khususnya pada sistem pemotongan lembaran kertas menurut
ukuran yang telah ditentukan berdasarkan spesifikasi tertentu yang berlaku dalam
SII (Standart Industri Indonesia) maupun pabrik pembuatnya, yang umumnya
disesuaikan dengan permintaan pasar (Anonim, 1980).
4.1.3 Pengukuran Berat Berbagai Jenis Kemasan Kertas
Jenis kertas yang digunakan antara lain yaitu kertas karton, kertas nasi,
kertas minyak, kertas sak, dan kertas roti. Tahapan pertama yang dilakukan adalah
masing-masing contoh kertas (ukuran 5x5 cm) ditimbang beratnya dengan
RISKA OKTAFIANI
240210150060
KELOMPOK 9A

menggunakan neraca analitik. Selanjutnya, masing-masing kertas tersebut dihitung


beratnya dengan satuan g/cm2. Berat masing-masing kemasan kertas kemudian
dikonveriskan ke dalam kg/cm2 dan lb/ft2. Selain berat, ditentukan pula rata-rata
berat, volume (cm3), dan densitas (g/cm3). Berikut merupakan hasil pengamatan
pengukuran berbagai jenis kemasan kertas:
Tabel 3. Hasil Berat Berbagai Jenis Kemasan Kertas
Karton (g) Nasi (g) Minyak (g) Sak (g) Roti (g)
1 2,6077 0,1820 0,0712 0,1913 0,1071
2 2,4012 0,1900 0,0666 0,1945 0,1070
3 2,4245 0,1902 0,0703 0,1938 0,1039
4 2,4831 0,2132 0,0696 0,8165 0,1052
5 2,2887 0,2016 0,0686 0,1928 0,1079
Rata-rata 2,4791 0,1939 0,0694 0,3490 0,1058
g/cm2 0,0992 0,0078 0,0028 0,0140 0,0042
-5 -6 -6
Kg/cm 2 9,9x10 7,8x10 2,8x10 1,4x10-5 4,2x10-6
-5 -6 -7
lb/ft2 2,03x10 1,59x10 5,73x10 2,86x10-6 8,60x10-7
Vol (cm3) 26,70 2,85 0,75 1,5 1,00
Densitas
0,0929 0,0680 0,0926 0,2327 0,1058
(g/cm3)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018)

Pada data di atas didapatkan bahwa densitas paling besar dimiliki oleh
kertas minyak. Kertas minyak memilki daya permeabilitas yang rendah karena
memilki kerapatan bahan yang paling besar sehingga cukup cocok jika digunakan
sebagai pengemas bahan pangan yang klimakterik dan bahan yang mudah
mengalami kerusakan akibat adanya oksigen, sedangkan kertas yang paling kecil
densitasnya akan menunjukan bahwa kertas tersebut memilki daya permeabilitas
yang tinggi dan cocok untuk mengemas bahan pangan yang non-klimakterik, dalam
praktikum ini kertas yang memiliki massa jenis yang paling kecil adalah kertas nasi.
Densitas erat hubungaanya dengan kekakuan dan ketebalan kertas
(Yuriyanto, et al., 2001). Semakin tinggi densitasnya sifat permeabilitas terhadap
air dan gas semakin rendah. Namun secara umum, kebanyakan sifat-sifat kertas
adalah bergantung kepada bahan bakunya yaitu serat selulosa, dimana sifat-sifat
serat selulosa ini diketahui sebagai sifat fungsi (Casey, 1981). Menurut Casey
(1981) bahwa secara teknis rapat massa mempunyai hubungan erat dengan daya
ikatan antar serat dan derajat fibrilisasi serat pulp yang nantinya berpengaruh pada
saat pencetakan (opasitas cetak). Dalam prosesnya, peranan dan pengaruh filler
RISKA OKTAFIANI
240210150060
KELOMPOK 9A

Kaolin (clay) sangat berpengaruh pada sifat fisik lembaran kertas khususnya rapat
massa dan gramatur kertas (karton). Kaolin berfungsi sebagai bahan pengisi antar
serat, menambah berat kertas dan menghaluskan kertas.
Kertas dibuat dari bahan-bahan berserat (kadar selulosa tinggi) dengan
atau tanpa bleaching, dengan atau tanpa diberi filler dari pelapis lilin. Secara umum
kertas dibuat dengan melalui pengecilan ukuran bahan dasar kertas, kemudian
dilakukan pembuburan menggunakan proses soda atau sulfit atau sulfat dengan
tekanan 5 kg/cm2 pada suhu 140oC. Bahan kemudian dilakukan dengan bahan
tambahan lainnya misalnya pewarna kertas. Kemudian bubuur kertas tersebut
ditambahkan airdengan komposisi air 96% dan padatan 4%. Setelah itu dilakukan
pencetakan, pengeringan dan juga calendering (Herudiyanto, 2008). Sifat-sifat
kertas dipengaruhi oleh proses pembuburan, filler, dan perlakuan akhir atau
calendering (Rahimah dan Djali, 2012).

