Kelompok 4A
Disusun Oleh :
Riska Oktafiani 240210150060
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKONOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
JATINANGOR
2017
BAB I
CARA MENGENALI SIFAT
INDERAWI MAKANAN
I. TUJUAN
3.1 Alat
1. Gelas;
2. Penggaris;
3. Piring;
4. Pisau;
5. Sendok.
3.2 Bahan
1. Apel;
2. Dodol;
3. Jelly;
4. Kerupuk;
5. Kopi;
6. Saus Tomat;
7. Teh.
IV. PROSEDUR
Karakteristik bau yang dimiliki oleh apel adalah bau khas buah atau etheris
yang agak tajam. Hal tersebut dapat disebabkan apel mengeluarkan zat volatil khas
apel sehingga tercium aroma buah saat panelis melakukan pengamatan tentang
karakteristik bau pada sampel apel. Menurut Suryatenggara (1989) bahwa senyawa
kimia utama dalam aroma buah segar adalah ester dari alkohol alifatik dan asam-
asam lemak berantai pendek. Senyawa volatil diproduksi dan dikeluarkan oleh buah
hanya apabila buah mulai matang, sehingga bau yang dihasilkan agak tajam. Selain
itu, tingkat kesukaan terhadap bau oleh panelis dianggap biasa saja karena persepsi
panelis yang kurang menyukai aroma makanan tersebut
Aroma kerupuk masuk dalam kategori agak tajam. Aroma kerupuk
dihasilkan dari minyak yang digunakan untuk menggoreng. Aroma kerupuk ini
dapat dikarenakan adanya zat heptanol pada minyak yang digunakan (Tjahjadi dan
Martha, 2008). Selain itu, pengaruh aroma kerupuk adalah dipengaruhi oleh proses
penggorengan yang menghasilkan pencoklatan non-enzimatis yang ditandai reaksi
maillard. Menurut Hutchings (1999) bahwa reaksi maillard tergantung pada suhu,
pH, dan aktivitas air (aw) selama penyimpanan bahan pangan yang cukup lama.
Tingkat kesukaan terhadap bau oleh panelis dianggap adalah agak suka karena
persepsi panelis yang sedikit menyukai aroma makanan tersebut.
Karakteristik bau pada dodol adalah agak tajam, berbau manis caramel
karena salah satu bahan dodol adalah gula merah yang menghasilkan aroma manis
karamel, yang panelis agak menyukainya. Aroma dodol yang agak tajam
disebabkan oleh kandungan senyawa volatil pada krim dan gula yang berkontribusi
terhadap aroma dan rasa (MacGibbon dan Taylor, 2006). Sedangkan tingkat
kesukaan terhadap bau oleh sampel dodol adalah agak suka karena persepsi panelis
yang sedikit menyukai aroma makanan tersebut.
Sampel jelly memiliki karakteristik bau yang sangat tajam, berbau khas
buah atau etheris yang sesuai dengan rasa pada kemasan jelly. Tingkat kesukaan
terhadap bau oleh panelis dianggap sangat suka. Aroma sangat tajam pada jelly
adalah disebabkan oleh adanya kandungan gula dan pektin yang ditambahkan. Buah
yang baik untuk pektin yaitu buah tidak terlalu masak, sehingga menghasilkan
flavor atau aroma sangat tajam (Tjahjadi et al, 2008).
Tingkat kesukaan sangat dipengaruhi oleh kemampuan panelis untuk
mengidentifikasi aroma dalam bahan pangan dan aroma bahan pangan yang
dihasilkan. Semakin besar aroma khas yang dihasilkan pada suatu produk, maka
semakin besar pula tingkat kesukaan terhadap indera panelis, terutama untuk
produk yang berbahan dasr gula.
Saus tomat memiliki kenampakan warna merah (80 %) dan orange (20%).
Warna gelap pada saus tomat dikarenakan saus tomat mengandung berbagai bahan
baku atau padatan yang digunakan pada proses pembuatan saus tomat. Saus yang
berwarna merah orange dapat disebabkan oleh adanya komponen campuran dari
cabe (merah) dan tomat (orange). Warna dalam tomat dipengaruhi oleh karotenoid.