4.2 Kemasan Plastik


Praktikum pengemasan dan penyimpanan pangan kali ini dilakukan
pengamatan tentang berbagai jenis kemasan plastik. Pada praktikum identifikasi
kemasan plastik ini, dapat dilakuka pengenalan berbagai jenis plastik, pengukuran
berbagai jenis plastik, pengukuran ketebalan plastik, serta uji nyala (burning test).
Pengetahuan tentang kemasan plastik ini berfungsi agar praktikan mampu
menentukan berbagai jenis kemasan plastik yang cocok unutk digunakan untuk
mengemas bahan pangan.
4.2.1 Pengenalan Berbagai Jenis Plastik
Sampel plastik yang digunakan adalah plastik PP (Poly Propilen), LDPE
(Low Density Poly Etilen), plastik PS (Poly Stiren), plastik PVC (Poly Vinil
Chlorida), dan PE (Poly Etilen). Tahapan pertama yang dilakukan adalah masing-
masing sampel diamati atau dicatat. Setelah itu, sampel dapat dibandingkan
berdasarkan tingkat kelenturan, kehalusan, transparan, dan ketebalan. Berikut
terdapat hasil pengamatan mengenai pengenalan berbagai jenis plastik:
Tabel 4. Hasil Pengamatan Pengenalan Berbagai Jenis Kertas
RISKA OKTAFIANI
240210150060
KELOMPOK 9A

Jenis Deskripsi
KODE Kemasan
Warna Kehalusan Kelenturan
Plastik
A PP Transparan Halus ++ Lentur ++
+
B LDPE Transparan Halus +++ Lentur +++
++
C PS Tidak Halus Lentur
transparan
D PVC Transparan Halus + Lentur +
E PE Transparan Halus Lentur
+++ ++++ ++++
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018)

Berdasarkan hasil pengamatan tabel 4 menunjukkan bahwa plastik yang


berkode A (Poly Propilen) memiliki warna transparan +, tingkat kehalusannya
halus ++, dan tingkat kelenturannya lentur ++. PP (polipropilen) mempunyai sifat
sangat kaku; berat jenis rendah; tahan terhadap bahan kimia, asam, basa, tahan
terhadap panas, dan tidak mudah retak. Plastik polipropilen digunakan untuk
membuat alat-alat rumah sakit, komponen mesin cuci, komponen mobil,
pembungkus tekstil, botol, permadani, tali plastik, serta bahan pembuat karung
(Azizah, 2009). Plastik polipropilen yang diamati pada praktikum ini memiliki sifat
bening, sangat kaku, keras, dan transparan.
Berdasarkaan identifikasi plastik berkode B, jenis plastik yang digunakan
adalah plastik LDPE (Low Density Poly Etilen). Jenis plastik yang berkode B
tersebut memiliki karakterisitk warna yang transparan ++, tingkat kehalusannya
halus +++, dan tingkat kelenturannya lentur +++.
Berdasarkan hasil identifikasi plastik berkode C, warna yang dihasilkannya
adalah transparan ++, tingkat kehalusannya halus, dan tingkat kelenturannya lentur.
Jenis plastik yang digunakan oleh plastik berkode C adalah PS (Poli Stitren).
Polistiren (PS) merupakan jenis kemasan plastik yang bersifat sangat amorphous
dan tembus cahaya, memiliki indeks refraksi yang tinggi, sukar ditembus oleh gas
kecuali uap air.
Berdasarkan hasil identifikasi plastik berkode D, jenis plastik yang
digunakan adalah plastik PVC (Poli Vinil Chlorida). Warna dari plastik berkode D
adalah transparan, tingkat kehalusannya halus +, dan tingkat kelenturannya lentur
RISKA OKTAFIANI
240210150060
KELOMPOK 9A

+. Plastik PVC (Poli Vinil Chlorida) memiliki ciri-ciri cukup mengkilat, tipis,
bening, transparan, dan sedikit lentur. Plastik jenis ini penggunaanya tidak sesuai
untuk menyimpan bahan pangan sebab penggunaan polivinil khlorida untuk
pengemasan pangan terbatas, karena bahan pangan yang mengandung minyak
dapat melarutkan komponen plastik tersebut sehingga menjadi toksik (Tjahjadi dan
Marta, 2008). Menurut Suyitno (1990) menyatakan bahwa PVC mempunyai sifat
keras, kaku, jernih dan mengkilap, sangat sukar ditembus air dan permeabilitas
gasnya rendah sehingga sesuai untuk mengemas makanan yang banyak
mengandung air.
Selain itu, dapat dilakukan pengujian skoring pada pengenalan berbagai
jenis plastik. Tahapan pertama yang dilakukan adalah masing-masing sampel
dilakukan uji skoring berdasarkan kehalusan, transparan, kelenturan, dan
ketebalannya. Berikut terdapat hasil pengamatan tentang skoring pengenalan
berbagai jenis plastik:
Tabel 5. Hasil Skoring Pengenalan Berbagai Jenis Plastik
(A) (B) (C) (D) (E)
Indikator
PP LDPE PS PVC PE
Kehalusan 3 4 1 2 5
Transparan 3 4 1 2 5
Kelenturan 3 4 1 2 5
Ketebalan 3 4 1 2 5
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)

Menurut hasil pengamatan tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat kehalusan


plastik dari yang paling halus hingga paling kasar adalah PE > LDPE > PP > PVC
> PS. PE merupakan jenis kemasan plastis yang paling halus dibandingkan semua
sampel, sedangkan sampel kemasan PS merupakan jenis kemasan plastik yang
paling tindak halus berdasarkan hasil pengamatan.
Skoring yang dilakukan berdasarkan tingkat transparannya menunjukkan
bahwa nilai transparansi dari yang tertinggi hingga terendah yaitu PE > LDPE > PP
> PVC > PS. PE merupakan jenis kemasan plastik yang paling transparan
dibandingkan semua sampel, sedangkan sampel kemasan PS merupakan jenis
kemasan plastik yang paling tindak transparan berdasarkan hasil pengamatan.
Pengujian skoring berdasarkan tingkat kelenturannya menunjukkan bahwa
dari yang paling lentur hingga tidak lentur adalah PE > LDPE > PP > PVC > PS.
RISKA OKTAFIANI
240210150060
KELOMPOK 9A

PE merupakan jenis kemasan plastik yang paling lentur dibandingkan semua


sampel, sedangkan sampel kemasan PS merupakan jenis kemasan plastik yang
paling tindak lentur berdasarkan hasil pengamatan.
Pengujian skoring berdasarkan tingkat ketebalan menunjukkan bahwa
tingkat ketebalan dari yang tertinggi hingga terendah berturut-turut adalah PE >
LDPE > PP > PVC > PS. PE merupakan jenis kemasan plastik yang paling tebal
dibandingkan semua sampel, sedangkan sampel kemasan PS merupakan jenis
kemasan plastik yang paling tndak tebal berdasarkan hasil pengamatan.
Menurut Erliza dan Sutedja (1987) menyatakan bahwa plastik dapat
dikelompokkan atas dua tipe, yaitu thermoplastik dan termoset. Thermoplastik
adalah plastik yang dapat dilunakkan berulangkali menggunakan panas seperti
polietilen, polipropilen, polistiren dan polivinilkloroda. Sedangkan termoset adalah
plastik yang tidak dapat dilunakkan dengan pemanasan, seperti phenol formaldehid
dan urea formaldehid.
4.2.2 Pengukuran Berbagai Jenis Plastik
Sampel plastik yang digunakan untuk pengukuran berbagai jenis plastik
antara lain yaitu PP, LDPE, PS, PVC, dan PE. Tahapan pertama yang dilakukan
adalah masing-masing sampel diukur ketebalannya dengan mengguanakan jangka
sorong dan mikrometer sekrup yang dilakukan pada 5 titik. Selanjutnya, masing-
masing sampel tersebut ditentukan nilai makmal dan minimal, serta dihitung rata-
ratanya. Berikut merupakan hasil pengamatan pengukuran berbagai jenis plastik:
Tabel 6. Hasil Pengkuran Ketebalan Plastik
PP LDPE PS PVC PE
MS JS MS JS MS JS MS JS MS JS
0,02 0,05 0,00
1 0,05 0,05 0,03 3,000 3,140 0,01
2 0,05 0,05 0,03 0,02 3,000 3,440 0,05 0,00 0,01
3 0,05 0,05 0,02 0,02 3,022 3,320 0,05 0,00 0,01
4 0,05 0,05 0,02 0,01 3,017 3,440 0,05 0,00 0,01
5 0,05 0,05 0,03 0,01 3,037 3,420 0,05 0,05 0,01
Max 0,05 0,05 0,03 0,02 3,037 3,440 0,05 0,00 0,01
Min 0,05 0,05 0,02 0,01 3,000 3,140 0,05 0,05 0,01
Rata-rata 0,05 0,05 0,026 0,016 3,015 3,352 0,05 0,01 0,01
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)
RISKA OKTAFIANI
240210150060
KELOMPOK 9A