Lycopene adalah karotenoid utama, yang terdiri dari sekitar 83% dari total pigmen
dengan -karoten terhitung sekitar 3 sampai 7% dari total. Jumlah karotenoid dalam
produk tomat tergantung pada berbagai tomat, kondisi pertumbuhan, waktu dan
suhu pengolahan.
Saus tomat memiliki kenampakan yang kental dan keruh. Konsistensi
(kekentalan) saus tomat ini disebabkan oleh adanya zat pati atau gum yang
digunakan pada pembuatan saus tomat yang berfungsi sebagai pengantal (Tjahjadi,
2008). Pengukuran viskositas daalm pengolahan bahan makanan sangat diperlukan
karena ada beberapa kegunaan yang berkaitan dengan kesukaan dan penerimaan.
Semakin besar zat padat terlarut, maka semakin besar viskositasnya. Menurut
Tranggono, et al., (1989) menyatakan bahwa penambahan gula selain untuk
meningkatkan kemanisan, juga dapat meningkatkan viskositas.
Sampel air kopi memiliki warna coklat tua kehitaman, keruh, dan encer.
Kekeruhan yang terjadi dikarenakan pada kopi masih memiliki ampas sehingga
membuat air kopi menjadi keruh. Sampel air kopi berwarna hitam dikarenakan
berasal dari bahan baku yaitu biji kopi. Biji kopi berwarna hitam kecoklatan akibat
dari proses pemanggangan (roasting) sehingga hasilnya memiliki warna gelap.
Selain itu, menurut Sari (2001) bahwa faktor yang memengaruhi warna kopi yaitu
proses karamelisasi gula yang menyebabkan timbulnya warna coklat tua.
Teh memiliki warna coklat muda 100 %, serta kenampakannya encer dan
jernih. Warna ini disebabkan karena senyawa polifenol (katekin) yang terdapat di
dalam teh mengalami proses oksidasi enzimatis sehingga akan menghasilkan tea
flavin dan tea rubigin. Theaflavin (TF) merupakam pembentuk strength, briskness,
dan brightness. Teh flavin menyebabkan warna coklat pada air seduhan teh,
sedangkan teh rubigin menyebabkan rasa dan aroma yang khas pada air seduhan
teh (Nasution dan Tjiptadi, 1975).
Saus tomat memiliki aroma tomat yang sangat tajam. Aroma yang sangat
tajam tersebut dapat disebabkan oleh penggunaan bahan tambahan pangan pemberi
cita rasa dan aroma. Selain itu, saus tomat memiliki tingkat kesukaan yng biasa
menurut pengujian yang dilakukan oleh panelis.
Air kopi memiliki aroma kopi yang sangat tajam, hal ini disebabkan karena
kafeol dan senyawa-senyawa komponen pembentuk aroma kopi lainnya. Jika selain
proses penyangraian, sebagian kecil kandungan kafein menguap dan pembentukan
berbagai komponen lain seperti aseton, furfural, trimetilamina, asam formiat, dan
asam asetat. Pembentukan aroma juga tergantung dari terbentuknya senyawa yang
mudah menguap dan tidak menguap. Asam mudah menguap terbentuk karena
terjadinya degradasi senyawa karbohidrat, protein, dan lemak pada tahap akhir
proses pyrolisis (Sivetz, 1972). Selain itu, air kopi memiliki tingkat kesukaan yang
biasa saja berdasarkan pengamatan oleh panelis.
Aroma yang terkandung dalam teh yaitu agak tajam. Menurut Nasution dan
Tjiptadi (1975) menyatakan bahwa senyawa pembentuk aroma teh terutama terdiri
dari minyak atsiri yang bersifat mudah menguap dan bersifat mudah direduksi.
Senyawa polifenol akan mengalami perubahan kimia menjadi beberapa seri
senyawa yaitu turunan asam-asam galat dan katekin (Eden, 1976). Menurut Harler
(1963) menyatakan bahwa katekin merupakan komponen yang penting dari teh dan
berperan terhadap warna, rasa getir (pugency) dan karakteristik rasa seduhan. Selain
itu, air teh memiliki tingkat kesukaan yang sangat suka beradasarkan pengamatan
oleh panelis.