Menurut hasil pengamatan tabel 6 menunjukkan bahwa plastik PS memiliki


tebal rata-rata 3,015 dengan mikrometer sekrup dan 3,352 untuk pengukuran
dengan menggunakan jangka sorong. Plastik PP memiliki tebal rata-rata 0,05 mm
diukur dengan mikrometer sekrup dan 0,05 mm diukur dengan jangka sorong.
Plastik Plastik PVC memiliki tebal rata-rata sebesar 0,05 mm yang diukur
menggunakan mikromeer sekrup dan 0,01 mm dengan menggunakan jangka
sorong. Plastik PE memiliki tebal rata-rata 0,1 mm diukur dengan mikrometer
sekrup, namun hasilnya tidak diketahui untuk pengukuran plastik PE dengan
menggunakan jangka sorong. Plastik LDPE memiliki tebal rata-rata sebesar 0,026
mm yang diukur menggunakan mikrometer sekrup dan 0,016 dengan menggunakan
jangka sorong.
Hasil pengukuran ketebalan berbagai jenis plastik menunjukan bahwa jenis
plastik tersebut memiliki ketebalan yang berbeda. Jenis plastik yang paling tebal
berdasarkan hasil praktikum adalah plastik PS dengan tebal rata-rata 3,015 mm
yang diukur dengan menggunakan mikrometer sekrup dan 3,352 mm yang diukur
dengan jangka sorong. Sedangkan plastik yang paling tipis adalah PE dengan tebal
rata-ratanya sebesar 0,001 mm diukur dengan micrometer sekrup dan untuk jangka
sorong tidak dilakukan pengukuran. Hasil pengukuran ketebalan plastik PE tersebut
telah sesuai dengan pendapat Sacharow dn Griffin (1980) yang menyatakan plastik
jenis PE memiliki ketebalan 0,001-0,01 inchi, dimana hasil pengukuran ketebalan
plastik berada diantara range 0,001-0,01 inchi. Namun, ketebalan plastik PE dengan
menggunakan jangka sorong tidak dapat diukur, sebab range atau nilai yang
diperoleh berdasarkan praktikum terlalu kecil (kurang dari 0,001 mm). Dari hasil
percobaan diperoleh adanya perbedaan ketebalan pada kertas percobaan. Hal ini
disebabkan adanya pengaruh perlakuan komposisi dan metoda pembuatan, dan juga
dipengaruhi oleh tekanan yang diberikan pada waktu pembuatan lembaran plastik
(Vivi, 1993).
Selanjutnya, dilakukan pengukuran berat plastik. Tahapan pertama yan
dilakukan adalah sampel plastik dipotong 5 x 5 cm sebanyak 5 buah kemudian
sampel ditimbang dan dihitung berat bahannya per cm2. Pengukuran berat
dilakukan dengan cara lima kali penimbangan. Setelah diidentifikasi dalam
pengukuran ketebalan dan berat plastik, selanjutnya dapat ditentukan masa jenis
RISKA OKTAFIANI
240210150060
KELOMPOK 9A

atau densitas dari plastik tersebut. Mass jenis dari suatu plastik berbeda-beda
tergantung dari massa dan volume bahan tersebut. Apabila suatu plastik memiliki
massa yang ringan dan volume yang besar, maka bahan tersebut mempunyai
densitas yang kecil. Massa jenis pada suatu bahan pengemas dapat menunjukan
daya permeabilitasnya. Di bawah ini terdapat hasil pengmatan pengukuran berat
dari plastik:
Tabel 7. Hasil Pengukuran Berat Jenis Plastik
Kel PP (g) LDPE (g) PS (g) PVC (g) PE (g)
6 0.1527 0.0575 0.2102 0.2630 0.0304
7 0.2532 0.1479 0.2849 0.2848 0.0660
8 0.1339 0.0555 0.2525 0.2466 0.0294
9 0.1575 0.0737 0.2443 0.2236 0.0327
10 0.1541 0.0576 0.2154 0.2937 0.0315
Rata-rata 0.1703 0.0784 0.2415 0.2623 0.0380
g/cm2 0.0068 0.0031 0.0097 0.0105 0.0015
-6 -6
kg/cm2 6.8x10 3.1x10 9.7x10-6 1.0x10-5 1.5x10-6
-6 -7
lb/ft2 1.4x10 6.4x10 2.0x10-6 2.1x10-6 3.1x10-7
V (cm3) 0.1250 0.0225 5.9300 0.1175 0.0100
Densitas (g/cm3) 1.3622 3.4862 0.0407 2.2327 3.8000
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)

Menurut hasil pengamatan tabel 7 menunjukkan bahwa bahwa jenis plastik


yang paling berat yaitu PVC dengan berat rata-rata 0,2623 gram dan yang paling
ringan adalah plastik PE yaitu 0,0380 gram. Pada praktikum ini hasil pengukuran
berat dikonversikan menggunakan satuan berbeda. Konversi perhitungan kg/cm2
dilakukan bertujuan untuk menghasilkan satuan yang sering digunakan dalam
mengidentifikasi plastik sehingga perhitungan diperoleh dari konversi dengan
acuan 1 kg/cm2 setara dengan 0,2048l b / f t .
Berdasarkan hasil pengamamatan densitas plastik PP yaitu 1,3622 g/cm3,
hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Brydson (1975) yang menyatakan bahwa
densitas PP berkisar antara 0,90 – 0,91 g/cm3. Densitas plastik LDPE yaitu 3,4862
g/cm3. Densitas plastik PE yaitu 3,8000 g/cm3. Densitas plastik PS yaitu 0,0407
g/cm3. Sedangkan densitas plastik PVC yaitu 2,2327 g/cm3, dimana hasil
pengukuran densitas PVC tersebut tidak sesuai dengan pendapat Bachriansyah
(1997) yang menyatakan bahwa densitas PVC berkisar antara 1,38 – 1,41 g/cm3.
RISKA OKTAFIANI
240210150060
KELOMPOK 9A