Tekstur saus tomat berdasarkan perabaan dengan jari tangan kental karena
adanya viskositas pada susu, saus dapat dikelompokkan sebagai pasta. Pengukuran
viskositas dalam pengolahan bahan makanan sangat diperlukan karena ada
beberapa kegunaan yang berkaitan dengan kesukaan dan penerimaan. Semakin
besar zat padat terlarut, maka semakin besar viskositasnya. Tekstur saus tomat
selain kental juga berbutir. Menurut Tranggono, et al., (1989) menyakan bahwa
saus yang berbutir disebabkan karena adanya gula dan bumbu yang kurang halus.
Penambahan gula selain bertujuan untuk meningkatkan kemanisan, dapat
meningkatkan viskositas. Selain itu, saus tomat memiliki tekstur yang lengket.
Tekstur air kopi berdasarkan karaterisitk perabaan oleh jari tangan adalah
berbutir, hal ini disebabkan karena adanya komponen gula yang ditambahkan. Gula
berfungsi sebagai bahan yang membantu pembentukan jaringan pektin dalam jeli
atau jam. Untuk pembentukan jairingan pektin tersebut dibutuhkan adanya gula dan
asam. Semakin banyak gula yang ditambahkan pada bahan pangan cair, maka
teksturnya semakin kental dan menyebabkan endapan berbentuk pasir (Tjahjadi dan
Martha, 2008). Selain itu, tekstur air kopi berdasarkan perabaan dengan jari tangan
adalah encer, hal ini disebabkan karena adanya tambahan air untuk melarutkan kopi
tersebut.
Tekstur teh berdasarkan perabaan oleh jari tangan adalah encer, hal ini
disebabkan karena ada zat perlarut air yang ditambahkan pada teh tersebut. Air
berfungsi untuk melarutkan gula yang ditambahkan pada teh, sedangakan air yang
ditambahkan pada kopi berfungsi untuk melarutkan kopi yang sebelumnya
berbentuk bubuk. Selain itu, teh memiliki tekstur yang halus saat diraba dengan jari
tangan.
Kesimpulan yang didapat dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Apel memiliki bentuk oblate, diameter rata-rata geometri 4 cm, warna hijau
muda dan merah, beraroma agak tajam, bertekstur keras, dan memiliki rasa
yang manis dan asam;
2. Kerupuk memiliki bentuk bulat namun tidak beraturan, diameter rata-rata
geometri 7,5 cm, berwarna putih 100 % seragam, beraroma agak tajam,
bertekstur rapuh dan renyah, dan memiliki rasa yang asin;
3. Dodol memiliki bentuk persegi, diameter geometri 2 cm x 2 cm, berwarna
cokelat tua kehitaman, beraroma agak tajam, bertekstur elastis, kenyal dan
lembut, dan memiliki rasa yang manis;
4. Jelly memiliki bentuk persegi panjang, diameter rata-rata geometri 6 cm x 2
cm, berwarna pink, beraroma sangat tajam, bertekstur lembut, halus, dan
kenyal, dan memiliki rasa yang manis;
5. Saus tomat memiliki kenampakan warna merah 80 % dan orange 20 %, keruh,
dan kental, beraroma sangat tajam, bertekstur lengket, berpasir, dan kental,
serta memiliki rasa yang asam dan pedas;
6. Air kopi memiliki kenampakan berwarna cokelat tua 80 % dan kehitaman
20 %, keruh, encer, beraroma sangat tajam, memiliki rasa yang pahit, serta
memiliki tekstur berpasir dan encer;
7. Air teh memiliki kenampakan coklat muda 100 %, jernih dan encer, beraroma
agak tajam, bertekstur encer, dan memiliki rasa yang pahit dan tawar.
DAFTAR PUSTAKA
Aryani dan Norhayani. 2011. Pengaruh Konsentrasi Putih Telur Ayam Ras terhadap
Kemekaran Kerupuk Ikan Mas (Cyprinus carpio). Journal of Tropical
Fisheries 6(2): 593 596.