Berdasarkan data pengamatan tersebut dapat diketahui bahwa plastik jenis PE


memiliki densitas tertinggi yaitu 3,8000 g/cm3, sedangkan plastik jenis PS memiliki
densitas terendah yaitu 0,0407 g/cm3.
Pengukuran densitas plastik sangat penting, karena densitas dapat
menunjukkan struktur plastik secara umum. Aplikasi dari hal tersebut yaitu dapat
dilihat kemampuan plastik dalam melindungi produk dari beberapa zat seperti air,
O2 dan CO2. Birley, et al. (1988), menyatakan bahwa plastik dengan densitas
rendah menandakan bahwa plastik tersebut memiliki struktur yang terbuka, artinya
mudah atau dapat ditembusi fluida seperti air, oksigen atau CO2. Jadi tidak seperti
pada kertas, nilai densitas plastik sangat penting dalam menentukan sifat-sifat
plastik yang berhubungan dengan pemakaiannya.
Berdasarkan sifat permeabilitasnya yang rendah serta sifat-sifat
mekaniknya yang baik, polietilen banyak digunakan sebagai pengemas makanan,
karena sifatnya yang thermoplastik, polietilen mudah dibuat kantung dengan derajat
kerapatan yang baik (Sacharow dan Griffin, 1980). Menurut Buckle et al. (1987)
menyatakan bahwa permeabilitas gas PVC (seperti CO2, O2, N2) lebih rendah
dibandingkan dengan HDPE dan PP sehingga PVC cocok untuk mengemas produk
yang banyak mengandung senyawa volatil (senyawa yang mudah menguap).
4.2.3 Uji Nyala (Burning Test)
Sampel yang digunakan dalam praktikum uji nyala pada kemasan plastik
adalah plastik PP, LDPE, PS, PVC, dan PE. Tahapan pertama yang dilakukan
adalah masing-masing sampel dibakar pada api yang terbuka. Selanjutnya, diamati
perubahan yang terjadi meliputi kemudahan menyala, kemampuan padam sendiri,
bau, warna nyala, dan perilaku bahan (hilang/leleh/mengkerut). Setelah itu,
dibandingkan masing-masing sampel dengan polimer. Berikut ini terdapat hasil
pengamatan uji nyala pada kemasan plastik:
Tabel 8. Hasil Pengamatan Uji Nyala (Burn Test)
A B C D E
Indikator
(PP) (LDPE) (PS) (PVC) (PE)
Kemudahan + +++ - ++++ ++
Menyala
Kemampuan + ++ +++ + ++
Padam
Bau + + Bau ++++ ++++++ Gosong +
Warna Api Orange Orange Orange Orange Orange
RISKA OKTAFIANI
240210150060
KELOMPOK 9A

A B C D E
Indikator
(PP) (LDPE) (PS) (PVC) (PE)
Perilaku Meleleh Meleleh Meleleh Meleleh Menghilang
Bahan
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)

Menurut hasil pengamatan tabel 8 menunjukkan bahwa sampel A memiliki


kemudahan menyala, agak padam, terdapat bau yang tidak terlalu menyengat,
warna api yang muncul yaitu oranye, dan bahan meleleh saat diberi api. Jenis
sampel yang digunakan pada sampel A adalah plastik Poli Propilen (PP). Menurut
Christopher (1981) menunjukkan bahwa ciri-ciri yang dihasilkan saat burning test
tersebut merupakan jenis kemasan PP, dimana jenis kemasan plastik inimemiliki
sifat mudah menyala, tidak padam sendiri, bau parafin terbakar, warna api biru dan
kuning pada puncak, kelakuan bahan meleleh dan menetes, dan berasap putih.
Polipropilen termasuk kelompok olefin, bersifat lebih keras dan titik lunaknya lebih
tinggi daripada PEDT, lebih kenyal tetapi mempunyai daya tahan terhadap kejutan
lebih rendah. Tidak mengalami stress cracking oleh perubahan kondisi lingkungan,
tahan terhadap sebagian besar senyawa kimia kecuali pelarut aromatik dan
hidrokarbon klorida dalam keadaan panas, serta sifat permeabilitasnya terletak
antara PEDR dan PEDT.
Hasil pengamatan uji nyala dari sampel B memiliki kemudahan menyala
+++, kemampuan padamnya agak tinggi (++), bau yang dihasilkan sedikit
menyengat, warna api yang dihasilkan yaitu oranye, dan bahan mudah meleleh saat
diberi api. Sampel yang berkode B merupakan jenis kemasan LDPE.
Hasil pengamatan uji nyala dari sampel C tidak memiliki kemudahan
menyala, kemampuan padamnya tinggi (+++), bau yang dihasilkan sangat
menyengat, warna api berupa oranye, dan bahan meleleh saat diberi api. Sampel
yang berkode C merupakan jenis kemasan PS (Poli Stiren). Polistiren (PS) bersifat
sangat amorphous dan tembus cahaya, mempunyai indeks refraksi tinggi, sukar
ditembus oleh gas kecuali uap air. Dapat larut dalam alcohol rantai panjang, kitin,
ester hidrokarbon yang mengikat khlorin. Polimer ini mudah rapuh, sehingga
banyak dikopolimerisasikan dengan batu diena atau akrilonitril (Keputusan Mentri
Perindustrian dan Perdaganngan, 1997).
RISKA OKTAFIANI
240210150060
KELOMPOK 9A