Bourne, M.C. 2002. Food Texture and Viscosity: Concept and Measurement.
Academic Pr, London.
Fearon, A.M. 2011. Butter and butter products. Di dalam: Chandan RC, Kilara A,
editor. Dairy Ingredients for Food Processing. Iowa (US): Blackwell
Publishing. hlm 199-224.
Glicksman, M. 1969. Gum Technology in the Food Industry. Academic Press, New
York.
Harler, C. R. 1963. Tea Manufacture. Oxford University Press, New York and
Toronto.
Huda N., Ang L. L., Chung X. Y., Herpandi. 2009. Chemical Composition, Colour
and Linear Expansion Properties of Malaysian Commercial Fish Cracker
(Keropok). Asian Journal of Food and Agro-Industry 3(05), 473-482 ISSN
1906-3040.
Hutchings, J.B. 1999. Food Color and Apperance 2nd. Aspen Publishers, Inc.,
Gaithersburg, Maryland.
Jones, N.R. 1977. Uses of Gelatin in Edible Products. In : A.G. Ward and A. Courts
(Ed.), The Science and Technology of Gelatin. Academic Press, New York,
pp. 366-392.
Karim A.A., Bhat, R. 2012. The sticky science of malaysian dodol. Di dalam: Vega
C, Ubbink J, Linden EVD, editor. The Kitchen as Laboratory. New York
(US): Columbia University Pr. hlm 106-113.
Kartika, Bambang dan Hastuti, Pudji. 1988. Pedoman Uji Indrawi bahan
Pangan.PAU Pangan dan Gizi. UGM, Yogyakarta
MacGibbon, A.K.H., Taylor, M.W. 2006. Composition and structure of bovine milk
lipids. Di dalam: Fox PF dan McSweeney, editor. Advanced Dairy
Chemistry, Volume 2: Lipids, 3rd edition. New York (US) : Springer. hlm
1 42.
Reineccius, G. 1994. Source Book of Flavors. Chapman dan Hall, New York.
S, Catur Rini., dkk. 2011.Penentuan Pemakaian Dosis Gula Jawa dan Tepung Ketan
dalam Pembuatan dodol dari kulit pisang terhadap selera konsumen. Jurnal
Seminar Penelitian dan Pengabdian Masyrakat, hal : 23.
Sari, Lusi Intan. 2001. Mempelajari Proses Pengolahan Kopi Bubuk (Coffea
canephora) Alternatif dengan Menggunakan Suhu dan Tekanan Rendah.
Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sivetz, M. dan H. E. Foote. 1972. Coffee Processing Technology Vol. 1. The AVI
Company, Inc. Westport, Connecticut.
Suryatenggara, Artati. 1989. Penyimpanan Segar untuk Buah dan Sayuran. Fakultas
Teknologi Pertanian IPB, Bogor.
Tawali, Abu Bakar., dkk. 2004. Pengaruh Suhu Penyimpanan Terhadap Mutu
Buah-Buahan Impor Yang Dipasarkan Di Sulawesi Selatan. Universitas
Hassanudin, Makassar.
Tjahjadi, C., dan H. Marta. 2008. Bahan Pengantar Teknologi Pangan Volume I
dan II. Universitas Padjadjaran, Sumedang.
Tjahjadi, C., H. Marta., dan Y. Cahyana. 2008. Bahan Ajar Penanganan Pasca
Panen Sayur, Buah, dan Biji-bijian. Universitas Padjadjaran, Sumedang.
Tranggono., Sutardi., Haryadi., Suparmo., Agnes, M., Sudarmadji ,S., Rahayu K.,
Naruki, S., Astuti, M. 1989. Bahan Tambahan Makanan (Food Additivies).
PAU Pangan Dan Gizi UGM, Yogyakarta.
Vincent, J.F.V. 2004. Application of Fracture Mechnics to the Texture of Food. Eng
Fail Anal11:695- 704. DOI:10/1016/j.engfailanal.2003.11.003.
Winarno, F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit PT. Gramedia, Jakarta.
DISKUSI