Hasil pengamatan uji nyala dari sampel D memiliki kemudahan menyala


++++, kemampuan padamnya +, terdapat bau yang sangat menyengat, warna api
berupa oranye, dan bahan meleleh saat diberi api. Sampel yang berkode D
merupakan jenis kemasan plastik PVC (Poli Vinil Chlorida). Jenis polyvinyl
chlorida yang mempunyai sifat susah menyala, padam sendiri, bau chlorine, warna
api kuning, hijau pada tepi, asap berwarna hijau, kelakuan bahan meleleh dan
menetes.
Hasil pengamatan uji nyala dari sampel E memiliki kemudahan menyala
+++, kemampuan padam ++, terdapat bau yang tidak terlalu menyengat, warna api
berupa oranye, dan bahan menghilang saat diberi api. Sampel yang berkode E
merupakan jenis kemasan plastik PE (Poli Etilen). Menurut Christopher (1981)
bahwa jenis polymer polyethylene yang mempunyai sifat mudah menyala, tidak
padam sendiri, bau parafin terbakar, warna api biru dan kuning pada puncak,
kelakuan bahan meleleh dan menetes. Polietilen (PE), unsur atom-atom karbonnya
bergabung melalui ikatan kovalen yang kuat. Antara rantai satu dengan yang lain
dihubungkan oleh ikatan Vander Waals yang sifatnya jauh lebih lemah sehingga
memberikan efek plastis. Terdapat dua jenis polietilen yaitu Polietilen Densitas
Rendah (PEDR) dihasilkan dari proses polimerisasi pada tekanan tinggi. Bahan ini
bersifat kuat, agak tembus cahaya, fleksibel dan permukaannya terasa agak
berlemak. Di bawah temperatur 60° C sangat resisten terhadap sebagian besar
senyawa kimia. Di atas temperatur tersebut polimer ini menjadi larut dalam pelarut
karbon dan hidrokarbon klorida. Daya proteksinya terhadap uap air baik, tetapi
kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen. Titik lunaknya rendah, sehingga
tak tahan untuk proses steriilisasi dengan uap panas dan bila ada senyawa kimia
yang bersifat polar akan mengalami stress cracking (retak oleh tekanan). Jenis
polietilen yang lain adalah Polietilen Densitas Tinggi (PEDT) yang dihasilkan
dengan polimerisasi pada tekanan dan temperatur rendah (50-75)° C memakai
katalisator Zeglier, mempunyai sifat lebih kaku, lebih keras, kurang tembus cahaya
dan kurang terasa berlemak.
Menurut Christopher (1981) yang menyatakan bahwa PE dengan massa
jenis 38 mempunyai konduktivitas thermal 0.046, sedangkan PVC dengan massa
jenis 35 memiliki konduktivitas thermal 0.028. Jadi wajar saja PE lebih mudah
RISKA OKTAFIANI
240210150060
KELOMPOK 9A

terbakar, karena bahan plastik ini mempunyai daya penghantar panas yang lebih
tinggi dibandingkan dengan PVC, PET dan HDPE. Pada Identifikasi polymer
dengan cara pembakaran terdapar kesulitan pada penentuan bau dari jenis plastik
yang dibakar. Hal ini menyebabkan kurang tepatnya penentuan jenis polymer yang
akan diketahui. Selain itu, pada data yang disediakan terdapat polymer yang hampir
mempunyai karakteristik yang sama sehingga dalam penentuannya menjadi tidak
tepat. Untuk menghindari kesalahan tersebut terdapat cara yang lebih baik yaitu
dengan identifikasi secara kimia.
Berbagai perbedaaf sifat dan karakteristik plastik berbeda satu sama lain,
hal ini tergantung dari tahap pembuatan plastik. Terdapat berbagai tahapan
pembuatan plastik, hal ini tergantung dari jenis kemasan yang akan dihasilkan.
1. Pengemas Plastik Kaku
Contoh kemasan plastik kaku yang ada di pasaran adalah botol, jerigen,
drum, komplang, gelas, ember dan wadah lainnya. Wadah kaku ini dibuat dengan
pencetakan injeksi atau dengan hembusan.
a. Pencetakan secara injeksi
Prinsip pencetakan secara injeksi terdiri tahap pelunakan bahan plastik
dalam silinder panas, dan kemudian diinjeksikan ke dalam cetakan yang lebih
dingin, sehingga plastik mengeras. Eadah yang telah dicetak dikeluarkan dari
cetakan oleh sebuah alat, kompresi udara atau alat lainnya. Teknik ini mahal
dan kurang ekonomis.
b. Pencetakan Secara Hembusan
Teknik dasar dari pencetakan secara hembusan adalah seperi pada
pembuatan gelas. Udara didorong di bawah tekanan ke plastik cair yang
tertutup yang dikelilingi oleh cetakan yang dingin dengan bentuk yang
diinginkan. Adanya tekanan udara menyebabkan plastik cair mengembang.
Plasik akan dingin dengan mendinginnya cetakan, dan kemudian cetakan
dibuka, sedangkan botolnya dikeluarkan. Proses hembusan ini dibedakan atas
hembus injeksi dan hembus ekstruksi.
c. Thermofing
Proses thermofing adalah membentuk wadah dengan cetakan pada saat
plastik panas dan dalam keadaan lunak. Proses pemanasan dilakukan dengan
RISKA OKTAFIANI
240210150060
KELOMPOK 9A

menggunakan radiasi infra merah, dan bahan plastik yang digunakan adalah
polietilen, polipropilen dan polistiren. Dalam proses ini ada 3 macam teknik
pencetakan, yaitu teknik vakum, teknik tekanan, teknik cetak berpasangan.
d. Cetakan Fase Padat
Berbeda dengan teknik pencetakan yang telah diterangkan sebelumnya
yang memerlukan energi panas dua kali yaitu saat pencetakan lembaran palstik
dan saat membentuk wadah, maka proses cetakan fase pada hanya sekali
memerlukan energi panas. Cara ini banyak digunakan untuk pencetakan plastik
secara komersial.
e. Cetak Kompresi
Teknik ini merupakan metode tertua dalam pencetakan plastik, dan saat
ini masih digunakan untuk mencetak plastik termoset. Hasil cetak kompresi
dapat berupa tutup botol, jerigen dan lain-lain.
2. Kemas Bentuk (Flexible Packaging) dan Laminasi
Salah satu contoh pembuatan kemasan laminasi dalam bentuk kantung
plastik dikemukakan oleh Darmadi (1987) di dalam Syarief et al., (1989) yang
terdiri dari 3 tahap proses yaitu :
Tahap I : proses printing, dilakukan dengan cara rotogravure pada permukaan
lembaran OPP/kertas/PET/OPA/selo
Tahap II : Menambahkan lapisan-lapisan lain yang disebut dengan laminasi
dengan cara laminasi ekstrusi atau laminasi adhesif. Laminasi ekstrusi
menghasilkan kemasan yang tidak kuat dan kadang-kadang
menimbulkan bau plastik, api murah. Sedangkan laminasi adhesif
kekuatannya lebih baik dan tidak menimbulkan bau tetapi biayanya
lebih mahal.
Tahap III : yaitu tahap akhir, dilakukan pemotongan (slitting) sesuai dengan
ukuran ukuran yang diinginkan dan bila perlu dapat dilanjutkan ke
proses pembentukan kantung.
RISKA OKTAFIANI
240210150060
KELOMPOK 9A
RISKA OKTAFIANI
240210150060
KELOMPOK 9A

V. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum kali ini anatara lain sebagai
berikut:
1. Setiap bahan pangan memiliki kecocokan jenis kertas yang berbeda
bergantung pada permeabilitasnya terhadap uap air dan udara, serta
ketahanannya terhadap lemak dan air;
2. Berdasarkan hasil pengamatan pengukuran ketebalan kemasan kertas, tebal
kemasan kertas dari yang tertinggi hingga terendah berturut-turut baik
menggunakan mikrometer sekrup maupun jangka sorong antara lain kertas
karton > kertas nasi > kertas sak > kertas minyak > kertas roti;
3. Densitas paling besar dimiliki oleh kertas sak, dimana memiliki
peremeabilitas yang lebih rendah. Sedangkan kertas yang paling kecil
densitasnya adalah kertas nasi, dimana daya permeabilitasnya yang tinggi;
4. Urutan plastik memiliki ketebalan dari yang tertinggi hingga terendah yaitu
PS, PP, PVC, LDPE, dan PE;
5. Urutan plastik memiliki berat dari yang tertinggi hingga terendah adalah
PVC, PS, PP, LDPE, dan PE;
6. Urutan plastik memiliki densitas dari yang tertinggi hingga terendah yaitu
PE, LDPE, PVC, PP, dan LDPE;
7. Sampel plastik PS, PP, LDPE, dan PVC habis meleleh setelah dibakar,
sedangkan plastik PE menghilang setelah dibakar;
8. Urutan plastik yang memiliki kemudahan menyala dari tertinggi hingga
terendah berturut –turut adalah PVC, LDPE, PE, PP, dan PS;
9. Perbedaan karakteristik plastik diakibatkan karena adanya perbedaan proses
pembuatan dan karakteristik komponen penyusun plastik.
RISKA OKTAFIANI
240210150060
KELOMPOK 9A

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, U. 2009. Bentuk Polimer : Plastik. Available at : http://www.chem-is-


try.org/materi_kimia/kimia-polimer/bentuk-polimer-dalam
kehidupan/bentuk-polimer-plastik/ (Diakses pada 5 April 2018).

Bachriansyah, S. 1997. Identifikasi Plastik. Makalah Pelatihan Teknologi


Pengemasan Industri Makanan dan Minuman, Departemen Perindustrian
dan Perdagangan, Bogor 29 November 1997.

Brydson, J.A. 1975. Platic Materials. 3th. Newnes-Butterworths, London.

Buckle, K.A, Edwards, R.A, Fleet, G.H, dan Wootton, M. Ilmu Pangan. 1987.
Universitas Indonesia, Jakarta.

Casey, J.P. 1981. Pulp and Paper Chemistry and Chemical Technology, 3rd
ed.,Vol. 3., 34 – 37. Wiley Inter Science, New York.

Christopher, H. 1981. Polymer Materials. Mac Millan Publishers LTD, London.

Erliza dan Sutedja. 1987. Pengantar Pengemasan. Laboratorium Pengemasan,


Jurusan TIP. IPB, Bogor.

Herudiyanto, M. 2008. Teknologi Pengemasan Pangan. Widya Padjadjaran,


Jatinangor.

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia. 1997.


Persyaratan Teknis Industri Dan Perdagangan Air Minum Dalam Kemasan.
No.167/MPP/Kep/5/1997, Jakarta.

Mimi, N. 2002. Penelitian Sifat Berbagai Bahan Kemasan Plastik dan Kertas serta
Pengaruhnya terhadap Bahan yang Dikemas. (Available online at :
http://library.usu.ac.id/fp/fp-mimi.pdf. (Diakses tanggal 5 April 2018).

Rahimah, S. dan M. Djali. 2012. Penuntun Praktikum Pengemasan Pangan,


Jatinangor.

Ryall. A.L. dan Lipton. W.J. 1972. Handling, Transportation and Storage of Fruits
And Vegetables. The The AVI Publishing. Co. Westport.

Sacharow. S. and R.C. Griffin. 1980. Principles of Food Packaging. The AVI
Publishing. Co. Inc. Westport. Connecticut.

Suyitno. 1990. Bahan-bahan Pengemas. PAU. UGM, Yogyakarta.

Syarief, R., S.Santausa, St.Ismayana B. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan.


Laboratorium Rekayasa Proses Pangan, PAU Pangan dan Gizi, IPB, Bogor.
RISKA OKTAFIANI
240210150060
KELOMPOK 9A

Tjahjadi, C. dan Herlina, M. 2008. Pengantar Teknologi Pangan, Jatinangor.

Winarno, F.G., Srikandi F. dan Dedi F. 1984. Pengantar Teknologi Pangan.


Penerbit PT. Media. Jakarta.

Winarno, F.G. 1987. Mutu, Daya Simpan, Transportasi dan Penanganan Buah-
buahan dan Sayuran. Konferensi Pengolahan Bahan Pangan dalam
Swasemba da Eksport. Departemen Pertanian, Jakarta.
RISKA OKTAFIANI
240210150060
KELOMPOK 9A

JAWABAN PERTANYAAN

1. Jelaskan kelebihan dan kelemahan pengemasan kemasan kertas untuk produk


pangan!
Jawab:
 Kelebihan :
- Warna dari kemasan sudah merata pada seluruh kemasan.
- Berbagai sifat kekuatan kertas, termasuk proses pembuatan dan jenis
serat sudah terdapat pada kemasan kertas.
- Dapat lebih mudah untuk dilaminasi, dicetak, maupun dihias.
- Lebih murah dan mudah ditemukan.
 Kekurangan :
- Sensitive terhadap air.
- Mudah robek.
- Mudah dipengaruhi oleh kelembaban udara lingkungan
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pemilihan jenis kertas untuk mengemas
produk pangan?
Jawab:
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis kertas untuk mengemas
produk pangan :
- Kemasan kertas relative lebih murah dan mudah ditemukan
- Kemudahannya untuk diberi label atau untuk dihias.
- Kemudahan pemakaian
- Tujuan pengemasan
- Keperluan pengemasan
- Biaya kemasan
- Sifat produk pangan yang akan dikemas
3. Sebutkan dan jelaskan karakteristik 2 jenis kertas lain selain 40 kertas dibagian
A!
Jawab:
 Kertas Greaseproof
RISKA OKTAFIANI
240210150060
KELOMPOK 9A

Kertas greaseproof merupakan kertas yang tidak bisa ditembus oleh minyak
dan digunakan sebagai pembungkus makanan. Kertas greaseproof dibuat
dengan cara memperpanjang waktu pengadukan pulp sebelum dimasukkan ke
mesin pembuat kertas. Penambahan bahan-bahan lain seperti plastisizer
bertujuan untuk menambah kelembutan dan kelenturan kertas, sehingga dapat
digunakan untuk mengemas bahan-bahan yang lengket. Penambahan
antioksidan bertujuan unttuk memperlambat ketengikan dan menghambat
pertumbuhan jamur atau khamir. Kedua jenis kertas ini mempunyai permukaan
seperti gelas dan transparan, mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap
lemak, oli dan minyak, tidak tahan terhadap air walaupun permukaan dilapisi
dengan bahan tahan air seperti lak dan lilin.
 Kertas Plastik
Kertas plastik merupakan kertas yang dibuat karena keterbatasan sumber
selulosa. Kertas ini disebut juga kertas sintetis yang terbuat dari lembaran
stirena, mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
- Daya sobek dan ketahanan lipat yang baik
- Daya kaku lebih kecil daripada kertas selulosa, sehingga menimbulkan
- Maslaah dalam pencetakan label.
- Tidak mengalami perubahan bila terjadi perubahan kelembaban (RH)
- Tahan terhadap lemak, air dan tidak dapat ditumbuhi kapang.
- Dapat dicetak dengan suhu pencetakan yang tidak terlalu tinggi, karena
polistirena akan lunak pada suhu 80oc.

Anda mungkin juga menyukai